DOSEN PEMBIMBING :
CH. Tuti Ernawati, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
KELOMPOK 5
Kelompok
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan nasional, regional dan
internasional.
Implementasi strategi pembiayaan kesehatan di suatu negara diarahkan kepada
beberapa hal pokok yakni; kesinambungan pembiayaan program kesehatan prioritas,
reduksi pembiayaan kesehatan secara tunai perorangan (out of pocket funding),
menghilangkan hambatan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, pemerataan
dalam akses pelayanan, peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya
(resources) serta kualitas pelayanan yang memadai dan dapat diterima pengguna jasa.
Maka berdasarkan latar belakang diatas, kelompok kami membuat makalah tentang
“Pembiayaan Kesehatan Sektor Publik”.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.2 Jenis Biaya Kesehatan
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas :
a. Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan utamanya lebih ke arah pengobatan
dan pemulihan dengan sumber dana dari sektor pemerintah maupun swasta.
b. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan
dan/atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke
arah peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama dari
sektor pemerintah.
4
2. Health Insurance
Sistem ini diartikan sebagai sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak
ketiga atau pihak asuransi setelah pencari layanan kesehatan berobat. Sistem health
insurance ini dapat berupa system kapitasi dan system Diagnose Related Group (DRG
system). Sistem kapitasi merupakan metode pembayaran untuk jasa pelayanan
kesehatan dimana PPK menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta untuk
pelayanan yang telah ditentukkan per periode waktu.
Pembayaran bagi PPK dengan system kapitasi adalah pembayaran yang
dilakukan oleh suatu lembaga kepada PPK atas jasa pelayanan kesehatan dengan
pembayaran di muka sejumlah dana sebesar perkalian anggota dengan satuan biaya
(unit cost) tertentu. Salah satu lembaga di Indonesia adalah Badan Penyelenggara JPKM
(Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat). Sistem kedua yaitu DRG (Diagnose
Related Group) tidak berbeda jauh dengan system kapitasi di atas. Pada system ini,
pembayaran dilakukan dengan melihat diagnosis penyakit yang dialami pasien. PPK
telah mendapat dana dalam penanganan pasien dengan diagnosis tertentu dengan jumlah
dana yang berbeda pula tiap diagnosis penyakit. Jumlah dana yang diberikan ini, jika
dapat dioptimalkan penggunaannya demi kesehatan pasien, sisa dana akan menjadi
pemasukan bagi PPK.
Kelemahan dari system Health Insurance adalah dapat terjadinya
underutilization dimana dapat terjadi penurunan kualitas dan fasilitas yang diberikan
kepada pasien untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Selain itu, jika peserta
tidak banyak bergabung dalam system ini, maka resiko kerugian tidak dapat
terhindarkan. Namun dibalik kelemahan, terdapat kelebihan system ini berupa PPK
mendapat jaminan adanya pasien (captive market), mendapat kepastian dana di tiap
awal periode waktu tertentu, PPK taat prosedur sehingga mengurangi terjadinya
multidrug dan multidiagnose. Dan system ini akan membuat PPK lebih kearah preventif
dan promotif kesehatan.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem
kapitasi dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan dibandingkan
sistem pembayaran berdasarkan layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku. Hal
ini belum dapat dilakukan sepenuhnya oleh Indonesia. Tentu saja karena masih ada
5
hambatan dan tantangan, salah satunya adalah sistem kapitasi yang belum dapat
memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali seperti yang
disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Sampai saat ini, perusahaan asuransi masih banyak memilah peserta asuransi
dimana peserta dengan resiko penyakit tinggi dan atau kemampuan bayar rendah
tidaklah menjadi target anggota asuransi. Untuk mencapai terjadinya pemerataan, dapat
dilakukan universal coverage yang bersifat wajib dimana penduduk yang mempunyai
resiko kesehatan rendah akan membantu mereka yang beresiko tinggi dan penduduk
yang mempunyai kemampuan membayar lebih akan membantu mereka yang lemah
dalam pembayaran. Hal inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi sistem
kesehatan Indonesia. Memang harus kita akui, bahwa tidak ada sistem kesehatan
terutama dalam pembiayaan pelayanan kesehatan yang sempurna, setiap sistem yang
ada pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Namun sistem pembayaran pelayanan kesehatan ini harus bergerak dengan
pengawasan dan aturan dalam suatu sistem kesehatan yang komprehensif, yang dapat
mengurangi dampak buruk bagi pemberi dan pencari pelayanan kesehatan sehingga
dapat terwujud sistem yang lebih efektif dan efisien bagi pelayanan kesehatan di
Indonesia. Contoh health insurance yang di berada dibawah naungan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial diantaranya :
1. Askes
2. Jamkesmas
3. ASBRI
4. Taspen
5. Jamsostek
6. Dan lain sebagainya.
2.1.4 Sumber Pembiayaan Kesehatan Nasional
Telah kita ketahui bersama bahwa sumber pembiayaan untuk penyediaan
fasilitas-fasilitas kesehatan melibatkan dua pihak utama yaitu pemerintah (public) dan
swasta (private). Kini masih diperdebatkan apakah kesehatan itu sebenarnya barang
public atau private mengingat bahwa fasilitas-fasilitas kesehatan yang dipegang oleh
6
pihak swasta (private) cenderung bersifat komersil. Di sebagian besar wilayah
Indonesia, sektor swasta mendominasi penyediaan fasilitas kesehatan, lebih dari
setengah rumah sakit yang tersedia merupakan rumah sakit swasta, dan sekitar 30-50
persen segala bentuk pelayanan kesehatan diberikan oleh pihak swasta (satu dekade
yang lalu hanya sekitar 10 persen). Hal ini tentunya akan menjadi kendala terutama bagi
masyarakat golongan menengah ke bawah. Tingginya biaya kesehatan yang harus
dikeluarkan jika menggunakan fasilitas-fasilitas kesehatan swasta tidak sebanding
dengan kemampuan ekonomi sebagian besar masyarakat Indonesia yang tergolong
menengah ke bawah.
Sebelum desentralisasi alokasi anggaran kesehatan dilakukan oleh pemerintah
pusat dengan menggunakan model negosiasi ke provinsi-provinsi. Ketika sifat big-bang
kebijakan desentralisasi mengenai sektor kesehatan, tiba-tiba menjadi alokasi anggaran
pembangunan yang disebut dana alokasi umum (DAU). Dan yang mengejutkan bahwa
anggaran kesehatan eksplisit tidak dimasukan di dalam formula DAU. Akibatnya, dinas
kesehatan berjuang mendapatkan anggaran untuk sektor kesehatan sendiri. Pemerintah
di sektor kesehatan harus merencanakan dan menganggarkan program kesehatan, dan
bersaing untuk mendapatkan dana dengan sektor lain.
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Bersumber Dari Anggaran Pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya
ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara cuma-cuma oleh
pemerintah sehingga sangat jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan
oleh pihak swasta. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit
dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar. Anggaran yang bersumber
dari pemerintah ini dibagi juga menjadi :
1. Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program kompensasi BBM dan
ABT
2. Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD ditambah dana
desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)
7
3. Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten atau kota (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten atau kota dan DAK kabupaten atau
kota)
4. Keuntungan badan usaha milik daerah
5. Penjualan aset dan obligasi daerah
6. Hutang pemerintah daerah
2. Bersumber Dari Anggaran Masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan maupun
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat
berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh
pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut. Contohnya CSR atauCorporate Social
Reponsibility) dan pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi. Dana yang bersumber dari swasta anatara lain:
- Perusahaan swasta
8
juga menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang
dibutuhkan dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Dengan ikut sertanya masyarakat menyelenggarakan pelayanan kesehatan, maka
ditemukan pelayanan kesehatan swasta. Selanjutnya dengan diikutsertakannya
masyarakat membiayai pemanfaatan pelayanan kesehatan, maka pelayanan kesehatan
tidaklah cuma-cuma. Masyarakat diharuskan membayar pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkannya. Sekalipun pada saat ini makin banyak saja negara yang
mengikutsertakan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan, namun tidak ditemukan
satu negara pun yang pemerintah sepenuhnya tidak ikut serta. Pada negara yang peranan
swastanya sangat dominan pun peranan pemerintah tetap ditemukan. Paling tidak dalam
membiayai upaya kesehatan masyarakat, dan ataupun membiayai pelayanan kedokteran
yang menyangkut kepentingan masyarakat yang kurang mampu.
9
1. Revenue Collection
WHO mendefinisikan pembiayaan kesehatan sebagai: "Fungsi sistem kesehatan
berkaitan dengan mobilisasi, akumulasi dan alokasi uang untuk menutupi kebutuhan
kesehatan masyarakat, baik secara individu maupun kolektif dalam sistem kesehatan”.
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah untuk membuat dana yang tersedia, serta
untuk mengatur insentif keuangan yang tepat untuk provider kesehatan, hal ini berfungsi
untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses terhadap kesehatan
masyarakat yang efektif dan pelayanan kesehatan individu (WHO 2000). Sistem
pembiayaan kesehatan yang baik yaitu mengumpulkan dana yang memadai untuk
kesehatan, mencari cara yang memastikan orang dapat menggunakan layanan yang
dibutuhkan, dan dilindungi dari bencana keuangan atau pemiskinan akibat pembayaran
layanan kesehatan. Hal tersebut juga memberikan insentif bagi penyedia dan pengguna
untuk efisien (WHO, 2007).
10
Dalam konteks negara berkembang, mengingat kurangnya informasi ekonomi
pasar yang terorganisir dan variabilitas data pendapatan dari waktu ke waktu, maka
informasi mengenai konsumsi rumah tangga, dan belanja konsumsi rumah tangga,
dianggap sebagai ukuran indikator kesejahteraan dan kemampuan membayar (ATP)
yang baik. Pada prinsipnya, ATP harus dapat menunjukkan kesejahteraan sebelum
pembayaran untuk pelayanan kesehatan. Pengukuran ATP dengan menggunaan
indikator konsumsi membutuhkan asumsi, yaitu penyediaan sarana layanan kesehatan
pembiayaan dengan tidak mempengaruhi keputusan dalam konsumsi (kesehatan).
Konsumsi Makanan Rumah Tangga diasumsikan sebagai pengeluaran yang tidak dapat
dipisahkan, sering digunakan sebagai ukuran kesejahteraan (WHO, 2000). Konsumsi
untuk layanan kesehatan dalam rumah tangga terbagi menjadi 2 bagian; pembiayaan
langsung ke layanan kesehatan dan pembiayaan melalui pihak ketiga (pembayaran
premi asuransi). Ada 3 kelompok utama sumber pembiayaan pelayanan kesehatan:
1). Melalui Pemerintah (Penarikan pajak langsung dan pajak tidak langsung),
2). Melalui skema pihak ketiga (asuransi sosial dan asuransi swasta)
3). Pembayaran langsung tunai masyarakat (OOP).
Gambaran mengenai sumber pembiayaan kesehatan bisa dilihat kepada tabel 1 berikut:
Sumber Pembiayaan Model
Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Pembayaran
Pemerintah Pajak Langsung Individu (Pajak Pribadi Pembayaran melalui penarikan
dan Pajak Pemilikan Proprerti) pajak dari wajib pajak (pajak
penghasilan).
Pajak Langsung dari pendapatan Pembayaran melalui pemotongan
perusahaan keuntungan perusahaan sebagai
pemasukan negara dari pajak
perusahaan
Pajak Tidak Langsung seperti, Pajak Pembayaran melalui pemotongan
Penjualan barang, dan Pajak pajak atas barang dan jasa yang
pertambahan nilai. dikonsumsi oleh masyarakat
Pihak Ke-tiga Asuransi sosial bagi tenaga kerja Pembayaran melalui pemotongan
pemerintah, swasta dan perusahaan gaji untuk premi asuransi
Asuransi komersial bagi tenaga kerja Pembayaran langsung dengan
pemerintah, swasta, dan perusahaan memotong gaji karyawan
Masyarakat Asuransi Swasta Komersial dan Melalui pembayaran premi dan
Pembiayaan Tunai pendanaan tunai langsung dari
kantung masyarakat (OOP)
11
Dari perspektif keuangan publik, semua pajak (sumber pendapatan lain juga) harus
dinilai dengan kriteria sebagai berikut:
2. Konsep Pooling
12
diinginkan tanpa mengurangi keberlanjutan posisi keuangan. Pada prinsipnya,
pemerintah dapat menciptakan ruang fiskal dengan cara berikut:
3. Sumber pinjaman, baik dari dalam negeri atau dari sumber eksternal /atau luar
negeri;
4. Meminta kepada bank sentral untuk mencetak uang yang akan dipinjamkan kepada
pemerintah; atau
13
b. Asuransi Kesehatan
Semua dana untuk kesehatan ditampung pada asuransi kesehatan baik publik
mapun swasta dan di anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Penampungan
dana tersebut mengalokasikan kembali dana dari individu yang sehat ke individu yang
sakit, kemudian dari individu dengan risiko sakit lebih rendah untuk risiko sakit tinggi
yang memerlukan biaya perawatan yang tinggi.
14
oleh pengelola asuransi untuk menyeimbangkan dampak dari profil risiko yang berbeda,
meskipun memakai perkiraan. Caranya adalah memberikan subsidi ke peserta yang
berisiko (diperkirakan) tinggi dari peserta berisiko (diperkirakan) lebih rendah. Berbeda
dengan ex-post, dimana pemerataan risiko ini dapat dirancang. Pemerataan risiko ex-
post merupakan penggantian biaya secara restopektif oleh pengelola dana menurut
bagiannya masing-masing.
3. Konsep Purchasing
15
Modal rumah Sakit berasal dari APBN untuk Rumah Sakit Pusat atau APBD
untuk rumah sakit daerah. Sedangkan rumah sakit swasta modalnya berasal dari pemilik
yang biasanya berbentuk yayasan. Pembiayaan rumah sakit secara kontemporer sudah
melibatkan peran serta perusahaan asuransi dari swasta.
2. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi pelayanan
kesehatan mandiri yang bertanggungjawab pada wilayah kerjanya. Biaya operasional
puskesmas dapat diperoleh dari pemerintah pusat yang diserahkan pemeritah pusat
kepada pemerintah daerah dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), juga
mendapatkan dana dari APBD Kabupaten/Kota.
16
yang memuat seluruh program pelayanan kesehatan yang akan dilaksanakan, tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai, serta starategi untuk mencapai sasaran tersebut. Untuk dapat
menysun RBA dengan baik, maka bagian perencanaan dan program harus berkoordinasi
dalam hal pengumpulan data dari unit-unit lainnya yang ada di rumah sakit tersebut dan
yang paling penting adalah koordinasi dengan direksi/top manajemen dari rumah sakit
tersebut.
1. Jenis Anggaran Pelayanan Kesehatan
a. Anggaran modal (capital budget) adalah anggaran yang terdaftar dan tergambar
dalam rencana penambahan modal. Anggaran ini berisi daftar proyek yang
diajukan selama satu tahun yang akan datang.Dampak anggaran tersebut
mencakup seluruhpengeluaran aktiva yang terencana selama satu tahun.
b. Anggaran kas (cash budget): merupakan anggaran yang telah tercatat dalam
rencana penerimaan dan pengeluaran kas. Anggaran kas sangat terkait dengan
komponen kas dari aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan.
c. Anggaran pelaksanaan (operating budget) adalah anggaran yang telah tergambar
dalam perencanaan aktivitas pelaksanaan yang meliputi: penerimaan,
pengeluaran dan pengukuran hasil.
2. Langkah-Langkah Dalam Proses Penganggaran Pelaksanaan
Pada prinsipnya proses penganggaran pelaksanaan tediri dari :
a. Penyebaran pedoman oleh top manajemen pada manajer pelaksana,
b. persiapan perkiraan anggaran (pendekatan partisipasi) ,
c. review perkiraan oleh bagian anggaran,
d. persetujuan anggaran.
17
efisiensi alokasi dana. Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan
seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan
Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menghasilkan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran menurut
organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses
perencanaan dan penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam
penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan
biaya operasional. Perencanaan dan penganggaran disusun secara terpadu dan
menyeluruh dengan memperhatikan berbagai sumber dana yaitu APBN, termasuk
PNBP dan P/HLN, serta APBD.
b. Pendekatan penganggaran berbasis kinerja merupakan suatu pendekatan dalam
sistem perencanaan dan penganggaran yang menunjukkan secara jelas keterkaitan
antara alokasi anggaran dengan kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan
efisiensi dalam pencapaian kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja
yang berupa keluaran dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan
kuantitas yang terukur.
18
2.1.9 Prinsip-Prinsip Dalam Penganggaran Sektor Publik
1. Otorisasi oleh legislative
2. Komprehensif / menyeluruh.
3. Keutuhan anggaran.
4. Nondiscretionary uppropriation. Periodik.
5. Akurat.
6. Jelas.
7. Transparan.
2.1.10 Fungsi Anggaran Sektor Publik
1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan
2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian
3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal
4. Anggaran sebagai Alat Politik
5. Anggaran sebagai alat Koordinasi dan Komunikasi
6. Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja
7. Anggaran sebagai Alat Motivasi
8. Anggaran sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan/atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan
oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Adanya sektor pemerintah dan
sektor swasta dalam penyelenggaraan kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total
biaya kesehatan suatu negara. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari
besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari
besarnya dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari sektor
pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa pelayanan untuk
sektor swasta.
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan dibedakan atas
biaya pelayanan kedokteran dan biaya pelayanan kesehatan masyarakat. Macam-macam
Sistem Pembiayaan Kesehatan Nasional yaitu Fee for Service (Out of Pocket) dan
Health Insurance (asuransi kesehatan). Sumber pembiayaan kesehatan nasional
bersumber dari anggaran pemerintah, bersumber dari anggaran masyarakat, bantuan biaya
dari dalam dan luar negeri , gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat.
Konsep sistem pembiayaan kesehatan yaitu revenue collection, konsep pooling,
konsep purchasing. Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan aktivitas
yang penting karena berkaitan dengan proses penentuan alokasi dana untuk setiap
program maupun aktivitas. Tiga aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor
publik meliputi :
1. Aspek Perencanaan
2. Aspek Pengendalian
3. Aspek Akuntabilitas Publik
Dalam sistem perencanaan dan penganggaran terdapat tiga (3) pendekatan yaitu
penganggaran terpadu, penganggaran berbasis kinerja, dan kerangka pengeluaran jangka
menengah (KPJM).
20
3.2 Saran
Dengan terbentuknya makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun bagi pembaca umumnya dan dosen pembimbing khususnya
sehingga kami dapat memahami dan mempelajari lebih detail lagi tentang pembiayaan
kesehatan pada sector public.
21
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2013. Akuntansi Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan
Keuangan Dari Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Jakarta: Salemba Empat.