Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan hasil kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan
dalam bekerja tentunya ia akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap
kemampuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan
demikian produktivitas dan hasil kerja pegawai akan meningkat secara optimal.
Untuk mencapai tingkat kepuasan kerja yang maksimal dalam setiap pelaksanaan
tugas audit, auditor kantor akuntan publik akan selalu menghadapi faktor-faktor
yang diperkirakan dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1.2.1. Apa saja pengertian kepuasan kerja menurut para ahli?
1.2.2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja?
1.2.3. Apa saja teori motivasi dan kepuasan kerja?
1.2.4. Bagaimana cara mengukur kepuasan kerja?
1.2.5. Apa manfaat kepuasan kerja?
1.2.6. Bagaimana cara karyawan mengungkapkan ketidakpuasan?
1.2.7. Bagaimana korelasi kepuasan kerja?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun beberapa Tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.3.1. Untuk mengetahui apa saja pengertian kepuasan kerja menurut para ahli
1.3.2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja teori motivasi dan kepuasan kerja
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur kepuasan kerja

1.3.5. Untuk mengetahui apa manfaat kepuasan kerja


1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana cara karyawan mengungkapkan
ketidakpuasan

1
1.3.7. Untuk mengetahui bagaimana korelasi kepuasan kerja

1.4. Manfaat Penulisan


Adapun beberapa manfaat dalam penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.4.1. Mampu memahami apa saja pengertian kepuasan kerja menurut para ahli
1.4.2. Mampu memahami apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja
1.4.3. Mampu memahami apa saja teori motivasi dan kepuasan kerja
1.4.4. Mampu memahami bagaimana cara mengukur kepuasan kerja
1.4.5. Mampu memahami apa manfaat kepuasan kerja
1.4.6. Mampu memahami bagaimana cara karyawan mengungkapkan
ketidakpuasan
1.4.7. Mampu memahami bagaimana korelasi kepuasan kerja

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kepuasan Kerja


Kepuasan kerja merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki oleh
seseorang dalam bekerja. Kepuasan kerja memiliki sifat yang dinamis, dalam arti
bahwa rasa puas itu bukan keadaan yang tetap karena dapat dipengaruhi dan
diubah oleh kekuatan-kekuatan baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja.
Kepuasan kerja dapat menurun secepat kepuasan kerja itu timbul, sehingga hal ini
mengaharuskan para pemimpin perusahaan untuk lebih memperhatikannya.
Kepuasan kerja (Job Satisfaction) dapat juga disebut dengan istilah Employee
Morale Contentment, atau Happiness (Gibson, Ivancevich dan Donnelly,
2000:290). Namun pada umuumnya istilah kepuasan kerja yang sering digunakan.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian
kepuasan kerja, berikut dikemukakan beberapa definisi kepuasan kerja menurut
beberapa ahli, antara lain :
2.1.1. Robbins (2006:103)
Kepuasan itu terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi
dan terkait dengan derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan
karyawan, merupakan sikap umum yang dimiliki oleh karyawan yang erat
kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima
setelah melakukan sebuah pengorbanan.
2.1.2. Malayu S.P Hasibuan (2007:202)
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi
kerja.
2.1.3. Gibson (2003:105)
Job satisfaction is the attitude that workers have about their jobs. It result
from their perceptions of the job. Yang artinya adalah Kepuasan kerja adalah
tentang perilaku para pekerja tentang pekerjaan mereka. Yang dihasilkan dari
persepsi tentang pekerjaan-pekerjaannya.

3
2.1.4. Gibson, Ivancevich dan Donnelly (2003:150)
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang dimiliki individu mengenai
pekerjaannya, hal ini dihasilkan dari persepsi mereka terhadap pekerjaannya yang
didasarkan pada faktor lingkungan kerja, seperti gaya penyelia, kebijakan dan
prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja dan tunjangan.
2.1.5. Veithzal Rivai (2009:856)
Kepuasan merupakan evaluasi yang menggambarkan seseorang atas
perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja.
Dari beberapa definisi para ahli yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu sikap atau perilaku yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan dari pekerjaan-pekerjaan yang mereka
kerjakan. Hal tersebut merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan
yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka
terima setelah melakukan sebuah pengorbanan.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah:
a. Kondisi kerja, artinya jika seluruh kebutuhan seseorang untuk bekerja
terpenuhi baik itu dari bahan yang dibutuhkan ataupun dari
lingkungan yang menunjang maka kepuasan kerja akan terjadi.
b. Peraturan, budaya serta karakteristik yang ada dalam organisasi
tersebut, yang jika peraturan dalam menjalankan pekerjaannya dapat
mendukung terhadap pekerjaannya maka karyawan atau para pekerja
akan merasakan kepuasan kerja.
c. Kompensasi dari pekerjaannya yang seimbang dengan pekerjaan yang
telah ia lakukan.
d. Efisiensi kerja, dalam hal ini dikaitkan dengan kemampuan seseorang
dalam pekerjaannya, sehingga apabila kepuasan kerja itu ada salah
satunya adalah dengan bekerja sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
e. Peluang promosi, yaitu di mana adanya suatu peluang untuk
mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja seseorang dimana
diberikan jabatan dan tugas yang lebih tinggi dan disertai dengan
kenaikan gaji. Promosi ini sangat mempengaruhi kepuasan kerja dapat

4
dihargai dengan dinaikan posisinya disertai gaji yang akan
diterimanya.
f. Rekan kerja atau partner kerja, kepuasan kerja akan muncul apabila
dalam suatu organisasi terdapat hubungan yang baik. Misalnya
anggota kerja mempunyai cara atau sudut pandang atau kebiasaan
yang sama dalam melakukan suatu pekerjaan sehingga dalam bekerja
juga tidak ada hambatan karena terjalin hubungan yang baik.

2.3. Teori Kepuasan Kerja.


Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja, di antaranya adalah sebagai
berikut :
2.3.1. Discrepancy Theory
Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan selisih atau
perbandingan antara harapan dengan kenyataan.
2.3.2. Equity Theory
Teori ini mengatakan bahwa karyawan atau individu akan merasa puas
terhadap aspek-aspek khusus dari pekerjaan mereka. Misalnya gaji/upah, rekan
kerja, dan supervisi.
2.3.3. Opponent Theory Process Theory
Teori ini menekankan pada upaya seseorang dalam mempertahankan
keseimbangan emosionalnya.
2.3.4. Teori Maslow
Menurut Maslow, kebutuhan manusia berjenjang atau bertingkat, mulai dari
tingkatan yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tingakatan-tingakatan
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kebutuhan fisiologis
b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan
c. Kebutuhan akan rasa memiliki
d. Kebutuhan untuk dihargai
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
2.3.5. Teori ERG Alderfer
Alderfer membagi hierarki kebutuhan manusia menjadi 3 tingkatan, yaitu :
a. Eksistensi

5
b. Keterkaitan kebutuhan-kebutuhan akan adanya hubungan sosial dan
interpersonal yang baik
c. Pertumbuhan
2.3.6. Teori Dua Faktor dari Herzberg
Teori ini memandang kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator
intrinsik dan bahwa kepuasan kerja berasal dari ketidak-adaan faktor-faktor
ekstrinsik.
2.3.7. Teori McClelland
McClelland mengajukan teori kebutuhan motivasi yang dipelajari, yaitu
teori yang menyatakan bahwa seseorang dengan suatu kebutuhan yang kuat akan
termotivasi untuk menggunakan tingkah laku yang sesuai guna memuaskan
kebutuhannya. Tiga kebutuhan yang dimaksud adalah :
a. Kebutuhan berprestasi
b. Kebutuhan berafiliasi
c. Kebutuhan akan kekuasaan

2.4. Pengukuran Kepuasan Kerja.


Ada beberapa cara untuk mengukur kepuasan kerja, di antaranya akan
dijelaskan sebagai berikut :

2.4.1. Pengukuran kepuasan kerja dengan skala job description index


Cara penggunaannya adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pada karyawan mengenai pekerjaan. Setiap pertanyaan yang diajukan harus
dijawab oleh karyawan dengan jawaban Ya, Tidak, atau Ragu ragu. Dengan
cara ini dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
2.4.2. Pengukuran kepuasan kerja dengan Minnesota Satisfaction
Questionare.
Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih
salah satu dari alternatif jawaban : Sangat tidak puas, Tidak puas, Netral,
Puas, dan Sangat puas terhadap pernyataan yang diajukan. Beradsarkan
jawaban-jawaban tersebut dapat diketahui tingkat kepuasan kerja karyawan.
2.4.3. Pengukuran kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah.
Pada pengukuran metode ini responden diharuskan memilih salah satu
gambar wajah orang, mulai dari wajah yang sangat gembira, gembira, netral,

