TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Defenisi
kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Jadi kepuasan
penampilan kurang dari harapan, maka pelanggan tidak dipuaskan, namun apabila
melebihi harapan pelanggan akan sangat puas atau senang (Kotler, 2008).
merupakan perbedaan antar harapan dan kinerja yang dirasakan. Jadi dalam arti
kesehatan. Oleh karena itu, kepuasan konsumen bagi perusahaan jasa sangat
kinerja, dan sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, faktor pendorong kepuasan,
(Batara S, 2010).
Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa
kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas
2. Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini
pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau
3. Faktor emosional
Pasien yang merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap
konsumen bila dalam hal ini pasien memilih rumah sakit yang sudah
mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
5. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya
menyediakan pelayanan yang lebih baik, lebih efisien dan lebih efektif. Apabila
klien merasa tidak puas terhadap suatu pelayanan yang disediakan, maka
pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak efektif dan tidak efisien. Tingkat
antara kinerja yang dirasakan dengan harapan apabila kinerja dibawah harapan,
maka klien akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan harapan, klien akan sangat
puas. Klien yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan
2005).
Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh
tidak langsung seperti tempat parkir dan kenyamanan ruang tunggu. Karena
sifat produk jasa yang tidak bias dilihat, dipegang, atau dirasakan, perlu ada
ukuran lain yang bisa dirasakan lebih nyata oleh para pengguna pelayanan.
Dalam hal ini, pengguna jasa menggunakan indranya (mata, telinga, dan rasa)
lantai berkeramik, TV, peralatan kantor yang lengkap, seragam sttaf yang
2. Reliability (kehandalan)
akurat sesuai dengan yang ditawarkan (seperti dalam brosur). Dari kelima
kualitas jasa , reliability dinilai paling penting oleh para pelanggan berbagai
industri jasa. Karena sifat produk jasa yang nonstandardized output, dan
produknya juga sangat tergantung dari aktivitas manusia sehingga akan sulit
budaya kerja bermutu yaitu budaya tidak ada kesalahan atau corporate
front life staff (yang langsung berhubungan dengan pasien). Budaya kerja
seperti ini perlu diterapkan dengan membentuk kelompok kerja yang kompak
ditentukan oleh sikap para front line staff. Mereka secara langsung
berhubungan dengan para pengguna jasa dan keluarganya, baik melalui tatap
perubahan sikap dan kepribadian staf yang positif, dan perbaikan system
5. Emphaty (empati)
Kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada
kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin
2.2.1. Defenisi
oklusive dan semi oklusive. Penanganan luka ini saat ini digemari terutama untuk
penyembuhan luka dan pertumbuhan jaringan dapat terjadi secara alami (Tarigan
3. Terapi topikal.
5. Antiseptic, hidrogel.
Management:
3. Mencuci luka dengan sabun luka, Nacl 0.9 %, atau air hangat.
4. Membuang jaringan yang sudah mati (nekrosis) dengan kassa dan pinset.
5. Mengeluarkan cairan (pus) jika ada didalam luka maupun area sekitar
luka.
perkembangan luka.
13. Mengoleskan hidrogel pada jaringan nekrosis bila ada jaringan nekrosis.
14. Membalut luka dengan balutan luka sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
15. Membalut luka dengan elostomul half dan elastic verban sesuai kebutuhan
banyak sel. Proses yang dimaksudkan disini karena penyembuhan luka melalui
remodeling.
1. Fase koagulasi
dan mencegah perdarahan yang lebih luas. Pada tahapan ini terjadi adhesi,
yang tidak hanya mengaktifkan sel endotelial tetapi juga leukosit dan sel
epiteltial. Untuk proses koagulasi ini ada manfaatnya, akan tetapi pada
perlukaan yang berat seperti luka bakar yang luas, akan berdampak negatif
pada suplai darah yaitu bila terjadi koagulasi dapat mengakibatkan iskemik
pada jaringan.
2. Fase inflamasi
Fase inflamasi mulainya dalam beberapa menit setelah luka dan kemudian
juga akan merangsang infiltrasi, proliferasi dan migrasi fibroblast dan sel
kapiler darah yang baru mulai tumbuh dalam luka setelah injury dan
infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang mengalami injury dan
Apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi, maka akan
cepat terjadi fase proliferasi. Pada fase proliferasi ini terjadi proses
jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini macrophag dan lymphocytes
migrasi termasuk sel epitelial, fibroblast, dan sel endotelial. Proses ini
dalam proses perbaikan dan berperan dalam produksi struktur protein yang
tampak pada sekeliling luka. Pada fase ini juga terjadi angiogenesis yaitu
akan tampak dimana ukuran luka akan tampak semakin mengecil atau
menyatu.
