Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Di Indonesia, lembaga kepolisian yang dibentuk bernama Kepolisian Negara


Republik Indonesia (POLRI). Polri merupakan lembaga kepolisian yang memiliki tugas
besar sebagai salah satu lembaga penegak hukum dan perlindungan masyarakat. Ini
seperti tercantum dalam visi Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dikutip dari
situs resmi Polri, yaitu
“Polri yang mampu menjadi pelindung Pengayom dan Pelayan Masyarakat yang
selalu dekat dan bersama-sama masyarakat, serta sebagai penegak hukum
yang profesional dan proposional yang selalu menjunjung tinggi supermasi
hukum dan hak azasi manusia, Pemelihara keamanan dan ketertiban serta
mewujudkan keamanan dalam negeri dalam suatu kehidupan nasional yang
demokratis dan masyarakat yang sejahtera”.
Berikut ini Salah satu Visi dari Polres Dumai :
 Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
(meliputi aspek security, surety, safety dan peace) sehingga masyarakat bebas dari
gangguan fisik maupun psykis.
 Premtif dan preventif yang dapat meningkatkan kesadaran dan kekuatan serta
kepatuhan hukum masyarakat (Law abiding Citizenship).
 Menegakkan hukum secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi
supremasi hukum dan hak azasi manusia menuju kepada adanya kepastian hukum
dan rasa keadilan.
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu lembaga publik,
dalam perspektif publik maka Polri dianggap sebagai representasi keamanan
publik untuk turut mengusahakan tercapainya keseimbangan pada saat terjadi
dinamika publik dalam rangka perubahan. Sebagai implementasi kontrol publik dalam
kesehariannya suatu institusi publik mengemban dua hal yaitu: (1) adanya tanggung
jawab (responsibility) dan (2) tanggung gugat (accountability) kepada publik (Meliala,
2004). Tanggung jawab yang diemban oleh Polri adalah untuk menjaga keamanan
2

dan dalam negeri, juga sebagai sebuah lembaga penegak hukum. Dari sekian banyak
satuan yang ada di Polri, salah satu satuan yang paling banyak bersinggungan
dengan masyarakat adalah Reserse. Satuan ini memiliki kewenangan untuk
melakukan penyidikan. Penyidikan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana.
Lembaga kepolisian yang diharapkan mampu menjaga ketertiban dan
keamanan juga menegakkan hukum sekarang diuji dengan melemahnya
kepercayaan masyarakat terhadap organisasi ini. Melemahnya kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga penegak hukum ini menjadi masalah tersendiri,
terutama karena melihat tugas Polisi yang akan terus bersinggungan dengan
masyarakat. lingkungan luarnya baik fisik maupun non fisik. Polisi sebagai
organisasi pada dasarnya sudah memiliki nilai dan norma yang teriternalisasi dan
menjadi budaya. Termasuk juga beberapa contoh yang disebutkan dalam latar
belakang. Lemah atau kuatnya budaya organisasi didalam suatu organisasi bisa jadi
berhubungan dengan kinerja yang dimiliki oleh anggotanya. Dalam kepolisian,
kepemimpinan juga memiliki peranan penting, mengingat kepolisian merupakan
sebuah organisasi militer, dimana pimpinan sangat dominan dalam pelaksanaan
tugasnya sehari-hari. Budaya organisasi seperti yang disebutkan diatas, memiliki
peran dalam membentuk kinerja dari sebuah organisasi, termasuk didalamnya
organisasi kepolisian.
Suatu instansi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam
mencapai tujuannya setiap instansi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orang-orang
yang terdapat dalam instansi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut
tergantung kepada keandalan dan kemampuan pegawai dalam mengoperasikan unit-
unit kerja yang terdapat di instansi tersebut, karena tujuan instansi dapat tercapai
hanya dimungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi.
Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu(SPKT) merupakan satuan yang
menerima laporan tentang kasus-kasus pidana yang ada dalam masyarakat. Dengan
demikian, SPKT merupakan pelayanan bagi masyarakat terkait dengan pelaporan
kasus tindak pidana dan pembuatan surat kehilangan. Sehingga, kinerja dari anggota
SPKT sendiri harus terus ditingkatkan agar misi untuk memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat bebas dari
gangguan fisik maupun psikis bisa terlaksana dengan baik di SPKT Polres Dumai.
3

Dalam organisasi tersebut tidak mungkin juga terlepas dari ikatan budaya
yang ada dalam organisasi. Ikatan budaya yang tercipta dalam organisasi tersebut
dapat tercipta dan dibentuk oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
organisasi bangsa dan bisnis. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang
lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya
mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang
menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya
waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan
manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara
keseluruhan.
Budaya organisasi adalah nilai, norma, keyakinan, sikap dan asumsi yang
merupakan bentuk bagaimana orang-orang dalam organisasi berperilaku dan
melakukan sesuatu hal yang bisa dilakukan. Nilai adalah apa yang diyakini bagi
orang-orang dalam berperilaku dalam organisasi. Norma adalah aturan yang tidak
tertulis dalam mengatur perilaku seseorang.
Pengertian di atas menekankan bahwa budaya organisasi berkaitan dengan
aspek subjektif dari seseorang dalam memahami apa yang terjadi dalam organisasi.
Hal ini dapat memberikan pengaruh dalam nilai-nilai dan norma-norma yang meliputi
semua kegiatan bisnis, yang mungkin terjadi tanpa disadari. Namun, kebudayaan
dapat menjadi pengaruh yang signifikan pada perilaku seseorang. Setiap individu
yang tergabung di dalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda,
disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun semua
perbedaan itu akan dilebur menjadi satu di dalam sebuah budaya yaitu budaya
organisasi, untuk menjadi sebuah kelompok yang bekerjasama dalam mencapai
tujuan organisasi sebagaimana yang telah disepakati bersama sebelumnya, tetapi
dalam proses tersebut tidak tertutup kemungkinan ada individu yang bisa menerima
dan juga yang tidak bisa menerimanya, yang mungkin bertentangan dengan budaya
yang dimilikinya.
Kesesuaian antara budaya organisasi dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh
anggota organisasi akan menimbulkan kepuasan kerja, sehingga mendorong
individu untuk bertahan pada satu organisasi dan berkarir dalam jangka panjang.
Oleh sebab itu, dalam melaksanakan aktivitas pelayanan, maka SPKT Polres Dumai
diharapkan memiliki sumber daya manusia yang memadai dari segi kuantitas
maupun kualitas yang dijiwai budaya organisasinya melalui pengukuran kinerja
4

pegawainya. Budaya organisasi yang kuat dan sehat mencerminkan kepribadian dan
mampu mengkomunikasikan pada pegawai tentang tujuan organisasi dan identitas
bersama yang pada akhirnya akan menjadi pedoman bagi pegawai. Hal tersebut
sejalan dengan budaya organisasi yang dilakukan SPKT Polres Dumai dalam
menuju arah pelayanan professional dan bertanggung jawab untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.

B. RUMUSAN MASALAH
“Bagaimanakah pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada SPKT
Polres Dumai?”

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui budaya organisasi yang terdapat pada SPKT Polres Dumai.
2. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada
SPKT Polres Dumai.
3. Untuk mengetahui pemecahan masalah budaya organisasi di SPKT Polres Dumai.
5

BAB II
ISI

A. Budaya Organisasi yang terdapat pada SPKT Polres Dumai.


Menurut Davis (dalam Lako, 2004: 29) budaya organisasi merupakan pola
keyakinan dan nilai-nilai organisasi yang dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh
organisasi sehingga pola tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar
aturan berperilaku dalam organisasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Mangkunegara (2005: 113) yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah
seperangkat asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai, dan norma yang
dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi anggota-
anggotanya untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan internal.
Budaya organisasi merepresentasikan sebuah ideologi dari organisasi sebagai
bentuk dari manifestasinya. Ideologi dari organisasi yang dimaksud termasuk juga
kepercayaan, nilai-nilai, dan norma-norma. Ideologi ini dimanifestasikan melalui
simbol-simbol, penggunaan bahasa, narasi, dan aktivitas lainnya (Triece and Beyer,
1993).
Keberhasilan organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana salah satunya
adalah faktor budaya organisasi yang berfungsi sebagai kekuatan, penggerak dalam
pencapaian tujuan, dan pembeda antara organisasi yang satu dengan yang lainnya.
Apabila sebuah organisasi memiliki anggota atau pegawai yang masih aktif, maka
dapat diindikasikan sebagai bukti bahwa organisasi tersebut telah mampu dan
sukses dalam memfungsikan budaya organisasi sebagai perekat di dalam kegiatan
organisasi setiap harinya serta sebagai pengikat kekompakan antara individu dalam
organisasi.
Menurut Pacanowsky dan trujillo jaring-jaring budaya organisasi tidak muncul
begitu saja tetapi dibangun melalui berbagai kegiatan komunikasi. Manusia sebagai
anggota organisasi adalah seperti laba-laba yang tergantung pada jaring yang mereka
ciptakan melalui pekerjaan mereka serta bersama-sama membuat jaringan dalam
organisasi. Budaya organisasi terdiri atas simbol simbol bersama yang mana masing-
masing simbol memiliki makna yang unik. Cerita-cerita atau pengalaman yang
disampaikan, berbagai kegiatan acara atau upacara yang digelar semuanya adalah
bagian dari budaya organisasi. Dalam hal ini mereka yang meneliti budaya organisasi
harus mengfokuskan perhatiannya pada makna bersama yang dimiliki para anggota
6

budaya bersangkutan untuk memahami budaya mereka, dengan kata lain kita harus
melihat budaya dari cara pandang anggota budaya bersangkutan.
Organisasi memiliki kehidupan yang komplek dan beragam, dalam hal ini
Richard West dan ynn H.turner (2007) mengemukakan 3 asumsi dasar yang
memandu gagasan Pacanowsky dan Trujillo dalam mengembangkan teori budaya
organisasi.
 Anggota organisasi menciptakan dan memelihara rasa bersama terhadap realitas
organisasi yang menghasilkan pengertian yang lebih baik terhadap nilai-nilai
organisasi.
 Penggunaan dan interpretasi terhadap simbol berperan penting terhadap budaya
organisasi.
 Berbagai organisasi memiliki budaya yang berbeda dan interpretasi terhadap
berbagai tindakan dalam suatu budaya tertentu berbeda dengan budaya lainya.
Budaya Organisasi Polri tidak secara langsung dipengaruhi oleh posisi formal,
melainkan oleh sikap dan tindakan sehari-hari anggota Polri di lapangan yang dilihat,
dirasakan dan dicerna oleh masyarakat. Persepsi dan penilaian masyarakat tentang
Polri merupakan refleksi dari kultur pelayanan, kultur perlindungan, dan kultur
penegakkan hukum yang dipraktekkan oleh Polri. Adanya budaya organisasi SPKT
Polres Dumai sesungguhnya tumbuh karna diciptakan dan dikembangkan oleh
individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi, dan diterima sebagai nilai-nilai
yang harus dipertahankan dan diturunkan kepada setiap anggota baru. Nilai-nilai
tersebut digunakan sebagai pedoman bagi setiap anggota selama mereka berada
dalam lingkungan organisasi tersebut, dan dapat dianggap sebagai ciri khas yang
membedakan sebuah organisasi dengan organisasi lainnya.
Pembinaan Sumber Daya Manusia Polri saat ini mengenal siklus personel mulai
dari penerimaan, pendidikan penempatan, penggunaan, perawatan dan pemisahan
dan penyaluran serta pengakhiran kedinasan. Kebijaksanaan yang saat ini ada pada
umumnya bersifat centralized (terpusat), kecuali pembinaan karier untuk Pamen,
Bintara, dan Tamtama sera Pegawai Negri Sipil Polri diserahkan kepada Kapolda.
Permasalahan yang sering mencuat kepermukaan adalah pada tahap-tahap
penerimaan personel, penempatan dan penggunaan personel, termasuk
pengendalian karier personel, pada-pada tempat inilah yang rawan kolusi dan
7

