Manajemen Proyek
Semester : 3 (Tiga)
MODUL VI
PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA
MATERI BELAJAR 7
6.1 Pendahuluan
Analisis jabatan jabatan merupakan salah satu model untuk memperkirakan permintaan dan
ketersediaan pekerja di masa depan. Perencanaan sumber daya manusia (SDM) atau sering
juga disebut perencanaan tenaga kerja (manpower planning), memungkinkan para manajer
dan devisi sumber daya manusia untuk mengembangkan rencana pengadaan staf yang
mampu mendukung strategi organisasi melalui jabatan yang lowong secara proaktif.
Bila organisasi tidak memiliki staf dalam jumlah dan jenis yang tepat, maka tujuan strategis,
operasional, dan fungsional tidak mungkin tercapai. Kini, semakin banyak para eksekutif
atau pemimpin perusahaan yang menyadari bahwa rencana sumber daya manusia yang
disusun dengan baik sangat esensial bagi keberhasilan strategi atau keberhasilan jangka
panjang organisasi.
Proses yang membantu penyediaan sumber daya manusia yang memadai untuk
mencapai tujuan organisasi di masa depan. Proses ini meliputi langkah-;angkah: (1)
memperkirakan kebutuhan berbagai tipe karyawan di masa yang akan datang, (2)
Terdapat istilah yang agak berbeda untuk perencanaan SDM, yakni employment or
personnel planning yaitu sebagai proses untuk memutuskan posisi-posisi apa yang perlu
diisi oleh perusahaan atau organisasi, dan bagaimana cara mengisinya. Perencanaan
personalia mancakup semua posisi perusahaan di masa depan, mulai dari petugas
pemeliharaan, misalnya, sampai CEO (chief executive officer) atau direksi.
Merujuk pada berbagai definisi di atas, perencanaan SDM didefinisikan sebagai proses
penentuan jenis (kualitas atau kualifikasi) dan jumlah (kuantitas) pekerja yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi di masa depan.
Alternatif yang seharusnya menjadi pilihan terakhir bagi pihak manajer yang dihadapkan
pada situasi kelebihan karyawan adalah pemberhentian, baik pemberhentian sementara
(dirumahkan) atau pemutusan hubungan kerja yang bersifat permanen. Cara ini hendaknya
ditempuh sesudah alternatif lain yang lebih layak tidak dapat menyelematkan perusahaan,
baik dari kebangkrutan maupun biaya operasi yang tidak wajar lagi.
Situasi terakhir yang mungkin muncul dari perbandingan antara permintaan dan penawaran
adalah terjadinya kekurangan tenaga kerja. Langkah yang umumnya ditempuh adalah
rekruitmen dan seleksi untuk mendapatkan pekarja baru. Tetapi, sebelum memutuskan
melakukan penarikan karyawan tetap, alternatif lain seperti menawarkan kerja lembur,
memperkerjakan tenaga kerja paruh waktu, melakukan sub-kontrak pekerjaan juga dapat
dijadikan pertimbangan. Jika pilihan-pilihan tersebut tetap tidak dapat menjadi solusi yang
utuh bagi masalah kekurangan personalia, maka upayanya kemudian akan berfokus pada
penarikan dan seleksi karyawan.
Karena kondisi-kondisi dalam lingkungan eksternal dan internal dapat berubah secara cepat,
proses perencanaan SDM harus dilakukan secara berkelanjutan. Perubahan kondisi
LINGKUNGAN EKSTERNAL
LINGKUNGAN INTERNAL
Perencanaan Strategis
Perencanaan SDM
Permintaan Kekurangan
Kelebihan Pekerja
= Pekerja
Penawaran
Rekruitmen
Pembatasan Rekruitmen,
Tidak Ada Pengurangan Jam Kerja,
Tindakan Pensiun Dini,
Pemberhentian Seleksi
Penyebab munculnya permintaan atau kebutuhan SDM di masa depan adalah salah satu atau
kombinasi dari faktor-faktor berikut:
a. Faktor Eksternal
Perekonomian
Sosial-Politik-Hukum
Teknologi
Pesaing
b. Faktor Organisasi
Rencana strategis
Anggaran
Prakiraan penjualan dan produksi
Unit usaha baru
Perancangan organisasi dan pekerjaan
c. Faktor Tenaga kerja
Pensiun
Pengunduran diri
Pemutusan hubungan kerja
Kematian
Cuti
a. Pendapat Pakar
Keputusan informal dan instan
Perkiraan kebutuhan SDM dapat ditentukan secara informal dan seketika oleh para
ahli. Keputusan semacam ini biasanya didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan
yang luas tentang faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
permintaan maupun ketersediaan SDM.
Jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dapat ditentukan
antara lain melalui analisis beban kerja dan analisis tenaga kerja. Analisis beban kerja
(workload analiysis) bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pekerja yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan berapa beban yang tepat dilimpahkan kepada satu
orang pekerja. Dengan kata lain, analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan
jumlah jam kerja orang (man hours) yang dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja
dalam waktu tertentu. Dengan cara membagi isi pekerjaan yang harus diselesaikan dengan
hasil kerja rata-rata satu orang, kita akan memperoleh jumlah orang yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.
Analisis tenaga kerja (workforce analysis) bertujuan untuk menetapkan kebutuhan tenaga
kerja yang digunakan untuk dapat mempertahankan kesinambungan sebuah organisasi/
perusahaan. Dengan cara ini, selain menentukan jumlah pekerja melalui analisis beban kerja,
kita juga perlu mempertimbangkan persediaan tenaga kerja dan tingkat ketidakhadiran para
pekerja dimaksud. Persediaan tenaga kerja dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
berikut:
Σ ̇ Σ ̇ − Σ
= + Σ
ℎ
Selain itu, kita dapat pula memperhitungkan tingkat pergantian tenaga kerja (labor tumover),
yang diperoleh dengan cara membagi jumlah pekerja yang berhenti dengan jumlah seluruh
pekerja yang ada dalam daftar gaji. Tingkat pergantian ini dihitung dalam angka mutlak atau
persentase. Rumus labor tumover adalah sebagai berikut:
̇
Σ tenaga kerja yang berhenti
= 100%
Σ ℎ
Akhirnya, perlu pula diperhitungkan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) bila kita akan
melakukan analisis terhadap kebutuhan tenaga kerja. Tingkat ketidakhadiran dapat dihitung
dengan rumus berikut ini:
Pernyataan tentang jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu
pekerjaan merupakan pertanyaan yang amat kritis karena menyangkut isu efisiensi sebagai
salah satu tolok ukur keberhasilan manajemen. Untuk menjawab pertanyaan ini, harus
dipahami tiga konsep, yakni (a) target volume pekerjaan, (b) tingkat pelaksanaan standar,
dan (c) waktu yang ditetapkan untuk merampungkan tugas secara tepat.
Target volume kerja adalah volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu
tertentu. Target volume kerja dapat dinyatakan dalam berbagai satuan, misalnya: meter,
meter kubik, kilogram, jam-orang, hari-orang (man-days), desa, dsb.
Tingkat pelaksanaan standar adalah volume pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh
seseorang atau sejumlah pekerja dalam satu satuan waktu dengan standar kualitas tertentu.
Misalnya, 2 lembar kain batik diselesaikan dalam waktu 1 hari. Bila ditemui kesulitan untuk
mengukur jumlah produksi yang diselesaikan seorang pekerja, maka dapat digunakan
standar waktu yang merupakan jumlah orang-waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
satu satuan produksi. Misalnya, standar waktu untuk memotong rumput satu hektar lapangan
adalah orang dalam 4 hari @ 6 jam kerja. Standar waktu dapat diperoleh dengan perhitungan
seperti berikut: 20 x 4 x 6 jam = 480 jam-orang.
Contoh 1:
1.000
x 1 orang = 20 orang pekerja
2 x 25
Melalui contoh 1, dapat dibuat rumus jumlah pekerja yang dibutuhkan, yaitu:
Contoh 2:
Seorang petani di sebuah desa ingin mengetahui berapa jumlah tukang cangkul yang ia
butuhkan untuk menggarap sawahnya seluas 10 hektar. Bila diketahui bahwa standar waktu
untuk mencangkul sawah itu adalah 20 x 4 x 6 jam = 480 jam-orang, dan waktu yang
ditetapkan untuk menyelesaikan adalah 20 hari, maka pekerja yang dibutuhkan oleh petani
tersebut adalah:
480 x 10
x 1 orang = 240 orang
20
Melalui contoh 2, dapat dibuat rumus jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan, yakni:
̇
ȷumlah standar waktu x target volume kerja
han = 1
jangka waktu yang ditentukan
Jumlah waktu yang digunakan untuk merampungkan sebuah pekerjaan merupakan jumlah
kelima unsure waktu yang meliputi (a) waktu siklis yaitu waktu yang digunakan dalam
kegiatan yang langsung berhubungan dengan produksi, (b) waktu non-siklis yaitu waktu
yang digunakan dalam kegiatan yang tak langsung berhubungan dengan produksi, (c) waktu
untuk menghilangkan kelelahan, (d) waktu untuk keperluan pribadi, dan (e) waktu
ketidakhadiran pekerja.
Misalnya, waktu siklis adalah 3.000 jam (berdasarkan time and motion study), jika waktu
pribadi 10 persen dari waktu siklis, maka jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan itu adalah 3.000 jam + (30% x 3.000) + (20% x 3.000) + (10% x
3.000) = 4.8000 jam. Bila pekerjaan itu harus diselesaikan dalam waktu satu bulan (25 hari
kerja) dan dengan 6 jam waktu kerja setiap hari, maka pekerjaan itu memerlukan pekerja
sebanyak:
Agar diperoleh angka yang lebih akurat dan realistis, jumlah pekerja berdasarkan analisis
beban kerja dan kajian waktuitu perlu ditambah dengan persentase ketidakhadiran pekerja.
Jika ketidakhadiran pekerja sebanyak 10 persen, maka pekerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut adalah: 32 orang + (10% x 32 orang) = 35,2 orang, atau
dibulatkan menjadi 36 orang.
6.6 Rekruitmen
Kualitas SDM sebuah organisasi pada mulanya ditentukan oleh kualitas calon-calon pekerja
atau pelamar. Upaya untuk mendapatkan calon-calon pekerja itu diawali dari rekruitmen
yaitu sebuah proses untuk menemukan dan menarik palamar yang berkemampuan untuk
bekerja.
Proses ini dimulai ketika oraganisasi mencari calon-calon pekerja baru, dari berbagai
sumber dan dengan beragam cara, dan yang berakhir pada saat lamaran kerja diserahkan.
Hasil rekruitmen adalah sekumpulan pelamar yang kemudian akan diseleksi untuk
mendapatkan pekerja baru.
Rekruitman adalah serangkaian aktivitas yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk
menarik para pelamar kerja yang memiliki kemampuan dan sikap yang dibutuhkan untuk
membantu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Proses menarik orang-orang pada saat yang tepat, dalam jumlah yang cukup, dan dengan
kualifikasi yang cocok, dan mendorong mereka untuk melamar pekerjaan pada organisasi.
Rekruitmen dimulai dengan upaya menemukan calon karyawan yang memiliki kemampuan
dan sikap yang dibutuhkan oleh organisasi dan mencocokkannya dengan tugas-tugas yang
harus dijalankan, salah satu faktor yang mempengaruhi tanggapan calon karyawan atau
pelamar terhadap langkah rekruitmen yang dilakukan adalah sikap mereka terhadap tugas-
tugas dan organisasi, yang didasarkan atas pengalaman sosial dan pengalaman kerja yang
Alternatif lain terhadap rekruitmen adalah alihdaya atau outsourcing, dimana alihdaya
sebagai praktik atau proses mengalihkan pelaksanaan pekerjaan tertentu kepada pihak atau
perusahaan lain. Dalam UU Nomor 13 tahun 2003, kebijakan alihdaya diatur dalam pasal 64
dan pasal 65. Pasal 64 menyebutkan bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis dan dalam Pasal 65,
kebijakan ini diatur lebih rinci sebagai berikut:
Pada awalnya, peran agen penyedia pekerja temporer lebih banyak dilirik sebagai sumber
pekerja administrasi yang semi-terampil selama beban puncak pekerjaan. Dewasa ini,
pekerja sementara mengisi berbagai jenis pekerjaan dalam organisasi, apakah pekerjaan
professional, teknis, atau posisi eksekutif perusahaan. Keuntungan utama temporary
employment adalah biaya tenaga kerja yang relatif rendah, tersedianya sumber pekerja
berpengalaman kerja yang mudah diakses, dan keluwesan dalam menanggapi perubahan
permintaan tenaga kerja di masa depan. Keuntungan dari segi biaya berasal dari fakta bahwa
organisasi tidak perlu memberikan tunjangan atau fasilitas kesejahteraan (benefit), pelatihan,
atau rencana karir. Pekerja temporer dapat keluar atau masuk ke perusahaan kapan saja,
tergantung dari beban kerja perusahaan. Kelemahan pekerja sementara adalah bahwa mereka
kurang atau tidak memahami budaya organisasi atau alur kerja perusahaan. Kondisi ini dapat
bermuara pada berkurangnya komitmen mereka terhadap tujuan organisasi.
Melalui proses rekruitmen diawali dari perencanaan SDM, dapat diketahui kesenjangan
antara kebutuhan atau permintaan tenaga kerja dengan ketersediaan tenaga kerja, baik dari
segi jumlah maupun mutu atau kualifikasi. Bila diketahui bahwa pekerja yang tersedia lebih
kecil dari yang dibutuhkan maka dilakukan rekruitmen. Setelah jabatan yang kosong
ditentukan, perlu ditetapkan persyaratan jabatan. Bila analisis jabatan sudah pernah
menghasilkan dokumen spesifikasi jabatan, langkah ini tidak perlu dilakukan lagi.
Bila sebuah organisasi atau perusahaan akhirnya memutuskan untuk melakukan rekruitmen,
tersedia dua pilihan sumber rekruitmen, yakni dari dalam organisasi itu sendiri atau dari luar
organisasi. Masing-masing sumber ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode
penarikan tenaga kerja dapat dilakukan dengan menggunakan sumber internal dan eksternal.
6.7 Seleksi
Seleksi adalah proses yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk memilih dari
sekumpulan pelamar, orang atau orang-orang yang paling baik memenuhi kriteria seleksi
untuk posisi yang tersedia, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan saat ini. Tujuan
setiap program seleksi adalah mengidentifikasikan para pelamar yang memiliki skor tinggi
pada aspek yang diukur dengan tujuan untuk menilai pengetahuan, keterampilan,
kemampuan atau karakteristik lain yang penting untuk menjalankan sebuah pekerjaan
dengan baik. Semua program seleksi bermaksud mengidentifikasikan pelamar-pelamar yang
mempunyai peluang terbesar untuk mencapai atau melebihi standar kinerja yang ditetapkan
organisasi. Kinerja disini tidak hanya menunjuk pada kuantitas keluaran, tetapi meliputi juga
aspek lain seperti kualitas keluaran, kemankiran, pelanggaran disiplin, kepuasan kerja, dan
pengembangan karir.
