BAB I
PENDAHULUAN
dan dalam negeri, juga sebagai sebuah lembaga penegak hukum. Dari sekian banyak
satuan yang ada di Polri, salah satu satuan yang paling banyak bersinggungan
dengan masyarakat adalah Reserse. Satuan ini memiliki kewenangan untuk
melakukan penyidikan. Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana.
Lembaga kepolisian yang diharapkan mampu menjaga ketertiban dan
keamanan juga menegakkan hukum sekarang diuji dengan melemahnya
kepercayaan masyarakat terhadap organisasi ini. Melemahnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga penegak hukum ini menjadi masalah tersendiri,
terutama karena melihat tugas Polisi yang akan terus bersinggungan dengan
masyarakat. lingkungan luarnya baik fisik maupun non fisik. Polisi sebagai
organisasi pada dasarnya sudah memiliki nilai dan norma yang teriternalisasi dan
menjadi budaya. Termasuk juga beberapa contoh yang disebutkan dalam latar
belakang. Lemah atau kuatnya budaya organisasi didalam suatu organisasi bisa jadi
berhubungan dengan kinerja yang dimiliki oleh anggotanya. Dalam kepolisian,
kepemimpinan juga memiliki peranan penting, mengingat kepolisian merupakan
sebuah organisasi militer, dimana pimpinan sangat dominan dalam pelaksanaan
tugasnya sehari-hari. Budaya organisasi seperti yang disebutkan diatas, memiliki
peran dalam membentuk kinerja dari sebuah organisasi, termasuk didalamnya
organisasi kepolisian.
Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam
mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang
yang terdapat dalam instansi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut
tergantung kepada keandalan dan kemampuan pegawai dalam mengoperasikan unit-
unit kerja yang terdapat di instansi tersebut, karena tujuan instansi dapat tercapai
hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi.
Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu(SPKT) merupakan satuan yang
menerima laporan tentang kasus-kasus pidana yang ada dalam masyarakat. Dengan
demikian, SPKT merupakan pelayanan bagi masyarakat terkait dengan pelaporan
kasus tindak pidana dan pembuatan surat kehilangan. Sehingga, kinerja dari anggota
SPKT sendiri harus terus ditingkatkan agar misi untuk memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat bebas dari
gangguan fisik maupun psikis bisa terlaksana dengan baik di SPKT Polres Dumai.
3
Dalam organisasi tersebut tidak mungkin juga terlepas dari ikatan budaya
yang ada dalam organisasi. Ikatan budaya yang tercipta dalam organisasi tersebut
dapat tercipta dan dibentuk oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
organisasi bangsa dan bisnis. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang
lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya
mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang
menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya
waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan
manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
Budaya organisasi adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang
merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan
melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Nilai adalah apa yang diyakini bagi
orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak
tertulis dalam mengatur perilaku seseorang.
Pengertian di atas menekankan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan
aspek subjektif dari seseorang dalam memahami apa yang terjadi dalam organisasi.
Hal ini dapat memberikan pengaruh dalam nilai-nilai dan norma-norma yang meliputi
semua kegiatan bisnis, yang mungkin terjadi tanpa disadari. Namun, kebudayaan
dapat menjadi pengaruh yang signifikan pada perilaku seseorang. Setiap individu
yang tergabung di dalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda,
disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun semua
perbedaan itu akan dilebur menjadi satu di dalam sebuah budaya yaitu budaya
organisasi, untuk menjadi sebuah kelompok yang bekerjasama dalam mencapai
tujuan organisasi sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya, tetapi
dalam proses tersebut tidak tertutup kemungkinan ada individu yang bisa menerima
dan juga yang tidak bisa menerimanya, yang mungkin bertentangan dengan budaya
yang dimilikinya.
Kesesuaian antara budaya organisasi dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh
anggota organisasi akan menimbulkan kepuasan kerja, sehingga mendorong
individu untuk bertahan pada satu organisasi dan berkarir dalam jangka panjang.
Oleh sebab itu, dalam melaksanakan aktivitas pelayanan, maka SPKT Polres Dumai
diharapkan memiliki sumber daya manusia yang memadai dari segi kuantitas
maupun kualitas yang dijiwai budaya organisasinya melalui pengukuran kinerja
4
pegawainya. Budaya organisasi yang kuat dan sehat mencerminkan kepribadian dan
mampu mengkomunikasikan pada pegawai tentang tujuan organisasi dan identitas
bersama yang pada akhirnya akan menjadi pedoman bagi pegawai. Hal tersebut
sejalan dengan budaya organisasi yang dilakukan SPKT Polres Dumai dalam
menuju arah pelayanan professional dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
B. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada SPKT
Polres Dumai?”
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui budaya organisasi yang terdapat pada SPKT Polres Dumai.
2. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada
SPKT Polres Dumai.
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah budaya organisasi di SPKT Polres Dumai.
5
BAB II
ISI
budaya bersangkutan untuk memahami budaya mereka, dengan kata lain kita harus
melihat budaya dari cara pandang anggota budaya bersangkutan.
Organisasi memiliki kehidupan yang komplek dan beragam, dalam hal ini
Richard West dan ynn H.turner (2007) mengemukakan 3 asumsi dasar yang
memandu gagasan Pacanowsky dan Trujillo dalam mengembangkan teori budaya
organisasi.
Anggota organisasi menciptakan dan memelihara rasa bersama terhadap realitas
organisasi yang menghasilkan pengertian yang lebih baik terhadap nilai-nilai
organisasi.
Penggunaan dan interpretasi terhadap simbol berperan penting terhadap budaya
organisasi.
Berbagai organisasi memiliki budaya yang berbeda dan interpretasi terhadap
berbagai tindakan dalam suatu budaya tertentu berbeda dengan budaya lainya.
Budaya Organisasi Polri tidak secara langsung dipengaruhi oleh posisi formal,
melainkan oleh sikap dan tindakan sehari-hari anggota Polri di lapangan yang dilihat,
dirasakan dan dicerna oleh masyarakat. Persepsi dan penilaian masyarakat tentang
Polri merupakan refleksi dari kultur pelayanan, kultur perlindungan, dan kultur
penegakkan hukum yang dipraktekkan oleh Polri. Adanya budaya organisasi SPKT
Polres Dumai sesungguhnya tumbuh karna diciptakan dan dikembangkan oleh
individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai
yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai
tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada
dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang
membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya.
Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri saat ini mengenal siklus personel mulai
dari penerimaan, pendidikan penempatan, penggunaan, perawatan dan pemisahan
dan penyaluran serta pengakhiran kedinasan. Kebijaksanaan yang saat ini ada pada
umumnya bersifat centralized (terpusat), kecuali pembinaan karier untuk Pamen,
Bintara, dan Tamtama sera Pegawai Negri Sipil Polri diserahkan kepada Kapolda.
Permasalahan yang sering mencuat kepermukaan adalah pada tahap-tahap
penerimaan personel, penempatan dan penggunaan personel, termasuk
pengendalian karier personel, pada-pada tempat inilah yang rawan kolusi dan
7
nepotisme. Banyak rumor yang berkembang di luar/masyarakat tentang hal ini, yang
dilakukan oleh orang-orang yang bisa "mengatur".
Budaya merupakan hasil cipta karsa manusia yang diperoleh berdasarkan
pengalaman, kebiasaan yang dilakukan berkesinambungan. Setiap individu memiliki
seperangkat acuan budaya di dalam dirinya. Dengan kata lain, setiap kita
menciptakan budaya kita sendiri akibat dari interaksi kita dengan lingkungan. Sebuah
organisasi yang terdiri dari berbagai kelompok individu yang bekerjasama dan
berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah kebiasaan yang lama-
kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.
Budaya organisasi merupakan pola terpadu yang dihasilkan dari perilaku individu
dalam organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan yang dipelajari
dan diajarkan kepada generasi berikutnya. Budaya organisasi dalam setiap
organisasi, muncul berdasarkan perjalanan hidup para pegawai.Pada umumnya
budaya organisasi terletak pada pendiri organisasi. Merekalah yang berperan penting
dalam mengambil sebuah keputusan dan sebagai penentu arah strategi organisasi.
Budaya organisasi juga disebut sebagai budaya Organisasi.Budaya organisasi di
setiap Organisasi yang ada di seluruh dunia memiliki budaya tersendiri dalam
menjalankan kinerjanya.
B. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada SPKT Polres
Dumai.
Bahwa sistem di dalam penyelenggaraan organisasi Sumber Daya Manusia
(SDM) Polri yang telah terkontaminasi dengan budaya negatif ini merupakan faktor
awal yang menjadikan perilaku anggota Polri ke arah yang tidak efektif dan efisien
guna mencapai tujuan organisasinya (pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat). Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
artinya perubahan budaya organisasi mempunyai pengaruh searah terhadap
perubahan kinerja pegawai, atau dengan kata lain apabila terjadi peningkatan
budaya organisasi maka akan terjadi peningkatan kinerja pegawai yang memiliki
pengaruh.
Adapun Faktor -faktor yang mempengaruhi Kinerja pegawai antara lain :
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan dalam hal kepintaran
dan juga kemampuan dalam hal keahlian. Artinya karyawan yang memiliki IQ diatas
rata-rata dengan pendidikan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
8
yang diharapkan. Oleh sebab itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi penggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai
tujuan organisasi (Mangkunegara, 2000 : 67).
Sebagai pusat pelayanan dan penyedia data informasi tentang pengaduan
Pelayanan masyarakat mempunyai asumsi dasar Budaya Organisasi yakni dengan
memberikan Menyediakan pelayanan informasi komunikasi yang aktual dan akurat.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia dalam penguasaan dan
pemanfaatan bidang teknologi informasi dan komunikasi serta Meningkatkan
pelayanan masyarakat melalui sarana komunikasi sosial, media informasi
komunikasi dan media massa.
