Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Teori-Teori Motivasi

Disusun Oleh :

Nama : Febri Dhol Khori

Nim : 020100320

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Solusi Bisnis Indonesia

2022/2023
A. Latar Belakang
Motivasi merupakan salah satu topik yang paling sering diteliti dalam Perilaku
Organisasi. Banyak individu secara salah memandang motivasi sebagai sebuah sifat
pribadi. Dalam praktiknya, manajer yang tidak berpengalaman sering menyebut
karyawan mereka yang terlihat kurang termotivasi sebagai karyawan malas. Pendapat
demikian memberi asumsi bahwa karyawan tersebut malas atau kurang termotivasi.

Banyak organisasi di dunia ini yang gagal dalam mencapai tujuannya


dikarenakan kurangnya motivasi untuk bekerja pada karyawan-karyawannya. Untuk
itu, perlu dipelajari bagaimana membuat motivasi tersebut dan juga
menyampaikannya secara tepat agar karyawan yang semula tidak termotivasi menjadi
termotivasi. Dengan termotivasinya setiap karyawan yang ada, maka mereka akan
menyelesaikan tugasnya dengan baik. Hal ini tentu akan berimbas pada pencapaian
tujuan organisasi. Pencapaian ini akan menjadi lebih mudah dikarenakan tidak ada
karyawan yang malas karena mereka termotivasi untuk menyelesaikan tugasnya
masing-masing. Dalam makalah ini kita akan mempelajari tentang apa itu motivasi
dan teori-teorinya. Selanjutnya dijelaskan pula aplikasinya di organisasi-organisasi.
B. Kajian Teori
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah sebuah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan
usaha untuk mencapai suatu tujuan Tiga elemen utama dalam definisi motivasi
disini yaitu:
a. Intensitas
Berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Intensitas
merupakan elemen yang paling banyak mendapat perhatian ketika kita
membicarakan tentang motivasi.

b. Arah
Intensitas yang tinggi tidak akan menghasilkan prestasi kerja yang
memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi

c. Ketekunan
Dimensi ini merupakan ukuran mengenai berapa lama aseseorang bisa
mempertahankan usahanya.

2. Teori Motivasi Pada Zaman Dulu Tahun 1950 an


merupakan periode subur perkembangan konsep-konsep motivasi. Pada
periode ini terdapat tiga teori khusus yang meskipun sekarang diragukan
validitasnya, mungkin masih merupakan penjelasan-penjelasan mengenai motivasi
karyawan yang paling terkenal. Teori tersebut adalah hirarki teori kebutuhan, teori
X dan Y, dan dua fator. Alasan mengapa kita harus mengenal teori-teori kuno
tersebut ialah :
a. Teori –teori tersebut merupakan dasar berkembangnya teori-teori yang ada
saat ini.
b. Para manajer pelaksana masih menggunakan teori tersebut dalam
menjelaskan motivasi karyawan

 Teori Hirarki Kebutuhan Mallow


Teori Hirarki kebutuhan Abraham Maslow, Beliau Berpendapat bahwa
pada diri tiap orang terdapat hirarki dari lima kebutuhan :
a. Kebutuhan Aktualisasi diri : Pertumbuhan, pencapaian dan
pemenuhan diri sendiri, dorongan untuk mencapai apa yang ia
mampu capai
b. Kebutuhan Harga diri : Faktor harga diri internal seperti
penghargaan diri, otonomi, dan pencapaian prestasi dan faktor
harga diri eksternal seperti harga diri status, pengakuan dan
perhatian
c. Kebutuhan Sosial : Kasih saying, menjadi bagian dari
kelompoknya, diterima oleh teman-teman dan persahabatan
d. Kebutuhan Keamanan : keamanan dan perlindungan dari
gangguan fisik dan emosi dan juga kepastian bahwa kebutuhan
fisik akan terpenuhi.
e. Kebutuhan fisik : Makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasaan
seksual dan kebutuhan fisik lain.

Dalam Istilah Motivasi Maslow berpendapat bahwa tiap tingkat


dalam hirarki itu harus secara subtansi terpuaskan sebelum hirarki
berikutnya menjadi aktif dan setelah kebutuhan tersebut secara
subtansial terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak perlu lagi bias
memotivasi perilaku.
A. Teori-Teori Motivasi

1. Teori Kepuasan Pelanggan


Kata kepuasan ( satisfactioans ) berasal dari kata “ Statis “ ( artinya cukup
baik, memadai), dan “ Facio “ ( melakukan atau membuat ), kepuasan
konsumen merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
(kinerja atau hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Konsumen dapat mengalami salah satu dari tiga tingkat kepuasan umum yaitu
kalau kinerja di bawah harapan, konsumen akan merasa kecewa tetapi jika
kinerja sesuai dengan harapan pelanggan akan merasa puas dan apa bila
kinerja bisa melebihi harapan maka pelanggan akan merasakan sangat puas
senang atau gem bira, menurut Kotler yang dikutip kembali oleh Fandy
Tjiptono (2012:312) kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang ia persepsikan dibandingkan
dengan harapannya.

Kepuasan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan


kinerja ( atau hasil ) yang dirasakan dibandingkan dengan harapan. Jadi,
tingkat kepuasan dan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan
dengan harapan. Kepuasan peserta uji sepenuhnya dapat dibedakan pada tiga
taraf, yaitu :

a. Taraf pertama : memenuhi kebutuhan-kebutuhan peserta uji.


b. Taraf kedua : memenuhi harapan peserta uji dengan cara yang dapat
membuat mereka akan kembali lagi.
c. Taraf ketiga : melakukan lebih dari pada apa yang diharapkan peserta
uji kompetensi.

Dengan demikian tingkat kepuasan merupakan fungsi perbedaan antara


kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan,
maka peserta uji akan kecewa. Bila kinerja sesuai harapan peserta uji akan
puas. Harapan peserta uji dapa t dibentuk oleh pengalaman masa lampau,
komentar dari sahabat serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. Mutu
suatu jasa uji sertifikasi tergantung dari tingkat kepuasan peserta uji di dalam
melaksanakan uji, bila 13 dihubungkan dengan jasa uji sertifikasi, maka
bermutu atau tidaknya perusahaan tersebut, tergantung kepada puas atau
tidaknya para peserta uji.

A. Teori Kepuasan Pelayanan


Kepuasan konsumen juga dilandaskan adanya teori kepuasan (the
Expectancy Disconfirmation Model), yaitu model yang menjelaskan proses
terbentuknya kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. Yang mana menjadi
dampak perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan
yang didapatkan setelah melakukan pembelian. Dimana, hasil perbandingan
tersebut dapat dikelompokkan menjadi disconfirmation dan confirmation.
Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi, Sumarwan.

Perbedaan Teori Kepuasan :

1. Positive disconfirmation, terjadi jika kinerja sesungguhnya (actual


performance) lebih besar dari harapan (performance expectation)
konsumen.
2. Simple confirmation, terjadi jika kinerja sesungguhnnya sama
dengan harapan konsumen.
3. Negative disconfirmation, terjadi jika kinerja sesungguhnya lebih
kecil daripada harapan konsumen.

Dalam penerapannya, ada enam teori kepuasan konsumen. Dimana


teori ini terstruktur dalam tiga perspektif pokok, yaitu perspektif psikologi,
perspektif ekonomi, dan perspektif sosiologi. Perspektif psikologi terdiri dari
cognitive dissonance theory, contrast theory, assimilation contrast theory, dan
adaptation level theory. Sementara yang termasuk dalam perspektif ekonomi
adalah utility theory. Dan yang termasuk dalam perspektif sosiologi adalah
alienation theory.

B. Macam-macam teori Kepuasan konsumen

1. Cognitive Dissonance Theory


Cognitive dissonance theory adalah teori yang mengungkapkan
bahwa konsumen berusaha menekan disonansi, yang artinya
kesenjangan atau perbedaan antara ekspektasi dari kinerja produk
barang atau jasa. Diskonfirmasi negatif terwujud saat kinerja produk
lebih buruk dibandingkan dengan ekspektasi konsumen. Sebaliknya,
akan positif bila kinerja produk lebih bagus daripada ekspektasi
pelanggan. Teori ini memandang kepuasan konsumen sebagai evaluasi
yang memberikan hasil dimana pengalaman atau kinerja yang
dipersepsikan sebaiknya sama baiknya dengan yang diharapkan oleh
pelanggan.

2. Contrast Theory
Contrast theory memiliki arti yang berkebalikan dengan
cognitive dissonance theory. Dimana pada contrast theory, tidak
menekan disonansi namun justru memperbesar perbedaan antara
ekspektasi dengan kinerja produk barang atau jasa. Jika kinerja produk
yang dibeli konsumen melampaui ekspektasi, maka konsumen akan
merasa puas. Sebaliknya, jika kinerja produk di bawah ekspektasi,
maka konsumen akan merasa tidak puas. Teori ini secara tersirat
mengungkapkan bahwa konsumen sangat sensitive terhadap ekspektasi
yang tidak terpenuhi dan bisa bereaksi secara berlebihan dengan
sendirinya.

3. Assimilation Contrast Theory


Teori assimilation contrast theory berpendapat bahwa
konsumen mungkin menerima penyimpangan atau deviasi dari
ekspektasinya dalam batas tertentu. Jika produk, baik barang ataupun
jasa, dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen, tidak terlalu berbeda
dengan apa yang diharapkan, maka kinerja produk akan diasimilasi
atau diterima dan produk yang bersangkutan akan dievaluasi secara
positif alias dinilai memuaskan.
Namun, jika kinerja produk melampaui zona penerimaan
konsumen, maka perbedaan yang ada akan dikontraskan sehingga
tampak lebih besar dari sesungguhnya. Teori ini menjelaskan kepuasan
pelanggan dengan menggunakan dua teori sebelumnya.
Dalam kasus tingkat diskonfirmasi ekspektasi dan kinerja yang
moderat, konsumen akan berperilaku sesuai dengan cognitive
dissonance theory. Namun, jika tingkat diskonfirmasinya tinggi
melampaui zona penerimaan, maka konsumen akan berperilaku sesuai
dengan contrast theory. Yang membesar – besarkan perbedaan antara
ekspektasi dan kinerja produk.

4. Adaptation Level Theory


Adaptation level theory berpendapat bahwa individu hanya
mempersepsikan sebuah stimulus berdasarkan standar yang diadaptasi
olehnya dan standar tersebut bergantung pada persepsi terhadap
stimulus, konteks, karakteristik psikologis, dan fisiologis organisme.
Tingkat adaptasi yang sudah terbentuk menjadi penentu evaluasi
berikutnya dan memastikan bahwa setiap penyimpangan positif
maupun negatif tetap berada pada rentang posisi original individu yang
bersangkutan.
Satu – satunya yang dapat mengubah evaluasi akhir hanyalah
kekuatan besar pada tingkat adaptasi. Standar pembanding tingkat
adaptasi bagi kinerja produk adalah ekspektasi konsumen. Sementara
kekuatan principal yang menyebabkan penyimpangan positif atau
negatif dari tingkat adaptasi adalah peranan dari diskonfirmasi.
5. Utility Theory
Utiliry theory adalah theory yang termasuk dalam cakupan
ekonomi. Yang mengemukakan bahwa utility theory pada prinsipnya
berfokus pada cara konsumen dalam memilih dan membuat keputusan
berdasarkan preferensi dan penilaiannya terhadap nilai tertentu. Teori ini
memiliki unsur pokok berupa hubungan antara preferensi dan indiferensi
individu terhadap serangkaian alternatif produk, merek, dan pemasok.
Hal ini didasarkan pada sejumlah asumsi, diantaranya:

a. Asumsi connectivity, yaitu semua alternatif saling terkait


sehubungan dengan relasi antara preferensi dan indiferensi.

b. Asumsi consistency, adalah relasi preferensi antara dua alternative


tidak bisa diubah pada titik waktu tertentu.

c. Asumsi transitivity, yaitu jika ada tida alternatif, misal A, B, dan

6. Alienation Theory
Alienation theory adalah teori yang termasuk dalam perspektif
sosiologi, yang mana teori ini lebih menginterpretasikan sebuah konsep
tetang ketidapuasan pelanggan. Definisi alienation sendiri dapat
diidentifikasi dalam empat bentuk yang berbeda, seperti dijelaskan di
bawah ini:

 Powerlessness
Powerlessness jika dilihat dari sudut pandang konsumen,
mencerminkan perasaan tidak mampu mempengaruhi perilaku
pebisnis dalam melindungi kepentingannya sebagai konsumen.
Misalnya adalah konsumen sering merasa tidak berdaya ketika
perusahaan tidak memberikan respon atas komplainnya terhadap
produk yang tidak dapat memenuhi ekspektasinya.

 Meaninglessness
Meaninglessness jika dilihat dari sudut pandang konsumen
adalah penggambaran bahwa dirinya tidak mampu membuat
keputusan pembelian secara bijaksana karena minimnya
kepercayaan diri, informasi produk alternatif, dan faktor lainnya.

 Normlessness
Menurut normlessness, bentuk merefleksikan keyakinan
sebagian besar konsumen yaitu setiap pelaku bisnis cenderung
berperilaku tidak etis dan melakukan praktik ketidak adilan dalam
aktivitas pemasarannya. Contohnya adalah keyakinan konsumen
bahwa perusahaan sengaja meluncurkan produk smartphone seri
terbaru untuk mengeliminasi smartphone model lama secara
bertahap.
 Isolation
Dari sudut pandang konsumen, isolation artinya mereka
merasa terisolasi ketika tidak mampu memahami makna iklan
produk dengan benar dan tidak mampu mengalami kondisi
berbelanja yang menyenangkan dan membuat mereka ingin
kembali ke tempat itu.

C. Faktor-fakktor yang mempengaruhi Kepuasaan

1. Produk yang dihasilkan


Faktor yang mempengaruhi pertama kali adalah produk yang
dihasilkan oleh perusahaan atau yang ditawarkan oleh perusahaan,
baik barang maupun jasa. Konsumen akan merasa puas jika produk
tersebut berguna bagi konsumen dan memiliki kualitas yang baik.
Jika konsumen puas, mereka akan meminta perusahaan untuk
menyediakan produk tersebut. Ini menjadi nilai plus sekaligus
tantangan bagi perusahaan untuk dapat memenuhi keinginan
konsumen tersebut.

2. Pelayanan
Faktor kedua yang mempengaruhi kepuasan konsumen adalah
pelayanan. Tidak hanya usaha dalam bidang jasa, namun juga dalam
penjualan produk. Dimana, pelayanan yang baik adalah kunci
mendapatkan konsumen yang loyal. Dengan pelayanan yang baik,
tidak hanya mempertahankan pelanggan, tapi juga mencerminkan
citra baik perusahaan.

3. Faktor Emosional
Ketika konsumen mendapatkan pelayanan yang baik, maka
akan timbul faktor emosional. Dimana, kepuasan secara emosional
akan membuat konsumen semakin loyal terhadap produk yang
disediakan oleh perusahaan.

4. Iklan
Tidak dapat ditepis bahwa iklan dapat menjadi pengaruh yang
kuat dalam mempengaruhi kepuasan konsumen. Oleh karena itu,
perusahaan perlu membuat iklan semenarik mungkin. Serta
menjelaskan dengan detail keunggulan dari produk yang ditawarkan.

5. Memberikan Kemudahan
Faktor memberikan kemudahan ini maksudnya adalah,
seberapa mudah konsumen mendapatkan produk hingga proses
transaksi pembayarannya. Tentunya, konsumen tidak ingin menunggu
terlalu lama dan membuang waktu mereka. Hal ini juga tidak terlepas
dari pelayanan, dimana jika pelayanan konsumen baik dan mudah
mendapatkan produk, maka loyalitas konsumen akan terwujud.
D. Indikator Kepuasan Konsumen

Dalam kepuasan konsumen, terdapat indikator – indikator dimana dapat


dikatakan suatu produk memenuhi kepuasan konsumen. Dan dapat dikatakan
apakah konsumen puas dengan produk yang disediakan oleh perusahaan.
Menurut Kotler, et al., (1996), ada 4 indikator untuk mengukur
kepuasan konsumen. Yang mana indikator ini dapat menentukan, apakah
konsumen sudah puas dengan produk yang ditawarkan perusahaan atau belum.
Berikut empat indikatornya:

1. Melalui Keluhan, Saran, dan Komplain Pelanggan


Jika ada kotak keluhan dan saran di tempat – tempat tertentu
pada tempat umum, baik penyedia barang maupun jasa, jangan
diabaikan. Kotak ini akan sangat bermanfaat baik bagi konsumen
maupun bagi perusahaan. Di kotak ini, konsumen dapat menulis
langsung keluhan, kritik, hingga saran yang diharapkan atas produk
yang dibeli atau digunakan.

Bagi perusahaan, surat – surat dari konsumen tersebut dapat


dijadikan masukan untuk evaluasi kedepannya. Namun sekarang,
penyampaian kritik, keluhan, maupun saran dapat dilakukan secara
online. Misalnya setelah melakukan pembelanjaan online, konsumen
akan diminta memberikan rating dan komentar atas produk dan layanan
yang telah digunakan. Atau memberikan penilaian terhadap aplikasi
yang digunakan.

Seperti halnya setelah menggunakan jasa ojek online, konsumen


akan diminta memberikan rating untuk pengemudi, restoran tempat
membeli makan, hingga aplikasi yang digunakan. Sebaiknya, konsumen
dapat memberikan penilaian yang objektif dan jujur, serta disampaikan
dengan cara yang baik. Lebih baik jika menyampaikan juga bagaimana
baiknya.

Hal ini dapat menjadi bahan evaluasi dan perbaikan bagi


perusahaan. Dan sebaiknya, perusahaan benar – benar
memperhitungkan kritik dan saran dari konsumen. Jangan lari ketika
konsumen menyampaikan komplain, karena dari sanalah dapat menjadi
perbaikan bagi perusahaan.

2. Menyewa Jasa Ghost Shopping


Ghost shopping adalah salah satu cara memperoleh gambaran
kepuasan konsumen dengan cara mempekerjakan beberapa orang untuk
menjadi atau bersikap sebagai konsumen. Ghost shopper ini juga dapat
disewa untuk menjadi calon konsumen potensial pada perusahaan
pesaing perusahaan.

Tugas dari ghost shopping utamanya tidak hanya untuk


berbelanja, tapi juga untuk mengamati bagaimana cara konsumen
berbelanja. Ghost shopper juga dapat bertanya langsung pada konsumen
lainnya, seperti meminta pendapat, atau bertanya hal yang diperlukan.
Bahkan, tidak hanya itu tugas dari ghost shopper, dimana selain
mengamati konsumen terkadang ghost shopper juga harus mengamati
karyawan dari perusahaan.

Mereka harus mengawasi bagaimana cara karyawan melayani


konsumen, menanggapi keluhan konsumen, dan lainnya. Dan biasanya,
ghost shopper ini direkrut oleh manager tanpa diketahui oleh anak
buahnya. Sehingga, manager tidak hanya dapat memahami keinginan
konsumen tapi juga mendapatkan informasi mengenai bagaimana cara
karyawan melayani konsumen.

3. Lost Customer Analysys, Ketika konsumen beralih ke perusahaan


atau produk lain, bukan berarti ini adalah akhir dari hubungan dengan
konsumen. Justru ketika perusahaan mengetahui ada konsumen yang
beralih, perusahaan dapat menghubungi konsumen. Baik melalui nomor
telepon, WhatsApp, atau email, dimana perusahaan mendapatkan
kontak dari konsumen. Dalam pemberitahuan kepada konsumen,
perusahaan dapat menyampaikan kepada konsumen untuk
menyampaikan apapun yang dirasakan konsumen terhadap produk atau
layanan yang didapatkan. Dari pendapat konsumen tersebut, perusahaan
dapat mengambil kebijakan dan penyempurnaan selanjutnya. Jika
perusahaan dapat mewujudkan keinginan konsumen, perusahaan dapat
menginfokan kembali kepada konsumen.

4. Survei Kepuasan Konsumen, Hampir sama dengan kotak saran,


dimana survei kepuasan konsumen diberikan kepada konsumen setelah
mendapatkan produk dan layanan yang diberikan perusahaan. Survei ini
dapat dibagikan secara offline maupun online. Untuk memperoleh
jawaban yang benar – benar akurat dan bermanfaat, ada hal yang harus
diperhatikan. Diantaranya adalah:

a. Menghindari pertanyaan yang terlalu banyak, karena konsumen


akan merasa bosan.

b. Berikan arahan pertanyaan yang jelas, sehingga dapat dijawab


secara jelas oleh konsumen.

c. Supaya mendorong konsumen untuk menjawab survei,


perusahaan dapat memberikan hadiah atas ketersediaan
konsumen mengisi survei.

d. Gunakan media yang paling efektif dalam melakukan survei.


Kepuasan konsumen menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan oleh perusahaan. Untuk mencapai tingkat penjualan yang
diharapkan oleh perusahaan. Dan tentunya, ada indikator yang harus
dicapai supaya kepuasan konsumen dapat dinilai dengan tepat.

2. Teori Proses
Teori Motivasi ProsesTeori proses ini berlawanan dengan teori-teori
kebutuhan yang diuraikan di atas. Teori-teori proses memusatkan perhatianny
pada bagaimana motivasi terjadi. Dengan kata lain teori proses pada dasarnya
berusaha menjawab pertanyaan bagaimana menguatkan, mengarahkan,
memelihara dan menghentikan perilakuindividu agar setiap individu bekerja giat
sesuai dnegan keinginan manajer. Bila diperhatikan secara mendalam, teori ini
merupakan proses sebab akibat bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang
telah diperolehnya. Jadi, hasil yang dicapai tercermin dalam bagaimana proses
kegiatan yang dilakukan seseorang.
Ada tiga teori motivasi proses yang lazim dikenal yaitu teori harapan, teori
keadilan dan teori pengukuhan (Sutrisno, 2009:154).
a. Teori harapan (Expectacy theory) menyatakan bahwa kekeuatan yang
memotivasi seseorang bekerja giat dalam pekerjaannya bergantung
pada hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dengan
kebutuhan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan
akan memberikan pemuasan bagi keinginan sebagai imbalan atas usaha
yang dilakukannya itu. Bila keyakinan yang diahrapkan cukup besar
untuk memperoleh kepuasannya, ia akan bekerja keras pula, dan
sebaliknya. Teori harapan didasarkan atas harapan, nilai dan pertautan.

b. Teori keadilan (Equity Theory) menekankan bahwa ego manusia selalu


mendambakan keadilan dalam pemberian hadiah maupun hukuman
terhadap setiap perilaku relatif sama. Bagaiman perilaku bawahan
dinilai atasan akan memengaruhi semangat kerja mereka. Keadilan
merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja sesorang.
Jadi, atasa harus bertindak adil terhadap semua bawahannya.

c. Stoner dan Freeman dalam Sutrisno (2009:156) menjelaskan bahwa


kebanyakan pembahasan dan penelitian mengenai teori keadilan
berpusat pada uang sebagai imbalan yang dianggap paling penting di
tempat kerja. Seseorang mebandingkan imbalan yang mereka terima
untuk upayanya dengan imbalan yang orang lain terima.

d. Teori pengukuhan (reinforcmencet theory) didasarkan atas hubungan


sebab dan akibat perilaku dengan pemberian kompensasi. Misalnya
promosi bergantung pada prestasi yang selalu dapat dipertahankan.sifat
ketergantungan tersebut bertautan dengan hubungan antar perilaku dan
kejadian yang mengikuti perilaku itu.
C. Kesimpulan
Motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang
atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukan
nya sehingga Ia dapat mencapai tujuan nya. Dalam suatu penerapan perilaku
Organisasi, pembahsan tentang teori motivasi dalam organisasi memang sangat
penting dalam kajian perilaku organisasi. Karena setiap personil atau pegawai pasti
memerlukan suatu motivasi baik dari dalam diri maupun drai orang lain, untuk itu
apabila orang suda terdorong atau termotivasi maka kinerja seseorang itu akan
meningkat. Sehingga, akan memprcepat proses penyelesaian tugasnya dalam bekerja.

Anda mungkin juga menyukai