nepotisme. Banyak rumor yang berkembang di luar/masyarakat tentang hal ini, yang
dilakukan oleh orang-orang yang bisa "mengatur".
Budaya merupakan hasil cipta karsa manusia yang diperoleh berdasarkan
pengalaman, kebiasaan yang dilakukan berkesinambungan. Setiap individu memiliki
seperangkat acuan budaya di dalam dirinya. Dengan kata lain, setiap kita
menciptakan budaya kita sendiri akibat dari interaksi kita dengan lingkungan. Sebuah
organisasi yang terdiri dari berbagai kelompok individu yang bekerjasama dan
berinteraksi satu sama lain, akan membentuk sebuah kebiasaan yang lama-
kelamaan akan membentuk budaya organisasi dalam sistem organisasi tersebut.
Budaya organisasi merupakan pola terpadu yang dihasilkan dari perilaku individu
dalam organisasi termasuk pemikiran-pemikiran, tindakan-tindakan yang dipelajari
dan diajarkan kepada generasi berikutnya. Budaya organisasi dalam setiap
organisasi, muncul berdasarkan perjalanan hidup para pegawai.Pada umumnya
budaya organisasi terletak pada pendiri organisasi. Merekalah yang berperan penting
dalam mengambil sebuah keputusan dan sebagai penentu arah strategi organisasi.
Budaya organisasi juga disebut sebagai budaya Organisasi.Budaya organisasi di
setiap Organisasi yang ada di seluruh dunia memiliki budaya tersendiri dalam
menjalankan kinerjanya.
B. Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai pada SPKT Polres
Dumai.
Bahwa sistem di dalam penyelenggaraan organisasi Sumber Daya Manusia
(SDM) Polri yang telah terkontaminasi dengan budaya negatif ini merupakan faktor
awal yang menjadikan perilaku anggota Polri ke arah yang tidak efektif dan efisien
guna mencapai tujuan organisasinya (pelindung, pengayom dan pelayan
masyarakat). Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai
artinya perubahan budaya organisasi mempunyai pengaruh searah terhadap
perubahan kinerja pegawai, atau dengan kata lain apabila terjadi peningkatan
budaya organisasi maka akan terjadi peningkatan kinerja pegawai yang memiliki
pengaruh.
Adapun Faktor -faktor yang mempengaruhi Kinerja pegawai antara lain :
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan dalam hal kepintaran
dan juga kemampuan dalam hal keahlian. Artinya karyawan yang memiliki IQ diatas
rata-rata dengan pendidikan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja
8

yang diharapkan. Oleh sebab itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya.
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang karyawan dalam menghadapi situasi kerja.
Motivasi merupakan kondisi penggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai
tujuan organisasi (Mangkunegara, 2000 : 67).
Sebagai pusat pelayanan dan penyedia data informasi tentang pengaduan
Pelayanan masyarakat mempunyai asumsi dasar Budaya Organisasi yakni dengan
memberikan Menyediakan pelayanan informasi komunikasi yang aktual dan akurat.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia dalam penguasaan dan
pemanfaatan bidang teknologi informasi dan komunikasi serta Meningkatkan
pelayanan masyarakat melalui sarana komunikasi sosial, media informasi
komunikasi dan media massa.
Dalam lingkungan kehidupan manusia dipengaruhi oleh budaya dimana dia
berada seperti nilai-nilai keyakinan perilaku sosial atau masyarakat yang kemudian
menghasilkan budaya sosial atau budaya masyarakat. Hal yang sama juga terjadi
pada anggota organisasi dengan segala nilai keyakinan dan perilakunya didalam
organisasi yang kemudian akan menciptakan budaya organisasi.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa budaya pegawai pada dasarnya
mewakili norma-norma perilaku yang diikuti para anggota organisasi termasuk
mereka yang ada pada hierarki organisasi. Bagi organisasi yang didomisi oleh pendiri
misalnya maka budaya akan menjadi wahana untuk mengomunikasikan harapan-
harapan pendiri kepada pekerja lainya. Demikian pula jika pegawai dikelola oleh
seorang menejer senior yang otokratis yang menerapkan gaya pimpinan top down.
Disini budaya juga akan berperan untuk mengomunikasikan harapan-harapan
menejer senior.
WT Heelen dan Hunger (1986) secara spesifik mengemukakan sejumlah peran
penting yang dimainkan oleh sejumlah budaya organisasi :
1. Membantu menciptakan rasa memiliki jati diri bagi pekerja
2. Dapat dipakai untuk mengembangkan ikatan pribadi
3. Membantu stabilitas perusahaan sebagai suatu sistem sosial
4. Menyajikan pedoman prilaku sebagai hasil dari norma-norma prilaku yang sudah
terbentuk.
9

Budaya organisasi dapat mempengaruhi sikap dari para pegawainya terhadap


masayarakat, bahkan terhadap satu sama lainnya. Seringnya norma-norma budaya
organisasi secara terinci oleh pembentuk awalnya dan hal tersebut kemudian menjadi
sebuah ideologi. Karena budaya organisasi SPKT Polres Dumai, sangat sulit untuk
membuat perubahan terhadap budaya tersebut.
Budaya organisasi menentukan kemampuan beradaptasi terhadap kondisi-
kondisi baru. Semenjak kemampuan untuk berubah merupakan hal yang terpenting
untuk bertahan hidup, perusahaan yang tidak mampu melakukan perubahan untuk
mengadaptasi perubahan lingkungan akan gagal mempertahankan bisnisnya di
pasar. Sering keinginan mempertahankan sabilitas menjadi penghalang utama untuk
melakukan perubahan sebagai respon terhadap perubahan lingkungan.
Sebuah organisasi mempunyai komitmen terhadap pegawainya untuk
dipertimbangkan dari manajemen paling atas sampai bawah, tidak ada yang takut
untuk turun tangan bekerja keras. Semua saling mempercayai dan menghormati satu
sama lainnya. Seluruh orang di organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sebuah organisasi unggulan. Untuk sebuahbuah organisasi yang berhasil perlu
adanyanya keyakinan dan loyalitas yang mendorong untuk berlaku adil dalam sistem
pelayanan terhadap masyarakat yang ingin melapor ke SPKT Polres Dumai.
Bahwa sistem di dalam penyelenggaraan organisasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Polri yang telah terkontaminasi dengan budaya negatif ini merupakan faktor awal yang
menjadikan perilaku anggota Polri ke arah yang tidak efektif dan efisien guna
mencapai tujuan organisasinya (pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat). Ada
kecenderungan bahwa ketika ingin masuk menjadi anggota Polri dengan
menggunakan uang, maka saat ia telah menjadi anggota Polri perilakunya adalah
ingin mengembalikan uang yang telah dikeluarkan untuk masuk menjadi anggota Polri
tersebut (kembali modal).
Kebanyakan masyarakat berfikir bahwa di Kepolisian itu banyak perilaku , sogok,
dan suap . Dimana kekuasaan dan kewenangan yang dimilikinya sangat besar untuk
digunakan ke arah yang tidak menentu. Berdalih dengan menggunakan diskresi
kepolisian maka oknum tersebut dapat melegalkan perilaku culas, sogok dan suap
yang memang keadaan ini juga dipicu akibat adanya tawaran dari pelaku kejahatan.
Karena itu, menyejahterakan personel polisi menjadi penting dan utama, jika kita ingin
agar aparat polisi jujur dan lurus. Tindakan konkretnya dapat dilakukan dengan,
misalnya, mengubah sistem penggajian Polri tidak sama dengan PNS biasa. Saatnya
10

dipikirkan perlunya penambahan insentif dan tunjangan khusus bagi polisi. Fasilitas
di bidang personel seperti perumahan dinas, sarana transportasi, sarana latihan
masih belum terprogramkan secara integrated dengan kebutuhan anggota sehingga
banyak anggota baru yang "kleleran" (tidak terurus) yang berakibat menurunnya
kinerja Polri, bahkan akan mewarnai budaya Polri yang sedang dikembangkan.
Komitmen dari Top Manajemen dalam organisasi Polri juga harus memberikan
tauladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu budaya yang kuat dalam
organisasi yang dipimpinnya. Peranan moral/kepribadian yang baik dari seorang
pimpinan dan komitmennya yang kuat sangat mendorong tegaknya suatu etika prilaku
dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan dasar bertindak dan suri tauladan bagi
seluruh anggota Polri. Hal ini masih sangat terkait dengan budaya masyarakat
Indonesia yang Paternalistik, dimana anak buah akan mencontoh apa yang dilakukan
oleh atasannya sebagai panutan atau tokoh yang dipuja. Dengan demikian
membangun lingkungan organisasi yang kondusif oleh pimpinan sangat diperlukan
dalam membangun suatu etika perilaku dan budaya oganisasi yang kuat. Rendahnya
kepedulian dan moral seorang pemimpin akan menyuburkan tindakan kecurangan
yang pada akhirnya akan merusak bahkan dapat menghancurkan organisasi.

C. Pemecahan masalah terhadap budaya organisasi di SPKT Polres Dumai


Adapun solusi atau strategi yang dikemukakan berikut ini adalah rangkuman
dari berbagai tulisan yang menyangkut perbaikan budaya Polri oleh para pakar ilmu
kepolisian yang ditulis di berbagai media massa.
Pertama, melanjutkan sosialisasi internal tentang paradigma baru kepolisian
melalui konsep change management, khususnya berkenaan dengan internalisasi
karakter civil ini, dengan terus-menerus menekankan bahwa institusi Polri adalah milik
masyarakat kepada siapa mereka harus mengabdi. Semboyan "abdi negara" yang
notabene membawa dampak praktik pengabdian yang berorientasi ke atas sudah
saatnya dikesampingkan.
Kedua, mempertegas prosedur standar yang sudah ada sehingga anggota
msyarakat benar-benar memahami dengan pasti kapan dan bagaimana jika
diperlukan-dapat digunakan. Anggota Polri diharapkan memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dengan baik dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial yang
berkembang di masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan melalui pelatihan-pelatihan oleh
11

lembaga-lembaga yang berkompeten dalam bidang komunikasi massa seperti


kerjasama dengan institusi-intistusi pendidikan.
Ketiga, melanjutkan penataan kembali sistem pendidikan Polri sehingga tidak
hanya menyangkut aspek kurikulum, tetapi juga jenis dan jenjangnya, termasuk
pembinaan aspek moral dan pengendalian diskresi. Sistem yang diterapkan dewasa
ini khususnya pada level Sekolah Kepolisian Negara (SPN) masih menyimpan benih-
benih bagi berkembangnya polisi kekuasaan. Metode pembelajaran yang lebih
bersifat instruksional, kualitas tenaga instruktur, dan nuansa pendidikan yang masih
kaku dan militeristik adalah faktor-faktor penghambat pembentukan polisi yang
berbudaya sipil.
Keempat, di samping melalui proses pendidikan, pengembangan sumber daya
manusia perlu diikuti dengan proses pelatihan secara reguler, khususnya
pembentukan keterampilan dan pembinaan kepribadian. Proses pelatihan harus
dilakukan pada situasi dan kondisi yang sejauh mungkin didekatkan dengan alam
nyata (praktik), terutama pada tingkat Kepolisian Resor (Polres). Keberadaan
instruktur pelatihan pada tingkat polres, sebagaimana diatur dalam ketentuan tentang
Organisasi dan Tata Kerja Polres, harus difungsikan secara optimal dengan
menyelenggarakan pelatihan dalam rangka pemeliharaan keterampilan, termasuk
pembinaan moral dan kepribadian bagi segenap anggota SPKT Polres dumai secara
bergantian.
Kelima, penyusunan mekanisme pengawasan eksternal yang bersifat lokal. Dalam
hal ini, masyarakat tidak hanya berpeluang mengajukan laporan atau pengaduan dan
keluhan seperti yang telah berjalan dewasa ini, tetapi juga mempunyai akses untuk
mengetahui tindak lanjut dan penyelesaian atas laporan atau pengaduan tersebut
(proses yang transparan).
Keenam, sedangkan hal-hal yang dapat membantu terwujudnya lingkungan kerja
yang kondusif dalam mengurangi resiko kecurangan yaitu dengan memperkenalkan
reward system yang berkaitan dengan pencapaian tujuan dan hasil. Dimana anggota
yang memiliki kemampuan kerja yang optimal mendapatkan reward yang sesuai
dengan upaya yang dilakukannya, hal ini terkait dengan motivasi anggota dalam
meniti karirnya. Sehingga setiap anggota memiliki kesempatan yang sama dalam
mewujudkan kemampuan kerjanya. Selain itu hal ini juga akan berdampak pada
adanya kerjasama dalam mengambil suatu keputusan.
12

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bahwa didalam budaya organisasi sangatlah penting pengikat kekompakan
antara individu dalam organisasi. Budaya-budaya yang dimiliki oleh setiap
suku bangsa memiliki sistem nilai dan norma dalam mengatur masing-masing
anggotanya dari suku bangsa tersebut maupun orang yang berasal dari suku
lain, dengan demikian dapat dikatakan bahwa suatu organisasi juga memiliki
budaya yang mengatur bagaimana anggota-anggotanya untuk bertindak.
Budaya memberikan identitas bagi para anggota organisasi dan
membangkitkan komitmen terhadap keyakinan dan nilai yang lebih besar dari
dirinya sendiri. Meskipun ide-ide ini telah menjadi bagian budaya itu sendiri
yang bisa datang di manapun organisasi itu berada. Suatu organisasi budaya
berfungsi untuk menghubungkan para anggotanya sehingga mereka tahu
bagaimana berinteraksi satu sama lain.
2. Kinerja yang dimiliki oleh instansi pemerintahan pada hakikatnya merupakan
suatu akibat dari persyaratan kerja yang harus dipenuhi oleh pegawai.
Pegawai akan bersedia bekerja dengan penuh semangat apabila merasa
kebutuhan baik fisik dan non fisik terpenuhi. Kinerja instansi pemerintahan
sangat ditentukan oleh kinerja pegawai yang menjadi ujung tombak kantor itu.
Kesadaran para pegawai ataupun pimpinannya akan pengaruh positif budaya
organisasi terhadap produktivitas organisasi akan memberikan motivasi yang
kuat untuk mempertahankan, memelihara, dan mengembangankan budaya
organisasi yang dimiliki, sehingga merupakan daya dorong yang kuat untuk
kemajuan organisasi.
3. Bahwa masyarakat tidak hanya berpeluang mengajukan laporan atau
pengaduan dan keluhan seperti yang telah berjalan tetapi juga mempertegas
prosedur standar yang sudah ada sehingga anggota msyarakat benar-benar
memahami dengan pasti kapan dan bagaimana jika diperlukan-dapat
digunakan. Anggota Polri diharapkan memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dengan baik dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial
yang berkembang di masyarakat. Hal ini dapat diwujudkan melalui pelatihan-
13

pelatihan oleh lembaga-lembaga yang berkompeten dalam bidang komunikasi


massa seperti kerjasama dengan institusi-intistusi pendidikan.
B. SARAN
1. SPKT Polres Dumai telah menerapkan budaya organisasi yang baik dalam
bekerja. Penerapan budaya organisasi lebih ditingkatkan lagi agar benar-
benar meresap dan dijiwai oleh setiap individu yang ada dalam instansi.
2. Budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai artinya
perubahan budaya organisasi mempunyai pengaruh searah terhadap
perubahan kinerja pegawai, atau dengan kata lain apabila terjadi peningkatan
budaya organisasi maka akan terjadi peningkatan kinerja pegawai yang
memiliki pengaruh.
3. Bahwa SPKT Polres Dumai lebih meningkatkan sosialisasi kepada
masyarakat agar masyarakat lebih paham tentang prosedur pelayanan yang
ada di SPKT Polres Dumai,sehingga masyarakat tidak salah menilai terhadap
organisasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai