2.1
Kajian Pustaka
Pada bagian ini akan dibahas mengenai variabel-variabel penelitian, yaitu
2.1.1
Pengertian Motivasi
Manajemen sumber daya manusia pada dasarnya berisikan langkah-
12
13
daya
manusia
umumnya
dan
bawahan
khususnya.
Motivasi
14
15
dalam
pergaulan
kelompok
pekerja
dan
masyarakat
16
dapat
dilakukan
pimpinan
perusahan
dengan
motivasi
kesehatan
(Faktor
Higienis).
Menurut
Herzberg,
orang
maintenance
factors.
Faktor
pemeliharaan
(maintenance
factors)
tunjangan
lain.
Hilangnya
Faktor
pemeliharaan
dapat
17
18
19
20
Kebutuhan
yang
dirasakan
Timbulnya
ketegangan
Doro
ngan
Upaya
mencari
Kebutuhan
dipuaskan
Ketegangan
berkurang
21
sama cepat atau lambat akan timbul kemudian, mungkin dalam bentuk yang
baru dan mungkin pula dengan intensitas yang berbeda.
22
23
nilai, keyakinan, perilaku dari setiap anggota organisasi akan membentuk budaya
organisasi.
(2006:4)
24
2.1.2.2
25
26
4. Ritual
Kegiatan upacara di suatu perusahaan pada umumnya bentuk penghargaan
terhadap kinerja sumber daya manusianya atau dapat berupa laporan aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dengan
seringnya frekuensi kegiatan tersebut di perusahaan diharapkan akan
menciptakan budaya secara tidak sadar.
5. Jaringan Budaya
Elemen ini secara informal dapat dikatakan sebagai jaringan komunikasi di
dalam perusahaan, dapat dijadikan sebagai pembawa atau penyebaran nilainilai budaya perusahaan. Elemen ini merupakan hierarki dari kekuatan yang
tersembunyi di dalam organisasi, oleh karena itulah efektivitas jaringan ini
hanya sebagai cara untuk mendapatkan informasi tentang apa yang terjadi di
perusahaan, dapat dikatakan juga bentuk jaringan kultural adalah informal.
2.1.2.3
Wirawan (2005:55)
27
28
perilaku bagi anggota organisasi. Perilaku setiap anggota organisasi harus etis,
yaitu perilaku yang dianggap baik dan benar dalam kaitan kode etik
organisasi, sedangkan perilaku yang tidak etis adalah perilaku yang salah dan
buruk dalam kaitan kode etik organisasi.
5. Pelaksanaan Seremoni
Seremoni merupakan perayaan
2.1.2.4
29
stabilitas
sistem
sosial.
Stabilitas
sistem
sosial
30
2.1.2.5
keyakinan
normatif
yang
berbeda.
Keyakinan
normatif
yang
berhubungan
dengan
persetujuan,
konvensional,
31
status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan keyakinan normatif yang
mencerminkan oposisi, kekuasaan dan kompetitif.
Secara alami budaya organisasi sukar untuk dipahami, tidak berwujud,
implisit, dan dianggap biasa saja. Setiap perusahaan memiliki tipe budaya
organisasi, sebuah organisasi atau perusahaan mungkin dapat memiliki budaya
organisasi dominan yang sama, namun perusahaan memiliki keyakinan normatif
dan karakteristik budaya organisasi yang lain.
Secara lebih jelas tipe-tipe budaya organisasi dapat dilihat pada Tabel
sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tipe Tipe Budaya Organisasi
Tipe
Umum Budaya
Organisasi
Konstruktif
Keyakinan
Normatif
Pencapaian tujuan
Aktualisasi diri
Penghargaan
yang manusiawi
Karakteristik Organisasi
Organisasi yang demikian, menilai anggotanya
yang dapat menetapkan dan meraih tujuannya
sendiri. Anggota diharapkan dapat menetapkan
tujuan yang menantang namun realistis,
membuat rencana untuk meraih tujuan tersebut,
dan mengusahakannya dengan antusias.
(mengejar standar kesempurnaan)
Organisasi yang menghargai kreatifitas, kualitas
melebihi kuantitas. Penyelesaian tugas dan
pertumbuhan individu anggota didorong untuk
merasakan kesenangan dari pekerjaannya,
mengembangkan diri mereka sendiri, dan
mengerjakan aktivitas yang baru dan menarik.
(berpikir dengan cara yang unik dan
independen)
Organisasi yang dikelola dengan cara partisipatif
dan berpusat pada pribadi. Anggota diharapkan
untuk bersikap sportif, konstruktif, dan terbuka
terhadap pengaruh saat mereka berhadapan.
(membantu orang lain untuk tumbuh dan
berkembang)
32
Pasif-defensif
Persetujuan
Konvensional
Ketergantungan
Penghindaran
Agresif-defensif
Oposisi
Kekuasaan
Kompetitif
33
2.1.3
Prestasi Kerja
Setelah karyawan diterima, ditempatkan, dan dipekerjakan maka prestasi
kerja adalah hasil yang dicapai dalam suatu periode masa kerja tertentu. Prestasi
kerja bagi perusahaan selain untuk mengembangkan perusahaan, juga digunakan
sebagai bahan penilaian oleh perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijakan
perusahaan dan juga sebagai bahan penilaian karyawan untuk dipromosikan,
didemosikan dan balas jasa.
34
2.1.3.2
1.
Kesetiaan
Kejujuran
35
6. Kerja sama
Menilai karyawan berpartisipasi dan bekerja sama dengan karyawan lainnya.
7. Kepemimpinan
Menilai kemampuan untuk memimpin bawahan untuk bekerja efektif.
8. Kepribadian
Menilai karyawan dari prilaku, kesopanan, serta berpenampilan simpatik dan
bersikap wajar.
9. Prakarsa
Menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif.
10. Tanggung jawab
Menilai karyawan dalam mempertangung jawabkan kebijaksanaannya serta
perilaku kerjanya.
Dari uraian di atas dampak faktor yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat prestasi kerja karyawan tidak akan sama untuk semua perusahaan, tetapi
pada dasarnya apa yang telah dikemukakan merupakan faktor yang lazim
digunakan dalam menilai prestasi kerja karyawan.
2.1.3.3
36
2.2
Kerangka Pemikiran
Menurut A.H.Maslow yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan (2005:153)
kebutuhan manusia membentuk suatu hirarki mulai dari yang terendah sampai
dengan kebutuhan yang tertinggi. Bila kebutuhan yang pertama atau kebutuhan
37
yang lebih rendah telah terpenuhi maka orang tersebut akan berusaha mencapai
kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi atau tingkat selanjutnya, apabila
kebutuhan yang pertama telah terpenuhi maka dia akan berusaha pada pemenuhan
yang kedua dan seterusnya.
Jadi perusahaan harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan karyawan
sehingga akan menimbulkan motivasi dalam diri mereka. Maka dapat diambil
kesimpulan bahwa jika karyawan termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik
produktivitas kerja akan meningkat. Jika produktivitas meningkat berarti prestasi
kerja karyawan juga meningkat. Dan jika prestasi kerja karyawan meningkat
berarti tujuan perusahaan dalam upaya memotivasi dan menerapkan budaya
organisasi kepada karyawannya berhasil.
Karyawan yang telah dimotivasi akan menunjukan suatu sikap keinginan
dan kesanggupan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik untuk mencapai
prestasi kerja yang maksimum, dan sikap inilah yang disebut dengan semangat
karyawan dalam bekerja.Jadi pada akhirnya karyawan yang telah dimotivasi akan
bersemangat dalam bekerja yang kemudian akan menunjukan suatu upaya untuk
mematuhi budaya organisasi yang diterapkan untuk meningkatkan prestasi kerja
yang optimal.
Pentingnya motivasi dalam upaya meningkatkan prestasi kerja telah
diungkapkan oleh Malayu S.P. Hasibuan (2005:94) mengemukakan bahwa
motivasi untuk berprestasi akan mendorong seseorang untuk mengembangkan
kreatifitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya
demi mencapai prestasi kerja yang optimal. Karyawan akan antusias untuk
38
39
Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:94)
Malayu S.P Hasibuan
(2005:141)
Wayne F. Cascio (2002:124)
Prestasi Kerja
Malayu S.P Hasibuan
(2005:94)
Budaya Organisasi
Wirawan (2006:52)
Gambar 2.2
40
Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian maka penulis dapat mengambil suatu hipotesis yaitu :
a. Hipotesis Simultan
Motivasi dan Budaya Organisasi Berpengaruh Terhadap Prestasi Kerja
Karyawan PT. Prudential Life Assurance Bandung.
b.
Hipotesis Parsial
1.
2.