PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang
dirasakan dan harapan.
1. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan kode etik serta standar pelayanan
profesi.
Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan terbatas hanya pada
penerapan kode etik serta pelayanan profesi saja. Suatu pelayanan kesehatan
disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu jika penerapan kode etik serta
standar pelayanan profesi dapat memuaskan pasien.
Dengan pendapat ini, maka ukuran-ukuran pelayanan kesehatan yang
bermutu hanya mengacu pada penerapan kode etik standar pelayanan profesi yang
baik saja. Ukuran-ukuran yang dimaksud pada dasarnya mencakup penilaian
terhadap kepuasan pasien mengenai beberapa hal sebagai berikut.
a. Hubungan bidan-pasien (midwive-patien relationship)
b. Kenyamanan pelayanan (amenities)
c. Kebebasan melakukan pilihan (choice)
d. Pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowladge and technical
skills)
e. Efektivitas pelayanan (Effectivess)
f. Keamanan tindakan (safety)
Dalam menentukan kepuasan pelanggan ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh
perusahaan (Lupyoadi, 2001) antara lain :
1. Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.
2. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka
mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
3. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa
orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau
self esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu.
4. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan
harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada
pelanggan.
5. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa
cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut.
Kotler (2001), menyebutkan ada 6 alasan mengapa suatu institusi perlu mendapatkan
loyalitas pelanggannya:
1. Pelanggan yang ada lebih prospektif, artinya pelanggan loyal akan memberi
keuntungan besar kepada institusi
2. Biaya mendapatkan pelanggan baru jauh lebih besar dibanding menjaga dan
mempertahankan pelanggan yang ada
3. Pelanggan yang sudah percaya kepada institusi dalam suatu urusan akan percaya
juga dengan urusan lainnya
4. Biaya operasi institusi akan menjadi efisien jika memiliki banyak pelanggan yang
loyal
5. Institusi dapat mengurangkan biaya psikologis dan sosial dikarenakan pelanggan
lama telah mempunyai banyak pengalaman positif dengan institusi
6. Pelanggan loyal akan selalu membela institusi bahkan berusaha pula untuk
menarik dan memberi saran kepada orang lain untuk menjadi pelanggan.
Mutu pelayanan kesehatan dapat dikaji antara lain berdasarkan tingkat pemanfaatan
saran pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan tingkat efisieni institusi sarana
kesehatan. Berikut ini beberapa indicator yang dapat digunakan melakukan penilaian
mutu pelayanan kesehatan:
Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak efektif atau pelayanan
yang salah harus dikurangi atau dihilangkan, dengan cara ini kualitas dapat
ditingkatkan sambil menekan biaya. Pelayanan yang kurang baik, disamping
menyebabkan risiko yang tidak perlu terjadi dan kurang nyamannya pasien, seringkali
mahal dan memakan waktu yang lama untuk memperbaiki. Peningkatan kualitas
memerlukan tambahan sumber daya, tetapi dengan menganilis efisiensi, manajer
program kesehatan dapat memilih intervensi yang paling cost – effective.
Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian
hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah
ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian
relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Sebagai contoh
untuk menyelesaikan sebuah tugas, cara A membutuhkan waktu 1 jam sedang cara B
membutuhkan waktu 2 jam, maka cara A lebih efisien dari cara B. Dengan kata lain
tugas tersebut dapat selesai menggunakan cara dengan benar atau efisiensi.
3.1 KESIMPULAN