4. Fase remodeling
sepanjang garis luka. Kolagen menjadi unsur yang utama pada matrik.
diklasifikasikan menjadi luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah luka yang
luka kronis adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya
mengalami perpanjangan.
luka bakar jika penaganan betul dan luka menutup dalam 21 hari maka dikatakan
luka akut, jika tidak maka akan jatuh pada luka kronis (luka yang sulit sembuh).
Contoh luka akut adalah luka operasi yang setelah kurang dari 21 hari sudah
menutup, atau luka bakar yang sembuh selama perawatan 21 hari. Luka dikatakan
luka kronis misalkan pada luka kecelakaan, luka baru akan mengalami proses
inflamasi hingga 5 hari, jika ditemukan tanda-tanda inflamasi pada hari ke-7
kemungkinan bukan lagi inflamasi namun infeksi, dan ini sudah dapat dikatakan
dengan luka kronis. Dikatakan luka kronis karena proses inflamasi yang
memanjang tidak sesuai dengan fisiologis waktu penyembuhan luka. Contoh luka
kronis lainnya pada luka dengan dasar luka merah sudah satu bulan (>21 hari)
tidak mau menutup, maka dapat disebut juga sebagai luka kronis.
Luka yang sudah pasti dikatakan luka kronis diantaranya adalah luka tekan
(dekubitus), luka karena diabetes, luka karena pembuluh darah vena maupun
Salah satu yang menjadi ciri khas dari luka kronis adalah adanya jaringan
nekrosis (jaringan mati) baik yang berwarna kuning maupun berwarna hitam. Ciri
khas lainnya dari luka kronis adalah adanya penyulit sistemik yang menghambat
dengan manajemen luka akut. Pada dasarnya luka akut yang fisiologis dapat
sembuh dengan sendirinya, selama tidak ada faktor penyulit yang sering
ditemukan pada luka kronis. Salah satu metode yang dikembangkan adalah
a. Pencucian Luka
berlebihan, sisa balutan yang digunakan, dan sisa metabolik tubuh pada
normal salin/NaCl 0,9% atau air yang steril sangat dianjurkan untuk
lembar daun jambu biji dan satu liter air direbus hingga menjadi setengah
teknik ini tidak terlalu dianjurkan pada pencucian luka karena dapat
b. Debridemen
dilakukan oleh tubuh sendiri dengan syarat utama, lingkungan luka harus
selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan melunak,
Faktor sistemik :
1. Usia
2. Nutrisi
Faktor nutrisi sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Pada pasien
terjadi infeksi.
3. Insufisiensi vaskular
luka diabetik, dan pembuluh arteri dan atau vena kemudian decubitus
4. Obat-obatan
dan imunosupresi.
Faktor lokal:
1. Suplai darah
2. Infeksi
3. Nekrosis
Luka dengan jaringan yang mengalami nekrosis dan eskar akan dapat
yang hitam dan kering serta krusta yang tebal, dalam luka kronik.
ataupun krusta yang tebal, kira-kira larutan mana yang dapat digunakan
Untuk luka yang tidak terlalu terkontaminasi, air steril atau larutan garam
larutan yang mirip dengan itu. Pada keadaan dimana terdapat resiko tinggi
dan luka bakar, pada pasien yang sangat lemah, atau pada keadaan dimana
bersih, hanya terdapat sedikit eksudat, dan bergranulasi sehat, pembersihan yang
devitalisasi/yang mati
Seperti telah dijelaskan pada fase penyembuhan luka bahwa sel-sel seperti
neutropil dan magrofag membentuk fibroblast dan perisit. Dan sel-sel ini
ini.
luka.
4. Meningkatkan re-epitelisasi
Pada luka yang lebih besar, lebih dalam sel epidermal harus menyebar
diatas permukaan luka dari pinggir luka serta harus mendapatkan suplai
suplai tersebut dan memberikan barier untuk migrasi dengan epitelisasi yang
lambat.
setebal 64 lapisan pada penggunaan kasa lembab. Luka yang dibalut dengan
6. Mengurangi nyeri
Pada luka infeksi dianjurkan menggantu balutan setiap 1-2 hari sekali,
tidak dianjurkan lebih lama dari 2 hari untuk mempercepat proses pengurangan
jumlah cairan sehingga balutan dapat dipertahankan maksimal 2 hari. Pada luka
noninfeksi, ganti balutan jika sudah terlihat adanya rembesan ditengah balutan
(bukan dari samping). Karena cairan yang sudah merembes dari samping
menandakan balutan tidak cukup mampu menampung cairan luka yang dapat
menyebabkan maserasi dan iritasi pada sekitar luka. Balutan dapat dipertahankan
lebih dari lima hari pada dasar luka merah dengan cairan luka sedang banyak.
hingga banyak.
Balutan menjadi efektif dalam biaya jika digunakan dengan tepat. Luka
hingga banyak karena menjadi tidak efektif dalam biaya, gunakan balutan yang