Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN RESIDENSI

SISTEM MANAJEMEN

PEMELIHARAAN ALAT PENDINGIN

DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT

Disusun Oleh:

WANDA B. SITANGGANG

(NPM : 206080189)

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA

2022
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN RESIDENSI
LAPORAN RESIDENSI DENGAN JUDUL

SISTEM MANAJEMEN PEMELIHARAAN ALAT PENDINGIN

DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT

Oleh :

NAMA : WANDA B. SITANGGANG

NPM : 206080189

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN UNTUK DIPERSENTASIKAN

DOSEN PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAPANGAN

Adhun Trigono, SKM, M.Kes drg. Dini Indrawati, MARS

Mengetahui :

Ketua Program Studi MARS URINDO

Cicilia Windiyaningsih, Dr, SKM, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
lindungan-Nya saya dapat menyelesaikan laporan residensi saya dengan judul “ Sistem
Manajemen Pemeliharaan Alat Pendingin Di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren
Sawit”

Saya ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan residensi ini.

Ucapan tersebut saya tujukan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. drg. Tri Budi Wahyuni Raharjo, MS sebagai Rektor Universitas Respati
Indonesia;
2. Dr. Ign. A. Wirawan Nugrohadi, SE, M.Si, sebagai Dekan Pascasarjana Universitas
Respati Indonesia;
3. Dr. Cicilia Windiyaningsih, SMIP,SKM,M.Kes, selaku Ketua Program Studi
Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia Direktur RSKD Duren Sawit;
4. Adhun Trigono, SKM, M.Kes sebagai Dosen Pembimbing Akademik;
5. drg. Dini Indrawati, MARS sebagai Kepala Bagian Umum dan Pemasaran RSKD
Duren Sawit, sekaligus pembimbing lapangan yang banyak memberikan ilmu dan
dukungan serta arahan;
6. Sejawat Tim IPSRS yang membantu memberikan data dan dukungan;
7. Kepada keluarga tercinta yang memberikan dukungan;
8. Teman-teman Angkatan 33C MARS URINDO, Dani yang telah memberikan semangat
dan dukungan.

Semoga laporan ini dapat bermamfaat khususnya bagi saya sebagai penulis dan bagi
pembaca sekalian. Penulis akan berterima kasih apabila ada saran dan kritik yang
membangun sehingga akan memperbaiki kualitas laporan residensi ini.

Jakarta, Agustus 2022

ii
Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar v
Daftar Tabel vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 4
1.3. Manfaat 5
1.4. Ruang Lingkup Residensi 6
1.5. Pelaksanaan Kegiatan Residensi 6

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Defenisi Rumah Sakit 7
2.2 Pengertian Pemeliharaan 10
2.3 Pemeliharaan Bangunan Gedung 15
2.4 Pengertian dan Tujuan Maintenance 21
2.5 Aspek Pemeliharaan 29
2.6 Pemeliharaan Preventive 33
2.7 Penilaian Resiko 35
2.8 Air Conditioner / Sistem Tata Udara 36
2.9 Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit 47
2.10 Standar Suhu di Rumah Sakit 48

iii
BAB III GAMBARAN SATUAN PELAKSANA PEMELIHARAAN SARANA DAN
PRASARANA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT

3.1 Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 52


3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 52
3.1.2 Visi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 53
3.1.3 Misi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 53
3.1.4 Tata Nilai Karyawan 53
3.1.5 Budaya Kerja 54
3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 54
3.3 Satuan Pelaksana Pemeliharaan Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 55
3.4 Manajemen Pemeliharaan Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit 57
3.5 Sumber Daya Manusia Satuan Pelaksana Rumah Sakit Khusus Daerah
Duren Sawit 60

BAB IV IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH


4.1 Identifikasi Masalah 63
4.2 Rumusan Masalah 65

BAB V PEMBAHASAN
5.1 Analisis Prioritas Masalah 67
5.2 Analisis Penyebab dan Akar Masalah69
5.3 Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah 70
5.4 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah 73
5.5 Rencana Kegiatan (Plan of Action) 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan 80
6.2 Saran 81

DAFTAR PUSTAKA 82

iv
DAFTAR GAMBAR

1. (nomer yang ditulis disini sesuai dengan nomer gambar yang sebenarnya. Cek di
setiap gambar di setiap bab). Bagan hubungan antar bagian bentuk pemeliharaan,
Sumber
Undang-Undang No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi 12
2. Instalasi Air Conditioner 37
3. Air Conditioner Split wall 38
4. Air Conditioner (AC) Windows 38
5. Air Conditioner (AC) Central 39
6. Air Conditioner (AC) Standing Floor 40
7. Air Conditioner (AC) Standing Floor 40
8. Air Conditioner (AC) VRV (Variabel Refrigerant Volume) 41
9. Kondensor 42
10. Kompresor 42
11. Evaporator 43
12. Pipa Kapiler 43
13. Accumulator 44
14. Fan / Blower AC 44
15. Bahan Pendingin / Refrigerant 45
16. Thermistor 45
17. Kapasitor 46
18. Overload 46
19. Motor Listrik 46
20. PCB Kontrol 47
21. Struktur Organisasi RSKD Duren Sawit 55
22. Alur Pemeliharaan Satuan Pelaksana PSRS RSKD Duren Sawit 56
23. Alur Permohonan Perbaikan RSKD Duren Sawit 57
24. Aplikasi E-Qlue 60
25. Kerangka Konsep 64

v
26. Diagram Fish Bone 70
27. Jadwal pemeliharaan Alat Pendingin (AC) 85
28. Pelaksanaan residensi 86
29. Pembimbingan oleh pembimbing lapangan 87
30. Pembimbingan oleh pembimbing akademik 88
31. Rencana system aplikasi pemeliharaan alat pendingin (AC) 88

vi
DAFTAR TABEL

1. (nomer yang ditulis disini sesuai dengan nomer table yang sebenarnya. Cek di
setiap table di setiap bab). Perbandingan Jumlah Karyawan Pemeliharaan Dengan
Total Karyawan 29
2. Standar Suhu dan Kelembaban 51
3. SDM Satpel PSRS RSKD Duren Sawit 60
4. Rekapitulasi Pemeliharaan Dan Perbaikan 65
5. USG Pemeliharaan Alat Pendingin) 68
6. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah Servis 72
7. Penentuan Prioritas Masalah Servis 74
8. Plan of Action servis yang tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan 76

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana Prasarana Rumah Sakit (Satpel PSRS)
merupakan salah suatu bagian unit kerja di rumah sakit yang mempunyai fungsi untuk
melaksanakan kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana baik pemeliharaan gedung,
mekanikal elektrikal serta pemeliharaan perlengkapan alat kesehatan yang terdapat di
rumah sakit tersebut, sehingga pelayanan kesehatan secara paripurna di rumah sakit
dipastikan dapat berfungsi dengan baik dan layak pakai.

Di dalam Undang-Undang nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit


menjelaskan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi serta Perizinan Rumah
Sakit dijelaskan bahwa Bangunan Rumah Sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
yang berada di atas tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan yang digunakan
untuk penyelenggaraan Rumah Sakit. Prasarana Rumah Sakit adalah utilitas yang
terdiri atas alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa
berfungsi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit mengatakan
bahwa bangunan dan prasarana rumah sakit harus dipelihara secara berkala dengan
periode waktu tertentu sehingga kegiatan pemeliharaan bangunan dan prasarana
rumah sakit yang meliputi pemeliharaan korektif, pemeliharaan pemantauan
fungsi/inspeksi ,pemeliharaan preventif, dan pemeliharaan korektif/perbaikan.
Pemeliharaan pemantauan fungsi/ inspeksi sebagaimana dimaksud merupakan
kegiatan Pemeliharaan yang bersifat melakukan pemantauan fungsi/testing pada

1
setiap bangunan dan prasarana yang akan digunakan atau dioperasionalkan. Rumah
Sakit harus mempunyai program Pemeliharaan, pedoman dan panduan Pemeliharaan,
serta lembar kerja Pemeliharaan bangunan dan prasarana sehingga Rumah Sakit harus
menyediakan biaya Pemeliharaan paling rendah 15% (lima belas persen) dari nilai
bangunan dan Prasarana Rumah Sakit.

Sejak didirikannya pada tanggal 19 Juni 2002 Rumah Sakit Khusus Daerah
Duren Sawit memiliki 2 (dua) bangunan yang terdiri dari Gedung baru dengan 8
lantai dan Gedung lama dengan 4 lantai dimana kedua Gedung tersebut memberikan
pelayanan keselamatan ke masyarakat. Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit
yang didirikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta merupakan pusat
pelayanan khusus jiwa dan Penanggulangan Narkoba, dengan tujuan untuk
mengoptimalkan dukungan pelayanan pasien jiwa dan narkoba khususnya di Provinsi
DKI Jakarta.

Memberikan pelayanan terhadap masyarakat sebagai salah satu tugas dan fungsi
rumah sakit milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta, RSKD Duren Sawit dituntut harus
dapat memberikan pelayanan yang maksimal. Dalam memberikan pelayanan yang
harus maksimal terhadap masyarakat, pelayanan yang harus diberikan bukan hanya
memberikan pelayanan secara medis tetapi juga harus dapat memberikan pelayanan
yang maksimal dari sarana, prasarana dan alat kesehatan yang harus berfungsi dengan
baik dan layak pakai sesuai standar peraturan yang berlaku.

Satuan Pelaksana PSRS mempunyai peranan sangat penting dalam mendukung


untuk mewujudkan visi dan misi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, posisi
Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (PSRS) dalam
sistem organisasi rumah sakit sebagai lini penunjang pelayanan sehingga Satuan
Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit (PSRS) berperan sangat
penting untuk menunjang kegiatan layanan rumah sakit khususnya dalam hal
pengelolaan fasilitas agar pelayanan kesehatan dapat berjalan dengan optimal.
Penyelengaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang dilaksanakan di rumah

2
sakit sangat ditentukan oleh penyediaan fasilitas pelayanan yaitu sarana, prasarana
maupun faktor lain. Sarana dan prasarana rumah sakit harus diupayakan selalu dalam
keaadaan baik dan layak pakai untuk menjamin kualitas dan kesinambungan
pelayanan kesehatan.

Pemeliharaan alat pendingin di rumah sakit RSKD Duren Sawit belum


terlaksana dengan baik dan terjadwal, salah satu yang menjadi penyebabnya adalah
adanya pekerjaan yang harus dikerjakan terlebih dahulu untuk dilaksanakan
perbaikan, terbatasnya tenaga teknisi yang melaksanakan pemeliharaan alat
pendingin, pencatatan dan penjadwalan serta pembutan laporan-laporan belum
optimal sebagai bahan dokumentasi yang dilakukan baik secara rutin dan insidentil,
anggaran masih belum maksimal penggunaannya, pelaksanaan pemeliharaan yang
belum mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO).

Dalam melaksanakan pemeliharaan alat pendingin sangat dibutuhkan suatu


konsistensi melaksanakan pemeliharaan, hal ini sangat berkaitan erat dengan defenisi
dan fungsi pemeliharaan. Untuk menjaga konsistensi di dalam pemeliharaan alat
pendingin yang ada di RSKD Duren Sawit membutuhkan suatu aplikasi untuk
membantu menjaga konsistensi pelaksanaan pemeliharaan alat pendingin yang ada di
RSKD Duren Sawit. Dengan adanya aplikasi system manajemen pemeliharaan alat
pendingin yang ada di RSKD Duren sawit diharapkan alat pendingin yang ada di
RSKD Duren Sawit dapat terpelihara dengan terencana yang menghasilkan umur
pakai alat pendingin dan suhu yang ada di ruangan RSKD Duren sawit dapat
memenuhi standar yang sesuai dengan peraturan.

Suhu ruangan yang sejuk dan nyaman di rumah sakit sangat diperlukan sebagai
salah satu bentuk pemberian pelayanan ke pada pasien, pengunjung dan karyawan di
rumah sakit tersebut. Sistem tata udara yang sudah dirancang dan diterapkan dengan
baik, maka hal yang penting diperhatikan selanjutnya adalah pada sisi pemeliharaan
rutin alat pendinginnya. Sistem tata udara atau pengkondisian udara yang baik
seharusnya dilengkapi dengan pemeliharaan yang baik pula terutama pada sistem alat

3
pendingin yang berskala besar, supaya dapat memaksimalkan fungsi dan pemanfaatan
sistem tata udara, mempertahankan efisiensi, mempertahankan keandalan dan
mempertahankan umur ekonomis peralatan, memperkecil tingkat kerusakan,
memperpanjang usia pakai peralatan. Penerapan sistem tata udara yang paling banyak
digunakan adalah sistem pendingin yaitu upaya pengkondisian udara pada
implementasinya menghasilkan udara sejuk serta dipersyaratkan untuk mengatur
aliran udara dan kebersihannya.

Mempertahankan suhu ruangan yang sejuk dan sesuai standar, diperlukan


pemeliharaan alat pendingin yang teratur dan terjadawal sesuai dengan SOP
pemeliharaan/servis alat pendingin. Penjadawalan yang telah dibuat sering sekali
dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan jadwal, dikarenakan adanya pekerjaan
teknisi yang lain (sesuai dengan prioritas), SDM yang kurang dan kurang patuhnya
terhadap jadwal yang dibuatkan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui sistem manajemen pemeliharaan sarana dan prasarana khususnya
pemeliharaan alat pendingin (Air Conditioner) di RSKD Duren Sawit.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mengetahui dan mengidentifikasi kerusakan alat pendingin (Air
Conditioner) di RSKD Duren Sawit.

1.2.2.2 Melaksanakan penjadwalan pemeliharaan alat pendingin (Air


Conditioner) dengan mengikuti Standar Operasional Penggunaan (SOP).
1.2.2.3 Identifikasi aset alat pendingin (Air Conditioner) di RSKD Duren Sawit.
1.2.2.4 Melaksanakan perencanaan anggaran pemeliharaan yang lebih
terencana, efektif, dan efisien.

4
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.
1.3.1.1 RSKD Duren Sawit khususnya Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana
dan Prasarana dapat melakukan pemeliharaan terhadap alat pendingin
(AC) yang lebih terencana.
1.3.1.2 RSKD Duren Sawit dapat melakukan pemetaan terhadap lokasi dan jenis
alat pendingin yang terpasang di RSKD Duren Sawit.
1.3.1.3 RSKD Duren Sawit lebih mengetahui kerusakan sarana dan prasarana
secara terinci.
1.3.1.4 RSKD Duren Sawit lebih mengetahui kebutuhan anggaran pemeliharaan
sarana dan prasarana yang optimal.
1.3.1.5 Mendapatkan pemeliharaan yang terlaksana, terjadwal sehingga umur
masa pakai sarana prasarana lebih lama.

1.3.2 Bagi Mahasiswa

1.3.2.1 Memperoleh kesempatan dan pengalaman secara langsung dalam bidang


manajemen pemeliharaan sarana dan prasarana di rumah sakit.
1.3.2.2 Mampu mengidentifikasi masalah-masalah manajemen secara
komprehensif berdasarkan kajian dan metode yang sudah dipelajari.
1.3.2.3 Mendapatkan bahan atau gambaran untuk penyusunan tesis di bidang
administrasi dan manajemen rumah sakit.

1.3.3 Bagi Institusi Pendidikan


1.3.3.1 Hasil penelitian residensi akan menjadi umpan balik bagi pengembangan
materi kurikulum dan metode pembelajaran.
1.3.3.2 Mendapatkan informasi terkini untuk issue rumah sakit.

5
1.3.3.3 Terbinanya jaringan kerja sama (networking) yang sangat potensial bagi
pengembangan program.

1.4 RUANG LINGKUP RESIDENSI


Pelaksanaan residensi ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit
Jakarta Timur, yang beralamat di Jalan Duren Sawit Baru Nomor 2 Jakarta Timur,
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Residensi ini difokuskan di Satuan
Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit. Laporan residensi ini
dilaksanakan dengan melakukan wawancara, diskusi dan observasi, kemudian
disimpulkan beberapa masalah yang ditentukan, didiskusikan permasalahan tersebut,
untuk menentukan prioritas masalah yang ada dan selanjutnya dibuat inovasi untuk
pemecahan masalah tersebut, untuk disampaikan kepada pimpinan Rumah Sakit
Khusus Daerah Duren Sawit sebagai masukan terkait dengan solusi masalah
pelaksanaan pemeliharan sarana dan prasarana yang ditemukan di Satuan Pelaksana
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.

1.5 PELAKSANAAN KEGIATAN RESIDENSI


1.5.1 Peserta residensi akan diberikan pembekalan oleh bagian diklat dan Satuan
Pelaksana Pemeliharaan Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit terkait tata
laksana pemeliharaan sarana dan prasarana di Rumah Sakit Khusus Daerah
Duren Sawit.
1.5.2 Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan peserta melakukan orientasi dan observasi, serta
melakukan wawancara ke teknisi pemeliharaan di lapangan mengenai kegiatan
pemeliharaan yang ada di unit kerja, mempelajari program kerja, pembagian
tugas, standar operasional penggunaan (SPO), pencatatan dan pelaporan
pemeliharan, sehingga peserta mendapat gambaran umum mengenai
pemeliharaan sarana dan prasarana khusunya alat pendingin di Rumah Sakit
Khusus Daerah Duren Sawit.

6
1.5.3 Waktu pelaksanaan residensi dari tanggal 2 Juni 2022 sampai dengan 31 Juli
2022 di unit pemeliharaan sarana dan prasarana Rumah Sakit Khusus Daerah
Duren Sawit.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit menurut Word Health Organization (WHO) merupakan sebuah


organisasi sosial yang didirikan oleh beberapa orang dengan tujuan menyediakan
fasilitas kesehatan dengan tingkat pelayanan yang parirpurna, penyembuhan
penyakit, serta pencegahan terhadap penyakit baru ataupun penyakit lama kepada
seluruh manusia yang membutuhkan pertolongan dalam bidang medis. Selain itu
juga, rumah sakit merupakan tempat pendidikan dan pelatihan bagi tenaga medik
dan penunjang medik yang ingin mengembangkan ilmu dalam bidang medis dan
penunjang medis.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit, melaporkan kalau rumah sakit merupakan sesuatu institusi yang
membagikan pelayanan kesehatan untuk warga dengan ciri tertentu yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan kesehatan
dan kehidupan sosial ekonomi warga. Buat itu sesuatu rumah sakit yang wajib
sanggup membagikan kenaikan pelayanan yang lebih bermutu, terjangkau dengan
ekonomi warga supaya terwujud derajat kesehatan terhadap warga.

Rumah Sakit menurut Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2018 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (Supartiningsih, 2017) juga
mendefinisikan rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga
medis professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan

7
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. (Bramantoro, 2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit
merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya
kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan
pemulihan yang terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.

Rumah sakit memiliki tugas dan fungsi berdasarkan undang-undang Nomor 44


tahun 2009 tentang rumah sakit. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan upaya
pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan, rumah sakit juga
mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
Sedangkan untuk fungsi rumah sakit adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkataan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Pelayanan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit
mengatakan Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Bangunan
Rumah Sakit adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan
tempat dan kedudukannya, sebagian atau seluruhnya yang berada di atas

8
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan yang digunakan untuk
penyelenggaraan Rumah Sakit dan prasarana Rumah Sakit adalah utilitas yang
terdiri atas alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit
bisa berfungsi.

Rumah Sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 4 Tahun 2018 adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (Supartiningsih, 2017) juga
mendefinisikan rumah sakit adalah suatu organisasi yang dilakukan oleh tenaga
medis professional yang terorganisir baik dari sarana prasarana kedokteran, asuhan
keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. (Bramantoro, 2017) juga menjelaskan bahwa rumah sakit
merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan upaya
kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna pada upaya penyembuhan dan
pemulihan yang terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.

Bersumber pada Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit pasal 19 ayat 2 Rumah Sakit Universal merupakan
rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada segala bidang dan jenis
penyakit. Pada pasal 10 ayat 1 tentang bangunan rumah sakit harus dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang paripurna,
pembelajaran serta pelatihan, serta pengembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi kesehatan. Bangunan rumah sakit yang diartikan pada ayat 1 paling tidak
sedikit terdiri atas ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang gawat darurat, ruang
operasi, ruang tenaga kesehatan, ruang radiologi, ruang laboratorium, ruang
sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan, ruang kantor dan
administrasi, ruang ibadah, ruang tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat
rumah sakit, ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur, laundry, kamar
jenazah, taman, pengolahan sampah, danpelataran parkir yang memadai.

9
Dalam melaksanakan pelayanan terhadap masyrakat, rumah sakit memiliki
tugas dan fungsi sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44
Tahun 2009 dalam pasal 4 tugas dari rumah sakit adalah memberikan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pengertian dalam undang-undang tersebut dapat
diartikan bahwa setiap kegiatan pelayanan diberikan oleh tenaga kesehatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, serta menyembuhkan penyakit dan
memulihkan kesehatan. Untuk menjelaskan tugas sebagaimana dimaksud dalam
pasal 4 (empat), rumah sakit mempunyai fungsi :

a. Melakukan pelayanan penyembuhan serta pemulihan kesehatan cocok


dengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Melakukan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi pasien melalui
pelayanan kesehatan paripurna sesuai kebutuhan medis.
c. Melakukan pendidikan dan pelatihan terhadap sumber daya manusia untuk
memberikan peningkatan kemampuan sumber daya manusia yang bekerja di
rumah sakit tersebut dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan
d. Merencanakan penelitian dan pengembangan kemajuan teknologi di bidang
kesehatan dan memberikan peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.2 Pengertian Pemeliharaan


Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi,
definisi istilah pemeliharaan pada kenyataannya menunjuk kepada fungsi
pemeliharaan secara keseluruhan yang bisa dibayangkan, dan sebagai hasilnya, kata
tersebut dengan longgar digunakan dalam industri untuk menunjukan setiap
perkerjaan yang dikerjakan oleh pekerja bagian pemeliharaan. Dalam organisasi
manufaktur, istilah perekayasa pabrik (work engginering) tehah umum dipakai untuk
mencakup instalasi, pengetesan, pemeliharaan, penggantian, dan pemindahan pabrik,
mesin-mesin dan sebagainnya. Tetapi istilah ini jarang dipakai pada organisasi jasa,
pelayanan perkotaan dan angkutan perang. Istilah baru ‘teknologi’ mencakup
seluruh situasi situasi ini, meskipun sekarang ini diragukan penerimaan secara

10
umum istilah manajemn teroteknologi atau teromanajer. Manajemen pemeliharaan
bertanggung jawab terhadap fungsi manajemen teroteknologi, yang dipandang dari
aspek manajemen, jarang sekali dapat dipisahkan dari manajemen pemeliharaan
murni, kecuali mungkin dalam organisasi yang besar. Memelihara pada suatu
standar yang bisa diterima merujuk pada standar yang ditentukan oleh organisasi
yang melakukan pemeliharaan. Hal ini berbeda dari satu organisasi dengan yang
lain, tergantung keadaan industrinya dan sepadan dengan nilai yang ditetapkan
berdasar standar yang tinggi. Kadang-kadang standar pemeliharaan yang diperlukan
juga ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan dan harus ditaati. Tujuan
pemeliharaan yang utama dapat didefinisikan dengan jelas sebagai berikut (Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017) :
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan asset (yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja, bangunan dan isinya). Hal ini terutama penting di negara
berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian. Di
negara-negara maju kadang-kadang lebih menguntungkan untuk ‘mengganti’
daripada ‘memelihara’.
2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi (atau jasa) dan mendapatkan laba investasi (return of investment)
maksimum yang mungkin.
3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam
kebakaran dan penyelamatan, dan sebagainnya.
4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Kerja pemeliharaan bisa terencana ataupun tidak terencana. Hanya ada satu
bentuk pemeliharaan takterencana, yaitu pemeliharaan darurat, yang didefinisikan
sebagai pemeliharaan di mana perlu segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah
akibat yang serius, misalkan hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau
untuk alasan keselamatan kerja. Bagian utama dari pemeliharaan pencegahan meliputi
pemeriksaan yang berdasarkan pada ‘lihat, rasakan, dan dengarkan’ dan penyelesaian

11
minor pada selang waktu yang telah ditentukan serta penggantian komponen minor
yang ditemukan perlu diganti pada saat pemeriksaan. Pemeliharaan korektif
meliputireparasi minor, terutama untuk rencana jangka pendek, yang mungkin timbul
di antara pemeriksaan, juga overhaul terencana misalnya overhaul tahunan atau dua
tahunan, suatu perluasan yang direncanakan dalam rincian untuk jangka panjang
sebagai hasil pemeriksaan pencegahan.

Gambar 2.1. Bagan hubungan antar bagian bentuk pemeliharaan, Sumber Undang-
Undang No.2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

Jenis- Jenis pemeliharaan menurut Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa
Konstruksi yaitu :
1. Pemeliharaan darurat (emergency maintenance); pemeliharaan yang perlu segera
dilakukan untuk mencegah akibat yang serius.
2. Pemeliharaan terencana (planned maintenance); pemeliharaan yang diorganisasi
dan dilakukan dengan pemikiran masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
3. Rusak (breakdown); kegagalan yang dihasilkan ketidaktersediaan suatu alat.
4. Pemeliharaan korektif (corrective maintenance); pemeliharaan yang dilakukan

12
untuk memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah
terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.
5. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance); pemeliharaan yang
dilakukan pada selang waktu yang ditentukan sebelumnya, atau terhadap kriteria
lain yang diuraikan, dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-
bagian lain tidak memenuhi kondisi yang diterima.
6. Pemeliharaan jalan (running maintenance); pemeliharaan yang dapat dilakukan
selama mesin dipakai.
7. Pemeliharaan berhenti (shutdown maintenance); pemeliharaan yang hanya dapat
dilakukan selama mesin berhenti.
8. Perbaikan menyeluruh (overhaul); pengujian dan perbaikan menyeluruh dari suatu
alat, atau sebagian besar bagiannya sampai suatu kondisi yang bisa diterima.
9. Waktu nganggur (downtime); periode waktu dimana suatu alat tidak berada dalam
kondisi mampu memberikan unjuk kerja yang diharapkan.
10. Perencanaan pemeliharaan (maintenance planning); penentuan sebelum pekerjaan,
metode, bahan, alat, mesin, pekerja, saat dan waktu yang ditentukan.

Perawatan juga didefinisikan sebagai suatu aktivitas untuk memelihara atau


menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian
dan penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan
perawatan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan agar dapat
melaksanakan kegiatan produksi dengan efektif dan efisien dengan hasil produk yang
berkualitas. Sistem perawatan dapat dipandang sebagai bayangan dari sistem
produksi, dimana apabila sistem produksi beroperasi dengan kapasitas yang sangat
tinggi maka perawatan akan lebih intensif (Ahmadi dkk, 2017).
Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan secara
berkala dengan tujuan untuk melakukan pergantian kerusakan peralatan dengan
resource yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem
pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia

13
kegunaan mesin, dan menekan failure sekecil mungkin. Manajemen perawatan dapat
digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktivitas perawatan, dengan
melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen kedalam sebuah program
perawatan. Pada umunya, semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam sebuah
sistem, kebutuhan akan manajemen dan pengendalian diperawatan menjadi semakin
penting.
Pemeliharaan adalah segi kegiatan yang ada didalamnya untuk menjaga sistem
peralatan agar berkerja dengan baik. Pemeliharaan mesin adalah suatu kegiatan
untuk menjaga mesin – mesin dan peralatan serta fasilitas lainnya dan mengadakan
perbaikan maupun pergantian yang diperlukan agar pada suatu kegiatan operasi
produksi dapat bejalan dengan baik dan lancar (Handoko, 2017). Preventive
Maintenance dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak
terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan fasilitas
produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan Corrective Maintenance atau Breakdown Maintenance dilakukan setelah
terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan produksi
sehingga tidak berfungsi secara baik. Biaya adalah sumber daya yang dikorbankan
atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu di masa depan. Biaya adalah sebagai
kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau masa yang akan datang bagi
perusahaan”. Dari beberapa pendapat parah ahli maka dapat disimpulkan bahwa
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat menguras kas atau harta
lainnya yang diukur dalam satuan uang untuk mencapai tujuan baik yang dapat
dibebankan pada saat ini maupun pada saat masa yang akan datang.
Perawatan merupakan suatu fungsi utama dalam suatu perusahaan yang dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan merawat fasilitas sehingga peralatan tersebut
berada dalam kondisi yang siap pakai sesuai dengan kebutuhan. Ada beberapa faktor
penyebab kerusakan mesin, yaitu : keausan (wear out), korosi (corrocion) dan
kelelahan (fatigue). Pada dasarnya perawatan yang dilakukan adalah agar mesin
selalu dalam kondisi bagus dan baik, sehingga tetap siap pakai kapanpun serta

14
membantu ketahanan yang lebih lama (usia mesin menjadi lebih panjang)
Perawatan adalah sebuah operasi atau aktivitas yang harus dilakukan secara
berkala dengan tujuan untuk melakukan pergantian kerusakan peralatan dengan
resource yang ada. Perawatan juga ditujukan untuk mengembalikan suatu sistem
pada kondisinya agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya, memperpanjang usia
kegunaan mesin, dan menekan failure sekecil mungkin. Manajemen perawatan dapat
digunakan untuk membuat sebuah kebijakan mengenai aktivitas perawatan, dengan
melibatkan aspek teknis dan pengendalian manajemen kedalam sebuah program
perawatan. Pada umunya, semakin tingginya aktivitas perbaikan dalam sebuah
sistem, kebutuhan akan manajemen dan pengendalian diperawatan menjadi semakin
penting.

2.3 Pemeliharaan bangunan gedung


Pemeliharaan bangunan gedung (Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi) adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan gedung
beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi, dan
Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti
bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan
sarana agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Manajemen pemeliharaan dan
perawatan bangunan gedung meliputi:
a. Manajemen pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung;
b. Persyaratan penyedia jasa dan tenaga ahli/terampil pemeliharaan dan perawatan
bangunan gedung.

Pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi persyaratan yang terkait


dengan:
a. Keselamatan bangunan gedung
b. Kesehatan bangunan gedung
c. Kenyamanan bangunan gedung
d. Kemudahan bangunan gedung

15
Organisasi pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung dipengaruhi
oleh tingkat kompleksitas bangunan yang meliputi luas dan dimensi bangunan,
sistem bangunan yang digunakan, teknologi yang diterapkan, serta aspek teknis dan
non teknis lainnya, seperti:
a. Ukuran fisik bangunan gedung.
b. Jumlah bangunan.
c. Jarak antar bangunan.

Lingkup Pemeliharaan Bangunan Gedung Pekerjaan permeliharaan meliputi


jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan, pengujian, perbaikan dan/atau
penggantian bahan atau perlengkapan bangunan gedung, dan kegiatan sejenis
lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung.
a. Arsitektural
a) Memelihara secara baik dan teratur jalan keluar sebagai sarana
penyelamat (egress) bagi pemilik dan pengguna bangunan.
b) Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur tampak luar bangunan
sehingga tetap rapih dan bersih.
c) Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur dalam ruang serta
perlengkapannya.
d) Menyediakan sistem dan sarana pemeliharaan yang memadai dan
berfungsi secara baik, berupa perlengkapan/peralatan tetap dan/atau alat
bantu kerja (tools).
e) Melakukan cara pemeliharaan ornamen arsitektural dan dekorasi yang
benar oleh petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di
bidangnya.

b. Struktural
a) Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur struktur bangunan
gedung dari pengaruh korosi, cuaca, kelembaban, dan pembebanan di
luar batas kemampuan struktur, serta pencemaran lainnya.
b) Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pelindung struktur.

16
c) Melakukan pemeriksaan berkala sebagai bagian dari perawatan preventif
(preventive maintenance).
d) Mencegah dilakukan perubahan dan/atau penambahan fungsi kegiatan
yang menyebabkan meningkatnya beban yang berkerja pada bangunan
gedung, di luar batas beban yang direncanakan.
e) Melakukan cara pemeliharaan dan perbaikan struktur yang benar oleh
petugas yang mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya
f) Memelihara bangunan agar difungsikan sesuai dengan penggunaan yang
direncanakan.
c. Mekanikal (Tata Udara, Sanitasi, Plambing, Transportasi)
a) Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem tata udara, agar
mutu udara dalam ruangan tetap memenuhi persyaratan teknis dan
kesehatan yang disyaratkan meliputi pemeliharaan peralatan utama dan
saluran udara.
b) Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem distribusi air
yang meliputi penyediaan air bersih, sistem instalasi air kotor, sistem
hidran, sprinkler dan septik tank serta unit pengolah limbah.
c) Memelihara dan melakukan pemeriksaan berkala sistem transportasi
dalam gedung, baik berupa lif, eskalator, travelator, tangga, dan
peralatan transportasi vertikal lainnya.
d. Elektrikal (Catu Daya, Tata Cahaya, Telepon, Komunikasi Dan Alarm)
a) Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan
pembangkit daya listrik cadangan.
b) Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara pada perlengkapan
penangkal petir.
c) Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara sistem instalasi listrik,
baik untuk pasokan daya listrik maupun untuk penerangan ruangan.
d) Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan instalasi tata
suara dan komunikasi (telepon) serta data.
e) Melakukan pemeriksaan periodik dan memelihara jaringan sistem tanda

17
bahaya dan alarm.
e. Tata Ruang Luar
a) Memelihara secara baik dan teratur kondisi dan permukaan tanah
dan/atau halaman luar bangunan gedung.
b) Memelihara secara baik dan teratur unsur-unsur pertamanan di luar dan
di dalam bangunan gedung, seperti vegetasi (landscape), bidang
perkerasan (hardscape), perlengkapan ruang luar (landscape furniture),
saluran pembuangan, pagar dan pintu gerbang, lampu penerangan luar,
serta pos/gardu jaga.
c) Menjaga kebersihan di luar bangunan gedung, pekarangan dan
lingkungannya.
d) Melakukan cara pemeliharaan taman yang benar oleh petugas yang
mempunyai keahlian dan/atau kompetensi di bidangnya.
f. Tata graha (Housekeeping)
a) Meliputi seluruh kegiatan Housekeeping yang membahas hal-hal terkait
dengan sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, di
antaranya mengenai Cleaning Service, Landscape, Pest Control,
General Cleaning mulai dari persiapan pekerjaan, proses operasional
sampai kepada hasil kerja akhir.
b) Pemeliharaan Kebersihan (Cleaning Service). Program kerja
pemeliharaan kerja gedung meliputi program kerja harian, mingguan,
bulanan dan tahunan yang bertujuan untuk memelihara kebersihan
gedung yang meliputi kebersihan ‘Public Area’, ‘Office Area’ dan
‘Toilet Area’ serta kelengkapannya.
c) Pemeliharaan dan Perawatan Hygiene Service. Program kerja ‘Hygiene
Service meliputi program pemeliharaan dan perawatan untuk pengharum
ruangan dan anti septik yang memberikan kesan bersih, harum, sehat
meliputi ruang kantor, lobby, lift, ruang rapat maupun toilet yang
disesuaikan dengan fungsi dan keadaan ruangan.

18
g. Pemeliharaan Pest Control.
a) Program kerja pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan ‘Pest Control’
bisa dilakukan setiap tiga bulan atau enam bulan dengan pola kerja
bersifat umum, berdasarkan volume gedung secara keseluruhan dengan
tujuan untuk menghilangkan hama tikus, serangga dan dengan cara
penggunaan pestisida, penyemprotan, pengasapan (fogging) atau
fumigasi, baik ‘indoor’ maupun ‘outdoor’ untuk memberikan
kenyamanan kepada pengguna gedung.
b) Program General Cleaning. Program pemeliharaan kebersihan yang
dilakukan secara umum untuk sebuah gedung dilakukan untuk tetap
menjaga keindahan, kenyamanan maupun performance gedung yang
dikerjakan pada hari hari tertentu atau pada hari libur yang bertujuan
untuk mengangkat atau mengupas kotoran pada suatu objek tertentu,
misalnya lantai, kaca bagian dalam, dinding, toilet dan perlengkapan
kantor.

Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian


bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan
dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung, dengan mempertimbangkan
dokumen pelaksanaan konstruksi.
a. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun
struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti semula, sedang utilitas
dapat berubah.
b. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik
arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya
c. Restorasi

19
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud
menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan
tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan struktur dan utilitas
bangunannya dapat berubah.

Dalam melakukan perawatan bangunan gedung, sarana dan prasarana dapat


dilaksanakan dengan melihat dari tingkat kerusakan yang dialami oleh gedung
sarana dan prasarana itu sendiri dengan penilaian. Perbaikan dan/atau penggantian
dalam kegiatan perawatan bangunan gedung dengan tingkat kerusakan sedang dan
berat dilakukan setelah dokumen rencana teknis perawatan bangunan gedung
disetujui oleh pemerintah daerah, sebagai berikut (Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2017 Tentang Jasa Konstruksi) :
1. Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural,
seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar
35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang
berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
2. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural,
dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar
45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang
berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
3. Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan,
baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Biayanya maksimum
adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung
baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama. Perawatan khusus
untuk perawatan yang memerlukan penanganan khusus atau dalam usaha
meningkatkan wujud bangunan, seperti kegiatan renovasi atau restorasi (misal
yang berkaitan dengan perawatan bangunan gedung bersejarah), besarnya biaya

20
perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata dan dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada Instansi Teknis setempat.

Penentuan tingkat kerusakan dan perawatan khusus setelah berkonsultasi dengan


Instansi Teknis setempat. Persetujuan rencana teknis perawatan bangunan gedung
tertentu dan yang memiliki kompleksitas teknis tinggi dilakukan setelah mendapat
pertimbangan tim ahli bangunan gedung. Pekerjaan perawatan ditentukan
berdasarkan bagian mana yang mengalami perubahan atau perbaikan

2.4 Pengertian dan Tujuan Pemeliharaan (Maintenance)


a. Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
Suatu industri manufaktur mesin-mesin dan peralatan yang telah tersedia
dan siap pakai dibutuhkan setiap saat proses produksi akan dimulai. Fungsi
mesin/peralatan yang digunakan dalam proses produksi tersebut akan mengalami
kerusakan sejalan dengan semakin menurunnya kemampuan mesin/peralatan
tersebut, tetapi usia kegunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan
perbaikan secara berkala melalui suatu aktivitas pemeliharaan yang
tepat.Perawatan atau maintenance dapat didefinisikan sebagai sebuah aktivitas
yang dibutuhkan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas pemeliharaan
suatu fasilitas agar fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi
siap pakai (Asyrof Arifianto, 2018).

Kerusakan yang terjadi pada mesin/peralatan dapat terjadi karena banyak


sebab dan terjadi pada waktu yang berbeda sepanjang umur
mesin/peralatantersebut digunakan. Oleh karena itulah dalam usaha mencegah
dan berusaha untuk menghilangkan kerusakan yang mungkin timbul ketika proses
produksi berjalan, dibutuhkan cara dan metode untuk mengantisipasinya dengan
melakukan kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan. Pemeliharaan adalah semua
tindakan teknis dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi
mesin/peralatan tetap baik dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik,
efisien, dan ekonomis sesuai dengan tingkat keamanan yang tinggi. Pada

21
dasarnya hasil yang diharapkan dari kegiatan pemeliharaan mesin/peralatan
(equipment maintenance) mencakup dua hal sebagai berikut :

a. Condition maintenance yaitu mempertahankan kondisi mesin/peralatan agar


berfungsi dengan baik sehingga komponen-komponen yang terdapat dalam
mesin juga berfungsi sesuai dengan umur ekonomisnya.
b. Replacement maintenance yaitu melakukan tindakan perbaikan dan
penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan sebelum kerusakan terjadi.

b. Tujuan Pemeliharaan (Maintenance)


Pemeliharaan (Maintenance) dilakukan pada mesin/peralatan sebuah perusahaan
dengan maksud agar tujuan komersil perusahaan tersebut tercapai, dan juga
kegiatan pemeliharaan (maintenance) yang dilakukan adalah untuk mencegah
hal-hal yang tak diinginkan seperti terjadinya kerusakan yang terlalu cepat
dimana kerusakan tersebut bisa saja berasal dari keausan dan ketuaan akibat
pengoperasian yang salah. Karena pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan
pendukung bagi tujuan komersial, maka seperti kegiatan lainnya, pemeliharaan
(maintenance) harus efektif, efisien dan berbiaya rendah. Dengan adanya
kegiatan pemeliharaan (maintenance) ini, maka mesin/peralatan produksi dapat
digunakan sesuai dengan rencana dan tidak mengalami kerusakan selama
mesin/peralatan tersebut dipergunakan atau sebelum jangka waktu yang telah
direncanakan tercapai. Beberap tujuan pemeliharaan (maintenance) yang utama
diantaranya adalah:
a. Menjaga agar setiap mesin/peralatan dalam sistem produksi berada dalam
kondisi baik dan dalam keadaan berfungsi dengan baik.
b. Untuk memperpanjang umur manfaat dari mesin/peralatan.
c. Memaksimumkan ketersediaan semua mesin/peralatan yang dipasang untuk
produksi (mengurangi downtime).
d. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk
produksi.

22
e. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat setiap waktunya.
f. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

c. Jenis - jenis Pemeliharaan (Maintenance)


Kegiatan pemeliharaan (maintenance) yang dilakukan dalam suatu perusahaan
pabrik dapat dibedakan atas dua macam yaitu planned maintenance
(pemeliharaan terencana) dan unplanned maintenance (pemeliharaaan tak
terencana).
a) Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana)
Planned maintenance (pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang
diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian
dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Oleh karena itu program pemeliharaan (maintenance) yang akan dilakukan
harus dinamis dan memerlukan pengawasan dan pengendalian secara aktif
dari bagian maintenance melalui informasi dari catatan riwayat
mesin/peralatan. Konsep planned maintenance ditujukan untuk dapat
mengatasi masalah yang dihadapi manajer dengan pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan (maintenance). Komunikasi dapat diperbaiki dengan informasi
yang dapat memberi data yang lengkap untuk mengambil keputusan. Adapun
data yang penting dalam kegiatan pemeliharaan (maintenance) antara lain
laporan permintaan pemeliharaan, laporan pemeriksaan, laporan perbaikan,
dan lain-lain.
- Keuntungan dilakukannya planned maintenance antara lain :
a. Mengurangi downtime,corrective maintenance, dan menaikkan up-
time.
b. Memperpanjang interval waktu overhaul dan umur mesin/peralatan.
c. Meningkatkan efisiensi mesin/peralatan serta penjadwalan tenaga
kerja yang lebih efektif.
d. Mengurangi jumlah mesin untuk stand by dan jumlah persediaan

23
suku cadang.
e. Distribusi pekerjaan antara tenaga kerja secara seimbang.
f. Mengurangi jam lembur
g. Dapat menstandarkan prosedur kerja, biaya dan waktu
menyelesaikan pekerjaan.
h. Dapat meningkatkan produksi dan penghematan biaya.

e. Kerugian dilaksanakan planned maintenance antara lain adalah :


a. Biaya awal untuk pembentukan preventive maintenance yang tinggi.
b. Dengan planned maintenance mesin/peralatan akan lebih sering
diperiksa/ditangani dan jika salah penanganan justru dapat
menimbulkan kerugian.
c. Pemakaian suku cadang ternyata lebih baik, karena komponen yang
kondisinya menurun tidak ditunggu sampai betul-betul rusak.

Pemeliharaan terencana (planned maintenance) terdiri dari tiga bentuk


pelaksanaan, yaitu :
a. Preventive Maintenance (Pemeliharaan Pencegahan)
Preventive maintenance (pemeliharaan pencegahan) adalah tindakan-tindakan
pemeliharaan (maintenance) yang dilakukan ketika dan selama
mesin/peralatan sedang beroperasi dengan baik, sebelum mesin/peralatan
tersebut rusak yang bertujuan untuk menjaga agar mesin/peralatan tidak rusak
dan mendeteksi gejala akan terjadinya kerusakan secara dini, sehingga dapat
bertindak untuk mengadakan perbaikan sebelum mesin/peralatan mengalami
breakdown. Gambaran yang diperoleh dari pengertian di atas adalah bahwa
kegiatan pemeliharaan pencegahan yang paling penting adalah pemeriksaan
(inspection), yang meliputi pemeriksaan terhadap semua mesin/peralatan
produksi yang sesuai dengan rencana dan pembuatan laporan-laporan dari
hasil pemeriksaan. Dengan demikian semua fasilitas produksi yang dikenai
preventive maintenance akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu
diusahakan dalam kondisi atau keadaan yang siap dipergunakan untuk setiap

24
operasi atau proses produksi pada setiap saat. Sehingga dapatlah
dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan dan
perawatan yang sangat cermat dan rencana produksi yang lebih tepat.
Secara umum tujuan dari preventive maintenance adalah :
- Meminimumkan downtime serta meningkatkan kehandalan
mesin/peralatan dan agar menjaga mesin/peralatan dapat berfungsi tanpa
gangguan.
- Meningkatkan efisiensi dan umur ekonomis mesin/peralatan.
Kegiatan utama yang dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan dan
tetap menjaga agar mesin berfungsi dengan baik meliputi tiga hal :
- Pemeliharaan harian untuk mencegah terjadinya pemburukan
(deterioration) mesin meliputi kegiatan membersihkan (cleaning),
memeriksa (checking), pelumasan (lubricating) dan pengencangan
baut/mur mesin (tightening).
- Pemeliharaan berkala (periodic inspection) untuk mencari gejala
memburuknya kondisi mesin yang mungkin terjadi.
- Melaksanakan perbaikan (restorations) jika terdapat kerusakan pada
mesin ataupun melakukan perbaikan untuk mencegah kerusakan yang
mungkin timbul sebelum terjadi.

Kegiatan preventive maintenance sangat penting bagi mesin/peralatan


produksi yang bersipat kritis (critical unit). Sebuah mesin/peralatan produksi
termasuk dalam critical unit apabila :
- Kerusakan mesin/peralatan akan mempengaruhi kualitas dari produk
yang dihasilkan dan akan dapat menyebabkan kemacetan proses
produksi.
- Kerusakan mesin/peralatan akan membahayakan keselamatan atau
kesehatan para pekerja.
- Modal yang ditanamkan pada mesin/peralatan tersebut atau harga dari
mesin/peralatan tersebut mahal

25
Ciri-ciri preventive maintenance antara lain :
- Pemeliharaan (maintenance) dilakukan ini terencana dan terjadwal.
- Mesin/peralatan yang akan dirawat telah teridentifikasi dan telah
diuraikan menjadi komponen-komponennya (tertulis dalam daftar).
- Untuk setiap komponen dilakukan tindakan-tindakan pemeliharaan
(maintenance) yang telah ditetapkan secara rutin pada interval-interval
waktu tertentu.
- Sebagian besar kegiatan pemeliharaan (maintenance) dilakukan pada
komponen mesin pada keadaan mesin masih bekerja, dan sebagian pada
keadaan masih berhenti.

Dalam prakteknya, preventive maintenance yang dilakukan dibedakan dua


bagian, yaitu : (Asyrof Arifianto, 2018)
- Routine Maintenance (Pemeliharaan Rutin).
Routine maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara rutin, setiap hari yang dapat berupa penyetelan
(setting), pelumasan mesin selama beberapa menit sebelum digunakan
setiap hari.
- Periodic Maintenance (Pemeliharaan Periodik).
Periodic maintenance adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan secara periodik atau dalam jangka waktu tertentu, misalnya
seminggu sekali, sebulan sekali, setahun sekali, dengan memakai
lamanya jam kerja mesin atau fasilitas produksi tersebut sebagai jadwal
pelaksanaannya, misalnya setiap seratus jam kerja mesin, dan
seterusnya. Periodic maintenance ini dapat berupa pemeriksaan sistem
kerja komponen mesin/peralatan, atau dapat berupa penyetelan dan
pemeriksaan katup-katup pemasukan/pengeluaran minyak.

b. Corrective Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)


Corrective maintenance (pemeliharaan perbaikan) adalah suatu kegiatan

26
maintenance yang dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan
pada mesin/peralatan sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Corrective
maintenance menuntut para operator yang mengoperasikan mesin/peralatan
untuk melaksanakan dua hal yang mencakup :
- Mencatat hasil yang diperoleh dari inspeksi harian mencakup semua
kerusakan-kerusakan yang timbul secara detil dan terperinci.
- Secara aktif ikut berperan untuk memberikan ide-ide yang membangun
bertujuan pencegahan terjadinya kerusakan mesin/peralatan dan
mengantisipasi kondisi yang memungkinkan akan mengakibatkan
kerusakan mesin/peralatan.

c. Predictive Maintenance (Pemeliharaan Perbaikan)


Predictive maintenance adalah tingkatan-tingkatan maintenance yang
dilakukan pada tanggal yang telah ditetapkan berdasarkan prediksi hasil
analisa dan evaluasi data operasi yang diambil pada interval-interval waktu
tertentu. Data rekaman yang untuk melakukan predictive maintenace itu dapat
berupa data getaran, temperatur, vibrasi, flow rate dan lain-lainnya.
Perencanaan predictive maintenance dapat dilakukan berdasarkan laporan oleh
operator lapangan yang diajukan melalui work order ke departemen
pemeliharaan (maintenance) untuk dilakukan tindakan yang tepat sehingga
tidak akan merugikan perusahaan.

d. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana)


Unplanned maintenance biasanya berupa breakdown/emergency maintenance.
Breakdown/emergency maintenance (pemeliharaan darurat) adalah tindakan
pemeliharaan (maintenance) yang tidak akan dilakukan pada mesin/peralatan
yang masih dapat beroperasi, sampai mesin/peralatan tersebut rusak dan tidak
dapat berfungsi lagi. Melalui bentuk pelaksanaan pemeliharaan tak terencana
ini, diharapkan penerapan pemeliharaan tersebut akan dapat memperpanjang
umur pakai dari mesin/peralatan, dan dapat memperkecil frekuensi kerusakan.

27
e. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan (maintenance) adalah untuk dapat memelihara reliabilitas sistem
pengoperasian pada tingkat yang dapat diterima dan tetap memaksimumkan
laba dan meminimumkan biaya. Pemeliharaan (maintenance) yang cenderung
untuk memperbaiki reliabilitas sistem, termasuk pada kategori kebijaksanaan
pokok yang dapat diperinci sebagai berikut :
- Kebijaksanaan yang cenderung untuk mengurangi frekuensi kerusakan
peralatan produksi.
- Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk kegiatan pemeliharaan dilaksanakan
dengan mempertimbangkan dua hal yaitu penggantian mesin/peralatan
dan pelaksanaan reperasi serta didukung oleh keahlian dan keterampilan
teknikal.
- Penggantian peralatan tersebut harus berdasarkan pada :
• Perhitungan terhadap semua faktor biaya.
• Analisa nilai ekonomis mesin/peralatan lama dan mesin/peralatan
baru.
• Cadangan mesin/peralatan yang harus segera dimanfaatkan

Seluruh kegiatan pemeliharaan (maintenance) dapat digolongkan ke dalam salah


satu dari lima tugas pokok berikut, yaitu :
a. Inspeksi (Inspection)
Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara
berkala (routine schedule check) terhadap mesin/peralatan sesuai dengan
rencana yang bertujuan untuk mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai
fasilitas mesin/peralatan yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi.
b. Kegiatan Teknik (Engineering)
Kegiatan teknik meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli,
dan kegiatan pengembangan komponen atau peralatan yang perlu diganti, serta
melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan

28
komponen atau peralatan, juga berusaha untuk mencegah timbulnya seminimal
mungkin terjadinya kerusakan.
c. Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu
memperbaiki mesin/peralatan produksi.
d. Kegiatan Administrasi
Kegiatan administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan
pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan
kegiatan pemeliharaan, penyusunan planning dan schedulling, yaitu rencana
kapan suatu mesin/peralatan tersebut harus diperiksa, diservis dan diperbaiki.
e. Pemeliharaan Bangunan
Kegiatan pemeliharaan bangunan merupakan kegiatan yang tidak termasuk
dalam kegiatan teknik dan produksi dari bagian pemeliharaan (maintenance).

Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan (maintenance) dapat dilakukan dengan 2 (dua)


cara, yaitu :
a. Sentralisasi
a) Mudah berkomunikasi antar bagian bidang keahlian yang beragam.
b) Kemungkinan untuk memiliki peralatan canggih yang cukup besar.
c) Tingkat keahlian yang dimiliki unit akan lebih tinggi.
d) Fasilitas training dapat diadakan.
b. Desentralisasi
a) Mengurangi waktu perjalanan dari dan ke lokasi perawatan.
b) Mengetahui dan menguasai peralatan dengan lebih mendalam. Perhatian
terhadap alat lebih besar sehingga perawatan lebih teliti.

1.4 Aspek Pemeliharaan


Agar pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya maka unit kerja pemeliharaan peralatan rumah sakit perlu dilengkapi
dengan aspek-aspek pemeliharaan yang berkaitan dan memadai, meliputi :

29
1.4.1 Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan unsur pokok dan penting dalam
pelaksanaan pemeliharaan peralatan rumah sakit. Unit pemeliharaan
dipimpin oleh seorang pemimpin yang cukup baik dari segi pendidikan,
pelatihan maupun pengalamanya serta mempunyai kemampuan manajerial.

Teknisi dalam melakasanakan tugasnya memerlukan dukungan tenaga yang


memadai, baik dalam jumlah maupun kualitas. Menurut Asyrof Arifianto,
(2018) menyatakan jumlah karyawan dapat diperkiran dari presentase
karyawan unit pemeliharaan terhadap keseluruhan karyawan rumah sakit.

Tabel 2.1. Perbandingan Jumlah Karyawan Pemeliharaan Dengan Total Karyawan


Total Karyawan Jumlah Karyawan Pemeliharaan
< 250 < 25
250 – 1500 25 – 150
> 1500 > 150

1.4.2 Anggaran Pemeliharaan

Menurut Depkes dan Kesos RI dalam Pedoman Penyelenggaraan Instalasi


Fasilitas rumah sakit menyebutkan, bahwa sebuah unit pemeliharaan dalam
melaksanakan tugas dan kegiatannya, selain memerlukan Sumber Daya
Manusia (SDM) juga memerlukan dukungan biaya. Biaya yang diperlukan
meliputi :
1.4.2.1 Biaya pemeliharaan alat terdiri dari :

1.4.2.1.1 Biaya pengadaan bahan pemeliharaan


1.4.2.1.2 Biaya pengadaan material bantu
1.4.2.1.3 Biaya operasional yang diperlukan untuk uji fungsi
1.4.2.1.4 Biaya perbaikan kerusakan

30
1.4.2.2 Biaya pengadaan suku cadang

1.4.2.2.1 Biaya perbaikan alat oleh pihak ketiga

1.4.2.2.2 Biaya bahan operasional terdiri dari : Biaya


pengadaan bahan bakar misal oli, filter dan lain-
lain

1.4.2.2.3 Biaya pengujian dan kalibrasi

1.4.2.3 Biaya administrasi

1.4.2.3.1 Biaya pengadaan formulir, surat tugas dan sistem


pelaporan
1.4.2.3.2 Biaya pengadaan ATK
1.4.2.3.3 Biaya peningkatan SDM melalui pelatihan,
seminar dan lain-lain
1.4.2.3.4 Biaya pengadaan alat kerja (pengganti atau
melengkapi)

Untuk meminimumkan tingkat persedian dan sumber biaya, pembelian


dapat dilakukan secara just-in-time yaitu bahan dan suku cadang yang
diperlukan tidak dibeli sampai diperlukan untuk pemeliharaan. Dalam
pendekatan seperti ini, penting untuk dilakukan perencanaan dengan tepat,
kapan bahan dan suku cadang diperlukan. Hal in tergantung dari sistem
pemeliharaan yang dipakai apakah breakdown, pencegahan, korektif atau
kerjasama dengan pihak ketiga.

Besarnya anggaran yang diperlukan untuk mendukung kegiatan


pemeliharaan pada satu tahun anggaran ditentukan oleh:
1. Jenis kegiatan yang dilaksanakan
2. Banyaknya fasilitas yang mengalami kerusakan dan akan diperbaiki
(jenis suku cadang, perbaikan oleh teknisi rumah sakit / pihak ketiga)

31
1.4.3 Fasilitas Bengkel Kerja/Workshop

Fasilitas bengkel kerja digunakan untuk menunjang kegiatan


pemeliharaan peralatan medis meliputi :
1.4.3.1 Ruangan tempat bekerja, meliputi workshop/bengkel, gudang
dan ruang administrasi.
1.4.3.2 Peralatan kerja terdiri dari tool set elektrik, tool set elektronik,
tool set mekanik, tool set gas dan berbagai macam alat ukur.
1.4.3.3 Material Bantu seperti contact cleaner, timah solder, isolasi dan
lain-lain

Kebutuhan fasilitas bengkel kerja/workshop yang diperlukan sangat


tergantung pada beban dan lingkup tugas yang diembannya. Semakin besar
beban dan lingkup tugasnya akan semakin besar/banyak fasilitas kerja yang
diperlukan.

1.4.4 Suku Cadang


Kebutuhan penyediaan suku cadang sangat penting untuk menjaga dan
menjamin bahwa setiap peralatan tetap berfungsi bila setiap waktu ada
kerusakan atau untuk menjaga agar peralatan tetap berfungsi optimal.
Ketidaktersediaan suku cadang dapat mempengaruhi proses pemeliharaan
dan perbaikan, sehingga tidak dapat memberikan hasil tepat waktu.
(Jono,2015) perhitungan kebutuhan suku cadang ini didasarkan pada
metode pengolahan pemeliharaan peralatan yang dipergunakan dirumah
sakit.

Dengan memperhatikan sifat suku cadang tersebut, maka


pendistribusian tidak pada operator akan tetapi langsung oleh pemeliharaan
(maintenance) medik sebagai pelaksana pemeliharaan peralatan. Namun
adakalanya suku cadang tertentu dapat didistribusikan melalui bagian
rumah tangga atau operator, khususnya barang-barang suku cadang yang

32
dapat dilakukan sendiri perbaikannya.

Prosedur untuk menilai keefektifan pengadaan suatu barang/suku


cadang pada rumah sakit pemerintah diatur dalam Keppres Nomor 18 tahun
2000, dimana metode yang paling sering digunakan adalah metode
VEN/Vital, Essensial dan Normal (pengelompokan bahan menurut tingkat
kepentingan). Dalam gudang pemeliharaan, seyogyanya ketersedian suku
cadang yang vital lebih diutamakan dari pada perputaran berkala barang-
barang sediaan, karena ketersediaan barang tersebut dapat menyebabkan
mesin menganggur dan produksi terhenti.

1.4.5 Kegiatan Pemeliharaan


Adanya program mekanisme/system kegiatan pemeliharaan, salah satu
diantaranya pemeliharaan preventive, dimaksudkan untuk memantau
kondisi alat dalam melakukan pelayanan dan mengetahui sejauh mana
beban kerja setiap alat yang operasional. Jadi kegiatan tersebut, kondisi dan
beban kerja dapat dipantau secara terencana dan berkesinambungan oleh
teknisi.

Selain itu juga berfungsi untuk menghindari kerusakan berat pada alat
sehingga mengakibatkan masa pakai minimal, daya guna dan hasil guna
minimal, dan juga dapat diambil tindakan pemeliharaan secepatnya,
sehingga peralatan kesehatan selalu berada dalam kondisi baik serta
dapat menjamin usia pakai alat lebih lama.

1.4.6 Dokumen Kegiatan Pemeliharaan


Dokumen pemeliharaan sifatnya penting karena secara tidak langsung
merupakan permintaan pemeliharaan/kartu kerja yang memuat keterangan
detail kerusakan/pekerajaan yang dirasa perlu dan jika pekerjaan sudah
selesai dapat ditemukan penjelasan mengenai penyebab kerusakan serta
berisi uraian singkat pekerjaan yang telah dilakukan, memberikan informasi
mengenai jenis tenaga kerja yang digunakan dan lamanya waktu kerja.

33
Dokumen ini sebagai laporan/catatan untuk menyelidiki penyebab
kejadian dan mencari suatu pemecahan masalah untuk menghilangkan
terjadinya hal yang sama dan dari kartu kerja ini juga dapat diperoleh
informasi dasar bagi pengendalian tenaga kerja dan biaya pemeliharaan
yang efektif.

1.5 Pemeliharaan Preventive

Pengertian dari pemeliharaan preventive adalah suatu pekerjaan yang


regular/rutin dan berulang-ulang dilakukan untuk menjaga agar peralatan media
dapat berfungsi baik secara efisien dan akurat. Kegiatan yang dilakukan dalam
pemeliharaan preventive, meliputi :

2.4.1 Pemeliharaan rutin


Pemeliharaan rutin adalah yang wajib dilakukan oleh operator alat.
Pemeliharaan ini meliputi observasi pada saat alat berproduksi, pembersihan
permukaan alat, penempatan alat pada saat sedang digunakan dan
penyimpanan alat.

2.4.2 Pemeriksaan berkala


Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang wajib dilakukan oleh
teknisi alat secara periodik. Jadwal kegiatan inspeksi untuk setiap alat medis
di rumah sakit merupakan bagian yang penting dalam program pemeliharaan
pencegahan, baik itu mengacu dari pabrik maupun pengalaman di rumah
sakit. Dua jenis inspeksi yang dapat dilakukan yakni inspeksi mayor,
dilakukan setiap tahun atau setiap 6 (enam) bulan dan inspeksi minor
dilakukan setiap 3 (tiga) bulan bahkan kadang-kadang dilakukan setiap bulan
atau minggu. Inspeksi minor merupakan bagian dari inspeksi mayor. Lima
tahap yang dapat dilakukan dalam melakukan inspeksi :
2.4.2.1 Inspeksi visual
Merupakan kegiatan untuk mendeteksi kelainan secara visual.
Pengamatan dilakukan secara teliti baik bagian luar maupun bagian

34
dalam, untuk mengetahui apakah ada bagian alat yang rusak, cat
yang terkelupas, indikasi adanya gangguan listrik, kabel yang
terbakar, komponen yang longgar, filter angin yang kotor, serta
indikasi lainnya, yang dapat menimbulkan gangguan fungsi pada
alat. Seperti pembersihan, dalam melakukan pembersihan terdapat
prosedur pembersihan yang berlaku seperti jenis bahan pembersih
yang boleh digunakan, membersihkan bagian luar alat dari debu,
sisa minyak, sisa darah, dan berbagai sisa pemakaian yang normal,
membersihkan bagian dalam alat dari debu.

2.4.2.2 Uji fungsi alat


Melakukan kegiatan uji fungsi dapat menjamin efektifitas dan
adjustment alat, sehingga alat selalu dalam kondisi baik dan laik
pakai. Sebaiknya uji fungsi alat dapat dilakukan setiap minggu.

2.4.2.3 Uji keselamatan


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kebocoran arus
listrik dan kondisi kawat penghubung dengan bumi, selain juga
untuk mengetahui kondisi pelindung dari bahaya radiasi, alat
pemutus aliran listrik/gas pada keadaan darurat, serta kondisi katup
pengurang tekanan. Hal ini dilakukan untuk melindungi operator
pada pasien. Semua alat pengaman dan tanda bahaya harus diuji
secara periodik.

2.4.2.4 Pemeliharaan kerusakan berat

Meskipun pemeliharaan preventive secara terencana telah


dilakukan dengan baik akan tetapi tindakan perbaikan tetap
diperlukan sebab tidak mungkin untuk mendeteksi dan mencegah
kegagalan alat sebelum kerusakan tejadi, karena itu perlu suatu
prosedur yang baku dan kegiatan rutin sehingga perbaikan alat
menjadi efisien. Untuk itu pelapor harus memberikan informasi

35
yang lengkap tentang kerusakan alat yang terjadi, meliputi
nomor seri dan model dari alat yang rusak, lokasi (nama yang
melaporkan kerusakan), waktu kerusakan yang terjadi, data
gangguan dan kejadian yang timbul pada saat kerusakan terjadi. Saat
kerusakan telah ditemukan maka teknisi harus menginformasikan
kepada pemakai alat tentang bahaya yang mungkin timbul dan bila
perlu alat dilarang dipakai.

1.6 Penilaian Resiko

Faktor - faktor menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan alat penunjang


yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan interval yang tepat. Sistem skor sederhana
dapat dipergunakan untuk menentukan sistem pemeliharaan yang bagaimana yang
harus dilakukan. Ada tiga faktor untuk menentukan bilangan pemeliharaan alat,
menurut berikut ini : fungsi alat, resiko fisik, kebutuhan akan pemeliharaan

Sistem pemeliharaan alat yang dibutuhkan dapat dinyatakan dalam


persamaan matematika sebagai berikut :

Pemeliharaan alat = Fungsi alat + Resiko fisik alat + kebutuhan pemeliharaan

1.7 Air Conditioner / Sistem Tata Udara


Sistem pengkondisian udara atau Air Conditioner (AC) merupakan sebuah
alat yang mampu mengondisikan udara. Air Conditioner (AC) berfungsi sebagai
penyejuk udara. Penggunaan AC dimaksudkan untuk memperoleh udara yang
dingin dan sejuk serta nyaman bagi tubuh kita, AC lebih banyak di gunakan di
wilayah yang beriklim tropis dengan kondisi temperatur udara yang relative tinggi
seperti di Indonesia. AC bisa di golongkan dengan barang mewah karena harganya
yang cukup mahal dan daya listrik yang digunakan cukup besar. Namun, bagi
sebagian orang AC sudah tidak lagi lagi termasuk barang mewah karena
manfaatnya untuk mengatur siklus temperatur udara yang memberi efek pada

36
kenyamanan tubuh. Dalam penggunanya AC tidak hanya menyejukan udara tetapi
bisa mengatur kebersihan dan kelembaban udara di dalam ruangan sehingga
tercipta kondisi udara yang berkualitas, sehat, dan nyaman bagi tubuh.
Pengkondisian udara pada bangunan berukuran sedang atau besar kebanyakan
pengkodisian udara yang digunakan sebagai kenyamanan (comfort air
conditioning).
Untuk menciptakan kondisi udara yang nyaman bagi orang yang berada
didalam suatu ruangan. Sistem pendingin dimusim panas telah menjadi suatu
kebutuhan pokok bagi bangunan besar diseluruh dunia. Di wilayah yang suhu
panasnya tidak terlalu tinggi, bangunan besar perlu didinginkan untuk menyerap
kalor yang dikeluarkan oleh orang, lampu-lampu, dan peralatan listrik lainnya.
Seiring berkembangnya sistem informasi dan teknologi sekarang ini, banyak
dijumpai mesin pendingin ruangan dengan menggunakan hidrokarbon atau
musicool yang ramah lingkungan dan tidak merusak lapisan ozon dibandingkan
refrigerant sintetik.
Refrigerasi mulai muncul pada awal abad ke Mechanics Journal oleh
penulis anonim. Paten pertama mesin refrigerasi tercatat nama Thomas Harris dan
John Long yang dipublikasikan di Great Britain pada tahun 1790. (Apa
maksudnya ?) Siklus refrigerasi merupakan kebalikan dari siklus carnot yang
membutuhkan kerja untuk memindahkan kalor dari memiliki temperatur lebih
tinggi. Sistem refrigerasi ini sering dimanfaatkan untuk mengkondisikan keadaan
udara dalam suatu ruang tertentu, seperti ruang kantor atau ruang penyimpanan
barang. Selain berfungsi sebagai pengkondisi udara, manfaat lain bisa dirasakan
selama bertahun-tahun pada berbagai bidang industri seperti industri manufaktur,
industri perminyakan, industri kimia, dan industri pangan. Sistem pengkondisian
udara yang umum dipakai terdiri dari kompresor, kondensor, evaporator, katup
ekspansidan serta refrigerant sebagai fluida pendinginnya. Susunan atau rangkaian
komponen untuk diletakkan sedemikian rupa seperti terlihat pada gambar

37
Gambar 2.2 Instalasi Air Conditioner

1.7.1 Jenis-Jenis Air Conditioner (AC)


a. Air Conditioner (AC) Split wall
Air Conditioner (AC) split wall (M Ardianto. 2021) terdiri dari dua unit yaitu
indoor dan outdoor. Bagian indoor terdiri atas control unit, filter udara,
evaporator, expansion valve dan evaporator blower. Untuk bagian outdoor
terdiri atas condenser blower, refrigerant filter, compresor dan condenser.
Sistem kerja untuk AC split ini memisahkan sisi panas dan sisi dingin. Untuk
sisi dingin terdiri atas katup ekspansi dan juga kumparan evaporator yang
mana ditempatkan pada AHU atau Air Handler Unit. Air Handler Unit sendiri
akan menghembuskan udara melalui kumparan evaporator dan udara, setelah
melewati evaporator maka udara akan menjadi dingin. Untuk sisi dingin
disebut dengan unit kondesasi atau kondenser dan biasanya diletakkan pada
bagian luar. AC split memiliki kelebihan yaitu suara didalam ruangan yang
tidak berisik dan juga bisa diletakkan pada ruangan tengah seperti pada
bangunan ruko. Meskipun demikian, AC split juga tetap memiliki kekurangan
yaitu membutuhkan tenaga yang terlatih dan profesional.

38
Gambar 2.3 Air Conditioner Split wall

b. Air Conditioner (AC) Windows


Komponen pada AC Window (M Ardianto. 2021) terdiri atas blower,
compressor, condenser, refrigerant filter seperti filter udara, evaporator,
expansion valve dan control unit yang sudah terpasang pada base plate.

Gambar 2.4 Air Conditioner (AC) Windows

Komponen AC dan base plate akan dimasukkan ke dalam plat sehingga


menjadi satu unit yang utuh. AC ini dibuat dengan ukuran yang kecil dan
mudah untuk dipasang. Setelah dipasang maka tinggal menghubungkan stop
kontak dan dinyalakan. Pengoperasian AC juga cukup mudah dan memiliki

39
harga yang terjangkau serta biaya perawatan juga relatif lebih murah jika
dibandingkan dengan tipe AC lainnya. Hanya saja untuk AC window ini tidak
semua ruangan dapat dipasang karena memang untuk bagian condenser harus
menghadapap ke tempat terbuka agar udara panas yang keluar dapat dibuang
ke alam bebas.

c. Air Conditioner (AC) Central


Sesuai namanya, tipe AC satu memang sering digunakan di mall atau pun
perkantoran dengan ruangan yang luas. Di sebut dengan AC central karena
pengaturan AC berada pada satu titik pusat. Sistem penyebaran dingin pada
AC memakai sistem ducting. AC central memiliki beberapa keuntungan
sehingga menjadi pertimbangan. Untuk AC central, Anda bisa
menyembunyikan instalasi indoor pada ruangan sehingga terlihat lebih cantik,
selain itu AC juga tidak berbunyi atau memiliki suara bising yang berlebihan.

Gambar 2.5 Air Conditioner (AC) Central

d. Air Conditioner (AC) Standing Floor


Tipe AC satu ini mungkin pernah di temui pada beberapa ruangan saja.
Meskipun masih jarang yang memakai nyatanya tipe AC standing floor juga

40
cukup diminati karena mudah untuk dipindahkan ke tempat yang diinginkan.
Tipe AC satu ini sering ditemui pada acara resepsi pernikahan atau dalam
acara hajatan lainnya karena bentuknya yang praktis dan simpel. Untuk
memindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya juga cukup mudah, tidak
diperlukan keahlian khusus.

Gambar 2.6 Air Conditioner (AC) Standing Floor

e. Air Conditioner (AC) Casette


Tipe AC satu ini memiliki ukuran lebih besar dari pada AC split. Sama-sama
memiliki dua bagian AC hanya saja perbedaan yang terlihat cukup jelas.

Gambar 2.7 Air Conditioner (AC) Standing Floor

41
Keduanya memiliki bagian AC indoor dan juga outdoor. AC biasanya
dipasang pada plafon ruangan atau pada langit-langit ruangan. Biasanya AC
akan digunakan pada ruangan yang sangat lebar mengingat bentuk AC ini juga
besar. Biasanya ukuran AC Casette dimulai dari 1,5 PK - 6 PK. PK merupakan
singkatan dari Paard Kracht, yaitu daya kuda dan berasal dari bahasa Belanda.
Dalam Bahasa Indonesia disebut dengan watt.

f. Air Conditioner (AC) VRV (Variabel Refrigerant Volume)


VRV merupakan singkatan dari Variable Refrigerant Volume, AC VRV
memiliki teknologi yang canggih dan juga dilengkapi dengan CPU. Tidak
hanya itu, VRV juga sudah dilengkapi dengan CPU dan Computer Inverter
yang sudah terbukti handal dan juga mampu menghemat energi. Di antara tipe-
tipe AC, AC VRV diklaim sebagai AC dengan energi yang paling hemat. AC
satu ini juga memiliki sistem kerja yang berubah-rubah atau refrigerant. Jadi
dengan sistem yang dimiliki VRV, temperatur bisa diatur dengan cara terpusat
dari komputer dan juga dengan satu outdoor bisa digunakan untuk 2 indoor
AC. Dengan begini maka Anda bisa juga menghemat tempat untuk bagian
outdoor AC.

Gambar 2.8 Air Conditioner (AC) VRV (Variabel Refrigerant Volume)

1.7.2 Komponen Utama Dari Sebuah Sistem Pendingin (M Ardianto. 2021)

42
Kinerja AC di dukung sebuah komponen utama yang saling terintegrasi sehingga
memberikan kinerja yang baik di sebuah sistem pendingin. Adapun komponen-
komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kondensor
Kondensor adalah komponen yang berfungsi sebagai penukar kalor. Alat ini
juga akan menurunkan temperatur refrigerant dan mengubah wujud
refrigerant dari gas menjadi cair. Udara menjadi media pendingin yang
dipakai kondensor. Di mana sistem kerjanya adalah kalor yang ada pada
refrigerant akan dilepaskan ke udara bebas dengan bantuan fan. Kondensor
terdapat pada unit outdoor AC karena sistem kerjanya adalah membuang
panas. Kondensor berbentuk jaringan pipa yang berfungsi pengembunan.
Sebab refrigerant yang dipompa dari kompresor dan mengalir ke pipa
kondensor akan mengalami pengembunan. Setelah refrigerant berubah
menjadi zat cair karena pengembunan tersebut selanjutnya zat cair itu akan
mengalir ke pipa evaporator.

Gambar 2.9 Kondensor

b. Kompresor
Kompresor berfungsi menghisap dan menekan uap refrigerant dari
evaporator, kompresor AC menjadi salah satu komponen utama pada unit
pendingin udara. Selanjutnya, kompresor akan mengompresi uap tersebut
sehingga suhu dan tekanannya lebih tinggi. Fungsi kompresor di sini juga
akan mempertahankan perbedaaan tekanan dan temperatur dalam sistem.
Tidak hanya itu, kompresor pun akan mengalirkan refrigeran ke seluruh
sistem pendingin. Di mana sistem kerjanya adalah dengan mengubah tekanan,
dari sisi yang bertekanan tinggi ke sisi yang bertekanan rendah. Prinsipnya,

43
semakin tinggi temperatur maka semakin tinggi pula tekanan yang
diperlukan.

Gambar 2.10 Kompresor

c. Evaporator
Evaporator adalah komponen berbentuk jaringan pipa yang memiliki fungsi
untuk proses penguapan. Evaporator juga miliki fungsi lain untuk menyerap
udara panas dari dalam ruangan ke refrigerant. Dengan kata lain, evaporator
adalah komponen yang bertugas untuk menukar panas. Dari pipa kondensor,
zat cair yang berasal dari pipa kondensor masuk ke evaporator akan berubah
wujud menjadi gas dingin karena mengalami penguapan.

Gambar 2.11 Evaporator

d. Pipa Kapiler
Pipa kapiler miliki fungsi turunkan tekanan dan mengatur cairan refrigerant
yang mengalir ke evaporator. Komponen ini memiliki fungsi penting karena
menghubungkan dua bagian, tekanan tinggi dan tekanan rendah. Ketika
refrigerant yang bertekanan tinggi melewati pipa kapiler akan berubah dan

44
turun tekanannya. Penurunan itu akhirnya juga akan membuat terjadinya
penurunan suhu.

Gambar 2.12 Pipa Kapiler

e. Accumulator
Accumulator adalah komponen yang berfungsi sebagai penampung
refrigerant cair ber temperatur rendah dan campuran minyak pelumas
evaporator. Selain itu, akumulator juga berfungsi untuk mengatur sirkulasi
aliran keluar masuk bahan refrigerant menuju saluran hisap kompresor.
Kompenen ini juga akan membuat refrigerant tetap dalam wujud gas.
Tujuannya adalah agar refrigerant cair tidak mengalir ke kompresor.

Gambar 2.13 Accumulator

f. Fan / Blower AC
Baik unit indoor maupun outdoor memiliki komponen ini. Pada unit indoor,
bentuk komponen ini seperti tabung bersirip karena fungsinya adalah sebagai
komponen sirkulasi udara. Komponen blower ini akan bekerja hingga
temperatur yang Anda inginkan dan disetel pada remote tercapai. Komponen
yang terdapat pada unit outdoor berbentuk seperti kipas dan berfungsi
mendinginkan refrigerant pada kondensor.

45
Gambar 2.14 Fan / Blower AC

g. Bahan Pendingin / Refrigerant


Freon AC jadi komponen pendukung yang penting dari sebuah unit pendingin
udara. Tanpa adanya komponen freon, pendingin udara atau AC tidak
mengeluarkan hawa dingin. Menilik arti freon atau sering juga disebut dengan
istilah refrigerant adalah komponen pendingin udara yang berbentuk gas atau
senyawa kimia. Fungsinya sebagai fluida yang mengondisikan suhu udara
yang dikeluarkan oleh AC. Freon juga memiliki sifat yang tidak berbau dan
tidak berwarna.

Gambar 2.15 Bahan Pendingin / Refrigerant

1.7.3 Komponen listrik (M Ardianto. 2021)


Selain Komponen Utama Air Conditioner (AC) juga ditunjang komponen -
komponen kelistrikan sebagai berikut :
a. Thermistor
Thermistor ini merupakan pengatur temperatur yang berada di bagian
evaporator. Adanya thermistor ini, maka kerja kompresor dapat diatur
dengan otomatis. Terutama melalui perubahan temperatur atau suhu yang

46
dibaca oleh thermistor tersebut. Thermistor sendiri terdiri dari 2 jenis yaitu
thermistor temperatur ruangan dan thermistor pipa evaporator.

Gambar 2.16 Thermistor

b. Kapasitor
Capasitor berfungsi sebagai penyimpanan sementara muatan listrik. Biasanya
akan ada 2 macam kapasitor, seperti kapasitor untuk kompresor dan kapasitor
untuk blower. Letak kapasitor fan indoor ada pada unit indoor dan fan
outdoor menjadi satu dengan kapasitor kompresor outdoor.

Gambar 2.17 Kapasitor

c. Overload
Overload sendiri berfungsi sebagai pengaman dari motor listrik kompresor
jika tidak bekerja dengan normal. Alat ini kompresor menjaga kondisinya
agar tetap baik karena jika ada panas berlebih yang di sebabkan oleh
kompresor maka overload akan bekerja dan mematikan kompresor.

47
Gambar 2.18 Overload

d. Motor Listrik
Sedangkan pada blower kipas fan AC adalah jenis motor listrik yang
mengubah energi listrik menjadi energi makanik sehingga menghasilkan
pergerakan. Pergerakan tersebut di fungsikan untuk mengerakan blower /
baling-baling kipas fan, sehingga dari hasil putaran itu di gunakan untuk
membuang hawa panas pada outdoor, dan hawa dingin pada evaporator
indoor.

Gambar 2.19 Motor Listrik

e. PCB Kontrol
PCB kontrol ini bekerja untuk mengatur dan mengontrol semua kerja unit
AC. Terdiri dari beberapa komponen seperti trafo, IC, sensor, kapasitor, fuse,
relay dan yang lainnya. Fungsi setiap komponen tersebut juga berbeda.
Seperti pengatur kecepatan fan indoor, pengatur swing saat mematikan atau
menyalakan, mengatur temperatur suhu AC dan yang lainnya.

Gambar 2.20 PCB Kontrol

48
1.8 Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana prasarana Rumah Sakit adalah suatu
unit fungsional untuk melaksanakan kegiatan, agar fasilitas yang menunjang
pelayanan kesehatan dirumah sakit yaitu sarana, prasarana dan peralatan selalu
berada dalam keadaan berfungsi dan layak pakai. Satuan Pelaksana Pemeliharaan
Sarana prasarana Rumah Sakit (PSRS) merupakan unit organisasi fungsional dalam
rumah sakit yang secara hirarki berada dibawah Direktur rumah sakit atau
Wakil Direktur Rumah Sakit. Penyelengaraan Kesehatan kepada masyarakat yang
dilaksanakan di rumah sakit sangat ditentukan oleh penyediaan fasilitas pelayanan
yaitu sarana, prasarana maupun factor lain. Sarana dan prasarana rumah sakit harus
diupayakan selalu dalam keadaan baik dan layak pakai untuk menjamin
kualitas dan kesinambungan pelayanan Kesehatan. Berdarkan hal tersebut sebuah
unit pemeliharaan sarana dan prasarana di sebuah rumah sakit sangat diperlukan
guna menjaga proses pelayanan yang memerlukan alat-alat yang berfungsi dengan
maksimal dan alat-alat kesehatan yang terkalibrasi secara terjadwal. Hal ini
bertujuan agar sebuah rumah sakit itu mampu bersaing dalam kompetisi
memberikan layanan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal dan memiliki
pangsa pasar yang baik.
Dalam mengatur hal esensial tentang persyaratan fasilitas, Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, yaitu pada Pasal
7 yang menyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi,
bangunan, prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan,
persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan
kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi
semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia lanjut, oleh
karena itu, kondisi maupun fungsi dari sarana fisik alat tersebut harus dalam
keadaan baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan dengan koordinasi yang
baik dan terpadu antara instansi terkait mulai dari perencanaan, pengadaan,
pendistribusian, dan pemeliharaan sehingga fasilitas dapat difungsikan dengan
optimal.

49
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit disebutkan bahwa Rumah Sakit adalah adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2020 Tentang Klasifikasi Dan Perizinan Rumah Sakit, tugas pengelola
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit disebutkan dilakukan oleh Instalasi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.

1.9 Standar Suhu di Rumah Sakit


Sebuah bangunan rumah sakit adalah suatu bangunan gedung yang khusus
baik dalam desain ruangan (Rawat Jalan dan Rawat Inap), ruangan-ruangn
penunjang seperti ruangan laboratorium, radiologi, rekam medik, farmasi, dan
desain untuk ruangan manajemen dan ruangan manajerial. Dalam mendesain suatu
ruangan rumah sakit harus dengan perhitungan-perihitungan yang lebih rinci
termasuk alur masuk pasien, zona-zona pelayanan termasuk perhitungan terhadap
cahaya, dan suhu ruangan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang tertuang dalam latar
belakang upaya kesehatan lingkungan berperan penting dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan bahwa upaya kesehatan
lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik,
kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya. Hal ini diperkuat melalui pengaturan
sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014
tentang Kesehatan Lingkungan, yang menjadi acuan utama dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan di berbagai kegiatan diseluruh wilayah Indonesia.
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa beberapa faktor penyebab
stres di antaranya adalah lingkungan kerja yang mempunyai resiko yang tinggi,

50
menghadapi stres yang berbeda-beda dan tempat kerja yang tidak nyaman, beban
kerja perawat, dokter maupun karyawan yang mempunyai tangung jawab penuh
dalam pekerjaan dapat dikaitkan dengan kondisi suhu yang mereka tempati dalam
bekerja. Udara yang kurang baik akan berpengaruh besar dalam tingkat efektifitas
memberikan pelayanan. Sehingga suhu ruangan yang sesuai dengan standart dan
nyaman akan menentukan produktifitas bekerja.
Lingkungan kerja fisik terbagi menjadi dua yaitu lingkungan yang langsung
berhubungan dan lingkungan perantara atau umum. Lingkungan yang langsung
berhubungan dengan pekerja seperti kursi, meja, dan lainnya sedangkan
lingkungan perantara yang mempengaruhi kondisi manusia misalnya suhu,
kelembaban, sirkulasi udara, dan lain lain. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas,
sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja
kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.
Untuk mencapai kenyamanan Lingkungan kerja antara lain dapat dilakukan
dengan jalan memelihara prasarana fisik seperti seperti kebersihan yang selalu
terjaga, penerangan cahaya yang cukup, ventilasi udara, suara musik dan tata ruang
kantor yang nyaman. Pihak kepegawaian juga hendaknya mampu mendorong
inisiatif dan kreativitas. Kondisi seperti inilah yang selanjutnya menciptakan
antusiasme untuk bersatu dalam organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan meningkatkan kinerja karyawan. lingkungan kerja mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan, baik tingkat stres yang
dihadapi tenaga kerja berhubungan dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan
ketidakhadiran kerja dan kecenderungan mengalami kecelakaaan. Untuk
menunjang kinerja perawat, pasien dan pengunjung agar tidak mengalami stres
kerja salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah lingkungan kerja secara fisik
yang sejuk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, lingkungan kerja fisik
seperti suhu ruangan, kelembaban, sirkulasi udara dan sebagainya sangatlah
penting untuk menunjang kinerja perawat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit Suhu dalam badan yang sehat berada sekitar 37 oC, temperatur yang

51
terlampau dingin akan menyebabkan gairah kerja menurun, sedangkan temperatur
yang terlampau panas akan mengakibatkan cepat timbul kelelahan tubuh dan dalam
bekerja cenderung membuat banyak kesalahan. Temperatur yang dianjurkan di
tempat kerja adalah 240 – 26 oC suhu kering pada kelembaban 64- 95%. Sedapat
mungkin menggunakan penyejuk ruangan (AC) agar perbedaan temperature
dengan udara luar tidak melebihi 40 -5 oC.
Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.
Penyelenggaraan kesehatan lingkungan ini diselenggarakan melalui upaya
penyehatan, pengamanan, dan pengendalian, yang dilakukan terhadap lingkungan
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum. Salah
satu tempat dan fasilitas umum tersebut adalah rumah sakit.
Dalam standar suhu dan kelembapan yang di persyaratkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit sebagai berikut :

Tabel 2.2. Standar Suhu dan Kelembaban

No Ruang/Unit Suhu (oC) Kelembaban (%) Tekanan


1 Operasi 22-27 40-60 Positif
2 Bersali 24-26 40-60 Positif
3 Pemulihan/Perawatan 22-23 40-60 Seimbang
4 Observasi bayi 27-30 40-60 Seimbang
5 Perawatan bayi 32-34 40-60 Seimbang
6 Perawatan 32-34 40-60 Positif
7 ICU 22-23 40-60 Positif
8 Jenazah/outopsi 21-24 40-60 Negatif
9 Pengindraan medis 21-24 40-60 Seimbang
10 Laboratorium 20-22 40-60 Negatif
11 Radiologi 17-22 40-60 Seimbang
12 Sterilasi 21-30 40-60 Negatif
13 Dapur 22-30 40-60 Seimbang
14 Gawat Darurat 20-24 40-60 Positif

52
15 Administrasi 20-28 40-60 Seimbag
16 Ruang luka bakar 24-26 40-60 Positif

BAB III
GAMBARAN UMUM SATUAN PELAKSANA PEMELIHARAAN SARANA DAN
PRASARANA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DUREN SAWIT

3.1 Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit


Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit disingkat dengan RSKD Duren
Sawit, memiliki 3 unit bangunan yang mulai operasional secara resmi pada
tanggal 19 Juni 2002. Rumah Sakit Duren Sawit didirikan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi DKI Jakarta yang memberikan Pelayanan Jiwa dan
Penanggulangan Narkoba sebagai upaya mengoptimalkan dukungan pelayanan
pasien jiwa dan narkoba di Provinsi DKI Jakarta.

Dalam memberikan fungsi pelayanan kesehatan jiwa, maka produk layanan


RSKD Duren Sawit meliputi :

3.1.1.1 Dalam melaksanakan pemberian pelayanan kesehatan jiwa kepada


masyarakat yang terpadu, merupakan layanan pemberian pelayanan
terintegrasi diantara pelaksanaan pelayanan kesehatan jiwa pasien

53
dengan pelaksanaan pelayanan Kesehatan yang spesialistik yang ada
pada pasien atau penyakit penyerta
3.1.1.2 Dalam pelaksanaan memberikan pelayanan kesehatan jiwa terhadap
masyarakat khususnya masyarakat Provinsi DKI Jakarta dimana
program tersebut sebagai salah satu program promotif dan preventif
terhadap kesehatan jiwa kepada masyarakat dan pada kelompok
masyarakat di luar perawatan RKSD Duren Sawit
3.1.1.3 Memberikan pelayanan penanggulangan dan penyalahgunaan narkoba,
merupakan program kuratif dan rehabilitative, dalam pelaksanaan
pemberian pelayanan terintegrasi antara layanan spesialistik, syaraf,
paru, telinga hidung dan tenggorokan (THT), serta Gigi dan Mulut, dan
Penyakit Dalam.
3.1.1.4 Memberikan pelayanan lainnya, penunjang medik yang merupakan unit
penunjang kegiatan pelayanan jiwa dan narkoba meliputi pelayanan
pada unit farmasi, rehabilitasi medik, laboratorium, radiologi, serta gizi
klinik

3.1.2 Visi RSKD Duren Sawit :

Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit memiliki Visi yaitu : Rumah Sakit
dengan Pelayanan yang Berkualitas dan Terstandar.

3.1.3 Misi RSKD Duren Sawit :


3.1.3.1 Menyediakan pelayanan kesehatan jiwa dan non jiwa yang
berorientasi kepada keselamatan pasien.
3.1.3.2 Menerapkan tata kelola rumah sakit dan tata kelola klinis yang baik,
modern, nyaman dan terpecaya.
3.1.3.3 Menjadi sarana pelayanan, pendidikan, pelatihan dan penelitian
kesehatan sesuai perkembangan ilmu dan teknologi.

54
3.1.4 Tata Nilai Karyawan
Untuk mewujudkan Visi dan Misi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit,
maka seluruh karyawan senantiasa menerapkan tata nilai karyawan Rumah Sakit
Khusus Daerah Duren Sawit yaitu :
⬥ Komitmen
Seluruh pegawai RSKD Duren Sawit dituntuk untuk selalu taat dan
tanggungjawab terhadap pekerjaan dan organisasi.
⬥ Empati
Dalam melayani, seluruh pegawai dituntuk untuk selalu memberi rasa
nyaman dan senang kepada siapapun.

⬥ Sopan Santun
Seluruh pegawai RSKD Duren Sawit harus selalu bersikap atau
bertingkah laku yang ramah terhadap orang lain.
⬥ Wawasan Luas
Seluruh pegawai RSKD Duren Sawit dituntuk selalu mengingkatkan
kompetensi diri dan berkarya.
⬥ Amanah
Seluruh pegawai RSKD Duren Sawit harus jujur dan tidak
menyalahgunakan jabatan.

3.1.5 Budaya Kerja (diganti sesuai dengan Pergub yi :


a. berintegritas; b. kolaboratif; c. akuntabel; d. inovatif; dan e.
berkeadilan.
⬥ Rasa memiliki (ownership) di segala lini
⬥ Komit pada pelanggan, mitra kerja dan etika
⬥ Komunikatif dan speed respon
⬥ Privasi dan kortesi

55
⬥ Safety awareness

3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit adalah rumah sakit dibawah Pemerintah
Daerah Provinsi Dki Jakarta yang mempunyai struktur organisasi sebagai panduan
dalam menjalankan tugas dan fungsi pelayanan di RSKD Duren Sawit. RSKD Duren
Sawit di pimpin oleh seorang Direktur rumah sakit sebagai berikut :

3.2.1 Wakil Direktur Pelayanan, membawahi :


3.2.1.1 Kepala Bidang Pelayanan Medik
3.2.1.2 Kepala Bidang Penunjang Medik
3.2.1.3 Kepala Bidang Keperawatan

3.2.2 Wakil Direktur Umum dan Keuangan, membawahi :


3.2.2.1 Kepala Bagian Keuangan dan Perencanaan
3.2.2.2 Kepala Bagian Sumber Daya Manusia
3.2.2.3 Kepala Bagian Umum dan Pemasaran
3.2.2.3.1 KSP Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
3.2.2.3.2 KSP Rumah Tangga dan Perlengkapan
3.2.2.3.3 KSP Kesekretariatan dan Legal
3.2.2.3.4 KSP Humas dan Informasi

56
Gambar 3.1. Struktur Organisasi RSKD Duren Sawit

3.3 Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit Khusus
Duren Sawit
Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah Sakit adalah
merupakan suatu organisasi dalam rumah sakit yang bersifat teknis dan
koordinatif yang pelaksanaannya meliputi perbaikan sarana dan peralatan yang ada
dirumah sakit. Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
dalam struktur organisasi berada di bawah kepala bagian umum dan pemasaran. Dalam
melaksanakan fungsinya Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Rumah
Sakit di pimpin oleh Koordinator Satuan Pelaksana Pemeliharaan.
Dalam melaksanakan fungsi dari Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit memiliki uraian tugas sebagai
berikut :
3.3.1 Menyusun dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran (RKA) satuan
pelaksana pemeliharaan Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit.
3.3.2 Melaksanakan rencana strategis bisnis, dokumen pelaksanaan anggaran dan
rencana bisnis anggaran satuan pelaksana pemeliharaan .
3.3.3 Menyusun bahan petunjuk teknis standar operasional prosedur pelaksanaan
pemeliharaan sarana prasarana dan peralatan medis.
3.3.4 Menghimpun, menganalisa dan mengajukan kebutuhan perlengkapan dan
peralatan pemeliharaan sarana dan prasarana.
3.3.5 Melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan perlengkapan
peralatan/inventaris kantor/ alat Kesehatan termasuk bangunan Gedung.
3.3.6 Melakukan pemantauan dan evaluasi pekerjaan pihak ketiga.

57
3.3.7 Membuat dan melaksanakan penyerapan anggaran pemeliharaan sarana dan
prasarana dan peralatan medis.
3.3.8 Melakukan kajian terhadap pemeliharaan sarana dan prasarana dan
peralatan medis yang dipergunakan untuk pelayanan medis.
3.3.9 Melaksanakan kegitan renovasi dan pembangunan gedung RSKD Duren
Sawit.

SATPEL PSRS RSKD DUREN SAWIT

Pemeliharaan Rutin Sarana dan Kalibrasi Perbaikan Alat, Sarana dan


Prasarana Gedung Prasarana Gedung

Dilaksanakan oleh
teknisi Satpel PSRS
RSKD DUREN
SAWIT

PIHAK KE-3

Gambar 3.2. Alur Pemeliharaan Satuan Pelaksana PSRS RSKD Duren Sawit
(cek lagi alur jika pemeliharaan dari pihak ke 3….apa yang dilakukan oleh
IPSRS ?? dicek kaha tau diujicoba kah ?)

3.4 Manajemen Pemeliharaan Peralatan RSKD Duren Sawit


Dalam melaksanakan pemeliharaan Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana Rumah
Sakit (Satpel PSRS) RSKD Duren Sawit bertugas melakukan pemeliharaan dan

58
perbaikan sarana rumah sakit baik medik (alat kesehatan) maupun non medik (sistem
utility dan lain-lain) dan kendaraan operasional (KDO) agar fasilitas yang menunjang
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit selalu berada dalam
keadaan layak pakai guna dan dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai
lebih lama. Kegiatan Satpel PSRS RSKD Duren Sawit meliputi :

3.4.1 Alur Pelayanan Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah
Sakit Khusus Daerah Duren Sawit

Permohonan Perbaikan

Unit/Ruangan E-Qlue Tinjauan Lapangan

Administrasi Satpel PSRS


/KSP

Pengecekan dan Analisa


perbaikan

Melakukan Perbaikan Pihak Ke-3


Oleh Teknisi Satpel PSRS

Hasil Baik Hasil Tidak Baik KSP Rumah Tangga untuk


Penghapusan

Gambar 3.3. Alur Permohonan Perbaikan RSKD Duren Sawit (diperbaiki alurnya)

3.4.2 Pemeliharaan Peralatan

59
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa
perawatan dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari oleh
operator dan kegiatan penyetelan, pelumasan serta penggantian bahan
pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi secara berkala. Pemeliharaan
preventif bertujuan guna memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan.
Pemeliharaan preventif yang dilakukan yaitu pemeliharaan rutin dan
pemeliharaan periodik.
Dalam kegiatan pemeliharaan sangat perlu dilakukan pemeliharaan secara
rutin dan terjadwal, hal ini akan membuat sarana dan prasarana termasuk alat-
alat yang difungsikan akan layak pakai dan sesuai dengan fungsi dari alat
tersebut.

3.4.3 Perbaikan Peralatan Medik Dan Non Medik (Troubleshooting)


Perbaikan peralatan medik dan non medik (troubleshooting) diartikan sebagai
kegiatan yang bersifat perbaikan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku cadang. Hal dimaksudkan
untuk mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke kondisi siap
operasional, laik pakai dan dapat difungsikan dengan baik. Perbaikan yang
dilakukan yaitu perbaikan langsung dan breakdown maintenance oleh teknisi
rumah sakit atau dengan pihak ke-3.
Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit yang melayani pasien jiwa,
perbaikan dengan trouble shooting sangat sering terjadi. Kerusakan ini dapat
mengakibatkan terhambatnya penggunaan alat, sarana dan prasarana gedung
sehingga pelayanan akan terganggu. Dalam melaksanakan perbaikan dalam
troubleshooting sangat dibutuhkan kecermatan dan keahlian dan kecepatan
penyelesaian kerusakan teknisi pemeliharaan di RSKD Duren Sawit. Dengan
kecepatan perbaikan troubleshooting maka fungsi alat, sarana dan prasarana
dapat berfungsi denga baik sehingga tidak menghambat proses pelayanan yang
ada, dan memberikan rasa nyaman dalam mempergunakan alat, sarana dan
prasarana.

60
3.4.4 Pemeliharaan dan Perbaikan dengan Sistem E-qlue
Pemeliharaan dan perbaikan dengan system E-Qlue adalah pemeliharaan yang
bersifat laporan kerusakan yang dilaporkan melalui suatu sistem digital. Suatu
unit yang membutuhkan perbaikan sarana dan prasarana baik alat, gedung,
melaporkan kerusakan dengan mengisi system di E-Qlue agar untuk segera
dapat di lakukan perbaikan alat tersebut. Aplikasi ini sangat dibutuhkan
mengingat bangunan RSKD Duren Sawit memiliki 3 unit bangunan dengan
luas bangunan sebagai berikut :
3.4.4.1 Bangunan gedung lama 4 lantai seluas 8721 m2
3.4.4.2 Bangunan UKEP 4 lantai seluas 547 m2
3.4.4.3 Bangunan Baru 8 lantai dan 2 unit basement seluas 22.009 m2

Dengan luasnya bangunan gedung RSKD Duren Sawit membutuhkan


system informasi yang harus cepat dalam informasi pemeliharaan guna
mendukung pelayanan di rumah sakit khusus daerah duren sawit. Hal ini
membuat manajemen RSKD Duren Sawit, TIM Satuan pelaksana PSRS dan
unit membutuhkan suatu sistem informasi yang cepat apabila ada suatu
perbaikan terhadap kerusakan sarana dan prasarana serta alat. Dengan adanya
alat ini TIM Satpel PSRS langsung dapat mengetahui kerusakan yang diajukan
oleh unit-unit melalui system aplikasi E-Qlue di RSKD Duren Sawit untuk
dapat segera di lakukan perbaikan.

61
Gambar 3.4. Aplikasi E-Qlue

3.5 Sumber Daya Manusia Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan


Prasarana RSKD Duren Sawit
Satuan Pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana RSKD Duren Sawit
memiliki sumber daya manusia sebagai teknisi pemeliharaan. Teknisi
pemeliharaan yang dimiliki RSKD Duren Sawit berjumlah 13 orang yang
dikepalai seorang kepala satuan pelaksana, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 3.1. SDM Satpel PSRS RSKD Duren Sawit

No URAIAN JABATAN PENDIDIKAN JUMLAH

62
1 Kepala satuan pelaksana S1 1 orang
2 Teknisi Gedung, Listrik, Mekanikal elektrikal SMA/SMK 10 orang
D-III
3 Teknisi Alat-alat kesehatan Elektromedik 2 orang
4 Tenaga Administrasi SMA/SMK 1 orang

3.5.1 Uraian Jabatan Koordinator Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan


Prasarana Rumah Sakit
3.5.1.1 Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan rencana
bisnis anggaran (RBA)
3.5.1.2 Melaksanakan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) satuan
pelaksana pemeliharaan
3.5.1.3 Melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan perawatan
perlengkapan peralatan/inventaris kantor/alat kesehatan termasuk
bangunan gedung dengan jadwal tertentu
3.5.1.4 Melakukan pemantauan dan evaluasi pekerjaan pihak ke tiga
3.5.1.5 Membuat dan melaksanakan penyerapan anggaran pemeliharaan
gedung dan peralatan umum, pemeliharaan peralatan medis
3.5.1.6 Melakukan kajian terhadap pemeliharaan gedung dan peralatan
umum, pemeliharaan peralatan medis
3.5.1.7 Memonitor dan menilai kinerja pegawai dibawah satuan
pemeliharaan sarana dan prasarana
3.5.1.8 Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas
dan fungsi satuan pemeliharaan satuan pemeliharaan

3.5.2 Teknisi pemeliharaan gedung, listrik dan ME


3.5.2.1 Melakukan pemeliharaan gedung, listrik dan ME secara berkala
3.5.2.2 Mencatat pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan
3.5.2.3 Melaporkan ke atasan terhadap hasil pekerjaan
3.5.2.4 Ikut mengawasi pekerjaan oleh pihak ketiga
3.5.2.5 Membuat dan menginventarisir kerusakan gedung, listrik dan ME

63
3.5.2.6 Melakukan analisa terhadap kerusakan gedung, listrik dan ME
dan melaporkan keatasan langsung

3.5.3 Teknisi Alat-alat Kesehatan


3.5.3.1 Melakukan pemeliharaan terhadap alat-alat Kesehatan
3.5.3.2 Mencatat pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan
3.5.3.3 Melaporkan ke atasan terhadap hasil pekerjaan
3.5.3.4 Ikut mengawasi pekerjaan oleh pihak ketiga
3.5.3.5 Membuat dan menginventarisir kerusakan alat-alat kesehatan
3.5.3.6 Melakukan analisa terhadap kerusakan alat-alat kesehatan dan
melaporkan keatasan langsung
3.5.3.7 Membuat dan menginventaris alat-alat kesehatan yang akan di
laksanakan kalibrasi

BAB IV
IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

64
4.1 IDENTIFIKASI MASALAH
Dalam melaksanakan pemeliharaan di RSKD Duren Sawit, teknisi melakukan
berbagai pemeliharaan alat-alat sarana dan prasarana gedung termasuk alat kesehatan
dan kendaraan operasional (KDO). Dalam pelaksanaan teknisi di RSKD Duren Sawit
melaksanakan pemeliharaan seluruh alat ataupun asset yang ada di RSKD Duren
Sawit. Teknisi pemeliharaan selain melakukan pemeliharaan sarana dan prasarana
gedung dan alat kesehatan, teknisi juga melakukan perbaikan terhadap kerusakan
yang ada pada sarana dan prasarana termasuk alat-alat kesehatan. Hal ini dilakukan
sesuai dengan arti instalasi pemeliharaan sarana dan prasarana Gedung RSKD Duren
Sawit yaitu teknisi melakukan perbaikan juga. Dalam melaksanakan perbaikan teknisi
cenderung melakukan prioritas untuk perbaikan yang ada di system laporan E-Qlue
dimana sistem E-Qlue ini hanya sebatas pengajuan komplain kerusakan untuk
melakukan perbaikan troubleshooting dan harus segera dilaksanakan perbaikan. Hal
ini tidak sesuai dengan tujuan dari sifat pemeliharaan terutama pemeliharan yang
terencana dan terjadwal, sehingga banyak pemeliharaan sarana dan prasarana yang
ada di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit yang tidak dapat melaksanakan
pemeliharaan yang telah direncanakan.
Untuk itu dalam melaksanakan fungsi kegiatan Satuan Pelaksana
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana dalam pemeliharaan di RSKD Duren Sawit
dirumuskan sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi kerusakan dan pemetaan alat-alat kesehatan, sarana dan
prasarana gedung, KDO tidak terlaksana.
2. Pelaksanaan pemeliharaan alat-alat kesehatan, sarana dan prasarana Gedung,
KDO tidak sesuai dengan jadwal pelaksanaan pemeliharaan (jadwal pemeliharan).
3. Analisa kebutuhan spare part yang tidak teridentifikasi.
4. Perencanaan kebutuhan spare part alat-alat kesehatan, sarana dan prasarana
Gedung, KDO yang tidak optimal.
Identifikasi masalah dilakukan melalui :

65
4.1.1.1 Wawancara langsung kepada teknisi pemeliharaan sarana dan prasarana
RSKD Duren Sawit.
4.1.1.2 Observasi (pengamatan langsung) terhadap kegiatan di unit pemeliharaan
sarana dan prasarana RSKD Duren Sawit.
4.1.1.3 Telaah dokumen dari dokumen yang ada.

Aktivitas di unit pemeliharaan sarana dan prasarana RSKD Duren Sawit


secara garis besar sudah terlaksana dengan baik, meskipun masih terdapat masalah
yang ditemukan. Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang ditemukan
di unit pemeliharaan sarana dan prasarana yaitu dengan mengidentifikasi masalah
secara sitematis agar mudah dalam proses pemecahan masalah.

Melakukan pemeliharaan alat-alat Kesehatan, sarana dan prasarana, KDO


dilakukan melalui pendekatan system, maka akan dilihat dari masukan (input), proses,
keluaran (output), umpan balik dan dampak, berikut kerangka pikir :

INPUT PROCESS OUTPUT


Sumber daya manusia (SDM) Jadwal pemeliharaan alat-alat Pemeliharaan alat-alat
Aplikasi system pemeliharaan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana dan
alat-alat Kesehatan, sarana dan Gedung, KDO prasarana Gedung,
prasarana Gedung, KDO Pelaksanaan pemeliharaan KDO terlaksana sesuai
Sarana dan prsarana (bengkel Penggantian spare part perencanaan yang
dan perkakas kerja Perencanaan kebutuhan spare part direncanakan tercapai

Gambar 4.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar diatas, faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab-penyebab


pentingnya pemeliharan alat-alat kesehatan, sarana dan prasarana gedung, KDO
tercapai sebagi berikut :
1. Tenaga teknisi harus mempunyai kompetesi sesuai dengan standar jumlah SDM
yang terukur atau sesuai standart kebutuhan yang disesuaikan dengan beban kerja

66
sehingga alat-alat kesehatan, sarana dan prasarana Gedung, KDO berjalan dengan
baik.
2. Adanya sisyem aplikasi pemeliharaan alat-alat kesehatan, sarana dan prasarana
Gedung, KDO yang terintegrasi.
3. Sarana dan prasarana (bengkel dan perkakas kerja) yang memadai dan sesuai
standar untuk menyelenggarakan pemeliharaan alat-alat kesehatan, sarana dan
prasarana Gedung, KDO.

4.2 RUMUSAN MASALAH


Penentuan merumuskan suatu masalah penetapan prioritas masalah menjadi
bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan dua alasan. Pertama,
karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan
(E Utari, 2020)
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan telaah dokumen yang terdapat di
Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RSKD Duren Sawit, komponen
perbaikan yang dilakukan oleh teknisi pemeliharaan yang ditemukan penulis dan di
rekapitulasi dari data pemeliharaan sarana dan prasarana gedung, KDO termasuk alat-
alat kesehatan dapat di lihat dalam table perbulan sebagai berikut :

Tabel 4.1. Rekapitulasi Pemeliharaan Dan Perbaikan IPSRS

67
BULAN JUMLAH %
N JUMLAH KOMPLEIN
MARE APRI ME (komplein
O PERBAIKAN JAN FEB
T L I )
1 Perbaikan Lift 3 2 4 5 6 20 3,88
2 Perbaikan Listrik 15 13 11 16 18 73 14,17
3 Perbaikan Pompa 2 4 3 3 4 16 3,11
4 Perbaikan Mekanikal 10 12 18 15 12 67 13,01
5 Perbaikan Alat Kesehatan 18 20 18 12 22 90 17,48
6 Perbaikan Gedung 10 7 6 8 14 45 8,74
7 Perbaikan Alat Pendingin 24 20 24 22 26 116 22,52
8 Perbaikan CCTV 6 8 6 7 8 35 6,80
9 Perbaikan Telepon 1 2 1 2 6 12 2,33
10 Perbaikan Nurse Call 0 2 0 2 0 4 0,78
11 Perbaikan Genset 4 4 4 6 6 24 4,66
Perbaikan Pneumatic
12 Tube 0 4 0 0 0 4 0,78
13 Perbaikan KDO 2 0 1 4 2 9 1,75

Berdasarkan tabel diatas dapat dikelompokkan jenis perbaikan yang dilaksanakan


oleh teknisi pemeliharaan RSKD Duren Sawit, bahwa yang paling sering dilakukan
perbaikan sarana, prasarana, alat-alat Kesehatan dan KDO di RSKD Duren Sawit
adalah perbaikan alat pendingin sebesar 22,52 % mulai Januari 2022 sampai dengan
Mei 2022. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan Analisa masalah terhadap
tingginya tindakan perbaikan alat pendingin yang dilaksanakan oleh teknisi
pemeliharaan RSKD Duren Sawit.

BAB V

68
PEMBAHASAN

5.1 Analisis Prioritas Masalah


Prioritas masalah adalah suatu proses yang dilakukan sesorang atau
sekelompok orang dengan metode tertentu, untuk menentukan masalah yang paling
penting sampai kurang penting. Untuk mengatasi masalah yang telah diidentifikasi,
maka masalah disederhanakan dalam prioritas masalah.
Untuk melakukan prioritas masalah dilakukan dengan cara FGD (focus Group
Discussion) dengan menggunakan alat manajemen berupa pembobotan terhadap
kriteria yang digunakan untuk menilai masalah dari yang prioritas masalah yang ada,
maka penulis menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
Menentukan Prioritas dengan Metode Urgency, Seriousness, Growth (USG)
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode skoring untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing
masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka
dapat menentukan prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan metode
USG adalah membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah
dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk
lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai
berikut : (E Utari, 2020)
5.1.1 Urgency, Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan
dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
5.1.2 Seriousness, Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat
yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu
tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab
isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu
masalah yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
5.1.3 Growth, Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin

69
memburuk kalau dibiarkan.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas masalah
dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta
kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Adapun keterangan
pemberian skor adalah sebagai berikut :

- 5 = Sangat penting
- 4 = Penting
- 3 = Netral
- 2 = Tidak penting
- 1 = Sangat tidak Penting

Setelah dilakukan kegiatan wawancara, pengamatan langsung dan telaah


dokumen yang ada di unit pemeliharaan sarana dan prasarana RSKD Duren Sawit,
maka dilakukan identifikasi prioritas masalah perbaikan alat pendingin (AC) yang ada
di RSKD Duren Sawit dengan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness,
and Growth) sebagai berikut :

Tabel 5.1. USG Pemeliharaan Alat Pendingin

NO URGENC SERIOUSNES GROWT


MASALAH JUMLAH PRIORITAS
Y S H

70
1 Servis AC yang tidak 4 5 4 13 1
terlaksana sesuai dengan
perencanaan
2 Perencanaan Biaya 2 3 3 8 4
Pemeliharaan AC
3 Penggantian Spare Part AC 3 4 3 10 2
4 Pengecekan Suhu Ruangan 2 2 2 6 4
5 Jumlah Teknisi Pemeliharaan 3 3 3 9 3
AC
6 Bengkel Kerja 2 3 3 8 4
7 Perkakas Kerja 3 3 3 9 3

Berdasarkan penilaian hasil wawancara dengan teknisi pemeliharan dan hasil


pengamatan dengan menggunakan metode USG diatas dapat diambil prioritas
masalah berdasarkan tingkat kedaruratannya, tingkat keseriusan dampak dan tingkat
pertumbuhan masalah terhadap pemeliharaan alat pendingin di RSKD Duren Sawit
adalah masalah Servis yang tidak terlaksana dengan perencanaan pada unit AC
yang tidak dilakukan sesuai dengan perencanaan yang terencana. Menurut Assauri
(2004) jenis perawatan yaitu yang pertama perawatan yang terencana (Planned
Maintenance) adalah perawatan yang dilakukan secara terorganisasi dan sesuai
dengan rencana perawatan yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar
komponen AC tetap berfungsi dengan baik dan juga dapat mengontrol kegiatan
pemeliharaan yang lain baik secara teknik pelaksanaan di lapangan maupun cost atau
biaya yang mungkin dapat digunakan sebagai dasar penyusunan anggaran kegiatan
tahun berikutnya.

5.2 Analisis Penyebab dan Akar Masalah


Dari pencarian perioritas masalah didapatkan hasil perioritas masalah yang
tertinggi yaitu adalah jadwal pemeliharaan alat pendingin (AC) yang ada di RSKD
Duren Sawit yang tidak dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Hal ini
menyebabkan banyaknya alat pendingin (AC) yang belum dilakukan pemeliharaan
(servis) sesuai dengan jadwal perencanaan yaitu pembersihan unit alat pendingin (AC)
dilakukan selama 3 bulan sekali. Untuk mengetahui akar masalah dari masalah-
masalah tersebut digunakan analisa akibat (fishbone) sebagai berikut :

71
Mesin Matrial Methode
Servis AC yang
Stok spare part AC tidak ada Belum adanya aplikasi perencanaan dan tidak sesuai
Mesin/alat bantu pemeliharaan AC
di gudang pemeliharaan AC pemeliharaan AC dan lokasi AC dengan
rusak
perencanaan
Spare part AC yang belum di
Belum dijalankannya SOP
beli
yang ada
Mesin/alat bantu pemeliharaan AC yang
terbatas
Spare part kanibal Belum terawasinya pelaksanaan
pemeliharaan AC
Jumlah AC cukup banyak

Jumlah SDM teknisi yang kurang


Luasnya Gedung RSKD
Duren Sawit
SDM yang bekerja ganda
- Bangunan RSKD DS terbagi
dalam 3 area
Kompetensi SDM teknisi yang kurang
- Bangunan RSKD DS
tertutup kaca dan terpapar Pengguna ruangan yang tidak mau
menunggu perbaikan AC
sinar matahari

SDM kurang terampil dan cekatan

Lingkungan Manusia
Gambar 5.1. Diagram Fish Bone

5.3 Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah adalah penentuan kegiatan-kegitanan sebagai solusi


dari masalah yang ada. Apabila pengumpulan data tentang penyebab masalah
dilakukan dengan baik, maka penentuan alternatif pemecahan masalah akan lebih
mudah dikerjakan. Kesalahan yang sering terjadi dalam menetapkan
alternatif pemecahan masalah adalah tidak adanya hubungan dengan penyebab
masalah. Oleh karena itu, perlu alternatif pemecahan masalah yang betul-betul
mempunyai kaitan yang sangat erat dengan penyebab masalah. Apabila penyebab
masalah sudah diketahui dengan benar, maka langkah ini menjadi lebih mudah.

72
Seringkali pemecahan masalah dapat dilihat dengan mudah dari penyebab yang sudah
teridentifikasi secara jelas. Alternatif pemecahan masalah dapat dituangkan dalam
bentuk program dan kegiatan yang terukur. Alternatif pemecahan masalah harus
betul-betul bisa menjawab masalah yang ada. Kesalahan yang sering terjadi adalah
sering menetapkan pemecahan masalah yang tidak berhubungan dengan penyebabnya.

Setelah dilakukan analisa penyebab servis alat pending (AC) yang tidak sesuai dengan
perencanaan, kemungkinan penyebab masalahnya yaitu sebagai berikut :
5.3.1 Methode
- Belum adanya aplikasi perencanaan dan pemeliharaan AC dan lokasi AC
- Belum dijalankannya SOP yang ada
- Belum terawasinya pelaksanaan pemeliharan alat pendingin (AC)

5.3.2 Matrial
- Stok spare part AC tidak ada
- Spare part AC yang belum di beli
- Spare part kanibal
- Jumlah AC cukup banyak

5.3.3 Mesin
- Mesin/alat bantu pemeliharaan AC rusak
- Mesin/alat bantu pemeliharaan AC yang terbatas

5.3.4 Lingkungan
- Luasnya Gedung RSKD Duren Sawit
- Bangunan RSKD Duren Sawit terbagi atas 3 area
- Bangunan RSKD Duren Sawit tertutup kaca dan terpapar sinar matahari

5.3.5 Manusia
- Jumlah SDM teknisi yang kurang
- SDM yang bekerja ganda
- Pengguna ruangan yang tidak mau menunggu perbaikan AC
- Kompetensi SDM teknisi yang kurang

73
- SDM kurang terampil dan cekatan

Setelah menemukan akar permasalahan dengan menggunakan fishbone diagram


diatas, selanjutnya ditetapkan alternatif pemecahan masalah. Pada penyelesaian
masalah dibutuhkan proses pemecahan masalah, yaitu suatu upaya untuk mengatasi
penyebab masalah sedemikian rupa sehingga masalah tersebut dapat diselesaikan dan
pelayanan kesehatan dapat ditingkatkan. Penetapan alternatif pemecahan masalah
dilakukan dengan metode efektifitas dan efisiensi (Symond, 2013). Adapun alternatif
pemecahan masalah dari penyebab masalah diatas dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:

Tabel 5.2. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah Servis

MASALAH PENYEBAB ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

1. Methode  
- Belum adanya aplikasi perencanaan dan - Membuat sistem aplikasi untuk pemeliharaan
pemeliharaan AC dan lokasi AC alat pendingin

- Belum dijalankannya SOP yang ada - Melakukan sosialisai pelaksanaan SOP


pemeliharaan AC
- Belum terawasinya pelaksanaan - Melaksanakan pengawasan pelaksanaan
pemeliharan alat pendingin (AC) pemeliharaan AC
   
2. Matrial  
Servis AC yang - Stok spare part AC tidak ada - Pengadaan spare part
tidak terlaksana - Spare part AC yang belum di beli - Melakukan perencanaan pengadaan spare part
dengan
perencanaan
- Spare part kanibal - Melakukan SOP penggantian spare part alat
pendingin
- Jumlah AC cukup banyak - Melakukan identifikasi lokasi AC

   
3. Mesin  
- Mesin/alat bantu pemeliharaan AC - Perbaikan atau penggantian mesin/alat bantu
pemeliharaan AC

- Mesin/alat bantu pemeliharaan AC yang - Pengadaan mesin/alat bantu pemeliharaan AC


terbatas

74
   
4. Lingkungan  
- Luasnya Gedung RSKD Duren Sawit - Membuat zona pemetaan lokasi alat pendingin
- Bangunan RSKD Duren Sawit terbagi - Membuat zona pemetaan lokasi alat pendingin
atas 3 area
- Bangunan RSKD Duren Sawit tertutup
kaca dan terpapar sinar matahari - Menutup kaca dengan korden atau sunblast

5.  Manusia  
- Jumlah SDM teknisi yang kurang - Rekruitmen SDM teknisi

- SDM yang bekerja ganda - Melakukan identifikasi prioritas perbaikan


- Kompetensi SDM teknisi yang kurang - Melakukan kursus atau training pemeliharaan
AC
- Pengguna ruangan yang tidak mau - Memberikan analisa kerusakan AC ke pengguna
menunggu perbaikan AC ruangan

5.4 Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Penentuan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode matriks.


Meurut (E Utari · 2020) penggunaan metoda ini dengan memperhitungkan efektifitas
dan efisiensi dalam penetapan pilihan jenis intervensi yang dilakukan dengan
menggunakan rumus penetapan prioritas kegiatan sebagai berikut:

MxIxV
C
Keterangan:
- Magnitude (M), besarnya masalah
- Importancy (I), pentingnya penyelesaian masalah
- Vurnerability (V), sensitifitas cara penyelesaian masalah
- Cost (C), biaya.

Skor untuk Magnitude (M), Importancy (I), dan Vurnerability (V) yaitu:
5.4.1.1 = sangat kurang efektif
5.4.1.2 = kurang efektif
5.4.1.3 = cukup efektif
5.4.1.4 = efektif

75
5.4.1.5 = sangat efektif

Skor untuk biaya (C) , yaitu:


1 = bila biaya yang digunakan semakin kecil
2 = bila biaya yang digunakan kurang besar
3 = bila biaya yang digunakan cukup besar
4 = bila biaya yang digunakan besar
5 = bila biaya yang digunakan sangat besar

Penentuan prioritas masalah dengan menggunakan kriteria matriks dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.3. Penentuan Prioritas Masalah Servis

EFEKTIFITAS EFISIENSI SKOR PRIORITAS


NO ALTERNATIF

M I V      
Membuat sistem aplikasi untuk
1 5 5 5 3 8,29 I
pemeliharaan alat pendingin
Melakukan sosialisai pelaksanaan SOP
2 5 2 3 3 5,99 VI
pemeliharaan AC
Melaksanakan pengawasan pelaksanaan
3 5 3 3 4 6,91 XI
pemeliharaan AC
4 Pengadaan spare part 5 4 2 2 5,99 VI
Melakukan perencanaan pengadaan spare
5 4 3 4 3 6,45 V
part
Melakukan SOP penggantian spare part
6 5 3 4 3 6,91 IV
alat pendingin
7 Melakukan identifikasi lokasi AC 5 5 3 3 7,37 III
Perbaikan atau penggantian mesin/alat
8 4 3 3 3 5,99 VI
bantu pemeliharaan AC
Pengadaan mesin/alat bantu pemeliharaan
9 3 3 3 3 5,53 VII
AC
Memberikan analisa kerusakan AC ke
10 2 2 2 2 3,69 X
pengguna ruangan
11 Rekruitmen SDM teknisi 4 4 3 4 6,91 IV
12 Melakukan identifikasi prioritas perbaikan 4 4 4 3 6,91 IV
Melakukan kursus atau training
13 5 5 4 3 7,83 II
pemeliharaan AC
14 Melakukan pelatihan pemeliharaan AC 3 3 3 2 5,07 VII
Membuat zona pemetaan lokasi alat
15 2 3 4 4 5,99 VI
pendingin

76
16 Menutup kaca dengan korden atau sunblast 1 3 2 3 4,15 IX

Berdasarkan penilaian maka yang ditetapkan sebagai prioritas pemecahan masalah


Servis AC yang tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan sebagai berikut :
1. Membuat sistem aplikasi untuk pemeliharaan alat pendingin
2. Melakukan kursus atau training pemeliharaan AC
3. Melakukan identifikasi lokasi AC
4. Melakukan identifikasi prioritas perbaikan
5. Melakukan SOP penggantian spare part alat pendingin
6. Pengadaan spare part
7. Melakukan perencanaan pengadaan spare part
8. Rekruitmen SDM teknisi
9. Melakukan pelatihan pemeliharaan AC
10. Perbaikan atau penggantian mesin/alat bantu pemeliharaan AC
11. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan pemeliharaan AC
12. Melakukan sosialisai pelaksanaan SOP pemeliharaan AC
13. Pengadaan mesin/alat bantu pemeliharaan AC
14. Memberikan analisa kerusakan AC ke pengguna ruangan
15. Membuat zona pemetaan lokasi alat pendingin
16. Menutup kaca dengan korden atau sunblast

5.5 Rencana Kegiatan (Plan of Action)


Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka disusunlah rencana kerja
(Plan of Action). Rencana kerja berisi kegiatan, tujuan dan target, sasaran populasi,
tempat dan waktu, pelaksana, dan rencana monitoring dan evaluasi. Dalam
melaksanakan rencana kegiatan (Plan Of Action) diambil 5 prioritas pemecahan
masalah sesuai dengan urutan tertinggi sampai urutan ke 5 sebagai berikut dalam tabel
:

77
Tabel 5.4. Plan of Action servis yang tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan
Penanggung
No Kegiatan Tujuan Target Waktu Tempat
jawab
1 Membuat Standar Pemenuhan standar Melakukan revisi Agustus RSKD KSP. PSRS
Operasional Penggunaan pelaksanaan dan menambah s/d Duren Sawit
(SOP) Pemeliharaan Alat pemeliharaan alat SOP yang telah November
Pendingin pendingin ada 2022

2 Membuat sistem aplikasi Pemenuhan Membuat aplikasi Agustus RSKD KSP. PSRS
untuk pemeliharaan alat identifikasi dan sistem s/d Duren Sawit
pendingin catatan pemeliharaan AC November
pemeliharaan, 2022
pemetaan lokasi,
kebutuhan spare
part dan identifikasi
komponen AC
3 Melakukan kursus atau Pemenuhan Mengajukan Oktober PT. Daikin KSP. PSRS
training pemeliharaan kompetensi teknisi kursus atau 2022 Air
AC IPSRS training Conditionin
pemelihaan AC g Indonesia
4 Melakukan identifikasi Pemenuhan data Membuat aplikasi Agustus RSKD KSP. PSRS
lokasi AC letak AC terpasang sistem s/d Duren Sawit
pemeliharaan AC November
2022
5 Melakukan identifikasi Pemenuhan Peningkatan Agustus RSKD KSP. PSRS
prioritas perbaikan prioritas perbaikan efektifitas 2022 Duren Sawit
yang akan dan efisiensi
dilaksanakan waktu
terlebih dahulu penyelesaian
perbaikan
6 Melakukan SOP Pemenuhan jadawal Membuat SOP Agustus RSKD KSP. PSRS
penggantian spare part penggantian spare penggantian s/d Duren Sawit
alat pendingin part AC spare part AC November
dan membuat 2022
aplikasi sistem
pemeliharaan AC

Dalam pelaksanaan servis AC yang tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan


pengendalian kualitas harus dilakukan plan of action. Diharapkan melalui proses yang
terus-menerus dan berkesinambungan dilakukan dengan penerapan PDCA (Plan-Do-
Check-Action). PDCA sangat cocok dipergunakan untuk skala kecil kegiatan
continous improvement pada siklus kerja, menghapuskan pemborosan ditempat kerja
dan produktivitas.

78
5.5.1 Planning
Planning berarti memahami apa yang ingin dicapai, memahami bagaimana
melakukan suatu pekerjaan, berfokus pada masalah, menemukan akar
permasalahan, menciptakan solusi yang kreatif serta merencanakan
implementasi yang terstruktur. Pada tahap perencanaan, ada empat hal yang
harus dilakukan dalam implementasinya yakni penetapan tema dan sasaran
tema, mencari factor penyebab, urutan penyebab, dan perumusan. Artinya
PDCA tahap planning diimplementasikan dalam bentuk tindakan penentuan
proses mana yang perlu diperbaiki dan perbaikan apa yang perlu dilakukan
serta bagaimana melakukannya. Penjabaran dari langkah perencanaan ini
adalah menyusun, merencanakan, mengkoordinasi, mensosialisasikan dan
mengkomunikasikan. Pada tahap ini memerlukan alat kualitas untuk
membantu mengidentifikasi masalah dan menyusun rencana perbaikan seperti
misalnya diagram sebab akibat (fishbone).
Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen pemeliharaan yang ada di
Instalasi Pemeliharaan RSKD Duren Sawit, Sebagian besar tidak
terlaksanakanya servis alat pendingin (AC) yang ada di RSKD Duren sawit di
karenakan adanya perbaikan yang di prioristaskan, baik permintaan dari
ruangan, hasil tinjauan lapangan, E-Qlue dan permohonan perbaikan dari
atasan teknisi. Setelah dilakukan perbaikan prioritas, terkadang teknisi lalai
melaksanakan servis pada unit alat pendingin yang seharusnya dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Dengan dibuatkannya suatu
aplikasi system pemeliharaan alat pendingin, teknisi dapat mengetahui bahwa
alat pendingin tersebut segera dilakukan servis pemeliharaan. Dengan Aplikasi
ini unit alat pendingin yang belum dilakukan servis perbaikan akan tetap
menyala dan memberi peringatan untuk segera dilakukan perbaikan, sehingga
teknisi akan melihat dan segera dilakukan servis karena peringatan tersebut
tidak akan berhenti sebelum dilakukannya servis.

5.5.2 Do

79
Do adalah melaksanakan dan menerapkan prosedur-prosedur kerja dan
instruksi kerja sesuai aktivitas yang telah terjadi dalam unit kerja
bersangkutan. Dalam pelaksanaan harus dapat mengimplementasikan apa yang
telah direncanakan. Pada tahap pelaksanaan ini, melaksanakan strategi,
kebijakan dan proses-proses yang perlu untuk mencapai hasil yang telah
ditetapkan. Penjabaran dari langkah pelaksanaan ini yaitu melakukan,
melaksanakan, menerapkan dan mengimplementasikan.
Pelaksanaan pembuatan system aplikasi manajemen pemeliharaan alat
pendingin (AC) telah di rencanakan di dalam tabel (Tabel. 5.4. Plan of
Action) servis yang tidak terlaksana sesuai dengan perencanaan). Diharapkan
dengan aplikasi ini, RSKD Duren Sawit khususnya dapat terbantu dalam
memeliharaan, identifikasi lokasi pemasangan, dan Analisa kebutuhan
sparepart yang terpasang serta perencanaan kebutuhan spare parta alat
pendingin (AC).

5.5.3 Chek
Check merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari memeriksa,
memonitor, mengecek, mengukur, mengevaluasi dan mengoreksi intervensi
yang akan dilakukan apakah hasil yang terjadi sesuai dengan yang
direncanakanatau tidak. Kegiatan check dapat dilihat dari pencapaian
indikator/tolak ukur yang telah ditetapkan pada POA. Pengecekan dapat
dilakukan terhadap hasil yang di rekapitulasi teknisi dalam melakukan servis
alat pendingin setelah aplikasi system manajemen pemeliharaan alat pendingin
(AC). Jika pelaksanaan belum sesuai dengan tolak ukur yang sudah
ditentukan, maka hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus untuk bisa digali
lebih dalam lagi mengenai kendala apa yang menyebabkan terjadinya
hambatan dalam pencapaian indikator/tolak ukur yang telah ditetapkan pada
tahap perencanaan.

5.5.4 Action

80
Action adalah kegiatan mengambil tindakan perbaikan terhadap proses proses
yang tidak sesuai dengan hasilnya dan berupaya untuk meningkatkan
perbaikan terhadap proses-proses yang tidak sesuai secara berkesinambungan
sehingga meningkatkan efektifitas dan efesiensi kinerja unit kerja yang
bersangkutan. Berdasarkan konsep check diatas, maka nantinya akan
disimpulkan apakah indikator tercapai atau belum. Jika ternyata belum, maka
dapat dikatakan bahwa strategi yang telah diterapkan sebelumnya masih
memiliki kekurangan dari berbagai aspek. Sehingga harus dilakukan perbaikan
untuk strategi selanjutnya.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

81
Dari pelaksanaan residensi yang telah dilaksanakan selama 2 bulan di RSKD
Duren Sawit khususnya di Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Rumah Sakit, disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

6.1.1 Prioritas masalah yang ditetapkan dengan metode Urgency, Seriouness,


and Growth (USG) adalah Servis AC yang tidak terlaksana sesuai dengan
perencanaan
6.1.2 Analisa penyebab masalah atau akar permasalahan diidentifikasi
menggunakan metode fishbone dengan kriteria manusia, metode, material,
lingkungan, dan mesin.
6.1.3 Penyusunan rencana kegiatan (Plan of Action) dengan serangkaian
intervensi pemecahan masalah disesuaikan dengan kelengkapan data,
inventarsisai dalam pembuatan aplikasi manajemen system pemeliharaan
alat pendingin di RSKD Duren Sawit
6.1.4 Prioritas yang akan dilakukan dalam pembuatan system aplikasi
pemeliharaan alat pendingin adalah :
6.1.4.1 Denah lokasi pemasangan alat pendingin
6.1.4.2 Inventaris jenis alat pendingin yang terpasang
6.1.4.3 Inventaris kapasitas alat pendingin
6.1.4.4 Inventaris alat-alat (spare part) yang terpasang pada unit
6.1.4.5 Jadwal (record) servis terakhir alat pendingin

6.2 Saran
Dengan telah dilaksakan residensi ini, rekomendasi untuk pihak Manajemen
khususnya Satuan Pelaksana Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana RSKD Duren
Sawit adalah :

82
6.2.1 Agar pelayanan di unit pemeliharaan sarana prasarana yang sudah berjalan
dengan baik dapat lebih focus dalam pencatatan pelaksanaan yang telah
dikerjakan
6.2.2 Agar monitoring dan evaluasi pelayanan di instalasi pemeliharaan sarana
dan prasarana RSKD Duren Sawit dapat dilaksanakan secara berkala dan
kontiniu, sehingga setiap permasalahan yang muncul dapat diatasi segera
dan tidak menyebabkan terganggunya pelayanan kepada pasien.
6.2.3 Agar pembuatan aplikasi system pemeliharaan alat pendingin yang telah
di buatkan aplikasinya, dapat di terapkan pada alat-alat yang lain,
sehingga pemeliharaan dan identifikasi (lokasi, sparepart) dapat terencana
dan teridentifikasi.
6.2.4 Diharapkan kepada semua pengguna sarana dan prasarana RSKD Duren
Sawit lebih memiliki rasa kepemilikan dalam penggunaan sarana dan
prasarana yang ada di RSKD Duren Sawit
6.2.5 Diharapkan manajemen RSKD Duren Sawit dapat memberikan dukungan
dalam inovasi system pemeliharaan sarana dan prasarana RSKD Duren
Sawit, agar sarana dan prasarana yang ada di RSKD Duren Sawit dapat
dipelihara dengan baik.

Daftar Pustaka

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi

83
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit
4. Permenkes No. 30 Tahun 2019. tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
10. Program Pascasarjana URINDO, 2016, Buku Panduan Residensi, Universitas Respati
Indonesia, Jakarta
11. Arifianto, Asyrof, (2018), Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dengan
Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness (OEE).
12. Ahmadi, N. dan N. Y. Hidayah. 2017. Analisis pemeliharaan mesin blowmould dengan
metode rcm di pt. ccai. Jurnal Optimasi Sistem Industri. 16(2):167.
13. Handoko, H. T. 2017. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.
14. M Ardianto. 2021, Air Conditioner (AC) VRV (Variabel Refrigerant Volume)
15. E Utari · 2020, Analisis Matriks USG (Urgency, Seriousness And Growth) Banten
Mangrove Center Bagi Masyarakat Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota
Serang Tahun 2020

Lampiran :
1. Asistensi Dosen Pembimbing

CATATAN PEMBIMBINGAN
DOSEN PEMBIMBING

84
Hari/Tanggal Kegiatan Catatan Dosen Pembimbing Paraf Pembimbing

       

       

       

       

       

       

       

       

       

2. Asistensi Pembimbing Lapangan

CATATAN PEMBIMBINGAN
PEMBIMBING LAPANGAN

85
Hari/Tanggal Kegiatan Catatan Pembimbing Lapangan Paraf Pembimbing

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       
3. Gambar. Jadwal pemeliharaan Alat Pendingin (AC) yang direncanakan per bulan

86
JADWAL PEMELIHARAAN
ALAT PENDINGIN

COOLING INDOOR UNIT OUTDOOR UNIT AGUSTUS


NO LOCATION CODE & ROOM TO SERVE TYPE QTY CAPACITY CAPACITY (BTU/HR) COMBINATION CAPACITY KET
IU. MODEL QTY OU. CODE QTY OU. MODEL
TOTAL TOTAL INDEX (%) TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 2
IU. B1.1 R.Admin Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU. B1.2 R.Security Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU. B1.3 Lobby lift Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU. B1.4 Koridor Split Duct 1 15.400 FXMQ25PAV4 1 12.260
IU. B1.5 R.Admin Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU. B1.6 R.KA Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
1 LANTAI BASEMENT IU. B1.7 R.Rapat Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507 OU-B1 1 RXQ14AY14 112,415% 136.000
IU. B1.8 R.Saji Split Duct 1 19.100 FXMQ50PAV4 1 15.400
IU. B1.9 R. Minuman Susu Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU. B1.10 Kepala Instalasi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU. B1.11 R.Staff Split Duct 1 15.400 FXMQ25PAV4 1 15.400
IU. B1.12 Ahli Gizi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.B1.13 R.Uji Kualitas Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.168
13 152.885
IU.1.23 Laktasi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.22 Baca Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.21 KA Instalasi Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU.1.15 Kepala Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU.1.5 Logistik Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.8 Koridor Cassette 1 12.400 FXFQ32AV4 1 12.250
IU.1.19 Medic Resume Wall Mounted 1 12.300 FXAQ32PVE4 1 12.284
IU.1.3 Kamar Gelap Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU.1.4 Dental Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.7 UPS Wall Mounted 1 7.500 FXAQ32PVE4 1 7.507
IU.1.6 Kontrol Pneumatic Tube Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.13 R.Tunggu Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.641 OU-LT1.A 1 RXQ44AMY14 116,767% 444.000
IU.1.14 R.Tunggu Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.148
IU.1.20 Radiografer Cassette 1 15.400 FXFQ50AV4 1 19.074
IU.1.17 Arsip Inaktif Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU.1.10 Koridor Cassette 1 15.400 FXFQ50AV4 1 19.108
IU.1.12 Tunggu Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.641
IU.1.18 Admin/ Rekam Medis Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU.1.16 Arsip Aktif Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU.1.11 Tunggu Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU.R.1.2 Radiology Duct 1 76.400 FXMQ200MVE4 1 76.296
IU.R.1.1 Radiology Duct 1 76.400 FXMQ200MVE4 1 76.296
IU.1.9 Koridor Cassette 1 15.400 FXFQ50AV4 1 19.108
IU.1.7 Konsultasi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ32PVE4 1 7.507
24 518.444
IU.1.50 Konseling Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.49 Gudang Bahan Duct 1 38.200 FXMQ100PAV4 1 38.168
LANTAI 1 IU.1.46 Reagen Wall Mounted 1 12.300 FXAQ32PVE4 1 12.260
2
IU.1.44 FCC Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.44 KA Instalasi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.41 Staff Wall Mounted 1 12.300 FXAQ32PVE4 1 12.260
IU.1.45 Lap Urine & Faeces Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
OU-LT1.B 1 RXQ30AMY14 114,561% 285.000
IU.1.27 Tunggu Farmasi Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.661
IU.1.48 Lap PK Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.202
IU.1.47 Lap PK Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.202
IU.1.43 Staff/Administrasi Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.084
IU.1.42 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.084
IU.1.26 Koridor Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.168
IU.1.51 AC. Penyimpanan Obat Duct 1 76.400 FXMQ200MVE4 1 76.336
14 326.500
IU.1.40 Pertemuan Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.37 Plebotom Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.36 Pendaftaran/ Ambil Hasil Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.33 Bank Darah Duct 1 38.200 FXMQ100PAV4 1 38.168
IU.1.39 K A Instalasi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.35 Admin Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.31 R Arsip Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.24 Lobby Utama Cassette 1 47.800 FXFQ125AV4 1 47.722 OU-LT1.C 1 RXQ30AMY14 111,739% 285.000
IU.1.25 Lobby Utama Cassette 1 47.800 FXFQ125AV4 1 47.722
IU.1.28 Lobby Lift Pasien Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.168
IU.1.29 Lobby Lift Pasien Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.216
IU.1.38 Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.202
IU.1.34 Ambil Hasil Ranab Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.30 R Simpan Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU.1.32 R Lab PA Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.202
15 318.456

JADWAL PEMELIHARAAN
ALAT PENDINGIN

COOLING INDOOR UNIT OUTDOOR UNIT AGUSTUS


NO LOCATION CODE & ROOM TO SERVE TYPE QTY CAPACITY CAPACITY (BTU/HR) COMBINATION CAPACITY KET
IU. MODEL QTY OU. CODE QTY OU. MODEL
TOTAL TOTAL INDEX (%) TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 2
IU-6.11 Rawat inap Kl. 3 Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.13 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-6.12 Rawat inap Kl. 3 Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.14 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-6.24 Ka Ruangan Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-6.26 Lobby Lift Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.23 Konsul dokter Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-6.22 R. Dokter Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU-6.21 R. Mahasiswa Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
OU-LT6.A 1 RXQ44AMY14 115,194% 420.000
IU-6.20 R. Tunggu Keluarga Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.25 Koridor Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.19 R. Konsultasi Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-6.18 R. Case Ma Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-6.17 Ruang KA Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-6.16 R. Tak / Makan Cassette 1 24.200 FXFQ86AV4 1 24.200
IU-6.15 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-6.9 R. Obat Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
7 LANTAI 6 IU-6.10 R. Perawat Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
26 483.815
IU-6.35 R. Isolasi Duct 1 47.800 FXMQ125PAV4 1 47.770
IU-6.36 Rawat Inap Kl. 3 Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.34 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.37 R. Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.33 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.40 R. Isolasi Duct 1 47.800 FXMQ125PAV4 1 47.770
IU-6.32 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.41 R. Tindakan Duct 1 38.400 FXMQ100PAV4 1 38.216
OU-LT6.B 1 RXQ40AMY14 112,636% 382.000
IU-6.31 Rawat Inap Kl. 1 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.38 Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.39 Rawat Inap Kl. 3 Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-6.30 Rawat Inap Kl. 1 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-6.42 Lobby Lift Wall Mounted 1 12.300 FXAQ32PVE4 1 12.284
IU-6.28 Koridor Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.216
IU-6.29 R. Perawat Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-6.27 Ka Inst. Rawat Inap Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
16 430.270
IU-7.1 R. Komite Mutu Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.216
IU-7.2 R. Komite PPI Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.4 R. Komite Keperawatan Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.5 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.3 R. Diskusi Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.13 R. Komite Kesehatan Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.12 R. SPI Cassette 1 15.400 FXFQ40AV4 1 15.355
IU-7.11 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.10 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.14A Rawat Inap VIP Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.216
IU-7.14 Rawat Inap VIP Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.216 OU-LT7.A 1 RXQ48AMY14 116,427% 461.000
IU-7.18 Koridor Rawat Anak & Dewasa Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.19 R. Isolasi Duct 1 38.200 FXMQ100PAV4 1 38.216
IU-7.20 R. Isolasi Duct 1 38.200 FXMQ100PAV4 1 38.216
IU-7.16 R. Obat Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU-7.6 R. Diskusi Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-7.7 R. Komite Medik Cassette 1 30.700 FXFQ80AV4 1 30.709
IU-7.8 Sekretariat Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU-7.9 Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.19 Laktasi Wall Mounted 1 9.600 FXAQ25PVE4 1 9.554
IU-7.17 R. Tunggu Cassette 1 47.800 FXFQ125AV4 1 47.770
21 536.729
8 7TH FLOOR IU-7.30 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.31 Rawat Inap Kl. 3 Cassette 1 38.200 FXFQ100AV4 1 38.216
IU-7.29 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.33 Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.32 Rawat Inap Kl. 1 Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.28 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.27 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.36 Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.35 R. Perawat Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-7.26 Rawat Inap Kl. 1 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.34 Koridor Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.25 R. Obat Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507 OU-LT7.B 1 RXQ44AMY14 115,363% 420.000
IU-7.37 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.38 R. Isolasi Duct 1 47.800 FXMQ125PAV4 1 47.770
IU-7.39 Lobby lift Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.42 Ka Ruangan Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
IU-7.41 Lobby Lift Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.40 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.24 Rawat Inap Kl. 2 Cassette 1 24.200 FXFQ63AV4 1 24.226
IU-7.23 Rawat Inap Kl. 1 Cassette 1 15.400 FXFQ40AV4 1 15.355
IU-7.21 Koridor Cassette 1 19.100 FXFQ50AV4 1 19.108
IU-7.22 Rawat Inap Kl. 1 Cassette 1 15.400 FXFQ40AV4 1 15.355
IU-7.43 Mushola Wall Mounted 1 7.500 FXAQ20PVE4 1 7.507
23 484.524

4. Gambar. Pelaksanaan residensi

87
Gambar Pembongkaran ME Mesjid Gambar Pembongkaran ME Mesjid

5. Gambar. Pembimbingan oleh pembimbing lapangan

Gambar Penjenamaan RSKD Duren Sawit Gambar Pembuatan Tempat Whudu

88
Laporan pemeliharan kinerja Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS

6. Gambar. Pembimbingan oleh pembimbing Akademik

89
7. Gambar. Rencana system aplikasi pemeliharaan alat pendingin (AC)

90
91

Anda mungkin juga menyukai