6
cemberut, dan sangat cemberut. Kepuasan kerja karyawan akan dapat diketahui
dengan melihat pilihan gambar yang diambil responden.
2.5. Manfaat kepuasan kerja
Kesuksesan dalam suatu organisasi tergantung kepada orang - orang yang
ada di dalamnya. Jika orang - orangnya yang bekerja di dalamnya berkinerja
bagus, maka kinerja organisasi tersebut juga akan bagus. Karyawan dengan
kepuasan kerja yang tinggi cenderung akan lebih memiliki kepedulian terhadap
organisasi yang ia ada di dalamnya. Sehingga mereka akan memberikan nilai yang
superior kepada para pelanggan melalui layanan terbaik yang bias dilakukan.
Mereka juga cenderung lebih memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi.
Sehingga organisasi yang kepuasan kerja karyawannya tinggi akan memiliki
perkembangan yang tinggi dan cepat pula dan tidak banyak kemunduran yang
terjadi. Kemudian, karyawan dengan kepuasan kerja tinggi juga lebih produktif
yang tidak hanya berdampak pada meningkatnya produktivitas individual,
tentunya hal ini juga berdampak positif pada produktivitas organisasi atau
perusahaan. Sehingga pada jangka panjang, kinerja perusahaan juga makin baik
dan meningkat.

2.6. Cara Karyawan Mengungkapkan Ketidakpuasan.


Ketidakpuasan karyawan dapat diungkapkan dengan sejumlah cara.
Misalnya dari pada Berhenti, karyawan dapat mengeluh, tidak patuh, mencuri
milik organisasi, atau mengelakkan sebagian dari tanggung jawab kepada mereka.
Berikut ini adalah contoh respon yang biasa diungkapkan karyawan jika mereka
merasa tidak puas menurut Stephen Robbins (2003:105):
1. Exit, perilaku yang mengarah untuk meninggalkan organisasi,
mecakup pencarian suatu posisi baru maupun meminta berhenti.
2. Suara (Voice), dengan aktif dan konstruktif mencoba memperbaiki
kondisi. Mencakup saran, perbaikan, membahas problem-problem
dengan atasan, dan beberapa bentuk kegiatan serikat buruh.
3. Kesetiaan (Loyality), pasif tetapi optimistis menunggu membaiknya
kondisi. Mencakup berbicara membela organisasi menghadapi kritik
luar dan mempercayai organisasi dan manajemennya untuk
melakukan hal yang tepat.

7
4. Pengabaian (Neglect), secara pasif membiarkan kondisi memburuk,
temasuk kemangkiran atau datang terlambat secara kronis, upaya yang
dikurangi, dan tingkat kekeliruan yang meningkat.

2.7. Korelasi Kepuasan Kerja.


Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif
atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat.
Menurut Kreiter dan Knicki (2001;226), hubungan yang kuat menunjukkan bahwa
atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan
meningkatnya kepuasan kerja. Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut:

2.7.1. Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan
signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai
korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan
mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja
sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui
berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.

2.7.2. Pelibatan Kerja


Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan
dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan
kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan
kerja yang memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.

8
2.7.3. Organizational Citizenship Behavior.
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.

2.7.4. Organizational Commitment.


Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan
organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen
organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang siknifikan dan kuat, karena
meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih
tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas
kerja.

2.7.5. Ketidakhadiran (Absenteisme).


Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat.
Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.

2.7.6. Perputaran (Turnover).


Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana
perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga
diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan
mengurangi perputaran.

2.7.7. Perasaan stres.


Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan
negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak
negatif stres.
2.7.8. Prestasi Kerja/Kinerja.
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja.
Dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja
yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh
adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan
mendapatkan kepuasan.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kepuasan kerja adalah suatu sikap atau perilaku yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan dari pekerjaan-pekerjaan yang mereka kerjakan. Hal tersebut
merupakan hasil dari persepsi mereka tentang pekerjaan yang erat kaitannya
dengan imbalan-imbalan yang mereka yakini akan mereka terima setelah
melakukan sebuah pengorbanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja seperti kondisi kerja, kompensasi atau bonus dalam pekerjaan, adanya
peluang untuk lebih maju lagi serta rekan kerja yang baik.

3.2. Saran
Dalam pengumpulan materi pembahasan di atas tentunya kami banyak
mengalami kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu hendaknya pembaca
memberikan tanggapan dan tambahan terhadap makalah kami. Sebelum dan
sesudahnya kami ucapkan banyak terima kasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://dominique122.blogspot.co.id/2015/04/pengertian-dan-teori-kepuasan-
kerja.html (diakses 28 desember 2016 pukul 17:30)
http://sashaannisa18.blogspot.co.id/2015/03/makalah-kepuasan-kerja.html
(diakses 28 desember 2016 pukul 17:30)
http://pakguruhonorer.blogspot.co.id/2016/02/makalah-keorganisasian-kepuasan-
kerja.html (diakses 28 desember 2016 pukul 17:30)

Anda mungkin juga menyukai