Selain seleksi yang efektif tidak selalu bertujuan mencari pelamar yang paling berkualitas
dalam aspek tertentu. Tepatnya seleksi adalah upaya mencari kesesuaian optimal antara
pekerjaan dengan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh pelamar (kemampuan,
pengalaman, dsb). Misalnya, untuk pekerjaan tertentu, kita tidak mencari pelamar yang
paling tinggi kecerdasan intelektualnya, melainkan pelamar yang keterampilan sosialnya
paling baik. Bila tidak cermat dalam menentukan tujuan seleksi ini, organisasi mungkin
akan mendapatkan karyawan yang terlalu tinggi kualifikasinya atau memiliki kompetensi
yang tidak cocok dengan pekerjaannya.
1. Perencanaan SDM adalah proses penentuan jenis (kualitas atau kualifikasi) dan jumlah
(kuantinas) pekerja yang sesuai dengan kebutuhan organisasi di masa depan
2. Perencanaan SDM dimulai dengan melihat implikasi rencana strategis organisasi
terhadap kebutuhan tenaga kerja. Langkah beriktunya adalah memprediksi kebutuhan
SDM di masa yang akan dating dan memperkirakan ketersediaan SDM. Jika kebutuhan
sama dengan ketersediaan tidak perlu dilakukan tindakan apa pun. Jika terjadi kelebihan
tenaga kerja. Ada beberapa alternatif yang dapat dipilih, yaitu membatasi atau
memperketat rekruitmen pekerja, mengurangi jam kerja, menawarkan pension dini.
3. Penyebab munculnya permintaan SDM di masa depan adalah salah satu atau kombinasi
dari factor-faktor eksternal (perekonomin, social-politik-hukum, teknologi, pesaing),
faktor internal organisasi (rencana strategis, anggaran, prakiraan penjualan dan produksi,
unit usaha baru, perancangan organisasi dan pekerjaan), dan factor tenaga kerja
(pensiun, pengunduran diri, PHK, kematian, cuti).
4. Teknik peramalan SDM yang dapat digunakan antara lain: pendapat pakar (keputusan
informal dan instan, survai formal oleh para pakar, nominal group technique, teknik
Delphi, analisis trend (ekstrapolasi, indeksasi, analisis statistic) dan metode lain
(analisis anggaran dan perencanaan, analisis usaha baru, model komputer).
5. Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jumlah jam kerja-orang
(man-hours) yang dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu.
Analisis tenaga kerja (workforce analysis) bertujuan untuk kenatapkan kebutuhan
tenaga kerja yang digunakan untuk dapat mempertahankan kesinambungan sebuah
perusahaan.
6. Ketersediaan SDM di masa depan ditentukan oleh sejumlah faktor internal (dengan
audit SDM, perencanaan suksesi, dan pembuatan bagan penggantian SDM) dan factor
eksternal (dengan mengkaji kebutuhan eksternal, termasuk kompetensi dalam
mendapatkan SDM yang diperlukan, melakukan analisis pasar tenaga kerja).
7. Pengembangan SDM adalah upaya terencana oleh sebuah organisasi untuk
memfasilitasi karyawannya dalam mempelajari perilaku (meliputi setiap pengetahuan
dan keterampilan yang diperoleh karyawan melalui praktik atau pengalaman langsung)
yang terkait dengan pekerjaan.
1. B (memperkirakan kebutuhan)
2. D (memperketat rekruitmen)
3. B (menambah jam kerja)
4. D (jawaban A, B, dan C benar)
5. A (untuk menetapkan kebutuhan tenaga kerja)
6. B (mengkaji kebutuhan eksternal)
7. C (subkontrak pekerjaan)
8. D (jawaban A, B, dan C benar)
9. A (seleksi tenaga kerja)
10. C (efektifnya sistem reruitmen tenaga kerja)
Iman Soeharto, 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional, Erlangga,
Jakarta.
Wulfram I. Ervianto, 2004, Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Andi Offset,
Yogyakarta.
……………, Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Kep. 48/MEN/IV/2004 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan
Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja bersama.