Anda di halaman 1dari 22

a.

PENGERTIAN KEPUASAN KERJA

Setiap orang yang memiliki pekerjaan tentu sangat mengharapkan

memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja

adalah hal yang bersifat individual karena setiap individu pasti memiliki tingkat

kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri

setiap individu. Semakin banyak aspek di dalam pekerjaan yang sesuai dengan

keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan oleh

setiap individu. Menurut Kreitner dan Kinicki (2001;271) Kepuasan kerja

adalah “Suatu efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek

pekerjaan”.

Menurut Robbins (2003:78) Kepuasan kerja adalah “Sikap umum

terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukan perbedaan antara jumlah

pengharagaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakii seharusnya

mereka terima” Kepuasan kerja merupakan respon yang afektif atau emosional

terhadap berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja

bukan konsep tunggal. Seseorang dapat relative puas dengan salah satu aspek

yang ada di pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lainnya.

Kepuasan kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap pekerjaannya,

yang dimana timbul berdasarkan penilitian terhadap situasi kerja, penilaian

dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai


penting dalam setiap pekerjaan. Karyawan yang puas lebih menyukai situasi

kerjanya daripada tidak menyukainya sama sekali.

Perasaan yang terhubung dengan kepuasan dan ketidakpuasan kerja

cenderung lebih mencerminkan adanya penaksiran dari tenanga kerja tentang

pengalaman kerja pada waktu sekarang dann masa lampau dari pada harapan-

harapan untuk masa depan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai–nilai pekerjaan dan kebutuhan

yang mendasar.

Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam

melakukan tugas pekerjaan. Nilai-nilai yang ingin dicapai ialah nilai pekerjaan

yang dianggap penting oleh individu, dan nilai-nilai pekerjaan juga harus sesuai,

serta bias membantu pemenuhan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga

kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja. (Handoko dalam Sutrisno

(2016:75))

Kepuasan kerja secara menyeluruh bagi seorang individu adalah jumlah

dari kepuasan kerja (dari setiap aspek yang ada di dalam pekerjaan) dikalikan

dengan derajat pentingny aspek pekerjaan bagi individu. Seorang individu tentu

akan merasa puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan suesuatu

yang bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana seorang individu

mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-


keinginannya dengan hasil yang didapatnya. (Handoko dalam Sutrisno

(2016:75))

Sehinga dapat disimpulkan pengertian kepuasan kerja adalah sikap yang

positif dari tenaga kerja meliputi perasaan dan tingkah laku seorang individu

terhadap pekerjaannya, melalui penilaian salah satu pekerjaan sebagai rasa

menghargai dalam mencapai salah satu nila penting pekerjaannya.

b. Teori Kepuasan Kerja

Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat

sebagian individu lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa

lainnya. Teori ini juga membahas tentang landasan proses perasaan orang

terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja

yaitu:

1. Two Factor Theory ( Teori Dua Faktor dari Herzberg)

Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan

merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu

motivators dan hygine factors. Dikarenakan ketidakpuasaan

dihubungkan dengan kondisi sekitar pekerjaan (kondisi kerja, upah,

keamanan, kualitas pegawai,dan hubungan dengan orang lain) dan

bukan dengan pekerjaan itu sendiri. Dalam teoiri ini adanya

keseimbangan yang menjadi tolak ukur dalam kepuasan kerja dengan


membandingkan antara nilai yang menunjang pelaksanaan kerja yang

sebagian (input) dan nilai yang dirasakan pegawai sebagai outcome.

Sedangkan kepuasan itu sendiri diambil dari suatu factor yang

berhubungan dengan pekerjaan atau hasil langsung seperti sifat

pekerjaannya, prestasi yang dimiliki dalam pekerjaannya, peluang

promosi dan peluang untuk melakukan pengembangan diri dan

pengakuan dari orang lain. Karna dalam teori ini berhubungan dengan

tingkat kepuasan kerja yang tinggi.

2. Value Theory (Teori Nilai dari Smith)

Menurut teori ini, karyawan bisa mengukur tingkat kepuasan kerja

dengan cara melakukan perhitungan selisih antara kewajiban dan

kenyataan yang dirasakan para karyawan. Teori ini juga bisa

memberikan kepuasan terhadap karyawan, karna karyawan mendapat

apa yang mereka inginkan. Oleh karna itu, karyawan ini diminta untuk

memberitahukan kejadian yang dialaminya baik yang memberikan

kepuasan maupun yang tidak. Jadi konsep dalam teori kepuasan kerja

ini adalah tingkat dimana hasil suatu pekerjaan diterima oleh individu

seperti yang diinginkan oleh perusahaan. Jika semakin sedikit

karyawan yang menerima hasil, maka karyawan akan merasa kurang

puas dan begitupun sebaliknya. Jadi cara yang paling efektif untuk
memuaskan karyawan dalam bekerja adalah dengan menemukan apa

yang mereka mau. Karna jika tidak akan semakin besar perbedaan dan

semakin rendahnya kepuasan karyawan.

3. Exceptancy Theory (Teori Pengharapan dari Victor H. Vroom)

Teori pengharapan ini merupakan kekuatan yang bisa memotivasi

seseorang untuk bekerja secara maksimal dalam mengerjakan

pekerjaannya dalam perusahaan tergantung dari hubungan timbal balik

dari hasil pekerjaannya itu. Teori ini bertujuan untuk menentukan

tindakan yang akan menghasilkan suatu harapan yang diinginkan oleh

tenaga kerja. Teori ini menjelaskan bahwa individu akan menilai

strategi dalam tindakan tertentu seperti bekerja keras dan berusaha

dengan maksimal serta akan melakukan tindakan yang mendapatkan

balasan seperti kenaikan gaji atau penghargaan yang bernilai bagi

individu itu. Dengan begitu, maka apakah karyawan yakin perusahaan

akan memberikan pemuasan bagi keiinginannya sebagai imbalan atas

usaha yang dilakukannya untuk perusahaan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik, karena

kepuasan yang tinggi merupakan ciri suatu organisasi yang dikelola


denngan baik dan pada dasarnya merupakan hasil kepemimpinan yang

efektif. Tentu setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-

beda. Banyak factor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.

Menurut Gilmer (1996) dalam buku Edy Sutrisno (2009:77-78), factor-

faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut :

1. Kesempatan Untuk Maju

Karyawan akan diberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman

dan peningkatan kemampuan selama bekerja. Apabila karyawan

mampu meningkatkan kerjanya dengan baik akan diberikan gaji

tambahan sesuai dengan hasil kerjanya. Sebaliknya, apabila karyawan

tidak mencoba atau menyia`nyiakan kesempatan tersebut maka bagi

individu sendiri selain tidak adanya pengembangan skill, knowledge,

and attitude. Karyawan juga tidak akan mendapatkan upah yang

setimpal dikarenakan semua hasil gaji yang diberikan tergantung

dengan apa kinerja kita di perusahaan.

2. Keamanan Kerja

Faktor ini deisebut sebagai penunjang kepuasan kerja bagi

karyawan. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan

karyawan selama bekerja. Jika karyawan merasa aman dalam bekerja

tentunya karyawan pasti merasa puas dan terus bekerja dalam

organisasi tersebut, keamanan dalam organisasi atau perusahaan juga


sangat berpengaruh dalam produktivitas karyawan. Apabila karyawan

merasa aman dalam melakukan segala tugas-tugas yang diberikan saat

bekerja maka dapat meningkatkan produktivtas juga tanpa harus

merasa was-was akan hal yang akan terjadi.

3. Gaji

Faktor yang satu ini sangat diharapkan oleh karyawan, dikarenakan

gaji merupakan sebagai penentu dari kepuasan kerja. Gaji lebih

banyak menyebabkan ketidakpuasan dan sangat jarang orang mau

mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang

diperolehnya. Karena bagi setiap karyawan yang bekerja tentunya

mengharapkan balas jasa dari perusahaan. Tetapi tentu jika karyawan

mengharapkan upah dengan jumlah yang besar maka harus

diseimbangkan dengan kinerja karyawan tersebut, apabila karyawan

tersebut bersungguh-sungguh dengan meningkatkan kinerjanya dan

berdampak menaikan laba atau target perusahaan maka karyawan

tersebut layak untuk mendapatkan upah dengan apa yang sudah di

kerjakan.

4. Perusahaan dan manajemen


Perusahaan dan manajemen yang baik mampu menyediakan

lingkungan kerja dan kondisi kerja yang stabil, yang merupakan

bagian penting dari kepuasan karyawan.

5. Kondisi Kerja

Salah satu faktor pendukung dalam peningkatan kepuasan kerja

adalah memperhatikan kondisi kerja. Ketika adanya kondisi kerja

yang memadai, karyawan akan mencintai pekerjaan mereka dengan

berusaha sekuat tenaga. Kepuasan kerja secara positif terkait dengan

faktor-fator seperti cahaya, ventilasi, kelembaban, suhu, kebersihan,

lokasi, dan lain-lain. Karena apabila perusahaan atau sebuah

organisasi memperhatikan kondisi kerja para karyawan maka

karyawanpun akan dengan nyaman melakukan pekerjaannya.

d. Cara Meningkatkan Kepuasan Kerja

Menurut Riggio (2005), terdapat beberapa cara yang dapat digunakan

dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan di perusahaan. Sebagai

berikut :

1. Melakukan Perubahan Struktur Kerja

Perubahan sturuk pekerjaan dapat dilakukan dengan perputaran

pekerjaan dan perluasan pekerjaan. Perputaran pekerjaan (job


rotation), adalah proses mengubah pekerjaan dari satu jenis pekerjaan

ke jenis lainnnya yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan. Perluasan,

juga dikenal sebagai perluasan atau pemekaran pekerjaan (Job

Enlargement) cara kedua ini biasanya di praktikan pada karyawan

yang diberi lebih banyak tugas dan bervariasi untuk memberi mereka

perasaan bahwa mereka adalah bagian dari organisasi

2. Melakukan Perubahan Struktur Pembayaran

Perubahan sistem pembayaran dilakukan dengan berdasarkan pada

keahliannya (skill-based pay), yaitu dengan pembayaran para pekerja

yang digaji berdasarkan pengetahuan dan keterampilannya dari pada

posisinya di perusahaan. Yang kedua adalah pembayaran yang

didasarkan pada jasanya (Merit Pay), yang berarti para pekerja

dibayar berdasarkan performanya dan pencapaian finansial mereka

dari hasil kerja keras mereka ssendiri. Pembayaran ketiga adalah

pembagian keuntungan atau pembayaran yang didasarkan pada

keuntungan kelompok.

3. Pemberian Jadwal Kerja Yang Fleksibel

Dengan memberikan control pada para pekerja mengenai pekerjaan

sehari-hari mereka, cara ini sangat penting bagi para pekerja yang

bekerja di wilayah padat atau yang memiliki anak-anak. Pekerjaan


mingguan (Compressed Work Week) yang dipadatkan adalah ketika

jumlah pekerjaan per harinya dikurangi dan jumlah jam kerja per hari

ditingkatkan. Para pekerja dapat memiliki waktu untuk liburan dengan

memadatkan pekerjaan mereka yang hanya dilakukan dari senin

hingga jumat. Dalam cara yang kedua, seorang karyawan

menggunakan sistem penjadwalan, karyawan menjalankan sebuah

sejumlah jam tertentu setiap minggu yang dikenal sebagai Flextime.

Tetapi mereka masih memiliki flesibilitas untuk menentukan kapan

mereka memulai dan mengakhiri pekerjaan mereka.

4. Mengadakan Program yang Mendukung

Perusahaan memiliki program yang dianggap dapat meningkatkan

kepuasan kerja karyawan, seperti health center, profit sharing, and

employee sponsored child.

e. Indikator Kepuasan Kerja

Bagi karyawan, indicator kepuasan kerja sangat penting karena

merupakan salah satu cara untuk mengetahui seberapa puas mereka

dengan pekerjaan mereka (Kadek Januarsa Adi Sudharma. November

2022). Menurut Yuwono, yang dikutip Spector dalam Badriyah (2015:

241), ada beberapa indikator kepuasan kerja. Seperti yang disebutkan

dibawah ini :
1. Upah

Karyawan yang mampu menyelesaikan tugas dan tanggung

jawabnya dengan baik akan diberi upah yang diterima dan kenaikan

gaji yang sesuai dengan kinerjanya.

2. Promosi

Aspek ini menghitung seberapa jauh kepuasan karyawan berkaitan

dengan kebijaksanaan promosi, kesempatan untuk memperoleh

promosi. Strategi promosi yang harus dilakukan dengan adil, yaitu

setiap pekerja yang menyelesaikan tugas dengan baik dapat

berkesempatan yang sama untuk promosi.

3. Supervisi

Aspek ini mengukur kepuasan kerja seseorang terhadap atasannya.

Karyawan cenderung lebih menyukai bekerja dengan atasan yang

bersifat mendukung, pengertian, hangat, dan besahabat, memberi

pujian atau apresiasi atas kinerja karyawan yang baik, dan

memusatkan perhatian kepada karyawan daripada bekerja pada atasan

yang cenderung bersifat acuh tak acuh, kasar, dan memusatkan pada

pekerjaan.

4. Benefit

Aspek ini mengukur sejauh mana individu merasa puas terhadap

tunjangan tambahan yang diterima dari perusahaan. Tujangan


tambahan dari perusahaan yang diberikan untuk para karyawan harus

secara adil dan sebanding.

5. Contingents Rewards

Aspek ini mengukur sejauh mana individu merasa puas terhadap

penghargaan yang diberikan berdasarkan hasil kerja. Apabila

karyawan melakukan tugas dan menciptakan kinerja dengan baik

beserta menjadi individu yang sangat produktivitas bagi perusahaan

maka perusahaan memiliki hak untuk memberikan rewards yang

sepadan bagi karyawanya.

B. Produktivitas karyawan

1. Pengertian Produktivitas

Menurut Luqman Hafidz (2023) produktivitas karyawan merujuk

pada seberapa efisien dan efektif seseorang dalam menyelesaikan tugas-

tugas yang diberikan. Hal seperti ini sangat penting dalam menjaga

keberlangsungan bisnis, karena produktivitas yang baik akan membawa

dampak baik pada kinerja perusahaan dan kepuasan pelanggan. Meskipun

demikian, terdapat beberapa faktor lain seperti beban pekerjaan, tingkat

kelelahan, atau masalah personal yang dapat mempengaruhi produktivitas

karyawan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memperhatikan

kesejahteraan karyawan dan mencari cara yang optimal untuk


meningkatkan produktivitas tanpa membebani karyawan secara

berlebihan.

Menurut Shirley Candrawardhani (2023) produktivitas kerja adalah

ukuran perbandingan kualitas dan kuantitas dalam satuan waktu tertentu

yang bertujuan untuk mencapai hasil kerja secara efektif dan efisien

dengan menggunakan sumber daya yang ada. Jadi, produktivitas kerja

berkaitan dengan masukan (input) dan keluaran (output). Hal ini bisa

terlihat dari berapa banyak material dan waktu yang dibutuhkan dalam

proses kerja untuk mencapai jumlah target pekerjaan (output).

(Hanaysha, 2016), produktivitas karyawan merupakan hal yang

penting dalam perusahaan, jika karyawan bekerja secara produktif maka

perusahaan dikatakan berhasil meraih tujuan dan jika karyawan tidak

bekerja secara produktif maka perusahaan dikatakan tidak berhasil

mencapai tujuan perusahaan. Pada dasarnya seseorang karyawan harus

memiliki sikap yang optimis yang berakar pada keyakinan bahwa hari

esok akan lebih baik dari hari ini serta harus didasarkan pada kemampuan

dan keterampilan sesuai kompetensi serta harus di dukung oleh pelatihan

kerja yang tinggi (Ruauw dkk., 2015). Produktivitas kerja karyawan

menurut Goal (2014:686) merupakan prestasi karyawan dilingkungan

kerjanya. Produktivitas kerja merupakan pemamfaatan atau penggunaan

sumber daya manusia secara efektif dan efesien.


Berdasarkan penjelasan produktivitas diatas, bisa disimpulkan

bahwa produktivitas karyawan adalah ukuran sejauh mana seorang

pekerja atau sekelompok pekerja dapat menghasilkan output atau hasil

kerja dalam suatu periode waktu tertentu. Produktivitas ini sering

dihubungkan dengan efisiensi dan efektivitas dalam melaksanakan tugas-

tugas mereka. Jadi pada intinya, produktivitas karyawan adalah faktor

kunci dalam kesuksesan sebuah organisasi, dan pengelolaan yang baik

untuk meningkatkannya dapat membawa manfaat signifikan bagi

perusahaan.

2. Faktor-Faktor Produktivitas

Faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan, aada beberapa

faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan di perusahaan

sebagai pemilik usaha atau bisnis. Menurut Kecklojen (2016) faktor yang

mempengaruhi produktivitas karyawan, yaitu :

1. Faktor Individu atau karyawan itu sendiri

Faktor ini biasanya merupakan hal-hal yang menyangkut

kondisi dan situasi karyawan itu sendiri. Faktor individu ini juga

memainkan peran krusial dalam produktivitas karyawan. Ini

mencakup karakteristik, sikap, dan perilaku masing-masing pekerja

yang memengaruhi sejauh mana mereka dapat berkontribusi efektif

dalam lingkungan kerja. Perusahaan harus bisa memahami peran


faktor individu ini dalam produktivitas karyawan dan memberikan

dukungan serta pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkannya.

Selain itu, pengenalan program motivasi dan penghargaan dapat

membantu memotivasi karyawan untuk mencapai potensi

produktivitas maksimal mereka.

2. Faktor Pendidikan

Tingkat kecerdasan karyawan dilihat dari tingkat

pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan semakin besar

kemungkinan untuk mendapatkan tujuan kejenjang yang lebih

baik. Oleh karena itu, pendidikan berhubungan dengan

produktivitas kerja staf dan karyawan. Faktor pendidikan ini

mempengaruhi kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan

individu yang pada gilirannya bisa mempengaruhi sejauh mana

mereka bisa berkontribusi secara efektif dalam lingkungan kerja.

Meskipun faktor pendidikan adalah faktor penting dalam

produktivitas karyawan, perlu untuk diingat bahwa pengalaman

kerja, pelatihan lanjutan, dan pengembangan keterampilan juga

berperan penting dalam meningkatkan produktivitas. Pengelolaan

sumber daya manusia (SDM) yang bijak harus bisa

mempertimbangkan faktor-faktor ini untuk mencapai produktivitas

yang optimal dalam organisasi.

3. Faktor Kesehatan Jasmani dan Rohani


Salah satu tugas pimpinan perusahaan adalah menjamin

kesehatan karyawan yaitu dengan cara mengatur jam kerja,

meniadakan lembur sehingga dapat menciptakan kegiatan kerja

para karyawan. Karyawan yang sehat juga pasti akan dapat

meningkatkan produktivitas kerjanya. Faktor kesehatan jasmani

dan rohani juga sangat berpengaruh dalam produktivitas karyawan

karena kesejahteraan fisik dan mental bisa mempengaruhi kinerja

karyawan mereka secara signifikan. Karna dengan begitu

seharusnya manajemen yang bijak akan memperhatikan kesehatan

jasmani dan rohani karyawan sebagai bagian integral dalam

strategi untuk meningkatkan produktivitas. Ini bisa mencakup

program kesehatan dan kesejahteraan, dukungan untuk kesehatan

mental, serta menciptakan budaya kerja yang inklusif dan

seimbang. Dengan demikian, karyawan bisa mencapai potensi

produktivitas mereka dengan lebih baik.

4. Faktor Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja yang baik akan berpengaruh besar dalam

meningkatkan produktivitas. Lingkungan kerja yang bersih dapat

mempengaruhi karyawan untuk bekerja lebih giat. Faktor

lingkungan kerja sendiri merupakan salah satu aspek penting dalam

produktivitas karyawan. Lingkungan kerja yang baik bisa

meningkatkan motivasi, kesejahteraan, dan kinerja karyawan.


Penting bagi perusahaan dalam memperhatikan faktor-faktor ini

dan berusaha menciptakan lingkungan kerja yang mendukung

produktivitas karyawan. Ini tidak hanya bermanfaat bagi individu,

tetapi juga berdampak baik pada kinerja perusahaan secara

keseluruhan baik itu dari karyawannya maupun atasannya.

5. Faktor Manajerial

Gaya kepemimpinan yang efektif, memotivasi,

mengarahkan, dan menggerakan bawahannya agar dapat bekerja

dengan lebih semangat dan bergairah dalam melaksanakan tugas.

Manajemen yang efektif dalam faktor manajerial ini bisa

membimbing, memotivasi, dan memberikan arahan yang jelas

kepada karyawan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan

kinerja mereka. Manajerial yang efektif juga menjadi salah satu

faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas karyawan. Manajer

yang memiliki keterampilan dalam memotivasi, mengarahkan, dan

mengembangkan tim mereka bisa menciptakan lingkungan kerja

yang produktif dan sukses.

6. Motivasi

Pemberian motivasi oleh seseorang pimpinan yang baik akan

membimbing dan melatih karyawannya. Memotivasi setiap

karyawan tidaklah mudah, sebab setiap karyawan mempunyai latar

belakang, pengalaman, harapan dan keinginan yang berbeda.


Faktor motivasi merupakan suatu dorongan internal atau eksternal

yang mendorong seseorang untuk bertindak atau bekerja dengan

maksimal. Pemahaman tentang apa yang memotivasi karyawan

adalah kunci untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam

organisasi. Manajemen yang bijak akan berusaha untuk

mengidentifikasi dan memenuhi faktor-faktor motivasi individu

dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung motivasi yang

berkelanjutan.

7. Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan mempunyai efek yang sangat

penting dalam meningkatkan produktivitas kerja. Produktivitas

kerja seorang karyawan perlu mendapat perhatian dari perusahan

karena produktivitas kerja akan meningkatkan keuntungan bagi

perusahaan. Produktivitas dapat dimaksudkan sebagai penggunaan

sumber-sumber ekonomi yang digerakan secara efektif dan

memerlukan keterangan organisator dan teknik sehingga

mempunyai tingkat hasil guna yang tinggi, artinya hasil yang

diperoleh seimbang dengan masukan yang diolah. Faktor peralatan

yang digunakan dalam produktivitas karyawan memiliki dampak

yang signifikan pada kemampuan mereka untuk menyelesaikan

tugas dengan efisien. Peralatan yang tepat bisa meningkatkan

produktivitas, sementara peralatan yang kurang efisien dapat


menghambat produktivitas. Faktor peralatan ini tidak hanya

berlaku untuk bisnis atau pekerjaan yang melibatkan peralatan

fisik, tetapi juga untuk pekerjaan berbasis teknologi di mana

komputer dan perangkat lunak merupakan peralatan utama.

Investasi yang bijaksana dalam peralatan yang sesuai dan efisien

bisa membantu meningkatkan produktivitas karyawan dan

mengurangi waktu yang terbuang akibat masalah teknis atau

peralatan yang tidak memadai.

3. Manfaat Produktivitas

Terdapat beberapa manfaat produktivitas bagi para karyawan. Manfaat

produktivitas sangat berhubungan dengan bagaimana kinerja karyawan

terhadap perusahaan (Punto Wicaksono, Maret 2023), beberapa manfaat

produktivitas sebagai berikut :

1. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Kerja

Penggunaan pengukuran produktivitas kerja akan

mendorong bisnis dan individu untuk memaksimalkan penggunaan

sumber daya yang tersedia, termasuk tenaga kerja, waktu, modal,

dan bahan baku. Ini akan memungkinkan peningkatan efisiensi

operasional.

2. Meningkatkan Kualitas Hasil Kerja


Bisnis dapat meningkatkan kualitas produk, jasa, dan

layanan mereka dengan menggunakan teknologi, mengatur ulang

proses dan alur kerja, bahkan meningkatkan efisiensi kerja.

Kualitas produk yang lebih baik akan meningkatkan penjualan,

membuat lebih banyak pelanggan puas, dan akhirnya

meningkatkan reputasi perusahaan.

3. Meningkatkan Daya Saing

Bisnis atau individu dengan produktivitas tinggi jelas akan

lebih mampu bersaing karena hasilnya lebih cepat dan lebih murah

dibandingkan kompetitor.

4. Meningkatkan Motivasi dan Kesejahteraan Karyawan

Karyawan yang memiliki jaminan kesejahteraan akan lebih

termotivasi untuk bekerja lebih banyak dan lebih produktif karena

mereka merasa dihargai. Dengan demikian, produktivitas kerja

perusahaan juga akan meningkat.

5. Mempercepat Pencapaian Tujuan dan Target yang Ditetapkan

Cara kerja yang efektif diperlukan untuk produktivitas kerja

sehingga sumber daya, waktu, tenaga, dan bahkan modal dapat

dioptimalkan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Ini adalah

cara terbaik untuk mempercepat pencapaian tujuan dan target.

4. Indikator Produktivitas Karyawan


Seperti dijelaskan Simamora ( 2004: 612) faktor-faktor yang digunakan

dalam pengukuran produktivitas kerja meliputi kuantitas kerja, kualitas

kerja dan ketepatan waktu. Dalam penelitian ini peneliti mengukur

produktivitas kerja dengan menggunakan indikator-indikator dibawah ini:

1. Kuantitas Kerja

Merupakan hasil yang dicapai oleh pekerja dalam jumlah

tertentu dengan perbandingan standar yang ada atau ditetapkan

oleh organisasi.

2. Kualitas Kerja

Suatu standar hasil yang mengacu pada kualitas produk yang

dibuat oleh karyawan. Kemampuan karyawan untuk menyelesaikan

tugas secara teknis sesuai dengan standar yang ditetapkan

perusahaan sangat berpengaruh pada kualitas kerja.

3. Ketepatan Waktu

Merupakan tingkat suatu aktivitas yang telah diselesaikan

pada waktu yang ditentukan dari perspektif koordinasi dengan hasil

output dan untuk memaksimalkan waktu yang tersedia untuk

aktivitas lain. Ketepatan waktu diukur dari bagaimana karyawan

melihat tugas yang disediakan dari awal waktu hingga selesai.

Anda mungkin juga menyukai