Anda di halaman 1dari 34

UAS HOSPITALITY RUMAH SAKIT

PENGELOLAAN CSSD DI RUMAH SAKIT

Disusun oleh:

Kelas 34D

Muhammad Yahya Sobirin 216080001


Moammar Andar R. S. 216080055
Muhammad Hasanain 216080066

Dosen: Dr. dr. Grace Rumengan, MARS

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS


RESPATI INDONESIA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

Pencegahan dan pengendalian infeksi menjadi perhatian khusus di dalam rumah sakit.
Menurut WHO (2010), setiap 100 pasien yang dirawat pada saat yang bersamaan, 7 pasien di
negara maju mengalami infeksi nosokomial. Sedangkan di negara berkembang, termasuk
Indonesia, setidaknya 10 pasien yang dirawat mengalami infeksi nosokomial. Menurut
Kementerian Kesehatan RI (2012), penyakit pasien yang datang ke rumah sakit sebagian
besar disebabkan oleh mikro-organisme sehingga risiko perpindahan mikro-organisme
tersebut mudah terjadi melalui petugas, peralatan dan bahan lain yang digunakan untuk
perawatan pasien.
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi merupakan salahsatu mata rantai yang penting untuk pengendalian
infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Untuk melaksanakan tugas dan
fungsi sterilisasi, Pusat Sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur
pelayanan medik,unsur penunjang medik maupun instalasiantara lain perlengkapan , rumah
tangga , pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain lain. Apabila terjadi hambatan
pada salah satu subunit diatas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil
sterilisasi.
Angka infeksi nosokomial terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9%
(variasi 3-21%) atau lebih dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil
survey point prevalensi dari 11 Rumah Sakit di OKI Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin
Jaya dan Rumah Sakit Penyakit lnfeksi Prof. Dr.Sulianti Saroso Jakarta pada tahun 2003
didapatkan angka infeksi nosokomial untuk ILO (lnfeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (lnfeksi
Saluran Kemih) 15,1%, IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumonia 24,5% dan
lnfeksi Saluran Napas lain 15,1%, serta lnfeksi lain32,1%. Untuk meminimalkan risiko
terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan ,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan evaluasi.
lstilah untuk Pusat Sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply Department
(CSSQ) Central Service (CS), Central Supply (CS}, Central Processing Department (CPD)
dan lain-lain, namun kesemuanya mempunyai fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan
alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci
fungsi dari pusat sterilisasi adalah menerima , memproses , memproduksi , mensterilkan ,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk
kepentingan perawatan pasien. (Depkes,2009)
Tujuan Pusat Sterilisasi :
1. Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril, untuk
mencegah terjadinya infeksi.
2. Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi
infeksinosokomial.
3. Efisiensi tenaga medis I paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada
pelayanan terhadap pasien.
4. Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang
dihasilkan.
Tugas lnstalasi Pusat Sterilisasi
Tanggung jawab Pusat Sterilisasi bervariasi tergantung dari besar kecilnya rumah
sakit, struktur organisasi dan proses sterilisasi. Tugas utama Pusat Sterilisasi adalah :
1. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
2. Melakukan proses sterilisasi alat/bahan.
3. Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruangan perawatan,kamar operasi
maupun ruangan lainnya.
4. Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman dan efektif serta
bermutu.
5. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk keperluan perawatan
pasien. 6. Mempertahankan standar yangtelahditetapkan.
7. Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, disinfeksi maupun sterilisasi
sebagai bagian dari program upaya pengendalianmutu.
8. Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nosokomial.
9. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi.
BAB II

ANALISIS JURNAL

Resume
No. Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
Jurnal
1. Judul Rencana Pengembangan CSSD (Central Evaluasi Manajemen Central Sterile Supply Estimation of Sterilization Capacity in
Penelitian Sterile and Supplies Department) Departement (Cssd) Di Rumah Sakit Superspecialty Tertiary Care Hospital in
Berdasarkan Kebutuhan di RS Meilia South East Asia Region
Tahun 2015

2. Detail Jurnal Jurnal ARSI/Oktober 2016 volume 3 nomor Jurnal Medika Indonesia Volume 1 Nomor 2 Ind Medica, Vol. 17, No. 2 (2005-01 -
1 Tahun 2020 2005-12)
3. Nama Lintang Kusuma Delia Irma Febri Mustika P.C. Chaubey & Rampal

Peneliti

4. Nama Muhammad Hasanain, Muhammad Yahya Muhammad Hasanain, Muhammad Yahya Muhammad Hasanain, Muhammad Yahya

Reviewer Shobirin, Moammar Andar Siregar Shobirin, Moammar Andar Siregar Shobirin, Moammar Andar Siregar

5. Tempat dan RS Meilia TAHUN 2015 RS Awal Bros Batam Superspecialty Tertiary Care Hospital in

Waktu South East Asia Region selama 2 minggu

Penelitian
6. Tujuan Untuk memenuhi persyaratan Peraturan Untuk mengevaluasi manajemen CSSD RS Untuk memahami spesifik standar

Penelitian Menteri Kesehatan RI No.56 Tahun 2014 Awal Bros Batam. formulasi kapasitas CSSD dengan ukuran
dan menghadapi era JKN di tahun 2015 per m2 tiap bed pasien agamemaksimalkan
efisiensi kebutuhan CSSD
7. Metode Analitik dengan pendekatan kualitatif yang Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Studi Deskriptif

Penelitian terfokus pada suatu unit tertentu, yaitu unit deskriptif analitik, dengan metode purposive
OK-CSSD sampling yaitu pengambilan sampel dengan
tujuan tertentu
8. Populasi dan Aspek internal adalah faktor-faktor yang Penelitian ini berfokus pada pelayanan Kapasitas CSSD, jam pergantian kerja

Sampel berpengaruh langsung terhadap CSSD, instalasi pusat sterilisasi RS Awal Bros SDM CSSD, jumlah ketersediaan alat dan
terdiri atas: rencana induk RS Meilia, sarana Batam meliputi aspek sumber daya manusia, SDM, kapasitas mesin dan siklus waktu
CSSD, SDM, teknologi, organisasi, kinerja, proses pelayanan, dan proses manajemen per tiap sterilisasi alat, dan durasi
jumlah alat/bahan steril di RS Meilia, CSSD. fungsional dari CSSD.
geografi serta SPO dan kebijakan CSSD di
RS Meilia. Aspek eksternal adalah faktor- Informan pada penelitian ini berjumlah 4
faktor yang berpengaruh tidak langsung orang terdiri dari Koordinator CSSD, 1
terhadap CSSD, terdiri atas: demografi, Penanggung Jawab, 2 Pelaksana.
morbiditas dan intensitas operasi.
9. Teknik input-process-output dimana input adalah Alat yang digunakan adalah kuesioner. Teknik wawancara dari departemen terkait

Pengumpulan semua faktor yang berpengaruh terhadap mengenai kualitas dan kuantitas supply
CSSD sterile dari CSSD dan kepada departemen
Data
bedah terkait dengan kualitas dan
pelayanan dari tim CSSD rumah sakit
tersebut
10. Analisis Data Deskriptif menggunakan analisis narasi dan penelitian Kualitatif dengan Rancangan Studi Analisa data dengan Teknik Analisa
triangulasi data kasus. Inti dari penelitian kualitatif adalah deskriptif, tidak menyebutkan program
untuk mengidentifikasi karakteristik dan statistic yang digunakan
struktur fenomena serta peristiwa dalam
konteks alaminya, selanjutnya karakteristik
ini dibawa secara bersama-sama untuk
membentuk sebuah teori mini atau model
konseptual (Jonker, Dkk., 2011).

11. Hasil Aspek Internal Perencanaan CSSD RS Awal Bros Batam Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
Penelitian sudah terencana dengan baik, tidak terdapat complain ataupun
Di dalam rencana induk, RS Meilia akan Pengorganisasian CSSD belum tersusun pembatalan dari rencana pembedahan
memberlakukan program JKN pada tahun ini secara maksimal, pelaksanaan terdiri dari yang sudah tersusun sesuai jadwal akibat
(Informan 2/4, 2015). Lokasi strategis serta penerimaan alat, pengemasan, pelabelan, ketidaktersediaan alat steril dari bagian
kelas RS Meilia yang lebih unggul dari pensterilan, pendistribusian dan penyimpan. CSSD yang ada. Tidak ditemukan adanya
rumah sakit sekitar menjadikan rumah sakit complain mengenai sterilisasi alat yang
sekitar tidak hanya sebagai kompetitor tetapi kurang baik dan sample indikator biologis
juga menjadi peluang bisnis, khususnya yang dikirim ke bagian mikrobiologi juga
untuk pelayanan CSSD. Pada masterplan, tidak menemukan adanya bakteri ataupun
RS Meilia memiliki dua bangunan, yaitu pathogen lainnya selama di ruang operasi,
bangunan utama dan bangunan penunjang. menandakan bahwa tim CSSD pada
CSSD sudah dipersiapkan menjadi unit rumah sakit tersebut melaksanakan
tersendiri dengan menyediakan sarana dan tugasnya dengan baik sesuai dengan
prasarana khusus untuk unit CSSD di lantai procedural yang ada.
2 bangunan penunjang (As Built Drawing
Architecture RS Meilia, 2006). Ruang-ruang
CSSD yang sudah ada, terdiri atas: area
washer, area bersih, area mesin sterilisasi,
area steril, area distribusi, ruang istirahat
karyawan dan kantor administrasi (As Built
Drawing Architecture RS Meilia denah
lantai 2 bangunan penunjang, 2006). Utilitas
yang berkaitan dengan sarana CSSD pun
sudah siap untuk diaktifkan (As Built
Drawing Electronic & Mechanical RS
Meilia, 2006).

Proses dekontaminasi, pengemasan,


pelabelan dan distribusi dilakukan oleh
masing-masing unit di RS Meilia (Informan
6 s/d 9, 2015). Khusus untuk unit OK, proses
tersebut dilakukan oleh petugas CSSD.
Tetapi untuk proses sterilisasi menggunakan
mesin sterilisasi, seluruh alat/bahan dari
semua unit ditangani oleh petugas CSSD
dengan sistem serah terima barang antara
perawat/pekarya unit yang mengantar barang
dengan petugas CSSD di unit OK lantai 2
bangunan utama. Seluruh alat atau bahan
yang akan disterilkan dikumpulkan di unit
OK kemudian dibawa oleh petugas CSSD ke
ruang sterilisasi di bangunan penunjang
melalui koridor kotor unit OK dan dumb
waiter. Permasalahan yang timbul adalah
bertemunya barang kotor unit OK dan
barang yang akan disterilisasi dengan barang
steril (Informan 1, Informan 2/4 dan
Informan 3/5, 2015).
Teknologi yang digunakan pada pelayanan
CSSD adalah mesin sterilisasi autoclave dan
mesin steam dengan total kapasitas 350 liter.
Penggunaan mesin setiap harinya sekitar 1
hingga 2 kali proses sterilisasi. Mesin-mesin
sterilisasi sudah mengalami kerusakan
sebanyak 3 kali semenjak tahun 2010-2014
(Laporan Tahunan Bagian Medik &
Keperawatan Rumah Sakit Meilia, 2014).
Pemeliharaannya dilakukan rutin oleh bagian
maintenance dan dalam penggunaannya
petugas CSSD harus berkoordinasi terlebih
dahulu dengan bagian maintenance.
Inventarisasi alat dan bahan steril di RS
Meilia dilakukan oleh masing-masing unit,
baik dari pengadaan, pengelolaan dan
pemeliharaan, serta penggunaannya. Oleh
sebab itu, CSSD tidak bertanggung jawab
atas kehilangan/kerusakan alat dan bahan
steril diluar proses sterilisasi dengan mesin
sterilisasi. Jumlah instrumen set di RS Meilia
saat ini (Hasil wawancara singkat dengan
Karu unit, 2015) adalah sebanyak 173 set.
Sedangkan, kebutuhan kasa setiap bulan
adalah sebanyak 39 gulungan (uk.40 yards x
80 cm).

CSSD saat ini berada di dalam struktur


organisasi unit OK karena alasan efisien dan
efektifitas kerja. Sejak dibukanya RS Meilia,
beban kerja CSSD belum seperti pada
perhitungan masterplan, sehingga untuk
menghemat biaya operasional dan SDM
yang ada (Informan 1, 2015). Dari segi
akreditasi RS, kondisi CSSD masih menjadi
satu dengan unit OK tidak bermasalah. Pada
struktur organisasi terdapat penanggung
jawab CSSD, namun pada kenyataannya
jabatan ini langsung dipegang oleh kepala
ruangan unit OK sehingga pengawasan dan
kinerja khusus CSSD kurang diperhatikan.
CSSD memiliki 4 orang staf dengan 3 orang
berpengalaman kerja 8 tahun dan 1 orang
berpengalaman kerja 1 tahun. Latar belakang
pendidikan adalah SMA, SMK Akuntansi
dan STM Mesin (Daftar SDM di RS Meilia,
2014). Peran petugas CSSD selain
melakukan proses dekontaminasi,
pengemasan, pelabelan, sterilisasi dan
distribusi barang steril, juga merangkap
sebagai petugas sekuler saat tindakan operasi
berlangsung dan staf administrasi unit OK.
Pembagian kerja petugas CSSD adalah 1-2
orang bertugas setiap shift-nya. Dalam satu
hari terdapat 2 shift kerja (Informan 6 s/d
Informan 9, 2015).
Kebijakan RS Meilia selain SPO mengenai
CSSD belum ada. SPO tentang proses-proses
sterilisasi sudah ada dan diketahui oleh
petugas CSSD, namun belum
disosialisasikan dengan unit-unit lain.
Sedangkan SPO mengenai pendistribusian
barang steril dan barang kotor belum ada
(ditampilkan dalam gambar 1).
Aspek Eksternal

Data demografi di RS Meilia menunjukkan


bahwa peningkatan pelayanan terus
meningkat dari tahun 2010 hingga tahun
2013 (Laporan Tahunan Bagian Medik &
Keperawatan Rumah Sakit Meilia , 2014).
BOR di tahun 2010 rata-rata per bulannya
41,16%, sedangkan di tahun 2013 rata-rata
per bulannya 49,69%. Kondisi demografi
tersebut belum termasuk pemberlakuan
program JKN. Intensitas operasi pun
meningkat terus dari tahun 2010 rata-rata
per bulan
68 operasi menjadi rata-rata per bulan 104
operasi di tahun 2014 (Unit OK-CSSD RS
Meilia, 2015). Jenis penyakit yang paling
teratas adalah tifoid fever, dengue fever dan
gastroenteritis.
Tahun ini akan diberlakukan program JKN
dimana pelayanan akan mengalami
peningkatan hingga 80% (Sutoto, 2014).
Tanpa adanya program JKN pun,
peningkatan pelayanan di RS Meilia terjadi
signifikan. Oleh sebab itu CSSD menjadi
unit tersendiri perlu dipersiapkan untuk
tahun depan. Selain itu, peluang
CSSD menjadi revenue centre juga harus
direncanakan karena terjadi peningkatan
pelayanan di rumah sakit sekitar, sehingga
kebutuhan alat/bahan steril meningkat.
Proses-proses sterilisasi sebagian besar
dilakukan oleh masing-masing unit,
sedangkan SPO mengenai hal tersebut hanya
berada dan diketahui oleh unit OKCSSD.
Risiko kecelakaan pada pekerja mudah
terjadi karena saat ini pelaksanaan
dekontaminasi, pengemasan dan pelabelan
dilakukan hanya dengan menggunakan
sarung tangan saja. Berbeda dengan petugas
CSSD di unit OK yang menggunakan APD
lengkap.
Ruang-ruang di CSSD sudah memenuhi
standar CSSD dari Kemenkes RI (2009).
Begitu pula dengan sistem utilitasnya.
Sehingga apabila unit CSSD akan diaktifkan,
maka tidak perlu investasi yang banyak pada
sarana CSSD. Begitu pula dengan teknologi
yang digunakan, seperti mesin sterilisasi.
Intensitas penggunaan mesin sterilisasi saat
ini masih jauh lebih sedikit daripada
perhitungan di masterplan sehingga apabila
terjadi peningkatan pelayanan CSSD maka
kapasitas sterilisasi masih dapat menampung
kebutuhan 200 TT. Total kapasitas mesin
yang dapat ditampung dalam sehari adalah
2.520 liter, sedangkan saat ini penggunaan
mesin hanya 350-700 liter per harinya.
Namun pemeliharaannya perlu ditingkatkan
karena sudah mengalami kerusakan
sebanyak 3 kali dari tahun 2010.

Masalah alur distribusi barang kotor dan


barang steril pernah diterapkan melalui
penggunaan satu-satunya lift barang
umum/bedlift untuk distribusi barang steril.
Namun dianggap kurang efektif karena
memakan waktu dan tenaga yang lebih
banyak. Saat ini, solusi ini dapat segera
diterapkan dengan syarat menegakkan SPO
berkaitan dengan proses distribusi barang
steril. Tetapi untuk di masa depan, risiko
waktu dan tenaga yang lebih banyak akan
meningkat menjadi 2 hingga 3 kali lipat
karena peningkatan penggunaan lift barang
umum/bedlift tersebut. Oleh sebab itu,
terdapat solusi lain yaitu pemisahan secara
fisik koridor kotor yang ada di unit OK
menjadi dua jalur (Gambar 2).
Pengendalian infeksi dan mutu dilakukan
menggunakan indikator kimia, biologi dan
mekanik. Namun hanya 1 orang staf CSSD
saja yang mampu melakukannya. Selain itu,
pelabelan dilakukan dengan tulisan manual
tanpa menyebutkan hasil indikator pada
barang steril (ditampilkan dalam gambar 2).
Tidak adanya penanggung jawab CSSD
menjadikan kepentingan dan kebutuhan
CSSD menjadi tidak terfokus sehingga
kurang menjadi prioritas. Dengan adanya
penanggung jawab CSSD pengawasan dan
pengelolaan pelayanan CSSD dapat terfokus.
Untuk memenuhi kualifikasi jabatan di
sebuah unit CSSD, petugas CSSD saat ini
sudah dapat direkrut dengan persyaratan
mengembangkan kemampuan manajerial
serta keterampilan mengenai CSSD melalui
pelatihan bersertifikat.

12. Kesimpulan RS Meilia sudah merencanakan untuk Fasilitas yang dimiliki oleh instalasi pusat Efektivitas dan efisiensi pelayanan CSSD
menjadikan CSSD sebagai unit tersendiri dan sterilisasi saat masih belum sesuai dengan dapat menggunakan indikator jumlah bed
akan dilakukan di tahun depan karena pedoman instalasi pusat sterilisasi dan yang tersedia di rumah sakit dengan
peningkatan pelayanan diperkirakan akan pedoman RS type B. Hal ini dikarenakan RS memperhitungkan jumlah bed per m2
meningkat 2 sampai 3 kali lipat akibat Awal Bros Batam dalam proses dengan kebutuhan alat dan supply alat
pemberlakuan program JKN pada akhir pengembangan, instalasi pusat sterilisasi steril di rumah sakit tersebut.
tahun ini. Permasalahan paling krusial adalah telah disiapkan di bangunan baru dengan
alur distribusi barang kotor dan barang steril kapasitas yang cukup besar dengan ruang
masih bercampur dan perlu segera yang memadai. Pihak manajemen RS Awal
diselesaikan. Bros Batam telah mempersiapkan bangunan
dengan ruang administrasi, dekontaminasi,
Namun dalam perencanaan jangka pendek, setting, sterilisasi, penyimpanan, dan
CSSD masih dapat dikelola bersama dengan penyerahan yang terpisah.
unit OK dengan beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu tidak adanya penanggung
jawab CSSD menjadikan kinerja CSSD
kurang diperhatikan; pengetahuan dan
kemampuan petugas CSSD yang masih
kurang mengenai informasi terbaru tentang
sterilisasi; SPO yang belum diperbaharui dan
belum disosialisasikan kepada unit lain;
mesin sterilisasi yang sudah 3 kali
mengalami kerusakan hingga perlu
memanggil vendor; label yang masih ditulis
manual dan tidak menunjukkan kualitas
alat/bahan steril berdasarkan indikator.
Sedangkan perencanaan jangka panjang
minimal dilaksanakan pada tahun depan
karena berkaitan dengan peningkatan
pelayanan pasien di RS Meilia akibat
program JKN.

13. Daftar - Chaubey, P.C., Rampal. (2005). Estimation of Sterilization Capacity in - Bhaskaran, V.P., - Laforce F M. Control of
Pustaka Superspecialty Tertiary Care Hospital in South East Asia Region. Journal Satyashankar, P. and infections in the Hospitals:
of the Academy of Hospital Administration-Ind Medica 2005 January – Desmond, D.S.S., 1750- 1950. In. Wenzel R P.
December: 17 (2): p. 2 - 5. Sitasi dari 2002. Use of hospital Editor; Prevention and Control
http://www.indmedica.com/journals.php?journalid=6&issueid= 72&a.. —Accounting based On Nosocomial Infections;3rd
- Depkes RI. (2009). Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD/Central cost studies to aid in edition; Williams & Wilkins
Sterile Supply Department) di Rumah Sakit. Jakarta. better management of USA, 1997: 3-19
- Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Teknis di Bidang Sarana resources of CSSD in - Ducel G, Fabry J, Nicolle
dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta. a large tertiary care. L.Editors In. Prevention of
- Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pedoman Teknis Bangunan Rumah Teaching Hospital. Hospital-Acquired infections;
Sakit Instalasi Sterilisasi Sentral (CSSD). Jakarta. Journal of Academy 2nd edition WHO, AITBS
- Richards Medical. (2012). CSSD Products. Issue 3.0. Australia: Richards of Hospital Publishers Delhi, 2004
Medical, Pty. LTD. http://www.richardsmedical.com.au/assets/ cat/e- Administration, 14, - Joslyn L. Sterilization by Heat.
booklet_CATCSSD_V3.0_RM.pdf pp.15-18. In. Block S S.
- RS Meilia. (2014). Laporan Tahunan Bagian Medik & Keperawatan - Bhaskaran, V.P., Editor ;Disinfection,
Rumah Sakit Meilia. Depok. Satyashankar, P. and Sterilization & Preservation; 3rd
- RS Meilia. (2006). As Built Drawing Architecture RS Meilia Desmond, D.S.S., edition; Lea & Febiger, 1983: 1-
- RS Meilia. (2006). As Built Drawing Electronic & Mechanical RS 2002. Use of hospital 46
Meilia —Accounting based - Kunders G D Editor In.
- RS Meilia. (2013). Business Plan RSM 2013-2017 cost studies to aid in Hospitals:Facility Planning and

- Sutoto,Dr.dr. M.Kes. (2014). Rumah Sakit Nilai Kinerja BPJS Kesehatan better management of Management, Tata McGraw Hill

Makin Positif. Majalah Info BPJS Kesehatan, Edisi 7. Halaman 5. Sitasi resources of CSSD in New Delhi, 2004: Chapter 9,

diakses atau diambildari http://www.slideshare.net/bpjs a large tertiary care. Planning and Designing Support

kesehatan1/majalah-info-bpjs-kesehatan-edisi-7-tahun-2014. Teaching Hospital. services 332-396

- Unit OK-CSSD RS Meilia. (2015). Target ADQ dan Pendapatan dari Bu Journal of Academy

Helda Tahun 2015 Revisi. Depok. of Hospital

- WHO.2010. Health care-associated infections.Fact Sheet.Clean Care is Administration, 14,

Safer Care. Sitasi dari pp.15-18.

http://www.who.int/gpsc/country_work/gpsc_ccisc_fact_sheet_en.pdf_ - Wijaya, A., Permana,


I. 2016. Evaluasi
Pengelolaan Instalasi
Pusat Sterilisasi RS
PKU Muhammadiyah
Yogyakarta Unit
II.Jurnal Asosiasi
Dosen
Muhammmadiyah
Magister Administrasi
Rumah Sakit Vol. 02,
No. 02. Hal. 1-9.
- Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2009
tentang Pedoman
Instalasi Pusat
Sterilisasi Di Rumah
Sakit.
- Herlambang, S.,
Murwani, A. 2012.
Cara Mudah
Memahami
Manajemen
Kesehatan dan Rumah
Sakit. Yogyakarta:
Gosyen publishing
- Juliandi, W. 2014.
Pengelolaan Instalasi
Pusat Sterilisasi Di
Rumah Sakit Pusat
Pertamina Dan Rumah
Sakit Umum Pusat
Fatmawati
Jakarta.Tesis.Falkultas
Kedokteran,
Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
- Menteri Kesehatan.
(2004). Persayaratan
Kesehatan
Lingkungan Rumah
Sakit . Jakarta :
Menteri Kesehatan. 2.
- Undang-Undang
Republik Indonesia
No 44 Tahun 2009,
Tentang Rumah Sakit,
8 Juli 2009, Lembaran
Negara Republik
Indonesia Tahun 2009
Nomor 4301, Jakarta
3.
- Adisasmito. (2008).
Kesiapan rumah Sakit
Dalam Menghadapi
Globallisasi. Jakarta:
Universitas Indonesia.

BAB III

PEMBAHASAN JURNAL

Resume
No. Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
Jurnal
1. Judul dan Rencana Pengembangan CSSD (Central Evaluasi Manajemen Central Sterile Supply Estimasi kapasitas sterilisasi pada
Tujuan Sterile and Supplies Department) Departement (Cssd) Di Rumah Sakit rumah sakit superspecialist
Penelitian Berdasarkan Kebutuhan di RS Meilia tertiary care di Asia Tenggara
Tahun 2015 Untuk mengevaluasi manajemen CSSD RS
Awal Bros Batam. Untuk memahami spesifik standar
Untuk memenuhi persyaratan peraturan formulasi kapasitas CSSD dengan
Menteri Kesehatan RI No.56 Tahun 2014 ukuran per m2 tiap bed pasien
dan menghadapi era JKN di tahun 2015 agamemaksimalkan efisiensi
kebutuhan CSSD

2. Jenis dan Analitik dengan pendekatan kualitatif yang Desain penelitian kualitatif dengan Penelitian ini merupakan
Desain terfokus pada suatu unit tertentu pendekatan studi kasus digunakan untuk penelitian deskriptif, data yang
Penelitian menggali informasi di instlasi pusat digunakan merupakan data
sterilisasi. kuantitatif dan kualitatif.

3. Populasi dan Aspek internal adalah faktor-faktor yang Penelitian ini berfokus pada pelayanan Kapasitas CSSD, jam pergantian

Sampel berpengaruh langsung terhadap CSSD, instalasi pusat sterilisasi RS Awal Bros kerja SDM CSSD, jumlah
terdiri atas: rencana induk RS Meilia, sarana Batam meliputi aspek sumber daya manusia, ketersediaan alat dan SDM,
CSSD, SDM, teknologi, organisasi, kinerja, proses pelayanan, dan proses manajemen kapasitas mesin dan siklus waktu
jumlah alat/bahan steril di RS Meilia, CSSD. per tiap sterilisasi alat, dan durasi
geografi serta SPO dan kebijakan CSSD di Objek pada penelitian ini adalah pelayanan fungsional dari CSSD.
RS Meilia. Aspek eksternal adalah faktor- instalasi pusat sterilisasi RS Awal Bros
faktor yang berpengaruh tidak langsung Batam. Informan pada penelitian ini
terhadap CSSD, terdiri atas: demografi, berjumlah 4 orang terdiri dari Koordinator
morbiditas dan intensitas operasi. CSSD, 1 Penanggung Jawab, 2 Pelaksana.
4. Teknik input-process-output dimana input adalah Teknik wawancara dan observasi Teknik wawancara dari

Pengumpulan semua faktor yang berpengaruh terhadap departemen terkait mengenai


CSSD kualitas dan kuantitas supply
Data
sterile dari CSSD dan kepada
departemen bedah terkait dengan
kualitas dan pelayanan dari tim
CSSD rumah sakit tersebut
5. Analisis Data Deskriptif menggunakan analisis narasi dan Penelitian Kualitatif dengan Rancangan Analisa data dengan Teknik
triangulasi data Studi kasus. Inti dari penelitian kualitatif Analisa deskriptif, tidak
adalah untuk mengidentifikasi menyebutkan program statistic
karakteristik dan struktur fenomena serta yang digunakan
peristiwa dalam konteks alaminya,
selanjutnya karakteristik ini dibawa secara
bersama-sama untuk membentuk sebuah
teori mini atau model konseptual (Jonker,
Dkk., 2011).
6. Kevalidan Validitas dan reliabilitas penelitian ini dapat Data yang digunakan valid karena bersumber Data yang digunakan valid karena

Data dikonfirmasi dengan adanya data dari RS dari sumber primer yaitu melalui wawancara bersumber dari sumber primer
tersebut. dengan responden yaitu melalui wawancara dengan
responden terkait dengan
penelitian, yaitu tim CSSD dan
tim bedah di rumah sakit tersebut
7. Kekuatan - Pembahasannya sangat detail dan Menggunakan teknik wawancara dan Menggunakan Teknik wawancara

Jurnal terperinci observasi terhadap responden yaitu dalam pengumpulan sample dan
- Disusun dengan menggunakan prosedur Koordinator CSSD, 1 Penanggung Jawab, data sehingga data yang
atau tahapan tertentu 2 Pelaksana. Sehingga dapat titik didapatkan valid berasal dari
- Menggunakan bahasa yang lugas permasalahan yang ada di RS Awal Bros sumber primer responden,
mengenai CSSD. sehingga data dan proses
pelaksanaan sangatlah factual
berdasarkan kegiatan sehari – hari
yang dilaksanakan di bagian
CSSD rumah sakit tersebut.
8. Kelemahan Tujuan penelitian tidak begitu jelas Mungkin diperlukannya kajian yang lebih Analisa statistik yang digunakan

Jurnal sehingga membingungkan pembaca lanjut tidak hanya teknik wawancara atau hanya terbatas pada deskriptif
tentang apa yang ingin dicapai dalam observasi saja. analitik dan tidak menyebutkan
penelitian ini dan juga hasil penelitian ang program apa yang digunakan
kurang singkron dengan metode penilitian. dalam melakukan Analisa
tersebut. Tidak adanya Analisa
korelasi antar variable data yang
dikumpulkan sehingga tidak
dapat disimpulkan secara statistik
signifikan atau tidak

9. Opini Jurnal ini memiliki karakteristik yang sangat - Perencanaan CSSD RS Awal Bros Secara keseluruhan penelitian
Kelompok baik Batam sudah terencana dengan baik, deskriptif yang dilakukan sudah
Pengorganisasian CSSD belum sangat baik dan data yang
tersusun secara maksimal, dikumpulkan dapat dikatakan
pelaksanaan terdiri dari penerimaan valid karena berasal dari sumber
alat, pengemasan, pelabelan, primer yaitu dengan Teknik
pensterilan, pendistribusian dan wawancara kepada tim CSSD
penyimpan. Pengelolaan staf dan dan tim bedah rumah sakit yang
sarana fisik, sudah sesuai dengan bersangkutan. Namun dalam
pedoman dalam pengelolaan CSSD. pelaksanaan Analisa data
Hambatan utama adalah dukungan sebaiknya menggunakan Analisa
dari manajemen yang masih kurang, yang lebih mendalam agar
kebutuhan jumlah SDM, dan fasilitas mendapatkan hasil serta
yang belum memenuhi. kesimpulan data yang lebih baik.
10. Abstrak Untuk memenuhi persyaratan Peraturan Latar Belakang : Rumah sakit sebagai Abad ke-21 melihat peningkatan
Menteri Kesehatan RI No.56 Tahun 2014 institusi penyedia pelayanan kesehatan yang peran organisasi perawatan
dan menghadapi era JKN di tahun 2015, RS mengutamakan keselamatan pasien dan tersier dalam sistem pemberian
Meilia merencanakan pengembangan CSSD petugas selalu berupaya untuk mencegah perawatan kesehatan spesialis
yang mengacu pada literatur, peraturan, terjadinya resiko infeksi rumah sakit. Untuk (super). Di era globalisasi dan
pedoman dan standar dari Kemenkes RI saja mencapai keberhasilan tersebut maka perlu penyebaran informasi yang
serta mengacu pada analisis faktor internal dilakukan pengendalian infeksi di Rumah efektif, tingkat kesadaran telah
dan eksternal di CSSD RS Meilia untuk Sakit dengan cara melakukan sterilisasi pada meningkat. Konotasi moral dan
mencapai CSSD yang ideal. Hasil analisis alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk hukum dari pemberian perawatan
yang didapatkan adalah RS Meilia sudah menghancurkan semua bentuk kehidupan kesehatan telah membuat dampak
mempersiapkan unit CSSD tersendiri sejak mikroba termasuk endospora dan dapat yang luar biasa pada bagaimana
dibangunnya rumah sakit. Selain itu, dilakukan dengan proses kimia atau fisika di layanan rumah sakit
terdapat masalah alur distribusi barang kotor Central Sterile Supply Departement (CSSD). direncanakan. Mengikuti konsep
dan barang steril yang masih bercampur. Central Steril Supply Departement (CSSD) "Do No Further Harm", rumah
Rencana pengembangan CSSD terbagi atas merupakan salah satu unit pengelola alat sakit terikat secara etis untuk
tiga tahap. Tahap pertama harus segera kesehatan dan linen steril pada fase akhir di mengendalikan infeksi
dilakukan karena berkaitan dengan rumah sakit, sehingga CSSD merupakan Nosokomial. Hal ini membuat
akreditasi rumah sakit, yaitu pemisahan alur ujung tombak terjaminnya sterilitas alat layanan sterilisasi terencana
distribusi barang steril dengan barang kotor. kesehatan. Tujuan : Untuk mengevaluasi dengan baik menjadi keharusan.
Tahap kedua adalah langkah-langkah manajemen CSSD RS Awal Bros Batam. Dalam perencanaan departemen
pengembangan CSSD dengan kondisi CSSD Metode : Desain penelitian kualitatif dengan suplai Steril, poin-poin penting
masih berada tetap dibawah unit OK, yaitu pendekatan studi kasus digunakan untuk yang harus diingat termasuk
berkaitan dengan pengembangan SDM, menggali informasi di instlasi pusat kebijakan sterilisasi rumah sakit
pembaruan dan sosialisasi SPO, sterilisasi. Informan pada penelitian ini mengenai sentralisasi /
peningkatan pemeliharaan mesin dan sebanyak 4 orang. Pengumpulan data dengan desentralisasi, jumlah departemen
penerapan standar label alat.bahan steril. wawancara mendalam, daftar tilik, konsumen, jumlah total jam yang
Sedangkan tahap ketiganya adalah observasi, serta telusur dokumen. Hasil Dan berfungsi dalam 24 jam, tingkat
langkahlangkah yang harus dilakukan Pembahasan : Perencanaan CSSD RS Awal perputaran dan jumlah barang-
apabila pengembangan CSSD menjadi unit Bros Batam sudah terencana dengan baik, barang yang memerlukan
sendiri, yaitu renovasi ruang OK dan CSSD Pengorganisasian CSSD belum tersusun sterilisasi. Berdasarkan faktor-
untuk pemisahan distribusi barang steril dan secara maksimal, pelaksanaan terdiri dari faktor di atas perkiraan volume
barang kotor, perekrutan SDM, dan penerimaan alat, pengemasan, pelabelan, ruang sterilisasi yang diperlukan
menambah perlengkapan CSSD lainnya. pensterilan, pendistribusian dan penyimpan. untuk satu bedengan dapat
Pengelolaan staf dan sarana fisik, sudah diturunkan. Ini akan membantu
sesuai dengan pedoman dalam pengelolaan dalam pengadaan jumlah autoklaf
CSSD. Hambatan utama adalah dukungan yang optimal dengan kapasitas
dari manajemen yang masih kurang, yang tepat. Disimpulkan dari
kebutuhan jumlah SDM, dan fasilitas yang penelitian tersebut bahwa rumah
belum memenuhi. Saran : Penambahan sakit superspesialisasi
Jumlah SDM dan melengkapi fasilitas yang menggunakan ruang sterilisasi
ada di CSSD RS Awal Bro 0,665 kaki kubik per tempat tidur
dalam 24 jam. Menjaga
penyangga untuk waktu henti
pemeliharaan, 'Kapasitas
Sterilisasi Total' yang optimal
adalah 0,730 cu ft per Ranjang
selama 24 Jam.
11. Kata Kunci

Manajemen, Instalasi Pusat Sterilisasi,


rencana pengembangan, CSSD, central
Rumah Sakit
sterile and supplies department, kebutuhan Manajemen Resiko,
RS Meilia. Implementasi, Keselamatan
Pasien
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

1. Rumah sakit sudah merencanakan untuk menjadikan CSSD sebagai unit tersendiri
karena peningkatan pelayanan diperkirakan akan meningkat 2 sampai 3 kali lipat
akibat pemberlakuan program JKN pada akhir tahun ini. Permasalahan paling
krusial adalah alur distribusi barang kotor dan barang steril masih bercampur dan
perlu segera diselesaikan.
2. Central Steril Supply Department (CSSD) merupakan salah satu unit pengelola alat
kesehatan dan linen steril pada fase akhir di rumah sakit, sehingga CSSD
merupakan ujung tombak terjaminnya sterilitas alat kesehatan.
3. Manajemen merupakan sebuah proses yang mengarahkan dan membimbing
kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan, karena tanpa manajemen, semua
usaha akan sia-sia. Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi agar
mencapai tujuan. Manajemen CSSD sangat dibutuhkan oleh suatu rumah sakit
karena tanpa manajemen pencapaian tujuannya akan lebih sulit (Herlambang,
2012).

SARAN

Mengingat peran rumah sakit dan jenis kegiatan serta volume pekerjaan pada instalasi
pusat sterilisasi demikian besar, maka hendaknya rumah sak it mempunyai pusat sterilisasi
yang tersendiri, dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Kecepatan pelayanan Diharapkan pelayanan penyediaan barang-barang steril yang


diberikan oleh pusat sterilisasi menjadi lebih cepat sampai kepada unit pemakainya,
dengan mutu yang dapat dipertanggungjawabkan dan memperpendek jalur birokrasi
yang ada .
2. Pengendalian lnfeksi Nosokomial Bersama-sama dengan tim pengendali infeksi
nosokomial rumah sakil dapat mengoptimalkan kerjasama dalam memantau produk-
produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi, memberikan masukan dan arahan pada
pemakai di lapangan dalam mengatasi atau menurunkan angka kejadian infeksi di
rumah sakit.
3. Perkembangan ilmudan teknologi Dengan semakin berkembangnya ilmu dan
teknologi , maka kompleksitas peralatan medis dan teknis medis memerlukan
prosedur sterilisasi yang optimal sehingga keseluruhan proses menghasilkan kualitas
sterilitas terjamin.
4. Pendekatan Mutu Produk-produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi harus melalui
proses yang ketat sampai menjadi produk yang steril. Setiap proses sterilisasi berjalan
selalu dilengkapi dengan indikator kimia, biologi dan fisika. Secara berkala setiap tiga
bulan dilakukan test mikrobiologi. Diharapkan dengan kontrol yang ketat, produk
yang dihasilkan akan terjamin kualitas sterilitasnya , yang pada akhirnya dapat
menekan angka kejadian infeksi di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai