Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PEMBIAYAAN DAN PENGANGGARAN KESEHATAN

“PEMBIAYAAN KESEHATAN SEKTOR PUBLIK”

DOSEN PEMBIMBING :
CH. Tuti Ernawati, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5

Aprina Ika Nurrahmi 1611216062


F. Yosi Ikhsana 1611216052
Ge Ningratie Patalangi 16112160
Haryati Putri Hasibuan 1611216057
Haznuria Septina 1611216022
Herlinda Oktavia 1611216025
Leni Oktavia 16112160
Rosi Yuliana 16112160
Winastasya Demona 16112160
Ridho Muhammad Sahputra 16112160

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG


2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kelompok berkat, rahmat, kesehatan, kesempatan, dan kemauan hingga kelompok dapat
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam tidak lupa kelompok kirimkan ke
junjungan Nabi besar Muhammad SAW Nabi yang telah membawa kita kembali ke
jalan Allah SWT hingga kita dapat menikmati indahnya dunia sekarang ini.
Makalah ini dibuat sehubungan dengan tugas mata kuliah pembiayaan dan
penganggaran kesehatan tentang “Pembiayaan Kesehatan Sektor Publik” yang diberikan
oleh ibu dosen bersangkutan. Terlepas dari itu semua, kelompok menyadari bahwa
kelompok adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sempurna dalam
makalah ini. Kelompok melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
kami miliki. Maka dari itu, kelompok bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Akhirnya kelompok mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah tentang
penganggaran sector public ini bermanfaat bagi teman-teman dan pembaca khususnya
di bidang Kesehatan.

Padang, 12 April 2017

Kelompok

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1


1.2. Rumusan masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan. ............................................................................. 2
1.4 Metode Penulisan ............................................................................. 2

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA ................................................................................ 3

2.1 Pembiayaan Kesehatan ................................. ......................................... 3


2.1.1 Pengertian Pembiayaan Kesehatan. .................................................. 3
2.1.2 Jenis Biaya Kesehatan. ..................................................................... 4
2.1.3 Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional. ............... 4
2.1.4 Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional. ....................................... 6
2.1.5 Konsep Sistem Pembiayaan Kesehatan. ........................................... 9
2.1.6 Sumber Pembiayaan Organisasi Pelayanan Kesehatan Publik. ....... 15
2.1.7 Penganggaran Organisasi Kesehatan Publik. ................................... 16
2.1.8 Pendekatan Sistem Penganggaran Kesehatan. ................................. 17
2.1.9 Prinsip-prinsip dalam penganggaran sektor publik. ......................... 19
2.1.10 Fungsi anggaran sektor publik. ...................................................... 19

BAB 3 PENUTUP .................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20


3.2 Saran .................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses
kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas seperti
biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya bernilai
sangat investatif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang
senatiasa “siap pakai” dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit.
Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang
peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka
mencapai berbagai tujuan penting dari pembangunan kesehatan di suatu negara
diantaranya adalah pemerataan pelayanan kesehatan dan akses (equitable access to
health care) dan pelayanan yang berkualitas (assured quality). Oleh karena itu
reformasi kebijakan kesehatan di suatu negara seyogyanya memberikan fokus penting
kepada kebijakan pembiayaan kesehatan untuk menjamin terselenggaranya kecukupan
(adequacy), pemerataan (equity), efisiensi (efficiency) dan efektifitas (effectiveness) dari
pembiayaan kesehatan itu sendiri.
Perencanaan dan pengaturan pembiayaan kesehatan yang memadai (health care
financing) akan menolong pemerintah di suatu negara untuk dapat memobilisasi
sumber-sumber pembiayaan kesehatan, mengalokasikannya secara rasional serta
menggunakannya secara efisien dan efektif. Kebijakan pembiayaan kesehatan yang
mengutamakan pemerataan serta berpihak kepada masyarakat miskin (equitable and pro
poor health policy) akan mendorong tercapainya akses yang universal. Pada aspek yang
lebih luas diyakini bahwa pembiayaan kesehatan mempunyai kontribusi pada
perkembangan sosial dan ekonomi.
Meskipun tiap-tiap negara mempunyai perbedaan dalam reformasi pembiayaan
kesehatannya bergantung dari isu-isu dan tantangannya sendiri, akan tetapi pada
dasarnya dalam banyak hal karakteristiknya sama karena kesemua hal itu diarahkan

1
untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional, regional dan
internasional.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada
beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas,
reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding),
menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan
dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya
(resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, kelompok kami membuat makalah tentang
“Pembiayaan Kesehatan Sektor Publik”.

1.2 Rumusan MasalahSist


1.2.1 Menjelaskan apakah yang dimaksud dengan pembiayaan kesehatan
1.2.2 Menjelaskan apa saja jenis biaya kesehatan
1.2.3 Menjelaskan macam-macam system pembiayaan kesehatan nasional
1.2.4 Menjelaskan sumber pembiayaan kesehatan nasional
1.2.5 Menjelaskan bagaimana konsep system pembiayaan kesehatan
1.2.6 Menjelaskan apa saja sumber pembiayaan organisasi pelayanan kesehatan publik
1.2.7 Menjelaskan bagaimana penganggaran organisasi kesehatan public
1.2.8 Menjelaskan pendekatan yang digunakan pada system penganggaran kesehatan
1.2.9 Menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip dalam penganggaran sector public
1.2.10 Menjelaskan apa saja fungsi anggaran sector publik

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang pembiayaan dan
penganggaran kesehatan sector public di Indonesia.

1.4 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan makalah ini adalah kami menggunakan metode study
pustaka yaitu dalam sumber pembuatan makalah ini menggunakan referensi buku-buku
teks dan informasi dari internet yang berkaitan dengan penganggaran sector public.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembiayaan Kesehatan


2.1.1 Pengertian Pembiayaan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan
yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat (Azrul A, 1996).
Dari pengertian tersebut tampak ada dua sudut pandang ditinjau dari :
a. Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu besarnya dana untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa dana investasi serta dana
operasional.
b. Pemakai jasa pelayanan yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan kesehatan


sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari
sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemakai jasa
(income pemerintah), tapi dari besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah
(expence) untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah
penjumlahan biaya dari sektor pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan
pemakai jasa pelayanan untuk sektor swasta.
Dalam membicarakan pembiayaan kesehatan yang penting adalah bagaimana
memanfaatkan biaya tersebut secara efektif dan efisien baik ditinjau dari aspek ekonomi
maupun sosial dengan tujuan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat yang
membutuhkan. Dengan demikian suatu pembiayaan kesehatan dikatakan baik, bila
jumlahnya mencukupi untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dengan penyebaran dana sesuai kebutuhan serta pemanfaatan yang diatur secara
seksama, sehingga tidak terjadi peningkatan biaya yang berlebihan.

3
2.1.2 Jenis Biaya Kesehatan
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas :
a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan
dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan
dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke
arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari
sektor pemerintah.

2.1.3 Macam-macam Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional


Sistem pembiayaan kesehatan Indonesia secara umum terbagi dalam 2 sistem
yaitu:
1. Fee for Service ( Out of Pocket )
Sistem ini secara singkat diartikan sebagai sistem pembayaran berdasarkan
layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu membayar kepada pemberi
pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit) mendapatkan pendapatan
berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang dilayani, semakin
banyak pula pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini
masih bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini. Dari
laporan World Health Organization di tahun 2006 sebagian besar (70%) masyarakat
Indonesia masih bergantung pada sistem Fee for Service dan hanya 8,4% yang dapat
mengikuti sistem Health Insurance (WHO, 2009).
Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak
pemberi pelayanan kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency
Relationship, dimana PPK mendapat imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan
yang diberikannya kepada pasien yang besar-kecilnya ditentukan dari negosiasi.
Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar pula imbalan yang akan
didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan demikian, secara tidak
langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada pasien untuk
mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.

4
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak
ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group (DRG
system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk
pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu.
Pembayaran bagi PPK dengan system kapitasi adalah pembayaran yang
dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan
pembayaran di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya
(unit cost) tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM
(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose
Related Group) tidak berbeda jauh dengan system kapitasi di atas. Pada system ini,
pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK
telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah
dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika
dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi
pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya
underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan
kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta
tidak banyak bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian tidak dapat
terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini berupa PPK
mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat kepastian dana di tiap
awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya
multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK lebih kearah preventif
dan promotif kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem
kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan dibandingkan
sistem pembayaran berdasarkan layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku. Hal
ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia. Tentu saja karena masih ada

5
hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem kapitasi yang belum dapat
memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang
disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta asuransi
dimana peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar rendah
tidaklah menjadi target anggota asuransi. Untuk mencapai terjadinya pemerataan, dapat
dilakukan universal coverage yang bersifat wajib dimana penduduk yang mempunyai
resiko kesehatan rendah akan membantu mereka yang beresiko tinggi dan penduduk
yang mempunyai kemampuan membayar lebih akan membantu mereka yang lemah
dalam pembayaran. Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sistem
kesehatan Indonesia. Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan
terutama dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang
ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Namun sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan
pengawasan dan aturan dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif, yang dapat
mengurangi dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan sehingga
dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan kesehatan di
Indonesia. Contoh health insurance yang di berada dibawah naungan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial diantaranya :
1. Askes
2. Jamkesmas
3. ASBRI
4. Taspen
5. Jamsostek
6. Dan lain sebagainya.
2.1.4 Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional
Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan
fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah (public) dan
swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya barang
public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipegang oleh

6
pihak swasta (private) cenderung bersifat komersil. Di sebagian besar wilayah
Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari
setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50
persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade
yang lalu hanya sekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah. Tingginya biaya kesehatan yang harus
dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan swasta tidak sebanding
dengan kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia yang tergolong
menengah ke bawah.
Sebelum desentralisasi alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah
pusat dengan menggunakan model negosiasi ke provinsi-provinsi. Ketika sifat big-bang
kebijakan desentralisasi mengenai sektor kesehatan, tiba-tiba menjadi alokasi anggaran
pembangunan yang disebut dana alokasi umum (DAU). Dan yang mengejutkan bahwa
anggaran kesehatan eksplisit tidak dimasukan di dalam formula DAU. Akibatnya, dinas
kesehatan berjuang mendapatkan anggaran untuk sektor kesehatan sendiri. Pemerintah
di sektor kesehatan harus merencanakan dan menganggarkan program kesehatan, dan
bersaing untuk mendapatkan dana dengan sektor lain.
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bersumber Dari Anggaran Pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan
oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit
dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar. Anggaran yang bersumber
dari pemerintah ini dibagi juga menjadi :
1. Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi BBM dan
ABT
2. Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana
desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)

7
3. Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten atau kota (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten atau kota dan DAK kabupaten atau
kota)
4. Keuntungan badan usaha milik daerah
5. Penjualan aset dan obligasi daerah
6. Hutang pemerintah daerah
2. Bersumber Dari Anggaran Masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh
pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atauCorporate Social
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi. Dana yang bersumber dari swasta anatara lain:
- Perusahaan swasta

- Lembaga swadaya masyarakat

- Dana kemanusiaan (charity)

3. Bantuan Biaya Dari Dalam Dan Luar Negeri


Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-
penyakit tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh
organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar
negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO kepada
negara-negara berkembang (termasuk Indonesia).

4. Gabungan Anggaran Pemerintah Dan Masyarakat

Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia karena dapat


mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan
kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung
sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini

8
juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang
dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka
ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan
satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang peranan
swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam
membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran
yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.

2.1.5 Konsep Sistem Pembiayaan Kesehatan


Negara mencapai Universal Health Coverage (UHC) dengan berbagai cara dan
sistem kesehatan. Meskipun demikian, cara menuju UHC secara teratur memiliki tiga
aspek. Yang pertama adalah proses politik yang didorong oleh berbagai kekuatan sosial
untuk membuat program atau peraturan yang memperluas akses ke pelayanan kesehatan
publik, meningkatkan ekuitas, dan tempat penampungan (pooling) risiko keuangan.
Yang kedua adalah pertumbuhan pendapatan yang diiringi naiknya anggaran kesehatan,
bertujuan membeli layanan kesehatan yang lebih dengan mencakup lebih banyak orang.
Yang ketiga adalah peningkatan porsi belanja kesehatan yang dikumpulkan
dibandingkan dengan yang membayar sendiri (out-of pocket) oleh rumah tangga.
Pengumpulan dana ini dimobilisasi sebagai pajak dan disalurkan oleh pemerintah
dengan menyediakan atau mensubsidi pelayanan kesehatan, dalam kasus lainnya
dimobilisasi dalam bentuk kontribusi untuk skema asuransi wajib.

9
1. Revenue Collection
WHO mendefinisikan pembiayaan kesehatan sebagai: "Fungsi sistem kesehatan
berkaitan dengan mobilisasi, akumulasi dan alokasi uang untuk menutupi kebutuhan
kesehatan masyarakat, baik secara individu maupun kolektif dalam sistem kesehatan”.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana yang tersedia, serta
untuk mengatur insentif keuangan yang tepat untuk provider kesehatan, hal ini berfungsi
untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses terhadap kesehatan
masyarakat yang efektif dan pelayanan kesehatan individu (WHO 2000). Sistem
pembiayaan kesehatan yang baik yaitu mengumpulkan dana yang memadai untuk
kesehatan, mencari cara yang memastikan orang dapat menggunakan layanan yang
dibutuhkan, dan dilindungi dari bencana keuangan atau pemiskinan akibat pembayaran
layanan kesehatan. Hal tersebut juga memberikan insentif bagi penyedia dan pengguna
untuk efisien (WHO, 2007).

10
Dalam konteks negara berkembang, mengingat kurangnya informasi ekonomi
pasar yang terorganisir dan variabilitas data pendapatan dari waktu ke waktu, maka
informasi mengenai konsumsi rumah tangga, dan belanja konsumsi rumah tangga,
dianggap sebagai ukuran indikator kesejahteraan dan kemampuan membayar (ATP)
yang baik. Pada prinsipnya, ATP harus dapat menunjukkan kesejahteraan sebelum
pembayaran untuk pelayanan kesehatan. Pengukuran ATP dengan menggunaan
indikator konsumsi membutuhkan asumsi, yaitu penyediaan sarana layanan kesehatan
pembiayaan dengan tidak mempengaruhi keputusan dalam konsumsi (kesehatan).
Konsumsi Makanan Rumah Tangga diasumsikan sebagai pengeluaran yang tidak dapat
dipisahkan, sering digunakan sebagai ukuran kesejahteraan (WHO, 2000). Konsumsi
untuk layanan kesehatan dalam rumah tangga terbagi menjadi 2 bagian; pembiayaan
langsung ke layanan kesehatan dan pembiayaan melalui pihak ketiga (pembayaran
premi asuransi). Ada 3 kelompok utama sumber pembiayaan pelayanan kesehatan:
1). Melalui Pemerintah (Penarikan pajak langsung dan pajak tidak langsung),
2). Melalui skema pihak ketiga (asuransi sosial dan asuransi swasta)
3). Pembayaran langsung tunai masyarakat (OOP).

Gambaran mengenai sumber pembiayaan kesehatan bisa dilihat kepada tabel 1 berikut:
Sumber Pembiayaan Model
Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Pembayaran
Pemerintah Pajak Langsung Individu (Pajak Pribadi Pembayaran melalui penarikan
dan Pajak Pemilikan Proprerti) pajak dari wajib pajak (pajak
penghasilan).
Pajak Langsung dari pendapatan Pembayaran melalui pemotongan
perusahaan keuntungan perusahaan sebagai
pemasukan negara dari pajak
perusahaan
Pajak Tidak Langsung seperti, Pajak Pembayaran melalui pemotongan
Penjualan barang, dan Pajak pajak atas barang dan jasa yang
pertambahan nilai. dikonsumsi oleh masyarakat
Pihak Ke-tiga Asuransi sosial bagi tenaga kerja Pembayaran melalui pemotongan
pemerintah, swasta dan perusahaan gaji untuk premi asuransi
Asuransi komersial bagi tenaga kerja Pembayaran langsung dengan
pemerintah, swasta, dan perusahaan memotong gaji karyawan
Masyarakat Asuransi Swasta Komersial dan Melalui pembayaran premi dan
Pembiayaan Tunai pendanaan tunai langsung dari
kantung masyarakat (OOP)

11
Dari perspektif keuangan publik, semua pajak (sumber pendapatan lain juga) harus
dinilai dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kecukupan pendapatan dan stabilitas: pajak harus meningkatkan jumlah


pendapatan yang signifikan, relatif stabil, dan kemungkinan besar akan tumbuh dari
waktu ke waktu.
b. Efisiensi: pajak harus meminimalkan distorsi ekonomi
c. Ekuitas: pajak harus memperlakukan kelompok pendapatan yang berbeda secara
adil.
d. Kemudahan pengumpulan: pajak harus sederhana untuk mengelola.
e. Penerimaan politik: harus ada transparansi, penyebaran yang luas, dan kejelasan
tentang penggunaan pajak untuk menenjukkan penerimaan.

2. Konsep Pooling

Pooling adalah bagaimana pengumpulan dana dibagikan yang mempunyai risiko


kesehatan diantara pengumpul dana /atau anggota kelompok (pool member). Dana yang
dikumpulkan untuk kesehatan akan dibayarkan ke provider kesehatan, namun tempat
penampungan (pools) dana bisa berbagai macam, seperti anggaran pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, asuransi kesehatan publik dan swasta, dan asuransi kesehatan
berbasis masyarakat. Risk pooling dan prepayment merupakan hal yang penting dalam
memberikan perlindungan finansial.

Tabel 1 menjelaskan sumber pembiayaan dari pemerintah dari pajak juga


digunakan untuk mendukung pelayanan kesehatan masyarakat. Ada dua mekanisme
atau pooling penggunaan sumber pembiyaan dari pajak. Pertama, dipergunakan untuk
pelayanan kesehatan masyarakat melalui pembangunan kesehatan dengan program dan
kegiatan sektor kesehatan. Kedua, melalui skema asuransi kesehatan.

a. Anggaran Kesehatan untuk Program Pembangunan Kesehatan

Kenaikan yang diusulkan untuk pengeluaran kesehatan masyarakat harus


dipertimbangkan dalam konteks ruang anggaran yaitu pada kapasitas fiskal. Hal ini
memungkinkan pemerintah untuk menyediakan sumber daya untuk tujuan yang

12
diinginkan tanpa mengurangi keberlanjutan posisi keuangan. Pada prinsipnya,
pemerintah dapat menciptakan ruang fiskal dengan cara berikut:

1. Melalui langkah-langkah pajak atau dengan memperkuat administrasi perpajakan;

2. Memotong pengeluaran yang prioritasnya rendah untuk memberikan ruang bagi


pengeluaran yang mempunyai prioritas lebih;

3. Sumber pinjaman, baik dari dalam negeri atau dari sumber eksternal /atau luar
negeri;

4. Meminta kepada bank sentral untuk mencetak uang yang akan dipinjamkan kepada
pemerintah; atau

5. Menerima hibah dari sumber luar.

Kementrian Kesehatan mempunyai tiga fungsi; Pertama, sebagai pemberi dana,


Kedua sebagai penyedia layanan kesehatan, dan Ketiga, sebagai regulasi dan
koordinasi. Di negara berpenghasilan rendah dan sedang, kementrian kesehatan
berfungsi sebagai national health service (NHS). Penyediaan layanan kesehatan oleh
kementrian kesehatan melalui fasilitas publik dan individu.

Di negara yang berpenghasilan rendah, hampir separuh pendanaan kesehatan


berasal dari individu yaitu out of pocket yang digunakan untuk membayar provider
kesehatan atas pelayanan dan biaya obat. Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan
memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan lain termasuk rujukan ke rumah
sakit. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi memberikan anggaran pemerintah juga akan
tinggi karena ada hubungannya dengan pajak yang dibayarkan dari sektor formal.
Namun di negara berpenghasilan menengah, 40 persen untuk pembiayaan kesehatan
berasal dari pendanaan swasta dan biasanya melalu asuransi swasta. Dan Kementrian
Kesehatan melanjutkannya dengan memberikan dana untuk pelayanan kesehatan dasar
dan untuk masyarakat miskin atau untuk populasi yang memiliki masalah kesehatan
kronis dengan mekanisme asuransi social.

13
b. Asuransi Kesehatan

Pooling risiko kesehatan memungkinkan pembentukan asuransi kesehatan dan


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memungkinkan individu untuk
membayar jumlah yang telah ditetapkan untuk melindungi diri terhadap biaya
pengobatan yang besar tak terduga. Ada berbagai cara bagi pemerintah untuk
membiayai program jaminan kesehatan masyarakat, dan masing-masing harus dinilai
berdasar pemerataan, efisiensi, keberlanjutan, kelayakan administrasi, dan biaya
administrasi.

Semua dana untuk kesehatan ditampung pada asuransi kesehatan baik publik
mapun swasta dan di anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penampungan
dana tersebut mengalokasikan kembali dana dari individu yang sehat ke individu yang
sakit, kemudian dari individu dengan risiko sakit lebih rendah untuk risiko sakit tinggi
yang memerlukan biaya perawatan yang tinggi.

Negara yang sedang berkembang, penampungan dana kesehatan pada sistem


pembiayaan nasional dan asuransi kesehatan mendominasi dari pendanaan ini dari pada
pembayaran dari pengguna (user payment). Tujuan pooling ini adalah mengurangi harga
pembayaran langsung (out of pocket) terhadap pasien yang membayar langsung pada
saat menerima pelayanan kesehatan dan meyakinkan kembali perlindungan keuangan
terhadap pengeluaran katastropik kesehatan dan equity pada pelayanan yang digunakan.

c. Mekanisme Pemerataan Resiko (risk equalization mechanism)

Pembiayaan kesehatan yang terpecah ke dalam beberapa pengelola dana,


kapasitas perlindungan risiko menjadi berkurang. Kapasitas perlindungan risiko
ditentukan oleh dua elemen yaitu tingkat pendpatan per kapita dan struktur risiko
(campuran antara peserta yang sehat dan sakit dalam kelompok risiko). Skema
pemerataan risiko bertujuan menyesuaikan sumber daya yang tersedia pada pengelola
dana asuransi yang berbeda, dengan memperhitungkan risiko kesehatan dan kapasitas
iuran dari peserta. Bentuk pemerataan risiko ada dua yaitu penyesuaian risiko (risk
adjuster) dan ex post. Di dalam risk adjuster terdapat karakteristik yang digunakan
untuk memperkirakan kemungkinan pengeluaran kesehatan. Hal ini dapat digunakan

14
oleh pengelola asuransi untuk menyeimbangkan dampak dari profil risiko yang berbeda,
meskipun memakai perkiraan. Caranya adalah memberikan subsidi ke peserta yang
berisiko (diperkirakan) tinggi dari peserta berisiko (diperkirakan) lebih rendah. Berbeda
dengan ex-post, dimana pemerataan risiko ini dapat dirancang. Pemerataan risiko ex-
post merupakan penggantian biaya secara restopektif oleh pengelola dana menurut
bagiannya masing-masing.

3. Konsep Purchasing

Pembelian mengacu pada proses di mana dana dialokasikan untuk penyedia


layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atas nama penduduk atau
untuk menghubungkan kebutuhan pelayanan kesehatan dan prioritas untuk alokasi
sumber daya keuangan untuk berbagai intervensi pelayanan kesehatan.
Pembelian pelayanan kesehatan melibatkan tiga rangkaian keputusan:
1. Mengidentifikasi tiga hal yang berhubungan dimana intervensi atau jasa yang
akan dibeli sesuai kebutuhan penduduk, dengan mempertimbangkan prioritas
kesehatan nasional dan efektivitas biaya mereka (yaitu apa yang harus dibeli dan
untuk siapa);
2. Memilih penyedia jasa dari siapa yang akan dibeli, mempertimbangkan kualitas,
efisiensi dan pemerataan penyediaan pelayanan kesehatan (yaitu dari siapa untuk
membeli)
3. Menentukan bagaimana layanan ini harus dibeli, termasuk pengaturan kontrak
dan mekanisme pembayaran ke penyedia layanan (yaitu bagaimana membayar
nya dan berapa harganya).

2.1.6 Sumber Pembiayaan Organisasi Pelayanan Kesehatan Publik


1. Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan
dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif
kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau
keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga
kesehatan serta penelitian bio-medik.

15
Modal rumah Sakit berasal dari APBN untuk Rumah Sakit Pusat atau APBD
untuk rumah sakit daerah. Sedangkan rumah sakit swasta modalnya berasal dari pemilik
yang biasanya berbentuk yayasan. Pembiayaan rumah sakit secara kontemporer sudah
melibatkan peran serta perusahaan asuransi dari swasta.
2. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi pelayanan
kesehatan mandiri yang bertanggungjawab pada wilayah kerjanya. Biaya operasional
puskesmas dapat diperoleh dari pemerintah pusat yang diserahkan pemeritah pusat
kepada pemerintah daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), juga
mendapatkan dana dari APBD Kabupaten/Kota.

2.1.7 Penganggaran Organisasi Kesehatan Publik


Dalam organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen akuntabilitas
atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai oleh
uang publik. Anggaran sektor publik juga merupakan perencanaan finansial tentang
perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang
dengan melihat data yang diperoleh dari masa lalu sebagai acuan penetapan anggaran.
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas yang penting
karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap program maupun
aktivitas.
Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :
1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
3. Aspek Akuntabilitas Publik
Penganggaran organisasi kesehatan dimulai dari perencanaan. Perencanaan
kesehatan yang memuat rencana program pelayanan disusun oleh suatu bagian yakni
bagian perencanaan dan program. Bagian perencanaan dan Program menyusun rencana
pelayanan kesehatan tersebut berdasarkan data yang dikumpulkan dari seluruh unit
dalam organisasi kesehatan yang bersangkutan. Pada rumah sakit pemerintah, biasanya
bagian perencanaan dan program membuat Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) setiap
tahun bersamaan dengan disusunnya Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga

16
yang memuat seluruh program pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan, tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai, serta starategi untuk mencapai sasaran tersebut. Untuk dapat
menysun RBA dengan baik, maka bagian perencanaan dan program harus berkoordinasi
dalam hal pengumpulan data dari unit-unit lainnya yang ada di rumah sakit tersebut dan
yang paling penting adalah koordinasi dengan direksi/top manajemen dari rumah sakit
tersebut.
1. Jenis Anggaran Pelayanan Kesehatan
a. Anggaran modal (capital budget) adalah anggaran yang terdaftar dan tergambar
dalam rencana penambahan modal. Anggaran ini berisi daftar proyek yang
diajukan selama satu tahun yang akan datang.Dampak anggaran tersebut
mencakup seluruhpengeluaran aktiva yang terencana selama satu tahun.
b. Anggaran kas (cash budget): merupakan anggaran yang telah tercatat dalam
rencana penerimaan dan pengeluaran kas. Anggaran kas sangat terkait dengan
komponen kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan.
c. Anggaran pelaksanaan (operating budget) adalah anggaran yang telah tergambar
dalam perencanaan aktivitas pelaksanaan yang meliputi: penerimaan,
pengeluaran dan pengukuran hasil.
2. Langkah-Langkah Dalam Proses Penganggaran Pelaksanaan
Pada prinsipnya proses penganggaran pelaksanaan tediri dari :
a. Penyebaran pedoman oleh top manajemen pada manajer pelaksana,
b. persiapan perkiraan anggaran (pendekatan partisipasi) ,
c. review perkiraan oleh bagian anggaran,
d. persetujuan anggaran.

2.1.8 Pendekatan Sistem Penganggaran Kesehatan


Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).
a. Pendekatan penganggaran terpadu merupakan penyusunan rencana keuangan
tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian

17
efisiensi alokasi dana. Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan
Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam
penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan
biaya operasional. Perencanaan dan penganggaran disusun secara terpadu dan
menyeluruh dengan memperhatikan berbagai sumber dana yaitu APBN, termasuk
PNBP dan P/HLN, serta APBD.
b. Pendekatan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan dalam
sistem perencanaan dan penganggaran yang menunjukkan secara jelas keterkaitan
antara alokasi anggaran dengan kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan
efisiensi dalam pencapaian kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja
yang berupa keluaran dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan
kuantitas yang terukur.

c. KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan dengan


pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam kurun
waktu lebih dari satu tahun anggaran. Pendekatan tersebut sangat bermanfaat
dalam mengelola keuangan negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan
nasional. Adapun manfaat dari KPJM tersebut antara lain:
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan
penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal.

18
2.1.9 Prinsip-Prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik
1. Otorisasi oleh legislative
2. Komprehensif / menyeluruh.
3. Keutuhan anggaran.
4. Nondiscretionary uppropriation. Periodik.
5. Akurat.
6. Jelas.
7. Transparan.
2.1.10 Fungsi Anggaran Sektor Publik
1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan
2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian
3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal
4. Anggaran sebagai Alat Politik
5. Anggaran sebagai alat Koordinasi dan Komunikasi
6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja
7. Anggaran sebagai Alat Motivasi
8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Adanya sektor pemerintah dan
sektor swasta dalam penyelenggaraan kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total
biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari
besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari
besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor
pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk
sektor swasta.
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas
biaya pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Macam-macam
Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional yaitu Fee for Service (Out of Pocket) dan
Health Insurance (asuransi kesehatan). Sumber pembiayaan kesehatan nasional
bersumber dari anggaran pemerintah, bersumber dari anggaran masyarakat, bantuan biaya
dari dalam dan luar negeri , gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.
Konsep sistem pembiayaan kesehatan yaitu revenue collection, konsep pooling,
konsep purchasing. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas
yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap
program maupun aktivitas. Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor
publik meliputi :
1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
3. Aspek Akuntabilitas Publik
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).

20
3.2 Saran
Dengan terbentuknya makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun bagi pembaca umumnya dan dosen pembimbing khususnya
sehingga kami dapat memahami dan mempelajari lebih detail lagi tentang pembiayaan
kesehatan pada sector public.

21
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan
Keuangan Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai