Anda di halaman 1dari 161

TUGAS UAS HUKUM KESEHATAN

ANALISA MASALAH, STUDI KELAYAKAN, HBL

RS Cinta Bunda

disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhir mata kuliah Hukum Kesehatan

Disusun Oleh :
1. Kartika Radianti W (20160309036)
2. Susan (20160309017)
3. Mavika (20160309002)
4. Sila Happy Muriana (20160309031)

Dosen Pembimbing :
R. Fresley Hutapea SH., MH., MARS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
Tugas UAS Hukum KesehatanUNIVERSITAS–Kelompok ESA UNGGUL-2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan Tugas Akhir Semester 3 Mata Kuliah Hukum Kesehatan mengenai
Analisa Masalah, Studi Kelayakan dan Hospital By Laws Rumah Sakit Umum Cinta Bunda
dapat terselesaikan dengan baik. Kami berterimakasih kepada R. Fresley Hutapea SH.,
MH., MARS selaku Dosen mata kuliah Hukum Kesehatan Universitas Esa Unggul yang
telah memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Studi Kelayakan dan Hospital by Laws. Kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan mohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di waktu yang akan datang.

Jakarta, Januari 2018

Penyusun
Kelompok 6

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………….…… 1


Daftar Isi ……………………………………………………………………. 2
BAB I Pendahuluan …………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………… 4
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penulisan …………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Investasi ………………………………..………… 6
2.2 Studi Kelayakan. ……………………………………………… 6
2.3 Variable Analisa Investasi ………………..…………………. 10
2.4 Jenis Modal…………………………….………………………. 10
2.5 Evaluasi Kelayakan Investasi ...…………………………….. 12
BAB III Analisis Prioritas Masalah dan Rencana
Penanggulangan …………….……………………………..... 15
4.1 Penanaman Modal Dalam Negeri …………..……….….….. 15
4.2 Persyaratan Ijin Penanaman Modal Dalam Negeri………… 22
4.3 Studi Kelayakan RS Cinta Bunda …………………………… 23
0 Maksud dan Tujuan ………………………………….. 24
1 Analisis Area Cakupan ………………………………. 24
2 Analisis Kompetitor ………………………………….. 42
3 Analisis Market Potensial ……………………………. 48
4 Analisis Profil Rumah Sakit …………………………. 55
5 Kebutuhan Investasi …………………………………. 68
G. Penentuan Target Jumlah Pasien …………….…… 71
H. Proyeksi Laba-Rugi ………………………………..… 84
0 Analisa Arus Kas …………………………………….. 100
J. Kesimpulan Analisis dan Rekomendasi …………… 105
BAB VKonsep Hospital By Laws……………………………..….... 108
5.1 Hospital By Laws dan Medical Staff By Laws ……………... 108
5.2 Langkah-Langkah Penyusunan Hospital By Laws……….... 110
5.3 Regulasi untuk mengatasi Masalah RSU CInta Bunda …... 112
5.4 Konsep Hospital By Laws RS Cinta Bunda……………...…. 114

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan …………………………………………...………. 159
6.2 Saran ………………………………….……………………….. 159

Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 160

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan jumlah hunian (perumahan) di Tangerang dan sekitarnya berdampak
pada peningkatan jumlah penduduk yang semakin tinggi. Hal ini juga membawa
konsekuensi akan peningkatan kebutuhan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana umum
seperti pelayanan kesehatan. Peluang ini yang coba dimanfaatkan oleh PT Sejahtera untuk
mengembangan Rumah Sakit dalam rangka melayani masyarakat daerah Tangerang dan
sekitarnya di bidang Kesehatan.
Proyek adalah suatu rangkaian kegiatan investasi yang dengan menggunakan modal
atau sumber-sumber alam atau faktor produksi, yang diharapkan mendapatkan kemanfaatan
(benefit atau profit) setelah jangka waktu tertentu. Proyek juga dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas dimana dikeluarkan uang (modal) dengan harapan untuk menghasilkan hasil
(returns) diwaktu yang akan datang dan yang dapat dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu
unit. Sementara yang dimaksud dengan investasi adalah pengeluaran-pengeluaran yang
dilakukan investor (pemerintah atau swasta) untuk pembelian barang-barang atau jasa yang
diperlukan dalam rangka investasi. Keputusan investasi adalah suatu tindakan yang
dilakukan setelah melalui proses analisa dan investasi itu menjanjikan adanya keamanan
dan hasil investasi yang memuaskan. Mengingat bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi
dengan ketidakpastian, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam
pengambilan keputusan apakah sebaiknya proyek atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda
atau bahkan dibatalkan.
Kajian terhadap suatu proyek sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya
terutama bagi para investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan
pemerintah yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan,
yang tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor
berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi. Bank
berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan dan kelancaran
pengembaliannya. Sementara pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari investasi
tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan kerja, dan lainnya.
Kajian suatu proyek dimaksudkan untuk memperbaiki/ memilih pilihan investasi.
Kesalahan dalam memilih proyek dapat mengakibatkan pengorbanan/ kerugian pada
modal/ sumber-sumber daya yang ada. Oleh karena itu diperlukan pengkajian yang cermat
sebelum melaksanakan proyek. Hal yang sama juga diperlukan untuk proyek
pengembangan pembangunan Rumah Sakit Umum Cinta Bunda. Proyek pengembangan
5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda ini memerlukan analisa kelayakan investasi dari beberapa
aspek, antara lain aspek pasar, teknis, dan finansial (keuangan). Latar belakang melakukan
analisa investasi pada proyek ini karena pada dasarnya setiap penanaman modal (investasi)
mengharapkan benefit, sehingga jangan sampai investasi ditanamkan pada sebuah proyek
yang tidak akan menghasilkan benefit yang layak.
Saat ini akan dilakukan penanaman modal dalam negeri dengan besaran biaya 30%
23 70% sehingga dibutuhkan tinjauan analisa kelayakan investasi pada proyek ini.
Karena pada dasarnya suatu investasi jangan sampai ditanamkan pada proyek yang tidak
akan menghasilkan benefit yang layak.
Feasibility study adalah untuk menentukan kelayakan suatu proyek, dalam hal ini
untuk mengetahui tingkat kelayakan pengembangan rumah sakit melalui Penanaman Modal
Dalam Negeri. Dalam prosesnya terdapat beberapa aspek yang dinilai diantaranya landasan
penyelenggaraan rumah sakit, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen dan organisasi, aspek hukum dan legalitas serta aspek ekonomi dan
keuangan.

1.2 Rumusan Masalah


23 Bagaimana penanganan permasalahan yang ada di RSU Cinta Bunda dan analisis
prioritasnya?
24 Apakah upaya pembenahan di bidang Organisasi, Pelayanan dan Keuangan yang
dapat dilakukan di RSU Cinta Bunda?
25 Apakah keinginan RSU Cinta Bunda untuk melakukan kerjasama dengan
Penanaman Modal Asing dapat diterima?
26 Bagaimana konsep Hosptal By Law RSU Cinta Bunda untuk mengatasi
permasalahan yang ada?

1.3 Tujuan Penulisan


23 Untuk mengetahui penanganan permasalahan yang ada di RSU Jakarta dan analisis
prioritasnya
24 Untuk mengetahui pembenahan yang dapat dilakukan di bidang Organisasi,
Pelayanan dan Keuangan RSU Cinta Bunda
25 Untuk menguji kelayakan RSU Cinta Bunda dalam hal kerjasama dengan
Penanaman Modal Dalam Negeri
26 Untuk mengetahui konsep Hosptal By Law RSU Cinta Bunda

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Investasi


Pengertian Investasi Pujawan (2003:2) menuliskan bahwa “Investasi adalah suatu
aktivitas yang mengandung unsur pengorbanan atau pengeluaran untuk harapan di masa
yang akan datang”. Dalam arti sempit investasi merupakan penanaman modal. Faktor yang
terlibat dalam suatu investasi yaitu waktu dan resiko. Pada jenis investasi tertentu faktor
waktu lebih berperan, sementara pada jenis investasi yang lain faktor resiko lebih dominan.
Sedangkan menurut Sutojo (1998), investasi adalah merupakan usaha menanamkan faktor-
faktor produksi langka dalam proyek tertentu. Proyek itu sendiri dapat bersifat baru maupun
pengembangan dari proyek yang ada. Tujuan utama investasi adalah memperoleh berbagai
macam manfaat yang cukup layak di kelak kemudian hari. Manfaat yang diperoleh dapat
berupa imbalan keuangan misalnya laba, manfaat nonkeuangan atau kombinasi dari kedua-
duanya. Sebagai contoh manfaat non keuangan adalah penciptaan lapangan kerja baru,
peningkatan ekspor, substitusi impor ataupun pendayagunaan bahan baku dalam negeri
yang berlimpah.

2.2 Studi Kelayakan


Studi Kelayakan Pengertian studi kelayakan proyek atau bisnis adalah penelitihan
yang menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya,
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek manajemen
dan keuangannya, dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian studi kelayakan dan
hasilnya digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat
dikerjakan atau ditunda dan bahkan ditidak dijalankan. Sedangkan menurut Husnan (2000)
yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya
suatu proyek (biasanya proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Di samping sifatnya
menyeluruh, studi kelayakan harus dapat memberikan hasil analisa secara kuantitatif
tentang manfaat yang akan diperoleh.
Tujuan Studi Kelayakan dan Aspek Pengkajian Tujuan dilakukannya studi kelayakan
adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan
biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu
proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Mengkaji kelayakan suatu usulan
proyek juga bertujuan untuk mempelajari usulan tersebut dari segala segi/aspek secara
profesional sehingga setelah diterima dan dilaksanakan betul-betul dapat mencapai hasil
23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini penting agar jangan sampai terjadi setelah proyek
tersebut selesai dibangun dan dioperasikan hasilnya jauh dari tujuan/ harapan. Studi
kelayakan mempunyai peranan penting dalam proses mengambil keputusan investasi.
Kesimpulan dan saran yang disajikan pada akhir studi merupakan dasar pertimbangan untuk
memutuskan apakah investasi jadi dilakukan.
a. Aspek Pasar
Bagi usulan proyek yang bersifat komersial, tinjauan aspek pasar harus dimulai
paling awal karena ada tidaknya pasar yang cukup menarik dari produk yang
dihasilkan atau servis yang ditawarkan merupakan faktor utama dalam menentukan
keputusan proyek. Untuk membuat analisis yang berhubungan dengan aspek pasar,
diperlukan data-data serta informasi mengenai beberapa hal berikut:
5888 Prakiraan penawaran dan permintaan
5889 Pangsa pasar
5890 Strategi pemasaran
Aspek ini meneliti apakah ada permintaan yang cukup untuk menyerap
produk yang dihasilkan. Disamping itu juga diteliti kemampuan bersaing dipasar
sejenis serta faktor eksternal perusahaan yang dapat mempengaruhi permintaan
produk/servis.

b. Aspek Teknik
Pengkajian aspek teknis dalam studi kelayakan dimaksudkan untuk
memberikan batasan garis besar parameter-parameter teknis yang berkaitan dengan
perwujudan fisik proyek. Pengkajian aspek teknis ini sangat berkaitan dengan aspek-
aspek lain seperti aspek ekonomi, finansial dan aspek pasar. Aspek teknis
berpengaruh terhadap perkiraan biaya dan jadwal karena akan memberikan batasan-
batasan lingkup proyek secara kuatitatif. Tujuan pengkajian aspek teknis adalah
untuk merumuskan gagasan yang timbul ke dalam batasan yang konkrit dari segi
teknik. Selanjutnya pengkajian aspek teknis juga digunakan sebagai masukan aspek-
aspek lainnya. Pengkajian aspek teknik mencakup hal-hal berikut:
0 Menentukan letak geografis lokasi
1 Mencari dan memilih teknologi proses produksi
2 Menentukan kapasitas produksi
3 Menentukan denah atau tata letak bangunan

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


c. Aspek Letak Geografis
Lokasi Penentuan letak geografis lokasi proyek sangat penting dan strategis.
Hal ini karena berkaitan dengan unit ekonomi dari fasilitas yang akan dibangun baik
ditinjau dari segi teknis konstruksi (perencanaan kostruksi seperti kondisi tanah,
iklim/lingkungan dan gempa bumi) maupun kelangsungan operasional dari proyek
tersebut di masa yang akan datang. Langkah-langkah yang digunakan dalam
pemilihan lokasi adalah sebagai berikut (Soeharto; 1995):
0.0 Identifikasi daerah atau regional
Berbagai macam perusahaan atau industri memilih menempatkan fasilitas
produksinya di dekat area pemasaran/konsumen. Fasilitas seperti rumah
sakit, kantor pos dan mal akan selalu memilih lokasi dekat dengan calon
konsumen.
0.1 Lokasi
Penentuan lokasi dilakukan setelah mempersempit daerah atau regional
pemilihan Kriteria pemilihan dititikberatkan kepada sarana perhubungan,
listrik, transportasi, bebas banjir dan lainnya. Kelangsungan usaha sangat
tergantung dari kecermatan dalam pemilihan lokasi ini. Lokasi yang
strategis, harga tanah yang terjangkau juga menjadi pertimbangan.
0.2 Faktor penunjang
Faktor pendukung atau penunjang memegang peranan yang penting dala
memilih lokasi proyek/ fasilitas yang akan dibangun. Faktor-faktor
pendukung tersebut meliputi tenaga listrik, PAM, pembuangan limbah dan
rencana pengembangan berikutnya.
0.3 Lain-lain
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan lokasi proyek
adalah lingkungan hidup, kemajuan daerah disekitarnya, sikap
masyarakat (penerimaan masyarakat terhadap proyek/ fasilitas yang akan
dibangun), Peraturan daerah dan pusat serta pajak

0 Aspek Finansial
Aspek finansial mencakup jumlah kebutuhan dana (biaya-biaya) yang
diperlukan untuk mewujudkan proyek tersebut dan sumber pendanaan.
0 Kebutuhan Dana
Suatu aktivitas bisnis (proyek) tidak akan dapat berjalan dengan baik bila
tidak didukung oleh ketersediaan dana mencukupi. Bila suatu aktivitas bisnis
tidak dapat memenuhi permintaan barang atau jasa sesuai dengan jumlah
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
dan kriteria pelanggan dikarenakan bisnis tersebut tidak memiliki dana yang
cukup untuk melakukan proses produksinya, maka sudah dapat dipastikan
usaha bisnis tersebut akan terancam gagal. Dalam menentukan besarnya
dana yang akan diperlukan untuk menjalankan suatu aktivitas bisnis,
dibutuhkan suatu peramalan (forecasting) yang baik. Peramalan atau taksiran
ini berbeda-beda untuk masingmasing jenis proyek. Pada umumnya, taksiran
dana yang dibutuhkan tersebut tergantung pada kompleksitas dari kegiatan
pendanaan itu sendiri, misalnya penentuan lokasi bisnis yang bergantung
kepada harga tanah. Semakin mahal harga tanah maka akan semakin besar
pula dana yang dibutuhkan oleh bisnis tersebut. Di samping itu, terdapat pula
faktor-faktor biaya yang akan dikeluarkan selama umur bisnis tersebut.
Komponen biaya disini mencakup pembelian tanah, biaya bangunan dan
biaya tidak langsung lainnya seperti perencanaan, financing cost, hukum, dan
lain-lain.

5888 Sumber Pendanaan


Pendanaan adalah suatu indikator penting dalam mendeteksi apakah
suatu bisnis dapat dijalankan atau tidak. Akhir-akhir ini, telah banyak
berkembang berbagai lembaga keuangan maupun non-keuangan yang telah
bersedia untuk mendanai suatu aktivitas bisnis, tentu saja dengan
persyaratan tertentu. Sumber dana dari lembaga-lembaga itu sering disebut
sebagai modal asing (modal pinjaman). Sumber dana bisa didapat dari :
Modal asing
Yaitu sumber dana yang didapatkan dari luar perusahaan (kreditur)
yang tidak ikut memiliki perusahaan tersebut seperti bank,
perusahaan leasing, dan lain sebagainya. Sumber dana dari modal
asing biasanya berwujud hutang, baik hutang jangka panjang,
maupun hutang jangka pendek.
Dari internal perusahaan yang akan melakukan aktivitas bisnis. Sumber
dana ini disebut juga sebagai sumber dana modal sendiri. Sumber
dana modal sendiri biasanya berwujud modal saham atau laba yang
ditahan. Hal penting yang sebenarnya diperhatikan dalam aspek
keuangan/ finansial itu terkait dengan modal adalah bagaimana bisnis
tersebut akan didanai baik dengan modal sendiri, modal asing,
ataupun gabungan keduanya, akan dapat mencapai keuntungan yang
ekonomis. Artinya: bagaimana struktur modal tersebut disusun agar
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
dapat meminimumkan biaya modal (cost of capital), sehingga akan
optimal penggunaannya.

2.3 Variabel Analisa Investasi


Pada sebuah analisa investasi terdapat beberapa variabel yang mendukung
perhitungan analisa investasi itu sendiri. Adapun variabel – variabel tersebut antara lain :
Biaya Investasi Total
Komponen-komponen biaya investasi total adalah:
a. Biaya tanah
b. Biaya bangunan
c. Biaya-biaya tidak langsung (perencanaan, financing cost, hukum, dan lain-lain).

2.4 Jenis Modal


Modal Sendiri (equity)
Modal sendiri ialah jumlah modal yang ditanam untuk sesuatu proyek untuk
membiayai pekerjaan-pekerjaan prakonstruksi, seperti pengadaan tanah, perencanaan,
penasehat, biaya-biaya hukum, equity tersebut biasanya sebesar kurang lebih 25 % dari
investasi total (untuk proyek-proyek komersil).

Modal Pinjaman
Modal pinjaman adalah pembiayaan proyek yang berasal dari :
0 Kredit langsung dari bank atau institusi keuangan lainnya.
1 Dana dari pasar uang dan modal (hasil penjualan saham-saham, obligasi, surat
berharga dan lain-lain).
Perbandingan modal pinjaman terhadap modal sendiri (loan Equity ratio)
Perbandingan ini tidak mutlak, tergantung jenis proyek yang mmpengaruhi resiko proyek.
Lazimnya untuk proyek komersil perbandingannya adalah 3:1. Masa Konstruksi Menurut
Poerbo (1989), proyek-proyek komersil yang dibiayai dengan modal pinjaman yang
dikenakan bunga maka masa konstruksi harus diusahakan sesingkat-singkatnya agar beban
bunga pada masa tersebut (grace periode) menjadi sekecil-kecilnya.

Suku Bunga
Bunga atas suatu pinjaman adalah sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa
pemberian modal pinjaman yang dapat dinikmati oleh pemberi pinjaman.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Pendapatan Pembangunan
Pada proyek rumah sakit pendapatan diperoleh dari rawat inap, unit gawat darurat,
laboratorium, apotek, poliklinik dan lain-lain.

Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran pembangunan pada umumnya terdiri dari :
0 Biaya pemeliharaan dan operasi gedung
1 Asuransi
2 Biaya personil atau pegawai
3 Pajak

Pajak Penghasilan
Tarif pajak untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap menurut
UU no 17 Th 2000 tentang Pajak Penghasilan adalah sebagai berikut :

Depresiasi/penyusutan
Adalah nilai ganti per tahun yang harus dikeluarkan atas beban pendapatan sebelum
pajak yang besarnya yang besarnya tergantung dari umur ekonomis suatu gedung dan jenis
gedung. Depresiasi atau penurunan nilai yang terjadi pada suatu aset pada berbagai
kelompok harta berwujud yang diatur menurut UU no 17 Th.2000 tentang Pajak Penghasilan
dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 2 Penyusutan Aset

2.5 Evaluasi Kelayakan Investasi


Nilai Sekarang (NPV) Net Present Value (NPV) adalah jumlah nilai sekarang dari
pendapatan dan pengeluaran selama umur proyek, kemudian menghitung angka neto
sehingga dapat mengetahui selisihnya. Kelebihan mengevaluasi keuntungan dengan
menggunakan NPV sebagai tolak ukur adalah mempergunakan nilai waktu dari uang,
sehingga bisa mendapatkan gambaran yang lebih mendekati kenyataan dan dalam
perhitungannya mempertimbangkan semua aliran kas proyek, NPV juga memberikan
besaran absolut bukan relatif. Sedangkan kelemahannya adalah cara perhitungannya yang
sedikit rumit. Menganalisa proyek dengan NPV memberikan petunjuk sebagai berikut:
0 NPV Positif usulan proyek bisa diterima.
1 NPV Negatif usulan proyek ditolak.
2 NPV = 0 berarti netral
Ditulis dengan rumus menjadi:

dimana:
NPV = Nilai sekarang neto
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t= Aliran kas keluar tahun ke-t
n = Umur unit usaha hasil investasi
i = Arus pengembalian (rate of return)
t = Waktu

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Internal Rate of Return
Apabila kita melakukan suatu investasi maka ada saat tertentu dimana terjadi
keseimbangan antara semua pengeluaran yang terjadi dengan semua pendapatan yang
diperoleh dari investasi tersebut. Keseimbangan ini akan terjadi pada tingkat pengembalian
(yang sering dinyatakan sebagai tingkat bunga) tertentu. Tingkat bunga yang menyebabkan
terjadinya keseimbangan antara semua pengeluaran dan semua pemasukan pada suatu
periode tertentu disebut dengan rate of return. Dengan kata lain ROR atau IRR adalah suatu
tingkat penghasilan yang mengakibatkan nilai NPV dari suatu investasi sama dengan nol,
kemudian dicari berapa besar arus pengembalian (diskonto)(i) agar hal tersebut terjadi.
Rumusnya adalah sebagai berikut:

dimana:
(C)t = Aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t= Aliran kas keluar tahun ke-t
n = tahun
i = Arus pengembalian (diskonto)
Karena aliran kas keluar proyek umumnya merupakan biaya pertama (Cf) maka persamaan
di atas dapat disederhanakan menjadi:

Menganalisa proyek dengan IRR dapat menggunakan petunjuk seperti ini:


a. IRR  tingkat pengembalian yang diinginkan, maka proyek diterima.
b. IRR  tingkat pengembalian yang diinginkan, maka proyek ditolak.

Payback Period
Pada dasarnya periode pengembalian (Payback Period) adalah jumlah periode (tahun) yang
diperlukan untuk mengembalikan (menutup) ongkos investasi awal dengan tingkat
pengembalian tertentu. Perhitungannya dilakukan berdasarkan aliran kas baik tahunan
maupun yang merupakan nilai sisa.

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
BAB III
ANALISIS PRIORITAS MASALAH Dan RENCANA PENANGGULANGAN
(Jawaban Soal Nomor 1 dan Nomor 2)

3.1 Langkah Penentuan Prioritas Masalah


Untuk menentukan suatu pemecahan masalah yang ada di RS Cinta Bunda,
diperlukan upaya yang terintegrasi dan berkesinambungan dari seluruh pihak terkait
permasalahan yang ada. Adapun beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan diantaranya :
1. Membentuk tim Rencana Strategik
Sebagai upaya pengembangan RS Cinta Bunda dengan berbagai masalah yang
ada, diperlukan sebuah tim khusus yang dikepalai oleh Pemilik Rumah Sakit selaku
pengambil keputusan tertinggi di dalam struktur perumahsakitan.
Adapun tim sebaiknya terdiri dari beberapa orang yang meliputi aspek
managerial, pelayanan, dan administrasi serta memiliki komitmen tinggi terhadap
upaya pengembangan rumah sakit.
2. Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah yang digagas oleh tim Rencana Strategik dapat
dilakukan melalui penyelenggaraan pertemuan dengan seluruh manajemen lini ke-2,
dan komite yang ada untuk mengemukakan masalah-masalah yang ada. Setelah
melakukan identifikasi, lakukan pengelompokkan masalah yang ada untuk
mengerucutkan permasalah sesuai dengan rencana penyelesaiannya.
Dari uraian masalah yang ada pada RS Cinta Bunda, didapatkan beberapa
masalah dan pengelompokkanya yaitu :
Aspek Masalah
Organisasi Struktur kurang sesuai dengan RS pendidikan
Tidak terlihat adanya pembagian tugas yang jelas
Tupoksi masing –masing tidak jelas
Pendidikan Staf pengajar tdk mau melakukan praktek di RS
Kurang Tenaga Medis
Pelayanan Sistem pelayanan belum teratur
Kehadiran dokter tidak tepat waktu
Jam pemberian pelayanan tidak sesuai dan banyak
keluhan masyarakat.
Antrian yang cukup panjang dalam pelayanan poliklinik
rawat jalan

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Komplain tentang adanya dugaan malpraktek
Keuangan Tagihan ke BPJS yang belum dibayar
Banyak klaim ke BPJS yg belum diverifikasi
Pembayaran jasa dokter terlambat 2 bulan tanpa
penjelasan dari Direksi
Tarif pelayanan RS juga tidak jelas
Pembagian jasa juga tidak jelas
Tabel Identifikasi Masalah

3. Menentukan Prioritas Masalah


Banyaknya masalah yang ada di Rumah Sakit, tentunya perlu diselesaikan.
Adanya keterbatasan sarana maupun pendukung lainnya, sehingga diperlukan
prioritas masalah yang mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu dibandingkan
dengan yang lainnya.
Setelah identifikasi semua permasalahan yang ada, maka Tim Rencana Strategi
melakukan grading prioritas masalah dengan melakukan scoring terhadap dampak
probabilitas dan kesiapan prosedur yang ada.
Dalam menyusun urutan prioritas masalah dapat menggunakan metode
matematik. Dalam metode ini dipergunakan beberapa kriteria untuk menentukan
prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan:
0 Luasnya masalah (Magnitude)
1 Beratnya kerugian yang timbul (Severity)
2 Tersedianya sumberdaya/ kesiapan untuk mengatasi masala tersebut
(Vulnerability)

Masalah S M V Total Rank/


(5-1) (4-0) (5-1) Prioritas
Organisasi RS cenderung diatur 5 3 3 45 1
oleh kelompok tertentu, struktur
kurang sesuai dengan RS
pendidikan, pembagian tugas
yang tidak jelas, tidak jelas
tupoksi
Aspek pelayanan belum teratur 4 2 2 16 2
dalam suatu sistem pelayanan

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Terdapat tagihan ke BPJS yang 3 2 2 12 3
belum dibayar dan masih
banyak klaim ke BPJS yg belum
diverifikasi
Hubungan dengan FK kurang 2 2 2 8 4
baik, Staf pengajar tdk mau
melakukan praktek di RS
Tabel Skoring Prioritas Masalah
Ket :
0 S : Severity : 5 (Kerugian sangat berat); 4 (Kerugian berat); 3 (Kerugian sedang); 2
(kerugian kecil); 1 (kerugian tidak ada)
1 M : Magnitude : 4 (Frekuensi masalah sangat sering terjadi); 3 (Frekuensi masalah
sering); 2 (Frekuensi masalah kadang2); 1 (Frekuensi masalah jarang); 0
(Frekuensi masalah tidak terjadi)
2 V : Vulnerability : 1 (Sumber daya-regulasi aturan ada, sudah berjalan); 2 ((Sumber
daya-regulasi aturan ada, kadang berjalan); 3 (Sumber daya-regulasi aturan ada,
belum berjalan); 4 (Sumber daya tidak ada-regulasi aturan ada); 5 (Tidak ada
sumber daya-regulasi)

Maka Urutan Prioritas masalah yang perlu dilakukan :


0 Struktur organisasi dan pembagian tugas
1 Aspek pelayanan belum teratur dalam suatu sistem pelayanan sehingga kehadiran
dokter tidak tepat waktu, jam pemberian pelayanan tidak sesuai dan banyak
keluhan masyarakat
2 Disamping hal itu hubungan dengan Fakultas Kedokteran kurang baik dimana Staf
pengajar tdk mau melakukan praktek di RS tersebut sehingga RS kekurangan
dokter dalam pelayanan.pada hal RS akan segera mengikuti akreditasi
3 Dari segi keuangan terdapat tagihan ke BPJS yang belum dibayar dan masih
banyak klaim ke BPJS yg belum diverifikasi sehinga pembayaran jasa dokter
terlambat 2 bulan tanpa penjelasan dari Direksi, Disamping itu tariff pelayanan
RS juga tidak jelas serta pembagian jasa juga tidak jelas ketentuannya, sehingga
tidak optimal dalam pelayanan

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


3.2 Membuat Rencana Tindak Lanjut
Adapun rencana tindak lanjut sebagai berikut :
No Masalah Rencana Tindak Lanjut PIC Waktu
1. Aspek a. Evaluasi kembali Hospital By Dewan 1 bulan
Organisasi; Law yang ada di RS bagaimana Pengawas
Struktur isi dari pengaturan corporate by RS
organisasi laws serta medical staf by laws
dan dengan standar ketentuan yang
pembagian berlaku. Bila perlu dilakukan
tugas kurang penyesuaian.
tepat
a. Lakukan evaluasi peran dan Dewan
fungsi masing-masing yaitu Pengawas
Peran, tugas dan kewenangan RS
pemilik atau yg mewakili,
direktur (manajemen rumkit),
Organisasi Komite Medis serta
staf medis. bandingkan standar
ketentuan regulasi RS
pendidikan tipe B. Buat
perbaikan kebijakan, dan
prosedur
b. Membuat penilaian Key Direktur RS
Performance indicator dari
masing-masing posisi di RS,
sebagai penilaian kinerja sesuai
peran dan fungsinya di sesuai
jabatannya di RS

2. Aspek a. Evaluasi kembali Clinical By Law Dewan 1 bulan


pelayanan; dan Medical staff by law yang Pengawas
belum teratur ada di RS dengan standar RS
dalam suatu ketentuan yang berlaku.
sistem
pelayanan

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


b. Meningkatkan peran Komite Direktur
Medis dalam meningkatkan
pemberian sistem pelayanan
pasien
c. Lakukan evaluasi terhadap tata Komite
kelola klinis terkait waktu Medik
pelayanan dokter belum teratur.
d. Membuat/ evaluasi kembali Komite
mutu perilaku dan kinerja, dapat Medik Sub
dibuatkan OPPE dari masing- Komite Mutu
masing dokter di RS, sebagai profesi,
penilaian kinerja dokter di
pelayanan.

Kekurangan a. Evaluasi kembali Clinical By Law Direktur 1 bulan


dokter, dan Medical staff by law yang
hubungan ada di RS dengan standar
dengan ketentuan yang berlaku terkait
Fakultas perjanjian peran DPJP
Kedokteran membimbing mahasiswa
dan dalam Fakultas kedokteran
pelayanan.
b. Melakukan evaluasi penegasan Komite
kembali terhadap status kategori Medik
dokter/staf medis yang praktik di
RS tersebut serta dalam hal
perannya sebagai staf pengajar.
c. Melakukan penambahan dokter Komite
sesuai kategori staf medis yang Medik
dibutuhkan.
3. Aspek a. Evaluasi kembali Hospital By Direktur 1 bulan
Keuangan; Law yang ada di RS bagaimana
Tagihan isi dari pengaturan corporate by
BPJS belum laws dengan standar ketentuan
dibayar yang berlaku. Bila perlu

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


dilakukan penyesuaian.
b. Melakukan evaluasi terhadap Direktur
kebijakan dan prosedur proses
terhadap sistem keuangan
asuransi. Buat perbaikan
kebijakan dan prosedur serta
audit.
c. Buat peningkatan kontrol dan Direktur
pengawasan terhadap alur
proses sistem keuangan
asuransi tersebut.

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB IV
ANALISIS STUDI KELAYAKAN
(Jawaban Soal Nomor 3)

4.1 Penanaman Modal Dalam Negeri


Menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor Tahun 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinzip Penanaman
Modal yang dimaksud dengan Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam
modal, baik oleh Penanam Modal Dalam Negeri maupun Penanam Modal Asing, untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Penanaman Modal Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut sebagai PMDN adalah
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
yang dilakukan oleh Penanam Modal Dalam Negeri dengan menggunakan modal dalam
negeri. Kegiatan penyelenggaraan Perizinan dan Nonperizinan yang proses pengelolaannya
dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan
dalam satu tempat, yaitu Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, yang
selanjutnya disebut PTSP
Dalam upaya pengembangan Rumah Sakit Umum Pemerintah Tipe B melalui proses
PMDN, diperlukan suatu Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, yang selanjutnya
disebut Izin Prinsip Perluasan. Izin Prinsip Perluasan adalah Izin Prinsip yang wajib dimiliki
perusahaan untuk memulai kegiatan dalam rangka perluasan usaha.
Saat ini Rumah Sakit Umum Cinta Bunda berencana melakukan kerjasama PMDN
dengan komposisi 70% modal RS dan 30% modal PMDN. Jika di kemudian hari terdapat
perubahan rencana atau realisasi Penanaman Modal yang telah ditetapkan sebelumnya,
maka diperlukan suatu Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal yang selanjutnya disebut
Izin Prinsip Perubahan sepagai upaya legalisasi atas perubahan rencana yang sebelumnya
telah ditetapkan. Mengingat pentingnya keputusan untuk melakukan izin perluasan usaha,
maka dibutuhkan studi kelayakan rumah sakit.
Perluasan Usaha untuk Penanaman Modal bidang usaha non Industri yang
dilakukan adalah
0 penambahan investasi dan peningkatan kapasitas produksi yang dilaksanakan baik
di lokasi yang sama atau di lokasi yang berbeda dengan pelaksanaan kegiatan
Penanaman Modal yang tercantum dalam Izin Usaha sebelumnya.

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


0 Penambahan bidang usaha atau kegiatan usaha yang disertai dengan peningkatan
investasi yang dilaksanakan baik di lokasi yang sama atau di lokasi yang berbeda
dengan pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal yang tercantum dalam Izin Usaha
sebelumnya.

4.2 Persyaratan Ijin Penanaman Modal Dalam Negeri


Menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor Tahun 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinzip Penanaman
Modal, hal-hal yang dibutuhkan dalam kegiatan perijinan Penanaman Modal Dalam Negeri
diantaranya:
0 Izin Prinsip Perluasan, dengan persyaratan perizinan dan non perizinan sebagai
berikut :
0 Pertimbangan Teknis Pertanahan;
1 Izin Lokasi;
2 Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
3 Pengesahan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
4 Izin Lingkungan;
5 Surat Keputusan Fasilitas;
6 Rekomendasi Teknis;
7 Sertifikat Layak Operasi; atau
8 Izin Operasional
1 Laporan Kegiatan Penanaman Modal,

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


4.3 Studi Kelayakan RS Cinta Bunda
Studi Kelayakan Rumah Sakit ini disusun untuk mengetahui layak atau tidaknya
pengembangan RS Cinta Bunda sebagai rumah sakit umum kelas B yang juga merupakan
Rumah Sakit Pendidikan.
Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di masa yang akan
datang, sejumlah asumsi dipergunakan dalam penyusunan studi kelayakan ini. Reliabilitas
dari asumsi – asumsi tersebut mengacu kepada data-data yang berhasil dikumpulkan
selama dilaksanakannya kajian. Data – data kajian diperoleh dari data sekunder/statistik,
hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait, serta pengamatan dan peninjauan langsung ke
lokasi.
Studi kelayakan ini dapat dipergunakan sebagai acuan oleh pemilik, pimpinan
proyek, eksekutif, maupun calon eksekutif di dalam merencanakan kebutuhan berbagai
sarana dan prasarana medis yang diperlukan.
Untuk keperluan pembangunan infrastruktur fisik bangunan rumah sakit, kiranya
studi kelayakan ini dapat dikembangkan menjadi suatu kerangka acuan dan program fungsi
yang lebih terperinci agar dapat dipergunakan oleh pihak arsitek perencana di dalam
merencanakan dan mengembangkan desain arsitektur, struktur, maupun mekanikal
elektrikal.
Seperti halnya bentuk investasi lain, pendirian rumah sakit baru adalah sebuah
kegiatan investasi yang perlu untuk ditinjau dan dikaji tingkat kelayakannya secara
seksama, juga ditentukan arah pengembangannya terlebih dahulu sebelum benar-benar
direalisasikan. Pengembangan rumah sakit yang tidak didukung oleh sebuah studi
kelayakan yang memadai akan mengakibatkan tidak optimalnya daya saing serta kinerja
rumah sakit.
Rencana pengembangan rumah sakit ini diawali dari keinginan pihak PT Sejahtera
untuk membangun sebuah rumah sakit dengan target pasien BPJS dengan. Besar harapan
rumah sakit ini akan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah setempat dan warga
masyarakat di kawasan sekitar. Dalam operasionalnya diharapkan dapat berjalan sesuai
dengan harapan masyarakat baik dilihat dari kualitas pelayanan, maupun fungsi sosialnya.
Untuk memastikan bahwa rencana investasi yang dicanangkan adalah layak ditinjau
dari aspek finansial, hukum, sosial, manajerial, maupun operasional rumah sakit, pihak PT
Sejahtera melaksanakan suatu kajian kelayakan investasi.
Program penyusunan studi kelayakan ini adalah sebuah program yang ditujukan
membantu para investor dalam menilai kelayakan rencana investasi pengembangan rumah
sakit yang direncanakan.

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


A. Maksud dan Tujuan
Dengan melakukan studi kelayakan, investor dapat memiliki gambaran yang lebih
obyektif dan memadai mengenai tingkat kelayakan investasi yang direncanakan dengan
mempertimbangkan kajian terhadap tujuh parameter kajian kelayakan yaitu finansial,
demografi, sosial ekonomi, pesaing dan potensi pasar, indikator kesehatan, dan legalitas.
Selain itu, akan diberikan pula rekomendasi sarana dan prasarana medis serta non – medis
yang sebaiknya diadakan, termasuk usulan jumlah dan komposisi tenaga kerja, kisaran tarif,
serta kapasitas rumah sakit. Dalam kajian yang dilakukan mungkin juga didapatkan alternatif
lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh investor.
Melalui studi kelayakan ini, pihak investor diharapkan dapat memiliki gambaran yang
lebih objektif dan memadai mengenai tingkat kelayakan investasi yang direncanakan
dengan mempertimbangkan kajian terhadap:
23 Tingkat kebutuhan masyarakat terhadap unit layanan kesehatan baru berbentuk
rumah sakit.
24 Tinjauan sosial ekonomi penduduk setempat.
25 Kelayakan dan aksesibilitas lokasi.
26 Potensi segmen pasar.
27 Rasio jumlah tempat tidur rumah sakit terhadap jumlah penduduk.
28 Profil peta persaingan institusi rumah sakit setempat.
29 Kajian finansial kelayakan pembangunan rumah sakit.

B. Analisis Area Cakupan

B.1. Profil Umum Area Cakupan


Kabupaten tanggerang terletak pada 6o00 – 6o20 Lintang Selatan dan 106o20 Bujur
Timur. Berbatsaan dengan laut Jawa sebelah utara, kabupaten Bogor disebelah selatan,
kabupaten lebak dan serang di sebelah barat, Kota Tanggerang dan DKI Jakarta disebelah
timur. Kabupaten tanggerang termasuk daerah dua yang menjad bagian dari wilayag
provinsi banten. Jarak antara Tanggerang dengan pusat pemerintahan Republik Indonesia
Jakarta sekitar 30 KM. Keduanya dihubungkan dengan jalur lalu lintas darat bebas
hambatan Jakarta Merak yang menjadi alur lalu lintas perekonomian antara Pulau Jawa
dengan Pulau Sumatra. Luas wilayah Tanggerang 111.038 Ha, dibagi kedalam 36
kecamatan dan 316 desa.
Wilayah tanggerang juga dibagi ke dalam tiga wilayah pusat pertumbuhan yaitu
serpong, balaraja dan tigaraksa, serta teluk naga. Kabupaten tanggerang bercita-cita ingin
5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
memperkuat basis perekonomian berada di tangan rakyat. Salah satu upaya untuk
mewujudkan keinginan tersebut adalah dengan membangun pusat pameran industry
terutama untuk hasil industry kecil dan hasil kerajinana rakyat. Perekonomian Kabupaten
tanggerang didominasi oleh industry pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran.
Kabupaten tanggerang adalah salah satu kantung industry Indonesia, terutama karena
keberadaannya juga memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah lain. Kegiatan industry
menyita lebih dari 50% potensi ekonomi daerah kabupaten tanggerang.
Kabupaten Tanggerang adalah wilayah dengan populasi yang sangat padat.
Sebagai salah satu Kabupaten terbesar di Indonesia. Kondisi Kabupaten Tanggerang
sangat menjanjikan untuk pengembangan kegiatan bisnis.
Salah satu dari bisnis yang cukup berpotensi dikembangkan adalah usaha di bidang
rumah sakit. Oleh karena itu, pihak investor RS Cinta Bunda berencana untuk melakukan
pengembangan salah satu Rumah Sakit di wilayah Pasar Kemis Tanggerang dari Rumah
Sakit Ibu dan Anak menjadi Rumah Sakit Umum. Wilayah yang dimaksud merupakan
sebuah kecamatan Pasar Kemis yang terletak di bagian Barat Kabupaten Tanggerang.
Ditinjau dari segi posisi, daerah ini dirasa cukup strategis karena berada di pusat keramaian
sehingga dapat melayani lebih banyak masyarakat.
Kabupaten Tanggerang adalah salah satu kota dari propinsi Kabupaten Tanggerang
dan memiliki luas wilayah sebesar 111.038 km² dengan total jumlah penduduk sebesar
3.264.776 jiwa. Berdasarkan jumlah tersebut, diketahui bahwa Kota Jakarta Barat memiliki
kepadatan penduduk sebesar 105.946 jiwa/ km². Memiliki kepadatan penduduk yang cukup
tinggi membuat wilayah Kabupaten tanggerang menjadi tempat yang cukup strategis untuk
menjalankan berbagai jenis usaha, khususnya yang melibatkan masyarakat umum sebagai
target bisnis.
Dengan jumlah dan kepadatan populasi yang cukup tinggi dibanding area/kabupaten
sekitarnya, terbuka peluang – peluang dalam berbagai bidang bisnis dan investasi, terutama
bisnis – bisnis dengan target market masyarakat umum/penduduk. Salah satu bisnis yang
melibatkan kepentingan masyarakat adalah bisnis perumah sakitan. Bidang bisnis perumah
– sakitan sendiri tidak pernah lepas dari aspek profitabilitas bagi investor maupun aspek
sosial bagi masyarakat.
Salah satu bisnis yang melibatkan kepentingan masyarakat adalah bisnis perumah
sakitan. Bidang perumah sakitan sendiri tidak pernah lepas dari aspek keuntungan
menguntungkan bagi investor maupun aspek sosial kemanusiaan bagi masyarakat.
Dalam rencana investasi rumah sakit, kita harus menentukan terlebih dahulu area
cakupan dari rumah sakit tersebut. Area cakupan atau catchment area adalah beberapa
daerah asal dari pasien yang masih mungkin untuk datang dan mendapatkan layanan
25 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
kesehatan di RS Cinta Bunda. Faktor – faktor yang kami pertimbangkan dalam menentukan
catchment area adalah sebagai berikut:
23 Profil demografi Kabupaten Tanggerang, serta profil kesehatan dan sosial ekonomi
area cakupan
24 Ukuran dan tipe rumah sakit yang direncanakan,
25 Aksesibilitas lokasi rumah sakit yang direncanakan,
26 Rumah sakit pesaing, lokasi, ukuran dan performanya.
Pemetaan area cakupan merupakan hal yang penting dilakukan sebelum melangkah
lebih dalam pada kajian kelayakan ini. Pemahaman terhadap area cakupan memberikan kita
suatu batasan yang dapat lebih mempermudah dalam merangkum beragam informasi
penting terkait investasi serta pemahaman yang lebih terfokus terhadap target market kita.
Untuk memetakan area cakupan RS Cinta Bunda, kami mempertimbangkan letak
dan distribusi rumah sakit pesaing lainnya. Kami membatasi area cakupan sampai dengan
radius 10 kilometer dari Lokasi RS Cinta Bunda.
Kami memetakan lokasi perencanaan rumah sakit terhadap wilayah administratif dan
rumah sakit pesaing di sekitar situs yang direncanakan. Dalam memperhitungkan market
potential, kami memasukkan perhitungan untuk seluruh penduduk yang tinggal dalam radius
10 km tersebut.
Gambar berikut ini menunjukkan area cakupan dari RS Cinta Bunda. Tanda silang
merah “x” di tengah lingkaran merupakan lokasi dari RS Cinta Bunda. Secara administratif
RS Cinta Bunda letaknya berada di Kecamatan Pasar Kemis(ditandai dengan angka 1).

Gambar 1. Peta area cakupan RS Cinta Bunda

12

8
7 13

3
4
11
9

1 2
10

6
26 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda

5
Dalam memperkirakan area cakupan, kami memetakan wilayah berdasarkan jarak
radius dari lokasi RS Cinta Bunda. Selain jarak radius, biasanya kami juga
mempertimbangkan kemudahan akses transportasi (alat transportasi, jalan utama, kondisi
jalan utama) untuk memetakan ini. Sehingga toleransi radius area cakupan dapat diambil
lebih luas pada daerah yang jauh namun memiliki akses transportasi mudah.

Gambar 2. Gambaran Akses ke RS Cinta Bunda

Kawasan RS Cinta Bunda sendiri berada di Raya Puri Agung Pasar Kemis
Kabupaten Tanggerang. Hal ini membuat akses menuju kawasan RS Cinta Bunda dari
berbagai arah dapat dikatakan cukup baik dan RS Cinta Bunda sendiri menjadi lebih mudah
ditemukan (ditandai dengan garis-garis kuning). Selain itu, hal ini juga menjadikan akses RS
Cinta Bunda dari luar Kabupaten Tanggerang dapat diraih dengan relatif mudah dengan
transportasi publik dan pribadi dengan adanya Jalan Utama. Oleh sebab aksesibilitas yang
cukup baik, dalam menentukan area cakupan kami lebih banyak mengacu kepada jarak
radius saja.
Meskipun RS Cinta Bunda berada di Kecamatan Pasar Kemis, dalam menghitung
penduduk pada area cakupan, selain penduduk wilayah ini kami juga memperkirakan
adanya penduduk yang masih mungkin datang ke lokasi untuk mendapatkan layanan
kesehatan berdasarkan jarak tadi. Kami melakukan estimasi terhadap jumlah penduduk

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


yang tinggal di daerah sekitar yang masuk dalam area cakupan namun berada diluar
wilayah administrasi Kecamatan Pasar Kemis. Kecamatan Pasar Kemis diketahui
berbatasan dengan beberapa kecamatan lainnya di Kabupaten Tanggerang. Kecamatan lain
di wilayah Kabupaten Tanggerang yang termasuk ke dalam area cakupan adalah
Kecamatan Cikupa, Curug, Kecamatan Mauk, Kecamatan Sukadiri , Kecamatan Rajeg,
Kecamatan Paku Haji, dan Kecamatan Teluk Naga dan Beberapa Kecamatan di Kota
Tanggerang.
Banyaknya penduduk kami tentukan berdasarkan presentase wilayah yang masih
masuk area cakupan, dengan asumsi populasi penduduk terdistribusi merata pada area
cakupan. Sebagai contoh apabila 70% wilayah kecamatan A masuk dalam radius area
cakupan, maka 70% penduduk kecamatan A diperhitungkan sebagai penduduk area
cakupan, yang merupakan potensi pasar dari bisnis rumah sakit ini.

Tabel 1. Pemetaan persentase penduduk area cakupan Kabupaten Tanggerang

No Kabupaten Kecamatan 0-5 km 5-10 km


1. Kabupaten Tanggerang Cisoka 0% 0%
2. Kabupaten Tanggerang Solear 0% 0%
3. Kabupaten Tanggerang Tigaraksa 0% 0%
4. Kabupaten Tanggerang Jambe 0% 0%
5. Kabupaten Tanggerang Cikupa 100% 0%
6. Kabupaten Tanggerang Panongan 0% 0%
7. Kabupaten Tanggerang Curug 100% 0%
8. Kabupaten Tanggerang Kelapa Dua 0% 0%
9. Kabupaten Tanggerang Legok 0% 0%
10. Kabupaten Tanggerang Pagedangan 0% 0%
11. Kabupaten Tanggerang Cisauk 0% 0%
12. Kabupaten Tanggerang Pasar Kemis 100% 0%
13. Kabupaten Tanggerang Sindang Jaya 0% 0%
14. Kabupaten Tanggerang Balaraja 0% 0%
15. Kabupaten Tanggerang Jayanti 0% 0%
16. Kabupaten Tanggerang Sukamulya 0% 0%
17. Kabupaten Tanggerang Kresek 0% 0%
18. Kabupaten Tanggerang Gunung Kaler 0% 0%
19. Kabupaten Tanggerang Kronjo 0% 0%
20. Kabupaten Tanggerang Mekar Baru 0% 0%
21. Kabupaten Tanggerang Mauk 0% 0%
22. Kabupaten Tanggerang Kemiri 0% 0%
23. Kabupaten Tanggerang Sukadiri 75% 0%
24. Kabupaten Tanggerang Rajeg 75% 0%

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


25. Kabupaten Tanggerang Sepatan 0% 0%
26. Kabupaten Tanggerang Sepatan Timur 0% 0%
27. Kabupaten Tanggerang Paku haji 0% 0%
28. Kabupaten Tanggerang Telug Naga 0% 0%
29. Kabupaten Tanggerang Kosambi 0% 0%
30. Kota Tanggerang Tanggerang 0% 50%
31. Kota Tanggerang Karawaci 0% 50%
32. Kota Tanggerang Cibodas 0% 10%
33. Kota Tanggerang Periuk 0% 50%
34. Kota Tanggerang Batuceper 0% 10%
35. Kota Tanggerang Neglasari 0% 10%

Banyaknya jumlah penduduk Kabupaten Tanggerang yang kami pergunakan dalam


analisis kami, kami peroleh dari data Badan Pusat Statistik tahun 2016. Jumlah ini kami
sesuaikan dengan rerata pertumbuhan penduduk beberapa tahun sebelumnya, sehingga
dapat dilakukan estimasi terhadap jumlah penduduk area cakupan di tahun – tahun
mendatang. Proyeksi penduduk area cakupan sendiri dengan radius 0-10 Km dimulai pada
tahun 2016, sehingga jumlah penduduk disesuaikan dengan perkiraan jumlah penduduk
pada akhir tahun 2017.

B.2 Demografi
Wilayah Kabupaten Tanggerang sendiri dibagi dalam 29 (dua puluh sembilan)
kecamatan dengan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2016 mencapai 3.264.776 jiwa.
Dengan luas wilayah 111.038 km2, dapat kita hitung kepadatan penduduk rata-rata adalah
105.946 jiwa per km2. Secara rata – rata seluruh Kabupaten, kepadatannya cukup tinggi
tinggi.
Dalam melakukan kajian terhadap kondisi profil area cakupan, kami lebih banyak
memfokuskan kajian pada profil Kabupaten Tanggerang. Hal ini dikarenakan sebagian besar
wilayah area cakupan (lebih dari 70%) adalah wilayah Kabupaten Tanggerang. Namun
secara ekonomi karena letak rumah sakit berdekatan dengan Kota Tanggerang.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Tanggerang secara rata – rata di seluruh
Kacamatan dalam 4 tahun terakhir diproyeksikan sebesar 3.31% per tahun. Namun
pertumbuhannya populasi ini tidak tersebar merata. Untuk mendapatkan perhitungan
proyeksi yang lebih teliti, kami memperhatikan pertumbuhan populasi per kecamatan yang
masuk di dalam area cakupan.
Untuk menentukan laju pertumbuhan, kami menggunakan laju pertumbuhan
penduduk area cakupan dengan melihat jumlah total pada tahun 2016 dibandingkan pada
tahun 2017. Dari laju pertumbuhan tiap kecamatan tersebut, kami menghitung weighted
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
average dengan berdasarkan volume populasi di tiap kecamatan. Sehingga diperoleh rata –
rata pertumbuhan penduduk untuk seluruh wilayah area cakupan.
Selengkapnya, tabel di bawah ini akan memperlihatkan jumlah penduduk, luas
daerah dan kepadatan penduduk di setiap kecamatan dalam area cakupan.

Tabel 2. Populasi Kecamatan di Area Cakupan tahun 2016

Luas Kecamatan Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk


Kecamatan
(km2) (#) (#/km2)

Cisoka 26.98 89,291 3,310


Solear 29.01 85,414 2,944
Tigaraksa 48.74 143,389 2,942
Jambe 26.02 43,657 1,678
Cikupa 42.68 261,508 6,127
Panongan 34.93 123,067 3,523
Curug 27.41 193,916 7,075
Kelapa Dua 24.38 212,280 8,707
Legok 35.13 113,910 3,243
Pagedangan 45.69 110,100 3,243
Cisauk 27.77 76,622 2,410

Pasar Kemis 25.92 298,067 2,759


Sindang Jaya 37.15 88,511 11,499
Balaraja 33.56 125,232 2,383
Jayanti 23.89 69,972 3,732
Sukamulya 26.94 63,710 2,929
Kresek 25.97 64,153 2,365
Gunung Kaler 29.63 50,980 1,721
Kronjo 44.23 57,350 1,297
Mekar Baru 23.82 36,788 1,544
Mauk 51.42 81,517 1,585
Kemiri 32.70 42,294 1,293
Sukadiri 24.14 55,543 2,301
Rajeg 53.70 158,678 2,955
Sepatan 17.32 109,758 6,337
Sepatan Timur 18.27 90,852 4,973
Paku haji 51.87 110,928 2,139
Telug Naga 40.58 155,317 3,827
Kosambi 29.76 151,972 5,107

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Ciledug 8.77 132,114 15,064
Larangan 9.40 148,080 15,753
Karang Tengah 10.47 112,140 10,711
Cipondoh 17.91 202,740 11,320
Pinang 21.59 166,272 7,701
Tanggerang 15.79 165,314 10,470
Karawaci 13.48 182,872 13,566
Cibodas 9.61 160,472 16,698
Periuk 9.54 136,100 14,266
Batuceper 11.58 92,289 7,970
Neglasari 16.08 89,843 5,587

Dalam industri rumah sakit, tentunya lebih disukai apabila Rumah Sakit berada pada
area dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Hal ini sejalan dengan jumlah penduduk, kepadatan yang cukup tinggi, serta tingkat
pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanggerang yang juga masih tampak meningkat,
sehingga apabila dilihat dari sisi populasi, kondisinya sangat positif.
Gambar dibawah ini menampilkan suatu paparan historis serta proyeksi penduduk
Kabupaten Tanggerang yang masuk dalam catchment area dari tahun 2016 dan
diproyeksikan sampai akhir tahun 2031. Pada tahun 2031 diperkirakan penduduk dalam
area cakupan akan mencapai 1.5 juta jiwa.

Gambar 3. Proyeksi penduduk area cakupan RS Cinta Bunda (2016 – 2031)

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Selain jumlahnya, kami juga memproyeksikan penduduk dalam area cakupan berdasarkan
usia dan jenis kelamin, dengan melihat proyeksi berdasarkan usia dan jenis kelamin ini kita
dapat melihat potensi layanan kesehatan terkait usia ataupun jenis kelamin tertentu. Gambar
grafik pada halaman selanjutnya menampilkan proyeksi penduduk dalam area cakupan
berdasarkan sex ratio-nya.

Gambar 4. Proyeksi Penduduk Area Cakupan RS Cinta Bunda berdasarkan Jenis


Kelamin Tahun 2016 – 2031

50,02%
50,23%
50,44% 49,98%
50,65%
49,77%

49,56%
49,35%

Berdasarkan diagram diatas, jumlah penduduk laki-laki diketahui terlihat lebih besar
dari pada perempuan. Hasil perhitungan sex ratio ditemukan rata-rata SR= 101.52 yang
berarti penduduk laki-laki mendominasi penduduk perempuan dalam rentang periode 2016-
2031. Meskipun demikian, proporsi laki-laki dan perempuan di daerah cakupan
menunjukkan kecenderungan yang tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun. Industri rumah
sakit dapat juga melihat ini sebagai kondisi dimana potensi layanan – layanan untuk laki-laki
dan perempuan secara umum cukup berimbang.
Pada gambar berikut ini kami tampilkan gambar proyeksi berdasarkan kelompok
umur untuk keseluruhan Kabupaten dan Kota Tanggerang di area cakupan (2016 – 2031).

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Gambar 5. Proyeksi Penduduk Wilayah Kabupaten Tanggerang berdasarkan
Kelompok Umur

Pada proyeksi pertambahan penduduk dari sektor usia di wilayah cakupan RS Cinta
Bunda digunakan proyeksi tingkat Kabupaten Tanggerang berdasarkan data Bappenas.
Pada diagram diatas, Kabupaten Tanggerang diketahui memiliki kecenderungan mengikuti
pola aging population, yaitu kondisi dimana jumlah penduduk berusia lebih tua cenderung
untuk bertambah proporsinya dari tahun ke tahun. Kondisi ini mirip dengan pola
pertumbuhan berdasarkan umur pada berbagai Kabupaten lainnya di Indonesia.
Berdasarkan proyeksi kelompok umur tampak bahwa proporsi penduduk pada usia
50 tahun keatas memiliki rerata pertumbuhan yang lebih besar dan cenderung bertambah
proporsinya. Sedangkan untuk penduduk usia 0-14 dan 15-24 cenderung berkurang secara
perlahan proporsinya. Penduduk usia dewasa produktif 25 – 49 tahun cenderung meningkat
proporsinya.
Keadaan proporsi umur yang seperti ini dapat menjadi peluang juga bagi rumah sakit
untuk mengembangkan layanan kesehatan bagi usia – usia tertentu. Pertumbuhan
penduduk usia tua misalnya dapat menjadi peluang bagi rumah sakit untuk menambah
layanan penyakit degeneratif maupun layanan geriatri.
Kami mengadakan kajian terhadap demografi dengan proyeksi sampai 15 tahun ke
depan (2015-2030). Dalam hal laju pertumbuhan penduduk, menurut data sekunder,
Kabupaten Tanggerang memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 1.5%. Laju
pertumbuhan ini dikategorikan cukup tinggi dibandingkan rerata pertumbuhan penduduk
Indonesia secara umum (1.2%). Laju pertumbuhan yang meningkat menambah kepadatan
daerah pada tahun 2015 yang mencapai 2000 jiwa/km2 . Hal ini memberikan arti positif bagi
0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
pihak investor RS Cinta Bunda karena daerah dengan jumlah dan tingkat pertumbuhan
penduduk yang terus mengalami peningkatan akan sangat menjanjikan bagi rencana
investasi karena menunjukkan adanya peningkatan atas permintaan fasilitas kesehatan
(demand).

B.3 Aspek Sosial Ekonomi

Kabupaten Tanggerang adalah pusat industry pengolahan, perdagangan, hotel dan


restoran dan yang saat ini memiliki potensi untuk berkembang dengan pesat.
Untuk melihat indikator kekuatan ekonomi regional wilayah Kabupaten Tanggerang
secara makro, kami menggunakan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
Kabupaten Tanggerang. Secara teori, PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa
yang diproduksi di wilayah tertentu pada kurun waktu tertentu. PDRB yang digunakan
adalah PDRB dengan harga konstan tahun 2016. Untuk keperluan perbandingan laju
pertumbuhan PDRB, penggunaan harga konstan akan lebih menggambarkan situasi
sebenarnya karena sudah mengeluarkan factor inflasi. Dengan demikian angka laju
pertumbuhan yang ditunjukkan benar-benar real.

B.3.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tanggerang


Untuk melihat tingkat ekonomi wilayah Kabupaten Tanggerang secara kuantitatif,
kami menggunakan data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Tanggerang.
Secara teori, PDRB adalah total nilai produksi barang dan jasa yang diproduksi di wilayah
tertentu dalam kurun waktu tertentu.
Nilai PDRB menggunakan 2 acuan yaitu, PDRB atas dasar harga berlaku (disebut
juga PDRB nominal) dan PDRB atas dasar harga konstan (berdasarkan pada harga pada
tahun dasar tertentu). PDRB dengan harga berlaku bertujuan untuk melihat struktur
perekonomian. Sedangkan PDRB dengan harga konstan bertujuan untuk mengukur
pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut.
PDRB harga konstan yang terbaru saat ini menggunakan tahun dasar 2010. Dengan
menggunakan acuan harga konstan, pertumbuhan ekonomi pada saat sekarang dapat
dilihat lebih real karena nilainya telah disesuaikan dengan inflasi di berbagai sektor ekonomi.
Sehingga pengaruh perubahan harga karena inflasi sudah dihilangkan.
Secara umum, PDRB Kabupaten Tanggerang terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun.Pada tahun 2015, nilai PDRB Tanggerang mencapai sekitar 102.044,71
Milyar rupiah.persen dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan harga konstan 2010,

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


nilai PDRB 2015 mencapai 78.093,56 milyar rupiah atau meningkat 5.39 persen dari tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan yang positif menunjukkan baik perekonomian tanggerang terus
berkembang dari tahun ke tahun. Kondisi ini tentu merupakan kabar baik bagi investor,
karena dengan naiknya perkembangan ekonomi menunjukkan aktivitas ekonomi terus
bertumbuh di daerah tersebut. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada tingkat
kesejahteraan penduduk di daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi
permintaan (demand) akan layanan rumah sakit. Semakin meningkatnya daya beli
masyarakat dan kesadaran akan layanan medis yang baik. Sehingga semakin tersedia
peluang (opportunity) untuk penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas.
Gambar berikut ini menunjukkan PDRB Kabupaten Tanggerang dan
pertumbuhannya dari tahun ke tahun.

Gambar 6. Laju Perekonomian dan PDRB Tanggerang Periode 2012-2015

Secara umum sektor ekonomi dapat dibagi menjadi tiga kelompok yakni sektor ekonomi
primer, sekunder, dan tersier sebagai berikut;
0 Sektor Ekonomi Primer

0 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan,


1 Pertambangan & Penggalian.
1 Sektor Ekonomi Sekunder
0 Industri Pengolahan
1 Pengadaan Listrik dan Gas
2 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
3 Konstruksi

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


5888 Sektor Ekonomi Tersier
5888 Perdagangan Besar dan Eceran
5889 Transportasi dan Pergudangan
5890 Informasi dan Komunikasi
5891 Jasa Keuangan dan Asuransi
5892 Real Estate
5893 Jasa Perusahaan
5894 Administrasi Pemerintahan
5895 Jasa Pendidikan
5896 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
5897 Jasa lainnya
Mengacu pada Statistik Daerah Kabupaten Tanggerang tahun 2016, pada tahun 2015
sektor Industri Pengolahan (manufacturing) menjadi penyumbang paling dominan pada
PDRB dengan memberikan kontribusi sebesar 38,07%. Diikuti lapangan usaha lainnya pada
urutan kedua dengan kontribusi 19.01% dan sektor konstruksi menempati urutan ke-3
dengan kontribusi 12.72%. Dari data tersebut, pengolahan memegang peranan besar dalam
ekonomi masyarakat Kabupaten Tanggerang. Gambar berikut ini menunjukkan persentase
kontribusi tiap – tiap sektor pada perekonomian Kabupaten Tanggerang menurut data
sekunder Statistik Daerah Kabupaten Tanggerang tahun 2016.

Gambar 7. Kontribusi PDRB Kabupaten Tanggerang pada tiap sektor ekonominya


pada tahun 2015 (Statistik Daerah Kabupaten Tanggerang 2016)

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Dengan sektor industri Pengolahan sebagai pemberi kontribusi yang besar dalam
pertumbuhan ekonomi, dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan perekonomian di
Kabupaten Tanggerang berada dalam tahapan Economic-Growth. Oleh karena itu
keberadaan RS Cinta Bunda mendapat peluang yang besar untuk menyediakan layanan
pada para pekerja atau perusahaan yang bergerak pada sektor-sektor ini. Tentunya hal ini
dapat dilakukan dengan membangun kerjasama dengan perusahaan – perusahaan maupun
orang ataupun kelompok individu yang bergerak pada bidang tersebut.

Gambar 8. Rata-rata Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Tanggerang berdasarkan


lapangan usaha pada tahun 2015 (PDRB Kabupaten Tanggerang, 2016)

Pada tahun 2015, terdapat 9 (sembilan) sektor yang tumbuh dengan laju
pertumbuhan lebih tinggi dari pertumbuhan total PDRB Kabupaten Tanggerang yang
sebesar 5.89%. Hal ini menyebabkan kontribusi dari ketujuh sektor tersebut terhadap porsi
PDRB semakin besar dari tahun ke tahun. Sebaliknya pertumbuhan yang lebih kecil dari
rerata pertumbuhan mengakibatkan persentase kontribusinya cenderung semakin
berkurang.
Berdasarkan besarnya PDRB pada tiap sektor ekonomi, tampak bahwa sektor
Keuangan memiliki laju pertumbuhan terbesar dan diikuti oleh pertumbuhan jasa konstruksi.
Meskipun sektor industri manufaktur menjadi pemegang kontribusi terbesar dalam
menggerakkan ekonomi daerah, namun untuk laju pertumbuhannya dapat dilihat berada
dibawah rerata pertumbuhan total PDRB. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusinya untuk
perekonomian Kabupaten Tanggerang kemungkinan akan berkurang dari tahun – ke tahun.

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Data diatas menunjukkan pergerakan perekonomian di Kabupaten tanggerang
cenderung dinamis namun terus bergerak dalam tahapan-tahapan economic-growth.
Kabupaten Tanggerang terlihat mulai meninggalkan sektor primer (pertanian dan
pertambangan), berkurang aktivitasnya pada sektor sekunder dan berkembang baik pada
sektor – sektor tersier.

B.3.2 Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran KabupateTanggerang.


Tenaga kerja merupakan elemen penting bagi pertumbuhan dan pembangunan
suatu daerah atau kabupaten. Jumlah dan komposisi tenaga kerja juga terus berubah
sejalan dengan proses demografi.
Angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas, baik yang bekerja,
sementara tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penduduk berumur kurang dari 15
tahun yang meskipun telah melakukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak
digolongkan sebagai angkatan kerja. Dari data sekunder yang kami miliki, pada tahun 2015
terdapat 1,341.329 penduduk sebagai angkatan kerja yang terbagi dalam bermacam
pekerjaan dan 124. 024 penduduk tergolong pengangguran.
Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi pertumbuhan
lapangan/kesempatan kerja dapat menyebabkan tingkat kesempatan kerja yang cenderung
menurun. Berdasarkan data sekunder Statistik Daerah Kabupaten Tanggerang, pada tahun
2015 Tingkat Kesempatan Kerja cukup besar yakni 91.55 %. Lapangan Usaha yang banyak
diminati adalah sektor Industri Pengolahan dan Perdagangan.
Data dari Kabupaten Tanggerang Dalam Angka menunjukkan, pada tahun 2015
pencari kerja yang dilaporkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Tanggerang adalah sebesar jiwa dimana jumlah lowongan pekerjaan yang tersedia sebesar
23 033. Jumlah lowongan pekerjaan yang terbuka bagi perempuan ditemukan lebih banyak
daripada laki-laki, meskipun jumlah pencari kerja laki-laki jauh lebih banyak dari pada
perempuan.

B.4 Indikator Kesehatan

B.4.1 Penyakit Terbanyak Kabupaten Tanggerang


Kami menggunakan data pola penyakit di tingkat Kabupaten tanggerang untuk
memperkirakan pola morbiditas untuk wilayah Kabupaten Tanggerang . Seperti yang tertera
dalam data sekunder BPS Kabupaten Tanggerang, penyakit terbanyak yang mendominasi
adalah penyakit Gastro Enteristis Dehisrasi (GED) dengan jumlah keluhan 15,3 % yang
tercatat di Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang kurun waktu 2014. Pada urutan

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


kedua keluhan terbanyak di tingkat RSU Kabupaten Tanggerang adalah CA Mamae dengan
presentase 12,95%. informasi detail mengenai kelompok penyakit yang terbanyak dapat
dilihat pada grafik di halaman selanjutnya.

Gambar 9. 10 Keluhan Penyakit Terbanyak Tingkat RSU Kab Tanggerang


Sepanjang Tahun 2014 di Kabupaten Tanggerang

16.00%

14.00%

12.00%

10.00%

8.00%

6.00%

4.00%

2.00%

0.00%

Gambar 10. 10 Keluhan Penyakit Terbanyak Tingkat Rumah Sakit Sepanjang Tahun 2014
di Kabupaten Tanggerang

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Dengan melihat penyakit terbanyak, kita dapat mengamati dan memperkirakan
bagaimana pola kelompok – kelompok penyakit di Kabupaten Tanggerang. Adapun pola
penyakit ini dapat digunakan untuk mempelajari potensi layanan kesehatan bila rumah sakit
ingin menonjolkan pelayanan atau layanan unggulan pada jenis – jenis penyakit tertentu.

B.4.2 Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Di Kabupaten Tanggerang terdapat beberapa Rumah Sakit baik milih pemerintah


ataupun Swasta. Untuk area cakupan sampai dengan radius 10 Km dari RS Cinta Bunda,
terdapat hanya 18 Rumah Sakit salah satu nya adalah Rumah Sakit millik pemerintah.
Secara lebih detail indikator untuk setiap rumah sakit umum di Kabupaten Tanggerang dapat
dilihat pada tabel indikator pelayanan rumah sakit berikut ini.

Tabel 3. Indikator Pelayanan Rumah Sakit Kabupaten Tanggerang tahun 2015

No Rumah Sakit Zone Total TT BOR LOS GDR NDR


1 Rs Annisa Tanggerang 0-5 Km 100 53.5 3.0 - -
2 RSIA Keluarga Ibu 0-5 Km 25 - - - -
3 RSU Kota Tanggerang 1-10 Km 300 79.2 4.1 - -
4 RS Mayapada 1-10 Km 107 36.8 3.3 - -
5 RSUD Kab Tanggerang 1-10 Km 440 83 2.9 42.4 14.13
6 RS Sari Asih 1-10 Km 160 68.5 3.2 - -
7 RS AL Qadr 1-10 Km 113 58.6 3.9 0 0
8 RS Hermina Bitung 1-10 Km 48 - - - -
9 RS Siloam 1-10 Km 492 67.6 4 31.6 20.1
10 RS Karunia Bunda 1-10 Km 25 53.8 1.4 - -
11 RS Ariya Medika 1-10 Km 103 63.8 3.0 - -
12 RS Melati 1-10 Km 97 - -
13 RS Awal Bross 1-10 Km 108 59.2 3.7 - -
14 RS Usada Insani 1-10 Km 291 - -
15 RS Hermina Tanggerang 1-10 Km 28 46.8 2.8 - -
16 RS Harapan Ibu 1-10 Km 53 - - - -
17 RS Pemata Hati 1-10 Km 25 72 1.3 - -
18 RS Tiara Bunda 1-10 Km 40 33 3 0 0
Jumlah Total TT 2555

Untuk melihat kinerja pelayanan rumah sakit indikator yang umumnya digunakan
adalah jumlah tempat tidur, BOR, LOS serta GDR dan NDR. Berdasarkan data sekunder
Sistem Informasi Rumah Sakit, terdapat 3 rumah sakit dengan BOR yang diketahui sangat
baik, yaitu diatas 75% yaitu RSUD Kab Tanggerang, RS Siloam. Rumah sakit dengan

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


kinerja pelayanan yang baik tersebut patut untuk dipertimbangkan sebagai kompetitor utama
bagi RS Cinta Bunda di masa depan. Terutama saat ini rumah sakit tersebut telah memiliki
kapasitas tempat tidur diatas 100 TT (setara kelas C keatas), dan memiliki kinerja layanan
yang baik. Secara lebih detail mengenai profil kompetitor akan dibahas pada analisa survey.
Dari rumah sakit diatas, jumlah rata – rata LOS diketahui 3 hari. Lamanya LOS ini
juga yang nantinya dijadikan pertimbangan dalam menghitung pemodelan finansial
kelayakan RS Cinta Bunda. Lamanya LOS ini cenderung untuk berkurang dari tahun ke
tahun.
GDR adalah angka yang menunjukkan banyaknya pasien yang meninggal dunia dari
setiap 1.000 pasien yang dibawa ke rumah sakit. Angka GDR ini sebaiknya seminimal
mungkin karena menandakan tingkat kematian rumah sakit. Berdasarkan rerata
keseluruhan data diatas, GDR adalah 30.7. Artinya dari 1.000 pasien yang masuk ke rumah
sakit, 30.7 diantaranya meninggal dunia.
NDR adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien rawat inap yang meninggal
dunia setelah dirawat ≥ 48 jam. Angka NDR ini umumnya dijadikan indikator untuk mutu
layanan kesehatan rumah sakit. Secara rata – rata NDR dari pasien berdasarkan
keterangan rumah sakit di atas adalah 12.7. Artinya dari setiap 1000 pasien yang dirawat ≥
48 jam di rumah sakit, terdapat 12.7 pasien yang meninggal dunia.
Berdasarkan data pemanfaatan tempat tidur yang sudah seseuai dengan standard
BOR (kementerian kesehatan) dari RS yang ada hanya beberapa Rumah Sakit saja yaitu
kisaran 60 % - 85 %. Standard tersebut hanya terjadi di Rumah Sakit Siloam dan RSUD
Tanggerang.
BOR yang terlalu besar pada suatu RS memiliki konsekuensi berupa RS tidak dapat
menampung pasien dengan baik, terutama apabila terjadi kasus Kejadian Luar Biasa (KLB).
Jika dilihat dari penyebaran BOR yang tidak merata di beberapa RS, hal ini
mencerminkan tidak adanya pemerataan dalam distribusi pasien dalam memilih tumah sakit
sebagai tempat berobat. Persoalan tidak meratanya pilihan masyarakat terhadap suatu
rumah sakit memiliki banyak factor penyebab. Factor penyebab ini dapat berupa kualitas
pelayanan, kejangkauan biaya, figure dokter, jarak RS dengan penduduk, fasilitas dan
sarana dan prasarana lainnya.

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


C. Analisis Kompetitor

C.1 Profil Umum Kompetitor


Faktor kompetisi merupakan salah satu faktor yang penting dalam perencanaan
rumah sakit. Pemetaan kompetitor penting untuk menentukan kelayakan pembangunan
sebuah rumah sakit dan penyusunan rencana strategis rumah sakit. Dalam laporan ini yang
diperhitungkan sebagai kompetitor adalah rumah sakit umum yang setidaknya memenuhi
kriteria berada di area cakupan RS Cinta Bunda. Beberapa rumah sakit yang kami anggap
sebagai kompetitor dicantumkan pada tabel berikut.

Tabel 4. Rumah sakit kompetitor

Jumlah
No Nama Kelas TT Lokasi
1 RSUD Kabupaten B 215 TT Jl. Ahmad Yani
Tangerang no 9, Suka Asih,
Tangerang
2 RS Sari Asih B 160 TTJl. M Toha Km.
3.5 Periuk
Tanggerang

Peta lokasi kompetitor RS Cinta Bunda dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan profil umum kompetitor yang ada, kompetitor yang memiliki lokasi terdekat
dengan RS Cinta Bunda adalah RS Sari Asih.
Secara lokasi dan jumlah tempat tidur RS yang perlu dipertimbangkan sebagai
kompetitor adalah RSUD Kabupaten Tanggerang (215 tempat tidur). Kompetitor lainnya
berada di radius >10 km dan memiliki jumlah tempat tidur relatif beragam, yaitu berkisar 89-
300 tempat tidur. Bila dibangun sesuai rencana sebanyak ±438 tempat tidur, maka secara
kapasitas RS Cinta Bunda akan menjadi RS dengan kapasitas tempat tidur terbesar di area
cakupan.

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Gambar 11. Peta Lokasi Kompetitor RS Cinta Bunda

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


C.2 Profil Khusus Kompetitor

Secara khusus setiap rumah sakit kompetitor juga memiliki fasilitas yang
berbeda-beda. Hal ini juga perlu diperhatikan untuk menentukan strategi atau
fasilitas yang tepat untuk diinvestasikan.

RSUD Kabupaten Tangerang


Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang (RSU), adalah Rumah Sakit
Umum milik Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang, yang berlokasi di Wilayah
Kota Tangerang, tepatnya Jl. Jenderal A.Yani No.9 Tangerang.
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang merupakan Type RS Kelas B
Pendidikan. dengan fasilitas :
23 Jumlah Tempat Tidur sebanyak 215 TT
24 Rawat Darurat 24 Jam
25 Rawat Jalan dengan 27 Pelayanan Spesilistik & 7 Sub Spesilistik
26 Medical Checkup
27 Kamar Bedah dengan 12 Kamar Operasi
28 Kamar Bersalin dengan 22 buah Tempat Tidur
29 Hemodialisa dengan jumlah 18 Tempat Tidur dan alat
30 Pusat Thalassaemia dengan jumlah 4 Tempat Tidur dan alat
31 Thalasemia dengan jumlah 8 Tempat Tidur
32 Perawatan ICU/ICCU
33 Rehabilitasi Medik (Fisioterapi)
34 Ruang Isolasi Pasien Flu Burung 8 Tempat Tidur
35 Klinik Bougenville
36 Pelayanan Penunjang Medis (Laboratorium, Radiologi, Farmasi, CT-Scan,
PA, USG, EEG, EKG, Treadmill, Spirometri dll)
37 Penunjang Lainnya (Ambulance, Kereta Jenazah, dll)

23 Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


Gambar 15 Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang

Berikut Profil umum RSUD Kabupaten Tangerang

Tabel 5 Profil umum RS An Nisa

RSUD Kabupaten Tangerang


Tipe RSU Type B
Kapasitas TT 215 TT
Zona 0 – 5 Km
Berdiri 1928
Address Jl. Ahmad Yani no 9, Suka Asih,
Tangerang

RS Asih

Rumah Sakit Sari Asih adalah rumah sakit umum yang berpusat di Tanggerang.
Rumah sakit ini didirikan oleh Siti Rochayah sejak tahun 1981. Kini, RS. Sari Asih,
telah berkembang menjadi tujuh RS dan pada 2011, telah melayani 40.000 pasien
rawat inap dan 420.000 kunjungan rawat jalan.

5888 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Gambar 17 Rumah sakit Asih

Berikut profil umum Rs Sari Asih

Tabel 12 Profil umum RS Sari Asih

RS Sari Asih
Tipe RS Sari Asih
Kapasitas TT tempat tidur
Zona 0-5 Km
Berdiri 1981
Address Jl. M Toha Km. 3.5 Periuk
Tanggerang

Target rumah sakit ini adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah dan
menengah kebawah serta pengguna BPJS. Sesuai dengan target pasar mereka,
tarif RS Sari Asih pun terhitung murah. Berikut dipaparkan tarif dari RS Asih :
Tabel 18 Tarif RS Sari Asih

Tipe Ruang Harga


VVIP
Super VIP -
VIP 450.000
Utama -
Kelas I A 225.000
Kelas IB 160.000

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Kelas II 100.000
Kelas III 60.000

Gambar 18 Suasana RS Asih

Saat dikunjungi, kondisi area rawat jalan terlihat ramai pengunjung yang
tersebar diberbagai area poli. Untuk ruangan rawat inap-nya pun terkesannya
nyaman. Kebersihan rumah sakit cukup baik, namun kenyamanan dan ketertiban
baik.
Tabel berikut memberikan gambaran mengenai fasilitas yang dimiliki oleh
rumah sakit kompetitor.

Tabel 6. Fasilitas rumah sakit kompetitor


No Nama Fasilitas

1 RSUD 27 Klinik Rawat Jalan, Persalinan 24 Jam, IGD , Kamar


KabupatenTangerang Perawatan Kelas 1,2,3 sampai dengan VIP, ICU, ICCU,
Perinatologi, Hemodialisa, Laboratorium, Radiologi,
Farmasi, CT-Scan, PA, USG, EEG, EKG, Treadmill
2 RS Asih 21 Klinik Rawat Jalan, Persalinan 24 Jam, IGD, Kamar
Perawatan Kelas 1,2,3 sampai dengan VIP, ICU
Peinatologi, NICU, CT Scan,USG ,ECG
47 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat dilihat bahwa setiap RS memiliki
fasilitas yang dasar yang relatif sama. memiliki fasilitas yang lebih lengkap untuk
layanan tertentu sesuai dengan layanan unggulan yang dikembangkan. Dengan visi
membangun RS Cinta Bunda untuk masyarakat yang menggunakan pembiayaan
BPJS, maka diharapkan RS RS Cinta Bunda dapat memiliki fasilitas dasar yang
relatif lengkap dibandingkan dengan rs kompetitor.
Dengan berbagai faktor yang ada, tidak menutup kemungkinan munculnya
kompetitor baru baik dalam bentuk perluasan rumah sakit yang sudah ada maupun
pendirian rumah sakit baru. Oleh karena itu, kami memperkirakan akan ada
penambahan jumlah ketersediaan tempat tidur area cakupan RS Cinta Bunda
sebanyak 200 tempat tidur yang akan dilakukan secara bertahap.

D. Analisis Market Potensial

Dengan mengetahui tingkat permintaan (demand factor) dan tingkat


ketersediaan (supply factor) layanan kesehatan rumah sakit dalam area cakupan,
kita dapat menentukan tingkat kompetisi rumah sakit serta memperkirakan potensi
kebutuhan rumah sakit di area tersebut. Dengan kata lain, seberapa besar potensi
pengguna layanan kesehatan rumah sakit yang akan di bangun relatif terhadap
area cakupan.
Untuk melihat besarnya tingkat permintaan, ketersedian, dan potensi
pengguna bagi rumah sakit yang akan dibangun dilakukan dengan menghitung
jumlah tempat tidur yang tersedia relatif terhadap kebutuhan masyarakat.
Perhitungan ini disebut sebagai market potential, secara matematis perhitungan
market potensial dapat dituliskan sebagai berikut :

Pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai market potential untuk area
cakupan RS Cinta Bunda.

D.1 Market Potensial Area Cakupan RS Cinta Bunda


Besaran Supply menunjukkan ketersediaan jumlah tempat tidur pada area
cakupan pada periode tertentu. Jumlah tempat tidur diproyeksikan mulai dari saat
ini sampai dengan 15 tahun kedepan. Perkiraan banyaknya proyeksi peningkatan
jumlah tempat tidur didasarkan pada kondisi historis dan ekonomi daerah tersebut.

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Perhitungan ini tentunya hanya merupakan perhitungan kasar, dengan
mengasumsikan setiap tempat tidur rumah sakit memiliki nilai potensi yang sama.
Pada kenyataannya memang tidak demikian, dimana ada rumah sakit tertentu
dengan kinerja yang jauh lebih baik dari rumah sakit lainnya. Namun dari
perhitungan ini, kita dapat memperoleh gambaran umum mengenai tingkat
persaingan di area tersebut.
Besaran Demand menggambarkan banyaknya tempat tidur yang dibutuhkan
masyarakat untuk pelayanan kesehatan yang optimal. Dalam menghitung besarnya
demand yang menunjukkan tingkat permintaan layanan kesehatan rumah sakit,
didasarkan pada faktor-faktor sebagai berikut:
Populasi penduduk dan proyeksinya.
Perkiraan tingkat kesakitan rawat inap masyarakat (morbiditas rawat inap).
Perkiraan jumlah pasien rawat inap yang di daerah cakupan.
Lama Tinggal Rata-Rata / Average Length of Stay (ALOS) pasien rawat inap
di daerah cakupan.
Tingkat Hunian Tempat Tidur / Bed Occupancy Rate (BOR) kamar rawat inap
di daerah cakupan
Pada area cakupan RS Cinta Bunda, pengelompokkan penduduk
didasarkan pada metode yang telah dijelaskan pada Bab – 2, mengenai analisis
area cakupan. Dari hasil perhitungan tadi diperoleh jumlah penduduk area cakupan
saat ini mencapai 975,875 jiwa. Jumlah ini diproyeksikan sesuai dengan proyeksi
laju pertumbuhan penduduk.

Tabel berikut ini memaparkan jumlah penduduk area cakupan dan proyeksinya
sampai 14 tahun kedepan.

Tabel 7 Perhitungan proyeksi jumlah penduduk pada area cakupan (2016 – 2031)

Perkiraan
Faktor Pengurang Perkiraan
Rerata
No Tahun Pertumbuhan Populasi Area
Pertumbuhan
Penduduk (%) Cakupan (#)
Penduduk (%pa)

0 2016 0.0% 2.91% 975,875


1 2017 -1.0% 2.94% 1,004,556
2 2018 -1.0% 2.97% 1,034,375
3 2019 -1.0% 3.00% 1,065,387
4 2020 -1.0% 3.03% 1,097,648

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


5 2021 -1.0% 3.06% 1,131,218
6 2022 -1.5% 3.10% 1,166,333
7 2023 -1.5% 3.15% 1,203,082
8 2024 -1.5% 3.20% 1,241,558
9 2025 -1.5% 3.25% 1,281,859
10 2026 -1.5% 3.29% 1,324,093
11 2027 -2.0% 3.36% 1,368,591
12 2028 -2.0% 3.43% 1,415,504
13 2029 -2.0% 3.50% 1,464,995
14 2030 -2.0% 3.57% 1,517,241
15 2031 -2.0% 3.64% 1,572,433

Dari proyeksi penduduk tersebut kita dapat menghitung demand pada area
cakupan. Tabel pada halaman selanjutnya ini menunjukkan besarnya demand dan
perhitungannya pada area cakupan.

Tabel 8. Perhitungan proyeksi demand tempat tidur pada area cakupan (2016
– 2031)

Perkiraan
Perkiraan Proyeksi
Populasi Morbiditas
Pasien Perkiraan Beds
Tahun Area Rawat
Rawat BOR (%) Demand
Cakupan Inap (%)
Inap (#) (#)
(#)

2016 1,756,678 7.4% 129,643 75% 1,936


2017 1,807,712 7.5% 134,743 75% 1,976
2018 1,857,603 7.5% 139,847 75% 2,015
2019 1,906,307 7.6% 144,948 75% 2,052
2020 1,953,789 7.7% 150,044 75% 2,088
2021 2,000,021 7.8% 155,131 75% 2,123
2022 2,044,980 7.8% 160,204 75% 2,157
2023 2,088,652 7.9% 165,262 75% 2,190
2024 2,131,026 8.0% 170,301 75% 2,221
2025 2,172,098 8.1% 175,319 75% 2,252
2026 2,211,868 8.2% 180,314 75% 2,281
2027 2,250,342 8.2% 185,285 75% 2,309

Tabel diatas menunjukkan berapa banyak jumlah kebutuhan tempat tidur


rumah sakit didalam area cakupan RS Cinta Bunda. Penentuan jumlah ini
didasarkan pada jumlah penduduk dan perkiraan morbiditas penggunaan rawat
inap di daerah cakupan, dengan asumsi BOR ideal sebesar 75%. Dari hasil

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


perhitungan ini diperkirakan untuk tahun 2017, jumlah kebutuhan tempat tidur
sekitar 1,976 tempat tidur untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan rawat inap
yang optimal bagi penduduk di dalam area cakupan.
Jumlah kebutuhan ini akan terus bertumbuh seiring dengan tingkat
morbiditas/kebutuhan layanan rawat inap masyarakat dan pertumbuhan penduduk
yang berkembang sepanjang 15 tahun ke depan. Dari tabel tersebut dapat kita lihat
bahwa pada tahun 2027 kebutuhan akan tempat tidur diproyeksikan mencapai 2309
tempat tidur. Pertambahan demand ini cukup baik, hal ini dipengaruhi oleh angka
pertumbuhan penduduk pada area cakupan yang sebagian besar adalah area
Kabupaten Tanggerang.
Berikut ini gambar grafik pertumbuhan kebutuhan tempat tidur rumah sakit di
area cakupan.

Gambar 12. Proyeksi demand tempat tidur (2016-2031)

Untuk menghitung market potential, selain banyaknya kebutuhan tempat


tidur yang diperlukan penduduk di area cakupan, kami juga memproyeksikan
banyaknya supply tempat tidur di area tersebut. Supply yang dimaksud adalah
banyaknya tempat tidur yang tersedia dan proyeksinya selama periode tertentu.

Dalam memproyeksikan jumlah supply tempat tidur ini, didasarkan pada


jumlah tempat tidur yang sudah ada pada saat ini ditambah dengan perkiraan
pertambahan jumlah tempat tidur rumah sakit pada periode mendatang.
Pertambahan jumlah tempat tidur ini dapat berasal dari penambahan kapasitas
rumah sakit yang sudah ada sekarang, atau pembangunan rumah sakit yang baru.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Besarnya proyeksi pertambahan tempat tidur ini diambil dari asumsi bebas
berdasarkan wawasan konsultan dengan mempertimbangan faktor – faktor seperti
lokasi, penduduk dan kondisi ekonomi.

Tabel pada halaman selanjutnya memaparkan proyeksi supply yang kami


gunakan untuk menghitung market potensial area cakupan RS Cinta Bunda.

Tabel 9. Perhitungan proyeksi supply tempat tidur pada area cakupan (2016
– 2031)

Jumlah Proyeksi Proyeksi


Asumsi Perkiraan Perkiraan
TT Pop. Area Pop. per
Tahun Penambahan TT per Supply
Sekarang Cakupan TT
RS (#) RS (#) TT (#)
(#) (#) (pp/bed)

2016 2,555 2,555 1,940,963 760


2017 1 100 2,655 1,981,010 746
2018 0 0 2,655 2,019,840 761
2019 0 0 2,655 2,057,451 775
2020 1 100 2,755 2,093,847 760
2021 0 0 2,755 2,129,035 773
2022 0 0 2,755 2,163,025 785
2023 1 100 2,855 2,195,831 769
2024 0 0 2,855 2,227,470 780
2025 0 0 2,855 2,257,959 791
2026 1 100 2,955 2,287,321 774
2027 0 0 2,955 2,315,578 784
2028 0 0 2,955 2,342,753 793
2029 1 100 3,055 2,368,872 775
2030 0 0 3,055 2,393,962 784
2031 0 0 3,055 2,418,050 792

Dari tabel diatas tampak bahwa asumsi yang digunakan adalah setiap 3
(tiga) tahun sekali akan dibangun sebuah rumah sakit baru dengan kapasitas 100
tempat tidur maka kita dapat membangun sebuah perkiraan tempat tidur yang
tersedia dari tahun 2015 hingga tahun 2031. Proyeksi pertambahan kapasitas
tempat tidur ini memang cukup agresif bila dibandingkan dengan kondisi saat ini.
Hal ini dimaksudkan agar dalam melakukan proyeksi kita tidak terlalu optimis pada
kondisi pasar, dan lebih siap mengantisipasi kemungkinan – kemungkinan tersebut.
Apabila kita membandingkan dengan kondisi Kabupaten Tanggerang saat
ini dengan sekitar 1/4.539 tempat tidur/ penduduk. Jika dibandingkan dengan

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


ibuKabupaten Indonesia tersebut, perkiraan rasio populasi per tempat tidur yang
ada di daerah cakupan RS Cinta Bunda menunjukkan jumlah yang lebih rendah.
Setelah memperoleh proyeksi banyaknya kebutuhan tempat tidur (demand)
dan proyeksi ketersediaan tempat tidur (supply) kita dapat menghitung proyeksi
market potential-nya. Tabel dibawah ini memaparkan perhitungan market potential
pada area cakupan RS Cinta Bunda.

Tabel 10. Perhitungan proyeksi market potential area cakupan (2016– 2031)

Expected Expected
Expected
Beds Market
Tahun Bed
Demand Potential
Supply (#)
(#) (#)

2016 2,555 1,936 619


2017 2,655 1,976 679
2018 2,655 2,015 640
2019 2,655 2,052 603
2020 2,755 2,088 667
2021 2,755 2,123 632
2022 2,755 2,157 598
2023 2,855 2,190 665
2024 2,855 2,221 634
2025 2,855 2,252 603
2026 2,955 2,281 674
2027 2,955 2,309 646
2028 2,955 2,336 619
2029 3,055 2,362 693
2030 3,055 2,387 668
2031 3,055 2,411 644
Rata-rata 643

Sejak awal periode proyeksi tempat tidur pada area cakupan terjadi kondisi
over demand dimana jumlah kebutuhan tempat tidur lebih besar dari jumlah supply
tempat tidur area cakupan. Perbedaan supply dan demand sejak tahun 2016 cukup
besar yakni 619 TT. Pada saat diproyeksikan adanya penambahan tempat tidur
maka nilai demand menjadi lebih besar lagi dan supply semakin bertambah. Seiring
dengan pertambahan penduduk, kebutuhan akan tempat tidur (demand) semakin
meningkat pula. Terlihat dari proyeksi yang terdapat pada tabel diatas, laju

0 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


pertambahan demand semakin besar dari supply (over demand) dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan proyeksi yang kami lakukan, rerata market potential pada
periode 2016 – 2031 adalah sebesar -643 tempat tidur. Artinya selama periode
proyeksi terdapat rerata kekurangan jumlah tempat tidur sebanyak 643 buah dari
jumlah yang dibutuhkan setiap tahunnya.
Gambar pada halaman selanjutnya adalah ilustrasi proyeksi market
potensial pada area cakupan RS Cinta Bunda.
Tabel 11. Proyeksi market potensial area cakupan RS Cinta Bunda (2016 – 2031)

Kondisi market potensial yang over demand merupakan hal yang baik dari
perspektif potensi pasar layanan kesehatan rumah sakit, hal ini sangat diharapkan
dan sangat mendukung kelayakan bagi pembangunan rumah sakit dari parameter
market potential.
Secara keseluruhan proyeksi kebutuhan tempat tidur sampai 15 tahun
kedepan menunjukkan dukungan terhadap keinginan investor untuk membangun
suatu sarana kesehatan rumah sakit. Kebutuhan yang tinggi namun masih
kurangnya fasilitas yang tersedia memberi dukungan positif dan merupakan nilai
tambah untuk rencana investasi ini. Sehingga bila dilihat dari segi market potensial
bed layanan rumah sakit adalah merupakan sebuah kelayakan untuk membangun
rumah sakit baru.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


E. Analisis Profil Rumah Sakit

Berdasarkan hasil analisa kondisi lingkungan area cakupan rumah sakit,


tingkat kompetisi yang ada, serta jenis layanan dari sarana kesehatan lain yang
sudah tersedia maka kami mengusulkan profil RS Cinta Bunda.

E.1 Segmenting, Targeting, dan Positioning

E.1.1 Segmenting dan Targeting


Segmentasi adalah pengelompokan industri kesehatan berdasarkan grup
tertentu seperti: kelompok umur, penghasilan, pengeluaran rumah tangga, jenis
kelamin, dan sebagainya. Segmentasi dapat dilihat pada Bab 2.
Target adalah memilih segmen yang sesuai untuk dapat dijadikan target
market. Berdasarkan hasil analisa area cakupan dan peran, maka RS Cinta Bunda
akan melayani:
Pasien yang berada pada area cakupan (radius 10 km dari RS Cinta Bunda)
Pasien dengan sosial ekonomi menengah ke bawah, khususnya pengguna
BPJS.

E.1.2 Positioning
Positioning adalah gambaran yang ingin kita sampaikan dan tanamkan di
benak target market kita. Berdasarkan segmentasi dan target tersebut, kami
menyusun kalimat positioning sebagai berikut:
RS pilihan utama yang dapat memberikan layanan personal dengan
keunggulan klinis dan fasilitas yang lengkap dan terjangkau oleh masyarakat
Kabupaten Tanggerang.
Positioning tersebut selaras dengan segmen dan target yang dipilih dan
cukup realistis untuk dapat dipenuhi dan tersampaikan pada masyarakat serta
cukup unik dan tidak mudah ditiru oleh kompetitor. Dengan mengusung positioning
tersebut maka ada beberapa strategi yang perlu dijalankan untuk memastikan pihak
rumah sakit dapat mewujudkannya.

E.2 Profil Umum


RS Cinta Bunda direncanakan menjadi fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan BPJS sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional. Target masyarakat yang
akan dilayani oleh RS Cinta Bunda adalah seluruh masyarakat dalam area
cakupan. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan, maka masyarakat yang
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
diharapkan menggunakan fasilitas kesehatan RS Cinta Bunda adalah pasien
rujukan yang pengobatannya tidak dapat dilakukan oleh Puskesmas. Sebagai
Rumah Sakit Pendidikan, diharapkan rumah sakit harus selalu menjaga kualitas
pelayanan dan sumber daya manusia dan melakukan kerjasama
berkesinambungan dengan berbagai instansi pendidikan yang ada.
RS Cinta Bunda direncanakan memiliki luas bangunan sekitar 3000 m2
untuk dapat menampung total kapasitas 200 tempat tidur (termasuk perawatan
intensif lainnya seperti ICU, NICU, HCU, dan Isolasi).
Luas bangunan disesuaikan dengan ekspektasi jumlah tempat tidur dan
klasifikasi Rumah Sakit. Menurut standar yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI, luas bangunan minimal adalah 50 m2/tempat tidur (1:50).
Selain desain bangunan yang lebih lapang, juga luas ini nantinya digunakan
untuk perhitungan biaya konstruksi. Rumah sakit juga diharapkan akan memiliki
lahan parkir yang mampu menampung setidaknya 116 mobil dan 194 sepeda motor
sehingga hal tersebut telah melampaui standar yang ditetapkan yaitu minimal satu
tempat parkir mobil untuk setiap satu tempat tidur. Tabel berikut ini memaparkan
data umum dan komposisi tempat tidur dari RS Cinta Bunda yang akan didirikan.

Tabel 12. Profil Umum RS Cinta Bunda

Item Keterangan
Nama Rumah Sakit RS Cinta Bunda
Tipe Rumah Sakit Rumah Sakit Umum, Kelas B
Jumlah Tempat Tidur 200 TT
Luas Lahan 3000 m2
Luas Bangunan 9700 m2 (± 50 m2 per Tempat Tidur perawatan)
Jumlah lantai 7 lantai
Klinik Rawat Jalan 15 klinik
Ruang OK 4 OK
Ruang Bersalin 2 VK
Merujuk kepada telaah terhadap temuan – temuan kami, serta permintaan
pemilik untuk dapat menjadikan ini sebagai rumah sakit rujukan bagi masyarakat
sekitar, tentunya diperlukan kapasitas yang cukup memadai. Untuk itu kami
mengusulkan kapasitas sebesar lebih kurang 200 tempat tidur dengan pelayanan
RS Kelas B.
Dari analisa market potensial (demand dan supply) kondisi di area cakupan
masih over demand, sehingga mendukung potensi membangun rumah sakit
dengan kapasitas yang cukup besar. Dengan sebuah kapasitas yang besar, maka

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


rumah sakit perlu meraih target market share yang lebih besar agar kinerjanya
optimal.
Kami merekomendasikan rumah sakit dengan total kapasitas 200 tempat
tidur yang dibangun secara bertahap. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan sesuai
perhitungan dari sisi market potential. Total kapasitas ini telah meliputi kamar
perawatan intensif dan isolasi lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kapasitas total tempat tidur
yang sesuai adalah 180 tempat tidur untuk kamar perawatan (ward) dan 20 tempat
tidur untuk kamar prosedur khusus (special procedure). Rincian komposisi tempat
tidur ditampilkan pada Tabel berikut.

Tabel 13. Usulan Komposisi Tempat Tidur RS Cinta Bunda

Tipe ward Bed/ Jumlah Total Bed % Bed


Kamar Kamar
VIP 1 6 6 3.3%
Kelas 1 2 22 44 24.4%
Kelas 2 5 10 40 22.2%
Kelas 3 12 15 90 50%
Total 164 400 100.0%

E.2.1 Skenario Perolehan Pasien dan Market Share


Berdasarkan analisa market share, dengan jumlah tempat tidur kamar
perawatan sebanyak 200 TT seperti tersebut diatas, untuk dapat memperoleh
kinerja dengan BOR di 75% dan dengan asumsi ALOS 3,25 hari maka diperlukan
jumlah pasien sebanyak sekitar 14.352 pasien rawat inap setiap tahunnya pada
awal periode proyeksi dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Seperti paparan kami pada bagian C, kami memperkirakan bahwa akan ada
1 RS baru setiap 3 tahun dengan kapasitas 100 tempat tidur. Kami memperkirakan
market share RS Cinta Bunda akan bertambah secara bertahap mulai dari 19,8% -
53,3% untuk rawat jalan dan 15,7% - 32,8% untuk rawat inap. Uraian market share
dan jumlah pasien akan dibahas pada Bagian G.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 14. Proyeksi Market dan Jumlah Pasien Pada Area Cakupan

RS Bunda Sejahtera
Market Projection - Primary CA
2016 to 2027
5.0% 1.0% 1.0%
Growth Expected Morbidity Morbidity Expected Expected
No Year
Rate (%) CA Pop (#) OP (%) IP (%) OP (#) IP (#)
0 2016 3.01% 1,756,678 60.0% 7.4% 1,054,007 129,643
1 2017 2.91% 1,807,712 60.6% 7.5% 1,095,473 134,743
2 2018 2.76% 1,857,603 61.2% 7.5% 1,136,964 139,847
3 2019 2.62% 1,906,307 61.8% 7.6% 1,178,442 144,948
4 2020 2.49% 1,953,789 62.4% 7.7% 1,219,872 150,044
5 2021 2.37% 2,000,021 63.1% 7.8% 1,261,225 155,131
6 2022 2.25% 2,044,980 63.7% 7.8% 1,302,472 160,204
7 2023 2.14% 2,088,652 64.3% 7.9% 1,343,591 165,262
8 2024 2.03% 2,131,026 65.0% 8.0% 1,384,557 170,301
9 2025 1.93% 2,172,098 65.6% 8.1% 1,425,355 175,319
10 2026 1.83% 2,211,868 66.3% 8.2% 1,465,967 180,314
11 2027 1.74% 2,250,342 66.9% 8.2% 1,506,381 185,285

E.3 Fasilitas Kelas Layanan


Perbedaan harga tarif layanan kamar tentunya sesuai dengan perbedaan
fasilitas yang diberikan untuk tiap – tiap kelas pelayanan. Pada tabel berikut ini kami
paparkan usulan fasilitas untuk masing-masing kelas rawat inap.

Tabel 15. Fasilitas per Kelas Rawat Inap


Kelas Fasilitas
VIP  1 tempat tidur VIP (Electric bed 3 crank)
(1 TT/kamar)  TV LED 32”
 Lemari
 Telephone
 Sofa
 Kulkas
 Water dispenser
Kelas I  2 tempat tidur (Electric bed 3 crank)
(2 TT/kamar)  LED TV 32”
 Telephone
 Water dispenser
 Sofa

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Kelas II  10 tempat tidur (Manual 3 crank)
(5 TT/ kamar)  LED TV 32”
 Water dispenser

Kelas III  15 tempat tidur (Manual 2 crank)


(12 TT/kamar)  LED TV 32”
 Water dispenser

E.3.1 Usulan Peralatan dan Perlengkapan Medis

Dalam merencanakan pengembangan RS Cinta Bunda tentunya dibutuhkan


peralatan dan perlengkapan medis yang mendukung. kami membagi peralatan dan
perlengkapan medis tersebut ke dalam 11 kelompok besar, yaitu:

UGD dan Ambulance

Kamar Operasi (OT) dan CSSD

Kamar Bersalin dan Kamar Bayi (Nursery)

Perawatan Intensif (Intensive Care)

Poliklinik

Laboratorium

Rawat Inap

Kantor (Office)

Radiologi

Farmasi

Rehabilitasi Medik

Untuk dapat memberikan pelayanan dengan rentang yang cukup baik, RS


Cinta Bunda tentu harus memiliki fasilitas dan peralatan yang memadai.
Total investasi yang diperlukan dalam melakukan pengadaan peralatan dan
perlengkapan medis secara keseluruhan adalah ± Rp. 23.035.530.000 belum
termasuk adanya contingency untuk peralatan.
Perincian investasi berikut telah termasuk biaya untuk pengadaan loose
furniture, seperti kursi tunggu, televisi, gordyn pasien (patient curtain), gordyn
jendela (window curtain), gordyn pancuran (shower curtain), sofa untuk kamar
pasien maupun doctor lounge, fixed furniture (lemari, laci, counter) dan furniture di
ruang dokter jaga. Baik untuk fixed ataupun loose furniture sudah dianggarkan

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


dalam biaya rawat inap lainnya. Besarnya perkiraan investasi peralatan pada setiap
kelompok / area tersebut dipaparkan seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 16. Investasi Peralatan dan Perlengkapan Medis RS Cinta Bunda


AREA Nominal
Ruang Bersalin 14,352,400,000

IGD 904,700,000

Rawat Inap 3,000,000,000

Rawat Inap Lainnya 3,489,710,000

Dapur 4,303,400,000

Laundry 694,500,000

Ruang Jenazah 638,000,000

Incenerator 35,000,000

Kantor (Office) 1,952,300,000

Rawat Jalan 7,863,400,000

Penunjang Medis 3,631,200,000

Total 20,951,517,200

E.3.2 Usulan Layanan, Fasilitas dan Fungsi Ruang Rumah Sakit

Di bawah ini kami paparkan usulan layanan medis dan penunjang medis,
fasilitas-fasilitas yang perlu disediakan dan fungsi ruang untuk masing – masing
gedung di Cinta Bunda

E.3.2.1 Usulan Pelayanan Medis Dan Penunjang Medis


Sesuai dengan rencana profil RS, pelayanan medis dan non-medis yang
kami usulkan dipaparkan sebagai berikut.
Pelayanan medis dan non medis yang direncanakan meliputi:
Unit Rawat Jalan/ Poliklinik (Umum dan Spesialis)
Instalasi Gawat Darurat
Unit Rawat Inap
Kamar Operasi
CSSD
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Kebidanan dan Nursery (Kamar Bayi)
Intensive Care
Radiologi (General X-ray, USG, CT Scan, Panoramic, Mammography)
Rehabilitasi Medik
Klinik konsultasi gizi
Laboratorium (Bank Darah, Kimia, Hematologi, Hemostasis, Mikrobiologi,
Imunoserologi)
Farmasi
Hemodialisa (25 unit)

E.3.2.2 Fasilitas Lain


Selain pelayanan medis dan non-medis yang telah dibahas diatas, fasilitas
lain yang disediakan rumah sakit adalah :
Ruang Umum (Public)
Ruang Kantor (Perpustakaan, Ruang rapat dan Auditorium)
Instalasi Listrik dan mekanik
Laundry
Instalasi air bersih
Ruang Komersial
Ruang Jenazah
Dapur / Instalasi Gizi
Lahan parkir
Taman
Instalasi Limbah
Incinerator
Penyimpanan / Storage

E.4 Fungsi ruang


Fungsi ruang di RS Cinta Bunda menyesuaikan dengan layanan yang
disediakan oleh rumah sakit. Secara umum fungsi ruang ini dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu medis, penunjang medis, dan penunjang umum sebagai berikut :

E.4.1 Medis
Fungsi ruang medis yang harus ada dalam rumah sakit antara lain:
IGD
Rawat jalan
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Rawat inap
Kamar bedah
CSSD
Kamar bersalin

E.4.2 Penunjang Medis


Berikut ini beberapa fungsi penunjang medis yang perlu tersedia di RS Cinta
Bunda :
Laboratorium
0 Kimia
1 Hematologi
2 Hemostasis
3 Mikrobiologi
4 Imunoserologi
5 Bank Darah (Blood Bank)
Radiologi
0 CT Scan 16 Slice
1 X-Ray
2 Mammography
3 Panoramic
4 USG 4D
Hemodialisa: 25 unit
Rehabilitasi medik
Farmasi

E.4.3 Penunjang Umum


Fungsi penunjang umum tidak terkait langsung dengan aktivitas perawatan
di rumah sakit namun menjadi pendukung yang memungkinkan pelayanan rumah
sakit berjalan optimal. Berikut ini fungsi penunjang umum yang perlu ada di rumah
sakit :
Komersial
Publik
Kantor manajemen
0 Perpustakaan
1 Ruang pertemuan

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


 Auditorium
Instalasi ME
Laundry
Instalasi air bersih
IPAL
Dapur / Instalasi Gizi
Parkir
Ruang Jenazah
Gudang

Tabel 17. Pembagian Ruang RS Cinta Bunda

Deskripsi Private
TT perawatan Kelas VIP, 1, 2, dan 3
ICU/NICU/HCU (8 TT + 4 Isolation + 4 HCU)
IGD 10 TT
Ruang operasi 2 teater
Kamar bayi 10 cot
Ruang bersalin 2 Kamar
Rawat jalan

15 klinik

E.4.4 Sistem Pendukung


Agar dapat berjalan dengan baik, rumah sakit tentunya harus didukung
sistem – sistem pendukung lainnya. Sistem-sistem pendukung rumah sakit tersebut
secara garis besar ditampilkan di bawah ini.
Sistem – sistem pendukung yang diperlukan RS Cinta Bunda, antara
lain :
Sistem penyediaan air minum
Sistem penyediaan air panas
Sistem penyediaan listrik
Sistem penyediaan gas medis
Sistem nurse call
Sistem tata udara
Sistem pembuangan limbah cair
Sistem pembuangan limbah padat
Sistem mekanikal elektrikal lainnya
Sistem informasi

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


11. Sistem SDM
Rincian mengenai sistem pendukung ditampilkan pada Bab Lampiran.

E.5 Usulan Tarif Rawat Inap


RS Cinta Bunda nantinya akan memiliki 4 (empat) tingkatan kelas ruang
perawatan, yaitu VIP, Kelas 1, Kelas 2 dan Kelas 3. Sementara itu terdapat dua
jenis ruang tindakan/ prosedural yaitu kamar bersalin (Delivery Room) dan ruang
operasi (OT), juga ruangan layanan khusus yaitu kamar ICU, NICU, dan Isolasi.
Pada tabel di bawah ini kami berikan usulan tarif masing – masing kelas
rawat inap untuk RS Cinta Bunda. Tarif ini merupakan tarif estimasi pada tahun
2016 yang diproyeksikan dengan menggunakan rerata nilai kenaikan sesuai inflasi
6% per tahun, dan disesuaikan dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang
menjadi target market. Tarif rawat inap ini juga yang nantinya digunakan sebagai
dasar proyeksi finansial (pendapatan dari kamar perawatan) rumah sakit. Kami
mengusulkan tarif rawat inap kelas 1, 2, dan 3 setara dengan kompetitor pada area
cakupan. Namun, untuk tarif Utama, VIP, dan VVIP kami usulkan sedikit lebih tinggi
dari rs kompetitor. Hal ini disesuaikan dengan strategi RS Cinta Bunda untuk
menjadi RS yang berfokus pada pasien BPJS sehingga tarif kamar perawatan kelas
1 – 3 menjadi kurang bermakna dan tarif Utama, VIP, dan VVIP akan menjadi
sumber pemasukan pada pasien BPJS yang naik kelas (top up) karena akan
dikenakan perhitungan selisih tarif RS

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 18. Usulan Tarif Layanan Kamar Perawatan

Kamar Rawat Inap Kamar Khusus


Th Ke
VIP Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 ICU NICU HCU Isolasi
1 700.000 475,000 300,000 100,000 750,000 400,000 400,000 350,000

2 742,000 503,500 318,000 106,000 795,000 424,000 424,000 371,000

3 786,520 533,710 337,080 112,360 842,700 449,440 449,440 393,260

4 833,711 565,733 357,305 119,102 893,262 476,406 476,406 416,856

5 883,734 599,677 378,743 126,248 946,858 504,991 504,991 441,867

6 936,758 635,657 401,468 133,823 1,003,669 535,290 535,290 468,379

7 992,963 673,797 425,556 141,852 1,063,889 567,408 567,408 496,482

8 1,052,541 714,224 451,089 150,363 1,127,723 601,452 601,452 526,271

9 1,115,694 757,078 478,154 159,385 1,195,386 637,539 637,539 557,847

10 1,182,635 802,503 506,844 168,948 1,267,109 675,792 657,792 591,318

11 1,253,593 850,653 537,254 179,085 1,343,136 716,339 716,339 626,797

Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


Tarif diatas hanya menunjukkan tarif pada kamar perawatan. Dalam perawatan
pasien tentunya komponen pendapatan bukan hanya berasal dari tarif kamar, namun juga
berbagai tindakan, pemeriksaan penunjang medis, bahkan administrasi. Proyeksi yang
lengkap mengenai tarif – tarif perawatan rumah sakit dapat dilihat pada lampiran studi
kelayakan ini.

E.6 Usulan Komposisi Sumber Daya Manusia


Tenaga kerja RS Cinta Bunda dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori
yaitu:
Tenaga Medis dokter
Tenaga Medis perawat
Tenaga Medis non perawat
Tenaga Non Medis (umum)
Yang dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) departemen yang berbeda yaitu:
Medis (medical)
Penunjang Medis (supporting medical)
Perawat (nursing)
Keuangan (finance)
Sumber Daya Manusia (human resources)
Pengembangan Bisnis (business development)
Administrasi Umum (general administration)
Umum Lainnya (Others)
Manajemen (Director)
Berdasarkan Peraturan Menkes RI No. 262/Menkes/Per/VII/1979 tentang
Standardisasi Ketenagaan rumah sakit, dalam menentukan jumlah tenaga minimum bagi
setiap kategori ketenagaan tiap-tiap kelas di RS Cinta Bunda dapat digunakan angka
perbandingan antara jumlah tempat tidur yang ada dan jumlah kebutuhan tenaga kerja,
seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 19. Rekomendasi Komposisi Tenaga Kerja Dengan Tempat Tidur

Tempat Tidur : Tenaga medis dokter = 4-7 : 1


Tempat Tidur : Tenaga medis perawat = 2 : 2–3
Tempat Tidur : Tenaga medis non perawat = 3 : 1
Tempat Tidur : Tenaga non medis = 1 : 1

Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


Berdasarkan Permenkes No 262/1979 tersebut, kami mengajukan usulan komposisi tenaga
kerja RS Cinta Bunda yang dibagi dalam beberapa kategori terlampir.

Tabel 20. Usulan Komposisi Sumber Daya Manusia RS Cinta Bunda

Departemen Jumlah
Medical 21
Supporting Medical 83
Nursing 302
Supporting Non-Medical 118
Finance 9
Human Resources 8
Marketing 8
Kitchen 17
Housekeeping 22
Maintenance 7
Security and Transport 17
Waste Treatment 4
IT 5
Operator 6
Receptionist 6
Management 2
Logistic 7
Total Karyawan 524
Jumlah staf diatas adalah jumlah ketika rumah sakit telah berjalan optimum, yang
diasumsikan akan dicapai pada tahun ke – 4 operasional. Pada tahun – tahun awal rumah
sakit belum beroperasi secara maksimal. Jumlah pasien masih sedikit (mengingat morbiditas
area cakupan yang sangat rendah). Sehingga jumlah pasien ini akan bertambah dari waktu
ke waktu.
Usulan komposisi tersebut juga yang kami gunakan untuk proyeksi keuangan rumah
sakit. Komposisi ini menentukan besarnya biaya SDM/ gaji yang harus dikeluarkan rumah
sakit. Besarnya gaji per orang dapat dilihat di Lampiran. Mengenai besarnya biaya ini akan
dibahas juga pada Bagian H – Proyeksi Laba – Rugi.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


F. Kebutuhan Investasi

Langkah pertama dalam analisis keuangan adalah memperkirakan besarnya biaya


investasi yang diperlukan untuk pembangunan rumah sakit. Secara umum biaya investasi
sebuah rumah sakit dapat dibagi menjadi 3 komponen utama, yaitu:
Tanah: Tanah tempat dimana lokasi rumah sakit akan dibangun.
Bangunan: Struktur bangunan fisik termasuk didalamnya mekanikal elektrikal, gas,
pembangkit tenaga & peralatannya (seperti generator), dan fitting & fixtures (termasuk
floor tiles & wallpaper).
Peralatan: Peralatan medis maupun non medis yang diperlukan rumah sakit untuk dapat
beroperasi dengan baik.
Selain komponennya, biaya pembangunan ini dibagi lagi menjadi 1 tahapan saja
dimana proses tahapan dimulai dari tahapan renovasi dan perluasan bangunan sampai
pada mulai selasainya tahapan pembangunan rumah sakit.
Nilai total investasi pada tahapan awal di estimasi sebesar Rp. 85,825,460,000
miliar. Detail perincian biaya investasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 21. Kebutuhan Investasi RS Cinta Bunda

Komponen Investasi (Rp)


Lahan 4,500,000,000
Bangunan rumah sakit 53,000,000,000
Peralatan 25,035,530,000
Konsultan dan Perizinan 1,567,000,000
Working capital, Pra ops, Contingency 1,372,930,000
Total 85,825,460,000

F.1 Investasi Lahan


RS Cinta Bunda akan dibangun di atas lahan seluas 3000 m 2. Rumah sakit ini
rencananya akan memiliki 7 lantai untuk memenuhi kapasitas yang diajukan. Berdasarkan
informasi harga lahan yang kami peroleh dari pihak investor, kami menggunakan nilai harga
lahan sebesar Rp 1.50 juta /m2. Dengan perencanaan luas lahan RS Cinta Bunda yang
sebesar 3000 m2, maka kebutuhan investasi untuk lahan adalah Rp 4,500,000,000, untuk
tanah ini sudah kami miliki dan tetap kami hitung sebagai salah satu komponen kebutuhan
investasi.

F.2 Investasi Konstruksi Bangunan


Sebagaimana telah dipaparkan pada bab sebelumya mengenai profil rumah sakit,
rumah sakit ini akan memiliki 200 bed dengan rincian 180 bed perawatan, dan 20 bed

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


perawatan khusus yang akan dibangun secara bertahap. Untuk rumah sakit area bangunan
yang diperlukan seluas 9700 m2 atau sekitar 50 m2 per bed. Biaya pembangunan kami
hitung untuk kapasitas 200 tempat tidur perawatan.
Bangunan rumah sakit memiliki spesifikasi khusus dibandingkan bangunan biasa,
sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar untuk konstruksinya. Biaya konstruksi
bangunan rumah sakit dihitung sebesar Rp 5,5 juta per m 2, besarnya biaya ini merupakan
perkiraan apabila menggunakan konstruksi beton.
Selama proses pembangunan, biaya yang dilakukan mulai dari persiapan sampai
dengan konstruksi bangunan meliputi antara lain:
Biaya konstruksi fisik – meliputi biaya struktur bangunan (biaya pembangunan fisik dari
bangunan), serta biaya fit-out (pembangkit tenaga & peralatannya, termasuk juga fitting &
fixtures).
Detailed engineering design (DED) – desain arsitektural bangunan.
Perijinan – otorisasi dari pihak yang berwenang
Biaya pra operasional, kontingensi, working capital – biaya yang diperlukan selama
mempersiapkan operasional, tambahan mohal, serta antisipasi adanya kenaikan biaya
yang tidak terduga.
Keseluruhan biaya pembangunan fisik kami kelompokkan menjadi 3, yaitu biaya
konstruksi rumah sakit, biaya konstruksi bangunan pendukung, konsultansi dan perijinan,
serta pra operasional, kontingensi & working capital.
Tabel berikut ini menunjukkan asumsi yang digunakan dan detail perkiraan biaya
konstruksi.

Tabel 22. Detail Kebutuhan Biaya Bangunan Rumah Sakit

Deskripsi Satuan Asumsi Total (Rp miliar)


biaya awal
Biaya konstruksi fisik rumah (Rp /m2) Rp 5,500,000 53,350
sakit
Fitout Cost 19.4
Biaya konsultansi & perijinan
 Detailed Engineering (% biaya konstruksi) 3.00% 1.07
Design
 Perijinan (% biaya konstruksi) 0.50
Working capital, Pra ops,
Contingency
 Kontingensi (% biaya konstruksi) 2,5% 1.37
 Pra-operasional dan
Working Capital
Total biaya pembangunan fisik 56,29 M

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


F.3 Investasi Peralatan
RS Cinta Bunda memerlukan peralatan “awal”. Peralatan awal ini dibeli sampai
tahap opening pada awal tahun ke – 1, ketika rumah sakit mulai beroperasi. Peralatan awal
yang dibeli ini adalah seluruh peralatan medis maupun non medis yang diperlukan rumah
sakit untuk operasional. Ada 11 area yang memerlukan peralatan awal sebagaimana telah
dijabarkan pada tabel sebelumnya. Total nilai peralatan awal ini sebesar Rp
25.035.530.000, dengan termasuk didalamnya pertimbangan 8 % kontingensi. Penambahan
8% kontingensi ini dilakukan untuk mengantisipasi biaya – biaya lain yang muncul selama
proses pembelian peralatan, termasuk biaya transportasi peralatan.
Tabel 23. Ekspektasi nilai investasi peralatan awal

Area Cost Rp +Kontingensi % ++ Rp ++


Delivery 14.35 14,352,400,000 15,070,020,000 30.0% 4,521,006,000
Emergency 0.90 904,700,000 949,935,000 30.0% 284,980,500
Fertility Centre 3.00 3,000,000,000 3,150,000,000 0.0% 0
Inpatient 3.49 3,489,710,000 3,664,195,500 70.0% 2,564,936,850
Inpatient Other 4.30 4,303,400,000 4,518,570,000 50.0% 2,259,285,000
Kitchen 0.69 694,500,000 729,225,000 50.0% 364,612,500
Laundry 0.64 638,000,000 669,900,000 0.0% 0
Mortuary 0.04 35,000,000 36,750,000 0.0% 0
Office 1.95 1,952,300,000 2,049,915,000 0.0% 0
Operating Theatre 7.86 7,863,400,000 8,256,570,000 70.0% 5,779,599,000
Outpatient 3.63 3,631,200,000 3,812,760,000 50.0% 1,906,380,000
SMS 20.95 20,951,517,200 21,999,093,060 30.0% 6,599,727,918

Total 61.82 61,816,127,200 64,906,933,560 4 24,280,527,768 37.4%

Selama masa operasional rumah sakit dapat saja menambah peralatan medis yang
dimiliki, disesuaikan dengan kebutuhan dan teknologi pada masa itu. Untuk keperluan
analisis keuangan ini, pembelian ini hanya mengacu pada pembelian peralatan sebagai
upgrade dan sekaligus mengganti peralatan lama yang terdepresiasi. Sehingga tidak ada
peralatan jenis lain yang ditambahkan secara khusus pada masa operasional ini.
Ada beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan untuk peralatan tambahan,
terutama mengenai asumsi harganya. Kami mengasumsikan kalau peralatan akan habis
nilainya selama periode 10 (sepuluh) tahun atau sepanjang masa proyeksi. Salah satu hal
yang perlu diperhatikan dalam hal peralatan adalah pemeliharaan atau maintenance.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Dengan adanya maintenance yang baik, peralatan dapat berumur lebih panjang, bahkan
beberapa peralatan dapat masih terus digunakan hingga 10 tahun.

G. Penentuan Target Jumlah Pasien

Target jumlah pasien adalah banyaknya pasien yang dirawat oleh rumah sakit setiap
tahunnya selama masa holding period. Untuk menentukan banyaknya target jumlah pasien
ini, kami menggunakan metodologi yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.

Gambar 13. Metodologi proyeksi target jumlah pasien

G.1 Estimasi ukuran market


Besarnya market dihitung dengan mengetahui banyaknya populasi pada area
cakupan, dan rasio morbiditas pada rawat inap dan juga rawat jalan di area cakupan. Rasio
morbiditas yang dimaksud adalah rasio banyaknya kunjungan rawat jalan ataupun rawat
inap terhadap populasi penduduk yang berada di area cakupan. Area cakupan ini
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya adalah area dimana sebagian besar atau dapat
dikatakan lebih dari 80% atau lebih pasien berasal.
Dengan melihat ruang lingkup dari rumah sakit ini, sebagaimana telah dijelaskan
pada profil rumah sakit, pasien ditargetkan datang dari Kabupaten Tanggerang, khususnya
wilayah Pasar Kemis dan sekitarnya. Menurut hasil data BPS tahun 2016, tahun 2015 ada
1,655,597 juta penduduk yang tinggal di area cakupan. Jumlah penduduk ini akan terus
bertambah.
Pada kenyataannya, masih sangatlah mungkin bagi penduduk wilayah lain disekitar
area cakupan untuk datang ke RS Cinta Bunda. Terutama dari kecamatan yang berbatasan
langsung dan yang memiliki akses jalan ke lokasi rumah sakit ini, seperti yang telah
dipaparkan di Bab 2.
Kami menggunakan angka morbiditas untuk menghitung jumlah market layanan
rumah sakit pada rawat jalan dan rawat inap. Morbiditas rawat inap / rawat inap adalah

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


besarnya rasio kunjungan rawat jalan terhadap populasi penduduk pada masa dan area
tertentu. Kedua tabel dibawah ini memaparkan perhitungan ukuran market pada area
cakupan.

Tabel 24. Estimasi ukuran market area cakupan

No Tahun Growth Populasi Morbiditas Morbiditas Market Market


Rate (#) Rajal (%) Ranap (%) Rajal (#) Ranap (#)
(%)
0 2016 3.01% 1,756,678 60.0% 7.4% 1,054,007 129,643
1 2017 2.91% 1,807,712 60.6% 7.5% 1,095,473 134,743
2 2018 2.76% 1,857,603 61.2% 7.5% 1,136,964 139,847
3 2019 2.62% 1,906,307 61.8% 7.6% 1,178,442 144,948
4 2020 2.49% 1,953,789 62.4% 7.7% 1,219,872 150,044
5 2021 2.37% 2,000,021 63.1% 7.8% 1,261,225 155,131
6 2022 2.25% 2,044,980 63.7% 7.8% 1,302,472 160,204
7 2023 2.14% 2,088,652 64.3% 7.9% 1,343,591 165,262
8 2024 2.03% 2,131,026 65.0% 8.0% 1,384,557 170,301
9 2025 1.93% 2,172,098 65.6% 8.1% 1,425,355 175,319
10 2026 1.83% 2,211,868 66.3% 8.2% 1,465,967 180,314
11 2027 1.74% 2,250,342 66.9% 8.2% 1,506,381 185,285

Morbiditas rawat jalan / rawat inap ini meningkat seiring dengan kesadaran
masyarakat akan layanan kesehatan. Selain itu kami juga optimis pembangunan di berbagai
sektor lainnya sudah dan akan terus berjalan beriringan di Kabupaten Tanggerang.
Pembangunan ini akan berpengaruh pada akses yang lebih mudah dan daya ekonomi yang
semakin membaik, sehingga kami percaya peningkatan morbiditas rawat inap sampai
dengan 7% per tahunnya masih sangat realistis.
Populasi yang berjumlah 1,756,678 merupakan besarnya market di area cakupan.
Dengan mengalikan angka morbiditas rawat inap atau rawat jalan, dapat dihitung banyaknya
pasien rawat inap dan rawat jalan, yaitu sejumlah 1,054,007 pasien rawat jalan dan 129,643
rawat inap.
Tabel 25. Estimasi jumlah pasien berdasarkan area layanan (2016)
Detail Market Rumah Sakit
(2016)
Besarnya market 1,756,678
Angka morbiditas rajal 60.0%
Market rawat jalan 1,054,007
Angka morbiditas ranap 7.4%
Market rawat inap 129,643

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


G.2 Menentukan Target Market Share dan Jumlah Pasien

Setelah menentukan besarnya market untuk rawat jalan dan rawat inap, selanjutnya
perlu ditentukan besarnya market share yang diperoleh RS Cinta Bunda. Market share
adalah proporsi dari total besarnya market yang menggunakan RS Cinta Bunda untuk
kebutuhan kesehatannya. Market share ini merupakan indikator penting dari dominansi
suatu rumah sakit di area tertentu.
Target market share adalah market share yang dipercaya dapat dicapai oleh RS
Cinta Bunda selama periode kepemilikan (holding period). Target ini bersifat subyektif, kami
berpegang pada prinsip SMART1 dalam laporan ini. Market ini dihitung dengan
mempertimbangkan strategi yang akan diaplikasikan oleh rumah sakit ini nantinya.
Kami percaya RS Cinta Bunda dapat meraih market share secara bertahap mulai
dari 19,8% - 53.3% untuk rawat jalan dan 15,7% - 32,8% untuk rawat inap di area cakupan.
Pertimbangan ini dibuat berdasarkan jumlah ketersediaan tempat tidur di area cakupan dan
kebutuhan tempat tidur di area tersebut.
Selain pertumbuhan market share yang terjadi secara bertahap, pertumbuhan jumlah
pasien juga banyak dipengaruhi laju pertumbuhan populasi dan morbiditas yang semakin
meningkat (akibat meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya layanan
kesehatan, lebih mudahnya akses, pertumbuhan ekonomi dan sebagainya). Setelah
menentukan target, dengan mengalikan market share dengan populasi masing – masing
kelompok, dapat kita peroleh target jumlah pasien keseluruhan.
Karena perhitungan target jumlah pasien ini dipengaruhi oleh persentase market
share dan populasinya. Sehingga pada market share yang sama, jumlah pasiennya dapat
berbeda akibat dari populasi penduduk yang bertambah.
Tabel berikut ini memaparkan target market share untuk RS Cinta Bunda selama
periode kepemilikan (holding period). Asumsinya semua proses konstruksi bangunan sudah
akan selesai pada akhir periode tahun ke – 0 (2016).

Tabel 26. Target jumlah pasien penduduk area cakupan

Potensi Potensi
MS Rajal MS Ranap
No Tahun Rajal / Ranap /
(%) (%)
tahun (#) tahun (#)
0 2016
1 2017 2.00% 2.00% 21,909 2,695
2 2018 4.00% 4.00% 45,479 5,594
3 2019 7.00% 7.00% 82,491 10,146

1SMART adalah singkatan dari Specific, Measurable, Achievable, Realistic and Time-bound.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


4 2020 8.00% 8.00% 97,590 12,004
5 2021 8.00% 8.00% 100,898 12,410
6 2022 8.00% 8.00% 104,198 12,816
7 2023 8.00% 8.00% 107,487 13,221
8 2024 7.90% 7.90% 109,380 13,454
9 2025 7.70% 7.70% 109,752 13,500
10 2026 7.60% 7.60% 111,413 13,704
11 2027 7.45% 7.45% 112,225 13,804

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa RS Cinta Bunda ini nantinya mentargetkan
market share sampai dengan 53.3% pada rawat jalan dan 32.8% pada rawat inap dari
keseluruhan populasi di area cakupan yang dapat dicapai secara bertahap. Market share
yang menjadi target ini, kami percaya cukup realistis untuk dicapai rumah sakit dalam
pelayanannya.

G.3 Target Jumlah Pasien Gawat Darurat


Selain jumlah bagian rawat inap dan rawat jalan, komponen pasien yang lain adalah
jumlah pasien dari instalasi gawat darurat (IGD). Namun, perhitungan pasien ini sudah
menjadi bagian dari jumlah pasien rawat jalan. Untuk kepentingan proyeksi keuangan,
nantinya dari jumlah pasien ini diproyeksikan sesuai dengan tarif dan penggunaan produk &
jasa layanan kesehatan.
Kami percaya rumah sakit ini nantinya dapat menarik juga bagi pasien IGD, dengan
daya tarik yang sebanding seperti pada layanan rawat jalan maupun rawat inap. Oleh sebab
itu, dapat kita perkirakan jumlah pasien IGD akan bertumbuh dengan laju yang sama
dengan pasien rawat jalan. Dengan menggunakan asumsi ini, dapat diestimasi jumlah
pasien IGD yang diterima rumah sakit.
Tabel berikut ini menunjukkan target jumlah pasien dari bagian IGD rumah sakit.

Tabel 27. Target jumlah pasien gawat darurat (IGD)

Target pasien Gawat


Periode Tahun
Darurat
1 2016 5.490
2 2017 6.894
3 2018 8.660
4 2019 10.881
5 2020 13.676
6 2021 14.815
7 2020 16.057
8 2021 17.410

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


9 2022 18.887
10 2023 20.499
11 2024 22.262

Pasien yang diterima dari IGD nantinya dapat juga menjadi pasien rawat inap.
Biasanya dari seluruh pasien IGD, sekitar 10% – nya akan menjadi pasien rawat inap.
Namun dalam analisis ini, kami mengasumsikan jumlah ini telah terefleksikan pada estimasi
jumlah pasien rawat inap. Sehingga jumlah pasien rawat inap yang berasal dari IGD tidak
dihitung kembali. Dengan demikian secara total tidak ada penambahan jumlah pasien IGD
baik pada rawat jalan maupun rawat inap. Namun dari total jumlah pasien rawat jalan,
termasuk didalamnya adalah pasien IGD.
Pasien rawat inap, rawat jalan, dan IGD dari rumah sakit akan menggunakan fasilitas
medis rumah sakit ini. Estimasi mengenai banyaknya penggunaan fasilitas ini dibahas pada
bab selanjutnya.

G.4 Ekspektasi Bed Occupancy Rate (BOR)


Bed Occupancy rate (BOR) adalah rata – rata proporsi dari tempat tidur yang
digunakan pasien pada periode tertentu, biasanya BOR ini ditampilkan pada periode/ data
bulanan atau tahunan rumah sakit. BOR ini cukup penting bagi rumah sakit, dengan melihat
data BOR dapat dilihat seberapa baik utilisasi tempat tidur rumah sakit. Menurut Kementrian
Kesehatan BOR yang ideal berkisar 60% - 80%.
BOR dihitung dengan membagi total jumlah hari perawatan dengan hasil kali jumlah
tempat tidur dengan jumlah hari dalam periode tertentu. Total hari perawatan dapat didekati
dengan menghitung hasil kali antara jumlah pasien rawat inap dengan rata – rata lama
tinggal (Average length of Stay – ALOS). Persamaan 2 dibawah ini menunjukkan bagaimana
menghitung BOR tahunan.
Persamaan 1 - Bed Occupancy Rate (BOR) tahunan

Jumlah pasien rawat inap dan rawat jalan telah dipaparkan sebelumnya. Kami
percaya ALOS untuk rumah sakit sedikit lebih rendah dari ALOS rumah sakit, berkisar di 4.0
hari. Rumah sakit akan memiliki 90 tempat tidur perawatan (ward). Dari informasi tersebut,
dapat diperhitungkan estimasi BOR yang hasilnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 28. Ekspektasi Bed Occupancy Rate (BOR)

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pasien 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
ALOS 3.50 3.50 3.49 3.49 3.49 3.48 3.48 3.48 3.47 3.47 3.47
Total hari rawat 10,908 22,619 40,987 48,440 50,033 51,617 53,193 54,076 54,206 54,971 55,316
Jumlah Bed 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180 180
Jumlah hari (tahun) 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365 365
Hari rawat tersedia 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700 65,700
BOR (pa) 16.6% 34.4% 62.4% 73.7% 76.2% 78.6% 81.0% 82.3% 82.5% 83.7% 84.2%

Pada baris paling bawah kita dapat melihat ekspektasi BOR, berdasarkan target jumlah pasien rawat inap. Pada tahun pertama
operasional ekspektasi BOR mencapai 16,6% dan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah pasien hingga mencapai 84,2% di akhir tahun
ke – 11. BOR diatas 60.0% ini tergolong utilisasi yang optimal menurut Kemenkes. Utilisasi yang optimal ini dapat dicapai pada tahun ke – 4
operasional. Pada tahun ke-7 operasional.

Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


G.5 Ekspektasi jumlah penggunaan layanan medis
Rumah sakit menyediakan layanan untuk pasien rawat inap, rawat jalan dan IGD.
Layanan yang dimaksud meliputi:
Konsultasi / visite dokter
Prosedur (tindakan) / bedah
Test Laboratorium
Radiologi
Obat / Farmasi
Rehabilitasi
Haemodialisis
Kamar perawatan umum
Kamar perawatan khusus & intensif
Administrasi
Rumah sakit juga dapat menambahkan item tambahan seperti makanan ringan
(snack) dan souvenir untuk pasien. Namun kami tidak memasukkan item – item tersebut ke
dalam analisis.
Jumlah pengguna berbagai fasilitas ini nantinya menentukan besarnya pendapatan
rumah sakit. Jumlah pengguna fasilitas / jasa dapat di estimasi dengan cara:
Menentukan jenis layanan untuk rawat inap, rawat jalan.
Mengelompokkan layanan; membaginya dalam kategori.
Menetapkan besarnya kemungkinan penggunaan (dalam persentase) terhadap
setiap kategori.
Mengalikan besarnya kemungkinan penggunaan dengan jumlah target pasien di tiap
area (rawat inap, dan rawat jalan).

Untuk tahap 1, layanan yang diberikan rumah sakit pada tiap area (rawat inap, dan
rawat jalan) ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 29. Fasilitas Layanan pada tiap area

Layanan Rawat Jalan Rawat Inap


Konsultasi dokter 

Prosedur dan bedah  

Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


Test Laboratorium  
Radiologi  

Farmasi / Obat  

Rehabilitasi  

Haemodialisis 

Kamar perawatan 

Kamar rawat khusus dan intensif 

Visite dokter 

Lainnya (Administrasi)  

Berbagai layanan diatas dapat dibagi kembali menjadi berbagai kategori, atau
klasifikasi. Misalnya untuk Prosedur & Bedah, dibedakan menjadi kategori kecil,
menengah, besar, dan kompleks. Kamar perawatan dibagi lagi menjadi menjadi VIP, Kelas
I, Kelas II, dan Kelas III.
Kedua tabel selanjutnya secara berurutan memaparkan klasifikasi / kategori ini untuk
rawat jalan dan rawat inap. Untuk kelompok IGD dalam hal ini digabungkan dengan
kelompok rawat jalan. Tabel tersebut juga memaparkan besarnya kemungkinan
penggunaan dalam persentase, sebagaimana disebutkan pada tahap 3 estimasi
penggunaan layanan sebelumnya.

Tabel 30. Besarnya persentase penggunaan layanan di area rawat jalan

Deskripsi Obgy Pediatr Intern Beda Gigi Umu IGD Lainn BPJS
n ik al h m ya
Layanan Rawat Jalan
Jasa 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Konsultasi
Panjang 100,0 100,0% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % %
Menengah 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Singkat 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Prosedur
Kecil 0,0% 5,0% 5,0% 10,0 60,0 5,0% 60,0 10,0% 10,0
% % % %
Menengah 50,0 1,0% 1,5% 1,5% 0,5% 0,5% 20,0 1,0% 1,0%
% %
Besar 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Lainnya 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Tes Laboratorium
Kecil 20,0 20,0% 20,0% 20,0 5,0% 5,0% 5,0% 20,0% 16,0
% % %

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Menengah 8,0% 8,0% 8,0% 8,0% 1,5% 1,5% 1,5% 8,0% 6,5%
Besar 2,0% 2,0% 2,0% 2,0% 0,0% 0,0% 0,0% 2,0% 1,5%
Test
Radiologi
Kecil 16,0 16,0% 16,0% 16,0 16,0 16,0 16,0 16,0% 14,5
% % % % % %
Menengah 2,0% 2,0% 2,0% 2,0% 2,0% 2,0% 2,0% 2,0% 1,8%
Besar 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 1,0% 0,9%
Apotek/Farm
asi
Obat 100,0 100,0% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % %
Lainnya
Administrasi 100,0 100,0% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % %
Lainnya 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Rehabilitasi
Kecil 1,0% 2,0% 5,0% 10,0 0,0% 5,0% 0,0% 0,0% 0,0%
%
Menengah 0,8% 1,5% 3,0% 8,0% 0,0% 3,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Besar 0,5% 1,0% 2,0% 5,0% 0,0% 2,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Haemodialisi
s
Haemodialisi 0,0% 0,0% 100,0 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
s %
Besarnya kemungkinan penggunaan 100% artinya dari setiap pasien yang datang,
semua akan menggunakan fasilitas dan/atau jasa tersebut. Sebagai contoh pada baris ke –
3 tabel diatas menunjukkan bahwa setiap pasien rawat jalan akan memerlukan jasa
konsultasi dokter.
Jumlah total dari penggunaan untuk setiap tipe adalah 100% atau kurang dari itu.
Sebagai contoh, pada tipe laboratorium, jumlah test laboratorium kecil, menengah, dan
besar mencapai 30%. Artinya, 70% dari pasien rawat jalan tidak memerlukan tes
laboratorium apapun; pasien ini hanya melakukan konsultasi dengan dokter saja.
Untuk tipe farmasi / obat persentase yang digunakan adalah 100%. Artinya kita
memproyeksikan seluruh pasien mengambil obat dari RS Cinta Bunda. Asumsi ini diambil
melihat situasi dimana fasilitas apotek – apotek belum tersedia luas diluar rumah sakit.
Besarnya persentase kemungkinan penggunaan tiap – tiap kategori ini berdasarkan
pada wawasan konsultan pada tipe penyakit dan perbandingan dengan berbagai profil dari
rumah sakit lainnya di Indonesia.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 31. Besarnya persentase penggunaan layanan di area rawat inap

Rawat Inap Obgy Pediat Intern Beda Gigi Umu IGD Lainn BPJS
n ri al h m ya
Deskripsi
ALOS Kamar 3,50 4,00 4,25 5,00 2,00 4,00 4,00 4,20 3,50
Rawat (hari)
ALOS Nursery 2,50 - - - - - - - -
(hari)
ALOS ICU (hari) 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
ALOS Isolasi & 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00
lainnya (hari)
Visit per hari 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
(kali)
Pengurangan 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
ALOS kamar (%
per tahun)
Ruang Lainnya
ICU
NICU 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
HCU 10,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
Isolasi 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5%
Perinatologi 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3%
Procedures
Non – bedah 53,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 75,0%
Bedah – kecil 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 4,0%
Bedah – 20,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 8,0%
menengah
Bedah – besar 20,0% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 12,0%
Bedah - 1,0% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,0%
kompleks
Fee Dokter Visit
Fee Visit 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % % %
Test
Laboratorium
Kecil 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0 120,0
% % % % % % % % %
Menengah 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0% 60,0%
Besar 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0% 20,0%
Test Radiologi
- Kecil 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0% 25,0%
- Menengah 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0% 5,0%
- Besar 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
Obat – Kamar
rawat
- Non – bedah 53,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 67,0% 75,0%

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


- Bedah – kecil 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 6,0% 4,0%
- Bedah – 20,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 10,0% 8,0%
menengah
- Bedah – 20,0% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 15,5% 12,0%
besar
- Bedah – 1,0% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,5% 1,0%
kompleks
Obat – Ruang
lain
- ICU / PICU 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5% 2,5%
- NICU 10,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%
- HCU 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5% 3,5%
- Isolasi 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3% 2,3%
- Perinatologi 0,0% 20,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 1,0%
Lain - lain
- Admission 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
% % % % % % % % %
- Lainnya 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0% 0,0%

Langkah ke-4 dan merupakan langkah terakhir adalah dengan mengalikan besarnya
kemungkinan penggunaan layanan ini dengan jumlah pasien pada masing – masing area
(rawat inap, rawat jalan, dan IGD). Dari hasil perkalian ini dapat diperoleh jumlah
penggunaan tiap layanan. Tabel dibawah memaparkan banyaknya penggunaan untuk rawat
jalan, sedangkan tabel selanjutnya untuk area rawat inap

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 32. Jumlah penggunaan layanan pada area rawat jalan

RS Bunda Sejahtera
Table 1a
Outpatient Projection by Speciality

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Obgyn 4,566 9,479 17,193 20,340 21,029 21,717 22,403 22,797 22,875 23,221 23,390
Pediatric 6,765 14,043 25,471 30,133 31,154 32,173 33,189 33,773 33,888 34,401 34,652
Internal 1,015 2,106 3,821 4,520 4,673 4,826 4,978 5,066 5,083 5,160 5,198
Surgery 677 1,404 2,547 3,013 3,115 3,217 3,319 3,377 3,389 3,440 3,465
Dental 507 1,053 1,910 2,260 2,337 2,413 2,489 2,533 2,542 2,580 2,599
GP 338 702 1,274 1,507 1,558 1,609 1,659 1,689 1,694 1,720 1,733
ER 431 894 1,621 1,918 1,983 2,047 2,112 2,149 2,157 2,189 2,205
Other 10,955 22,739 41,245 48,795 50,449 52,099 53,744 54,690 54,876 55,707 56,113
Total 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4% 19.4%
Consultation fees
- Long 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Medium 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
- Short 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Procedures
- Small 2,555 5,304 9,621 11,382 11,768 12,153 12,536 12,757 12,801 12,994 13,089
- Medium 3,324 6,901 12,517 14,808 15,310 15,811 16,310 16,597 16,653 16,906 17,029
- Large 976 2,027 3,676 4,349 4,496 4,643 4,790 4,874 4,891 4,965 5,001
- Other 253 524 951 1,125 1,163 1,201 1,239 1,261 1,265 1,284 1,294
Laboratory test
- Small 3,416 7,090 12,860 15,214 15,729 16,244 16,757 17,052 17,110 17,369 17,495
- Medium 1,134 2,354 4,270 5,052 5,223 5,394 5,564 5,662 5,682 5,768 5,810
- Large 358 743 1,348 1,595 1,649 1,703 1,756 1,787 1,793 1,820 1,834
Radiology test
- Small 3,018 6,265 11,364 13,444 13,900 14,355 14,808 15,069 15,120 15,349 15,461
- Medium 769 1,597 2,896 3,426 3,542 3,658 3,773 3,840 3,853 3,911 3,940
- Large 242 501 910 1,076 1,113 1,149 1,185 1,206 1,210 1,228 1,237
Medication
- Medicine 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
Other
- Administration 25,254 52,420 95,082 112,485 116,298 120,102 123,893 126,075 126,504 128,419 129,355
- Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rehabilitation
- Small 737 1,530 2,775 3,282 3,394 3,505 3,615 3,679 3,692 3,747 3,775
- Medium 427 887 1,609 1,903 1,968 2,032 2,096 2,133 2,140 2,173 2,189
- Large 289 601 1,089 1,289 1,333 1,376 1,420 1,445 1,450 1,471 1,482
Haemodialysis
- Haemodialysis 304 632 1,146 1,356 1,402 1,448 1,494 1,520 1,525 1,548 1,559

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 33. Jumlah penggunaan layanan pada area rawat inap
RS Bunda Sejahtera
Table 2a
Inpatient Projection by Speciality

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Obgyn 800 1,660 3,010 3,561 3,682 3,802 3,922 3,992 4,005 4,066 4,095
Pediatric 449 932 1,690 1,999 2,067 2,135 2,202 2,241 2,248 2,283 2,299
Internal 187 388 704 833 861 889 918 934 937 951 958
Surgery 249 518 939 1,111 1,148 1,186 1,223 1,245 1,249 1,268 1,277
Dental 2 4 7 8 9 9 9 9 9 10 10
GP 3 6 12 14 14 15 15 16 16 16 16
ER 79 165 299 353 365 377 389 396 397 403 406
Other 1,347 2,797 5,073 6,002 6,205 6,408 6,610 6,727 6,750 6,852 6,902
Total 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964

Ward Room
- VVIP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- VIP 108 212 388 464 480 492 508 516 516 528 532
- Class 1 756 1,580 2,864 3,400 3,508 3,620 3,744 3,804 3,812 3,872 3,908
- Class 2 688 1,436 2,608 3,084 3,192 3,292 3,400 3,460 3,472 3,524 3,552
- Class 3 1,328 2,776 5,024 5,952 6,160 6,352 6,556 6,676 6,696 6,792 6,848
- Nursery 172 356 648 764 788 820 844 860 860 868 880
Other Room
- ICU 62 129 234 277 287 296 305 311 312 316 319
- NICU 20 41 75 89 92 95 98 100 100 102 102
- HCU 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
- Isolation 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
Procedures
- Non-surgery 2,139 4,441 8,055 9,529 9,852 10,175 10,496 10,681 10,717 10,879 10,959
- Surgery - small 187 388 704 833 861 889 917 934 937 951 958
- Surgery - medium 218 453 821 972 1,005 1,038 1,070 1,089 1,093 1,109 1,117
- Surgery - large 467 970 1,760 2,082 2,153 2,223 2,293 2,334 2,342 2,377 2,395
- Surgery - complex 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
Doctor visiting fee
- Visiting fee 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
Laboratory test
- Small 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
- Medium 2,182 4,528 8,214 9,717 10,047 10,375 10,703 10,891 10,928 11,094 11,175
- Large 935 1,941 3,520 4,165 4,306 4,447 4,587 4,668 4,684 4,754 4,789
Radiology test
- Small 602 1,250 2,267 2,682 2,773 2,864 2,954 3,007 3,017 3,062 3,085
- Medium 244 507 920 1,088 1,125 1,162 1,198 1,220 1,224 1,242 1,251
- Large 69 143 260 308 318 328 339 345 346 351 354
Medication - Ward
- Non-surgery 2,139 4,441 8,055 9,529 9,852 10,175 10,496 10,681 10,717 10,879 10,959
- Surgery - small 187 388 704 833 861 889 917 934 937 951 958
- Surgery - medium 218 453 821 972 1,005 1,038 1,070 1,089 1,093 1,109 1,117
- Surgery - large 467 970 1,760 2,082 2,153 2,223 2,293 2,334 2,342 2,377 2,395
- Surgery - complex 62 129 235 278 287 296 306 311 312 317 319
Other
- Admission 3,117 6,469 11,734 13,882 14,352 14,822 15,290 15,559 15,612 15,848 15,964
- Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


H. Proyeksi Laba - Rugi
Laba merupakan ukuran kinerja paling dasar dari sebuah bisnis. Ketika pendapatan
yang kita terima lebih besar daripada biaya yang harus kita keluarkan, maka dikatakan kita
memperoleh laba. Demikian sebaliknya, jika biaya lebih besar daripada pendapatan, maka
disebut sebagai rugi. Tentu saja semua jenis bisnis menginginkan terjadinya laba.
Menentukan proyeksi laba – rugi untuk rumah sakit ini merupakan bagian penting
dalam studi kelayakan ini. Jika rumah sakit menghasilkan laba yang cukup selama periode
kepemilikan (holding period), kemungkinan rencana ini layak. Sebaliknya jika rumah sakit
nantinya sering mengalami rugi dan berkesinambungan, dapat dipastikan bahwa secara
finansial rumah sakit ini tidak layak dikembangkan dari perspektif finansialnya.
Untuk melihat proyeksi laba – rugi RS Cinta Bunda, perlu dilihat proyeksi
pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan selama masa operasional rumah sakit.

H.1 Proyeksi Pendapatan


Proyeksi pendapatan adalah banyaknya pemasukan dari layanan yang digunakan
pasien di rumah sakit. Besarnya pendapatan ini dapat dihitung dengan mengalikan
banyaknya penggunaan layanan pada rumah sakit dengan tarif tiap jenis layanan.
Setelah membahas jumlah penggunaan layanan di bab sebelumnya. Untuk
menghitung pendapatan yang diperoleh rumah sakit, perlu ditentukan terlebih dahulu
besarnya tarif dan proyeksinya selama holding period.
Kami menggunakan tarif tertentu berdasarkan wawasan konsultan sebagai dasar
untuk menentukan tarif rata – rata yang dipakai pada tiap penggunaan layanan. Kami
mengeluarkan sewa alat dari tarif ini, sehingga pada tahun pertama operasional, tarif ini
sudah cukup konservatif. Hal ini dimaksudkan agar pendapatan yang diperoleh lebih
realistis dan masuk akal untuk dapat dicapai. Tabel berikut menunjukkan tarif layanan di
tahun pertama pada area rawat jalan, dan tabel selanjutnya menunjukkan tarif pada area
rawat inap.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 34. Tarif layanan pada area rawat jalan di Tahun 0

Deskripsi Obgyn Anak Internal Bedah Gigi Umum ER Lainnya BPJS


Layanan Rawat Jalan
Jasa Konsultasi
Panjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Menengah 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 80.000 90.000 80.000 40.000
Singkat 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Prosedur
Kecil 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 100.000 110.000 100.000 70.000
Menengah 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 220,000 200,000 135.000
Besar 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 450,000 400,000 325.000
Lainnya 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 900,000 545.000
Tes Laboratorium
Kecil 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 200,000 150,000 55.000
Menengah 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 450,000 400,000 160.000
Besar 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 900,000 850,000 270.000
Test Radiologi
Kecil 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 160.000
Menengah 625,000 625,000 625,000 625,000 625,000 625,000 625,000 625,000 315.000
Besar 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 1,200.000
Apotek/Farmasi
Obat 285,000 285,000 285,000 285,000 285,000 285,000 285,000 285,000 50.000
Lainnya

Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


Administrasi 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 20.000 10.000
Lainnya 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Rehabilitasi
Kecil 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000 48.000
Menengah 110,000 110,000 110,000 110,000 110,000 110,000 110,000 110,000 80.000
Besar 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 140.000
Haemodialisis
Haemodialisis 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 850,000 900.000
Tarif layanan pada area rawat jalan secara umum memiliki standard yang sama antara berbagai spesialisasi. Perbedaannya hanya
pada tarif konsultasi pada dokter umum dan IGD, Tarif dokter umum lebih rendah dari tarif dokter spesialis, sedangkan pada IGD tarifnya
sedikit lebih tinggi.
Berikut ini beberapa contoh dari berbagai layanan test laboratorium, antara lain:
Kecil – “Darah lengkap”
Menengah – “Darah lengkap + fungsi organ”
Besar – “Darah lengkap + fungsi organ + imunologi”
Contoh dari berbagai kategori test radiologi, misalnya :
Kecil – “X-ray thorax”
Menengah – “USG vascular”
Besar – “CT Angio or Brain MRI”

Kecil – “Exercise therapi”


Menengah – “Rehabilitasi”
Besar – “Aphasia + dysphagia”

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 35. Tarif layanan pada area rawat inap di Tahun 0
Deskripsi Obgyn Anak P. Dalam Bedah Lainnya BPJS
Layanan Rawat Inap
Ward Room

VIP 700,000 700,000 700,000 700,000 700,000 412,500


Kelas 1 475,000 475,000 475,000 475,000 475,000 412,500
Kelas 2 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 275,000
Kelas 3
100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 192,500
Nursery 50,000 50,000 50,000 50,000 50,000
100,000
Ruang Lainnya
ICU 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 357,000
NICU 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 357,000
HCU 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 300,000
Isolasi 350,000 350,000 350,000 350,000 350,000 275,000
Perinatologi
Procedures
Non – bedah 200,000 200,000 200,000 200,000 200,000 350,000
Bedah – kecil 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 4,500,000
Bedah – menengah 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000 5,260,000
Bedah – besar 6,500,000 6,500,000 6,500,000 6,500,000 6,500,000 6,250,000
Bedah - kompleks 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,500,000 7,350,000
Fee Dokter Visit 125,000 125,000 125,000 125,000 125,000 90,000
Fee Visit
Test Laboratorium
Kecil 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Menengah 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000 400,000
Besar 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000
Test Radiologi
Kecil 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 175,000
Menengah 500,000 500,000 500,000 500,000 500,000 350,000
Besar 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,250,000 1,800,000
Obat – Kamar rawat
Non – bedah 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 1,000,000 550,000
Bedah – kecil 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 2,250,000 1,880,000
Bedah – menengah 2,750,000 2,750,000 2,750,000 2,750,000 2,750,000 2,590,000
Bedah – besar 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,500,000 3,490,000
Bedah – kompleks 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,500,000 4,230,000
Obat – Ruang lain
ICU / PICU 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 2,500,000 3,490,000
NICU 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 3,490,000
HCU 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,000,000 2,590,000
Isolasi 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 550,000
Perinatologi 550,000
Lain - lain
Admission 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000
Lainnya 0
Tarif di rawat inap untuk berbagai jenis spesialis disini dibuat sama, hal ini karena tarif yang digunakan merupakan tarif rata – rata pada
setiap level (kecil, sedang, besar, kompleks). Tarif layanan diproyeksikan naik dengan laju 6% per tahun, sesuai dengan laju proyeksi inflasi
per tahunnya. Kenaikan tarif ini diterapkan pada awal setiap tahun periode selama periode kepemilikan (holding period). Proyeksi lengkap
perubahan tarif tahunan dapat dilihat di lampiran. Besarnya pendapatan yang diterima rumah sakit dihitung dengan mengalikan banyaknya
penggunaan layanan dengan tarif. Tabel dibawah ini memaparkan proyeksi pendapatan selama periode investasi.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 36. Proyeksi pendapatan rumah sakit
RS Bunda Sejahtera
Table 9a
Revenue Projection - Annual

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Revenue (Rp mil)


Outpatients
- Consultation fees 2,002 4,404 8,467 10,618 11,637 12,738 13,929 15,025 15,980 17,196 18,360
- Procedures 1,523 3,352 6,444 8,081 8,856 9,694 10,600 11,434 12,162 13,086 13,973
- Laboratory test 1,090 2,398 4,610 5,781 6,335 6,935 7,583 8,180 8,700 9,362 9,996
- Radiology test 1,598 3,515 6,759 8,476 9,289 10,168 11,118 11,993 12,756 13,726 14,656
- Medication 4,387 9,652 18,558 23,272 25,505 27,919 30,529 32,930 35,025 37,688 40,241
- Other 341 750 1,442 1,808 1,981 2,169 2,371 2,558 2,721 2,927 3,126
- Rehabilitation 200 439 844 1,059 1,161 1,270 1,389 1,498 1,594 1,715 1,831
- Haemodialysis 259 569 1,095 1,373 1,504 1,647 1,801 1,942 2,066 2,223 2,374
Outpatient revenue 11,398 25,079 48,219 60,467 66,268 72,541 79,321 85,561 91,004 97,924 104,556

Inpatients
- Ward room 2,490 5,473 10,512 13,170 14,419 15,768 17,224 18,561 19,721 21,200 22,613
- Nursery 22 48 93 116 127 140 152 164 174 187 200
- Intensive care 284 675 1,255 1,608 1,719 1,899 2,095 2,250 2,382 2,523 2,695
- Isolation & Others 93 213 397 507 547 602 662 713 755 799 860
- Procedures 5,962 13,119 25,224 31,631 34,666 37,948 41,494 44,758 47,605 51,226 54,695
- Doctor visiting fee 1,259 2,768 5,316 6,659 7,291 7,973 8,710 9,385 9,972 10,720 11,435
- Laboratory test 2,041 4,492 8,636 10,829 11,868 12,992 14,206 15,324 16,298 17,538 18,725
- Radiology test 342 753 1,448 1,815 1,989 2,178 2,381 2,569 2,732 2,940 3,139
- Medication (Ward) 4,537 9,984 19,195 24,071 26,380 28,877 31,576 34,060 36,227 38,982 41,622
- Medication (Other) 388 894 1,673 2,141 2,306 2,542 2,799 3,022 3,204 3,396 3,651
- Other 935 2,057 3,955 4,960 5,436 5,950 6,507 7,018 7,465 8,033 8,577
Inpatient revenue 18,355 40,475 77,705 97,508 106,748 116,870 127,807 137,825 146,536 157,542 168,211

Outpatient revenue 11,398 25,079 48,219 60,467 66,268 72,541 79,321 85,561 91,004 97,924 104,556
Inpatient revenue 18,355 40,475 77,705 97,508 106,748 116,870 127,807 137,825 146,536 157,542 168,211
Revenue 29,753 65,554 125,924 157,976 173,016 189,411 207,129 223,386 237,540 255,466 272,767

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa perkiraan pendapatan pada tahun 1 adalah Rp
11,398 miliar. Besarnya pendapatan akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya
jumlah pasien dan naiknya tarif untuk menyesuaikan inflasi. Sehingga pada tahun ke – 11
pendapatan RS Cinta Bunda mencapai Rp 272,767 miliar.

H.2 Proyeksi Biaya

Secara singkat dapat didefinisikan, biaya adalah uang yang harus dikeluarkan
selama proses bisnis berlangsung. Dengan mengikuti praktik akunting standar, kami
membagi biaya untuk rumah sakit ini menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: biaya variabel dan biaya
tetap. Besarnya biaya variabel berubah – ubah sesuai dengan banyaknya penjualan
(layanan), sedangkan biaya tetap tidak bergantung terhadap banyaknya penjualan.

Tugas UAS Hukum Kesehatan –Kelompok


H.2.1 Biaya Variabel
Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan layanan fasilitas / jasa yang menjadi sumber
pendapatan rawat jalan maupun rawat inap. Pada waktu memberikan layanan ini, rumah
sakit akan mengeluarkan biaya. Untuk menghitung biaya variabel ini kami menggunakan
asumsi rasio. Tabel berikut ini menunjukkan besarnya margin dan rasio biaya untuk tiap
layanan di area rawat jalan & rawat inap.
Tabel 37. Asumsi margin dan rasio biaya variabel

Deskripsi Margin Margin BPJS


Rawat Jalan
- Jasa Konsultasi 20% 0%
- Prosedur/Tindakan 45% 25%
- Test Laboratorium 90% 80%
- Test Radiologi 60% 50%
- Obat/Farmasi 30% 25%
- Lainnya 100% 100%
- Rehabilitasi 50% 30%
- Haemodialisis 45% 45%
Rawat Inap
- Kamar Perawatan 100% 100%
- Nursery 100% 100%
- Rawat intensif 100% 100%
- Prosedur/Tindakan 55% 45%
- Fee Dokter Visit 20% 0%
- Test Laboratorium 90% 80%
- Test Radiologi 60% 50%
- Obat/Farmasi 30% 25%
- Lainnya 100% 100%
Kolom pertama dari tabel diatas menunjukkkan layanan yang disediakan rumah
sakit. Kolom kedua menunjukan margin atau proporsi yang menjadi bagian rumah sakit.
Sebagai contoh, margin untuk Jasa konsultasi pada rawat jalan adalah 15%, artinya 15%
dari biaya konsultasi ini akan diterima sebagai bagian rumah sakit, sedangkan 85% lainnya
yang disebut sebagai rasio biaya akan dikeluarkan kembali menjadi bagian dari dokter /
perawat yang menangani pasien tersebut. Kolom ketiga adalah margin atau proporsi yang
menjadi bagian rumah sakit dari pasien BPJS.
Besarnya biaya variabel dihitung dengan mengalikan asumsi rasio biaya dengan
pendapatan yang diperoleh. Hasil yang diperoleh dari perhitungan ini dapat dilihat pada
tabel dibawah ini. Pada separuh komponen di bagian atas tabel kita dapat lihat detail biaya

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


variabel untuk rawat jalan, dan dibawahnya detail biaya variabel untuk rawat inap. Pada
baris terakhir ditunjukkan biaya variabel untuk kedua area.

Tabel 38. Proyeksi biaya variabel (Rp 000,000)

RS Bunda Sejahtera
Table 1a
Projection - Variable Cost

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Variable Cost (Rp mil)


Outpatients
- Consultation fees 1,601 3,523 6,774 8,495 9,309 10,191 11,143 12,020 12,784 13,757 14,688
- Procedures 1,066 2,346 4,511 5,657 6,199 6,786 7,420 8,004 8,513 9,161 9,781
- Laboratory test 436 959 1,844 2,312 2,534 2,774 3,033 3,272 3,480 3,745 3,998
- Radiology test 639 1,406 2,704 3,390 3,716 4,067 4,447 4,797 5,102 5,490 5,862
- Medication 3,071 6,757 12,991 16,291 17,853 19,544 21,370 23,051 24,517 26,382 28,169
- Other 68 150 288 362 396 434 474 512 544 585 625
- Rehabilitation 140 307 591 741 812 889 972 1,049 1,116 1,200 1,282
- Haemodialysis 181 399 766 961 1,053 1,153 1,261 1,360 1,446 1,556 1,662
Outpatient variable cost 7,202 15,847 30,469 38,208 41,874 45,838 50,122 54,065 57,503 61,876 66,067

Inpatients
- Ward room 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Nursery 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Intensive care 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Procedures 4,174 9,183 17,657 22,142 24,266 26,563 29,046 31,331 33,324 35,858 38,286
- Doctor visiting fee 1,259 2,768 5,316 6,659 7,291 7,973 8,710 9,385 9,972 10,720 11,435
- Laboratory test 817 1,797 3,454 4,332 4,747 5,197 5,682 6,129 6,519 7,015 7,490
- Radiology test 137 301 579 726 796 871 953 1,027 1,093 1,176 1,256
- Medication 3,176 6,988 13,437 16,850 18,466 20,214 22,104 23,842 25,359 27,287 29,135
- Medication (Other) 272 626 1,171 1,499 1,614 1,780 1,959 2,116 2,243 2,377 2,556
- Other 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Inpatient variable cost 9,834 21,663 41,614 52,208 57,180 62,598 68,454 73,831 78,510 84,433 90,158

Outpatient variable cost 7,202 15,847 30,469 38,208 41,874 45,838 50,122 54,065 57,503 61,876 66,067
Inpatient variable cost 9,834 21,663 41,614 52,208 57,180 62,598 68,454 73,831 78,510 84,433 90,158
Variable cost 17,036 37,510 72,082 90,416 99,054 108,436 118,575 127,896 136,013 146,310 156,224

H.2.2 Biaya Tetap


Selain biaya variabel, biaya lain yang harus diperhitungkan adalah biaya tetap. Untuk
menghitung biaya tetap kita perlu mengenali jenis biaya apa saja yang mungkin terjadi.
Setelah mengidentifikasi berbagai biaya yang mungkin terjadi, perlu juga ditentukan
cara menghitungnya dengan mempertimbangkan faktor – faktor apa saja yang paling
berpengaruh terhadap biaya ini. Faktor inilah yang menjadi dasar perhitungan biaya tetap,
tabel dibawah pada kolom kedua menunjukkan faktor – faktor yang menjadi dasar
perhitungan tersebut. Sebagai contoh, besarnya biaya listrik bergantung pada ukuran luas
bangunan rumah sakit, sedangkan biaya makanan akan bergantung kepada banyaknya
pasien rawat inap.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 39. Asumsi biaya tetap

Deskripsi Didasarkan pada Jumlah (per tahun)

- Diesel Luas rumah sakit 30,000


- Listrik Luas rumah sakit 180,000
- Makanan Pasien ranap/hari 70,000
- House keeping Luas rumah sakit 10,000
- Laundry kilogram Kilogram per bed 2.5
- Laundry kilogram Harga per kilogram 6,000
- Maintenance (bangunan) Luas rumah sakit 25,000
- Maintenance (fixtures) Luas rumah sakit 30,000
- Maintenance (peralatan) Nilai peralatan 3.50%
- Marketing Pendapatan 0.35%
- Gas Medik Luas rumah sakit 30,000
- Office supplies Luas rumah sakit 20,000
- Office expense Luas rumah sakit 20,000
- Lain – lain Luas rumah sakit 50,000
- Jasa professional Pendapatan 1.00%
- Staff Biaya SDM sesuai pekerjaan
- Telepon, internet dan TV Kabel Luas rumah sakit 25,000
- Transportasi Pendapatan 0.35%
- Air Luas rumah sakit 60,000
Setelah menentukan dasar perhitungannya, selanjutnya ditentukan jumlah biaya
untuk tiap kategori/bagian. Misalnya untuk listrik dikeluarkan biaya sebesar Rp 180,000 per
tahun per m2, dan biaya makanan sebesar Rp 70,000 per pasien per hari. Sedangkan, biaya
staff dipengaruhi banyaknya staff dan besarnya gaji, untuk asumsi staff dapat dilihat
detailnya pada Lampiran.
Dengan mengalikan besarnya biaya terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi,
dapat kita peroleh besarnya biaya tetap yang harus dikeluarkan rumah sakit setiap
tahunnya. Besarnya biaya tetap ini dapat juga kita bagi sebagai porsi biaya tetap untuk
rawat jalan dan porsi untuk rawat inap. Misalnya, sekitar 25% dari total biaya listrik
merupakan beban penggunaan listrik di area rawat jalan, sedangkan rawat inap
menyebabkan 100% dari biaya makanan.
Untuk menentukan asumsi yang dipakai pada analisis ini, kami menggunakan acuan
berdasarkan wawasan konsultan sesuai benchmark dengan melihat data – data dari
berbagai rumah sakit lain sebagai perbandingan.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Nilai per tahun pada kolom 3 tabel diatas adalah nilai pada tahun 0. Nilai ini
dinaikkan sebesar 6% per tahunnya sesuai dengan laju inflasi. Sama seperti perhitungan
pendapatan, penerapan kenaikan biaya akibat laju inflasi diterapkan setiap awal tahun
periode. Namun tidak semua komponen biaya ini berubah – ubah akibat inflasi. Sebagai
contoh, asuransi professional indemnity didasarkan pada besarnya pertanggungan, dan
tidak dipengaruhi inflasi. Demikian juga perhitungan atas besarnya biaya maintenance
peralatan, perhitungannya didasarkan pada persentase nilai dari peralatan itu sendiri.

Tabel 40. Asumsi kenaikan biaya tetap

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fixed Cost Component Projection (Rp mil)


- Diesel 146 154 163 173 184 195 206 219 232 246 261
- Electricity 1,940 2,056 2,180 2,311 2,449 2,596 2,752 2,917 3,092 3,278 3,474
- Food 811 1,782 3,423 4,288 4,695 5,135 5,608 6,043 6,421 6,903 7,363
- House keeping 970 1,028 1,090 1,155 1,225 1,298 1,376 1,459 1,546 1,639 1,737
- Insurance (building) 196 196 196 196 196 196 274 274 274 274 274
- Insurance (professional ind 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Laundry (outsourced) 371 814 1,565 1,960 2,146 2,347 2,564 2,763 2,936 3,156 3,366
- Maintenance (building) 146 154 163 173 184 195 206 219 232 246 261
- Maintenance (fixtures) 340 360 381 404 429 454 482 510 541 574 608
- Maintenance (equipment) 626 626 626 626 626 626 1,409 1,409 1,409 1,409 1,409
- Marketing 60 131 252 316 346 379 414 447 475 511 546
- Medical gas 97 103 109 116 122 130 138 146 155 164 174
- Office supplies 728 771 817 866 918 974 1,032 1,094 1,160 1,229 1,303
- Office expense 1,019 1,080 1,144 1,213 1,286 1,363 1,445 1,531 1,623 1,721 1,824
- Others 485 514 545 578 612 649 688 729 773 819 869
- Professional services 15 33 63 79 87 95 104 112 119 128 136
- Staff 10,630 17,583 25,187 27,737 30,545 33,600 36,960 40,656 44,721 49,194 54,113
- Telephone, internet and cable T 388 411 436 462 490 519 550 583 618 656 695
- Transport 104 229 441 553 606 663 725 782 831 894 955
- Water 94 100 106 112 119 126 133 141 150 159 169
- Sewa Tanah 2,100 2,100 2,310 2,310 2,310 2,310 2,310 2,541 2,541 2,541 2,541
Total 21,263 30,226 41,197 45,628 49,574 53,848 59,376 64,575 69,850 75,739 82,076

Proyeksi biaya dihitung dengan mengalikan besarnya asumsi biaya dengan asumsi
kenaikan biaya tetap seperti tabel diatas. Hasil dari perhitungan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 41. Proyeksi biaya tetap (Rp 000,000)

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Fixed Cost Component Projection (Rp mil)


- Food 2.864 3.614 4.560 5.755 7.265 8.218 9.302 10.532 11.931 13.522 15.336
- Insurance (building) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Insurance (professiona 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Laundry (outsourced) 614 774 977 1.233 1.557 1.761 1.993 2.257 2.557 2.898 3.286
- Lease payment (equip 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Maintenance (building) 348 369 391 414 439 776 932 988 1.047 1.110 1.177
- Maintenance (fixtures) 418 443 469 497 527 931 1.118 1.185 1.257 1.332 1.412
- Maintenance (equipment) 3.125 3.125 3.125 3.125 3.125 3.457 3.457 3.457 3.457 3.457 3.457
- Medical gas 418 443 469 497 527 931 1.118 1.185 1.257 1.332 1.412
- Office supplies 278 295 313 332 351 621 746 790 838 888 941
- Office expense 278 295 313 332 351 621 746 790 838 888 941
- Others 696 738 782 829 879 1.552 1.864 1.976 2.094 2.220 2.353
- Professional services 197 262 343 442 561 649 736 836 950 1.081 1.231
- Staff 10.277 15.328 22.706 24.068 25.512 43.269 45.865 48.617 51.534 54.626 57.904
- Staff (expatriate visa) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Telephone, internet and
cable TV 348 369 391 414 439 776 932 988 1.047 1.110 1.177
- Transport 69 92 120 155 196 227 258 293 333 378 431
- Water 501 664 892 995 1.054 1.862 2.237 2.371 2.513 2.664 2.824
- Sewa Tanah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 22.560 29.483 39.271 42.892 46.848 72.705 79.763 85.252 91.200 97.653 104.666

Setelah mendapatkan besarnya total biaya tetap, apabila diperlukan kita juga dapat
memperkirakan biaya tetap pada area rawat jalan dan rawat inap dengan menggunakan
proporsi di masing – masing area. Kedua tabel selanjutnya akan memaparkan estimasi
besarnya biaya tetap berdasarkan area rawat jalan dan area rawat inap.

Tabel 42. Proyeksi biaya tetap rawat jalan (Rp 000,000)


RS Bunda Sejahtera
Table 4a
Projection - Fixed Cost Outpatient

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
- Diesel 44 46 49 52 55 58 62 66 70 74 78
- Electricity 582 617 654 693 735 779 826 875 928 983 1,042
- Food 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- House keeping 291 308 327 347 367 389 413 438 464 492 521
- Laundry (outsourced) 37 81 156 196 215 235 256 276 294 316 337
- Maintenance (building) 44 46 49 52 55 58 62 66 70 74 78
- Maintenance (fixtures) 68 72 76 81 86 91 96 102 108 115 122
- Maintenance (equipment) 313 313 313 313 313 313 705 705 705 705 705
- Marketing 30 66 126 158 173 189 207 223 238 255 273
- Medical gas 82 87 93 98 104 110 117 124 131 139 148
- Office supplies 364 386 409 433 459 487 516 547 580 615 651
- Office expense 509 540 572 607 643 681 722 766 812 860 912
- Others 243 257 272 289 306 325 344 365 387 410 434
- Professional services 7 16 31 39 43 47 52 56 59 64 68
- Staff 3,721 6,154 8,815 9,708 10,691 11,760 12,936 14,230 15,652 17,218 18,940
- Telephone, internet and cable T 116 123 131 139 147 156 165 175 186 197 208
- Transport 52 115 220 276 303 331 362 391 416 447 477
- Water 28 30 32 34 36 38 40 42 45 48 51
- Sewa Tanah 1,050 1,050 1,155 1,155 1,155 1,155 1,155 1,271 1,271 1,271 1,271
Total 7,639 10,367 13,540 14,728 15,944 17,262 19,118 20,798 22,495 24,362 26,397

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 43. Proyeksi biaya tetap rawat inap (Rp 000,000)
RS Bunda Sejahtera
Table 5a
Projection - Fixed Cost Inpatient

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
- Diesel 102 108 114 121 129 136 144 153 162 172 182
- Electricity 1,358 1,439 1,526 1,617 1,714 1,817 1,926 2,042 2,164 2,294 2,432
- Food 811 1,782 3,423 4,288 4,695 5,135 5,608 6,043 6,421 6,903 7,363
- House keeping 679 720 763 809 857 909 963 1,021 1,082 1,147 1,216
- Laundry (outsourced) 334 733 1,408 1,764 1,932 2,113 2,307 2,486 2,642 2,840 3,029
- Maintenance (building) 102 108 114 121 129 136 144 153 162 172 182
- Maintenance (fixtures) 272 288 305 323 343 363 385 408 433 459 486
- Maintenance (equipment) 313 313 313 313 313 313 705 705 705 705 705
- Marketing 30 66 126 158 173 189 207 223 238 255 273
- Medical gas 15 15 16 17 18 19 21 22 23 25 26
- Office supplies 364 386 409 433 459 487 516 547 580 615 651
- Office expense 509 540 572 607 643 681 722 766 812 860 912
- Others 243 257 272 289 306 325 344 365 387 410 434
- Professional services 7 16 31 39 43 47 52 56 59 64 68
- Staff 6,910 11,429 16,371 18,029 19,854 21,840 24,024 26,426 29,069 31,976 35,173
- Telephone, internet and cable T 272 288 305 323 343 363 385 408 433 459 486
- Transport 52 115 220 276 303 331 362 391 416 447 477
- Water 66 70 74 78 83 88 93 99 105 111 118
- Sewa Tanah 1,050 1,050 1,155 1,155 1,155 1,155 1,155 1,271 1,271 1,271 1,271
Total 12,573 18,809 26,502 29,745 32,474 35,431 39,103 42,507 46,085 50,106 54,408

Jumlah total biaya variabel dan biaya tetap merupakan keseluruhan biaya
operasional yang harus dikeluarkan rumah sakit. Hasilnya dapat dilihat pada tabel
rangkuman berikut ini.

Tabel 44. Proyeksi biaya rumah sakit (Rp 000,000)

RS Bunda Sejahtera
Table 6a
Projection - Total Cost

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Variable cost 17,036 37,510 72,082 90,416 99,054 108,436 118,575 127,896 136,013 146,310 156,224
Fixed cost 21,263 30,226 41,197 45,628 49,574 53,848 59,376 64,575 69,850 75,739 82,076
Total expense 38,299 67,736 113,279 136,044 148,627 162,284 177,952 192,471 205,863 222,048 238,300

Annual increase of expense 76.9% 67.2% 20.1% 9.2% 9.2% 9.7% 8.2% 7.0% 7.9% 7.3%

Pada baris kelima di tabel diatas, dapat kita lihat besarnya biaya diproyeksikan meningkat
dari Rp 38,299 miliar pada tahun pertama dan mencapai Rp 238,300 miliar pada akhir tahun
ke – 11.

Pada baris terakhir tabel, ditunjukkan besarnya kenaikan biaya setiap tahunnya. Total biaya
diperkirakan meningkat cukup tinggi di tahun-tahun awal sesuai dengna pertambahan
jumlah pasien.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Mirip seperti proyeksi pendapatan, kenaikan biaya dipengaruhi oleh inflasi 6% per
tahun, dan sisanya oleh pertumbuhan populasi market per tahunnya (pertumbuhan populasi
dan morbiditas). Dengan pertimbangan tersebut, dapat kita simpulkan kalau proyeksi biaya
telah realistis, dan masuk akal untuk dapat dicapai.

H.3 Proyeksi Laba – Rugi


Pada pembahasan sebelumnya kita telah memproyeksikan pendapatan dan biaya
selama holding period. Proyeksi tersebut digunakan untuk menghitung proyeksi laba – rugi.
Tabel dibawah ini memaparkan proyeksi laba – rugi rumah sakit.

Tabel 45. Proyeksi Laba Rugi (Rp 000,000)


RS Bunda Sejahtera
Section I - Table 1
Projection - Profit and Loss

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)

Earning Before Interest, Tax, Depreciation and Amortization


Revenue 29,753 65,554 125,924 157,976 173,016 189,411 207,129 223,386 237,540 255,466
Expense 38,299 67,736 113,279 136,044 148,627 162,284 177,952 192,471 205,863 222,048
EBITDA -8,546 -2,182 12,644 21,932 24,388 27,127 29,177 30,915 31,677 33,418

Earning Before Interest and Tax


Depreciation 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 7,307 7,307 7,307 7,307
Amortization 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814
EBIT -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296

Taxable Income
Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Taxable income -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Tax 25% 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824
Interest and Tax 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824

Net Profit After Tax


EBIT -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Interest and Tax 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824
NPAT -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472

Dengan mengurangi pendapatan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah
sakit dapat diperoleh EBITDA (earning before interest tax depreciation and amortization).
Dapat kita lihat bahwa selama masa proyeksi RS Cinta Bunda menunjukkan hasil yang
positif. Hal ini menunjukkan bahwa RS Cinta Bunda diharapkan dapat mandiri secara
operasional sejak tahun pertama.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Pada tabel diatas juga dapat kita lihat besarnya depresiasi nilai peralatan. Lebih
lanjut kami membagi peralatan menjadi 2 jenis, yaitu peralatan besar atau “big – ticket” dan
peralatan kecil atau “small – ticket”. Big ticket yang dimaksud disini adalah peralatan yang
nilainya lebih dari Rp 100 juta, umumnya peralatan mahal ini adalah peralatan – peralatan
medis yang cukup besar. Sebaliknya small – ticket adalah peralatan – peralatan medis kecil
dan furniture.
Tabel dibawah memaparkan jadwal depresiasi dari peralatan dan nilainya. Pada
kelompok di bagian atas ditunjukkan depresiasi dari peralatan big – ticket. Pada kelompok di
tengah depresiasi untuk small – ticket. Sedangkan pada bagian kelompok paling bawah
menunjukkan total depresiasi pada peralatan.
Tabel 46. Depresiasi peralatan (Rp 000,000)
RS Bunda Sejahtera
Table 1
Initial Medical Equipment - Price Projection

Year 0 1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3
Quarter 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
Period Assumption 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Equipment Price Projection


Inflation (%pa) 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 6.0% 0.0% 0.0% 0.0% 6.0% 0.0% 0.0%
Price of Equipment (Rp bil)
- Big-ticket and lease 45.43 45.43 45.43 45.43 45.43 48.16 48.16 48.16 48.16 51.05 51.05 51.05
- Big-ticket & purchase 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- Big-ticket 45.43 45.43 45.43 45.43 45.43 48.16 48.16 48.16 48.16 51.05 51.05 51.05
- Small-ticket & lease 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- Small-ticket & purchase 16.38 16.38 16.38 16.38 16.38 17.37 17.37 17.37 17.37 18.41 18.41 18.41
- Small-ticket 16.38 16.38 16.38 16.38 16.38 17.37 17.37 17.37 17.37 18.41 18.41 18.41
Total 61.82 61.82 61.82 61.82 61.82 65.53 65.53 65.53 65.53 69.46 69.46 69.46

Pada tabel diatas terdapat 2 kali pembelian peralatan, yaitu pada tahap awal dengan
nilai mencapai 45,43 milliar dan tahap penambahan kapasitas rawat inap. Sebagaimana
telah dipaparkan pada bab sebelumnya, peralatan akan habis nilainya dalam periode 10
tahun.
Besarnya nilai depresiasi peralatan inilah yang menjadi total biaya depresiasi rumah
sakit sebagaimana dipaparkan pada tabel proyeksi laba – rugi.
Amortisasi adalah penyusutan nilai bangunan yang dihitung dari biaya konstruksi
rumah sakit. Total biaya bangunan menghabiskan Rp 53.350 miliar. Sebagaimana standard
yang umum digunakan, bangunan rumah sakit diamortisasi selama periode 20 tahun.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Dengan mengurangkan depresiasi dan amortisasi dari EBITDA, kita akan
memperoleh EBIT (earning before interest and tax). Dari hasil proyeksi, EBIT menunjukkan
nilai negatif di tahun ke – 1, dan terus positif selama sisa holding period. Nilai EBIT yang
negatif di tahun awal menunjukkan bahwa rumah sakit ini tidak memiliki dana yang memadai
untuk memenuhi kewajiban keuangannya.
Dalam studi kelayakan ini, kami mengasumsikan semua peralatan dan bangunan
akan dibeli dengan menggunakan 100% own equity saja. Sehingga rumah sakit tidak perlu
mengembalikan pinjaman atau membayar bunga.
Tabel 47. Perhitungan pendapatan yang dikenai pajak (Rp 000,000)
RS Bunda Sejahtera
Table 1
Taxable Income

Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Income before tax -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296 24,345

Lost Carry Forward (LCF)


Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
0
1 -15,533 -15,533 -15,533 -15,533 -15,533
2 -9,169 -9,169 -9,169 -9,169 -9,169
3 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0 0
7
8
9
10
11

Taxable Income
Year 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
OB - LCF 0 0 -15,533 -19,045 -4,101 0 0 0 0 0 0
Lost from previous 0 -15,533 -9,169 0 0 0 0 0 0 0 0
Income before tax 0 0 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296 24,345
CB - LCF 0 -15,533 -19,045 -4,101 0 0 0 0 0 0 0
Taxable income 0 0 0 0 13,300 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296 24,345

Semua bisnis yang menghasilkan laba perlu membayar pajak. Kami mengambil
asumsi keseluruhan pajak yang harus dibayarkan rumah sakit sebesar 25% selama holding
period. Rumah sakit sendiri baru menghasilkan laba mulai tahun ke – 2 sampai periode
kepemilikan berakhir, sebelumnya pendapatan kena pajaknya tidak ada (Rp 0). Akibatnya
pengeluaran rumah sakit untuk pajak baru ada mulai tahun ke – 2, sebelumnya dapat
dikatakan tidak ada. Dengan adanya beban pada tahun ke – 1 pada perhitungan beban
tersebut dapat digunakan untuk mengurangi kewajiban pajak pada tahun berikutnya
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
sehingga RS Cinta Bunda mulai memiliki penghasilan yang akan dipotong pajak mulai tahun
ke – 2.
Dari rangkaian perhitungan sebelumnya, kita dapat memperoleh NPAT (net profit
after tax) dengan mengurangi EBIT dengan pajak dan bunga pinjaman (bila ada).
Sebagaimana ditunjukkan pada tabel laba – rugi, NPAT yang dihasilkan akan bernilai
negatif pada tahun ke – 1, dan selanjutnya positif hingga akhir holding period; melihat
kondisi tersebut, break – even (BE) terjadi pada tahun 2. Ini merupakan hasil yang sangat
baik untuk bisnis rumah sakit.
Selain melihat besarnya nilai laba, sangat penting juga untuk memahami margin
laba. Margin laba adalah proporsi pendapatan yang diterima setelah dikurangi berbagai
biaya yang harus dibayarkan. Ada 3 (tiga) jenis margin laba yang akan kami kaji lebih lanjut,
yaitu:
Gross profit margin – pendapatan dikurangi cost of goods sold dibagi dengan pendapatan.
Operating profit margin – EBIT dibagi dengan pendapatan.
Net profit margin – NPAT dibagi dengan pendapatan
Tabel 48. Analisis Laba (Rp 000,000)
RS Bunda Sejahtera
Section I - Table 6
Profit Analysis

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp mil) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)

Hospital
Revenue 29,753 65,554 125,924 157,976 173,016 189,411 207,129 223,386 237,540 255,466
Cost of Goods Sold 17,036 37,510 72,082 90,416 99,054 108,436 118,575 127,896 136,013 146,310
Gross Profit 12,716 28,044 53,841 67,560 73,962 80,975 88,553 95,490 101,527 109,156
Gross Profit Margin 42.7% 42.8% 42.8% 42.8% 42.7% 42.8% 42.8% 42.7% 42.7% 42.7%

Gross Profit 12,716 28,044 53,841 67,560 73,962 80,975 88,553 95,490 101,527 109,156
Fixed Expense 21,263 30,226 41,197 45,628 49,574 53,848 59,376 64,575 69,850 75,739
EBITDA -8,546 -2,182 12,644 21,932 24,388 27,127 29,177 30,915 31,677 33,418
EBITDA Margin -28.7% -3.3% 10.0% 13.9% 14.1% 14.3% 14.1% 13.8% 13.3% 13.1%

EBITDA -8,546 -2,182 12,644 21,932 24,388 27,127 29,177 30,915 31,677 33,418
Depreciation 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 7,307 7,307 7,307 7,307
Amortization 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814
Operating Profit -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Operating Profit Margin -52.2% -14.0% 4.5% 9.5% 10.1% 10.6% 9.2% 9.3% 9.1% 9.1%

Operating Profit -15,533 -9,169 5,657 14,945 17,401 20,140 19,055 20,793 21,555 23,296
Interest 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tax 0 0 0 0 3,325 5,035 4,764 5,198 5,389 5,824
Net Profit -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472
Net Profit Margin -52.2% -14.0% 4.5% 9.5% 8.1% 8.0% 6.9% 7.0% 6.8% 6.8%

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel diatas menunjukkan bahwa Gross profit margin diproyeksikan cukup stabil di
kisaran 42 % selama holding period. Margin laba operasional sendiri nilainya negatif di tahun
pertama dan terus meningkat dari positif tahun ke tahun, hingga mencapai 17.472 % di
tahun ke – 11.
Net profit margin pada saat rumah sakit dapat positif sejak tahun ke-3. Tingkat
margin yang positif ini tentu sangat baik dan sesuai harapan. Hasil ini sesuai dengan
kesimpulan sebelumnya yang menyatakan bahwa dari perspektif laba – rugi rencana
pengembangan RS Cinta Bunda memberikan keuntungan yang sangat baik secara bisnis /
finansial

Analisa Arus Kas (Cash flow)

Profitabilitas merupakan pengukuran yang sangat penting dalam kajian finansial.


Tanpa adanya profit/ laba, sebuah bisnis tidak dapat bertahan dalam jangka panjang.
Namun, sebuah bisnis yang profitable juga dapat menghadapi masalah finansial jika bisnis
tersebut tidak menghasilkan kas yang cukup untuk membayar berbagai transaksi tunai yang
terjadi selama operasional. Oleh sebab itu, perlu adanya kajian analisis arus kas (cash flow
analysis) untuk melihat berapa banyak kas aktual yang dihasilkan oleh rumah sakit ini.
Tabel berikut ini memaparkan free cash flow rumah sakit. Analisis ini dilakukan
dengan mengambil NPAT. NPAT ini lalu ditambahkan dengan item non kas, seperti
amortisasi & depresiasi, dan juga apabila ada working capital dari investor. Hasil
penjumlahan ini disebut sebagai arus kas operasional atau cash flow from operation
(CFFO). Pada baris ke – 8 terlihat bahwa CFFO ini nilainya positif sejak tahun pertama
hingga akhir periode kepemilikan (holding period), hasil tersebut menunjukkan kinerja
keuangan yang sangat menjanjikan.
Seperti namanya, CFFO bersifat operasional. Sehingga kita juga perlu untuk
mempertimbangkan arus kas (cash flow) dari sudut pandang kapital, termasuk didalamnya
biaya bangunan, peralatan, dan juga lahan.
Untuk keperluan konstruksi bangunan dan peralatan, kas keluar (cash outflow) terjadi
di tahun 0 dan tahun ke-6 (penambahan kapasitas).

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Tabel 49. Analisis arus kas bebas – free cash flow analysis – (Rp 000,000)
RS Bunda Sejahtera
Section I - Table 2
Free Cash Flow Analysis

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)

Net profit after tax -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472

+ Depreciation 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 4,173 7,307 7,307 7,307 7,307
+ Amortization 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814 2,814
+ Working capital 0
= Cash flow from operations 0 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 24,413 25,717 26,288 27,594

- Building 56,290 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Equipment purchase 25,036 0 0 0 0 0 0 43,844 0 0 0
- Land 4,500
+ Reversion value 189,204
= Free cash flow to firm -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798

+ Borrowing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Loan principal repayment 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Free cash flow to equity -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798

Kombinasi dari CFFO dan cash flow of capital adalah FCFE (free cash flow to
equity). FCFE adalah nilai kas yang diterima oleh rumah sakit setiap tahunnya dikurangi
dengan pinjaman. Pada baris ke – 15 tabel, menunjukkan bahwa FCFE sama dengan FCFF
karena pada perhitungan ini kami asumsikan modal sepenuhnya tidak melibatkan pinjaman.
Pada tahun 10, FCFE diproyeksikan akan mencapai Rp 26,288 miliar, sangat besar
dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan akibat adanya nilai
hipotesis penjualan seluruh aset rumah sakit pada akhir holding period. Penjelasan
mengenai nilai penjualan reversi akan dibahas pada sub bab berikut ini.

I.1 Nilai Pengembalian (Reversion Value)


Untuk tujuan studi ini, kami mengambil asumsi holding period selama 10 tahun. Pada
akhir periode, operasionalnya diakhiri. Seluruh asset rumah sakit dianggap akan dijual,
sehingga terjadi arus kas masuk. Penentuan nilai jual ini ada 2 metode, yaitu menggunakan
nilai sisa (Scrape value) dan nilai bisnis (Perpetuity Value).
Nilai pengembalian (reversion value) digunakan untuk melihat nilai jual RS Cinta
Bunda pada 10 tahun mendatang. Dalam menghitung nilai pengembalian (reversion value)
didasarkan kepada nilai Scrape value ataupun Perpetuity value RS Cinta Bunda, lalu dilihat
dari value yang mempunyai nilai terbesar. Untuk Scrape Value sendiri terdiri dari 3
komponen nilai, yaitu :

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Nilai tanah beserta dengan rerata kenaikannya selama 10 tahun (5% per tahun)
Nilai sisa bangunan setelah depresiasinya selama 10 tahun
Nilai sisa peralatan setelah depresiasinya selama 10 tahun
Sedangkan untuk Perpetuity Value dihitung dari nilai bisnis yang terjadi di RS Cinta
Bunda itu sendiri, yaitu :
Cash flow from Operation (CFFO)
Capitalisation Rate, sebesar 15%

I.2 Analisa Pengembalian


Selain mengkaji nilai FCFF, kita juga dapat menggunakan hasilnya untuk berbagai
pengukuran/ analisis pengembalian. Analisis pengembalian ini membuat kita dapat
membandingkan performa dari rumah sakit terhadap required rate of return dan juga
membandingkan dengan pengembalian tipe investasi yang lain. Setelah itu kita dapat
menentukan apakah rumah sakit ini baik untuk dikembangkan dari perspektif free cash flow.
Ada 3 pengukuran yang umum dilakukan dengan menggunakan FCFF untuk
keperluan studi kelayakan, antara lain; payback period (PBP), net present value (NPV), dan
internal rate of return (IRR).
Payback Period (PBP) adalah seberapa lama rumah sakit ini dapat menghasilkan
arus kas yang cukup untuk mengembalikan investasi awalnya yang sebesar Rp 85.825.460
miliar. PBP dihitung dengan cara mengakumulasikan jumlah FCFF tahunan. Ketika hasil dari
akumulasi telah bernilai positif, artinya PBP telah dicapai.
Pada tabel analisa arus kas sebelumnya menunjukkan bahwa pada tahun 0
akumulasi dari FCFF berjumlah minus Rp 85.825 miliar. Pada tahun 1 akumulasinya
sebesar minus Rp 7,563 miliar, yang diperoleh dari jumlah pengeluaran tahun 0, ditambah
FCFF tahun 1 dan diproyeksikan demikian seterusnya. Pada akhir tahun 10, nilainya
diproyeksikan telah menjadi Rp 8,751 miliar.
Dari pengalaman kami, umumnya pengembangan rumah sakit baru mencapai
payback pada tahun ke – 7 sampai tahun ke – 10. RS Cinta Bunda dapat menghasilkan arus
kas yang mencukupi untuk menutup investasi awalnya selama periode kepemilikan dan
mencapai PBP pada tahun ke – 9. Secara bisnis perumahsakitan kalau dilihat dari perspektif
payback period, rencana investasi rumah sakit ini cukup baik.
Pengukuran selanjutnya adalah dari Net present Value (NPV), yang dihitung dari
jumlah FCFF tahunan ter-diskonto. Dalam perhitungan NPV, diskonto adalah konversi dari
arus kas pada masa yang akan datang (future value) menjadi nilai saat ini (present value).

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Untuk menghitung present value kami menggunakan tingkat diskonto (discount rate)
tertentu. Tingkat diskonto diperoleh dari besarnya bunga bebas resiko (risk free) dan resiko
rumah sakit. Pada saat penulisan laporan, suku bunga Bank Indonesia (BI) adalah 6.50%.
Kami mempertimbangkan tingkat bunga BI ini sebagai tingkat suku bunga yang bebas
resiko. Melakukan investasi di rumah sakit ini tentunya lebih berisiko bila dibandingkan
menabung di bank. Mengingat resiko pada bisnis rumah sakit ini, kami percaya tambahan
6.50% per tahun cukup sebagai kompensasi resiko ini. Sehingga tingkat diskonto yang kami
gunakan adalah 13%.
Kami menggunakan tingkat diskonto untuk menghitung besarnya faktor diskonto
FCFF setiap tahunnya. Faktor diskonto ini dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut ini:

Persamaan 2 – Faktor diskonto

1
DF  (1 DR)t

Keterangan:
DF = discount factor
DR = discount rate
t = periode waktu
Tabel selanjutnya memaparkan hasil analisis pengembalian yang menunjukkan PBP,
NPV, dan juga IRR. Hasil perhitungan faktor diskonto ini juga dapat dilihat pada baris 10
tabel tersebut.

Tabel 50. Analisis Pengembalian (Rp 000,000)

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


RS Bunda Sejahtera
Section I - Table 3
Return Analysis

Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Unit Asumsi (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta) (Rp juta)

Break-even Analysis
NPAT -15,533 -9,169 5,657 14,945 14,076 15,105 14,291 15,595 16,166 17,472
Break-even occurs Year 3

Payback Period

Accumulated FCFF -85,825 -94,372 -96,554 -83,910 -61,978 -40,915 -18,823 -38,253 -12,536 13,752 230,550
Pay Back Period < 9 years

Net Present Value


Bank of Indonesia rate 7.50%
Discount rate 13.00%
Discount factor 1.00 0.88 0.78 0.69 0.61 0.54 0.48 0.43 0.38 0.33 0.29
Free cash flow to firm -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798
Discounted cash flow -85,825 -7,563 -1,709 8,763 13,451 11,432 10,611 -8,259 9,674 8,751 63,866
Net Present Value 23,192

Internal Rate of Return


Free cash flow to firm -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798
IRR - FCFF 16.2%

Free cash flow to equity -85,825 -8,546 -2,182 12,644 21,932 21,063 22,092 -19,431 25,717 26,288 216,798
IRR - FCFE 16.2%

FCFF tahunan ditunjukkan kembali pada baris 11, dan FCFF ter-diskonto ditunjukkan
pada baris 12. Jumlah dari FCFF ter-diskonto merupakan nilai NPV. Pada perhitungan
diatas, dapat dilihat bahwa NPV untuk rumah sakit ini bernilai Rp 63,866 miliar. Nilai NPV
yang positif menunjukkan bahwa present value dari arus kas masuk pada masa yang akan
datang (future cash inflow) lebih besar daripada arus kas keluar (cash outflow). Sehingga,
rencana pembangunan rumah sakit ini menguntungkan untuk dilanjutkan bila dilihat dari
perspektif NPV.
Analisis pengembalian yang terakhir adalah internal rate of return (IRR). IRR
adalah besarnya tingkat bunga yang diperlukan untuk membuat nilai NPV menjadi 0.
Sebuah proyek dapat dikatakan layak apabila nilai IRR ini lebih besar dari tingkat diskonto-
nya. Dalam kasus ini, nilai IRR yang dihasilkan adalah 16.2 %, sehingga tergolong
memadai. Hal ini terjadi karena arus kas akumulatif yang dihasilkan positif pada periode
perhitungan. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan tingkat pengembaliannya bagus, dan
rencana pembangunan RS Cinta Bunda ini juga baik untuk diteruskan dilihat dari perspektif
IRR.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Kesimpulan Analisis dan Rekomendasi
Dalam menentukan layak atau tidaknya rencana investasi ini, kami menggunakan
penilaian yang didasarkan pada 7 variabel yaitu: demografi, sosial ekonomi, indikator
kesehatan, level kompetisi, legalitas, market potensial, dan keuangan.
Setiap variabel diberikan bobot yang berbeda, mengingat besarnya pengaruh dari
berbagai variabel tersebut juga tidak sama. Jika kita hanya menilai dari sisi bisnis maka
faktor keuangan biasanya memiliki bobot yang paling besar dalam menilai tingkat kelayakan
suatu investasi. Faktor inilah yang paling menarik perhatian, terutama mengenai berapa
besarnya pengembalian (return) yang bisa didapatkan dan kapan investasi ini akan kembali.
Tabel berikut ini memaparkan tingkat kelayakan investasi RS Cinta Bunda
berdasarkan 7 parameter.

Tabel 51. Tingkat Kelayakan Investasi

Ranking Parameter Kelayakan Bobot Nilai (a) x


Investasi (a) (b) (b)
1 Finansial 40% 10,0 4,00
2 Level kompetisi 15% 10,0 1,50
3 Market potensial 15% 10,0 1,50
4 Demografi 10% 9,0 0,90
5 Politik dan Legalitas 10% 9,0 0,90
6 Sosial ekonomi 5% 8,0 0,40
7 Indikator kesehatan 5% 9,0 0,45
Tingkat Kelayakan Investasi 100% 9,65
Keterangan:
1,0 – 5,9 = tidak layak
6,0 – 7,0 = layak dengan catatan
7,1 – 8,0 = layak
8,1 – 10 = sangat layak

Secara keseluruhan dapat dikatakan investasi rencana pendirian RS Cinta Bunda ini
dapat diteruskan dan sangat kami anjurkan untuk segera direalisasikan mengingat hasil
penilaian kelayakan menunjukkan kesimpulan “Sangat Layak”. Paragraf berikut
menjabarkan masing-masing faktor dari 7 variabel yang kami gunakan dalam menilai
kelayakan investasi ini.
Untuk dapat menilai kelayakan investasi dari aspek finansial, kami telah menyusun
proyeksi arus kas dan rugi laba. Faktor finansial yang kami nilai bisasanya berdasar pada
net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan payback period. Nilai yang
dianggap baik untuk ketiga variable tersebut, untuk NPV harus bernilai positif, untuk IRR >

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


16.2 % dan waktu pegembalian < 9 tahun. Hasil analisa untuk rencana RS Cinta Bunda
menunjukkan hasil yang baik, yaitu NPV bernilai positif (Rp 63,866 miliar), IRR positif
(16.2%) serta waktu pengembalian (PBP) di bawah 9 tahun. Sepanjang masa proyeksi
terlihat arus kas dan rugi laba yang negatif pada awal tahun proyeksi tetapi secara bertahap
dan konsisten meningkat positif hingga akhir tahun proyeksi. Hal ini menunjukkan rencana
RS Cinta Bunda ini mampu membiayai operasionalnya sendiri dan dapat melakukan
pengembalian investasi. Dengan pertimbangan tersebut, kami memberikan angka 10 untuk
aspek keuangan ini.
Saat ini di area cakupan hanya terdapat 2 RS kompetitor dengan segmen yang sama
dengan radius 0-10 km, yaitu RS An Nissa dan RS Sari Asih. Secara umum tentu jumlah RS
ini akan memberikan gambaran persaingan yang relatif rendah dan kompetisi head to head
masih dimungkinkan untuk dilakukan karena market yang sangat luas. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, kami memberikan nilai 10 untuk faktor lingkup persaingan.
Market potensial adalah indikator yang menunjukkan perbandingan antara
ketersediaan tempat tidur rumah sakit selama masa proyeksi, berbanding dengan
permintaan masyarakat akan tempat tidur rumah sakit. Berdasarkan perhitungan yang dapat
dilihat pada bab IV, terlihat selama masa proyeksi selalu menunjukkan kondisi over demand,
secara konstan. Kami melihat bahwa tidak mungkin market potensial tersebut menjadi
oversupply meskipun ada pihak lain yang akan membangun rumah sakit di area cakupan.
Karena itu terkait penilaian potensi pasar rumah sakit di area cakupan ini kami berikan nilai
10.
Faktor kependudukan atau demografi menjadi pertimbangan penilaian berikutnya.
Banyak sedikitnya pasien di rumah sakit ditentukan salah satunya oleh jumlah penduduk di
area cakupan. Tentunya akan sangat baik jika kita berada di area dengan jumlah penduduk
dan kepadatan yang tinggi. Area cakupan rencana RS Cinta Bunda memiliki jumlah
penduduk sebesar sekitar 1.655.597 jiwa pada tahun 2016. Jumlah tersebut juga didukung
oleh faktor tingkat pertumbuhan penduduk sekitar 3% per tahun. Dengan pertimbangan
jumlah penduduk yang besar dan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi, maka kami
memberikan nilai 9 untuk faktor kependudukan ini.
Parameter politik dan legalitas mendapatkan nilai 9 karena kami yakin
pengembangan RS Cinta Bunda akan memberikan kontribusi yang positif terhadap tingkat
kesehatan masyarakat. Dalam hal perijinan kami juga menilai bahwa pendirian rumah sakit
ini juga tidak akan terlalu banyak mengalami kendala.
Secara umum, PDRB Kabupaten Tanggerang terus mengalami perlambatan dari
tahun ke tahun. Hal ini terutama terjadi sejak tahun 2012 dikarenakan krisis global dan
musim kemarau. Meskipun melambat, rata-rata tingkat pertumbuhan dari tahun 2011-2015
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
masih mencapai 6% per tahun di Kabupaten Tanggerang. Nilai ini tetap dibawah tingkat
pertumbuhan Kota Bandung yang mencapai 7%, namun lebih tinggi dari Indonesia yang
secara umum berada pada kisaran 5% tiap tahunnya. Untuk parameter sosial ekonomi kami
beri nilai 8.
Berdasarkan data sekunder Profil Kesehatan Kabupaten Tanggerang, penyakit
terbanyak yang dapat dikatakan mendominasi adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) dengan jumlah keluhan 27% dan 9% dari keseluruhan penyakit yang tercatat
masing-masing di Puskesmas dan RSUD Kabupaten Tanggerang untuk kurun waktu 2014.
Pada urutan kedua keluhan terbanyak di tingkat Puskesmas adalah keluhan pencernaan
sedangkan pada level Rumah Sakit adalah hipertensi. Penyakit infeksi erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh seseorang dan higiene lingkungan. Kondisi kesehatan lingkungan
dan gizi yang buruk umumnya dapat dijumpai pada komunitas ekonomi lemah, khususnya
masyarakat miskin. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa penyakit infeksi akan banyak
dijumpai pada target pasien meskipun penyakit jenis lainnya juga perlu diperhatikan dalam
menjalankan fungsi pelayanan RS. Melihat kondisi ini kami memberikan nilai 9 untuk
parameter indikator kesehatan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat kita lihat bahwa secara keseluruhan rumah
sakit ini dapat direalisasikan dengan baik. Sehingga rencana pengembangan rumah sakit
untuk melakukan penanaman modal dalam negeri dapat dikatakan Layak untuk
dilaksanakan.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB V
KONSEP HOSPITAL BY LAWS
(Jawaban Soal Nomor 3)

5.1 Hospital by Laws dan Medical Staff By Laws

Pengertian
Hospital bylaws atau peraturan internal rumah sakit adalah acuan dalam
menyelengarakan rumah sakit. Peraturan ini mengatur pemilik, pengelola dan staf medik
untuk mengetahui kejelasan peran dan fungsi mereka sehingga dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit.
Fungsi hospital bylaws sendiri menurut Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit
yang diterbitlah oleh Depkes adalah :
Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasa rumah
sakitnya
Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan
menyusun kebijakan yang bersifat teknik operasional
Sarana untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan mutu
Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.
Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit khususnya konflik antara
pemilik, direktur rumah sakit dan staf medis.
Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit
Perlu diketahui bahwa peraturan internal rumah sakit bukan merupakan kumpulan
peraturan teknis administrative ataupun klinis sebuah rumah sakit. Maka, prinsip hospital
bylaws berbeda dengan rule and regulation dalam banyak hal; antara lain dalam hal materi
otoritas yang punya kewenangan mengesahkannya. Jika materi hospital bylaws masih berisi
prinsip-prinsip yang bersifat umum maka rule and regulation sudah mulai memuat hal-hal
yang lebih bersifat spesifik bagi kebutuhan implementasi dari prinsip-prinsip umum yang
tercantum dalam hospital bylaws. Ibarat hospital bylawsitu sebuah undang-undang maka
rule and regulation merupakan peraturan pelaksanaannya agar undang-undang (yang masih
bersifat abstrak, umum dan pasif) menjadi lebih operasional guna menyelesaikan berbagai
tugas dan permasalahan nyata di rumah sakit.
Bila hospital bylaws harus disahkan oleh governing board atau badan yang setara
dengannya (sebagai pemegang otoritas tertinggi yang mewakili pemilik) maka rule and
regulation cukup oleh eksekutif (yaitu komponen rumah sakit yang bertanggungjawab

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


terhadap manajemen keseharian). Konkritnya, apabila didalam hospital bylaws tertulis
ketentuan yang memberikan kewenangan kepada eksekutif rumah sakit untuk menetapkan
hak klinik (clinical privilege)kepada setiap anggota staf klinik yang bergabung dalam rumah
sakit ditambah dengan aturan-aturan lain serta kode etik profesi supaya sesuai standar
maka ketentuan dalam peraturan dasar tadi perlu ditindaklanjuti oleh pihak eksekutif dengan
membuat rule and regulation tentang tatalaksana pemberian hak itu untuk dijadikan
pedoman operasional. Dan tentunya rule and regulation yang berkaitan dengan staf klinik
tersebut tidak boleh bertentangan dengan ketentuan dalam hospital bylaws mengingat
peraturan yang terakhir inilah yang akan dimenangkan manakala terjadi konflik antara pihak-
pihak yang terkait.
Selain materinya tidak boleh bertentangan, tatalaksana pembuatan rule and
regulationitu sendiri juga tidak boleh menyalahi pedoman pembuatan yang ada dalam
hospital bylaws. Oleh sebab itu didalam hospital bylaws seyogyanya juga dicantumkan
pasal-pasal yang berisi prinsip-prinsip umum yang harus dipatuhi oleh eksekutif dalam
pembuatan rule and regulation; misalnya tentang siapa saja yang boleh mengajukan
rancangan (draft) dan siapa yang diberi kewenangan mengesahkannya, kapan mulai
berlaku, untuk setiap berapa lama ditinjau ulang dan direvisi serta siapa saja yang boleh
mengusulkan amendemen.
Hospital bylaws ini juga berbeda dengan Peraturan internal staf medis (Medical Staff
Bylaws). Peraturan internal staf medis disusun oleh komite medik dan disahkan oleh
kepala/direktur rumah sakit. Peraturan internal staf medis berfungsi sebagai aturan yang
digunakan oleh komite medik dan staf medis dalam melaksanakan tata kelola klinis yang
baik (good clinicalgovernance) di rumah sakit.
Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis
(clinical governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi medis. Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola
klinis (clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien
lebih terjamin dan terlindungi.
Sebelum keluarnya permenkes no 755 tahun 2011 tentang komite medik, struktur
komite medik diletakkan sejajar dengan kepala/direktur rumah sakit, setelah ada peraturan
Menteri Kesehatan tersebut maka struktur komite medik di bawah kepala/direktur rumah
sakit karena di Indonesia kepala/direktur rumah sakit sampai pada tingkat tertentu berperan
sebagai "governing board".
Dengan penataan tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa semua isu keprofesian
(kredensial, penjagaan mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi) berada dalam
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
pengendalian "governing board. Sedangkan, komite medik bertugas menegakkan
profesionalisme staf medis yang bekerja di rumah sakit. Komite medik bertugas melakukan
kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit,
memelihara kompetensi dan etika para staf medis, dan mengambil tindakan disiplin bagi staf
medis. Tugas lain seperti pengendalian infeksi nosokomial, rekam medis, dan sebagainya
dilaksanakan oleh kepala/direktur rumah sakit, dan bukan oleh komite medik.
Komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama yaitu:
Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (entering to the
profession), dilakukan melalui subkomite kredensial;
Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telah memperoleh izin
(maintaining professionalism), dilakukan oleh subkomite mutu profesi melalui audit
medis dan pengembangan profesi berkelanjutan (continuing professional
development);
Rekomendasi penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutan izin
melakukan pelayanan medis (expelling from the profession), dilakukan melalui
subkomite etika dan disiplin profesi.
Dengan demikian, tugas-tugas lain diluar tugas-tugas diatas yang terkait dengan
pelayanan medis bukanlah menjadi tugas komite medik, tetapi menjadi tugas kepala/direktur
rumah sakit dalam mengelola rumah sakit.

5.2 Langkah-langkah Penyusunan Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff By


Laws)
Sebelum melakukan penyusunan peraturan internal Staf Medis (medical Staff
ByLaws) di rumah sakit, para tim penyusun dan tim direksi harus mengetahui tentang
beberapa hal penting di bawah ini, diantaranya :
Medical staff by laws adalah “tailor made”
Oleh karena itu, pada waktu menyusum medical staff by laws di rumah sakit
harus menyesuaikan dengan keadaan dan kondisi yang ada di rumah sakit.
B. Laksanakan legal audit
Langkah penting sebelum menyusun medical staff bylaws adalah melakukan
legal audit sehingga dapat diketahui semua peratura dan perundangan sebagai
dasar pemberian pelayanan medis di rumah sakit. Legal audit ini bukan hanya
sekedar melakukan invetarisasi peraturan yang sudah ada dan yang belum
dimiliki tetapi juga mengkaji, menelaah dan mengevaluasi semua peraturan dan
perundangan tersebut apakah sudah kadaluwarsa, apakah ada duplikasi apakah
saing bertentangan dan lain-lain
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
C. Bylaws untuk dilaksanakan bukan merupakan filosofi
Medical staf bylaws disusun bukan hanya sekedar dokumen, tetapi harus
dilaksanakan karena merupakan konstitusi staf medis. Dalam menyelesaikan
permasalahan staf medis, medical staf bylaws merupakan acuan untuk
menyelesaikannya.
Untuk memfasilitasi bebrapa hal penting di atas, maka perlu dilakukan penyusunan
dengan mengikuti beberapa langka sebagai berikut :
1. Pembentukan Tim Penyusun
Tim penyusun Medical Staff ByLaws ini terdiri dari wakil-wakil dari kelompok
staf medis.
2. Pertemuan Tim Penyusun
Tujuan pertemuan tim penyusun ini adalah :
0 Mengetahui dan memahami Medical Staff ByLaws
1 Terbentuknya komitmen tim penyusun
2 Agar tersusun rencana kerja dan prosedur kerja
3 Penyusunan Medical Staff ByLaws sesuai pedoman
Melakukan Legal Audit
Legal audit sebaiknya dilakukan oleh tim penyusun. Dalammelakukan legal
audit bisa meminta bantuan dari luar (konsultan) namun bisa dilakukan oleh
rumah sakit sendiri terutama bagi rumah sakit yang telah memiliki bagian hukum
dalam struktur organisasinya.
4. Penyusunan draft Medical Staff ByLaws
Draft Medical Staff ByLaws disusun dengan mengacu pada badan hukum
pemilik rumah sakit, perundang-undangan tentang kesehatan dari
perumahsakitan serta hasil legal audit.
5. Pembahasan draft
Pembahasan draft dilakukan oleh staff medis dan komite medis .
Penyempurnaan draft Medical Staff ByLaws
Finalisasi Medical Staff ByLaws
Finalisasi dilakukan berupa adanya penetapan Medical Staff ByLaws dari
pemilik.
8. Sosialisasi Medical Staff ByLaws
Sosialisasi ini dilakukan kepada seluruh staf medis di rumah sakit ,
stakeholder dan costumer (internal dan eksternal).
9. Monitoring dan Evaluasi

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan Medical Staff ByLaws dilakukan sesuai
dengan pengawasan yang diatur dalam Medical Staff ByLaws.

5.3 Regulasi untuk mengatasi Masalah di RS Cinta Bunda


Dalam rangka mengatasi permasalahan yang ada di RS Cinta Bunda, dibutuhkan
suatu pengaturan dalam sebuah regulasi Pelayanan Rumah Sakit berupa :
1. Kebijakan Pelayanan RS
Kebijakan RS adalah penetapan Direktur/Pimpinan RS pada tataran strategis
atau bersifat garis besar yang mengikat. Karena kebijakan bersifat garis besar maka
untuk penerapan kebijakan tersebut perlu disusun pedoman/panduan dan prosedur
sehingga ada kejelasan langkah – langkah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Kebijakan ditetapkan dengan peraturan atau keputusan Direktur/Pimpinan RS.
Kebijakan dapat dituangkan dalam pasal-pasal di dalam peraturan/keputusan
tersebut, atau merupakan lampiran dari peraturan/keputusan.
2. Pedoman/Panduan Pelayanan RS
Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah bagaimana
sesuatu harus dilakukan, dengan demikian merupakan hal pokok yang menjadi
dasar untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan. Sedangkan panduan adalah
merupakan petunjuk dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian, dapat diartikan
bahwa pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya meliputi 1
(satu) kegiatan. Agar pedoman/panduan dapat dimplementasikan dengan baik dan
benar, diperlukan pengaturan melalui SPO.
3. Standar Prosedur Operasional (SPO)
SOP adalah suatu perangkat instruksi/langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu Memberikan langkah-langkah yang benar
dan terbaik berdasarkan konsensus bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan
dan fungsi pelayanan.
Adanya SOP akan membantu mengurangi kesalahan pelayanan substandard
dengan memberikan langkah-langkah yang sudah diuji dan disetujui dalam
melaksanakan berbagai kegiatan.
SOP merupakan standar yang harus dikerjakan oleh karyawan tentang cara kerja
yang dilakukan sebagai pegangan dalam melaksanakan setiap tindakan (tugas).
Manfaat SOP:
Memenuhi persyaratan standar pelayanan rumah sakit
Mendokumentasikan kebijakan dan prosedur RS
Memastikan pegawai RS tahu pekerjaannya
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
0 Duplikasi wewenang dan tanguung jawab tidak ada
1 Memastikan tidak adanya daerah abu-abu, overlapping dan underlapping
Rencana jangka panjang (Renstra, Rencana strategi bisnis, bisnis plan, dll) Program
kerja RS dimulai dengan rencana strategi (renstra) untuk selama 5 tahun, yang
dijabarkan dalam rencana kerja tahunan (misalnya RKA, RBA atau lainnya).
Program kerja termasuk dalam regulasi karena memiliki sifat pengaturan dalam
rencana kegiatan beserta anggarannya. Oleh karena itu program kerja selalu
dijadikan acuan pada saat dilakukan evaluasi kinerja.
Rencana kerja tahunan (RKA, RBA atau lainnya)
Sebagai panduan dalam melaksanakan kegiatan unit kerja sehingga tujuan program
dapat tercapai karena berisi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yang disusun
secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga/unit kerja.
Selain regulasi Pelayanan Rumah Sakit, diperlukan regulasi di unit kerja RS yang
terdiri dari:
Kebijakan Pelayanan Unit RS
Pedoman/Panduan Pelayanan Unit Kerja RS
Standar Prosedur Operasional (SPO)
Program (Rencana kerja tahunan unit kerja)
Untuk mengatasi pemasalahan dalam pelayanan harus dibuat SOP yang
meliputi beberapa jenis:
SOP 12 layanan sesuai dengan akreditasi :
SOP Profesi (keilmuan/tehnis)
0 Pelayanan medis : Komite medik /SMF, Rawat Inap, Rajal, UGD, Icu/ICCU,
Kamar bedah
1 Pelayanan Keperawatan (SOP/ SAK, Standart peralatan keperawatan, SOP
persiapan pasien operasi).
2 Pel profesi meliputi: Laboratorium, Radiologi, Rehap Medis, Farmasi
SOP Pelayanan (manajerial) mencakup : pelayanan2 medis secara medis contoh:
prosedur dokter jaga ruangan, prosedur konsultasi medis, prosedur rujukan keluar,
prosedur masuk/keluar ICU, pertemuan klinik, seleksi staf medik, pemeilihanketua
SMF, Prosedur visite atau ronde
SOP Administrasi umumnya mencakup kegiatan di unit-unit non medis contoh, prosedur
pendaftaran pasien, petunjuk tehnis penyelenggaraan rekam medis, perencanaan
program/proyek/kegiatan keuangan: billing sistem, akuntasi, penyususnan anggaran
atau penyusunan master budget

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


5.4 Konsep Hospital By Laws RS Cinta Bunda

PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM


CINTA BUNDA MUKADIMAH

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit, merupakan institusi dengan tingkat kompleksitas yang tinggi. Hal ini
dikarenakan kondisi sumber daya manusia yang multi disiplin dan terikat kepada berbagai
standar baik standar profesi maupun standar pelayanan, padat tehnologi dan biaya yang
tinggi. Kondisi ini membutuhkan pengelolaan yang baik dari aspek organisasi/manajemen
maupun dari aspek sumber daya manusia sebagai pelaku utama dalam penyelenggaraan
pelayanan rumah sakit.
Untuk dapat mewujudkan mutu layanan rumah sakit sebagaimana diharapkan oleh
semua pihak maka perlu dibuat suatu aturan dasar tata kelola dalam bentuk ”Peraturan
Internal Rumah Sakit atau Hospital Bylaws”, yang didalamnya berisi Peraturan Internal
Korporasi (Corporate Bylaws) dan Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws).
Peraturan Internal Korporasi menjadi peta jalan (roadmap) bagi operasionalisasi
rumah sakit agar tercipta pola tatakelola yang baik sebagai sebuah institusi dan Peraturan
Internal Staf Medis menjadi kerangka kerja (framework) agar tercipta pola tatakelola klinik
yang baik, memastikan hanya staf medis yang kompeten dan berperilaku profesional yang
boleh melakukan pelayanan medis di rumah sakit dan seluruh staf medis pemberi
pelayanan dirumah sakit dapat melaksanakan fungsi profesionalnya dengan senantiasa
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien (patient safety).
Dengan adanya Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), diharapkan
penyelenggaraan rumah sakit dapat berjalan efektif, efisien, berkualitas, akuntabel dan
dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

TUJUAN
0 Tujuan Umum:
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) bertujuan untuk mengatur batas
kewenangan, hak, kewajiban dan tanggung jawab Pemilik melalui perwakilannya
yaitu Dewan Pengawas, Direksi selaku pengelola, Komite Medik dan Staf Medis
Fungsional sebagai pemberi pelayanan dirumah sakit.
1 Tujuan Khusus:
0.0 Adanya kepastian aturan dalam penyelenggaraan rumah sakit.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


0 Tercapainya kerja sama yang harmonis antara Pemilik, Direksi dan Komite
Medik.
1 Tercapainya sinergi antara manajemen dengan profesi medis.
2 Terciptanya profesionalisme dan tanggung jawab Staf Medis Fungsional
terhadap mutu pelayanan medis.

MANFAAT
Adapun manfaat dari Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws), adalah:
0 Sebagai acuan Pemilik dalam melakukan pengawasan.
1 Sebagai acuan Direksi dalam mengelola dan menyusun kebijakan teknis
operasional.
2 Sebagai pedoman aspek hukum dalam pengaturan staf medis
fungsional.
Sebagai sarana menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
Sebagai sarana dalam perlindungan hukum.
Sebagai acuan penyelesaian konflik.
Sebagai persyaratan akreditasi rumah sakit dan persyaratan suatu
Badan Layanan Umum.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BUKU KESATU
PERATURAN INTERNAL KORPORASI
(CORPORATE BYLAWS)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) ini, yang dimaksud dengan:
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) adalah aturan dasar penyelenggaraan
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda. terdiri dari peraturan internal korporasi dan peraturan
internal staf medis.
Peraturan Internal Korporasi (Corporate ByLaws) adalah aturan yang mengatur agar tata
kelola korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan
hubungan antara pemilik atau yang mewakili pemilik, direksi dan komite medik di
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff ByLaws) adalah aturan tata kelola klinis
(clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis fungsional di Rumah
Sakit Umum Cinta Bunda
Rumah Sakit adalah Badan Layanan Umum (BLU) Rumah Sakit Umum Cinta Bunda
Dewan Pengawas adalah organ yang ditugaskan oleh pemilik untuk melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan dan pengurusan Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Direksi adalah pejabat pengelola Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Direktur Utama adalah jabatan struktural tertinggi di Rumah Sakit Umum Cinta Bunda yang
bertanggung jawab atas pengelolaan Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Komite Medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis fungsional di rumah sakit terjaga profesionalismenya
melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis.
Sub Komite adalah kelompok kerja dari komite medik.
Staf Medis Fungsional (SMF) adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi
spesialis yang mempunyai penugasan klinis di Rumah Sakit Umum Cinta Bunda.
Kelompok Staf Medis Fungsional (KSMF) adalah kumpulan staf medis fungsional dengan
keahlian sama atau serupa.
Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) adalah hak khusus seorang staf medis fungsional
untuk melakukan pelayanan medis tertentu di Rumah Sakit Umum Cinta
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Bunda untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis
(clinical appointment).
Penugasan Klinis (Clinical Appointment) adalah penugasan Direktur Utama kepada
seorang staf medis fungsional untuk melakukan pelayanan medis di Rumah Sakit
Umum Cinta Bunda berdasarkan daftar kewenangan klinis (clinical privilege) yang telah
ditetapkan baginya.
Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis fungsional untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis fungsional yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
Audit medis adalah upaya evaluasi profesional terhadap mutu pelayanan medis di rumah
sakit.
Kompetensi adalah kemampuan profesional yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill dan attitude) dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.

BAB II
IDENTITAS

Bagian Kesatu
Kedudukan Rumah Sakit

Pasal 2
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda yang disingkat RS Cinta Bunda adalah Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan Badan Layanan Umum, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Kesehatan Republik Indonesia melalui pembinaan Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan.
Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Cinta Bunda ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 244/MENKES/PER/III/2008 pada
tanggal 11 Maret 2008
Rumah Sakit Umum Cinta Bunda ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/391/2010 sebagai Rumah Sakit Pendidikan
dengan klasifikasi Kelas B
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Tempat kedudukan RSIA Cinta Bunda di Jalan Raya Puri Agung No 03 desa Kuta baru Kec.
Pasar Kemis - Tangerang.
Pemilik Rumah Sakit Umum Cinta Bunda Tangerang adalah Pemerintah Republik Indonesia
c.q. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Bagian Kedua
Visi, Misi, Falsafah dan Tujuan Rumah Sakit

Pasal 3
V i s i: Menjadi Rumah Sakit Rujukan Kesehatan Anak dan Bunda di Asia Tenggara.

Pasal 4
M i s i:
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan mutakhir bagi
anak, remaja dan bunda melalui kerja sama tim dan sistem jejaring.
Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian dibidang kesehatan anak, remaja
dan bunda untuk kalangan internal dan institusi lain.

Pasal 5
Dalam menyelenggarakan kegiatannya Rumah Sakit Umum Cinta Bunda memiliki falsafah
sebagai organisasi yang melaksanakan fungsi sosial, profesional dan etis dengan
pengelolaan yang ekonomis sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.

Pasal 6
Tujuan Rumah Sakit:
Terwujudnya pelayanan kesehatan yang lengkap, terpadu, unggul dan mutakhir dibidang
kesehatan anak, remaja dan bunda melalui kerja sama tim dan sistem jejaring.
Terselenggaranya pendidikan, pelatihan dan penelitian yang terintegrasi dengan aktifitas
pelayanan.

Bagian Ketiga
Nilai, Motto dan Logo Rumah Sakit

Pasal 7
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Nilai dasar pelayanan RS. adalah: ”mengutamakan pelayanan yang ramah, cepat, tepat,
dan siap berkinerja TERBAIK”.

Pasal 8
Motto pelayanan RS. adalah: ”Kesehatan Anda komitmen Kami”.

Pasal 9

Logo RS.: .

BAB III
DEWAN PENGAWAS

Bagian Kesatu
Kedudukan dan Keanggotaan Dewan Pengawas

Pasal 10
Dewan Pengawas ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan setelah mendapat
persetujuan Menteri Keuangan.
Dewan Pengawas merupakan unit non struktural yang bersifat independent dan
bertanggung jawab langsung kepada pemilik rumah sakit.

Pasal 11
Jumlah anggota Dewan Pengawas adalah 5 (lima) orang terdiri dari 1 (satu) orang ketua
dan 4 (empat) orang anggota.
Keanggotaan Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur:
0 pejabat Kementerian Kesehatan;
1 pejabat Kementerian Keuangan;
2 tenaga ahli atau tokoh masyarakat yang sesuai dengan
kegiatan RS Cinta Bunda
Persyaratan Dewan Pengawas adalah orang-perseorangan yang:
0 berkewarganegaraan Indonesia;
1 memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah yang berkaitan dengan rumah

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


sakit dan dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;
mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
tidak pernah menjadi anggota pengelola, komisaris atau dewan pengawas yang
dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit,
atau orang yang tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang
merugikan negara.

Pasal 12
Masa bakti Dewan Pengawas selama 5 (lima) tahun.
Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa baktinya, apabila:
0 tidak melaksanakan tugasnya dengan baik; atau
1 tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan; atau
2 terlibat dalam tindakan yang merugikan RS Cinta Bunda; atau
3 dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana, kejahatan
dan/atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan
RS Cinta Bunda; atau
4 berhalangan tetap.

Bagian Kedua
Tugas dan Kewajiban Dewan Pengawas

Pasal 13
(1) Dewan Pengawas mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap
pengurusan/pengelolaan rumah sakit yang dilakukan oleh Direksi yang meliputi
pelaksanaan rencana strategis, rencana bisnis dan anggaran, dan pelaksanaan
peraturan perundang-undangan.
Dewan Pengawas mempunyai kewajiban:
0 memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan
mengenai rencana strategis dan rencana bisnis dan anggaran yang diusulkan oleh
Direksi;
1 melaporkan kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan apabila terjadi gejala
menurunnya kinerja rumah sakit;
2 mengikuti perkembangan kegiatan rumah sakit, memberikan pendapat dan saran
mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengurusan/ pengelolaan
rumah sakit;
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
d. memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan/ pengelolaan
rumah sakit; dan
e. memberikan masukan, saran atau tanggapan atas laporan keuangan dan laporan
kinerja rumah sakit kepada Direksi.
Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Menteri Kesehatan dan Menteri Keuangan paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu
semester dan sewaktu-sewaktu apabila diperlukan.
Dalam tugasnya Dewan Pengawas tidak boleh mencampuri dan atau bertindak langsung
secara operasional.
Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas
dibebankan kepada anggaran rumah sakit.

Pasal 14
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai wewenang:
meminta penjelasan dari Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur
Utama mengenai segala persoalan yang menyangkut pengurusan/ pengelolaan rumah
sakit;
meminta Direksi dan/atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direktur Utama untuk
menghadiri rapat Dewan Pengawas; dan
melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa kas
sepengetahuan Direktur Utama untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan
rumah sakit.

Pasal 15
Untuk mendukung kelancaran tugas Dewan Pengawas, diangkat seorang Sekretaris Dewan
Pengawas dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Sekretaris Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat bertindak
sebagai Dewan Pengawas.
Sekretaris Dewan Pengawas mempunyai tugas :
0 bertanggung jawab terhadap pengelolaan kesekretariatan Dewan Pengawas;
1 mengatur dan menyiapkan rapat Dewan Pengawas;
2 membuat notulen rapat;
3 menyebarkan risalah rapat;
4 menyiapkan bahan laporan kegiatan Dewan Pengawas; dan
5 menyebarkan risalah dan informasi-informasi lainnya kepada Dewan Pengawas
dan Direksi.
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Masa jabatan Sekretaris Dewan Pengawas dapat mengikuti masa jabatan Dewan
Pengawas.

Bagian Ketiga
Rapat Dewan Pengawas

Pasal 16
Rapat Dewan Pengawas adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas untuk
membahas hal-hal yang berhubungan dengan rumah sakit sesuai tugas dan
kewajibannya.
Rapat Dewan Pengawas terdiri dari rapat rutin, rapat tahunan dan rapat khusus.
Peserta rapat Dewan Pengawas selain anggota Dewan Pengawas, Sekretaris Dewan
Pengawas dan Direksi, dapat juga dihadiri oleh pihak lain yang ditentukan oleh Dewan
Pengawas apabila diperlukan.
Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas harus diupayakan melalui musyawarah
dan mufakat.
Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Setiap rapat Dewan Pengawas dibuat risalah rapat.
Pengaturan rapat Dewan Pengawas ditetapkan oleh Ketua Dewan Pengawas.

Pasal 17
Rapat rutin Dewan Pengawas dilaksanakan paling sedikit 10 (sepuluh kali) dalam setahun.
Rapat rutin Dewan Pengawas merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, mencari
klarifikasi atau alternatif solusi berbagai masalah di rumah sakit.

Pasal 18
Rapat tahunan Dewan Pengawas dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
Rapat tahunan Dewan Pengawas bertujuan untuk memberikan arah kebijakan tahunan
operasional rumah sakit mencakup pengelolaan pelayanan medik, sumber daya
manusia, sarana dan prasarana serta pengelolaan keuangan.

Pasal 19

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Rapat khusus Dewan Pengawas dilaksanakan di luar jadwal rapat rutin maupun rapat
tahunan, untuk mengambil keputusan, menetapkan kebijakan terhadap hal-hal yang
dianggap khusus.
Dewan Pengawas mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
0 ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
1 ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit 3 (tiga) orang Anggota
Dewan Pengawas.
Direktur Utama dapat meminta penyelenggaraan rapat khusus Dewan Pengawas, dengan
persetujuan Ketua Dewan Pengawas atau persetujuan yang ditandatangani oleh
paling sedikit 3 (tiga) orang Anggota Dewan Pengawas.
Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.

BAB IV
DIREKSI

Bagian Kesatu
Kedudukan Direksi

Pasal 20
Pengelolaan, pengurusan dan pelaksanaan kegiatan rumah sakit secara keseluruhan
dilakukan oleh Direksi.
Direksi bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan RI melalui Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan.
Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi ditentukan oleh Menteri
Kesehatan RI dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Organisasi
dan Tata Laksana Rumah Sakit.
Penilaian kinerja Direksi dilakukan oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi

Pasal 21

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Direksi diangkat dan diberhentikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Pasal 22
Direksi berjumlah 5 (Lima) orang, terdiri dari 1 (satu) Direktur Utama dan 4 (empat) Direktur.
Susunan Direksi RS Cinta Bunda adalah:
0 Direktur Utama.
1 Direktur Medik dan Keperawatan.
2 Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan.
3 Direktur Keuangan.
4 Direktur Umum dan Operasional.
Yang dapat diangkat menjadi Direksi adalah orang-perorangan:
0 Pegawai Negeri Sipil;
1 memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan dan pengalaman di bidang
perumahsakitan;
2 berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan kinerja guna
kemajuan rumah sakit;
3 mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit atau
menjadi anggota Direksi atau Komisaris atau Dewan Pengawas yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu rumah sakit dinyatakan pailit;
4 tidak terlibat dan atau sedang dalam proses penyidikan tindak pidana;
5 berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 23
Apabila salah satu atau beberapa Anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan
pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan penggantinya belum memangku
jabatan, maka kekosongan jabatan tersebut dipangku oleh Anggota Direksi Iainnya
yang ditunjuk sementara oleh Direktur Utama dan dilaporkan secara tertulis kepada
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Apabilasemua Anggota Direksi berhalangan tetap melakukan pekerjaannya atau jabatan
Direksi terluang seluruhnya dan belum
diangkat, maka sementara pengelolaan rumah sakit dijalankan oleh pejabat yang
ditunjuk sementara oleh Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Bagian Ketiga
Tugas Pokok, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi

Pasal 24
(1) Direksi mempunyai tugas pokok memimpin dan mengelola pengurusan dan
pelaksanaan kegiatan rumah sakit sesuai dengan visi, misi dan tujuan rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Direksi
menyelenggarakan fungsi merumuskan kebijakan operasional, perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
di bidang pelayanan medik dan keperawatan, sumber daya manusia dan pendidikan,
Keuangan, serta umum dan operasional.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Direksi mempunyai wewenang dan
tanggung jawab:
0 menyusun dan menetapkan kebijakan operasional rumah sakit meliputi bidang
pelayanan medik dan keperawatan, sumber daya manusia dan pendidikan,
Keuangan, serta umum dan operasional.
1 melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengelola rumah sakit
sebagaimana yang telah digariskan oleh pemilik/Menteri Kesehatan;
2 menyusun rencana strategis dan rencana bisnis anggaran rumah sakit;
3 menyusun dan menetapkan organisasi dan tata laksana setiap satuan kerja
dilingkungan rumah sakit lengkap dengan susunan jabatan, rincian tugas dan tata
hubungan kerja;
4 mewakili rumah sakit, baik di dalam maupun di luar pengadilan;
5 mengadakan,mengangkat, menempatkan, menugaskan, memberhentikan atau
mengusulkan pemberhentian pegawai sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
6 membuat hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
7 mengelola seluruh kekayaan rumah sakit, berupa sarana prasarana dan peralatan
serta sumber daya lainnya;
8 mengawasi pembukuan serta administrasi rumah sakit sesuai dengan peraturan
dan kelaziman yang berlaku bagi rumah sakit;
9 melaksanakan audit kinerja dan membuat laporan berkala dan tahunan tentang
kinerja rumah sakit; dan
10 Anggota Direksi berwenang bertindak atas nama Direksi untuk masing-masing
bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Dalam menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf e, Direksi dapat melaksanakan sendiri atau menyerahkan kekuasaan
kepada:
0 seorang atau beberapa orang Anggota Direksi; atau
1 seorang atau beberapa orang pejabat rumah sakit, baik secara
sendiri maupun bersama-sama; atau
2 orang atau badan lain, yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.
Dalam melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya Direksi membuat pedoman, SOP
dan peraturan pelaksanaan lainnya.

Pasal 25
Direktur Utama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan RI
melalui Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Direktur Utama mempunyai tugas pokok memimpin pengelolaan, pengurusan dan
pelaksanaan kegiatan rumah sakit sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktur Utama
mempunyai fungsi menetapkan kebijakan dalam seluruh aspek penyelenggaraan
rumah sakit.
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktur Utama dibantu
oleh Direktur-Direktur.
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya Direktur Utama mempunyai wewenang dan
tanggung jawab:
0 menetapkan susunan organisasi dan tata laksana setiap satuan kerja di RS Cinta
Bunda.setelah susunan jabatan dan rincian tugas ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan RI;
1 menetapkan visi, misi, rencana strategis, rencana bisnis dan anggaran;
2 menetapkan kebijakan pelayanan medik dan keperawatan, sumber daya manusia
dan pendidikan, Keuangan serta umum dan operasional rumah sakit sebagai
pedoman pelaksanaan tugas;
3 menetapkan pengadaan, pengangkatan, penempatan, penugasan,
pemberhentian atau usulan pemberhentian pegawai sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4 menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pegawai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


menetapkan dan mencabut kewenangan klinis (clinical privilege), penugasan klinis
(clinical appointment) bagi setiap SMF;
membentuk dan menetapkan tim/panitia tehnis untuk melaksanakan tugas-tugas
tertentu;
bertindak untuk dan atas nama RS Cinta Bunda dalam melakukan perbuatan hukum;
mengkoordinir pelaksanaan audit kinerja dan bertanggung jawab atas pengesahan
laporan keuangan dan laporan akuntabilitas kinerja rumah sakit sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
bertanggung jawab atas pengelolaan rumah sakit, memimpin dan mengkoordinasikan
serta mengendalikan pengurusan dan pelaksanaan kegiatan rumah sakit sesuai
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
bertanggung jawab atas pengelolaan seluruh kekayaan rumah sakit, berupa sarana
prasarana dan peralatan serta sumber daya lainnya.

Pasal 26
Direktur Medik dan Keperawatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama.
Direktur Medik dan Keperawatan mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Direktur Medik dan
Keperawatan menyelenggarakan fungsi:
0 penyusunan rencana sistem pelayanan medis, keperawatan, penunjang dan rekam
medik;
1 koordinasi pelaksanaan pelayanan medis, keperawatan, utilisasi peralatan
medis dan keperawatan, penunjang dan rekam medik;
2 pengendalian, pengawasan dan evaluasi mutu pelayanan medis,
keperawatan, penunjang dan rekam medik secara berkesinambungan.

Pasal 27
Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Utama.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan mempunyai tugas melakukan pengelolaan
sumber daya manusia, pelayanan pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan
pengembangan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dalam ayat (2), Direktur Sumber Daya Manusia
dan Pendidikan menyelenggarakan fungsi:
0 penyusunan kebutuhan dan penyediaan tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan rumah sakit;
1 penyusunan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan;
2 pelaksanaan kegiatan pengembangan sumber daya manusia, pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan;
3 pengendalian dan evaluasi kegiatan penyediaan dan pengembangan sumber daya
manusia, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

Pasal 28
Direktur Keuangan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Direktur Keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan keuangan rumah sakit yang
meliputi penyusunan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan dan mobilisasi dana
serta akuntansi dan verifikasi.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Direktur Keuangan
menyelenggarakan fungsi:
0 penyusunan rencana kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana, penyusunan
dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan verifikasi;
b. koordinasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan mobilisasi dana,
penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan verifikasi;
pengendalian, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan perbendaharaan dan
mobilisasi dana, penyusunan dan evaluasi anggaran serta akuntansi dan
verifikasi.

Pasal 29
Direktur Umum dan operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Utama.
Direktur Umum dan operasional mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan layanan
umum, perencanaan dan pemasaran.
Dalam melaksanakan tugas sesuai dengan ayat (1) Direktur Umum dan Operasional
menyelengarakan fungsi:
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
a. penyusunan rencana kegiatan ketatausahaan rumah sakit, rumah tangga,
perlengkapan, perencanaan dan evaluasi serta pemasaran rumah sakit.
b. pelaksanaan kegiatan ketatausahaan rumah sakit, rumah tangga, perlengkapan,
perencanaan dan evaluasi serta pemasaran rumah sakit.
pengendalian dan evaluasi kegiatan ketatausahaan rumah sakit, rumah tangga,
perlengkapan, perencanaan dan evaluasi serta pemasaran rumah sakit.

Bagian Keempat
Rapat Direksi

Pasal 30
Rapat direksi adalah rapat yang diselenggarakan oleh Direksi untuk membahas hal-hal yang
berhubungan dengan pengelolaan, pengurusan dan pelaksanaan kegiatan rumah
sakit sesuai tugas dan kewajiban Direksi.
Rapat direksi terdiri dari rapat rutin, rapat tahunan dan rapat khusus.
Peserta rapat direksi adalah Anggota Direksi, apabila diperlukan dapat juga dihadiri oleh
Dewan Pengawas.
Pengambilan keputusan rapat direksi harus diupayakan melalui musyawarah dan mufakat.
Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
Setiap rapat direksi dibuat risalah rapat.
Pengaturan rapat direksi ditetapkan oleh Direktur Utama.

Pasal 31
Rapat rutin direksi dilaksanakan 1 (satu) minggu sekali.
Rapat rutin direksi membahas hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan rumah sakit
sesuai dengan tugas, kewenangan dan kewajiban masing-masing Anggota Direksi.

Pasal 32
Rapat tahunan direksi dilaksanakan sekali dalam 1 (satu) tahun.
Rapat tahunan direksi bertujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan operasional rumah
sakit mencakup pengelolaan pelayanan medik, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana serta pengelolaan keuangan.

Pasal 33
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Rapat khusus direksi dilaksanakan di luar jadwal rapat rutin maupun rapat tahunan, untuk
mengambil keputusan, menetapkan kebijakan terhadap hal-hal yang dianggap khusus.
Dalam rapat khusus direksi hanya membahas masalah yang berkaitan dengan situasi dan
kondisi tertentu yang memerlukan kebijakan khusus direksi.
Apabila dipandang perlu Direksi dapat mengundang Dewan Pengawas untuk hadir dalam
rapat khusus direksi.
Undangan rapat khusus direksi harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik.

BAB V
KOMITE DAN SATUAN

Bagian Kesatu
Pembentukan Komite dan Satuan

Pasal 34
Komite dan Satuan adalah organisasi non struktural yang terdiri dari tenaga ahli atau
profesi.
Pembentukan Komite dan Satuan bertujuan untuk memberikan pertimbangan strategis
kepada Direktur Utama dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan
rumah sakit.
Pembentukan, perubahan dan penambahan Komite dan Satuan ditetapkan oleh Direktur
Utama setelah mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Komite dan Satuan di RS Cinta Bunda adalah:
0 Komite Medik;
1 Komite Hukum;
2 Komite Mutu;
3 Satuan Pemeriksaan Intern.

Bagian Kedua
Pengangkatan dan Pemberhentian Komite dan Satuan

Pasal 35
Komite dan Satuan diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Utama.
130 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Masa jabatan Komite dan Satuan adalah selama tiga 3 (tiga) tahun.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite dan Satuan bertanggung jawab
kepada Direktur Utama dengan berkoordinasi kepada direktorat terkait.
Komite dan Satuan dapat diberhentikan pada masa jabatannya apabila:
0 tidak menunjukan kinerja yang baik; atau
1 tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
atau
2 terlibat dalam tindakan yang merugikan rumah sakit; atau
3 dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana yang
berkaitan dengan kegiatan rumah sakit; atau
4 adanya kebijakan dari Direktur Utama.

Bagian Ketiga
Komite Medik

Pasal 36
Komite Medik beranggotakan para profesional medis.
Komite Medik mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam
hal menyusun standar pelayanan medis, pengawasan dan pengendalian mutu
pelayanan medis, kewenangan klinis staf medis fungsional, program pelayanan,
pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite Medik diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis
(Medical Staff Bylaws).

Bagian Keempat
Komite Hukum

Pasal 37
Komite Hukum beranggotakan para sarjana hukum.
Komite Hukum mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direksi dalam hal
menyusun, merumuskan medikolegal yang terkait dengan hospital bylaws dan medical
staff bylaws serta konsultasi dan bantuan hukum bagi seluruh pegawai, sosialisasi
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan rumah sakit.
Tata Kerja dan mekanisme Komite Hukum ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Kelima
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Komite Mutu

Pasal 38
Komite Mutu mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam
hal pengendalian mutu, pengendalian infeksi rumah sakit, kesehatan dan keselamatan
kerja serta keselamatan pasien rumah sakit.
Tata Kerja dan mekanisme Komite Mutu ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Keenam
Satuan Pemeriksaan Intern (SPI)

Pasal 39
Satuan Pemeriksaan Intern (SPI) mempunyai tugas membantu Direksi dalam bidang
pengawasan pengelolaan sumber daya dan melaksanakan pemeriksaan intern di
rumah sakit.
Tata Kerja dan mekanisme Satuan Pemeriksaan Intern ( SPI ) ditetapkan oleh Direktur
Utama.
BAB VI
TATA KELOLA RUMAH SAKIT

Pasal 40
Kebijakan, pedoman dan standar prosedur operasional ditetapkan oleh Direktur Utama.
Masing-masing direktorat wajib mengusulkan kebijakan dan pedoman yang terkait dengan
bidang tugasnya untuk ditetapkan oleh Direktur Utama.
Masing-masing unit kerja wajib membuat standar prosedur operasional dan peraturan
pelaksanaan lainnya dengan matrik keterkaitan yang jelas antar pelayanan utama dan
pendukung pelayanan lainnya untuk ditetapkan oleh Ditrektur Utama.
Kebijakan, pedoman dan standar prosedur operasional tidak boleh bertentangan dengan
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini .
Untuk menangani pengelolaan kegiatan tertentu, Direktur Utama dapat membentuk panitia
atau kelompok kerja.
Dalam pelaksanaan tugas, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik dilingkungannya maupun dengan instansi lain sesuai bidang tugas masing-
masing.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Setiap pimpinan unit kerja wajib melakukan bimbingan, pembinaan dan pengawasan
terhadap kendali mutu, kendali biaya, disiplin pegawai dan motivasi kerja bawahan
dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah sesuai ketentuan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BUKU KEDUA
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
(MEDICAL STAFF BYLAWS)

BAB VII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL

Bagian Kesatu
Kelompok Staf Medis Fungsional (KSMF)

Pasal 41
Pengorganisasian staf medis fungsional di RS Cinta Bunda disebut Kelompok Staf Medis
Fungsional (KSMF).
KSMF dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur Utama.
KSMF berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Medik dan Keperawatan.
KSMF merupakan kelompok yang mengkoordinasikan pelayanan profesi medik.

Pasal 42
Tujuan pengorganisasian staf medis fungsional adalah agar staf medis fungsional di rumah
sakit dapat fokus terhadap kebutuhan pasien, sehingga menghasilkan pelayanan medis
yang berkualitas, efisien dan bertanggung jawab.

Pasal 43
Pengelompokan staf medis fungsional kedalam KSMF adalah berdasarkan keahlian atau
spesialisasinya.
KSMF RS Cinta Bunda terdiri dari:
0 KSMF Anak
1 KSMF Obstetri dan Ginekologi
2 KSMF Bedah
3 KSMF Spesialis Lain
4 KSMF Umum
5 KSMF Gigi dan Mulut
KSMF Anak merupakan kelompok dokter spesialis anak.
KSMF Obstetri dan Ginekologi merupakan kelompok dokter spesialis obstetri dan
134 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
ginekologi.
KSMF Bedah merupakan kelompok dokter spesialis bedah, dokter spesialis anestesi, dokter
spesialis mata dan dokter spesialis THT.
KSMF Spesialis Lain merupakan kelompok dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis radiologi, dokter spesialis patologi klinik,
dokter spesialis patologi anatomi, dokter spesialis mikrobiologi klinik, dokter spesialis
rehabilitasi medik, dokter spesialis genetika klinik, dokter spesialis gizi klinik dan dokter
spesialis yang belum termasuk dalam KSMF Anak, KSMF Obstetri dan Gynaecologi,
dan KSMF Bedah.
KSMF Umum merupakan kelompok dokter umum.
KSMF Gigi dan Mulut merupakan kelompok dokter gigi dan dokter gigi spesialis.
Perubahan nama, penambahan dan pengurangan KSMF ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Kedua
Keanggotaan KSMF

Pasal 44
Seluruh staf medis fungsional baik bekerja purna waktu atau paruh waktu wajib menjadi
Anggota KSMF kecuali Dokter Konsultan dan Dokter Pengganti dari luar RS Cinta
Bunda serta Dokter Residen.
Setiap KSMF beranggotakan minimal 2 (dua) orang staf medis fungsional, dalam hal staf
medis fungsional dengan keahlian yang sama kurang dari 2 (dua) orang atau belum
ditetapkan sebagai KSMF tertentu, maka staf medis fungsional yang besangkutan
masuk dalam KSMF Spesialis Lain.
Pengangkatan staf medis fungsional kedalam KSMF ditetapkan oleh Direktur Utama dalam
penugasan klinis.

Pasal 45
Setiap KSMF dipimpin oleh seorang ketua yang ditetapkan oleh Direktur Utama.
Dalam menentukan Ketua KSMF, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari Anggota
Direksi dan Komite Medik.
Penetapan sebagai Ketua KSMF dengan surat keputusan Direktur Utama untuk masa bakti
selama 3 (tiga) tahun.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Apabila Ketua KSMF diangkat menjadi Ketua Komite Medik maka wajib mengundurkan diri
dari jabatan Ketua KSMF dan Direktur Utama menetapkan Ketua KSMF yang baru
sebagai penggantinya.
Tata cara pengangkatan Ketua KSMF ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Ketiga
Tugas dan Wewenang Ketua KSMF

Pasal 46
Ketua KSMF mempunyai tugas:
0 Mengusulkan uraian tugas dan tata kerja Anggota KSMF untuk ditetapkan oleh
Direktur Medik dan Keperawatan;
1 Mengkoordinasikan semua kegiatan Anggota KSMF dalam hal:
1.0 pengusulan prosedur pelayanan yang berhubungan dengan administrasi
pelayanan medis yang meliputi pengaturan tugas pelayanan, tugas jaga,
visite/ronde, pertemuan klinis, presentasi kasus, prosedur konsultasi dan
prosedur lainnya untuk ditetapkan Direktur Medik dan Keperawatan;
1.1 menyusun pedoman pelayanan medis dan standar prosedur kerja yang
berhubungan dengan bidang keilmuan/keprofesian, di bawah koordinasi Komite
Medik untuk ditetapkan Direktur Utama;
1.2 melakukan perbaikan pedoman pelayanan medis dan dokumen terkait yang
perlu disempurnakan agar sesuai dengan situasi dan kondisi yang berkembang;
1.3 membuat usulan program peningkatan keilmuan dan ketrampilan semua
Anggota KSMF serta program peningkatan dan pengembangan pelayanan
kepada Direktur Medik dan Keperawatan.
1 Membantu Direktur Medik dan Keperawatan dalam membina Anggota KSMF,
dalam hal:
0.0 pemantauan penampilan kinerja praktik klinis, pemantauan indikator mutu
klinis, hasil evaluasi kinerja praktik klinis, pelaksanaan program pengembangan
pelayanan dan pengembangan Anggota KSMF berdasarkan data yang
komprehensif;
0.1 pemberian laporan atas kegiatan sebagaimana tercantum pada butir 1)
disampaikan kepada Direktur Medik dan Keperawatan setelah melalui
pembahasan bersama Anggota KSMF.
Ketua KSMF berwenang:

136 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


a. memberikan masukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan serta Ketua
Komite Medik dalam hal yang terkait dengan perkembangan ilmu dan tehnologi
kedokteran serta temuan terapi baru yang berhubungan dengan praktik
kedokteran;
0 mengkoordinasikan anggota KSMF agar pelayanan medis berjalan secara optimal
dan sesuai ketentuan yang berlaku;
1 memberikan masukan kepada Direktur Medik dan Keperawatan melalui Ketua
Komite Medik mengenai penerimaan calon staf medis fungsional baru.
Untuk mendukung kelancaran tugas Ketua KSMF, dapat ditunjuk Anggota KSMF sebagai
sekretaris dan koordinator dibidang pelayanan, pendidikan dan penelitian dengan
keputusan Direktur Utama.

Bagian Keempat
Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota KSMF

Pasal 47
Pengangkatan dan pemberhentian Anggota KSMF ditetapkan dengan keputusan Direktur
Utama dengan mempertimbangkan rekomendasi Komite Medik.
Tata cara pengangkatan dan pemberhentian Anggota KSMF ditetapkan oleh Direktur
Utama.

Pasal 48
Pemberhentian staf medis fungsional sebagai Anggota KSMF berupa pemberhentian
sementara atau pemberhentian menetap .
Pemberhentian menetap apabila:
0 kondisi fisik dan atau mental SMF yang bersangkutan tidak mampu lagi secara
menetap melakukan tindakan medis, berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan
yang dilakukan oleh Tim Kesehatan yang berwenang; atau
1 melakukan pelanggaran hukum yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap;
atau
c. melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh
MKEK/MKDKI dengan sanksi tidak dapat menjalankan profesi secara
tetap/selamanya; atau
2 berakhir masa perjanjian kerja dan tidak diperpanjang; atau
3 tidak disetujui untuk diangkat kembali sebagai anggota KSMF.
Pemberhentian sementara apabila:
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
a. kondisi fisik staf medis fungsional yang bersangkutan tidak mampu melakukan
tindakan medis lebih dari 6 (enam) bulan sampai dengan 1 (satu) tahun; atau
b. melakukan pelanggaran disiplin dan etika yang telah diputuskan oleh
MKEK/MKDKI dengan sanksi tidak dapat menjalankan profesi sementara; atau
berulang-ulang melakukan pelanggaran disiplin profesi kedokteran atau peraturan lain
yang terkait; atau
dicabut kewenangan klinisnya; atau
ijin praktek di RS Cinta Bunda sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ada; atau
tidak memenuhi standar kompetensi sesuai dengan profesinya; atau
staf medis purna waktu yang memasuki usia pensiun, yang dalam proses
pengangkatan kembali sebagai Anggota KSMF; atau
berakhir masa perjanjian kerja dan belum diperpanjang; atau
cuti diluar tanggungan negara sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Pasal 49
Pengangkatan kembali staf medis fungsional sebagai Anggota KSMF diberlakukan bagi staf
medis fungsional yang selesai menjalani pemberhentian sementara.
Staf medis fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyampaikan:
0 surat permohonan dari yang bersangkutan atau rekomendasi tertulis dari Ketua
KSMF terkait;
1 foto copi Surat Tanda Registrasi dari Konsil Kedokteran Indonesia;
2 foto copi Surat Ijin Praktek;
3 surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP;
4 surat pernyataan sanggup mematuhi dan melaksanakan etika profesi;
5 surat pernyataan sanggup mematuhi segala peraturan yang berlaku di lingkungan
RS Cinta Bunda
Bila diperlukan dapat diminta kajian dan rekomendasi dari Komite Medik untuk
pengangkatan kembali anggota KSMF;
Direktur Utama dalam waktu 30 hari kerja harus mengeluarkan keputusan persetujuan atau
penolakan.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB VIII
STAF MEDIS FUNGSIONAL (SMF)

Bagian Kesatu
Hak dan Kewajiban SMF

Pasal 50
Staf medis fungsional dalam menjalankan tugas profesi/praktik kedokteran di RS Cinta
Bunda bertanggung jawab profesi dan hukum secara mandiri.
Staf medis fungsional secara administratif manajerial bertanggung jawab kepada Direktur
Medik dan Keperawatan dan secara teknis profesi bertanggung jawab kepada Komite
Medik.
Hak dan kewajiban staf medis fungsional sebagai pegawai dan sebagai tenaga profesi di RS
Cinta Bunda sesuai ketentuan yang berlaku.

Bagian Kedua
Tugas SMF

Pasal 51
Tugas staf medis fungsional :
0 melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi prosedur diagnosis, pengobatan,
pencegahan dan pemulihan penyakit yang diderita pasien;
1 meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan / pelatihan
berkelanjutan;
2 menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan medis serta standar etika dan disiplin kedokteran yang sudah
ditetapkan;
3 menyusun, mengumpulkan, menganalisis dan membuat laporan pemantauan
indikator mutu klinis.

1 Fungsi staf medis fungsional secara perorangan adalah sebagai pelaksana pelayanan
medis, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang medis.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Bagian Ketiga
Pembinaan dan Pengawasan SMF

Pasal 52
Pembinaan dan pengawasan merupakan tindakan korektif terhadap staf medis fungsional
yang dilakukan oleh Direktur Utama berdasarkan rekomendasi Direktur Medik dan
Keperawatan atau Komite Medik.
Pembinaan dan pengawasan terhadap staf medis fungsional meliputi pembinaan dan
pengawasan kewenangan klinis, kendali mutu, disiplin profesi, etika profesi, kendali
biaya, disiplin pegawai dan motivasi kerja.
Pembinaan dan pengawasan kewenangan klinis, mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi
dilakukan oleh Komite Medik.
Pembinaan dan pengawasan mutu pelayanan, kendali biaya, disiplin pegawai dan motivasi
kerja dilakukan oleh Direktur Medik dan Keperawatan.

Pasal 53
Pembinaan dan pengawasan terkait kewenangan klinis dilakukan dengan investigasi.
Rekomendasi hasil investigasi sebagaimana ayat (1), berupa:
0 penjatuhan teguran tertulis atau/dan pembatasan kewenangan klinis selama-
lamanya 3 bulan untuk pelanggaran ringan;
1 pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 6 bulan untuk pelanggaran
sedang;
2 pembatasan kewenangan klinis selama-lamanya 1 (satu) tahun untuk pelanggaran
berat.

Pembinaan dan pengawasan terkait mutu profesi, disiplin profesi, etika profesi dilakukan
dengan audit medis, yang diarahkan untuk:
0 meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh staf medis;
1 meningkatkan etika dan disiplin pelayanan oleh staf medis;
2 melindungi masyarakat atau pasien atas tindakan yang dilakukan oleh staf medis.
Tata cara pembinaan, pengawasan, pemeriksaan dan penjatuhan sanksi terhadap staf
medis fungsional ditetapkan oleh Direktur Utama.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Bagian Keempat
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)

Pasal 54
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan adalah staf medis fungsional yang bertanggung
jawab atas pengelolaan asuhan medis seorang pasien di rumah sakit.
Seluruh staf medis fungsional dapat menjadi DPJP sesuai tempat tugasnya

Pasal 55
DPJP terdiri dari DPJP pada pelayanan gawat darurat, DPJP pada pelayanan rawat jalan
dan DPJP pada pelayanan rawat inap.
DPJP pada pelayanan gawat darurat adalah staf medis fungsional yang bertugas pada
Instalasi Gawat Darurat dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
DPJP pada pelayanan rawat jalan adalah staf medis fungsional yang bertugas pada
pelayanan rawat jalan dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
DPJP pada pelayanan rawat inap adalah staf medis fungsional yang bertugas pada
pelayanan rawat inap dan berdasarkan ketentuan yang diberlakukan.
DPJP pada pelayanan rawat inap sudah harus ditentukan sebelum pasien masuk rawat
inap.
Dalam hal kondisi pasien memerlukan penanganan lebih lanjut di luar kompetensi DPJP,
pengaturannya dilakukan oleh Direktur Medik dan Keperawatan.
Ketentuan DPJP ditetapkan oleh Direktur Utama.

Pasal 56
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan mempunyai tugas:
0 melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, diagnose
penyakit, pemeriksaan penunjang, pemberian terapi, evaluasi keberhasilan terapi
dan mendokumentasikannya ke dalam rekam medik;
1 memberikan informasi dan masukan tentang perkembangan kondisi pasien
kepada pasien, keluarga pasien dan tim pelayanan;
2 memberikan edukasi kepada pasien;
3 bila diperlukan DPJP melakukan presentasi kasus medis yang ditanganinya di
hadapan Komite Medik;
4 membantu dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa kedokteran dalam
pendidikan klinis di rumah sakit.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


DPJP wajib membuat rencana asuhan pelayanan medik dengan memperhatikan kendali
biaya dan kendali mutu.

Bagian Kelima
Mitra Bestari

Pasal 57
Mitra Bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis
termasuk evaluasi kewenangan klinis.
Mitra Bestari tidak terbatas dari staf medis yang ada di rumah sakit, tetapi dapat juga
berasal dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi spesialis,
kolegium dokter/dokter gigi, kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan / atau
institusi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
Mitra Bestari dapat ditunjuk sebagai Panitia Adhoc untuk membantu Komite Medik
melakukan kredensial, penjagaan mutu profesi, maupun penegakkan disiplin dan etika
profesi di rumah sakit.
Penetapan Mitra Bestari sebagai Panitia Adhoc sebagaimana ayat (3) ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama atas usulan Ketua Komite Medik.

BAB IX
KEWENANGAN KLINIS ( CLINICAL PRIVILEGE)

Pasal 58
Kewenangan Klinis (clinical privilege) seorang staf medis fungsional ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Medik.
Penetapan kewenangan klinis (clinical privilege) oleh Direktur Utama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) melalui penerbitan penugasan klinis (clinical appointment).
Kewenangan klinis setiap staf medis fungsional dapat saling berbeda walaupun memiliki
spesialisasi yang sama.
Tanpa kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf medis fungsional tidak dapat
menjadi anggota KSMF.
(5) Kewenangan klinis (clinical privilege) diberikan kepada staf medis fungsional
berdasarkan pertimbangan antara lain:

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


clinical appraisal (tinjauan atau telaah hasil proses kredensial) berupa surat
rekomendasi;
standar profesi dari organisasi profesi;
standar pendidikan;
standar kompetensi dari kolegium.

Pasal 59
Rincian kewenangan klinis dan syarat-syarat kompetensi setiap jenis pelayanan medis yang
disebut buku putih (white paper) ditetapkan oleh Komite Medik dengan berpedoman
pada norma keprofesian yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
Dalam hal dijumpai kesulitan menentukan kewenangan klinis dan atau apabila suatu
pelayanan medis dapat dilakukan oleh staf medis fungsional dari jenis spesialisasi
yang berbeda maka untuk pelayanan medis tertentu Komite Medik dapat meminta
informasi atau pendapat dari Mitra Bestari.

Pasal 60
Kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf medis fungsional dievaluasi secara
berkala melalui proses rekredensial untuk ditentukan apakah kewenangan tersebut dapat
dipertahankan, diperluas, dipersempit atau dicabut oleh Direktur utama.

Pasal 61
Dalam hal menghendaki agar kewenangan klinisnya diperluas maka staf medis fungsional
yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur Utama dengan
menyebutkan alasan serta melampirkan bukti berupa sertifikat pelatihan yang diakui
oleh organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat mendukung permohonannya.
Sesuai dengan permohonan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) maka Direktur
Utama akan meminta Komite Medik untuk melakukan rekredensial.
Direktur Utama berwenang mengabulkan atau menolak permohonan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) setelah mempertimbangkan rekomendasi Komite Medik.
Setiap permohonan perluasan kewenangan klinis yang dikabulkan dituangkan pada
penugasan klinis dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Utama dan disampaikan
kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Medik.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Apabila permohonan perluasan kewenangan klinis ditolak dituangkan dalam Surat
Pemberitahuan Penolakan yang ditanda tangani oleh Direktur Utama dan disampaikan
kepada pemohon serta ditembuskan kepada Komite Medik.

BAB X
PENUGASAN KLINIS (CLINICAL APPOINTMENT)

Pasal 62
Penugasan klinis (clinical appointment) diterbitkan kepada seorang staf medis fungsional
setelah melalui proses kredensial atau rekredensial dan rekomendasi Komite Medik.
Penugasan klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kewenangan klinis yang
diberikan kepada seorang staf medis fungsional dan tempat yang bersangkutan untuk
dapat melaksanakan tugas.
Penugasan klinis (clinical appointment) ditetapkan dengan keputusan Direktur Utama.
Penugasan klinis berlaku selama 3 (tiga) tahun.

Pasal 63
Penugasan klinis seorang staf medis hanya dapat ditetapkan bila:
0 mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) dan Surat Tanda Registrasi (STR) yang
diterbitkan oleh Konsil Kedokteran/Kedokteran Gigi Indonesia;
1 memenuhi syarat sebagai staf medis berdasarkan peraturan perundang-undangan
kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Internal Rumah Sakit ini;
2 memenuhi syarat-syarat umum praktik klinis yang berlaku di rumah sakit;
3 memenuhi syarat untuk menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana
ditetapkan oleh Direktur Utama setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas
rumah sakit;
4 bersedia memenuhi segala permintaan rumah sakit yang dianggap wajar
sehubungan dengan pelayanan dan tindakan medis dengan mengacu pada
panduan praktik klinik (PPK), clinical pathway dan prosedur operasional/
manajerial/ administrasi yang berlaku di rumah sakit; dan
5 bersedia mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia, baik yang
berkaitan dengan kewajiban terhadap masyarakat, kewajiban terhadap pasien,
teman sejawat dan diri sendiri.
Penugasan klinis dapat berakhir sebelum jangka waktu berakhirnya dalam hal:
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
ijin praktik yang bersangkutan sudah tidak berlaku sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; atau
kondisi fisik atau mental staf medis yang bersangkutan tidak mampu lagi melakukan
pelayanan medis secara menetap; atau
staf medis fungsional tidak memenuhi kriteria dan syarat-syarat yang ditetapkan dalam
kewenangan klinis (clinical privilege) yang dicantumkan dalam penugasan klinis;
atau
staf medis fungsional telah melakukan tindakan yang tidak profesional atau perilaku
menyimpang lainnya; atau
staf medis fungsional diberhentikan oleh Direktur Utama karena melakukan
pelanggaran disiplin kepegawaian sesuai peraturan yang berlaku; atau
staf medis fungsional diberhentikan oleh Direktur Utama karena yang bersangkutan
mengakhiri kontrak dengan rumah sakit setelah mengajukan pemberitahuan satu
bulan sebelumnya.

BAB XI
KOMITE MEDIK

Bagian Kesatu
Kedudukan Komite Medik

Pasal 64
Komite Medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk oleh Direktur Utama.
Komite Medik berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama.
Kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan tugas, fungsi dan
wewenang Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Kedua
Susunan Organisasi dan Keanggotaan Komite Medik

Pasal 65
Susunan organisasi Komite Medik sebagai berikut:
0 Ketua Komite Medik
1 Sekretaris Komite Medik
2 Anggota Komite Medik yang terdiri dari:
1. Sub Komite Kredensial;
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
0 Sub Komite Mutu Profesi Medis;
1 Sub Komite Etika dan Disiplin Profesi.
Personalia Komite Medik RS Cinta Bunda berjumlah 9 (sembilan) orang.

Pasal 66
Seseorang yang dapat diangkat menjadi anggota/personalia Komite Medik ialah staf medis
fungsional purna waktu dan sudah bekerja di RS Cinta Bunda minimal 5 (lima) tahun.
Keanggotaan Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Utama dengan mempertimbangkan :
0 sikap profesional;
1 reputasi;
2 perilaku; dan
3 memperhatikan usulan dari KSMF.
Ketua Komite Medik ditunjuk oleh Direktur Utama.
Sekretaris Komite Medik, Anggota Komite Medik, Ketua Sub Komite, Anggota Sub Komite,
dan Sekretaris Sub Komite ditetapkan oleh Direktur Utama berdasarkan usulan Ketua
komite Medik.
Pengangkatan dan pemberhentian anggota/personalia Komite Medik ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama.

Pasal 67
Persyaratan Ketua Komite Medik:
0 mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam profesinya;
1 menguasai segi ilmu pofesinya dalam jangkauan, ruang lingkup, sasaran dan
dampak yang luas;
2 peka terhadap perkembangan perumahsakitan;
3 bersifat terbuka, bijaksana dan jujur;
4 mempunyai kepribadian yang dapat diterima dan disegani di lingkungan profesinya;
dan
5 mempunyai integritas keilmuan dan etika profesi yang tinggi.
Dalam menentukan Ketua Komite Medik, Direktur Utama dapat meminta pendapat dari
Dewan Pengawas.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi dan Wewenang Komite Medik

Pasal 68
0 Komite Medik mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis fungsional
yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
0 melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di rumah sakit;
1 memelihara mutu profesi staf medis fungsional; dan
2 menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis fungsional.
Pedoman pelaksanaan tugas Komite Medik ditetapkan oleh Direktur Utama.

Pasal 69
Dalam melaksanakan tugas kredensial, Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut:
0 penyusunan daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis pelayanan
medis;
1 penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian kompetensi, kesehatan fisik dan
mental, perilaku, dan etika profesi;
2 pengevaluasian data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi
berkelanjutan;
3 penilaian dan pemberian rekomendasi pemutusan kewenangan klinis yang
adekuat.
Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis fungsional, Komite Medik
memiliki fungsi sebagai berikut:
0 berperan menjaga mutu profesi medis dengan memastikan kualitas asuhan medis
yang diberikan oleh staf medis fungsional melalui upaya pemberdayaan, evaluasi
kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going professional practice evaluation),
maupun evaluasi kinerja profesi yang terfokus (focused professional practice
evaluation);
1 pendidikan dan pengembangan profesi berkelanjutan dengan memberikan
rekomendasi pendidikan, pertemuan ilmiah internal dan kegiatan eksternal; dan
2 pendampingan (proctoring) terhadap staf medis fungsional.
Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi staf medis
fungsional, Komite Medik memiliki fungsi sebagai berikut:
0 pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
1 pemeriksaan staf medis fungsional yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
147 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
rekomendasi pendisiplinan perilaku staf medis fungsional; dan
pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis.

Pasal 70
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Medik berwenang:
memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu;
memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of
clinical privilege);
memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.

Pasal 71
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Komite Medik dapat dibantu oleh panitia adhoc
dari mitra bestari yang ditetapkan oleh Direktur Utama.

Bagian Keempat
Rapat Komite Medik

Pasal 72
Rapat komite medik adalah rapat yang diselenggarakan oleh Komite Medik untuk
membahas hal-hal yang berhubungan dengan keprofesian staf medis fungsional
sesuai tugas dan kewajibannya.
Rapat komite medik terdiri dari rapat rutin, rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan,
dan rapat khusus.
Peserta rapat komite medik selain Anggota Komite Medik, apabila diperlukan dapat juga
dihadiri oleh pihak lain yang terkait dengan agenda rapat, baik internal maupun
eksternal RS Cinta Bunda yang ditentukan oleh Komite Medik.
Setiap rapat komite medik dibuat risalah rapat.
Mekanisme pelaksanaan rapat komite medik diatur dalam pedoman rapat komite medik.
(6)

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Pasal 73
Rapat rutin komite medik:
0 rapat rutin diselenggarakan terjadual paling sedikit dua kali dalam satu bulan
dengan interval yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Komite
Medik;
1 rapat rutin merupakan rapat koordinasi untuk mendiskusikan, melakukan klarifikasi,
mencari alternatif solusi berbagai masalah pelayanan medis dan membuat usulan
tentang kebijakan pelayanan medis;
2 risalah rapat rutin dan risalah rapat khusus yang lalu disampaikan pada setiap
penyelenggaraan rapat rutin.
Rapat komite medik dengan Direktur Medik dan Keperawatan:
0 rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan diselenggarakan terjadual paling
sedikit satu kali dalam satu bulan dengan interval yang tetap pada waktu dan
tempat yang ditetapkan oleh Komite Medik dan Direktur Medik dan Keperawatan;
1 rapat bertujuan untuk menginternalisasikan kebijakan dan peraturan-peraturan
yang berhubungan dengan profesi dan pelayanan medis, mendiskusikan berbagai
masalah pelayanan medis, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
keuangan serta menampung usulan tentang kebijakan pelayanan medis;
2 risalah rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan yang lalu disampaikan pada
setiap penyelenggaraan rapat dengan Direktur Medik dan Keperawatan.
Rapat khusus komite medik:
0 rapat khusus diselenggarakan atas permintaan yang ditandatangani oleh paling
sedikit 3 (tiga) orang anggota Komite Medik;
1 rapat khusus bertujuan untuk membahas masalah mendesak / penting yang
segera memerlukan penetapan/ keputusan Direktur Utama;
2 undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Komite Medik kepada peserta
rapat melalui telepon sebelum rapat diselenggarakan, dengan memberitahukan
agenda rapat.
Pimpinan rapat komite medik:
0 setiap rapat komite medik dipimpin oleh Ketua Komite Medik, apabila Ketua
berhalangan hadir dalam suatu rapat, bila kuorum telah tercapai, maka Anggota
Komite Medik yang hadir dapat memilih pimpinan rapat;
1 pimpinan rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (4.a) berkewajiban melaporkan
hasil keputusan rapat kepada Ketua Komite Medik.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Kuorum:
0 Dalam hal untuk pengambilan keputusan, rapat komite medik hanya dapat
dilaksanakan bila kuorum tercapai;
1 kuorum dianggap tercapai bila 50%+1 dari anggota komite medik hadir;
2 dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu satu jam dari waktu yang telah
ditentukan, maka rapat ditangguhkan untuk dilaksanakan pada tempat, hari dan
jam yang disepakati paling lambat dalam waktu 2x24 jam;
3 dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu satu jam dari waktu rapat yang
telah ditentukan sebagaimana ayat (5.c), maka rapat dapat dilaksanakan dan
segala keputusan yang terdapat dalam risalah rapat disahkan dalam rapat komite
medik berikutnya.
Pengambilan putusan rapat:
0 pengambilan putusan rapat komite medik berdasarkan pendekatan berbasis bukti
(evidence-based);
1 dalam hal tidak tercapai mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak;
2 apabila belum mendapat kesepakatan maka pimpinan rapat menyampaikan hasil
rapat kepada Direktur Utama untuk diputuskan;
3 keputusan rapat Komite Medik merupakan sebuah rekomendasi yang diberikan
kepada Direktur Utama.

BAB XII
SUBKOMITE KREDENSIAL

Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Kredensial

Pasal 74
(1) Subkomite kredensial berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Medik.
Anggota/personalia subkomite kredensial terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang staf
medis fungsional yang memiliki penugasan klinis (clinical appointment) dan berasal
dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pengorganisasian subkomite kredensial terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
150 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Bagian Kedua
Tugas dan wewenang SubKomite Kredensial

Pasal 75
Tugas dan wewenang subkomite kredensial adalah:
menyusun dan mengkompilasi daftar kewenangan klinis dan persyaratan setiap jenis
pelayanan medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku dan masukan dari
KSMF dan atau Mitra Bestari;
melakukan kredensial dan rekredensial untuk mendapatkan dan memastikan bahwa staf
medis fungsional yang akan melakukan pelayanan medis dirumah sakit kredible,
profesional dan akuntabel;
mengevaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan (P2KB/
P3KGB) staf medis fungsional;
mewawancarai pemohon kewenangan klinis;
melaporkan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis
dan penugasan klinis kepada Ketua Komite Medik.

Bagian Ketiga
Kredensial dan Rekredensial

Pasal 76
Instrumen kredensial dan rekredensial antara lain adalah daftar rincian kewenangan klinis
setiap spesialisasi, buku putih (white paper) untuk setiap pelayanan medis dan daftar
mitra bestari.

Proses kredensial dan rekredensial meliputi pemeriksaan dan pengkajian elemen: a.


Kompetensi:
0.0berbagai area kompetensi sesuai standar kompetensi yang disahkan oleh
lembaga pemerintah yang berwenang;
0.1kognitif;
0.2afektif;
0.3psikomotor.
1 Kompetensi fisik;
c. Kompetensi mental/perilaku;
2 Perilaku etis (ethical standing).
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Proses kredensial dilaksanakan dengan semangat keterbukaan, adil, obyektif, sesuai
dengan prosedur dan terdokumentasi.
Dalam melakukan pengkajian dapat membentuk panel atau panitia adhoc atau melibatkan
Mitra Bestari.
Hasil kredensial berupa rekomendasi Komite Medik kepada Direktur Utama tentang lingkup
kewenangan klinis seorang staf medis fungsional.

Pasal 77
Rekredensial terhadap staf medis fungsional dilakukan dalam hal:
0 penugasan klinis (clinical appointment) yang dimiliki oleh staf medis fungsional telah
habis masa berlakunya;
1 staf medis fungsional yang bersangkutan diduga melakukan kelalaian terkait tugas
dan kewenangannya;
2 staf medis fungsional yang bersangkutan diduga terganggu kesehatannya, baik fisik
maupun mental.
Rekomendasi hasil rekredensial berupa:
0 kewenangan klinis yang bersangkutan dilanjutkan;
1 kewenangan klinis yang bersangkutan ditambah;
2 kewenangan klinis yang bersangkutan dikurangi;
3 kewenangan klinis yang bersangkutan dibekukan untuk waktu tertentu;
4 kewenangan klinis yang bersangkutan diubah/dimodifikasi;
5 kewenangan klinis yang bersangkutan diakhiri.

BAB XIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI

Bagian Kesatu
Penggorganisasian SubKomite Mutu Profesi

Pasal 78
Subkomite mutu profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Medik.
Anggota/personalia subkomite mutu profesi terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
staf medis fungsional yang memiliki penugasan klinis (clinical appointment) dan
berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pengorganisasian subkomite mutu profesi terdiri dari ketua, sekretaris, dan anggota.
152 Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
Bagian Kedua
Tugas Dan Wewenang SubKomite Mutu Profesi

Pasal 79
Tugas dan wewenang subkomite mutu profesi adalah:
melakukan audit medis;
merekomendasikan pendidikan berkelanjutan bagi staf medis fungsional;
mengadakan pertemuan ilmiah internal Program Pendidikan Kedokteran
Berkelanjutan/Program Pendidikan Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P2KB/ P2KGB)
bagi staf medis fungsional;
mengadakan kegiatan eksternal Program Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan/ Program
Pendidikan Kedokteran Gigi Berkelanjutan (P2KB/ P2KGB) bagi staf medis fungsional;
memfasilitasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis fungsional yang
membutuhkan;
memberikan usulan untuk melengkapi kebutuhan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan
dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis.

Bagian Ketiga
Audit Medis

Pasal 80
Audit medis dilakukan secara sistemik yang melibatkan mitra bestari (peer group) yang
terdiri dari kegiatan peer-review, surveillance dan assessment terhadap pelayanan
medis di rumah sakit.
Pelaksanaan audit medis menggunakan rekam medis yang dibuat oleh staf medis
fungsional.
Hasil dari Audit medis sebagaimana pada ayat (1) berfungsi:
0 sebagai sarana untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi masing-masing
staf medis fungsional;
1 sebagai dasar untuk pemberian kewenangan klinis (clinical privilege) sesuai
kompetensi yang dimiliki;
2 sebagai dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan pencabutan atau
penangguhan kewenangan klinis (clinical privilege);

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


d. sebagai dasar bagi Komite Medik dalam merekomendasikan
perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis seorang staf medis fungsional.

Bagian Keempat
Pendidikan Berkelanjutan

Pasal 81
Memberikan rekomendasi atau persetujuan pendidikan berkelanjutan baik yang merupakan
program rumah sakit maupun atas permintaan staf medis fungsional sebagai asupan
kepada Direksi;
Pendidikan berkelanjutan dilakukan dengan:
0 menentukan pertemuan-pertemuan ilmiah yang harus dilaksanakan oleh masing-
masing KSMF;
1 mengadakan pertemuan berupa pembahasan kasus yang meliputi kasus kematian
(death case), kasus sulit, maupun kasus langka;
2 menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dapat diikuti oleh masing-masing staf
medis fungsional setiap tahun dan tidak mengurangi hari cuti tahunannya;
3 bersama-sama dengan KSMF menentukan kegiatan-kegiatan ilmiah yang melibatkan
staf medis fungsional sebagai narasumber dan peserta aktif;
4 bersama dengan Bagian Pendidikan & Penelitian memfasilitasi kegiatan ilmiah dan
mengusahakan satuan angka kredit dari ikatan profesi.
Setiap pertemuan ilmiah yang dilakukan harus disertai notulensi, kesimpulan dan daftar
hadir peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin profesi.

Bagian Kelima
Pendampingan (proctoring)

Pasal 82
Pelaksanaan pendampingan (proctoring) dilakukan dalam upaya pembinaan profesi bagi
staf medis fungsional yang dijatuhi sanksi disiplin atau pengurangan kewenangan klinis
(clinical privilege).
Staf medis fungsional yang akan memberikan pendampingan (proctoring) ditetapkan dengan
keputusan Direktur Utama.
Semua sumber daya yang dibutuhkan untuk proses pendampingan (proctoring) difasilitasi
dan dikoordinasikan bersama direktur terkait.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Hasil pendampingan (proctoring) berupa rekomendasi Komite Medik kepada Direktur Utama
tentang lingkup kewenangan klinis dan penugasan klinis seorang staf medis fungsional.

BAB XIV
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

Bagian Kesatu
Pengorganisasian SubKomite Etika dan Disiplin Profesi

Pasal 83
Subkomite etika dan disiplin profesi berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Ketua Komite Medik.
Anggota/personalia subkomite etika dan disiplin profesi terdiri atas sekurang-kurangnya 3
(tiga) orang staf medis fungsional yang memiliki penugasan klinis (clinical
appointment) dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi terdiri dari ketua, sekretaris, dan
anggota.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang SubKomite Etika dan Disiplin Profesi

Pasal 84
Tugas dan wewenang subkomite etika dan disiplin profesi adalah:
melakukan pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
melakukan upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis fungsional;
memberikan nasehat dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan
medis pasien.

Bagian Ketiga
Pendisiplinan Profesi

Pasal 85
Tolok ukur yang menjadi dasar dalam upaya pendisiplinan perilaku profesional staf medis
fungsional, antara lain:
0 pedoman pelayanan kedokteran di rumah sakit;
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
0 prosedur kerja pelayanan di rumah sakit;
1 daftar kewenangan klinis di rumah sakit;
2 pedoman syarat-syarat kualifikasi untuk melakukan pelayanan medis (white paper) di
rumah sakit;
3 kode etik kedokteran Indonesia;
4 pedoman perilaku profesional kedokteran (buku penyelenggaraan praktik kedokteran
yang baik);
5 pedoman pelanggaran disiplin kedokteran yang berlaku di Indonesia;
6 pedoman pelayanan medik/klinik;
7 standar prosedur operasional asuhan medis.
Rekomendasi pemberian tindakan pendisiplinan profesi pada staf medis fungsional berupa:
0 peringatan tertulis;
1 limitasi ( reduksi) kewenangan klinis ( clinical privilege);
2 bekerja di bawah supervisi dalam waktu tertentu oleh orang yang mempunyai
kewenangan untuk pelayanan medis tersebut;
3 pencabutan kewenangan klinis (clinical privilege) sementara atau selamanya.
Mekanisme pemeriksaan pada upaya pendisiplinan perilaku profesional ditetapkan oleh
Komite Medik.

Pasal 86
Penegakan disiplin profesi dilakukan oleh sebuah panel yang dibentuk oleh ketua subkomite
etika dan disiplin profesi.
Panel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri 3 (tiga) orang staf medis atau lebih
dalam jumlah ganjil dengan susunan sebagai berikut:
0 1(satu) orang dari subkomite etik dan disiplin profesi yang memiliki disiplin ilmu yang
berbeda dari yang diperiksa;
1 2(dua) orang atau lebih staf medis dari disiplin ilmu yang sama dengan yang
diperiksa dapat berasal dari dalam rumah sakit atau dari luar rumah sakit, baik atas
permintaan Komite Medik dengan persetujuan Direktur Utama atau atas permintaan
Direktur Utama rumah sakit terlapor.
Panel tersebut dapat juga melibatkan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit.
Pengikutsertaan mitra bestari yang berasal dari luar rumah sakit mengikuti ketentuan yang
ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan rekomendasi Komite Medik.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


Bagian Keempat
Pembinaan Profesi

Pasal 87
Pembinaan profesionalisme staf medik fungsional dapat diselenggarakan dalam bentuk
ceramah, diskusi, symposium atau lokakarya.
Staf medis fungsional dapat meminta pertimbangan pengambilan keputusan etis pada suatu
kasus pengobatan di rumah sakit kepada Komite Medik melalui Ketua KSMF.
Subkomite etika dan disiplin profesi mengadakan pertemuan pembahasan kasus dengan
mengikutsertakan pihak-pihak terkait yang kompeten untuk memberikan pertimbangan
pengambilan keputusan etis.

BAB XV
TATA KELOLA KLINIS (CLINICAL GOVERNANCE)

Pasal 88
Kebijakan teknis operasional pelayanan medis ditetapkan oleh Direktur Utama.
Masing-masing KSMF wajib membuat pedoman pelayanan medis/klinis, standar prosedur
operasional dan peraturan pelaksanaan lainnya.
Kebijakan teknis operasional pelayanan medis tidak boleh bertentangan dengan Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini.
Semua pelayanan medis dilakukan oleh setiap staf medis fungsional di RS Cinta Bunda
berdasarkan penugasan klinis dari Direktur Utama.
Dalam keadaan bencana alam, kegawatdaruratan akibat bencana massal, kerusuhan yang
menimbulkan banyak korban maka semua staf medis fungsional dapat diberikan
penugasan klinis untuk melakukan tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinis
yang dimiliki, sepanjang yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Dalam melaksanakan tugas, wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi
baik di lingkungannya maupun dengan KSMF lain atau instansi lain yang terkait.
Untuk menangani pelayanan medis tertentu, Direktur Utama dapat membentuk panitia atau
kelompok kerja.
Setiap Ketua KSMF wajib membantu Direktur Medik dan Keperawatan serta Komite Medik
melakukan bimbingan, pembinaan dan pengawasan terhadap anggotanya.
untuk melengkapi kebutuhan perbekalan kesehatan yang dibutuhkan dalam rangka
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis, Komite Medik memberikan
Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda
usulan setelah melalui penilaian tehnis peralatan kesehatan berdasarkan Health
Technical Asssesment (HTA).

BAB XVI
KETENTUAN REVIEW DAN PERUBAHAN

Pasal 89
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) secara berkala sekurang-kurangnya
setiap 3 tahun dievaluasi, ditinjau kembali, disesuaikan dengan perkembangan profesi
medis dan kondisi rumah sakit.
Perubahan dapat dilakukan dengan menambah pasal baru (Addendum) dan/atau mengubah
pasal yang telah ada (Amandemen) yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan
dari Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini.
Mekanisme review dan perubahan ditetapkan oleh Direktur utama.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 90
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Kebijakan teknis operasional, standar prosedur operasional dan peraturan pelaksanaan
lainnya harus disesuaikan dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws)
ini.
Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital ByLaws) ini.

DIREKTUR UTAMA,
RSIA CINTA BUNDA

DR. dr. Susan, MARS

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Untuk menentukan suatu pemecahan masalah yang ada di RS Cinta Bunda kami
melakukan beberapa tahap kegiatan yaitu (1) Membentuk tim Rencana Strategik, (2)
Identifikasi Masalah, (3) Menentukan Prioritas Masalah, dan (4) Membuat Rencana Tindak
Lanjut. Dari hasil skoring penilaian kelompok didapatkan masalah utama di RS Cinta Bunda
adalah Struktur Organisasi dan Uraian Tugas yang belum jelas sehingga mengganggu
proses pelayanan yang ada di RS Cinta Bunda.
Faktor keuangan memang penting dalam menentukan kelayakan investasi. RS Cinta
Bundas kami proyeksikan mendapatkan NPAT positif dalam masa operasional dan secara
umum pengembalian investasi memberikan hasil yang menjanjikan dengan nilai Indikator
NPV Rp 23.192 milyar, IRR 16.2% dan Payback Period < 9 tahun.
Investasi yang diperlukan untuk rencana pembangunan RS Cinta Bunda dari
komponen lahan, bangunan rumah sait, peralatan, konsultan dan perizinan, serta working
capital dengan total Rp 85.825.460.000,00 dengan memperhatikan tujuh parameter
penilaian yaitu (1) Finansial, (2) Level Kompetisi, (3) Market Potensial, (4) Demografi, (5)
Politik dan Legalitas, (6) Sosial Ekonomi, dan (7) Indikator dengan jumlah perkalian dari
hasil bobot dikali nilai didapatkan hasil penilaian bagi RS Cinta Bunda adalah: 9,65
(sembilan koma enam lima). Ini menunjukkan bahwa RS Cinta Bunda ”Sangat Layak” untuk
dilakukan pengembangan Penanaman Modal Dalam Negeri.

6.2 Saran

RSU Cinta Bunda dapat melakukan tindak lanjut dari hasil pemotretan dari segi
manajemen organisasi, pelayanan dan studi kelayakan yang telah dibuat agar
permasalahan yang ada dapat teratasi dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu
pelayanan.

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda


TINJAUAN PUSTAKA

Badan Koordinasi Penanaman Modal. Peraturan Kepala Badan Koordinasi


Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor Tahun 14 Tahun 2015
tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinzip Penanaman Modal. (Jakarta :
BKPM RI. 2016)
Kementrian Kesehatan. Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit. (Jakarta : Kemenkes RI. 2014)
Kementrian Kesehatan. Permenkes RI Nomor 755/MENKES/PER/IV/2011
tentang Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit. (Jakarta :
Kemenkes RI. 2011)
Laporan Tahunan 2016 RS XXX.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kelayakan _bisnis).

Tugas UAS Hukum Kesehatan – RS Cinta Bunda

Anda mungkin juga menyukai