Program Studi
Magister Administrasi Rumah Sakit
Oleh
dr. Akbar Palmaesaza
NIM : 196080003
Pembimbing: DR.dr.Grace Rumengan, MARS
LAPORAN RESIDENSI
LAMANYA WAKTU PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DI
RSIA RESTI MULYA
MENGGUNAKAN ANALISIS FISHBONE
TAHUN 2021
Oleh:
Akbar Palmaesaza
186080003
Mengetahui,
Ketua Program Studi MARS URINDO
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................... 2
BAB I ...................................................................................................................................... 7
PENDAHULUAN................................................................................................................... 9
BAB II ............................................................................................................................... 12
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................... 12
BAB III.................................................................................................................................. 20
3.2. Gambaran Umum Instalasi Gawat Darurat RSIA Resti Mulya Jakarta Timur ..... 22
3.2.1. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam ..................................................................... 22
3.2.2. Tujuan ............................................................................................................... 22
3.2.3. Budaya Kerja ..................................................................................................... 22
3.2.4. Sumber daya ...................................................................................................... 23
3.2.5. Foto Instalasi Gawat Darurat ............................................................................ 23
BAB IV ................................................................................................................................. 25
BAB V ................................................................................................................................... 30
PEMBAHASAN ................................................................................................................... 30
BAB VI ................................................................................................................................. 35
Tabel 1. Jumlah Tenaga kerja pada Instalasi Gawat Darurat RSIA Resti Mulya. ................ 23
Tabel 2. Tabel Indikator SPM IGD RSIA Resti Mulya ........................................................ 26
Tabel 3. Alternatif Pemecahan Masalah ............................................................................... 31
Tabel 4. Skoring Prioritas Pemecahan Masalah .................................................................... 33
Tabel 5. Rencana Pemecahan Prioritas Masalah................................................................... 34
DAFTAR GAMBAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya kepada Penulis
sehingga laporan residensi yang berjudul “ Evaluasi Pelayanan Unit Kerja Instalasi Gawat
Darurat RSIA Resti Mulya” ini dapat diselesaikan.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan agar penulis dapat melihat dan
merasakan langsung bagaimana implementasi teori yang diperoleh di kelas untuk diterapkan
langsung di lapangan dalam hal ini rumah sakit.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung
kegiatan residensi ini, terutama kepada yang terhormat:
1. dr. Fauzan Rahman selaku Direktur RSIA Resti Mulya.
2. dr. Rosa Selvia , MARS selaku Manager Medik RSIA Resti Mulyadan Pembimbing
Lapangan.
3. DR. dr. Grace Rumengan, MARS sebagai Dosen Pembimbing Akademik Universitas
Respati Indonesia.
4. Prof. Dr. drg. Tri Budi Wahyuni Rahardjo, MS sebagai Rektor Universitas Respati
Indonesia.
5. Dr. Ign. A. Wirawan Nugrohadi, SE. M.Si sebagai Dekan Pascasarjana Universitas
Respati Indonesia.
6. Dr. Cicilia Windiyaningsih, SMIP, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi
Administrasi Rumah Sakit Universitas Respati Indonesia.
7. Tenaga Medis Seperti Dokter, Bidan dan serta Perawat di IGD RSIA Resti Mulya yang
telah membantu Penulis dalam proses observasi dan wawancara di RSU Adhyaksa Jakarta
Timur.
8. Teman-teman Pasca Sarjana angkatan 30. A Program Studi Administrasi Rumah Sakit
URINDO yang selalu saling mendukung dan memberikan semangat.
9. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan tiada henti kepada Penulis sehingga
dapat menyelesaikan laporan residensi ini.
10. Serta pihak – pihak lain yang telah membantu terkait residensi ini yang tidak bisa Penulis
tuliskan satu per satu, tetapi akan selalu Penulis ingat jasa – jasanya.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam penulisan tugas ini.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar Penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan laporan residensi ini.
Penulis berharap agar laporan residensi ini sesuai tujuan yang hendak dicapai. Semoga
semua ilmu dan pengalaman yang diperoleh di Instalasi IGD RSIA Resti Mulya dapat
menjadi bekal Penulis untuk melangkah ke depan menjadi lebih baik. Laporan residensi ini
juga dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca laporan
residensi ini.
Aamiin.
Akbar Palmaesaza
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi, IGD dituntut untuk terus menerus memberikan pelayanan yang
baik dan bermutu sesuai standar, agar dapat bertahan dan bersaing dengan IGD lainnya.
IGD harus memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 2008).
Instalasi Gawat Darurat (IGD) memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan
ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.
Jumlah dan kasus pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat tidak dapat diprediksi karena
kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, di mana saja serta menimpa siapa
saja. Karena kondisinya yang tak terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan pelayanan
yang cepat dan tepat maka harus memberikan pelayanan kegawatdaruratan kepada
masyarakat. Pelayanan cepat dan tepat pada seseorang atau kelompok orang diharapkan dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan. Upaya peningkatan
pelayanan gawat darurat ditujukan untuk menunjang pelayanan dasar, sehingga dapat
menanggulangi pasien gawat darurat baik dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaaan
bencana (Depkes, 2006).
Untuk menghadapi tantangan persaingan IGD, terutama IGD di masa yang akan datang.
Dalam hal ini, pasien selaku konsumen adalah pemegang kendali dalam menentukan
pembelian suatu layanan kesehatan. Pada saat pasien mengambil keputusan untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan akan ada banyak hal yang dipertimbangkan karena dalam
melakukan keputusan pembelian, konsumen memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai
dengan karakteristik konsumen (Aisyiah dkk, 2019).
Mutu pelayanan harus selalu dijaga, Solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi
kendala yang terjadi di rumah sakit yaitu salah satunya dengan cara melakukan analisa
terhadap proses pelayanan di IGD yang diterapkan pada RSIA Resti Mulya pada Januari 2020
sampai Februari 2021. Analisa yang tepat untuk kegiatan analisis permasalahan proses
pelayanan di RSIA Resti Mulya dengan metode Analisa Fishbone.
1. Tujuan Umum :
TINJAUAN PUSTAKA
Rumah sakit sebagai tingkat pelayanan lanjutan setelah puskesmas tentunya harus
mempunyai pelayanan yang lebih baik. Bukan hanya sebagai penunjang kesehatan di
dalam wilayah kecil seperti kecamatan, namun dalam cakupan lebih luas seperti
kabupaten ataupun kota. Seseorang yang datang berobat ke rumah sakit mempunyai
harapan tinggi akan pelayanan kesehatan yang diberikan. Karena masyarakat
beranggapan kualitas pelayanan rumah sakit pasti berkualitas dengan didukung
fasilitas, sumber daya manusia di rumah sakit lebih bisa menanggulangi masalah
kesehatan mereka (Permenkes, 2018).
IGD merupakan suatu unit integral dalam rumah sakit yang memberikan
penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera, yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya. Fungsi instalasi gawat darurat adalah untuk menerima pasien,
triase, menstabilkan dan mengatur pasien yang menunjukkan gejala yang bervariasi dan
gawat serta juga kondisi-kondisi yang sifatnya tidak gawat. IGD juga menyediakan
sarana penerimaan untuk penatalaksanaan pasien dalam keadaan bencana, hal ini
merupakan bagian dari perannya di dalam membantu keadaan bencana yang terjadi di
tiap daerah (ACEM, 2014).
Ruang IGD, selain sebagai area klinis, IGD juga memerlukan fasilitas yang dapat
menunjang beberapa fungsi-fungsi penting sebagai berikut: kegiatan ajar mengajar,
penelitian/riset, administrasi, dan kenyamanan staff. Adapun area-area yang ada di
dalam kegiatan pelayanan kesehatan bagi pasien di IGD adalah : (1) Area administratif,
(2) Reception/Triage/Waiting area, (3) Resuscitation area, (4) Area Perawat Akut
(pasien yang tidak menggunakan ambulan), (5) Area Konsultasi (untuk pasien yang
menggunakan ambulan), (6) Staff work stations, (7) Area Khusus, misalnya: Ruang
wawancara untuk keluarga pasien, Ruang Prosedur, Plaster room, Apotik,
Opthalmology/ENT, Psikiatri, Ruang Isolasi, Ruang Dekontaminasi, Area ajar
mengajar. (8) Pelayanan Penunjang, misalnya: Gudang / Tempat Penyimpanan,
Perlengkapan bersih dan kotor, Kamar mandi, Ruang Staff, Tempat Troli Linen, (9)
Tempat peralatan yang bersifat mobile Mobile X-Ray equipment bay, (10) Ruang alat
kebersihan. (11) Area tempat makanan dan minuman, (12) Kantor Dan Area
Administrasi, (13) Area diagnostic misalnya medis imaging area laboratorium, (14)
Departemen keadaan darurat untuk sementara/ bangsal observasi jangka pendek/
singkat (opsional), (15) Ruang Sirkulasi. Ukuran Total IGD dimana total area internal
IGD, tidak termasuk bangsal pengamatan dan area internal imaging sekarang ini
sebaiknya, harus sedikitnya 50 m2/1000 kehadiran tahunan atau 145 m2/1000 jumlah
pasien yang masuk setahun, ukuran yang manapun boleh dipakai tetapi lebih baik
dipilih yang lebih besar. Ukuran yang minimum suatu IGD akan lebih fungsional
apabila seluas 700 m .
RSIA Resti Mulya berdiri sejak tahun 1993 sebagai awal mulai untuk balai
pengobatan. Yaitu berfungi sebagai untuk pelayanan rawat jalan dan umum. Kemudian
berubah menjadi Klinik Bersalin Resti Mulya yang telah ada praktek dokter spesialis, mulai
dari melayani pasien umum dan kebidanan termasuk dalam persalinan. Kemudian pada bulan
Agustus 2008, berdasarkan izin Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 7217/2008,
kemudian diresmikan sebagai RSIA Resti Mulya.
RSIA Resti Mulya memiliki fasilitas seperti IGD 24 Jam, Ambulan service 24 Jam,
dan layanan Instalasi Farmasi 24 jam. Kemudian juga RSIA Resti Mulya memiliki berbagai
jenis Poli, mulai dari Poli Umum, Poli Kebidanan dan Kandungan, Poli Anak, Poli Gigi, Poli
Penyakit Dalam, Poli Mata dan Poli Bedah. Kemudian memiliki berbagai fasilitas medis,
seperti medical check up yangmeliputi umum, wanita/ibu, anak dan kemudian juga Papsmear.
Kemudian juga memiliki fasilitas penunjang Diagnostik seperti pada bagian obgyn : USG 2
& 4 Dimensi Hydrotubasi, CTG, USG Transvaginal, Doppler. Kemudian ada fasilitas lain
seperti MWD (Micro Mave Diatherma) Ultra sound, Infra red, Perawatan Ibu dan Bayi
Tensimeter, Nebulizer dan suction. Lalu pada fasilitas Laboratorium terdapat Hematology
Analyzer Chemical Analyzer, Alat Kimia Automatic, kemudian terdapat juga EKG. RSIA
Resti Mulya Memiliki Fasilitas Kamar Operasi, Kamar Bersalin, Kamar Pemulihan, Ruang
Bayi Sehat dan serta Perinatologi. Lalu memiliki Ruang Rawat Inap dengan kriteria Kamar
VVIP berjumlah 2 kamar, Kamar VIP 6 Kamar, Kamar Kelas 1 4 Kamar, Kamar Kelas 3 ada
3 Kamar, Perinatologi 1 kamar dan Kamar Isolasi 1 Kamar. Dan untuk menambah
kenyamanan untuk pasien, RSIA Resti Mulya memiliki juga fasilitas seperti parkiran yang
luas, Musholla, Kantin, Tempat bermain untuk Anak dan tersedia Fasilitas ATM untuk Tarik
dan setor tunai.
Dalam mendukung terwujudnya Visi RSIA Resti Mulya yaitu sebagai Rumah Sakit
rujukukan di daerah sekitar Kecamatan Cakung, khususnya untuk kasus Ibu dan anak.
Dengan mengacu pada Visi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, “Kota modern yang tertata rapi
dan manusiawi, dengan kepemimpinan dan pemerintah yang bersih dan melayani”. RSIA
Resti Mulya Jakarta Timur menetapkan visi dan misinya sebagai berikut.
3.2. Gambaran Umum Instalasi Gawat Darurat RSIA Resti Mulya Jakarta Timur
3.2.1. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam
Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Resti Mulya melayani pasien selama 24
jam. Pelayanan gawat darurat didukung oleh tenaga medis dengan sertifikat Advance Trauma
Live Support (ATLS) dan Advanced Cardiovascular Life Support (ACLS) serta tenaga
perawat dengan sertifikat Basic Life Support (BLS). Instalasi gawat darurat ditunjang dengan
2 area tindakan terpisah antara Emergency Surgery dan Emergency Non-Surgery dengan
jumlah tempat tidur sebanyak 3 tempat tidur.
3.2.2. Tujuan
1. Meningkatnya mutu pelayanan sesuai dengan standar yang telah ditentukan
2. Terciptanya lingkungan kerja yang harmonis, dinamis dan penuh kekeluargaan
3. Tersusunnya perencanaan pengelolaan pelayanan didasarkan pada hasil penelitian yang
dilakukan di Rumah Sakit Resti Mulya
2. Bidan D3 Kebidanan 8
3. Perawat D3 Keperawatan. 4
Tabel 1. Jumlah Tenaga kerja pada Instalasi Gawat Darurat RSIA Resti Mulya.
Gambar 2. Jumlah Tenaga kerja pada Instalasi Gawat Darurat RSIA Resti Mulya.
Gambar 3. Kondisi IGD tampak dalam 2021
BAB IV
IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Dalam pelaksanaan pelayanan di instalasi IGD, semua saling bekerja sama dan saling
berkesinambungan agar terciptanya pelayanan yang prima dan optimal. Baik dalam segi
kuantitatif dan segi kualitatif yang sesuai bidangnya. Setelah dilakukan analisa didapatkan
permasalahan yaitu masih tingginya angka kematian pasien anak dan dewasa di IGD RSIA
Resti Mulya hal tersebut dikarenakan jumlah sumber daya manusia yang terbatas dan tenaga
Kesehatan yang seharusnya hanya bekerja di bidangnya, ini membantu melakukan pelayanan
lain seperti bidan yang hanya melakukan pelayanan di bidang kebidanan ikut serta dalam
pelayanan yang lain.
Selain permasalah yang telah di paparkan oleh peneliti, melihat dari table laporan
penilaian indikator standar pelayanan minimal capai unit kerja 2020 instalasi pelayanan IGD
RSIA Resti Mulya pada tahun 2020, peneliti melihat ada dua komponen yang tidak mencapai
target nasional dalam bentuk persen yaitu Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat
yang masih berlaku BLS/PPGD/GELS/ACLS/ATLS dan Kemampuan menangani life saving
anak dan dewasa.
Laporan penilaian indikator capai 2020 unit kerja instalasi pelayanan IGD RSIA Resti Mulya
adalah sebagai berikut :
Indikator
Capai 2020
Jenis
No Indikator Standar Nasional IGD RSIA
Pelayanan
Restia
Mulya
1 Gawat Kemampuan menangani life saving
Darurat anak dan dewasa 100% 90%
Berdasarkan indikator unit kerja instalasi pelayanan IGD, peneliti melihat ada dua
komponen yang tidak mencapai target nasional dalam bentuk persen. Dari dua
komponen tersebut, kemudian akan dibuatkan suatu rumusan masalah yang nantinya
dari tiap rumusan masalah akan dinilai tiap komponen untuk menentukan mana masalah
yang harus diselesaikan terlebih dahulu
4.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penilaian indikator capai 2020 unit kerja instalasi pelayanan IGD RSIA
Resti Mulya terdapat dua komponen masalah yaitu tentang:
1. Indikator Kemampuan menangani life saving dan dewasa sebesar 90% tidak
sesuai dengan target nasional sebesar 100%
2. Indikator Pemberi pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih
berlaku. BLS/PPGD/GELS/ACLS/ATLS yang seharusnya 90%, tidak sesuai
dengan target nasional sebesar 100%
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif, yang diawali dengan melakukan
studi pendahuluan berupa obervasi dan kinerja pelayanan IGD di RSIA Resti Mulya.
Observasi pelayanan dilakukan selama jam pelayanan, Berdasarkan hasil observasi tersebut,
dilakukan analisa alur serta pelayanan dengan mencatat kegiatan dan waktu yang dibutuhkan
pada setiap kegiatan yang dilakukan terutama pada jam-jam sibuk. Studi pendahuluan dan
analisa alur dilakukan selama kurang lebih 1 minggu. Setelah mendapatkan gambaran faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya optimal pelayanan IGD RSIA Resti Mulya,
dilakukan Fokus Grup Diskusi (FGD) yang bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang
paling berpengaruh terhadap kurang optimalnya pelayanan IGD RSIA tersebut. Kegiatan
FGD melibatkan 3 staf IGD RSIA Resti Mulya yang terdiri dari 1 Dokter, 1 Perawat dan 1
Bidan yang dilakukan pada hari sabtu, 5 februari 2021 pukul 15.00 WIB di IGD RSIA Resti
Mulya kemudian setelah itu menganalisis table penilaian indikator standar minimal pelayanan
di IGD RSIA Resti Mulya pada tahun 2020.
Penetapan prioritas masalah dipandang sangat penting karena dari daftar masalah yang
telah ditentukan tentunya tidak semua masalah perlu diselesaikan. Hal ini dikarenakan antar
masalah mungkin saja terdapat keterkaitan dan juga karena terbatasnya SDM yang tersedia.
Oleh sebab itu yang harus dilakukan adalah menyelesaikan masalah yang menjadi prioritas.
Masalah akan semakin terlihat jelas jika sudah dituangkan dalam bentuk matriks yang
kemudian dilanjutkan dengan menganalisa masalah tersebut melalui 5W + 1H. Untuk
menentukan prioritas masalah dapat digunakan beberapa kriteria, disini dilakukan dengan
cara FGD (Focus Group Discussion) dengan menggunakan alat manajemen berupa
pembobotan terhadap kriteria yang digunakan untuk menilai masalah yaitu dengan MCUA
(Multi Criteria Utility Assessment) atau dengan USG (Urgency,Seriousness,Growth).
Untuk menentukan prioritas masalah apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu,
peneliti akan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG ini
akan menguji masalah tersebut dengan cara membandingkan antar masalah berdasarkan
apakah masalah tersebut mendesak untuk diselesaikan, apakah masalah perlu penanganan
yang serius, dan apakah masalah jika tidak ditangani akan semakin meluas masalahnya.
Untuk menentukan prioritas masalah apa yang harus diselesaikan terlebih dahulu,
peneliti akan menggunakan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG ini
akan menguji masalah tersebut dengan cara membandingkan antar masalah berdasarkan
apakah masalah tersebut mendesak untuk diselesaikan, apakah masalah perlu penanganan
yang serius, dan apakah masalah jika tidak ditangani akan semakin meluas masalahnya.
Kriteria U (Urgency)
Masalah
Masalah
1 2 Total
1 ========== ========== 2
2 ========== 1
1 ========== ========== 2
2 ========== 1
Berdasarkan penilaian di atas, masalah 1 lebih perlu penanganan yang serius
dibandingkan masalah 2.
Kriteria G (Growth)
Masalah
Masalah
1 2 Total
1 ========== ========== 2
2 ========== 1
Kriteria
Masalah
Urgency Seriousness Growth Total
1 2 2 2 6
2 1 1 1 3
Berdasarkan hasil metode USG, peneliti melakukan analisa terhadap akar penyebab masalah
tersebut. Analisa penyebab masalah dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah
dengan menggunakan diagram tulang ikan (fish bone). Diagram tulang ikan digunakan untuk
mengelompokkan sebab - sebab dari masalah yang akan ditemukan sehingga akan
memberikan kemudahan dalam melakukan pemecahan masalah utama. Tujuan penggunaan
diagram tulang ikan ini adalah untuk mengetahui penyebab masalah tersebut
Akar Alternatif
penyebab pemecahan
No. Dampak positif Dampak negatif
masalah masalah
Kurangnya RS harus
SDM baik Penambahan SDM Pelayanan lebih menambahkan
1. secara yang sesuai dengan optimal dan sesuai anggaran untuk
kuantitatif dan kebutuhan. dengan bidangnya merekrut SDM baru
terampil.
Kurangnya Mengevaluasi dan Kemungkinan
Tercukupinya dana
dana untuk mengurangi terjadinya defisit
2. dalam penambahan
penambahan anggaran pada unit anggaran pada unit
SDM baru
jumlah SDM lain lain
penyusunan
Kurangnya anggaran untuk
Anggaran yang
material di penambahan Pelayanan IGD
3 dikeluarkan akan lebih
IGD substansi material berjalan optimal.
meningkat
sesuai yang
dibutuhkan
4 Kurang
optimalnya
koordinasi Menyediakan SDM
Koordinasi antar unit
antara petugas yang bertugas sebagai Penambahan jumlah
IGD dan
IGD dan komunikasi antara unit
Management dapat
SDM yang baru di
bagian IGD dan bagian bidang komunikasi
berjalan dengan baik
Management Management
RS.
Kurangnya
koordinasi
kepala IGD
dengan tim Membuat jadwal rapat
manajemen RS secara rutin antara
Agar koordinasi Waktu yang
untuk kepala IGD dan tim
5. berjalan dengan dibutuhkan akan lebih
menghimpun manajemen RS untuk
lancar. banyak
SDM yang membahas SDM yang
berpotensi sesuai bidangnya
sesuai bidang
yang dibutuhkan
Perhitungan nilai P (prioritas) untuk setiap alternatif jalan keluar yaitu untuk membagi
hasil perkalian MxVxI dibagi C = MxVxI / C. Setelah diketahui nilainya masing masing,
maka nilai tertinggi merupakan prioritas pemecahan masalah. Berikut adalah bentuk
penyajian masalahnya:
No. Alternatif Pemecahan Efektifitas Efisiensi Nilai Peringkat
Masalah M V I C (MxVxI)/C Prioritas
1. Penambahan SDM yang
sesuai dengan kebutuhan. 4 4 4 2 32 1
2. Mengevaluasi dan
mengurangi anggaran pada 4 2 3 5 4,8 5
unit lain.
3. penyusunan anggaran untuk
penambahan substansi 3 3 3 2 9 4
material sesuai yang
dibutuhkan
4. Menyediakan SDM yang 4 3 4 2 24 2
bertugas sebagai komunikasi
antara unit IGD dan bagian
Management
5. Membuat jadwal rapat secara 4 3 3 2 12 3
rutin antara kepala IGD dan
tim manajemen RS untuk
membahas SDM yang sesuai
bidangnya
Tabel 4. Skoring Prioritas Pemecahan Masalah
Berdasarkan penilaian di atas, dapat diketahui prioritas pemecahan masalah yang sebaiknya
dapat dilakukan terlebih dahulu oleh instalasi IGD Resti Mulya adalah Penambahan SDM
yang sesuai dengan kebutuhan agar dapat meningkatkan life saving anak dan dewasa.
1 2 3 4 1 2 3 4
Plan :
- Perencanaan Kegiatan √
- Evaluasi Kerja √
Do :
Chek :
- Monitoring dan evaluasi √ √ √
pekerja baru
Action :
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan adalah:
A. Manajemen penunjang medik harus berkoordinasi dengan HRD untuk pengajuan
penambahan sumber daya manusia di Instalasi IGD, sesuai dengan bidangnya.
B. Kepala Instalasi Gawat Darurat berkoordinasi dengan tim manajemen RS yang
akan diteruskan ke Manajemen Penunjang Medik untuk menambah monitor
observasi.
C. Kepala Instalasi IGD berkoordinasi dengan Manajemen Penunjang Medik untuk
mengoptimalkan pelayanan IGD.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
6. Notoatmodjo, Soekidjo, 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.