RS Cinta Bunda
disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Hukum Kesehatan
Disusun Oleh :
1. Kartika Radianti W (20160309036)
2. Susan (20160309017)
3. Mavika (20160309002)
4. Sila Happy Muriana (20160309031)
Dosen Pembimbing :
R. Fresley Hutapea SH., MH., MARS
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan Tugas Akhir Semester 3 Mata Kuliah Hukum Kesehatan mengenai
Analisa Masalah, Studi Kelayakan dan Hospital By Laws Rumah Sakit Umum Cinta Bunda
dapat terselesaikan dengan baik. Kami berterimakasih kepada R. Fresley Hutapea SH.,
MH., MARS selaku Dosen mata kuliah Hukum Kesehatan Universitas Esa Unggul yang
telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Studi Kelayakan dan Hospital by Laws. Kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan mohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di waktu yang akan datang.
Penyusun
Kelompok 6
b. Aspek Teknik
Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk
memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan
perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis ini sangat berkaitan dengan aspek-
aspek lain seperti aspek ekonomi, finansial dan aspek pasar. Aspek teknis
berpengaruh terhadap perkiraan biaya dan jadwal karena akan memberikan batasan-
batasan lingkup proyek secara kuatitatif. Tujuan pengkajian aspek teknis adalah
untuk merumuskan gagasan yang timbul ke dalam batasan yang konkrit dari segi
teknik. Selanjutnya pengkajian aspek teknis juga digunakan sebagai masukan aspek-
aspek lainnya. Pengkajian aspek teknik mencakup hal-hal berikut:
0 Menentukan letak geografis lokasi
1 Mencari dan memilih teknologi proses produksi
2 Menentukan kapasitas produksi
3 Menentukan denah atau tata letak bangunan
0 Aspek Finansial
Aspek finansial mencakup jumlah kebutuhan dana (biaya-biaya) yang
diperlukan untuk mewujudkan proyek tersebut dan sumber pendanaan.
0 Kebutuhan Dana
Suatu aktivitas bisnis (proyek) tidak akan dapat berjalan dengan baik bila
tidak didukung oleh ketersediaan dana mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis
tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang
cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan
usaha bisnis tersebut akan terancam gagal. Dalam menentukan besarnya
dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu aktivitas bisnis,
dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran
ini berbeda-beda untuk masingmasing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran
dana yang dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan
pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung
kepada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan semakin besar
pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Di samping itu, terdapat pula
faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.
Komponen biaya disini mencakup pembelian tanah, biaya bangunan dan
biaya tidak langsung lainnya seperti perencanaan, financing cost, hukum, dan
lain-lain.
Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah pembiayaan proyek yang berasal dari :
0 Kredit langsung dari bank atau institusi keuangan lainnya.
1 Dana dari pasar uang dan modal (hasil penjualan saham-saham, obligasi, surat
berharga dan lain-lain).
Perbandingan modal pinjaman terhadap modal sendiri (loan Equity ratio)
Perbandingan ini tidak mutlak, tergantung jenis proyek yang mmpengaruhi resiko proyek.
Lazimnya untuk proyek komersil perbandingannya adalah 3:1. Masa Konstruksi Menurut
Poerbo (1989), proyek-proyek komersil yang dibiayai dengan modal pinjaman yang
dikenakan bunga maka masa konstruksi harus diusahakan sesingkat-singkatnya agar beban
bunga pada masa tersebut (grace periode) menjadi sekecil-kecilnya.
Suku Bunga
Bunga atas suatu pinjaman adalah sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa
pemberian modal pinjaman yang dapat dinikmati oleh pemberi pinjaman.
Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan pada umumnya terdiri dari :
0 Biaya pemeliharaan dan operasi gedung
1 Asuransi
2 Biaya personil atau pegawai
3 Pajak
Pajak Penghasilan
Tarif pajak untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap menurut
UU no 17 Th 2000 tentang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :
Depresiasi/penyusutan
Adalah nilai ganti per tahun yang harus dikeluarkan atas beban pendapatan sebelum
pajak yang besarnya yang besarnya tergantung dari umur ekonomis suatu gedung dan jenis
gedung. Depresiasi atau penurunan nilai yang terjadi pada suatu aset pada berbagai
kelompok harta berwujud yang diatur menurut UU no 17 Th.2000 tentang Pajak Penghasilan
dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
dimana:
NPV = Nilai sekarang neto
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t= Aliran kas keluar tahun ke-t
n = Umur unit usaha hasil investasi
i = Arus pengembalian (rate of return)
t = Waktu
dimana:
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t= Aliran kas keluar tahun ke-t
n = tahun
i = Arus pengembalian (diskonto)
Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaan
di atas dapat disederhanakan menjadi:
Payback Period
Pada dasarnya periode pengembalian (Payback Period) adalah jumlah periode (tahun) yang
diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat
pengembalian tertentu. Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran kas baik tahunan
maupun yang merupakan nilai sisa.
12
8
7 13
3
4
11
9
1 2
10
6
26 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
5
Dalam memperkirakan area cakupan, kami memetakan wilayah berdasarkan jarak
radius dari lokasi RS Cinta Bunda. Selain jarak radius, biasanya kami juga
mempertimbangkan kemudahan akses transportasi (alat transportasi, jalan utama, kondisi
jalan utama) untuk memetakan ini. Sehingga toleransi radius area cakupan dapat diambil
lebih luas pada daerah yang jauh namun memiliki akses transportasi mudah.
Kawasan RS Cinta Bunda sendiri berada di Raya Puri Agung Pasar Kemis
Kabupaten Tanggerang. Hal ini membuat akses menuju kawasan RS Cinta Bunda dari
berbagai arah dapat dikatakan cukup baik dan RS Cinta Bunda sendiri menjadi lebih mudah
ditemukan (ditandai dengan garis-garis kuning). Selain itu, hal ini juga menjadikan akses RS
Cinta Bunda dari luar Kabupaten Tanggerang dapat diraih dengan relatif mudah dengan
transportasi publik dan pribadi dengan adanya Jalan Utama. Oleh sebab aksesibilitas yang
cukup baik, dalam menentukan area cakupan kami lebih banyak mengacu kepada jarak
radius saja.
Meskipun RS Cinta Bunda berada di Kecamatan Pasar Kemis, dalam menghitung
penduduk pada area cakupan, selain penduduk wilayah ini kami juga memperkirakan
adanya penduduk yang masih mungkin datang ke lokasi untuk mendapatkan layanan
kesehatan berdasarkan jarak tadi. Kami melakukan estimasi terhadap jumlah penduduk
B.2 Demografi
Wilayah Kabupaten Tanggerang sendiri dibagi dalam 29 (dua puluh sembilan)
kecamatan dengan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2016 mencapai 3.264.776 jiwa.
Dengan luas wilayah 111.038 km2, dapat kita hitung kepadatan penduduk rata-rata adalah
105.946 jiwa per km2. Secara rata – rata seluruh Kabupaten, kepadatannya cukup tinggi
tinggi.
Dalam melakukan kajian terhadap kondisi profil area cakupan, kami lebih banyak
memfokuskan kajian pada profil Kabupaten Tanggerang. Hal ini dikarenakan sebagian besar
wilayah area cakupan (lebih dari 70%) adalah wilayah Kabupaten Tanggerang. Namun
secara ekonomi karena letak rumah sakit berdekatan dengan Kota Tanggerang.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanggerang secara rata – rata di seluruh
Kacamatan dalam 4 tahun terakhir diproyeksikan sebesar 3.31% per tahun. Namun
pertumbuhannya populasi ini tidak tersebar merata. Untuk mendapatkan perhitungan
proyeksi yang lebih teliti, kami memperhatikan pertumbuhan populasi per kecamatan yang
masuk di dalam area cakupan.
Untuk menentukan laju pertumbuhan, kami menggunakan laju pertumbuhan
penduduk area cakupan dengan melihat jumlah total pada tahun 2016 dibandingkan pada
tahun 2017. Dari laju pertumbuhan tiap kecamatan tersebut, kami menghitung weighted
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
average dengan berdasarkan volume populasi di tiap kecamatan. Sehingga diperoleh rata –
rata pertumbuhan penduduk untuk seluruh wilayah area cakupan.
Selengkapnya, tabel di bawah ini akan memperlihatkan jumlah penduduk, luas
daerah dan kepadatan penduduk di setiap kecamatan dalam area cakupan.
Dalam industri rumah sakit, tentunya lebih disukai apabila Rumah Sakit berada pada
area dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk, kepadatan yang cukup tinggi, serta tingkat
pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanggerang yang juga masih tampak meningkat,
sehingga apabila dilihat dari sisi populasi, kondisinya sangat positif.
Gambar dibawah ini menampilkan suatu paparan historis serta proyeksi penduduk
Kabupaten Tanggerang yang masuk dalam catchment area dari tahun 2016 dan
diproyeksikan sampai akhir tahun 2031. Pada tahun 2031 diperkirakan penduduk dalam
area cakupan akan mencapai 1.5 juta jiwa.
50,02%
50,23%
50,44% 49,98%
50,65%
49,77%
49,56%
49,35%
Berdasarkan diagram diatas, jumlah penduduk laki-laki diketahui terlihat lebih besar
dari pada perempuan. Hasil perhitungan sex ratio ditemukan rata-rata SR= 101.52 yang
berarti penduduk laki-laki mendominasi penduduk perempuan dalam rentang periode 2016-
2031. Meskipun demikian, proporsi laki-laki dan perempuan di daerah cakupan
menunjukkan kecenderungan yang tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun. Industri rumah
sakit dapat juga melihat ini sebagai kondisi dimana potensi layanan – layanan untuk laki-laki
dan perempuan secara umum cukup berimbang.
Pada gambar berikut ini kami tampilkan gambar proyeksi berdasarkan kelompok
umur untuk keseluruhan Kabupaten dan Kota Tanggerang di area cakupan (2016 – 2031).
Pada proyeksi pertambahan penduduk dari sektor usia di wilayah cakupan RS Cinta
Bunda digunakan proyeksi tingkat Kabupaten Tanggerang berdasarkan data Bappenas.
Pada diagram diatas, Kabupaten Tanggerang diketahui memiliki kecenderungan mengikuti
pola aging population, yaitu kondisi dimana jumlah penduduk berusia lebih tua cenderung
untuk bertambah proporsinya dari tahun ke tahun. Kondisi ini mirip dengan pola
pertumbuhan berdasarkan umur pada berbagai Kabupaten lainnya di Indonesia.
Berdasarkan proyeksi kelompok umur tampak bahwa proporsi penduduk pada usia
50 tahun keatas memiliki rerata pertumbuhan yang lebih besar dan cenderung bertambah
proporsinya. Sedangkan untuk penduduk usia 0-14 dan 15-24 cenderung berkurang secara
perlahan proporsinya. Penduduk usia dewasa produktif 25 – 49 tahun cenderung meningkat
proporsinya.
Keadaan proporsi umur yang seperti ini dapat menjadi peluang juga bagi rumah sakit
untuk mengembangkan layanan kesehatan bagi usia – usia tertentu. Pertumbuhan
penduduk usia tua misalnya dapat menjadi peluang bagi rumah sakit untuk menambah
layanan penyakit degeneratif maupun layanan geriatri.
Kami mengadakan kajian terhadap demografi dengan proyeksi sampai 15 tahun ke
depan (2015-2030). Dalam hal laju pertumbuhan penduduk, menurut data sekunder,
Kabupaten Tanggerang memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 1.5%. Laju
pertumbuhan ini dikategorikan cukup tinggi dibandingkan rerata pertumbuhan penduduk
Indonesia secara umum (1.2%). Laju pertumbuhan yang meningkat menambah kepadatan
daerah pada tahun 2015 yang mencapai 2000 jiwa/km2 . Hal ini memberikan arti positif bagi
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
pihak investor RS Cinta Bunda karena daerah dengan jumlah dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang terus mengalami peningkatan akan sangat menjanjikan bagi rencana
investasi karena menunjukkan adanya peningkatan atas permintaan fasilitas kesehatan
(demand).
Secara umum sektor ekonomi dapat dibagi menjadi tiga kelompok yakni sektor ekonomi
primer, sekunder, dan tersier sebagai berikut;
0 Sektor Ekonomi Primer
Pada tahun 2015, terdapat 9 (sembilan) sektor yang tumbuh dengan laju
pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan total PDRB Kabupaten Tanggerang yang
sebesar 5.89%. Hal ini menyebabkan kontribusi dari ketujuh sektor tersebut terhadap porsi
PDRB semakin besar dari tahun ke tahun. Sebaliknya pertumbuhan yang lebih kecil dari
rerata pertumbuhan mengakibatkan persentase kontribusinya cenderung semakin
berkurang.
Berdasarkan besarnya PDRB pada tiap sektor ekonomi, tampak bahwa sektor
Keuangan memiliki laju pertumbuhan terbesar dan diikuti oleh pertumbuhan jasa konstruksi.
Meskipun sektor industri manufaktur menjadi pemegang kontribusi terbesar dalam
menggerakkan ekonomi daerah, namun untuk laju pertumbuhannya dapat dilihat berada
dibawah rerata pertumbuhan total PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusinya untuk
perekonomian Kabupaten Tanggerang kemungkinan akan berkurang dari tahun – ke tahun.
16.00%
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Gambar 10. 10 Keluhan Penyakit Terbanyak Tingkat Rumah Sakit Sepanjang Tahun 2014
di Kabupaten Tanggerang
Untuk melihat kinerja pelayanan rumah sakit indikator yang umumnya digunakan
adalah jumlah tempat tidur, BOR, LOS serta GDR dan NDR. Berdasarkan data sekunder
Sistem Informasi Rumah Sakit, terdapat 3 rumah sakit dengan BOR yang diketahui sangat
baik, yaitu diatas 75% yaitu RSUD Kab Tanggerang, RS Siloam. Rumah sakit dengan
Jumlah
No Nama Kelas TT Lokasi
1 RSUD Kabupaten B 215 TT Jl. Ahmad Yani
Tangerang no 9, Suka Asih,
Tangerang
2 RS Sari Asih B 160 TTJl. M Toha Km.
3.5 Periuk
Tanggerang
Peta lokasi kompetitor RS Cinta Bunda dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan profil umum kompetitor yang ada, kompetitor yang memiliki lokasi terdekat
dengan RS Cinta Bunda adalah RS Sari Asih.
Secara lokasi dan jumlah tempat tidur RS yang perlu dipertimbangkan sebagai
kompetitor adalah RSUD Kabupaten Tanggerang (215 tempat tidur). Kompetitor lainnya
berada di radius >10 km dan memiliki jumlah tempat tidur relatif beragam, yaitu berkisar 89-
300 tempat tidur. Bila dibangun sesuai rencana sebanyak ±438 tempat tidur, maka secara
kapasitas RS Cinta Bunda akan menjadi RS dengan kapasitas tempat tidur terbesar di area
cakupan.
Secara khusus setiap rumah sakit kompetitor juga memiliki fasilitas yang
berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan untuk menentukan strategi atau
fasilitas yang tepat untuk diinvestasikan.
RS Asih
Rumah Sakit Sari Asih adalah rumah sakit umum yang berpusat di Tanggerang.
Rumah sakit ini didirikan oleh Siti Rochayah sejak tahun 1981. Kini, RS. Sari Asih,
telah berkembang menjadi tujuh RS dan pada 2011, telah melayani 40.000 pasien
rawat inap dan 420.000 kunjungan rawat jalan.
RS Sari Asih
Tipe RS Sari Asih
Kapasitas TT tempat tidur
Zona 0-5 Km
Berdiri 1981
Address Jl. M Toha Km. 3.5 Periuk
Tanggerang
Target rumah sakit ini adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah dan
menengah kebawah serta pengguna BPJS. Sesuai dengan target pasar mereka,
tarif RS Sari Asih pun terhitung murah. Berikut dipaparkan tarif dari RS Asih :
Tabel 18 Tarif RS Sari Asih
Saat dikunjungi, kondisi area rawat jalan terlihat ramai pengunjung yang
tersebar diberbagai area poli. Untuk ruangan rawat inap-nya pun terkesannya
nyaman. Kebersihan rumah sakit cukup baik, namun kenyamanan dan ketertiban
baik.
Tabel berikut memberikan gambaran mengenai fasilitas yang dimiliki oleh
rumah sakit kompetitor.
Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai market potential untuk area
cakupan RS Cinta Bunda.
Tabel berikut ini memaparkan jumlah penduduk area cakupan dan proyeksinya
sampai 14 tahun kedepan.
Tabel 7 Perhitungan proyeksi jumlah penduduk pada area cakupan (2016 – 2031)
Perkiraan
Faktor Pengurang Perkiraan
Rerata
No Tahun Pertumbuhan Populasi Area
Pertumbuhan
Penduduk (%) Cakupan (#)
Penduduk (%pa)
Dari proyeksi penduduk tersebut kita dapat menghitung demand pada area
cakupan. Tabel pada halaman selanjutnya ini menunjukkan besarnya demand dan
perhitungannya pada area cakupan.
Tabel 8. Perhitungan proyeksi demand tempat tidur pada area cakupan (2016
– 2031)
Perkiraan
Perkiraan Proyeksi
Populasi Morbiditas
Pasien Perkiraan Beds
Tahun Area Rawat
Rawat BOR (%) Demand
Cakupan Inap (%)
Inap (#) (#)
(#)
Tabel 9. Perhitungan proyeksi supply tempat tidur pada area cakupan (2016
– 2031)
Dari tabel diatas tampak bahwa asumsi yang digunakan adalah setiap 3
(tiga) tahun sekali akan dibangun sebuah rumah sakit baru dengan kapasitas 100
tempat tidur maka kita dapat membangun sebuah perkiraan tempat tidur yang
tersedia dari tahun 2015 hingga tahun 2031. Proyeksi pertambahan kapasitas
tempat tidur ini memang cukup agresif bila dibandingkan dengan kondisi saat ini.
Hal ini dimaksudkan agar dalam melakukan proyeksi kita tidak terlalu optimis pada
kondisi pasar, dan lebih siap mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan tersebut.
Apabila kita membandingkan dengan kondisi Kabupaten Tanggerang saat
ini dengan sekitar 1/4.539 tempat tidur/ penduduk. Jika dibandingkan dengan
Tabel 10. Perhitungan proyeksi market potential area cakupan (2016– 2031)
Expected Expected
Expected
Beds Market
Tahun Bed
Demand Potential
Supply (#)
(#) (#)
Sejak awal periode proyeksi tempat tidur pada area cakupan terjadi kondisi
over demand dimana jumlah kebutuhan tempat tidur lebih besar dari jumlah supply
tempat tidur area cakupan. Perbedaan supply dan demand sejak tahun 2016 cukup
besar yakni 619 TT. Pada saat diproyeksikan adanya penambahan tempat tidur
maka nilai demand menjadi lebih besar lagi dan supply semakin bertambah. Seiring
dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan tempat tidur (demand) semakin
meningkat pula. Terlihat dari proyeksi yang terdapat pada tabel diatas, laju
Kondisi market potensial yang over demand merupakan hal yang baik dari
perspektif potensi pasar layanan kesehatan rumah sakit, hal ini sangat diharapkan
dan sangat mendukung kelayakan bagi pembangunan rumah sakit dari parameter
market potential.
Secara keseluruhan proyeksi kebutuhan tempat tidur sampai 15 tahun
kedepan menunjukkan dukungan terhadap keinginan investor untuk membangun
suatu sarana kesehatan rumah sakit. Kebutuhan yang tinggi namun masih
kurangnya fasilitas yang tersedia memberi dukungan positif dan merupakan nilai
tambah untuk rencana investasi ini. Sehingga bila dilihat dari segi market potensial
bed layanan rumah sakit adalah merupakan sebuah kelayakan untuk membangun
rumah sakit baru.
E.1.2 Positioning
Positioning adalah gambaran yang ingin kita sampaikan dan tanamkan di
benak target market kita. Berdasarkan segmentasi dan target tersebut, kami
menyusun kalimat positioning sebagai berikut:
RS pilihan utama yang dapat memberikan layanan personal dengan
keunggulan klinis dan fasilitas yang lengkap dan terjangkau oleh masyarakat
Kabupaten Tanggerang.
Positioning tersebut selaras dengan segmen dan target yang dipilih dan
cukup realistis untuk dapat dipenuhi dan tersampaikan pada masyarakat serta
cukup unik dan tidak mudah ditiru oleh kompetitor. Dengan mengusung positioning
tersebut maka ada beberapa strategi yang perlu dijalankan untuk memastikan pihak
rumah sakit dapat mewujudkannya.
Item Keterangan
Nama Rumah Sakit RS Cinta Bunda
Tipe Rumah Sakit Rumah Sakit Umum, Kelas B
Jumlah Tempat Tidur 200 TT
Luas Lahan 3000 m2
Luas Bangunan 9700 m2 (± 50 m2 per Tempat Tidur perawatan)
Jumlah lantai 7 lantai
Klinik Rawat Jalan 15 klinik
Ruang OK 4 OK
Ruang Bersalin 2 VK
Merujuk kepada telaah terhadap temuan – temuan kami, serta permintaan
pemilik untuk dapat menjadikan ini sebagai rumah sakit rujukan bagi masyarakat
sekitar, tentunya diperlukan kapasitas yang cukup memadai. Untuk itu kami
mengusulkan kapasitas sebesar lebih kurang 200 tempat tidur dengan pelayanan
RS Kelas B.
Dari analisa market potensial (demand dan supply) kondisi di area cakupan
masih over demand, sehingga mendukung potensi membangun rumah sakit
dengan kapasitas yang cukup besar. Dengan sebuah kapasitas yang besar, maka
RS Bunda Sejahtera
Market Projection - Primary CA
2016 to 2027
5.0% 1.0% 1.0%
Growth Expected Morbidity Morbidity Expected Expected
No Year
Rate (%) CA Pop (#) OP (%) IP (%) OP (#) IP (#)
0 2016 3.01% 1,756,678 60.0% 7.4% 1,054,007 129,643
1 2017 2.91% 1,807,712 60.6% 7.5% 1,095,473 134,743
2 2018 2.76% 1,857,603 61.2% 7.5% 1,136,964 139,847
3 2019 2.62% 1,906,307 61.8% 7.6% 1,178,442 144,948
4 2020 2.49% 1,953,789 62.4% 7.7% 1,219,872 150,044
5 2021 2.37% 2,000,021 63.1% 7.8% 1,261,225 155,131
6 2022 2.25% 2,044,980 63.7% 7.8% 1,302,472 160,204
7 2023 2.14% 2,088,652 64.3% 7.9% 1,343,591 165,262
8 2024 2.03% 2,131,026 65.0% 8.0% 1,384,557 170,301
9 2025 1.93% 2,172,098 65.6% 8.1% 1,425,355 175,319
10 2026 1.83% 2,211,868 66.3% 8.2% 1,465,967 180,314
11 2027 1.74% 2,250,342 66.9% 8.2% 1,506,381 185,285
Poliklinik
Laboratorium
Rawat Inap
Kantor (Office)
Radiologi
Farmasi
Rehabilitasi Medik
IGD 904,700,000
Dapur 4,303,400,000
Laundry 694,500,000
Incenerator 35,000,000
Total 20,951,517,200
Di bawah ini kami paparkan usulan layanan medis dan penunjang medis,
fasilitas-fasilitas yang perlu disediakan dan fungsi ruang untuk masing – masing
gedung di Cinta Bunda
E.4.1 Medis
Fungsi ruang medis yang harus ada dalam rumah sakit antara lain:
IGD
Rawat jalan
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Rawat inap
Kamar bedah
CSSD
Kamar bersalin
Deskripsi Private
TT perawatan Kelas VIP, 1, 2, dan 3
ICU/NICU/HCU (8 TT + 4 Isolation + 4 HCU)
IGD 10 TT
Ruang operasi 2 teater
Kamar bayi 10 cot
Ruang bersalin 2 Kamar
Rawat jalan
15 klinik
Departemen Jumlah
Medical 21
Supporting Medical 83
Nursing 302
Supporting Non-Medical 118
Finance 9
Human Resources 8
Marketing 8
Kitchen 17
Housekeeping 22
Maintenance 7
Security and Transport 17
Waste Treatment 4
IT 5
Operator 6
Receptionist 6
Management 2
Logistic 7
Total Karyawan 524
Jumlah staf diatas adalah jumlah ketika rumah sakit telah berjalan optimum, yang
diasumsikan akan dicapai pada tahun ke – 4 operasional. Pada tahun – tahun awal rumah
sakit belum beroperasi secara maksimal. Jumlah pasien masih sedikit (mengingat morbiditas
area cakupan yang sangat rendah). Sehingga jumlah pasien ini akan bertambah dari waktu
ke waktu.
Usulan komposisi tersebut juga yang kami gunakan untuk proyeksi keuangan rumah
sakit. Komposisi ini menentukan besarnya biaya SDM/ gaji yang harus dikeluarkan rumah
sakit. Besarnya gaji per orang dapat dilihat di Lampiran. Mengenai besarnya biaya ini akan
dibahas juga pada Bagian H – Proyeksi Laba – Rugi.
Selama masa operasional rumah sakit dapat saja menambah peralatan medis yang
dimiliki, disesuaikan dengan kebutuhan dan teknologi pada masa itu. Untuk keperluan
analisis keuangan ini, pembelian ini hanya mengacu pada pembelian peralatan sebagai
upgrade dan sekaligus mengganti peralatan lama yang terdepresiasi. Sehingga tidak ada
peralatan jenis lain yang ditambahkan secara khusus pada masa operasional ini.
Ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan untuk peralatan tambahan,
terutama mengenai asumsi harganya. Kami mengasumsikan kalau peralatan akan habis
nilainya selama periode 10 (sepuluh) tahun atau sepanjang masa proyeksi. Salah satu hal
yang perlu diperhatikan dalam hal peralatan adalah pemeliharaan atau maintenance.
Target jumlah pasien adalah banyaknya pasien yang dirawat oleh rumah sakit setiap
tahunnya selama masa holding period. Untuk menentukan banyaknya target jumlah pasien
ini, kami menggunakan metodologi yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Morbiditas rawat jalan / rawat inap ini meningkat seiring dengan kesadaran
masyarakat akan layanan kesehatan. Selain itu kami juga optimis pembangunan di berbagai
sektor lainnya sudah dan akan terus berjalan beriringan di Kabupaten Tanggerang.
Pembangunan ini akan berpengaruh pada akses yang lebih mudah dan daya ekonomi yang
semakin membaik, sehingga kami percaya peningkatan morbiditas rawat inap sampai
dengan 7% per tahunnya masih sangat realistis.
Populasi yang berjumlah 1,756,678 merupakan besarnya market di area cakupan.
Dengan mengalikan angka morbiditas rawat inap atau rawat jalan, dapat dihitung banyaknya
pasien rawat inap dan rawat jalan, yaitu sejumlah 1,054,007 pasien rawat jalan dan 129,643
rawat inap.
Tabel 25. Estimasi jumlah pasien berdasarkan area layanan (2016)
Detail Market Rumah Sakit
(2016)
Besarnya market 1,756,678
Angka morbiditas rajal 60.0%
Market rawat jalan 1,054,007
Angka morbiditas ranap 7.4%
Market rawat inap 129,643
Setelah menentukan besarnya market untuk rawat jalan dan rawat inap, selanjutnya
perlu ditentukan besarnya market share yang diperoleh RS Cinta Bunda. Market share
adalah proporsi dari total besarnya market yang menggunakan RS Cinta Bunda untuk
kebutuhan kesehatannya. Market share ini merupakan indikator penting dari dominansi
suatu rumah sakit di area tertentu.
Target market share adalah market share yang dipercaya dapat dicapai oleh RS
Cinta Bunda selama periode kepemilikan (holding period). Target ini bersifat subyektif, kami
berpegang pada prinsip SMART1 dalam laporan ini. Market ini dihitung dengan
mempertimbangkan strategi yang akan diaplikasikan oleh rumah sakit ini nantinya.
Kami percaya RS Cinta Bunda dapat meraih market share secara bertahap mulai
dari 19,8% - 53.3% untuk rawat jalan dan 15,7% - 32,8% untuk rawat inap di area cakupan.
Pertimbangan ini dibuat berdasarkan jumlah ketersediaan tempat tidur di area cakupan dan
kebutuhan tempat tidur di area tersebut.
Selain pertumbuhan market share yang terjadi secara bertahap, pertumbuhan jumlah
pasien juga banyak dipengaruhi laju pertumbuhan populasi dan morbiditas yang semakin
meningkat (akibat meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya layanan
kesehatan, lebih mudahnya akses, pertumbuhan ekonomi dan sebagainya). Setelah
menentukan target, dengan mengalikan market share dengan populasi masing – masing
kelompok, dapat kita peroleh target jumlah pasien keseluruhan.
Karena perhitungan target jumlah pasien ini dipengaruhi oleh persentase market
share dan populasinya. Sehingga pada market share yang sama, jumlah pasiennya dapat
berbeda akibat dari populasi penduduk yang bertambah.
Tabel berikut ini memaparkan target market share untuk RS Cinta Bunda selama
periode kepemilikan (holding period). Asumsinya semua proses konstruksi bangunan sudah
akan selesai pada akhir periode tahun ke – 0 (2016).
Potensi Potensi
MS Rajal MS Ranap
No Tahun Rajal / Ranap /
(%) (%)
tahun (#) tahun (#)
0 2016
1 2017 2.00% 2.00% 21,909 2,695
2 2018 4.00% 4.00% 45,479 5,594
3 2019 7.00% 7.00% 82,491 10,146
1SMART adalah singkatan dari Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time-bound.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa RS Cinta Bunda ini nantinya mentargetkan
market share sampai dengan 53.3% pada rawat jalan dan 32.8% pada rawat inap dari
keseluruhan populasi di area cakupan yang dapat dicapai secara bertahap. Market share
yang menjadi target ini, kami percaya cukup realistis untuk dicapai rumah sakit dalam
pelayanannya.
Pasien yang diterima dari IGD nantinya dapat juga menjadi pasien rawat inap.
Biasanya dari seluruh pasien IGD, sekitar 10% – nya akan menjadi pasien rawat inap.
Namun dalam analisis ini, kami mengasumsikan jumlah ini telah terefleksikan pada estimasi
jumlah pasien rawat inap. Sehingga jumlah pasien rawat inap yang berasal dari IGD tidak
dihitung kembali. Dengan demikian secara total tidak ada penambahan jumlah pasien IGD
baik pada rawat jalan maupun rawat inap. Namun dari total jumlah pasien rawat jalan,
termasuk didalamnya adalah pasien IGD.
Pasien rawat inap, rawat jalan, dan IGD dari rumah sakit akan menggunakan fasilitas
medis rumah sakit ini. Estimasi mengenai banyaknya penggunaan fasilitas ini dibahas pada
bab selanjutnya.
Jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan telah dipaparkan sebelumnya. Kami
percaya ALOS untuk rumah sakit sedikit lebih rendah dari ALOS rumah sakit, berkisar di 4.0
hari. Rumah sakit akan memiliki 90 tempat tidur perawatan (ward). Dari informasi tersebut,
dapat diperhitungkan estimasi BOR yang hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pasien 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
ALOS 3.50 3.50 3.49 3.49 3.49 3.48 3.48 3.48 3.47 3.47 3.47
Total hari rawat 10,908 22,619 40,987 48,440 50,033 51,617 53,193 54,076 54,206 54,971 55,316
Jumlah Bed 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180
Jumlah hari (tahun) 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Hari rawat tersedia 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700
BOR (pa) 16.6% 34.4% 62.4% 73.7% 76.2% 78.6% 81.0% 82.3% 82.5% 83.7% 84.2%
Pada baris paling bawah kita dapat melihat ekspektasi BOR, berdasarkan target jumlah pasien rawat inap. Pada tahun pertama
operasional ekspektasi BOR mencapai 16,6% dan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah pasien hingga mencapai 84,2% di akhir tahun
ke – 11. BOR diatas 60.0% ini tergolong utilisasi yang optimal menurut Kemenkes. Utilisasi yang optimal ini dapat dicapai pada tahun ke – 4
operasional. Pada tahun ke-7 operasional.
Untuk tahap 1, layanan yang diberikan rumah sakit pada tiap area (rawat inap, dan
rawat jalan) ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Farmasi / Obat
Rehabilitasi
Haemodialisis
Kamar perawatan
Visite dokter
Lainnya (Administrasi)
Berbagai layanan diatas dapat dibagi kembali menjadi berbagai kategori, atau
klasifikasi. Misalnya untuk Prosedur & Bedah, dibedakan menjadi kategori kecil,
menengah, besar, dan kompleks. Kamar perawatan dibagi lagi menjadi menjadi VIP, Kelas
I, Kelas II, dan Kelas III.
Kedua tabel selanjutnya secara berurutan memaparkan klasifikasi / kategori ini untuk
rawat jalan dan rawat inap. Untuk kelompok IGD dalam hal ini digabungkan dengan
kelompok rawat jalan. Tabel tersebut juga memaparkan besarnya kemungkinan
penggunaan dalam persentase, sebagaimana disebutkan pada tahap 3 estimasi
penggunaan layanan sebelumnya.
Deskripsi Obgy Pediatr Intern Beda Gigi Umu IGD Lainn BPJS
n ik al h m ya
Layanan Rawat Jalan
Jasa 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Konsultasi
Panjang 100,0 100,0% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % %
Menengah 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Singkat 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Prosedur
Kecil 0,0% 5,0% 5,0% 10,0 60,0 5,0% 60,0 10,0% 10,0
% % % %
Menengah 50,0 1,0% 1,5% 1,5% 0,5% 0,5% 20,0 1,0% 1,0%
% %
Besar 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Lainnya 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Tes Laboratorium
Kecil 20,0 20,0% 20,0% 20,0 5,0% 5,0% 5,0% 20,0% 16,0
% % %
Rawat Inap Obgy Pediat Intern Beda Gigi Umu IGD Lainn BPJS
n ri al h m ya
Deskripsi
ALOS Kamar 3,50 4,00 4,25 5,00 2,00 4,00 4,00 4,20 3,50
Rawat (hari)
ALOS Nursery 2,50 - - - - - - - -
(hari)
ALOS ICU (hari) 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
ALOS Isolasi & 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
lainnya (hari)
Visit per hari 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
(kali)
Pengurangan 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
ALOS kamar (%
per tahun)
Ruang Lainnya
ICU
NICU 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
HCU 10,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Isolasi 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5%
Perinatologi 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3%
Procedures
Non – bedah 53,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 75,0%
Bedah – kecil 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 4,0%
Bedah – 20,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 8,0%
menengah
Bedah – besar 20,0% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 12,0%
Bedah - 1,0% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,0%
kompleks
Fee Dokter Visit
Fee Visit 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % % %
Test
Laboratorium
Kecil 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0
% % % % % % % % %
Menengah 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0%
Besar 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0%
Test Radiologi
- Kecil 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0%
- Menengah 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
- Besar 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
Obat – Kamar
rawat
- Non – bedah 53,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 75,0%
Langkah ke-4 dan merupakan langkah terakhir adalah dengan mengalikan besarnya
kemungkinan penggunaan layanan ini dengan jumlah pasien pada masing – masing area
(rawat inap, rawat jalan, dan IGD). Dari hasil perkalian ini dapat diperoleh jumlah
penggunaan tiap layanan. Tabel dibawah memaparkan banyaknya penggunaan untuk rawat
jalan, sedangkan tabel selanjutnya untuk area rawat inap
RS Bunda Sejahtera
Table 1a
Outpatient Projection by Speciality
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Obgyn 4,566 9,479 17,193 20,340 21,029 21,717 22,403 22,797 22,875 23,221 23,390
Pediatric 6,765 14,043 25,471 30,133 31,154 32,173 33,189 33,773 33,888 34,401 34,652
Internal 1,015 2,106 3,821 4,520 4,673 4,826 4,978 5,066 5,083 5,160 5,198
Surgery 677 1,404 2,547 3,013 3,115 3,217 3,319 3,377 3,389 3,440 3,465
Dental 507 1,053 1,910 2,260 2,337 2,413 2,489 2,533 2,542 2,580 2,599
GP 338 702 1,274 1,507 1,558 1,609 1,659 1,689 1,694 1,720 1,733
ER 431 894 1,621 1,918 1,983 2,047 2,112 2,149 2,157 2,189 2,205
Other 10,955 22,739 41,245 48,795 50,449 52,099 53,744 54,690 54,876 55,707 56,113
Total 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4%
Consultation fees
- Long 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Medium 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
- Short 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Procedures
- Small 2,555 5,304 9,621 11,382 11,768 12,153 12,536 12,757 12,801 12,994 13,089
- Medium 3,324 6,901 12,517 14,808 15,310 15,811 16,310 16,597 16,653 16,906 17,029
- Large 976 2,027 3,676 4,349 4,496 4,643 4,790 4,874 4,891 4,965 5,001
- Other 253 524 951 1,125 1,163 1,201 1,239 1,261 1,265 1,284 1,294
Laboratory test
- Small 3,416 7,090 12,860 15,214 15,729 16,244 16,757 17,052 17,110 17,369 17,495
- Medium 1,134 2,354 4,270 5,052 5,223 5,394 5,564 5,662 5,682 5,768 5,810
- Large 358 743 1,348 1,595 1,649 1,703 1,756 1,787 1,793 1,820 1,834
Radiology test
- Small 3,018 6,265 11,364 13,444 13,900 14,355 14,808 15,069 15,120 15,349 15,461
- Medium 769 1,597 2,896 3,426 3,542 3,658 3,773 3,840 3,853 3,911 3,940
- Large 242 501 910 1,076 1,113 1,149 1,185 1,206 1,210 1,228 1,237
Medication
- Medicine 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
Other
- Administration 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
- Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rehabilitation
- Small 737 1,530 2,775 3,282 3,394 3,505 3,615 3,679 3,692 3,747 3,775
- Medium 427 887 1,609 1,903 1,968 2,032 2,096 2,133 2,140 2,173 2,189
- Large 289 601 1,089 1,289 1,333 1,376 1,420 1,445 1,450 1,471 1,482
Haemodialysis
- Haemodialysis 304 632 1,146 1,356 1,402 1,448 1,494 1,520 1,525 1,548 1,559
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Obgyn 800 1,660 3,010 3,561 3,682 3,802 3,922 3,992 4,005 4,066 4,095
Pediatric 449 932 1,690 1,999 2,067 2,135 2,202 2,241 2,248 2,283 2,299
Internal 187 388 704 833 861 889 918 934 937 951 958
Surgery 249 518 939 1,111 1,148 1,186 1,223 1,245 1,249 1,268 1,277
Dental 2 4 7 8 9 9 9 9 9 10 10
GP 3 6 12 14 14 15 15 16 16 16 16
ER 79 165 299 353 365 377 389 396 397 403 406
Other 1,347 2,797 5,073 6,002 6,205 6,408 6,610 6,727 6,750 6,852 6,902
Total 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
Ward Room
- VVIP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- VIP 108 212 388 464 480 492 508 516 516 528 532
- Class 1 756 1,580 2,864 3,400 3,508 3,620 3,744 3,804 3,812 3,872 3,908
- Class 2 688 1,436 2,608 3,084 3,192 3,292 3,400 3,460 3,472 3,524 3,552
- Class 3 1,328 2,776 5,024 5,952 6,160 6,352 6,556 6,676 6,696 6,792 6,848
- Nursery 172 356 648 764 788 820 844 860 860 868 880
Other Room
- ICU 62 129 234 277 287 296 305 311 312 316 319
- NICU 20 41 75 89 92 95 98 100 100 102 102
- HCU 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
- Isolation 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
Procedures
- Non-surgery 2,139 4,441 8,055 9,529 9,852 10,175 10,496 10,681 10,717 10,879 10,959
- Surgery - small 187 388 704 833 861 889 917 934 937 951 958
- Surgery - medium 218 453 821 972 1,005 1,038 1,070 1,089 1,093 1,109 1,117
- Surgery - large 467 970 1,760 2,082 2,153 2,223 2,293 2,334 2,342 2,377 2,395
- Surgery - complex 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
Doctor visiting fee
- Visiting fee 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
Laboratory test
- Small 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
- Medium 2,182 4,528 8,214 9,717 10,047 10,375 10,703 10,891 10,928 11,094 11,175
- Large 935 1,941 3,520 4,165 4,306 4,447 4,587 4,668 4,684 4,754 4,789
Radiology test
- Small 602 1,250 2,267 2,682 2,773 2,864 2,954 3,007 3,017 3,062 3,085
- Medium 244 507 920 1,088 1,125 1,162 1,198 1,220 1,224 1,242 1,251
- Large 69 143 260 308 318 328 339 345 346 351 354
Medication - Ward
- Non-surgery 2,139 4,441 8,055 9,529 9,852 10,175 10,496 10,681 10,717 10,879 10,959
- Surgery - small 187 388 704 833 861 889 917 934 937 951 958
- Surgery - medium 218 453 821 972 1,005 1,038 1,070 1,089 1,093 1,109 1,117
- Surgery - large 467 970 1,760 2,082 2,153 2,223 2,293 2,334 2,342 2,377 2,395
- Surgery - complex 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
Other
- Admission 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
- Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Inpatients
- Ward room 2,490 5,473 10,512 13,170 14,419 15,768 17,224 18,561 19,721 21,200 22,613
- Nursery 22 48 93 116 127 140 152 164 174 187 200
- Intensive care 284 675 1,255 1,608 1,719 1,899 2,095 2,250 2,382 2,523 2,695
- Isolation & Others 93 213 397 507 547 602 662 713 755 799 860
- Procedures 5,962 13,119 25,224 31,631 34,666 37,948 41,494 44,758 47,605 51,226 54,695
- Doctor visiting fee 1,259 2,768 5,316 6,659 7,291 7,973 8,710 9,385 9,972 10,720 11,435
- Laboratory test 2,041 4,492 8,636 10,829 11,868 12,992 14,206 15,324 16,298 17,538 18,725
- Radiology test 342 753 1,448 1,815 1,989 2,178 2,381 2,569 2,732 2,940 3,139
- Medication (Ward) 4,537 9,984 19,195 24,071 26,380 28,877 31,576 34,060 36,227 38,982 41,622
- Medication (Other) 388 894 1,673 2,141 2,306 2,542 2,799 3,022 3,204 3,396 3,651
- Other 935 2,057 3,955 4,960 5,436 5,950 6,507 7,018 7,465 8,033 8,577
Inpatient revenue 18,355 40,475 77,705 97,508 106,748 116,870 127,807 137,825 146,536 157,542 168,211
Outpatient revenue 11,398 25,079 48,219 60,467 66,268 72,541 79,321 85,561 91,004 97,924 104,556
Inpatient revenue 18,355 40,475 77,705 97,508 106,748 116,870 127,807 137,825 146,536 157,542 168,211
Revenue 29,753 65,554 125,924 157,976 173,016 189,411 207,129 223,386 237,540 255,466 272,767
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa perkiraan pendapatan pada tahun 1 adalah Rp
11,398 miliar. Besarnya pendapatan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya
jumlah pasien dan naiknya tarif untuk menyesuaikan inflasi. Sehingga pada tahun ke – 11
pendapatan RS Cinta Bunda mencapai Rp 272,767 miliar.
Secara singkat dapat didefinisikan, biaya adalah uang yang harus dikeluarkan
selama proses bisnis berlangsung. Dengan mengikuti praktik akunting standar, kami
membagi biaya untuk rumah sakit ini menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: biaya variabel dan biaya
tetap. Besarnya biaya variabel berubah – ubah sesuai dengan banyaknya penjualan
(layanan), sedangkan biaya tetap tidak bergantung terhadap banyaknya penjualan.
RS Bunda Sejahtera
Table 1a
Projection - Variable Cost
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Inpatients
- Ward room 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Nursery 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Intensive care 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Procedures 4,174 9,183 17,657 22,142 24,266 26,563 29,046 31,331 33,324 35,858 38,286
- Doctor visiting fee 1,259 2,768 5,316 6,659 7,291 7,973 8,710 9,385 9,972 10,720 11,435
- Laboratory test 817 1,797 3,454 4,332 4,747 5,197 5,682 6,129 6,519 7,015 7,490
- Radiology test 137 301 579 726 796 871 953 1,027 1,093 1,176 1,256
- Medication 3,176 6,988 13,437 16,850 18,466 20,214 22,104 23,842 25,359 27,287 29,135
- Medication (Other) 272 626 1,171 1,499 1,614 1,780 1,959 2,116 2,243 2,377 2,556
- Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Inpatient variable cost 9,834 21,663 41,614 52,208 57,180 62,598 68,454 73,831 78,510 84,433 90,158
Outpatient variable cost 7,202 15,847 30,469 38,208 41,874 45,838 50,122 54,065 57,503 61,876 66,067
Inpatient variable cost 9,834 21,663 41,614 52,208 57,180 62,598 68,454 73,831 78,510 84,433 90,158
Variable cost 17,036 37,510 72,082 90,416 99,054 108,436 118,575 127,896 136,013 146,310 156,224
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Proyeksi biaya dihitung dengan mengalikan besarnya asumsi biaya dengan asumsi
kenaikan biaya tetap seperti tabel diatas. Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Setelah mendapatkan besarnya total biaya tetap, apabila diperlukan kita juga dapat
memperkirakan biaya tetap pada area rawat jalan dan rawat inap dengan menggunakan
proporsi di masing – masing area. Kedua tabel selanjutnya akan memaparkan estimasi
besarnya biaya tetap berdasarkan area rawat jalan dan area rawat inap.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
- Diesel 44 46 49 52 55 58 62 66 70 74 78
- Electricity 582 617 654 693 735 779 826 875 928 983 1,042
- Food 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- House keeping 291 308 327 347 367 389 413 438 464 492 521
- Laundry (outsourced) 37 81 156 196 215 235 256 276 294 316 337
- Maintenance (building) 44 46 49 52 55 58 62 66 70 74 78
- Maintenance (fixtures) 68 72 76 81 86 91 96 102 108 115 122
- Maintenance (equipment) 313 313 313 313 313 313 705 705 705 705 705
- Marketing 30 66 126 158 173 189 207 223 238 255 273
- Medical gas 82 87 93 98 104 110 117 124 131 139 148
- Office supplies 364 386 409 433 459 487 516 547 580 615 651
- Office expense 509 540 572 607 643 681 722 766 812 860 912
- Others 243 257 272 289 306 325 344 365 387 410 434
- Professional services 7 16 31 39 43 47 52 56 59 64 68
- Staff 3,721 6,154 8,815 9,708 10,691 11,760 12,936 14,230 15,652 17,218 18,940
- Telephone, internet and cable T 116 123 131 139 147 156 165 175 186 197 208
- Transport 52 115 220 276 303 331 362 391 416 447 477
- Water 28 30 32 34 36 38 40 42 45 48 51
- Sewa Tanah 1,050 1,050 1,155 1,155 1,155 1,155 1,155 1,271 1,271 1,271 1,271
Total 7,639 10,367 13,540 14,728 15,944 17,262 19,118 20,798 22,495 24,362 26,397
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
- Diesel 102 108 114 121 129 136 144 153 162 172 182
- Electricity 1,358 1,439 1,526 1,617 1,714 1,817 1,926 2,042 2,164 2,294 2,432
- Food 811 1,782 3,423 4,288 4,695 5,135 5,608 6,043 6,421 6,903 7,363
- House keeping 679 720 763 809 857 909 963 1,021 1,082 1,147 1,216
- Laundry (outsourced) 334 733 1,408 1,764 1,932 2,113 2,307 2,486 2,642 2,840 3,029
- Maintenance (building) 102 108 114 121 129 136 144 153 162 172 182
- Maintenance (fixtures) 272 288 305 323 343 363 385 408 433 459 486
- Maintenance (equipment) 313 313 313 313 313 313 705 705 705 705 705
- Marketing 30 66 126 158 173 189 207 223 238 255 273
- Medical gas 15 15 16 17 18 19 21 22 23 25 26
- Office supplies 364 386 409 433 459 487 516 547 580 615 651
- Office expense 509 540 572 607 643 681 722 766 812 860 912
- Others 243 257 272 289 306 325 344 365 387 410 434
- Professional services 7 16 31 39 43 47 52 56 59 64 68
- Staff 6,910 11,429 16,371 18,029 19,854 21,840 24,024 26,426 29,069 31,976 35,173
- Telephone, internet and cable T 272 288 305 323 343 363 385 408 433 459 486
- Transport 52 115 220 276 303 331 362 391 416 447 477
- Water 66 70 74 78 83 88 93 99 105 111 118
- Sewa Tanah 1,050 1,050 1,155 1,155 1,155 1,155 1,155 1,271 1,271 1,271 1,271
Total 12,573 18,809 26,502 29,745 32,474 35,431 39,103 42,507 46,085 50,106 54,408
Jumlah total biaya variabel dan biaya tetap merupakan keseluruhan biaya
operasional yang harus dikeluarkan rumah sakit. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
rangkuman berikut ini.
RS Bunda Sejahtera
Table 6a
Projection - Total Cost
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Variable cost 17,036 37,510 72,082 90,416 99,054 108,436 118,575 127,896 136,013 146,310 156,224
Fixed cost 21,263 30,226 41,197 45,628 49,574 53,848 59,376 64,575 69,850 75,739 82,076
Total expense 38,299 67,736 113,279 136,044 148,627 162,284 177,952 192,471 205,863 222,048 238,300
Annual increase of expense 76.9% 67.2% 20.1% 9.2% 9.2% 9.7% 8.2% 7.0% 7.9% 7.3%
Pada baris kelima di tabel diatas, dapat kita lihat besarnya biaya diproyeksikan meningkat
dari Rp 38,299 miliar pada tahun pertama dan mencapai Rp 238,300 miliar pada akhir tahun
ke – 11.
Pada baris terakhir tabel, ditunjukkan besarnya kenaikan biaya setiap tahunnya. Total biaya
diperkirakan meningkat cukup tinggi di tahun-tahun awal sesuai dengna pertambahan
jumlah pasien.
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)
Taxable Income
Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Taxable income -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Tax 25% 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824
Interest and Tax 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824
Dengan mengurangi pendapatan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah
sakit dapat diperoleh EBITDA (earning before interest tax depreciation and amortization).
Dapat kita lihat bahwa selama masa proyeksi RS Cinta Bunda menunjukkan hasil yang
positif. Hal ini menunjukkan bahwa RS Cinta Bunda diharapkan dapat mandiri secara
operasional sejak tahun pertama.
Year 0 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3
Quarter 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Period Assumption 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pada tabel diatas terdapat 2 kali pembelian peralatan, yaitu pada tahap awal dengan
nilai mencapai 45,43 milliar dan tahap penambahan kapasitas rawat inap. Sebagaimana
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, peralatan akan habis nilainya dalam periode 10
tahun.
Besarnya nilai depresiasi peralatan inilah yang menjadi total biaya depresiasi rumah
sakit sebagaimana dipaparkan pada tabel proyeksi laba – rugi.
Amortisasi adalah penyusutan nilai bangunan yang dihitung dari biaya konstruksi
rumah sakit. Total biaya bangunan menghabiskan Rp 53.350 miliar. Sebagaimana standard
yang umum digunakan, bangunan rumah sakit diamortisasi selama periode 20 tahun.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Income before tax -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296 24,345
Taxable Income
Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
OB - LCF 0 0 -15,533 -19,045 -4,101 0 0 0 0 0 0
Lost from previous 0 -15,533 -9,169 0 0 0 0 0 0 0 0
Income before tax 0 0 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296 24,345
CB - LCF 0 -15,533 -19,045 -4,101 0 0 0 0 0 0 0
Taxable income 0 0 0 0 13,300 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296 24,345
Semua bisnis yang menghasilkan laba perlu membayar pajak. Kami mengambil
asumsi keseluruhan pajak yang harus dibayarkan rumah sakit sebesar 25% selama holding
period. Rumah sakit sendiri baru menghasilkan laba mulai tahun ke – 2 sampai periode
kepemilikan berakhir, sebelumnya pendapatan kena pajaknya tidak ada (Rp 0). Akibatnya
pengeluaran rumah sakit untuk pajak baru ada mulai tahun ke – 2, sebelumnya dapat
dikatakan tidak ada. Dengan adanya beban pada tahun ke – 1 pada perhitungan beban
tersebut dapat digunakan untuk mengurangi kewajiban pajak pada tahun berikutnya
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
sehingga RS Cinta Bunda mulai memiliki penghasilan yang akan dipotong pajak mulai tahun
ke – 2.
Dari rangkaian perhitungan sebelumnya, kita dapat memperoleh NPAT (net profit
after tax) dengan mengurangi EBIT dengan pajak dan bunga pinjaman (bila ada).
Sebagaimana ditunjukkan pada tabel laba – rugi, NPAT yang dihasilkan akan bernilai
negatif pada tahun ke – 1, dan selanjutnya positif hingga akhir holding period; melihat
kondisi tersebut, break – even (BE) terjadi pada tahun 2. Ini merupakan hasil yang sangat
baik untuk bisnis rumah sakit.
Selain melihat besarnya nilai laba, sangat penting juga untuk memahami margin
laba. Margin laba adalah proporsi pendapatan yang diterima setelah dikurangi berbagai
biaya yang harus dibayarkan. Ada 3 (tiga) jenis margin laba yang akan kami kaji lebih lanjut,
yaitu:
Gross profit margin – pendapatan dikurangi cost of goods sold dibagi dengan pendapatan.
Operating profit margin – EBIT dibagi dengan pendapatan.
Net profit margin – NPAT dibagi dengan pendapatan
Tabel 48. Analisis Laba (Rp 000,000)
RS Bunda Sejahtera
Section I - Table 6
Profit Analysis
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp mil) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)
Hospital
Revenue 29,753 65,554 125,924 157,976 173,016 189,411 207,129 223,386 237,540 255,466
Cost of Goods Sold 17,036 37,510 72,082 90,416 99,054 108,436 118,575 127,896 136,013 146,310
Gross Profit 12,716 28,044 53,841 67,560 73,962 80,975 88,553 95,490 101,527 109,156
Gross Profit Margin 42.7% 42.8% 42.8% 42.8% 42.7% 42.8% 42.8% 42.7% 42.7% 42.7%
Gross Profit 12,716 28,044 53,841 67,560 73,962 80,975 88,553 95,490 101,527 109,156
Fixed Expense 21,263 30,226 41,197 45,628 49,574 53,848 59,376 64,575 69,850 75,739
EBITDA -8,546 -2,182 12,644 21,932 24,388 27,127 29,177 30,915 31,677 33,418
EBITDA Margin -28.7% -3.3% 10.0% 13.9% 14.1% 14.3% 14.1% 13.8% 13.3% 13.1%
EBITDA -8,546 -2,182 12,644 21,932 24,388 27,127 29,177 30,915 31,677 33,418
Depreciation 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 7,307 7,307 7,307 7,307
Amortization 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814
Operating Profit -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Operating Profit Margin -52.2% -14.0% 4.5% 9.5% 10.1% 10.6% 9.2% 9.3% 9.1% 9.1%
Operating Profit -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tax 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824
Net Profit -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472
Net Profit Margin -52.2% -14.0% 4.5% 9.5% 8.1% 8.0% 6.9% 7.0% 6.8% 6.8%
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)
Net profit after tax -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472
+ Depreciation 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 7,307 7,307 7,307 7,307
+ Amortization 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814
+ Working capital 0
= Cash flow from operations 0 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 24,413 25,717 26,288 27,594
- Building 56,290 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Equipment purchase 25,036 0 0 0 0 0 0 43,844 0 0 0
- Land 4,500
+ Reversion value 189,204
= Free cash flow to firm -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798
+ Borrowing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Loan principal repayment 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Free cash flow to equity -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798
Kombinasi dari CFFO dan cash flow of capital adalah FCFE (free cash flow to
equity). FCFE adalah nilai kas yang diterima oleh rumah sakit setiap tahunnya dikurangi
dengan pinjaman. Pada baris ke – 15 tabel, menunjukkan bahwa FCFE sama dengan FCFF
karena pada perhitungan ini kami asumsikan modal sepenuhnya tidak melibatkan pinjaman.
Pada tahun 10, FCFE diproyeksikan akan mencapai Rp 26,288 miliar, sangat besar
dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan akibat adanya nilai
hipotesis penjualan seluruh aset rumah sakit pada akhir holding period. Penjelasan
mengenai nilai penjualan reversi akan dibahas pada sub bab berikut ini.
1
DF (1 DR)t
Keterangan:
DF = discount factor
DR = discount rate
t = periode waktu
Tabel selanjutnya memaparkan hasil analisis pengembalian yang menunjukkan PBP,
NPV, dan juga IRR. Hasil perhitungan faktor diskonto ini juga dapat dilihat pada baris 10
tabel tersebut.
Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)
Break-even Analysis
NPAT -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472
Break-even occurs Year 3
Payback Period
Accumulated FCFF -85,825 -94,372 -96,554 -83,910 -61,978 -40,915 -18,823 -38,253 -12,536 13,752 230,550
Pay Back Period < 9 years
Free cash flow to equity -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798
IRR - FCFE 16.2%
FCFF tahunan ditunjukkan kembali pada baris 11, dan FCFF ter-diskonto ditunjukkan
pada baris 12. Jumlah dari FCFF ter-diskonto merupakan nilai NPV. Pada perhitungan
diatas, dapat dilihat bahwa NPV untuk rumah sakit ini bernilai Rp 63,866 miliar. Nilai NPV
yang positif menunjukkan bahwa present value dari arus kas masuk pada masa yang akan
datang (future cash inflow) lebih besar daripada arus kas keluar (cash outflow). Sehingga,
rencana pembangunan rumah sakit ini menguntungkan untuk dilanjutkan bila dilihat dari
perspektif NPV.
Analisis pengembalian yang terakhir adalah internal rate of return (IRR). IRR
adalah besarnya tingkat bunga yang diperlukan untuk membuat nilai NPV menjadi 0.
Sebuah proyek dapat dikatakan layak apabila nilai IRR ini lebih besar dari tingkat diskonto-
nya. Dalam kasus ini, nilai IRR yang dihasilkan adalah 16.2 %, sehingga tergolong
memadai. Hal ini terjadi karena arus kas akumulatif yang dihasilkan positif pada periode
perhitungan. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan tingkat pengembaliannya bagus, dan
rencana pembangunan RS Cinta Bunda ini juga baik untuk diteruskan dilihat dari perspektif
IRR.
Secara keseluruhan dapat dikatakan investasi rencana pendirian RS Cinta Bunda ini
dapat diteruskan dan sangat kami anjurkan untuk segera direalisasikan mengingat hasil
penilaian kelayakan menunjukkan kesimpulan “Sangat Layak”. Paragraf berikut
menjabarkan masing-masing faktor dari 7 variabel yang kami gunakan dalam menilai
kelayakan investasi ini.
Untuk dapat menilai kelayakan investasi dari aspek finansial, kami telah menyusun
proyeksi arus kas dan rugi laba. Faktor finansial yang kami nilai bisasanya berdasar pada
net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period. Nilai yang
dianggap baik untuk ketiga variable tersebut, untuk NPV harus bernilai positif, untuk IRR >
Pengertian
Hospital bylaws atau peraturan internal rumah sakit adalah acuan dalam
menyelengarakan rumah sakit. Peraturan ini mengatur pemilik, pengelola dan staf medik
untuk mengetahui kejelasan peran dan fungsi mereka sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
Fungsi hospital bylaws sendiri menurut Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
yang diterbitlah oleh Depkes adalah :
Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasa rumah
sakitnya
Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan
menyusun kebijakan yang bersifat teknik operasional
Sarana untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan mutu
Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.
Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik antara
pemilik, direktur rumah sakit dan staf medis.
Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit
Perlu diketahui bahwa peraturan internal rumah sakit bukan merupakan kumpulan
peraturan teknis administrative ataupun klinis sebuah rumah sakit. Maka, prinsip hospital
bylaws berbeda dengan rule and regulation dalam banyak hal; antara lain dalam hal materi
otoritas yang punya kewenangan mengesahkannya. Jika materi hospital bylaws masih berisi
prinsip-prinsip yang bersifat umum maka rule and regulation sudah mulai memuat hal-hal
yang lebih bersifat spesifik bagi kebutuhan implementasi dari prinsip-prinsip umum yang
tercantum dalam hospital bylaws. Ibarat hospital bylawsitu sebuah undang-undang maka
rule and regulation merupakan peraturan pelaksanaannya agar undang-undang (yang masih
bersifat abstrak, umum dan pasif) menjadi lebih operasional guna menyelesaikan berbagai
tugas dan permasalahan nyata di rumah sakit.
Bila hospital bylaws harus disahkan oleh governing board atau badan yang setara
dengannya (sebagai pemegang otoritas tertinggi yang mewakili pemilik) maka rule and
regulation cukup oleh eksekutif (yaitu komponen rumah sakit yang bertanggungjawab
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit, merupakan institusi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Hal ini
dikarenakan kondisi sumber daya manusia yang multi disiplin dan terikat kepada berbagai
standar baik standar profesi maupun standar pelayanan, padat tehnologi dan biaya yang
tinggi. Kondisi ini membutuhkan pengelolaan yang baik dari aspek organisasi/manajemen
maupun dari aspek sumber daya manusia sebagai pelaku utama dalam penyelenggaraan
pelayanan rumah sakit.
Untuk dapat mewujudkan mutu layanan rumah sakit sebagaimana diharapkan oleh
semua pihak maka perlu dibuat suatu aturan dasar tata kelola dalam bentuk ”Peraturan
Internal Rumah Sakit atau Hospital Bylaws”, yang didalamnya berisi Peraturan Internal
Korporasi (Corporate Bylaws) dan Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws).
Peraturan Internal Korporasi menjadi peta jalan (roadmap) bagi operasionalisasi
rumah sakit agar tercipta pola tatakelola yang baik sebagai sebuah institusi dan Peraturan
Internal Staf Medis menjadi kerangka kerja (framework) agar tercipta pola tatakelola klinik
yang baik, memastikan hanya staf medis yang kompeten dan berperilaku profesional yang
boleh melakukan pelayanan medis di rumah sakit dan seluruh staf medis pemberi
pelayanan dirumah sakit dapat melaksanakan fungsi profesionalnya dengan senantiasa
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien (patient safety).
Dengan adanya Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), diharapkan
penyelenggaraan rumah sakit dapat berjalan efektif, efisien, berkualitas, akuntabel dan
dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TUJUAN
0 Tujuan Umum:
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) bertujuan untuk mengatur batas
kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung jawab Pemilik melalui perwakilannya
yaitu Dewan Pengawas, Direksi selaku pengelola, Komite Medik dan Staf Medis
Fungsional sebagai pemberi pelayanan dirumah sakit.
1 Tujuan Khusus:
0.0 Adanya kepastian aturan dalam penyelenggaraan rumah sakit.
MANFAAT
Adapun manfaat dari Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), adalah:
0 Sebagai acuan Pemilik dalam melakukan pengawasan.
1 Sebagai acuan Direksi dalam mengelola dan menyusun kebijakan teknis
operasional.
2 Sebagai pedoman aspek hukum dalam pengaturan staf medis
fungsional.
Sebagai sarana menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
Sebagai sarana dalam perlindungan hukum.
Sebagai acuan penyelesaian konflik.
Sebagai persyaratan akreditasi rumah sakit dan persyaratan suatu
Badan Layanan Umum.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) ini, yang dimaksud dengan:
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) adalah aturan dasar penyelenggaraan
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda. terdiri dari peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf medis.
Peraturan Internal Korporasi (Corporate ByLaws) adalah aturan yang mengatur agar tata
kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan
hubungan antara pemilik atau yang mewakili pemilik, direksi dan komite medik di
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff ByLaws) adalah aturan tata kelola klinis
(clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis fungsional di Rumah
Sakit Umum Cinta Bunda
Rumah Sakit adalah Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit Umum Cinta Bunda
Dewan Pengawas adalah organ yang ditugaskan oleh pemilik untuk melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan dan pengurusan Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Direksi adalah pejabat pengelola Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Direktur Utama adalah jabatan struktural tertinggi di Rumah Sakit Umum Cinta Bunda yang
bertanggung jawab atas pengelolaan Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis fungsional di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis.
Sub Komite adalah kelompok kerja dari komite medik.
Staf Medis Fungsional (SMF) adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi
spesialis yang mempunyai penugasan klinis di Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Kelompok Staf Medis Fungsional (KSMF) adalah kumpulan staf medis fungsional dengan
keahlian sama atau serupa.
Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) adalah hak khusus seorang staf medis fungsional
untuk melakukan pelayanan medis tertentu di Rumah Sakit Umum Cinta
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Bunda untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment).
Penugasan Klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan Direktur Utama kepada
seorang staf medis fungsional untuk melakukan pelayanan medis di Rumah Sakit
Umum Cinta Bunda berdasarkan daftar kewenangan klinis (clinical privilege) yang telah
ditetapkan baginya.
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis fungsional untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis fungsional yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
Audit medis adalah upaya evaluasi profesional terhadap mutu pelayanan medis di rumah
sakit.
Kompetensi adalah kemampuan profesional yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill dan attitude) dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.
BAB II
IDENTITAS
Bagian Kesatu
Kedudukan Rumah Sakit
Pasal 2
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda yang disingkat RS Cinta Bunda adalah Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui pembinaan Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan.
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Cinta Bunda ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 244/MENKES/PER/III/2008 pada
tanggal 11 Maret 2008
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/391/2010 sebagai Rumah Sakit Pendidikan
dengan klasifikasi Kelas B
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Tempat kedudukan RSIA Cinta Bunda di Jalan Raya Puri Agung No 03 desa Kuta baru Kec.
Pasar Kemis - Tangerang.
Pemilik Rumah Sakit Umum Cinta Bunda Tangerang adalah Pemerintah Republik Indonesia
c.q. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Bagian Kedua
Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit
Pasal 3
V i s i: Menjadi Rumah Sakit Rujukan Kesehatan Anak dan Bunda di Asia Tenggara.
Pasal 4
M i s i:
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan mutakhir bagi
anak, remaja dan bunda melalui kerja sama tim dan sistem jejaring.
Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian dibidang kesehatan anak, remaja
dan bunda untuk kalangan internal dan institusi lain.
Pasal 5
Dalam menyelenggarakan kegiatannya Rumah Sakit Umum Cinta Bunda memiliki falsafah
sebagai organisasi yang melaksanakan fungsi sosial, profesional dan etis dengan
pengelolaan yang ekonomis sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.
Pasal 6
Tujuan Rumah Sakit:
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan mutakhir dibidang
kesehatan anak, remaja dan bunda melalui kerja sama tim dan sistem jejaring.
Terselenggaranya pendidikan, pelatihan dan penelitian yang terintegrasi dengan aktifitas
pelayanan.
Bagian Ketiga
Nilai, Motto dan Logo Rumah Sakit
Pasal 7
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Nilai dasar pelayanan RS. adalah: ”mengutamakan pelayanan yang ramah, cepat, tepat,
dan siap berkinerja TERBAIK”.
Pasal 8
Motto pelayanan RS. adalah: ”Kesehatan Anda komitmen Kami”.
Pasal 9
Logo RS.: .
BAB III
DEWAN PENGAWAS
Bagian Kesatu
Kedudukan dan Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 10
Dewan Pengawas ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
Dewan Pengawas merupakan unit non struktural yang bersifat independent dan
bertanggung jawab langsung kepada pemilik rumah sakit.
Pasal 11
Jumlah anggota Dewan Pengawas adalah 5 (lima) orang terdiri dari 1 (satu) orang ketua
dan 4 (empat) orang anggota.
Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur:
0 pejabat Kementerian Kesehatan;
1 pejabat Kementerian Keuangan;
2 tenaga ahli atau tokoh masyarakat yang sesuai dengan
kegiatan RS Cinta Bunda
Persyaratan Dewan Pengawas adalah orang-perseorangan yang:
0 berkewarganegaraan Indonesia;
1 memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan rumah
Pasal 12
Masa bakti Dewan Pengawas selama 5 (lima) tahun.
Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa baktinya, apabila:
0 tidak melaksanakan tugasnya dengan baik; atau
1 tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan; atau
2 terlibat dalam tindakan yang merugikan RS Cinta Bunda; atau
3 dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan
dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan
RS Cinta Bunda; atau
4 berhalangan tetap.
Bagian Kedua
Tugas dan Kewajiban Dewan Pengawas
Pasal 13
(1) Dewan Pengawas mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap
pengurusan/pengelolaan rumah sakit yang dilakukan oleh Direksi yang meliputi
pelaksanaan rencana strategis, rencana bisnis dan anggaran, dan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan.
Dewan Pengawas mempunyai kewajiban:
0 memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan
mengenai rencana strategis dan rencana bisnis dan anggaran yang diusulkan oleh
Direksi;
1 melaporkan kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan apabila terjadi gejala
menurunnya kinerja rumah sakit;
2 mengikuti perkembangan kegiatan rumah sakit, memberikan pendapat dan saran
mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan/ pengelolaan
rumah sakit;
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
d. memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan/ pengelolaan
rumah sakit; dan
e. memberikan masukan, saran atau tanggapan atas laporan keuangan dan laporan
kinerja rumah sakit kepada Direksi.
Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu
semester dan sewaktu-sewaktu apabila diperlukan.
Dalam tugasnya Dewan Pengawas tidak boleh mencampuri dan atau bertindak langsung
secara operasional.
Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada anggaran rumah sakit.
Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang:
meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur
Utama mengenai segala persoalan yang menyangkut pengurusan/ pengelolaan rumah
sakit;
meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur Utama untuk
menghadiri rapat Dewan Pengawas; dan
melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas
sepengetahuan Direktur Utama untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan
rumah sakit.
Pasal 15
Untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas, diangkat seorang Sekretaris Dewan
Pengawas dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat bertindak
sebagai Dewan Pengawas.
Sekretaris Dewan Pengawas mempunyai tugas :
0 bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesekretariatan Dewan Pengawas;
1 mengatur dan menyiapkan rapat Dewan Pengawas;
2 membuat notulen rapat;
3 menyebarkan risalah rapat;
4 menyiapkan bahan laporan kegiatan Dewan Pengawas; dan
5 menyebarkan risalah dan informasi-informasi lainnya kepada Dewan Pengawas
dan Direksi.
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Masa jabatan Sekretaris Dewan Pengawas dapat mengikuti masa jabatan Dewan
Pengawas.
Bagian Ketiga
Rapat Dewan Pengawas
Pasal 16
Rapat Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
membahas hal-hal yang berhubungan dengan rumah sakit sesuai tugas dan
kewajibannya.
Rapat Dewan Pengawas terdiri dari rapat rutin, rapat tahunan dan rapat khusus.
Peserta rapat Dewan Pengawas selain anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas dan Direksi, dapat juga dihadiri oleh pihak lain yang ditentukan oleh Dewan
Pengawas apabila diperlukan.
Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas harus diupayakan melalui musyawarah
dan mufakat.
Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Setiap rapat Dewan Pengawas dibuat risalah rapat.
Pengaturan rapat Dewan Pengawas ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengawas.
Pasal 17
Rapat rutin Dewan Pengawas dilaksanakan paling sedikit 10 (sepuluh kali) dalam setahun.
Rapat rutin Dewan Pengawas merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, mencari
klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di rumah sakit.
Pasal 18
Rapat tahunan Dewan Pengawas dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
Rapat tahunan Dewan Pengawas bertujuan untuk memberikan arah kebijakan tahunan
operasional rumah sakit mencakup pengelolaan pelayanan medik, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana serta pengelolaan keuangan.
Pasal 19
BAB IV
DIREKSI
Bagian Kesatu
Kedudukan Direksi
Pasal 20
Pengelolaan, pengurusan dan pelaksanaan kegiatan rumah sakit secara keseluruhan
dilakukan oleh Direksi.
Direksi bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan RI melalui Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan.
Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi ditentukan oleh Menteri
Kesehatan RI dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Organisasi
dan Tata Laksana Rumah Sakit.
Penilaian kinerja Direksi dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi
Pasal 21
Pasal 22
Direksi berjumlah 5 (Lima) orang, terdiri dari 1 (satu) Direktur Utama dan 4 (empat) Direktur.
Susunan Direksi RS Cinta Bunda adalah:
0 Direktur Utama.
1 Direktur Medik dan Keperawatan.
2 Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan.
3 Direktur Keuangan.
4 Direktur Umum dan Operasional.
Yang dapat diangkat menjadi Direksi adalah orang-perorangan:
0 Pegawai Negeri Sipil;
1 memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang
perumahsakitan;
2 berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan kinerja guna
kemajuan rumah sakit;
3 mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit;
4 tidak terlibat dan atau sedang dalam proses penyidikan tindak pidana;
5 berkewarganegaraan Indonesia.
Pasal 23
Apabila salah satu atau beberapa Anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan
pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum memangku
jabatan, maka kekosongan jabatan tersebut dipangku oleh Anggota Direksi Iainnya
yang ditunjuk sementara oleh Direktur Utama dan dilaporkan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Apabilasemua Anggota Direksi berhalangan tetap melakukan pekerjaannya atau jabatan
Direksi terluang seluruhnya dan belum
diangkat, maka sementara pengelolaan rumah sakit dijalankan oleh pejabat yang
ditunjuk sementara oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Pasal 24
(1) Direksi mempunyai tugas pokok memimpin dan mengelola pengurusan dan
pelaksanaan kegiatan rumah sakit sesuai dengan visi, misi dan tujuan rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direksi
menyelenggarakan fungsi merumuskan kebijakan operasional, perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
di bidang pelayanan medik dan keperawatan, sumber daya manusia dan pendidikan,
Keuangan, serta umum dan operasional.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Direksi mempunyai wewenang dan
tanggung jawab:
0 menyusun dan menetapkan kebijakan operasional rumah sakit meliputi bidang
pelayanan medik dan keperawatan, sumber daya manusia dan pendidikan,
Keuangan, serta umum dan operasional.
1 melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola rumah sakit
sebagaimana yang telah digariskan oleh pemilik/Menteri Kesehatan;
2 menyusun rencana strategis dan rencana bisnis anggaran rumah sakit;
3 menyusun dan menetapkan organisasi dan tata laksana setiap satuan kerja
dilingkungan rumah sakit lengkap dengan susunan jabatan, rincian tugas dan tata
hubungan kerja;
4 mewakili rumah sakit, baik di dalam maupun di luar pengadilan;
5 mengadakan,mengangkat, menempatkan, menugaskan, memberhentikan atau
mengusulkan pemberhentian pegawai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
6 membuat hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
7 mengelola seluruh kekayaan rumah sakit, berupa sarana prasarana dan peralatan
serta sumber daya lainnya;
8 mengawasi pembukuan serta administrasi rumah sakit sesuai dengan peraturan
dan kelaziman yang berlaku bagi rumah sakit;
9 melaksanakan audit kinerja dan membuat laporan berkala dan tahunan tentang
kinerja rumah sakit; dan
10 Anggota Direksi berwenang bertindak atas nama Direksi untuk masing-masing
bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Dalam menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf e, Direksi dapat melaksanakan sendiri atau menyerahkan kekuasaan
kepada:
0 seorang atau beberapa orang Anggota Direksi; atau
1 seorang atau beberapa orang pejabat rumah sakit, baik secara
sendiri maupun bersama-sama; atau
2 orang atau badan lain, yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.
Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya Direksi membuat pedoman, SOP
dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Pasal 25
Direktur Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan RI
melalui Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Direktur Utama mempunyai tugas pokok memimpin pengelolaan, pengurusan dan
pelaksanaan kegiatan rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Utama
mempunyai fungsi menetapkan kebijakan dalam seluruh aspek penyelenggaraan
rumah sakit.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktur Utama dibantu
oleh Direktur-Direktur.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Direktur Utama mempunyai wewenang dan
tanggung jawab:
0 menetapkan susunan organisasi dan tata laksana setiap satuan kerja di RS Cinta
Bunda.setelah susunan jabatan dan rincian tugas ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan RI;
1 menetapkan visi, misi, rencana strategis, rencana bisnis dan anggaran;
2 menetapkan kebijakan pelayanan medik dan keperawatan, sumber daya manusia
dan pendidikan, Keuangan serta umum dan operasional rumah sakit sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
3 menetapkan pengadaan, pengangkatan, penempatan, penugasan,
pemberhentian atau usulan pemberhentian pegawai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4 menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 26
Direktur Medik dan Keperawatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama.
Direktur Medik dan Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Direktur Medik dan
Keperawatan menyelenggarakan fungsi:
0 penyusunan rencana sistem pelayanan medis, keperawatan, penunjang dan rekam
medik;
1 koordinasi pelaksanaan pelayanan medis, keperawatan, utilisasi peralatan
medis dan keperawatan, penunjang dan rekam medik;
2 pengendalian, pengawasan dan evaluasi mutu pelayanan medis,
keperawatan, penunjang dan rekam medik secara berkesinambungan.
Pasal 27
Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Utama.
Pasal 28
Direktur Keuangan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Direktur Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan keuangan rumah sakit yang
meliputi penyusunan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana
serta akuntansi dan verifikasi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Direktur Keuangan
menyelenggarakan fungsi:
0 penyusunan rencana kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana, penyusunan
dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan verifikasi;
b. koordinasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana,
penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan verifikasi;
pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan
mobilisasi dana, penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan
verifikasi.
Pasal 29
Direktur Umum dan operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama.
Direktur Umum dan operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan layanan
umum, perencanaan dan pemasaran.
Dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ayat (1) Direktur Umum dan Operasional
menyelengarakan fungsi:
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
a. penyusunan rencana kegiatan ketatausahaan rumah sakit, rumah tangga,
perlengkapan, perencanaan dan evaluasi serta pemasaran rumah sakit.
b. pelaksanaan kegiatan ketatausahaan rumah sakit, rumah tangga, perlengkapan,
perencanaan dan evaluasi serta pemasaran rumah sakit.
pengendalian dan evaluasi kegiatan ketatausahaan rumah sakit, rumah tangga,
perlengkapan, perencanaan dan evaluasi serta pemasaran rumah sakit.
Bagian Keempat
Rapat Direksi
Pasal 30
Rapat direksi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Direksi untuk membahas hal-hal yang
berhubungan dengan pengelolaan, pengurusan dan pelaksanaan kegiatan rumah
sakit sesuai tugas dan kewajiban Direksi.
Rapat direksi terdiri dari rapat rutin, rapat tahunan dan rapat khusus.
Peserta rapat direksi adalah Anggota Direksi, apabila diperlukan dapat juga dihadiri oleh
Dewan Pengawas.
Pengambilan keputusan rapat direksi harus diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Setiap rapat direksi dibuat risalah rapat.
Pengaturan rapat direksi ditetapkan oleh Direktur Utama.
Pasal 31
Rapat rutin direksi dilaksanakan 1 (satu) minggu sekali.
Rapat rutin direksi membahas hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan rumah sakit
sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajiban masing-masing Anggota Direksi.
Pasal 32
Rapat tahunan direksi dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
Rapat tahunan direksi bertujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah
sakit mencakup pengelolaan pelayanan medik, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta pengelolaan keuangan.
Pasal 33
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Rapat khusus direksi dilaksanakan di luar jadwal rapat rutin maupun rapat tahunan, untuk
mengambil keputusan, menetapkan kebijakan terhadap hal-hal yang dianggap khusus.
Dalam rapat khusus direksi hanya membahas masalah yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi tertentu yang memerlukan kebijakan khusus direksi.
Apabila dipandang perlu Direksi dapat mengundang Dewan Pengawas untuk hadir dalam
rapat khusus direksi.
Undangan rapat khusus direksi harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.
BAB V
KOMITE DAN SATUAN
Bagian Kesatu
Pembentukan Komite dan Satuan
Pasal 34
Komite dan Satuan adalah organisasi non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi.
Pembentukan Komite dan Satuan bertujuan untuk memberikan pertimbangan strategis
kepada Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan
rumah sakit.
Pembentukan, perubahan dan penambahan Komite dan Satuan ditetapkan oleh Direktur
Utama setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Komite dan Satuan di RS Cinta Bunda adalah:
0 Komite Medik;
1 Komite Hukum;
2 Komite Mutu;
3 Satuan Pemeriksaan Intern.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian Komite dan Satuan
Pasal 35
Komite dan Satuan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.
130 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Masa jabatan Komite dan Satuan adalah selama tiga 3 (tiga) tahun.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite dan Satuan bertanggung jawab
kepada Direktur Utama dengan berkoordinasi kepada direktorat terkait.
Komite dan Satuan dapat diberhentikan pada masa jabatannya apabila:
0 tidak menunjukan kinerja yang baik; atau
1 tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
atau
2 terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit; atau
3 dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana yang
berkaitan dengan kegiatan rumah sakit; atau
4 adanya kebijakan dari Direktur Utama.
Bagian Ketiga
Komite Medik
Pasal 36
Komite Medik beranggotakan para profesional medis.
Komite Medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam
hal menyusun standar pelayanan medis, pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan medis, kewenangan klinis staf medis fungsional, program pelayanan,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Medik diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis
(Medical Staff Bylaws).
Bagian Keempat
Komite Hukum
Pasal 37
Komite Hukum beranggotakan para sarjana hukum.
Komite Hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direksi dalam hal
menyusun, merumuskan medikolegal yang terkait dengan hospital bylaws dan medical
staff bylaws serta konsultasi dan bantuan hukum bagi seluruh pegawai, sosialisasi
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan rumah sakit.
Tata Kerja dan mekanisme Komite Hukum ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Kelima
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Komite Mutu
Pasal 38
Komite Mutu mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam
hal pengendalian mutu, pengendalian infeksi rumah sakit, kesehatan dan keselamatan
kerja serta keselamatan pasien rumah sakit.
Tata Kerja dan mekanisme Komite Mutu ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Keenam
Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)
Pasal 39
Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) mempunyai tugas membantu Direksi dalam bidang
pengawasan pengelolaan sumber daya dan melaksanakan pemeriksaan intern di
rumah sakit.
Tata Kerja dan mekanisme Satuan Pemeriksaan Intern ( SPI ) ditetapkan oleh Direktur
Utama.
BAB VI
TATA KELOLA RUMAH SAKIT
Pasal 40
Kebijakan, pedoman dan standar prosedur operasional ditetapkan oleh Direktur Utama.
Masing-masing direktorat wajib mengusulkan kebijakan dan pedoman yang terkait dengan
bidang tugasnya untuk ditetapkan oleh Direktur Utama.
Masing-masing unit kerja wajib membuat standar prosedur operasional dan peraturan
pelaksanaan lainnya dengan matrik keterkaitan yang jelas antar pelayanan utama dan
pendukung pelayanan lainnya untuk ditetapkan oleh Ditrektur Utama.
Kebijakan, pedoman dan standar prosedur operasional tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini .
Untuk menangani pengelolaan kegiatan tertentu, Direktur Utama dapat membentuk panitia
atau kelompok kerja.
Dalam pelaksanaan tugas, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik dilingkungannya maupun dengan instansi lain sesuai bidang tugas masing-
masing.
BAB VII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Bagian Kesatu
Kelompok Staf Medis Fungsional (KSMF)
Pasal 41
Pengorganisasian staf medis fungsional di RS Cinta Bunda disebut Kelompok Staf Medis
Fungsional (KSMF).
KSMF dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Utama.
KSMF berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan.
KSMF merupakan kelompok yang mengkoordinasikan pelayanan profesi medik.
Pasal 42
Tujuan pengorganisasian staf medis fungsional adalah agar staf medis fungsional di rumah
sakit dapat fokus terhadap kebutuhan pasien, sehingga menghasilkan pelayanan medis
yang berkualitas, efisien dan bertanggung jawab.
Pasal 43
Pengelompokan staf medis fungsional kedalam KSMF adalah berdasarkan keahlian atau
spesialisasinya.
KSMF RS Cinta Bunda terdiri dari:
0 KSMF Anak
1 KSMF Obstetri dan Ginekologi
2 KSMF Bedah
3 KSMF Spesialis Lain
4 KSMF Umum
5 KSMF Gigi dan Mulut
KSMF Anak merupakan kelompok dokter spesialis anak.
KSMF Obstetri dan Ginekologi merupakan kelompok dokter spesialis obstetri dan
134 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
ginekologi.
KSMF Bedah merupakan kelompok dokter spesialis bedah, dokter spesialis anestesi, dokter
spesialis mata dan dokter spesialis THT.
KSMF Spesialis Lain merupakan kelompok dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis radiologi, dokter spesialis patologi klinik,
dokter spesialis patologi anatomi, dokter spesialis mikrobiologi klinik, dokter spesialis
rehabilitasi medik, dokter spesialis genetika klinik, dokter spesialis gizi klinik dan dokter
spesialis yang belum termasuk dalam KSMF Anak, KSMF Obstetri dan Gynaecologi,
dan KSMF Bedah.
KSMF Umum merupakan kelompok dokter umum.
KSMF Gigi dan Mulut merupakan kelompok dokter gigi dan dokter gigi spesialis.
Perubahan nama, penambahan dan pengurangan KSMF ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Kedua
Keanggotaan KSMF
Pasal 44
Seluruh staf medis fungsional baik bekerja purna waktu atau paruh waktu wajib menjadi
Anggota KSMF kecuali Dokter Konsultan dan Dokter Pengganti dari luar RS Cinta
Bunda serta Dokter Residen.
Setiap KSMF beranggotakan minimal 2 (dua) orang staf medis fungsional, dalam hal staf
medis fungsional dengan keahlian yang sama kurang dari 2 (dua) orang atau belum
ditetapkan sebagai KSMF tertentu, maka staf medis fungsional yang besangkutan
masuk dalam KSMF Spesialis Lain.
Pengangkatan staf medis fungsional kedalam KSMF ditetapkan oleh Direktur Utama dalam
penugasan klinis.
Pasal 45
Setiap KSMF dipimpin oleh seorang ketua yang ditetapkan oleh Direktur Utama.
Dalam menentukan Ketua KSMF, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari Anggota
Direksi dan Komite Medik.
Penetapan sebagai Ketua KSMF dengan surat keputusan Direktur Utama untuk masa bakti
selama 3 (tiga) tahun.
Bagian Ketiga
Tugas dan Wewenang Ketua KSMF
Pasal 46
Ketua KSMF mempunyai tugas:
0 Mengusulkan uraian tugas dan tata kerja Anggota KSMF untuk ditetapkan oleh
Direktur Medik dan Keperawatan;
1 Mengkoordinasikan semua kegiatan Anggota KSMF dalam hal:
1.0 pengusulan prosedur pelayanan yang berhubungan dengan administrasi
pelayanan medis yang meliputi pengaturan tugas pelayanan, tugas jaga,
visite/ronde, pertemuan klinis, presentasi kasus, prosedur konsultasi dan
prosedur lainnya untuk ditetapkan Direktur Medik dan Keperawatan;
1.1 menyusun pedoman pelayanan medis dan standar prosedur kerja yang
berhubungan dengan bidang keilmuan/keprofesian, di bawah koordinasi Komite
Medik untuk ditetapkan Direktur Utama;
1.2 melakukan perbaikan pedoman pelayanan medis dan dokumen terkait yang
perlu disempurnakan agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang;
1.3 membuat usulan program peningkatan keilmuan dan ketrampilan semua
Anggota KSMF serta program peningkatan dan pengembangan pelayanan
kepada Direktur Medik dan Keperawatan.
1 Membantu Direktur Medik dan Keperawatan dalam membina Anggota KSMF,
dalam hal:
0.0 pemantauan penampilan kinerja praktik klinis, pemantauan indikator mutu
klinis, hasil evaluasi kinerja praktik klinis, pelaksanaan program pengembangan
pelayanan dan pengembangan Anggota KSMF berdasarkan data yang
komprehensif;
0.1 pemberian laporan atas kegiatan sebagaimana tercantum pada butir 1)
disampaikan kepada Direktur Medik dan Keperawatan setelah melalui
pembahasan bersama Anggota KSMF.
Ketua KSMF berwenang:
Bagian Keempat
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota KSMF
Pasal 47
Pengangkatan dan pemberhentian Anggota KSMF ditetapkan dengan keputusan Direktur
Utama dengan mempertimbangkan rekomendasi Komite Medik.
Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota KSMF ditetapkan oleh Direktur
Utama.
Pasal 48
Pemberhentian staf medis fungsional sebagai Anggota KSMF berupa pemberhentian
sementara atau pemberhentian menetap .
Pemberhentian menetap apabila:
0 kondisi fisik dan atau mental SMF yang bersangkutan tidak mampu lagi secara
menetap melakukan tindakan medis, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh Tim Kesehatan yang berwenang; atau
1 melakukan pelanggaran hukum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap;
atau
c. melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh
MKEK/MKDKI dengan sanksi tidak dapat menjalankan profesi secara
tetap/selamanya; atau
2 berakhir masa perjanjian kerja dan tidak diperpanjang; atau
3 tidak disetujui untuk diangkat kembali sebagai anggota KSMF.
Pemberhentian sementara apabila:
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
a. kondisi fisik staf medis fungsional yang bersangkutan tidak mampu melakukan
tindakan medis lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun; atau
b. melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh
MKEK/MKDKI dengan sanksi tidak dapat menjalankan profesi sementara; atau
berulang-ulang melakukan pelanggaran disiplin profesi kedokteran atau peraturan lain
yang terkait; atau
dicabut kewenangan klinisnya; atau
ijin praktek di RS Cinta Bunda sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada; atau
tidak memenuhi standar kompetensi sesuai dengan profesinya; atau
staf medis purna waktu yang memasuki usia pensiun, yang dalam proses
pengangkatan kembali sebagai Anggota KSMF; atau
berakhir masa perjanjian kerja dan belum diperpanjang; atau
cuti diluar tanggungan negara sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pasal 49
Pengangkatan kembali staf medis fungsional sebagai Anggota KSMF diberlakukan bagi staf
medis fungsional yang selesai menjalani pemberhentian sementara.
Staf medis fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan:
0 surat permohonan dari yang bersangkutan atau rekomendasi tertulis dari Ketua
KSMF terkait;
1 foto copi Surat Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia;
2 foto copi Surat Ijin Praktek;
3 surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;
4 surat pernyataan sanggup mematuhi dan melaksanakan etika profesi;
5 surat pernyataan sanggup mematuhi segala peraturan yang berlaku di lingkungan
RS Cinta Bunda
Bila diperlukan dapat diminta kajian dan rekomendasi dari Komite Medik untuk
pengangkatan kembali anggota KSMF;
Direktur Utama dalam waktu 30 hari kerja harus mengeluarkan keputusan persetujuan atau
penolakan.
Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban SMF
Pasal 50
Staf medis fungsional dalam menjalankan tugas profesi/praktik kedokteran di RS Cinta
Bunda bertanggung jawab profesi dan hukum secara mandiri.
Staf medis fungsional secara administratif manajerial bertanggung jawab kepada Direktur
Medik dan Keperawatan dan secara teknis profesi bertanggung jawab kepada Komite
Medik.
Hak dan kewajiban staf medis fungsional sebagai pegawai dan sebagai tenaga profesi di RS
Cinta Bunda sesuai ketentuan yang berlaku.
Bagian Kedua
Tugas SMF
Pasal 51
Tugas staf medis fungsional :
0 melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi prosedur diagnosis, pengobatan,
pencegahan dan pemulihan penyakit yang diderita pasien;
1 meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan / pelatihan
berkelanjutan;
2 menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan medis serta standar etika dan disiplin kedokteran yang sudah
ditetapkan;
3 menyusun, mengumpulkan, menganalisis dan membuat laporan pemantauan
indikator mutu klinis.
1 Fungsi staf medis fungsional secara perorangan adalah sebagai pelaksana pelayanan
medis, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang medis.
Pasal 52
Pembinaan dan pengawasan merupakan tindakan korektif terhadap staf medis fungsional
yang dilakukan oleh Direktur Utama berdasarkan rekomendasi Direktur Medik dan
Keperawatan atau Komite Medik.
Pembinaan dan pengawasan terhadap staf medis fungsional meliputi pembinaan dan
pengawasan kewenangan klinis, kendali mutu, disiplin profesi, etika profesi, kendali
biaya, disiplin pegawai dan motivasi kerja.
Pembinaan dan pengawasan kewenangan klinis, mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi
dilakukan oleh Komite Medik.
Pembinaan dan pengawasan mutu pelayanan, kendali biaya, disiplin pegawai dan motivasi
kerja dilakukan oleh Direktur Medik dan Keperawatan.
Pasal 53
Pembinaan dan pengawasan terkait kewenangan klinis dilakukan dengan investigasi.
Rekomendasi hasil investigasi sebagaimana ayat (1), berupa:
0 penjatuhan teguran tertulis atau/dan pembatasan kewenangan klinis selama-
lamanya 3 bulan untuk pelanggaran ringan;
1 pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 6 bulan untuk pelanggaran
sedang;
2 pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 1 (satu) tahun untuk pelanggaran
berat.
Pembinaan dan pengawasan terkait mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi dilakukan
dengan audit medis, yang diarahkan untuk:
0 meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh staf medis;
1 meningkatkan etika dan disiplin pelayanan oleh staf medis;
2 melindungi masyarakat atau pasien atas tindakan yang dilakukan oleh staf medis.
Tata cara pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap staf
medis fungsional ditetapkan oleh Direktur Utama.
Pasal 54
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan adalah staf medis fungsional yang bertanggung
jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien di rumah sakit.
Seluruh staf medis fungsional dapat menjadi DPJP sesuai tempat tugasnya
Pasal 55
DPJP terdiri dari DPJP pada pelayanan gawat darurat, DPJP pada pelayanan rawat jalan
dan DPJP pada pelayanan rawat inap.
DPJP pada pelayanan gawat darurat adalah staf medis fungsional yang bertugas pada
Instalasi Gawat Darurat dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
DPJP pada pelayanan rawat jalan adalah staf medis fungsional yang bertugas pada
pelayanan rawat jalan dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
DPJP pada pelayanan rawat inap adalah staf medis fungsional yang bertugas pada
pelayanan rawat inap dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
DPJP pada pelayanan rawat inap sudah harus ditentukan sebelum pasien masuk rawat
inap.
Dalam hal kondisi pasien memerlukan penanganan lebih lanjut di luar kompetensi DPJP,
pengaturannya dilakukan oleh Direktur Medik dan Keperawatan.
Ketentuan DPJP ditetapkan oleh Direktur Utama.
Pasal 56
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan mempunyai tugas:
0 melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, diagnose
penyakit, pemeriksaan penunjang, pemberian terapi, evaluasi keberhasilan terapi
dan mendokumentasikannya ke dalam rekam medik;
1 memberikan informasi dan masukan tentang perkembangan kondisi pasien
kepada pasien, keluarga pasien dan tim pelayanan;
2 memberikan edukasi kepada pasien;
3 bila diperlukan DPJP melakukan presentasi kasus medis yang ditanganinya di
hadapan Komite Medik;
4 membantu dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran dalam
pendidikan klinis di rumah sakit.
Bagian Kelima
Mitra Bestari
Pasal 57
Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis
termasuk evaluasi kewenangan klinis.
Mitra Bestari tidak terbatas dari staf medis yang ada di rumah sakit, tetapi dapat juga
berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi spesialis,
kolegium dokter/dokter gigi, kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan / atau
institusi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
Mitra Bestari dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk membantu Komite Medik
melakukan kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun penegakkan disiplin dan etika
profesi di rumah sakit.
Penetapan Mitra Bestari sebagai Panitia Adhoc sebagaimana ayat (3) ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama atas usulan Ketua Komite Medik.
BAB IX
KEWENANGAN KLINIS ( CLINICAL PRIVILEGE)
Pasal 58
Kewenangan Klinis (clinical privilege) seorang staf medis fungsional ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Medik.
Penetapan kewenangan klinis (clinical privilege) oleh Direktur Utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui penerbitan penugasan klinis (clinical appointment).
Kewenangan klinis setiap staf medis fungsional dapat saling berbeda walaupun memiliki
spesialisasi yang sama.
Tanpa kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf medis fungsional tidak dapat
menjadi anggota KSMF.
(5) Kewenangan klinis (clinical privilege) diberikan kepada staf medis fungsional
berdasarkan pertimbangan antara lain:
Pasal 59
Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat kompetensi setiap jenis pelayanan medis yang
disebut buku putih (white paper) ditetapkan oleh Komite Medik dengan berpedoman
pada norma keprofesian yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan kewenangan klinis dan atau apabila suatu
pelayanan medis dapat dilakukan oleh staf medis fungsional dari jenis spesialisasi
yang berbeda maka untuk pelayanan medis tertentu Komite Medik dapat meminta
informasi atau pendapat dari Mitra Bestari.
Pasal 60
Kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf medis fungsional dievaluasi secara
berkala melalui proses rekredensial untuk ditentukan apakah kewenangan tersebut dapat
dipertahankan, diperluas, dipersempit atau dicabut oleh Direktur utama.
Pasal 61
Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf medis fungsional
yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur Utama dengan
menyebutkan alasan serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan yang diakui
oleh organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.
Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) maka Direktur
Utama akan meminta Komite Medik untuk melakukan rekredensial.
Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Medik.
Setiap permohonan perluasan kewenangan klinis yang dikabulkan dituangkan pada
penugasan klinis dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Utama dan disampaikan
kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Medik.
BAB X
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)
Pasal 62
Penugasan klinis (clinical appointment) diterbitkan kepada seorang staf medis fungsional
setelah melalui proses kredensial atau rekredensial dan rekomendasi Komite Medik.
Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kewenangan klinis yang
diberikan kepada seorang staf medis fungsional dan tempat yang bersangkutan untuk
dapat melaksanakan tugas.
Penugasan klinis (clinical appointment) ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
Penugasan klinis berlaku selama 3 (tiga) tahun.
Pasal 63
Penugasan klinis seorang staf medis hanya dapat ditetapkan bila:
0 mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR) yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran/Kedokteran Gigi Indonesia;
1 memenuhi syarat sebagai staf medis berdasarkan peraturan perundang-undangan
kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Internal Rumah Sakit ini;
2 memenuhi syarat-syarat umum praktik klinis yang berlaku di rumah sakit;
3 memenuhi syarat untuk menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana
ditetapkan oleh Direktur Utama setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas
rumah sakit;
4 bersedia memenuhi segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar
sehubungan dengan pelayanan dan tindakan medis dengan mengacu pada
panduan praktik klinik (PPK), clinical pathway dan prosedur operasional/
manajerial/ administrasi yang berlaku di rumah sakit; dan
5 bersedia mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia, baik yang
berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap pasien,
teman sejawat dan diri sendiri.
Penugasan klinis dapat berakhir sebelum jangka waktu berakhirnya dalam hal:
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
ijin praktik yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; atau
kondisi fisik atau mental staf medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
pelayanan medis secara menetap; atau
staf medis fungsional tidak memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
kewenangan klinis (clinical privilege) yang dicantumkan dalam penugasan klinis;
atau
staf medis fungsional telah melakukan tindakan yang tidak profesional atau perilaku
menyimpang lainnya; atau
staf medis fungsional diberhentikan oleh Direktur Utama karena melakukan
pelanggaran disiplin kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku; atau
staf medis fungsional diberhentikan oleh Direktur Utama karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan satu
bulan sebelumnya.
BAB XI
KOMITE MEDIK
Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Medik
Pasal 64
Komite Medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk oleh Direktur Utama.
Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas, fungsi dan
wewenang Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite Medik
Pasal 65
Susunan organisasi Komite Medik sebagai berikut:
0 Ketua Komite Medik
1 Sekretaris Komite Medik
2 Anggota Komite Medik yang terdiri dari:
1. Sub Komite Kredensial;
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
0 Sub Komite Mutu Profesi Medis;
1 Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi.
Personalia Komite Medik RS Cinta Bunda berjumlah 9 (sembilan) orang.
Pasal 66
Seseorang yang dapat diangkat menjadi anggota/personalia Komite Medik ialah staf medis
fungsional purna waktu dan sudah bekerja di RS Cinta Bunda minimal 5 (lima) tahun.
Keanggotaan Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Utama dengan mempertimbangkan :
0 sikap profesional;
1 reputasi;
2 perilaku; dan
3 memperhatikan usulan dari KSMF.
Ketua Komite Medik ditunjuk oleh Direktur Utama.
Sekretaris Komite Medik, Anggota Komite Medik, Ketua Sub Komite, Anggota Sub Komite,
dan Sekretaris Sub Komite ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan Ketua
komite Medik.
Pengangkatan dan pemberhentian anggota/personalia Komite Medik ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama.
Pasal 67
Persyaratan Ketua Komite Medik:
0 mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;
1 menguasai segi ilmu pofesinya dalam jangkauan, ruang lingkup, sasaran dan
dampak yang luas;
2 peka terhadap perkembangan perumahsakitan;
3 bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
4 mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di lingkungan profesinya;
dan
5 mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi.
Dalam menentukan Ketua Komite Medik, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari
Dewan Pengawas.
Pasal 68
0 Komite Medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis fungsional
yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
0 melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di rumah sakit;
1 memelihara mutu profesi staf medis fungsional; dan
2 menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis fungsional.
Pedoman pelaksanaan tugas Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Utama.
Pasal 69
Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut:
0 penyusunan daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis pelayanan
medis;
1 penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik dan
mental, perilaku, dan etika profesi;
2 pengevaluasian data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi
berkelanjutan;
3 penilaian dan pemberian rekomendasi pemutusan kewenangan klinis yang
adekuat.
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis fungsional, Komite Medik
memiliki fungsi sebagai berikut:
0 berperan menjaga mutu profesi medis dengan memastikan kualitas asuhan medis
yang diberikan oleh staf medis fungsional melalui upaya pemberdayaan, evaluasi
kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going professional practice evaluation),
maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice
evaluation);
1 pendidikan dan pengembangan profesi berkelanjutan dengan memberikan
rekomendasi pendidikan, pertemuan ilmiah internal dan kegiatan eksternal; dan
2 pendampingan (proctoring) terhadap staf medis fungsional.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis
fungsional, Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut:
0 pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
1 pemeriksaan staf medis fungsional yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
147 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
rekomendasi pendisiplinan perilaku staf medis fungsional; dan
pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis.
Pasal 70
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medik berwenang:
memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu;
memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of
clinical privilege);
memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
Pasal 71
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Komite Medik dapat dibantu oleh panitia adhoc
dari mitra bestari yang ditetapkan oleh Direktur Utama.
Bagian Keempat
Rapat Komite Medik
Pasal 72
Rapat komite medik adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite Medik untuk
membahas hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian staf medis fungsional
sesuai tugas dan kewajibannya.
Rapat komite medik terdiri dari rapat rutin, rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan,
dan rapat khusus.
Peserta rapat komite medik selain Anggota Komite Medik, apabila diperlukan dapat juga
dihadiri oleh pihak lain yang terkait dengan agenda rapat, baik internal maupun
eksternal RS Cinta Bunda yang ditentukan oleh Komite Medik.
Setiap rapat komite medik dibuat risalah rapat.
Mekanisme pelaksanaan rapat komite medik diatur dalam pedoman rapat komite medik.
(6)
BAB XII
SUBKOMITE KREDENSIAL
Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Kredensial
Pasal 74
(1) Subkomite kredensial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Medik.
Anggota/personalia subkomite kredensial terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
medis fungsional yang memiliki penugasan klinis (clinical appointment) dan berasal
dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pengorganisasian subkomite kredensial terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
150 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Bagian Kedua
Tugas dan wewenang SubKomite Kredensial
Pasal 75
Tugas dan wewenang subkomite kredensial adalah:
menyusun dan mengkompilasi daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis
pelayanan medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku dan masukan dari
KSMF dan atau Mitra Bestari;
melakukan kredensial dan rekredensial untuk mendapatkan dan memastikan bahwa staf
medis fungsional yang akan melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredible,
profesional dan akuntabel;
mengevaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan (P2KB/
P3KGB) staf medis fungsional;
mewawancarai pemohon kewenangan klinis;
melaporkan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis
dan penugasan klinis kepada Ketua Komite Medik.
Bagian Ketiga
Kredensial dan Rekredensial
Pasal 76
Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain adalah daftar rincian kewenangan klinis
setiap spesialisasi, buku putih (white paper) untuk setiap pelayanan medis dan daftar
mitra bestari.
Pasal 77
Rekredensial terhadap staf medis fungsional dilakukan dalam hal:
0 penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki oleh staf medis fungsional telah
habis masa berlakunya;
1 staf medis fungsional yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait tugas
dan kewenangannya;
2 staf medis fungsional yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik fisik
maupun mental.
Rekomendasi hasil rekredensial berupa:
0 kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
1 kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
2 kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
3 kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
4 kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
5 kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.
BAB XIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
Bagian Kesatu
Penggorganisasian SubKomite Mutu Profesi
Pasal 78
Subkomite mutu profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Medik.
Anggota/personalia subkomite mutu profesi terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
staf medis fungsional yang memiliki penugasan klinis (clinical appointment) dan
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pengorganisasian subkomite mutu profesi terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
152 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Bagian Kedua
Tugas Dan Wewenang SubKomite Mutu Profesi
Pasal 79
Tugas dan wewenang subkomite mutu profesi adalah:
melakukan audit medis;
merekomendasikan pendidikan berkelanjutan bagi staf medis fungsional;
mengadakan pertemuan ilmiah internal Program Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan/Program Pendidikan Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P2KB/ P2KGB)
bagi staf medis fungsional;
mengadakan kegiatan eksternal Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan/ Program
Pendidikan Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P2KB/ P2KGB) bagi staf medis fungsional;
memfasilitasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis fungsional yang
membutuhkan;
memberikan usulan untuk melengkapi kebutuhan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan
dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis.
Bagian Ketiga
Audit Medis
Pasal 80
Audit medis dilakukan secara sistemik yang melibatkan mitra bestari (peer group) yang
terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance dan assessment terhadap pelayanan
medis di rumah sakit.
Pelaksanaan audit medis menggunakan rekam medis yang dibuat oleh staf medis
fungsional.
Hasil dari Audit medis sebagaimana pada ayat (1) berfungsi:
0 sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-masing
staf medis fungsional;
1 sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai
kompetensi yang dimiliki;
2 sebagai dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan pencabutan atau
penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege);
Bagian Keempat
Pendidikan Berkelanjutan
Pasal 81
Memberikan rekomendasi atau persetujuan pendidikan berkelanjutan baik yang merupakan
program rumah sakit maupun atas permintaan staf medis fungsional sebagai asupan
kepada Direksi;
Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan:
0 menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang harus dilaksanakan oleh masing-
masing KSMF;
1 mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus yang meliputi kasus kematian
(death case), kasus sulit, maupun kasus langka;
2 menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh masing-masing staf
medis fungsional setiap tahun dan tidak mengurangi hari cuti tahunannya;
3 bersama-sama dengan KSMF menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang melibatkan
staf medis fungsional sebagai narasumber dan peserta aktif;
4 bersama dengan Bagian Pendidikan & Penelitian memfasilitasi kegiatan ilmiah dan
mengusahakan satuan angka kredit dari ikatan profesi.
Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus disertai notulensi, kesimpulan dan daftar
hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin profesi.
Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)
Pasal 82
Pelaksanaan pendampingan (proctoring) dilakukan dalam upaya pembinaan profesi bagi
staf medis fungsional yang dijatuhi sanksi disiplin atau pengurangan kewenangan klinis
(clinical privilege).
Staf medis fungsional yang akan memberikan pendampingan (proctoring) ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama.
Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring) difasilitasi
dan dikoordinasikan bersama direktur terkait.
BAB XIV
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Etika dan Disiplin Profesi
Pasal 83
Subkomite etika dan disiplin profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Ketua Komite Medik.
Anggota/personalia subkomite etika dan disiplin profesi terdiri atas sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang staf medis fungsional yang memiliki penugasan klinis (clinical
appointment) dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi terdiri dari ketua, sekretaris, dan
anggota.
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang SubKomite Etika dan Disiplin Profesi
Pasal 84
Tugas dan wewenang subkomite etika dan disiplin profesi adalah:
melakukan pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
melakukan upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis fungsional;
memberikan nasehat dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan
medis pasien.
Bagian Ketiga
Pendisiplinan Profesi
Pasal 85
Tolok ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis
fungsional, antara lain:
0 pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
0 prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
1 daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
2 pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis (white paper) di
rumah sakit;
3 kode etik kedokteran Indonesia;
4 pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan praktik kedokteran
yang baik);
5 pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
6 pedoman pelayanan medik/klinik;
7 standar prosedur operasional asuhan medis.
Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf medis fungsional berupa:
0 peringatan tertulis;
1 limitasi ( reduksi) kewenangan klinis ( clinical privilege);
2 bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk pelayanan medis tersebut;
3 pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya.
Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional ditetapkan oleh
Komite Medik.
Pasal 86
Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh ketua subkomite
etika dan disiplin profesi.
Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri 3 (tiga) orang staf medis atau lebih
dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:
0 1(satu) orang dari subkomite etik dan disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu yang
berbeda dari yang diperiksa;
1 2(dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan yang
diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari luar rumah sakit, baik atas
permintaan Komite Medik dengan persetujuan Direktur Utama atau atas permintaan
Direktur Utama rumah sakit terlapor.
Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit.
Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti ketentuan yang
ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi Komite Medik.
Pasal 87
Pembinaan profesionalisme staf medik fungsional dapat diselenggarakan dalam bentuk
ceramah, diskusi, symposium atau lokakarya.
Staf medis fungsional dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis pada suatu
kasus pengobatan di rumah sakit kepada Komite Medik melalui Ketua KSMF.
Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus dengan
mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memberikan pertimbangan
pengambilan keputusan etis.
BAB XV
TATA KELOLA KLINIS (CLINICAL GOVERNANCE)
Pasal 88
Kebijakan teknis operasional pelayanan medis ditetapkan oleh Direktur Utama.
Masing-masing KSMF wajib membuat pedoman pelayanan medis/klinis, standar prosedur
operasional dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kebijakan teknis operasional pelayanan medis tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini.
Semua pelayanan medis dilakukan oleh setiap staf medis fungsional di RS Cinta Bunda
berdasarkan penugasan klinis dari Direktur Utama.
Dalam keadaan bencana alam, kegawatdaruratan akibat bencana massal, kerusuhan yang
menimbulkan banyak korban maka semua staf medis fungsional dapat diberikan
penugasan klinis untuk melakukan tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinis
yang dimiliki, sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Dalam melaksanakan tugas, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik di lingkungannya maupun dengan KSMF lain atau instansi lain yang terkait.
Untuk menangani pelayanan medis tertentu, Direktur Utama dapat membentuk panitia atau
kelompok kerja.
Setiap Ketua KSMF wajib membantu Direktur Medik dan Keperawatan serta Komite Medik
melakukan bimbingan, pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya.
untuk melengkapi kebutuhan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis, Komite Medik memberikan
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
usulan setelah melalui penilaian tehnis peralatan kesehatan berdasarkan Health
Technical Asssesment (HTA).
BAB XVI
KETENTUAN REVIEW DAN PERUBAHAN
Pasal 89
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) secara berkala sekurang-kurangnya
setiap 3 tahun dievaluasi, ditinjau kembali, disesuaikan dengan perkembangan profesi
medis dan kondisi rumah sakit.
Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum) dan/atau mengubah
pasal yang telah ada (Amandemen) yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan
dari Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini.
Mekanisme review dan perubahan ditetapkan oleh Direktur utama.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 90
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan peraturan pelaksanaan
lainnya harus disesuaikan dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws)
ini.
Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini.
DIREKTUR UTAMA,
RSIA CINTA BUNDA
6.1 Kesimpulan
Untuk menentukan suatu pemecahan masalah yang ada di RS Cinta Bunda kami
melakukan beberapa tahap kegiatan yaitu (1) Membentuk tim Rencana Strategik, (2)
Identifikasi Masalah, (3) Menentukan Prioritas Masalah, dan (4) Membuat Rencana Tindak
Lanjut. Dari hasil skoring penilaian kelompok didapatkan masalah utama di RS Cinta Bunda
adalah Struktur Organisasi dan Uraian Tugas yang belum jelas sehingga mengganggu
proses pelayanan yang ada di RS Cinta Bunda.
Faktor keuangan memang penting dalam menentukan kelayakan investasi. RS Cinta
Bundas kami proyeksikan mendapatkan NPAT positif dalam masa operasional dan secara
umum pengembalian investasi memberikan hasil yang menjanjikan dengan nilai Indikator
NPV Rp 23.192 milyar, IRR 16.2% dan Payback Period < 9 tahun.
Investasi yang diperlukan untuk rencana pembangunan RS Cinta Bunda dari
komponen lahan, bangunan rumah sait, peralatan, konsultan dan perizinan, serta working
capital dengan total Rp 85.825.460.000,00 dengan memperhatikan tujuh parameter
penilaian yaitu (1) Finansial, (2) Level Kompetisi, (3) Market Potensial, (4) Demografi, (5)
Politik dan Legalitas, (6) Sosial Ekonomi, dan (7) Indikator dengan jumlah perkalian dari
hasil bobot dikali nilai didapatkan hasil penilaian bagi RS Cinta Bunda adalah: 9,65
(sembilan koma enam lima). Ini menunjukkan bahwa RS Cinta Bunda ”Sangat Layak” untuk
dilakukan pengembangan Penanaman Modal Dalam Negeri.
6.2 Saran
RSU Cinta Bunda dapat melakukan tindak lanjut dari hasil pemotretan dari segi
manajemen organisasi, pelayanan dan studi kelayakan yang telah dibuat agar
permasalahan yang ada dapat teratasi dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu
pelayanan.