BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penyusunan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Mempertahankan dan Mengembangkan Kualitas Terhadap Konsumen
B. Makna Kepuasan Bagi Konsumen
C. Memuaskan Konsumen Dengan Pelayanan Prima
D. Pelayanan Prima
E. Standar Pelayanan
F. Barang Layanan
G. Proses Pelayanan
H. Tujuan dan Manfaat
I. Dampak Jika Konsumen Tidak Merasa Puas
J. Contoh Kasus Kepuasan Pelanggan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk mampu bertahan dalam kompetisi yang semakin ketat ini perusahaan dituntut
untuk mampu menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Perusahaan juga
harus mempelajari yang menjadi keinginan dan kebutuhan pelanggan saat ini maupun masa
yang akan datang. Salah satu indikator yang cukup handal untuk kelangsungan hidup dan
kemampulabaan dari suatu proses bisnis adalah kepuasan pelanggan yang berkelanjutan.
Peningkatan kelangsungan hubungan dengan pelanggan lama dan terus mengakuisisi
pelanggan baru dengan konsep kepuasan pelanggan, akan mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap bagian pasar (Hadiati dan Sarwi.,2001, 56 64). Oleh Karena itu penting bagi
perusahaan untuk mengetahui perilaku pelanggan, sehingga perusahaan dapat memanfaatkan
kesempatan yang mereka miliki dan ditunjang dengan teknologi yang sedang berkembang.
Menurut Kotler (2007: 23), pelayanan merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang
dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Umar (2003: 85), pelayanan secara umum
adalah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan
dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian, layanan pelanggan dapat dipakai
oleh perusahaan jasa untuk menciptakan kepuasan pelanggan. Akan tetapi perusahaan juga
tidak boleh mengesampingkan pelanggan yang tidak puas, karena itulah perusahaan harus
dapat mengetahui dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggannya.
Karena dengan itu dapat diketahui apakah strategi pemasaran yang diambil oleh perusahaan
telah berjalan dengan baik atau tidak.
Dalam membuat keputusan konsumen tentunya mempertimbangkan banyak banyak
faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian salah satunya berkaitan dengan tingkat
kepuasan atas pelayanan yang mereka terima. Kepuasan konsumen merupakan respons
pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja
aktual yang dirasakannya setelah pemakaian (Rangkuti, 2002: 98). Kepuasan pelanggan
dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, kualitas produk, harga dan faktor-faktor yang bersifat
pribadi serta yang bersifat situasi sesaat. Salah satu faktor yang menentukan kepuasan
pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima
dimensi kualitas jasa, yaitu: bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, empati.
Dalam era globalisasi ini kita sebagai konsumen harus teliti memilih produk. Banyak
produk yg mahal tapi kualitasnya jelek, dan juga sebaliknya produk murah tapi kualitas
bagus. Bagaimana kita sebagai konsumen bisa memilih pruduk yang baik dengan kualitas
yang baik pula? Para konsumen membuat pilihan pembelian berdasarkan presepsi mereka
terhadap nilai yang melekat pada berbagai produk dan jasa. Konsumen memiliki peluang
yang luas untuk mendapatkan produk dengan sederet pilihan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Karena itu konsentrasi pemasaran tidak lagi sekedar bagaimana produk itu
sampai ke konsumen tetapi lebih focus kepada apakah produk itu telah memenuhi permintaan
kepuasan konsumen.
Untuk itu diperlukan strategi inovasi penjualan terus berusaha agar dapat menarik
calon konsumen menjadi konsumen yang potensial. Masalah pelayanan sebenarnya bukanlah
hal yang sulit atau rumit, tetapi apabila hal ini kurang diperhatikan maka dapat menimbulkan
hal-hal yang rawan karena sifatnya yang sangat sensitif. Sistem pelayanan perlu didukung
oleh kualitas pelayanan, fasilitas yang memadai dan etika atau tata krama.
Pelanggan sering mengukur nilai produk dan biaya tidak secara akurat atau
objektif.Mereka bertindak berdaarkan nilai perkiraan. Makalah ini memfokuskan pada
membangun kepuasan pelanggan melalui kualitas pelayanan dan nilai kepuasan pelanggan.
Di dalamnya terdapat strategi-strategi yang cocok digunakan untuk menarik dan
mempertahankan pelanggan. Strategi-strategi ini sering digunakan oleh perusahaan-
perusahaan kelas dunia. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan, perusahaan harus
menciptakan dan mengelola suatu system untuk memperoleh pelanggan yang lebih banyak
dan kemampuan untuk mempertahankan pelanggannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mempertahankan dan mengembangkan nilai kualitas terhadap
konsumen?
2. Apa makna kepuasan bagi para konsumen?
3. Bagaimana cara memuaskan konsumen?
4. Apa dampak jika konsumen tidak merasa puas?
BAB II
PEMBAHASAN
Ada 3 hal besar yang dapat dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan tingkat
reliability:
1. Pembentukan budaya kerja error free atau no mistake. Top management perlu
menyakinkan kepada semua bawahannya bahwa mereka perlu melakukan sesuatu
benar 100%. Kesalahan 1% bisa menurunkan tingkat profitabilitas hingga 5-20%.
2. Perusahaan perlu mempersiapkan infrastruktur yang memungkinkan perusahaan
memberikan pelayanan no mistake. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan pelatihan secara terus-menerus dan menekankan kerja teamwork.
Dengan kerja teamwork, korrdinasi antar bagiaan menjadi lebih baik.
3. Diperlukan test sebelum suatu layanan diluncurkan benar-benar diluncurkan.
Misalnya, sebelum bank meluncurkan fitur ATM yang baru, maka diperlukan
kesabaran untuk melakukan tes seberapa jauh tingkat reliability dari layanan ini.
Apabila belum 100%, dapat dicoba dan dikomunikasikan bahwa hal ini merupakan
layanan baru yang sedang dicoba.
Dimensi empathi adalah dimensi kelima dari kualitas pelayanan. Secara umum,
dimensi ini memang dipersepsi kurang penting dibandingkan dimensi reliability dan
responsiveness di mata kebanyakan pelanggan. Akan tetapi, untuk kelompok pelanggan the
haves dimensi ini bisa menjadi dimensi yang paling penting. Setelah kebutuhan fisik,
keamanan dan sosial terpenuhi, maka dua kebutuhan lagi akan dikejar oleh manusia yaitu
kebutuhan ego dan aktualisasi.
Perusahaan banyak menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan salah satunya
adalah memastikan kualitas produk dan jasa memenuhi harapan konsumen. Pemenuhan
harapan akan menciptakan kepuasan bagi konsumen.Konsumen yang terpuaskan akan
menjadi pelanggan, mereka akan (Kotler,1996) :
1. Melakukan pembelian ulang
2. Mengatakan hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain.
3. Kurang memperhatikan merek ataupun iklan produk pesaing
4. Membeli produk yang lain dari perusahaan yang sama
Setiap perusahaan atau organisasi yang menggunakan strategi kepuasan konsumen
akan menyebabkan para pesaingnya berusaha keras merebut atau mempertahankan konsumen
suatu perusahaan. Kepuasan konsumen akan menyebabkan para pesaingnya berusaha keras
merebut atau mempertahankan konsumen suatu perusahaan. Kepuasan konsumen merupakan
strategi jangka panjang yang membutuhkan konsumen baik dari segi dana maupun sumber
daya manusia (Schnaars, 1991). Beberapa strategi yang dipadukan untuk meraih dan
meningkatkan kepuasan pelanggan adalah :
Relation Marketing (Dolan, 1991) yaitu strategi dimana transaksi pertukaran antara
pembeli dan penjual berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai.