Dalam lingkungan kehidupan manusia dipengaruhi oleh budaya dimana dia
berada seperti nilai-nilai keyakinan perilaku sosial atau masyarakat yang kemudian
menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga terjadi
pada anggota organisasi dengan segala nilai keyakinan dan perilakunya didalam
organisasi yang kemudian akan menciptakan budaya organisasi.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa budaya pegawai pada dasarnya
mewakili norma-norma perilaku yang diikuti para anggota organisasi termasuk
mereka yang ada pada hierarki organisasi. Bagi organisasi yang didomisi oleh pendiri
misalnya maka budaya akan menjadi wahana untuk mengomunikasikan harapan-
harapan pendiri kepada pekerja lainya. Demikian pula jika pegawai dikelola oleh
seorang menejer senior yang otokratis yang menerapkan gaya pimpinan top down.
Disini budaya juga akan berperan untuk mengomunikasikan harapan-harapan
menejer senior.
WT Heelen dan Hunger (1986) secara spesifik mengemukakan sejumlah peran
penting yang dimainkan oleh sejumlah budaya organisasi :
1. Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja
2. Dapat dipakai untuk mengembangkan ikatan pribadi
3. Membantu stabilitas perusahaan sebagai suatu sistem sosial
4. Menyajikan pedoman prilaku sebagai hasil dari norma-norma prilaku yang sudah
terbentuk.
9
dipikirkan perlunya penambahan insentif dan tunjangan khusus bagi polisi. Fasilitas
di bidang personel seperti perumahan dinas, sarana transportasi, sarana latihan
masih belum terprogramkan secara integrated dengan kebutuhan anggota sehingga
banyak anggota baru yang "kleleran" (tidak terurus) yang berakibat menurunnya
kinerja Polri, bahkan akan mewarnai budaya Polri yang sedang dikembangkan.
Komitmen dari Top Manajemen dalam organisasi Polri juga harus memberikan
tauladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu budaya yang kuat dalam
organisasi yang dipimpinnya. Peranan moral/kepribadian yang baik dari seorang
pimpinan dan komitmennya yang kuat sangat mendorong tegaknya suatu etika prilaku
dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak dan suri tauladan bagi
seluruh anggota Polri. Hal ini masih sangat terkait dengan budaya masyarakat
Indonesia yang Paternalistik, dimana anak buah akan mencontoh apa yang dilakukan
oleh atasannya sebagai panutan atau tokoh yang dipuja. Dengan demikian
membangun lingkungan organisasi yang kondusif oleh pimpinan sangat diperlukan
dalam membangun suatu etika perilaku dan budaya oganisasi yang kuat. Rendahnya
kepedulian dan moral seorang pemimpin akan menyuburkan tindakan kecurangan
yang pada akhirnya akan merusak bahkan dapat menghancurkan organisasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Bahwa didalam budaya organisasi sangatlah penting pengikat kekompakan
antara individu dalam organisasi. Budaya-budaya yang dimiliki oleh setiap
suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma dalam mengatur masing-masing
anggotanya dari suku bangsa tersebut maupun orang yang berasal dari suku
lain, dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu organisasi juga memiliki
budaya yang mengatur bagaimana anggota-anggotanya untuk bertindak.
Budaya memberikan identitas bagi para anggota organisasi dan
membangkitkan komitmen terhadap keyakinan dan nilai yang lebih besar dari
dirinya sendiri. Meskipun ide-ide ini telah menjadi bagian budaya itu sendiri
yang bisa datang di manapun organisasi itu berada. Suatu organisasi budaya
berfungsi untuk menghubungkan para anggotanya sehingga mereka tahu
bagaimana berinteraksi satu sama lain.
2. Kinerja yang dimiliki oleh instansi pemerintahan pada hakikatnya merupakan
suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai.
Pegawai akan bersedia bekerja dengan penuh semangat apabila merasa
kebutuhan baik fisik dan non fisik terpenuhi. Kinerja instansi pemerintahan
sangat ditentukan oleh kinerja pegawai yang menjadi ujung tombak kantor itu.
Kesadaran para pegawai ataupun pimpinannya akan pengaruh positif budaya
organisasi terhadap produktivitas organisasi akan memberikan motivasi yang
kuat untuk mempertahankan, memelihara, dan mengembangankan budaya
organisasi yang dimiliki, sehingga merupakan daya dorong yang kuat untuk
kemajuan organisasi.
3. Bahwa masyarakat tidak hanya berpeluang mengajukan laporan atau
pengaduan dan keluhan seperti yang telah berjalan tetapi juga mempertegas
prosedur standar yang sudah ada sehingga anggota msyarakat benar-benar
memahami dengan pasti kapan dan bagaimana jika diperlukan-dapat
digunakan. Anggota Polri diharapkan memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dengan baik dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial
yang berkembang di masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan melalui pelatihan-
13