Anda di halaman 1dari 6

DESIGN THINKING: PEMECAHAN MASALAH SECARA KREATIF

Elkasari (160111600125)
S1 Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
E-mail: elkasari99@gmail.com

Dalam era disrupsi ini, dimana perubahan berlangsung begitu cepat, inovasi
menjadi salah satu keahlian yang diperlukan semua pelaku organisasi. Perbaikan dan
inovasi menjadi sebuah makanan sehari-hari yang diperlukan untuk menjaga organisasi
tetap efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya. Oleh karena itu, perlu membekali
diri dengan ketrampilan yang tepat, yakni kemampuan untuk memecahkan masalah
secara kreatif. Design Thinking merupakan salah satu cara untuk mengembangkan
kreativitas tersebut . Design Thinking merupakan serangkaian pola pikir dengan 5
tahapan action plan yang akan membantu para pelaku organisasi dari berbagai lini
perusahaan untuk mampu memecahkan permasalahan, meningkatkan kepuasan atau
pengalaman pelanggan atau menelurkan sebuah inovasi yang tepat. Kelima tahapan ini
adalah Empathize (berempati terhadap user), Define (memilih arahan desain), Ideate
(menghasilkan dan memilih ide), Prototype (membuat purwarupa dari ide) dan Test
(mendapatkan umpan balik). Kelima tahapan ini merupakan proses yang iteratif, dimana
ide akan terus diuji dan disempurnakan sebelum diwujudnyatakan menjadi sebuah
produk/jasa baru atau sebuah kebijakan baru.
Untuk dapat menerapkan proses design thinking dalam kehidupan sehari-hari,
semua pelaku organisasi harus sangat paham bagaimana proses design thinking itu
berlangsung. Setiap fase yang ada pada design thinking harus dilakukan secara benar,
prosedural dan harus memenuhi target per fase. Untuk itu selanjutnya penulis akan
menjelaskan bagaimana konsep, teoritis, dan prosedur Design Thinking pada
pembahasan dibawah ini.
PEMBAHASAN
A. Definisi Design Thinking
Design Thinking adalah sebuah metodologi desain yang bertumpu pada
pencarian solusi untuk menyelesaikan permasalahan tertentu. Design Thinking
ditujukan untuk memecahkan masalah yang kompleks yang belum terdefinisi secara
jelas atau belum ditemukan solusi terbaiknya (mungkin sudah ada solusi, tetapi
belum maksimal) dengan cara memahami kebutuhan manusia yang terlibat, dengan
menciptakan banyak ide dalam sesi brainstorming serta melakukan pendekatan
langsung melalui pembuatan prototype dan pengujian langsung.
Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan Tim Brown
pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain produk
berbasis inovasi. Kita bisa memanfaatkan Design Thinking untuk mengembangkan
perusahaan ini baik itu startup maupun korporasi. Metode ini menggabungkan
kebutuhan pengguna dan teknologi terbaru, maka implementasi Design Thinking
akan melahirkan ide-ide baru yang inovatif dan solutif. Terdapat empat pilar dalam
Design Thinking, yakni pilar keseimbangan, kerangka berpikir, penggunaan
alat/toolkits dan pola pendekatan (Glinski, 2012).
B. Konsep Design Thinking
Ada beberapa konsep dalam Design Thinking, yaitu:
1. Keseimbangan
Keseimbangan merupakan pilar utama dalam Design Thinking, konsep
keseimbangan akan kebutuhan digunakan untuk membuktikan bahwa sebuah
inovasi harus dapat diselenggarakan dan dibuktikan dengan sebuah penciptaan.
2. Kerangka berpikir yang tepat
Dalam proses berinovasi dibutuhkan pencarian ide-ide baru dengan melakukan
penelitian, pola interaksi dan mempelajari mengenai apa yang baru dan datang
untuk menginformasikan untuk menghasilkan sebuah persepsi yang berpusat
pada manusia (human-centered).
3. Alat atau Toolkit
Proses inovasi membutuhkan cara-cara baru dalam mempresentasikan ide-ide.
Banyak perancang melakukan berbagai cara seperti menggambar,
mengilustrasikan, membuat prototype, proses bercerita, komunikasi verbal dan
berbagai dokumentasi dilakukan untuk mempresentasikan ide. Dalam dunia
nyata, hal-hal tersebut dilakukan dan dieksplorasi untuk dapat
mengkomunikasikan ide dengan lebih efektif.
4. Pola Pendekatan
Proses inovasi dapat menjadi proses organisasi yang sistematis dan Design
Thinking adalah sebuah proses bermain dan belajar yang menarik dan mampu
menstimulasi pelakunya dengan sangat baik. Namun, jika tanpa kerangka
berpikir dan kegiatan yang baik maka proses inovasi tidak akan berjalan dengan
baik.
C. Elemen Penting dan Sikap Dasar Design Thinking
Selain membahas tentang definisi dan juga konsep design thinking penulis
juga akan membahas mengenai elemen penting dan sikap dasar yang ada di
dalam design thinking.
Design Thinking memiliki 4 elemen penting yaitu
1. People Centered
Pada metode ini, sangat perlu ditekankan untuk berpusat pada orang. Atau dengan
dengan kata lain, harus berpusat pada apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh user.
Dengan berpusat terhadap keinginan dan kebutuhan user, maka akan mudah dalam
menemukan solusi untuk memcahkan masalah yang dihadapi.
2. Highly creative
Pada metode ini, diperlukan kreativitas yang tanpa batas dan sebebas-bebasnya.
Artinya tidak ada aturan kaku dan baku yang mengaturnya. Kreativitas juga dapat
digabungkan dan dikolaborasikan dengan bidang lain sehingga dapat melahirkan
solusi yang lebih baik.
3. Hands on
Dalam proses desain, diperlukan percobaan langsung oleh tim desain, bukan hanya
pembuatan teori atau pun sebuah gambaran di kertas.
4. Iterative
Adanya proses iterasi atau proses dengan tahapan yang dilakukan berulang-ulang
untuk melakukan improvisasi dan menghasilkan sebuah produk atau aplikasi yang
baik, sesuai dengan kebutuhan user.
Sikap Dasar Dalam Design Thinking
Ada 3 sikap dasar yang harus di dalam proses design thinking, yaitu:
1. Experimentation
Sikap yang suka untuk melakukan ekperimen dan keluar dari zona nyaman (out of
the box). Dengan melakukan ekperimen ini, mungkin saja akan menghasilkan solusi-
solusi yang tidak terpikirkan. Dengan adanya eksperimen ini, maka akan mendapat
pengalaman yang berbeda.
2. Testing and Iteration
Sikap ini bertujuan untuk melakukan uji coba. Uji coba bisa dilakukan kepada tim
maupun kepada user yang membutuhkan produk kita. Iterasi ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang terbaik.
3. Collaboration
Kolaborasi juga perlu dilakukan untuk dapat memeceahkan masalah-masalah yang
kompleks. Untuk memecahkan masalah-masalah yang kompleks, dibutuhkan
kolaborasi dengan para ahli di bidangnya.
D. Tahap Design Thinking
Lima tahap model yang diusulkan oleh Institut Desain Hasso-Plattner di Stanford
(d.school). ialah Empathize, Define, Ideate, Prorotype, dan Test.

1. Emphatize
Tahap pertama ialah untuk mendaptkan pemahaman empatik dari masalah yang ingin
dipecahkan. Pada tahap ini dilakukan pendekatan terhadap customer kita. Apa
sebenarnya yang diinginkan oleh mereka. Hal ini dapat dilakukan terjun langsung ke
lapangan bertemu dengan mereka melakukan wawancara dan dapat juga bertindak seolah
menjadi mereka. Agar permasalahan customer yang benar-benar ingin diselesaikan dapat
berjalan dengan lancar.
2. Define
Informasi yang telah dikumpulkan selama tahap Empathize, dianalisis dan disintensis
untuk menentukan masalah inti yang akan diidentifikasi. Tahap define ini akan sangat
membantu untuk menyelesaikan masalah customer karena telah dilakukan penetapan
masalah.
3. Ideate
Tahap ini merupakan tahap untuk menghasilkan ide. Semua ide-ide akan ditampung
guna penyelesain masalah yang telah ditetapkan pada tahap define. Penting untuk
mendapatkan ide sebanyak mungkin atau solusi masalah di awal fase ide. Untuk tahap
akhir ialah penyelidikan dan pengujian ide-ide tadi untuk menemukan cara terbaik untuk
memecahkan masalah atau menyediakan elemen yang diperlukan untuk menghindari
masalah-masalah yang nantinya terjadi.
4. Prototype
Pada tahap ini akan dihasilkan sejumlah versi produk yang murah dan diperkecil, atau
fitur khusus yang ditemukan dalam produk, sehingga dapat menyelidiki solusi masalah
yang dihasilkan pada tahap sebelumnya. Prototype ini dapat diuji dalam tim sendiri, atau
ke beberapa orang lain. Ketika ada masukan maka dilakukan pebaikan lagi
pada prototype ini, sehingga dihasilkan prototype yang benar-benar bagus.
5. Test
Dilakukannya pengujian dan evaluasi terhadap produk kepada masyarakat dan hasilnya
akan dilakukan perubahan dan penyempurnaan untuk menyingkirkan solusi masalah dan
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang produk dan penggunanya.
Nah, pada kelima tahap ini jika ada kegagalan disalah satu tahap dapat kembali ke tahap
yang memungkinkan itu dapat diperbaiki. Contoh pada tahap Ideate tidak menghasilkan
penyelesaian masalah, maka dapat kembali lagi ke tahap Emphatize.
KESIMPULAN
Design Thinking merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah secara
kreatif. Ada empat pilar dalam Design Thinking, yakni pilar keseimbangan, kerangka
berpikir, penggunaan alat/toolkits dan pola pendekatan (Glinski, 2012). Design
Thinking memiliki empat elemen penting yaitu people centered, highly creative, hands
on, iterative. ada tiga sikap dasar yang harus di dalam proses design thinking yaitu
experimentation, testing and iteration, collaboration. Ada lima tahap model yang
diusulkan oleh Institut Desain Hasso-Plattner di Stanford
(d.school). ialah empathize, define, ideate, prorotype, dan test.
DAFTAR PUSTAKA
Taru, Andi. 2018, Memecahkan Masalah Menggunakan DESIGN THINKING, (Online),
(https://www.gamelab.id/news/34-memecahkan-masalah-menggunakan-design-
thinking) , diakses 10 September 2019

Telaumbanua, Murni. 2019, 5 Tahap Design Thinking menurut Stanford (d.school),


(Online), (https://medium.com/@murnitelaumbanua98/5-tahap-design-thinking-
menurut-stanford-d-school-e06f871c45c9) , diakses 11 September 2019

Siahaan, Patota. 2018, Elemen dan Sikap Design Thinking, (Online),


(https://medium.com/@totapetro/elemen-dan-sikap-design-thinking-
9a5a89a8ad22), diakses 12 September 2019

Purnomo, Dwi. 2013. KONSEP DESIGN THINKING BAGI PENGEMBANGAN


RENCANA PROGRAM DAN PEMBELAJARAN KREATIF DALAM
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Konferensi Nasional “Inovasi dan
Technopreneurship” IPB International Convention Center, Bogor.

IDEO U, Design Thinking: Design thinking is a process for creative problem solving,
(Online), (https://www.ideou.com/pages/design-thinking), diakses 12 September
2019

Anda mungkin juga menyukai