Relationship Marketing berdasar pada:
1. Fokus customer retention
2. Orientasi manfaat produk
3. Orientasi jangka panjang
4. Layanan pelanggan yang sangat diperhatikan dan ditekankan
5. Komitmen terhadap konsumen sangat tinggi
6. Kontak dengan pelanggan sangat tinggi
7. Kualitas yang merupakan perhatian sangat tinggi
Menurut Tjiptono (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen
terhadap jasa. Adapun faktor-faktor tersebut sebagai berikut :
1. Sistem pengiriman adalah memindahkan produk dari produsen kekonsumen atau
pemakaian akhir dalam bisnisnya meliputi sluran distribusi dan pemasok dan
perantara. Jaringan sistem pengiriman ini harus dapaat berfungsi sebagai unit yang
terpadu dan terkordinasi dimana semua anggotanya mengerti dan menaggapi semua
kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga kepuasaan konsumen dapat tercapai.
2. Performa adalah sangat penting dan mempengaruhi kepuasan konsumen, karena mutu
merupakan hal utama yang menjadi keunggulan bersaing pada suatu perusahaan.
3. Citra adalah para konsumen, memiliki sesuatu bukan hanya sekedar membutuhkan
barang tersebut, tapi ada suatu yang diharapkan yaitu sesuatu yang sesuai dengan
citrayang terbentuk dalam dirinya. Oleh karena itu perusahaan harus selalu
memberikan informasi yang baik kepada masyarakat sehingga terbentuk citra yang
baik pula.
4. Hubungan harga diri dan nilai adalah merupakan nilai harga yang ditawarkan sesuai
dangan harga yang diberikan, sehingga timbul hubungan yang menguntungkan antara
harga dan nilai suatu perusahaan. Tapi dilain pihak manajemen untuk bersaing diatas
dasar harga diantara nilai yang ditetapkan, dimana para konsumen sudah menetapkan
nilai yang seimbang.
5. Persaingan adalah hal yang mempengaruhi kepuasan konsumen dan merupakan
peluang untuk memperoleh keunggulan bersaing dalam suatu perusahaan dalam
rangka yang memenuhi kebutuhan konsumen yang spesifik.
6. Kepuasan komsumen adalah kepuasan konsumen yang dapat ditingkatkan melalui
kualitas pelayanan dengan beberapa pendekatan
D. Pelayanan Prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah excellent service yang secara harfiah
berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat
pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan
perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku
pelayanan sektor publik (SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004) menyatakan bahwa
pelayanan prima adalah:
1. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna jasa.
2. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan.
3. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar. Sedangkan yang
belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati
apa yang dianggap pelayanan standar dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal.
4. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan internal.
E. Standar Pelayanan
Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan
pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung baku mutu pelayanan. Pengertian mutu
menurut Goetsch dan Davis (Sutopo dan Suryanto, 2003) merupakan kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pihak yang menginginkannya.
Dalam teori pelayanan publik, pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar
pelayanan minimal (SPM). SPM adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau
janji dari penyelenggara negara kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas.
Dalam Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007)
standar pelayanan ini setidaknya-tidaknya berisi tentang: dasar hukum, persyaratan, prosedur
pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana,
kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawasan intern, penanganan pengaduan, saran
dan masukan dan jaminan pelayanan.
Jika suatu instansi belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut prima
jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai harapan pelanggan. Instansi yang belum
memiliki standar pelayanan perlu menyusun standar pelayanan sesuai tugas dan fungsinya
agar tingkat keprimaan pelayanan dapat diukur. Kepuasan masyarakat ini merupakan salah
satu ukuran berkualitas atau tidaknya pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi
pemerintah.
Bersandarkan pada SPM ini, seharusnya pelayanan publik yang diberikan (pelayanan
prima) oleh birokrasi pemerintah memiliki ciri sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan
strategis melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Nomor
63/Kep/M.PAN/7/2003 (Menpan, 2003) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraaan
Pelayanan Publik yang meliputi Kesederhanaan, Kejelasan, Kepastian Waktu, Akurasi,
Keamanan, Tanggung Jawab, Kelengkapan Sarana dan Prasarana, Kemudahan Akses,
Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan serta Kenyamanan. Inilah potret pelayanan publik
dambaan setiap warga masyarakat Indonesia setelah munculnya gerakan reformasi 1998
Barang Layanan
Barang layanan dapat dibagi menjadi empat kelompok (Savas dalam Sutopo dan
Suryanto, 1987:10-12) :
1. Barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan individu yang bersifat pribadi.
Barang privat (private goods) ini tidak ada konsep tentang penyediaannya, hukum
permintaan dan penawaran sangat tergantung pada pasar, produsen akan
memproduksi sesuai kebutuhan masyarakat dan bersifat terbuka. Penyediaan barang
layanan yang bersifat barang privat ini dapat mengikuti hukum pasar, namun jika
pasar mengalami kegagalan dan demi kesejahteraan publik, maka pemerintah dapat
melakukan intervensi.
2. Barang yang digunakan bersama-sama dengan membayar biaya penggunaan(toll
goods). Penyediaan toll goods dapat mengikuti hukum pasar di mana produsen akan
menyediakan permintaan terhadap barang tersebut. Barang seperti ini hampir sama
seperti barang privat. Penyediaan barang ini di beberapa negara dilakukan oleh negara
sehingga merupakan barang privat yang dikonsumsi secara bersama-sama.
3. Barang yang digunakan secara bersama-sama (collective goods). Penyediaannya tidak
dapat dilakukan melalui mekanisme pasar. Barang ini digunakan secara terus-
menerus, bersama-sama dan sulit diukur tingkat pemakaiannya bagi tiap individu
sehingga penyediaannya dilakukan secara kolektif yaitu dengan membayar pajak.
4. Barang yang digunakan dan dimiliki umum (common pool goods). Penyediaan dan
pengaturan barang ini dilakukan oleh pemerintah karena pengguna tidak bersedia
membayar untuk penggunaannya.
Keempat jenis barang di atas dalam kenyataannya sulit dibedakan karena setiap
barang tidak murni tergolong ke dalam karakteristik suatu jenis barang secara tegas. Barang
yang bersifat publik murni (pure public goods) biasanya memiliki tiga karakteristik (Olson
dan Rachbini dalam Sutopo dan Suryanto, 2003):
1. Penggunaannya tidak dimediasi oleh transaksi bersaing (non-rivalry)sebagaimana
barang ekonomi biasa;
2. Tidak dapat diterapkan prinsip pengecualian (non-excludability);
3. Individu yang menikmati barang tersebut tidak dapat dibagi yang artinya digunakan
secara individu (indisible).
G. Proses Pelayanan
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut menghasilkan suatu produk yang
berupa pelayanan kemudian diberikan kepada pelanggan. Pelayanan dapat dibedakan menjadi
tiga kelompok (Gonroos dalam Sutopo dan Suryanto, 2003:13):
a. Core service
Core service adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sebagai produk
utamanya. Misalnya untuk hotel berupa penyediaan kamar. Perusahaan dapat
memiliki beberapa core service,misalnya perusahaan penerbangan menawarkan
penerbangan dalam negeri dan luar negeri.
b. Facilitating service
Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada pelanggan. Misalnya
pelayanan check in dalam penerbangan. Facilitating servicemerupakan pelayanan
tambahan yang wajib.
c. Supporting service
Supporting service adalah pelayanan tambahan untuk meningkatkan nilai pelayanan
atau membedakan dengan pelayanan pesaing. Misalnya restoran di suatu hotel. Janji
pelayanan (service offering) merupakan suatu proses yaitu interaksi antara pembeli
(pelanggan) dan penjual (penyedia layanan). Pelayanan meliputi berbagai bentuk.
Pelayanan perlu ditawarkan agar dikenal dan menarik perhatian pelanggan. Pelayanan
yang ditawarkan merupakan janji dari pemberi layanan kepada pelanggan yang
wajib diketahui agar pelanggan puas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara menarik dan mepertahankan pelanggan adalah dengan cara mengembangkan
ikatan dan kesetiaan yang lebih kuat dengan pelanggan akhirnya,hal ini bertujuan untuk
memikat para pelanggan atau mempertahankan pelanggan yang loyal terhadap
suatu merk.Ada juga cara-cara lain untuk memikat para pelanggan yaitu dengan cara
memberikan diskon pada suatu produknya,hal ini mungkin akan mendatankan pelanggan-
pelanggan baru.Namun biaya untuk menarik pelanggan baru di perkirakan lima kali dari
biaya memuaskan pelanggan yang ada.
Di perlukan usaha yang besar untuk menarik pelanggan yang puas agar beralih dari
pemasok mereka.sayangnya,kebanyakan teori dan praktik pemasaran lebih terpusat pada seni
menarik pelanggan baru dari pada mempertahankan pelanggan yang sudah ada.Penekanan
secara tradisional di arahkan pada penjualan daripada perhatian kepada pelanggan setelah
penjualaan tetapi,saat ini lebih banyak perusahaan menyadari pentingnya memuaskan dan
mempertahankan pelanggan yang ada.
Ada dua cara untuk memperkuat ketahanan pelanggan.Pertama dengan mendirikan
rintangan beralih yang tinggi, maksudnya agar para pelanggan lebih enggan untuk beralih ke
pemasok lainnya jika melibatkan biaya modal yang tinggi, kehilangan potongan harga dan
sebagainya.Pendekatan yang lebihbaik adalah dengan memberikan kepuasaan tinggi
kepada pelanggan.Hal ini mempersulitkan pesaing untuk meruntuhkan rintangan beralih
dengan hanya menawarkan harga yang lebih rendah atau perangsang lain untuk beralih.
Pelayanan prima merupakan kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan
maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan secara baik atau minimal
sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Tujuan pelayanan prima adalah
memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan serta berfokus
kepada pelanggan/masyarakat secara sangat baik atau terbaik. Pelayanan prima bermanfaat
bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai pelanggan
dan sebagai acuan pengembangan penyusunan standar pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
Bari A. 2014. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Dalam
Berbelanja Di Cak Cuk Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 12
Buchory. A. 2006. Manajemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa. Penerbit Alfa Beta.
Bandung.
Dahlan, Alwi. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Dolan, R.J. 1991. Strategic Marketing Management. Boston, Massachusetts : Harvard
Business School Publications.
Hadiati S. dan R. Sarwi. 2001. Analisis Kinerja Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan pada Telkomsel Malang Area. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.
Vol.1, No. 1, September 1999 : 56 64
Hart, S.G. dan Staveland,L.E., 1988. Development of NASA Task Load Index. (TLX):
Results of Empirical and Theoritical Research, NASA-Ames. Research, California.
Kotler P. 2007. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. PT. Prehallindo. Jakarta.
Kotler P., Armstrong G. 2001. Prinsip Pemasaran. Jakarta;Erlangga
Kotler P., Armstrong G. 2002. Dasar-Dasar Pemasaran. Edisi Sembilan. Jilid Satu. Penerbit
Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Mowen. J.C. 2009. Consumer Behavior. Mc. Millan Publishing Company. Newyork.
Normann. 1991. Service Management. Chicester, England: Wiley & Son.
Rangkuti. F. 2002. Riset Pemasaran. Edisi Ketiga. PT. Gramedia, Jakarta.
Richard F. Gerson. 2002. Mengukur Kepuasan Pelanggan.Jakarta;Penerbit PPM
Schnaars, S.P. 1991. Marketing Strategy: A Costumer-Driven Approach. New. York: The
Free Press.
Sutopo, Suryanto. 2003. Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi.
Tjiptono. F. 2009. Strategi Pemasaran. Edisi Kedua, Penerbit Andi. Yogyakarta.
Umar. H. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. PT. Ghalia
Indonesia. Bogor.
William J. Stanton. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta ; Erlangga