Anda di halaman 1dari 28

PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KESEHATAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan, Pemantauan, dan Penilaian
Program Kesehatan yang diampu oleh Dr. drg. Wachyu Sulistiadi, MARS.

Disusun oleh : Kelompok 1

Achmad Salman Alfarisi (1806140413)


Kezia Meilany Azzahra (1806204820)
Nurrahma Fitria Ramadhani (1806203793)
Pingky Shafiyah Ananda Riko (1806204165)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami kesehatan
jasmani dan rohani sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Perencanaan dan
Evaluasi Program Kesehatan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan, Pemantauan
dan Penilaian Program Kesehatan dengan tepat waktu.

Dalam makalah ini membahas mengenai pengertian perencanaan dan evaluasi, tujuan
perencaaan dan evaluasi, jenis-jenis perencanaan dan evaluasi, langkah-langkah perencanaan
dan evaluasi, prinsip perencanaan dan evaluasi, serta kaitannya dengan pandemic yang sedang
berlangsung saat itu yaitu covid-19.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Depok, 19 September 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2
BAB II ISI ............................................................................................................................ 3
2.1. Perencanaan ................................................................................................................ 3
2.1.1. Pengertian Perencanaan ........................................................................................ 3
2.1.2. Tujuan Perencanaan ............................................................................................. 6
2.1.3. Jenis Perencanaan ................................................................................................. 6
2.1.4. Langkah-Langkah Perencanaan ............................................................................ 8
2.1.5. Prinsip Perencanaan ........................................................................................... 10
2.1.6. Perencanaan Program Kesehatan dalam Penanganan COVID-19 ........................ 12
2.2. Evaluasi .................................................................................................................... 14
2.2.1. Pengertian Evaluasi ............................................................................................ 14
2.2.2. Tujuan Evaluasi .................................................................................................. 14
2.2.3. Jenis Evaluasi ..................................................................................................... 15
2.2.4. Langkah-Langkah Evaluasi ................................................................................ 16
2.2.5. Prinsip Evaluasi .................................................................................................. 19
2.2.6. Evaluasi Program Kesehatan dalam Penanganan COVID-19 ............................ 19
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 22
3. 1 Kesimpulan............................................................................................................... 22
3.2 Saran ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk meningkatkan mutu program kesehatan, maka diperlukan suatu proses
perencanaan kesehatan. Perencanaan kesehatan merupakan kegiatan yang perlu dilakukan
dimasa yang akan datang dan diakhiri dengan evaluasi dimana evaluasi ini dapat dipergunakan
kembali sebagai pemberi inovasi maupun sebuah tolak ukur untuk program-program
selanjutnya.
Perencanaan kesehatan merupakan suatu proses yang dinamis, berkesinambungan,
meliputi proses merumuskan masalah dan proses melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan
dilanjutkan dengan melakukan evaluasi. Perencanaan kesehatan bermaksud merumuskan dan
melaksanakan kegiatan-kegiatan pada masa mendatang untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Keberhasilan perencanaan kesehatan sangat dipengaruhi oleh banyak hal, karena tinggi
rendahnya derajat kesehatan penduduk dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor pelayanan
kesehatan yang tersedia, faktor lingkungan, dan perilaku penduduk. Saat ini banyak program
kesehatan tidak berjalan dengan baik akibat belum dilaksanakannya proses perencanaan yang
mendalam dan tepat. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai perencanaan dan
evaluasi program kesehatan yang baik sehingga program-program kesehatan yang ada dapat
berjalan dengan baik dan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dan tujuan perencanaan dan evaluasi program?
2. Apa saja jenis perencanaan dan evaluasi program?
3. Bagaimana langkah-langkah perencanaan dan evaluasi program?
4. Bagaimana prinsip dari perencanaan dan evaluasi program?
5. Bagaimana perencanaan program kesehatan dalam menangani Covid-19 di
Indonesia?
6. Bagaimana evaluasi program kesehatan dalam menangani Covid-19 di Indonesia?

1
1.3. Tujuan Masalah

1. Mengetahui definisi dan tujuan perencanaan dan evaluasi program


2. Mengetahui jenis perencanaan dan evaluasi program
3. Mengetahui langkah-langkah perencanaan dan evaluasi program
4. Mengetahui prinsip dari perencanaan dan evaluasi program
5. Mengetahui perencanaan program kesehatan dalam menangani Covid-19 di Indonesia
6. Mengetahui evaluasi program kesehatan dalam menangani Covid-19 di Indonesia

2
BAB II
ISI

2.1. Perencanaan

2.1.1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis program-program


yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan sesuatu tujuan yang telah ditentukan agar program
dapat berjalan secara efektif (Kustiawan, 2014) . Perencanaan juga merupakan bagian dari
manajemen sebagai proses penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan-kegiatan yang perlu
dilakukan untuk mengatasi masalah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan ini
juga diartikan sebagai cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber daya
yang ada agar lebih efisien dengan memperhatikan lingkungan sosial budaya, fisik dan
biologis. (Litbangkes Depkes RI). Selama ini juga banyak definisi tentang perencanaan yang
dapat dijadikan rujukan seperti:

1. Perencanaan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar, terorganisir dan terus
menerus dilakukan dengan memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada
untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Waterstone, 1965)
2. Perencanaan dapat diartikan sebagai sesuatu cara berpikir mengenai masalah sosial dan
ekonomi. Dimana perencanaan ini berorientasi ke masa depan serta sangat memikirkan
hubungan antara tujuan dengan keputusan bersama dan mengusahakan
kekomprehensifan di dalam kebijakan dan/atau suatu program (Friedman, 1965).
3. Perencanaan merupakan seni yang ditujukan untuk melakukan sesuatu hal yang dapat
terlaksana dengan berorientasi ke masa yang akan datang (Beenhakker, 1980).
4. Perencanaan adalah proses kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan
merumuskan apa yang dapat dilakukan maupun diinginkan untuk masa depan, serta
berisi tahapan bagaimana mencapainya (M.J. Branch, 1980).
5. Perencanaan dalam arti luas dapat dimaksudkan sebagai suatu proses mempersiapkan
secara sistematis suatu kegiatan yang akan dilakukan guna mencapai suatu tujuan
tertentu; cara mencapai tujuan sebaik-baiknya adalah dengan menggunakan sumber
sumber yang ada secara efisien dan efektif; Penentuan tujuan yang akan dicapai atau
yang akan dilakukan, bagaimana, dan oleh siapa. (Tjokroamidjojo, 1977).

3
6. Perencanaan sebagai suatu aktivitas umum untuk melakukan penyusunan rangkaian
Tindakan secara berurut yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Peter Hall, 1992).
7. Perencanaan adalah sebuah proses yang terjadi secara kontinyu yang terkait dengan
pengambilan keputusan serta bagaimana memanfaatkan sumberdaya yang ada
semaksimal mungkin secara efisien guna mencapai tujuan-tujuan tertentu yang sudah
di tetapkan yang berorientasi ke masa depan (Conyers & Hills, 1984).
8. Perencanaan adalah proses membuat tujuan yang ingin dicapai di masa dengan serta
menetapkan tahapan-tahapan yang diperlukan agar tujuan di masa depan dapat dicapai
(Kay and Alder, 1999).
9. Perencanaan merupakan proses untuk menentukan sebuah Tindakan di masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dan dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia (UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional).

Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa produk atau hasil atau output dari
perencanaan sebagai suatu proses adalah rencana, yang mana menjadi rumusan kegiatan yang
dibentuk dan akan dilaksanakan secara spesifik di masa yang akan dating. Dari penjelasan
diatas pula dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur penting dalam perencanaan yaitu unsur
hal yang ingin dicapai dan unsur cara mencapainya. Dalam proses perencanaan dikenal
beberapa nomenklatur yang sering digunakan yaitu: visi, misi, tujuan, sasaran, strategi,
kebijakan, program, proyek, aktivitas, dan lain-lain. Berbagai definisi perencanaan, setidaknya
terdapat empat unsur dasar dalam perencanaan menurut Conyer & Hill, yaitu :

1. Merencana berarti memilih


2. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumberdaya
3. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan
4. Perencanaan adalah berorientasi ke masa depan

Uraian keempat unsur tersebut dapat dijelaskan seperti (Kustiawan, 2014) :

1. Merencanakan berarti memilih : artinya, perencanaan disini merupakan proses memilih


antara berbagai kegiatan yang diinginkan, yang dapat digunakan dengan kemungkinan
hasil yang lebih baik, karena tidak semua yang diinginkan itu dapat dilakukan dan
dicapai dalam waktu bersamaan. Hal ini memberikan pengertian bahwa hubungan
antara perencanaan dengan proses pengambilan keputusan sangat erat. Sehingga

4
banyak buku mengenai perencanaan yang juga membahas pendekatan alternatif dalam
proses pengambilan keputusan, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan serta urutan Tindakan di dalam proses
pengambilan keputusan tersebut.
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya : sumberdaya dalam
perencanaan berguna untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sumber daya ini meliputi
sumber daya manusia, sumber daya buatan. Perencanaan ini meliputi proses
pengambilan keputusan tentang bagaimana sumberdaya yang tersedia dapat digunakan
sebaik-baiknya, sehingga kualitas dan kuantitas sumber daya tersebut akan sangat
berpengaruh terhadap proses memilih di antara berbagai pilihan Tindakan yang ada.
3. Perencanaan sebagai alat mencapai tujuan : perencanaan sebagai alat pencapaia tujuan
muncul bersama dengan sifat dan proses penetapan tujuan. Hal ini terjadi akibat salah
satu masalah yang sering didapatkan oleh seorang perencana adalah tujuan-tujuan
mereka yang kurang dapat dirumuskan secara tepat. Seringkali tujuan tersebut
dijelaskan kurang jelas, karena terkadang tujuan ditetapkan oleh pihak lain.
4. Perencanaan adalah berorientasi ke masa depan : unsur ini penting karena berkaitan
dengan unsur waktu. Dimana tujuan perencanaan dibuat untuk dicapai di masa yang
akan dating. Oleh karena itu perencanaan berkaitan dengan antisipasi ke masa depan
bukan hanya menjawab pertanyaan maupun persoalan masa kini.

Menurut KBBI sendiri perencanaan adalah proses, cara, pembuatan merencanakan


(merancang). Sehingga berdasarkan definisi diatas dan menurut KBB dapat disimpulkan
perencanaan adalah sebuah kegiatan yang disusun secara sistematis dengan memanfaatkan
sumber daya semaksimal mungkin agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai di masa
depan.

Perencanaan kesehatan adalah perencanaan yang ditetapkan pada program kesehatan.


Menurut WHO perencanaan kesehatan adalah upaya pengembangan pelayanan kesehatan,
dengan teliti dan interpretasi yang cermat yang dilaksanakan atas dasar pemanfaatan seluruh
ilmu pengetahuan modern serta pengalaman yang dimiliki sedemikian sehingga dapat
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat berdasarkan sumber-sumber yang tersedia.
Perencanaan kesehatan ini berisikan langkah-langkah yang berkesinambungan yang artinya
suatu langkah tidak dapat didahulukan sebelum langkah sebelumnya terselesaikan. (Sudirman,
2016)

5
2.1.2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter adalah (Kurniawan, 2020):

1. Untuk memberikan pengarahan yang baik bagi manajer maupun karyawan. Hal ini
bertujuan agar pelaku rencana dapat mengetahui apa yang harus mereka capai, dengan
siapa mereka harus bekerja, dan apa yang harus mereka lakukan sehingga dalam proses
mencapai tujuan berjalan secara efisien. Tanpa adanya rencana, individu atau
departemen akan bekerja sendiri-sendiri dan dapat menimbulkan inefisiensi dalam
melakukan pekerjaan, dan dapat menghambat proses mencapai tujuan.
2. Untuk mengurangi ketidakpastian. Ketidakpastian ini diminimalisir kan karena seorang
pembuat rencana akan diharuskan untuk melihat jauh ke depan, meramalkan
perubahan, memperkirakan efek dari perubahan tersebut dan Menyusun suatu rencana
untuk menghadapi hal tersebut.
3. Untuk meminimalisir pemborosan. Meminimalisir pemborosan ini akan berpengaruh
apa bila pekerjaan dilakukan tanpa arah dan tidak terencana. Selain itu dengan adanya
rencana manajer dapat mengidentifikasi serta menghapus hal-hal yang dapat
menyebabkan inefisiensi dalam perusahaan.
4. Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya, yaitu
dalam proses pengontrolan dan evaluasi. Proses pengevaluasian dan pengontrolan
adalah proses yang membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Maka dengan
adanya perencanaan ini manajer dapat menilai apakah pelaksanaan sesuai dengan
rencana awal atau tidak, tanpa adanya perencanaan manajer tidak dapat menilai hasil
dari kinerja perusahaan.

2.1.3. Jenis Perencanaan


Stones dan Wankel membagi perencanaan kedalam 2 jenis rencana yaitu perencanaan
strategis dan perencanaan operasional.Perencanaan strategis, perencanaan ini dibentuk untuk
mencapai tujuan dengan luas yaitu melalui visi misi yang telah dimiliki sebuah organisasi.
Perencanaan strategis merupakan proses penentuan tujuan, pembentukan kebijakan serta model
dalam jangka waktu yang panjang demi mencapai tujuan bersama. Perencanaan ini tentunya
memiliki kelebihan serta kekurangan diantaranya;

Kelebihan

● Penentuan tujuan yang jelas

6
● Membantu dalam mengantisipasi terjadi masalah serta pemecahannya
● Mempermudah dalam melihat resiko dan peluang
● Jangka waktu panjang

Kekurangan

● Membatasi organisasi pada pilihan rasional


● Tingkat ketidakpastiannya tinggi
● Sulit di analisis

Perencanaan Operasional, pada bentuk ini dibagi lagi menjadi 2 rencana yaitu rencana
sekali pakai dan rencana tetap. Pada rencana sekali pakai, rencana hanya dilakukan sekali
dan apabila tujuan telah dicapai maka rencana tersebut tidak digunakan lagi di waktu yang
akan datang. Terdapat beberapa bentuk rencana sekali pakai diantaranya;

1. Program

Pada bentuk program terdapat kegiatan yang cukup luas, pada program terdapat
unit yang mampu mengatur waktu serta bertanggung jawab dengan baik demi
mecapai tujuan yang telah ditentukan.

2. Proyek

Pada proyek, cakupannya lebih kecil dan memiliki keterbatasan waktu, selain
itu proyek merupakan tanggung jawab individu yang telah ditetapkan.

3. Anggaran

Anggaran merupakan dana yang disediakan untuk kegiatan dalam waktu


tertentu dan mampu mengendalikan aktivitas sebuah organisasi seperti
menentukan target seperti hasil penjualan

Selanjutnya perencanaan operasional tetap, pada perencanaan ini rencana digunakan


secara berulang dan rencana tetap ini lebih hemat waktu serta cenderung konsisten. Terdapat
beberapa bentuk rencana tetap diantaranya; kebijakan yaitu pedoman dalam pengambilan
keputusan apakah keputusan dapat diterima atau tidak, peraturan merupakan bentuk rencana
yang paling tetap dan mengikat, dan terakhir standard produksi yaitu merupakan petunjuk
dalam melakukan tindakan yang sering dilakukan secara beurutan dan teratur

7
2.1.4. Langkah-Langkah Perencanaan
Langkah-langkah Perencanaan Kesehatan (Sudirman, 2016)

1. Analisis situasi
Analisis situasi adalah untuk mengetahui masalah kesehatan di suatu kelompok
masyarakat dengan mengumpulkan data atau fakta yang berkaitan dengan masalah
kesehatan tersebut sebagai langkah awal pembentukan perencanaan.
Data yang diperoleh terdapat dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh pengambil data, yang dapat dilakukan
dengan metode survei cepat (rapid survey) dan penilaian kebutuhan (need assessment).
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sarana kesehatan yang sudah
melakukan pengumpulan data secara rutin contohnya data susenas, laporan kegiatan,
profil kesehatan dinas kesehatan dan lain sebagainya.
Dalam proses pengumpulan data dalam analisis situasi dapat dilaksanakan dengan
beberapa cara, antara lain:
● Mendengarkan keluh kesah masyarakat dengan cara pengamatan
● Membahas masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan Bersama
dengan tokoh masyarakat setempat
● Membahas program kesehatan dengan petugas kesehatan.
● Memeriksa laporan kegiatan program kesehatan di pelayanan kesehatan.

8
● Mempelajari peta wilayah, sensus penduduk, statistic kependudukan, laporan
khusus, hasil survei, serta laporan tahunan.
2. Identifikasi masalah
Yaitu meningkatkan pengetahuan serta pemahaman dari hasil analisis situasi yang telah
dilakukan sebelumnya, juga dapat menggabungkan hasil data primer dan sekunder dan
melakukan analisis perbandingan masalah kesehatan. Identifikasi masalah bermanfaat
untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian suatu
masalah.
Mengidentifikasi masalah kesehatan dapat dilakukan dengan cara:
● Laporan kegiatan program kesehatan
● Surveilans epidemiologi
● Survei kesehatan khusus
● Hasil kunjungan lapangan supervisi dan lainnya.
3. Menetapkan prioritas masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah maka akan muncul berbagai banyak masalah
kesehatan. Maka dari itu untuk memaksimalkan sumber daya baik biaya, tenaga, dan
teknologi perlu dilakukan pemilihan prioritas masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
1. Melalui teknik skoring, yaitu memberikan nilai terhadap masalah dengan parameter
antara lain:
a. Prevalensi penyakit
b. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan
c. Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut
d. Keuntungan social bila masalah tersebut teratasi
e. Teknologi dalam mengatasi masalah
f. Sumber daya yang tersedia untuk mengatasi masalah
2. Melalui teknik non skoring, yaitu dengan diskusi kelompok atau juga disebut
dengan Nominal Group Technique (NGT) yang terdapat dua teknik, yaitu:
a. Delphi technique, yaitu dengan mendiskusikan masalah dengan orang-orang
yang memiliki keahlian yang sama
b. Delbecq technique, yaitu mendiskusikan masalah tetapi tidak dengan orang
yang memiliki keahlian yang sama sehingga harus dilakukan penjelasan
terlebih dahulu agar terciptanya persepsi yang sama.

9
4. Menentukan tujuan
Menentukan tujuan perencanaan yaitu dengan membuat ketetapan tertentu yang ingin
dicapai. Dalam perumusan tujuan tersebut harus berdasarkan prinsip dasar SMART,
yaitu Specific (spesifik), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat dicapai),
Relevant (relevan), Time bound (tepat waktu).
5. Menyusun dan pengembangan rencana kegiatan
Menyusun rencana kegiatan adalah penjabaran kegiatan yang akan dilaksanakan guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Beberapa langkah sebelum menetapkan rencana
kegiatan antara lain:
a. Alasan rencana kegiatan
b. Tujuan yang akan dicapai
c. Kegiatan program
d. Pelaksanaan serta sasarannya
e. Sumber daya pendukung
f. Tempat
g. Waktu pelaksanaan
6. Pelaksanaan

2.1.5. Prinsip Perencanaan


Menurut Reinke (1994), suatu perencanaan harus memiliki prinsip-prinsip (asas-asas)
sebagai berikut :
1. Principle of contribution to objective. Setiap perencanaan dan segala perubahannya
harus ditujukan kepada capaian tujuan.
2. Principle of efficiency of plans. Suatu perencanaan adalah efisien jika perencanaan itu
dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dengan biaya yang sekecil-kecilnya.
3. Principle of primacy of planning (asas pengutamaan perencanaan). Perencanaan adalah
keperluan utama para pemimpin dan fungsi-fungsi lainnya, “organizing, staffing,
directing dan controlling”. Seorang pemimpin tidak akan dapat melaksanakan fungsi-
fungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui tujuan dna pedoman dalam melaksanakan
kebijaksanaan.
4. Principle of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan). Asas
pemerataan perencanaan memegang peranan penting, mengingat pemimpin pada
tingkat tinggi banyak mengerjakan perencanaan dan bertanggung jawab atas

10
berhasilnya rencana itu. Tidak seorang manajer pun yang tidak mengerjakan
perencanaan.
5. Principle of planning premise (asas patokan perencanaan). Patokan-patokan
perencanaan sangat berguna bagi ramalan-ramalan, sebab premis-premis perencanaan
dapat menunjukkan kejadian-kejadian yang akan datang.
6. Principle of policy framework (asas kebijaksanaan pola kerja). Kebijaksanaan ini
mewujudkan pola kerja prosedur kerja dan program tersusun.
7. Principle of timing (asas waktu). Perencanaan waktu yang relatif singkat dan tepat.
8. Principle of planning communication (asas tata hubungan perencanaan). Perencanaan
dapat disusun dan dikoordinasi dengan baik, jika setiap orang bertanggung jawab
terhadap pekerjaannya dan memperoleh penjelasan yang memadai mengenai bidang
yang akan dilaksanakannya.
9. Principle of alternatives. Alternatif pada setiap rangkaian kerja dan perencanaan
meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga tercapai
tujuan yang telah ditetapkan.
10. Principle of limiting factor (asas pembatasan faktor). Dalam pemilihan alternatif-
alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada factor-faktor yang strategis dan dapat
membantu pemecahan masalah. Asas alternative dan dapat membantu pemecahan
masalah. Asas alternatif dan asas pembatasan faktor merupakan syarat mutlak dalam
penetapan keputusan.
11. The commitment principle (asas keterikatan). Perencanaan harus memperhitungkan
jangka waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan.
12. The principle of flexibility. Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibilitas, tetapi
tidak berarti mengubah tujuan.
13. The principle of navigation change (asas ketetapan arah). Perencanaan yang efektif
memerlukan pengamatan yang terus-menerus terhadap kejadian kejadian yang timbul
dalam pelaksanaannya untuk mempertahankan tujuan.
14. Principle of strategic planning (asas perencanaan strategis). Dalam kondisi tertentu
manajer harus memilih tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin
pelaksanaan perencanaan agar tujuan tercapai dengan efektif.

11
2.1.6. Perencanaan Program Kesehatan dalam Penanganan COVID-19
Strategi Indonesia dalam penanganan Covid-19 yaitu terdiri atas deteksi, pencegahan dan
respon:

1. Deteksi
a. Cegah tangkal penyakit di pintu masuk negara
b. Kesiapan laboratorium
c. Kesiapan rumah sakit rujukan
d. Pemberdayaan masyarakat
e. Peningkatan surveilans ILI, SARI
f. Penyediaan alat deteksi cepat
2. Pencegahan
a. Gerakan masyarakat hidup sehat
b. Peningkatan edukasi masyarakat mengenai Covid-19 melalui berbagai media
c. Penyediaan call center untuk laporan terkait covid-19
d. Pedoman dan protocol kesehatan
3. Respon
a. Tatalaksana kasus
b. Penelusuran kontak
c. Peningkatan komunikasi risiko
d. Observasi kelompok berisiko
e. Kekarantinaan: psbb, social distancing-physical distancing, isolasi
f. Pencatatan dan pelaporan

Nyatanya kasus penyebaran covid-19 di Indonesia semakin meningkat dan meluas


sehingga pemerintah mengambil tindakan yang disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar.
Dalam upaya pencegahan penularan COVID-19 pemerintah telah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah nomor 21 tahun 2020 serta Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI nomor 9
tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan
Penanganan Coronavirus Disease 19 (Covid-19). Untuk mencegah meluasnya penyebaran
covid-19 ini pemerintah melakukan pembatasan kegiatan social berskala besar di wilayah
tersebut yaitu dengan membatasi sekelompok orang untuk berkumpul dalam jumlah banyak di
suatu lokasi seperti sekolah, kerja kantoran, pesta, rekreasi dan lain sebagainya. Suatu wilayah
dapat ditetapkan untuk menjalankan Pembatasan Sosial Berskala Besar, jika jumlah kasus atau

12
jumlah kematian meningkat dan menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah,
dan terdapat kejadian transmisi local.

Pembatasan Sosial Berskala Besar pertama dilakukan pada 4 Mei 2020 hingga sekitar
bulan Juni setelah itu diadakan PSBB transisi atau biasa disebut new normal. Tindakan ini
diharapkan dapat menyelamatkan sektor perekonomian negara yang semakin menurun, serta
menekan risiko PHK oleh pelaku industri. Penerapan new normal dilakukan sesuai dengan
protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tetapi dikarenakan kasus covid-19
khususnya di Jakarta yang semakin meningkat secara signifikan menyebabkan pemerintah
mengambil langkah untuk pemberlakukan PSBB Jakarta jilid 2 yang telah dilaksanakan sejak
14 September 2020 berdasarkan penerbitan Peraturan Gubernur DKI Jakarta nomor 88 Tahun
2020 tentang perubahan atas Pergub nomor 33 tahun 2020 tentang pelaksanaan PSBB dalam
penanganan Covid-19 di DKI Jakarta. PSBB jilid 2 ini diharapkan dapat menekan angka
penularan virus Covid-19 khususnya di DKI Jakarta.

Pemerintah juga merencanakan diadakannya pemberdayaan masyarakat dalam


pencegahan covid-19 di tingkat RT/RW/Desa yaitu dengan menggali potensi pada masyarakat
agar berdaya serta mampu berperan serta mencegah penularan covid-19. Dengan diadakannya
pemberdayaan masyarakat diharapkan masyarakat mampu mengidentifikasi dan mengetahui
risiko yang bisa membantu pelaksanaan pencegahan covid-19 di suatu wilayah.

13
2.2. Evaluasi

2.2.1. Pengertian Evaluasi


Evaluasi adalah sebuah proses pengukuran dan perbandingan suatu hasil—hasil yang
seharusnya dicapai (Elviza, 2018). Evaluasi ini dilakukan untuk melihat sudah sejauh mana
rencana yang dibuat di tahap perencanaan terlaksana sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Beberapa definisi evaluasi yang dapat dijadikan rujukan antara lain :

1. Evaluasi merupakan proses untuk memberikan nilai pada suatu intervensi dengan
mengumpulkan informasi yang valid dan reliabel tentang intervensi tersebut secara
sistematis dan dapat memberikan perbandingan yang bertujuan untuk membuat
keputusan yang terinformasi. (Ovretveit, J 1998)
2. Evaluasi merupakan proses penggambaran, memperoleh dan menyajikan informasi
yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan (Stufflebeam, 2008)
3. Evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai maupun jumlah keberhasilan dari
pelaksanaan suatu program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar.1996)
4. Evaluasi atau penilaian adalah usaha yang dilakukan untuk membandingkan antara
kenyataan dan pencapaian hasil dengan harapan yang seharusnya tercapai mengacu
pada perencanaan yang dibuat sebelumnya (Siagian, 2002)
5. Evaluasi adalah suatu proses untuk menyediakan informasi mengenai sejauh mana
suatu kegiatan telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian dengan standar tertentu
untuk mengetahui apakah ada selisih antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang
telah didapatkan bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh
(Umar,2002), yang nantinya akan berguna untuk merumuskan kembali keputusan di
masa yang akan datang. (Rifana K.I, Ismayanti and Hidayat, 2015)

Jadi dapat diambil kesimpulan evaluasi program kesehatan adalah suatu kegiatan yang penting
dilakukan untuk menjaga kualitas, efektifitas, efisiensi, rasionalitas dan equity pada pelayanan
maupun program kesehatan. Evaluasi program kesehatan yang dilakukan secara menyeluruh
adalah evaluasi yang dilakukan terhadap tiga komponen yaitu, input, proses dan output.
(Handayani, Mulasari and Nurdianis, 2008)

2.2.2. Tujuan Evaluasi


Evaluasi program dilakukan untuk mengukur efektivitas, kesesuaian, dan dampak yang
dihasilkan sesuai tujuan yang telah ditetapkan dan telah disepakati sebelumnya. Tujuan

14
dilakukannya evaluasi program kesehatan menurut Husna, 2012 adalah untuk (Rifana K.I,
Ismayanti and Hidayat, 2015) :

a. Memberikan masukan bagi perencanaan program kesehatan. Hasil evaluasi akan


memberikan pengalaman mengenai hambatan maupun pelaksanaan program
sebelumnya yang selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki kebijakan dan
perencanaan program yang akan datang.
b. Menyajikan masukan bagi pembuat keputusan terkait dengan tindak lanjut, perluasan
atau penghentian suatu program kesehatan masyarakat.
c. Memberikan masukan bagi pembuat keputusan mengenai modifikasi atau perbaikan
program kesehatan.
d. Memberikan masukan tentang faktor pendukung dan penghambat program kesehatan
masyarakat.
e. Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan bagi penyelenggara,
pengelola dan pelaksanaan program kesehatan masyarakat.

2.2.3. Jenis Evaluasi

Pada pelaksanaan sebuah program selalu dilakukan evaluasi program, evaluasi ini
dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program tersebut berjalan sesuai dengan harapan.
Menurut Campbell, evaluasi merupakan suatu cara penentuan hasil dari beberapa kegiatan,
yang dibentuk untuk memenuhi sasaran/ tujuan yang bernilai. Sedangkan Suharyadi dalam
Bappenas (2007) evaluasi adalah merupakan proses untuk membuat penilaian secara
sistematik mengenai suatu kebijakan, program, proyek, atau kegiatan berdasarkan informasi
hasil analisis dan selanjutnya dibandingkan terhadap keefektifan biaya, dan keberhasilannya
untuk keperluan pemangku kepentingan.

Dalam hal ini terdapat beberapa jenis evaluasi baik menurut waktu maupun tujuan
perencanaan program. Evaluasi menurut waktu pelaksanaan diklasifikasi menjadi 2 bentuk
yaitu pertama evaluasi formatif, pada model ini evaluasi dilakukan saat program berjalan model
formatif ini mampu meningkatkan kinerja program melalui proses pembelajaran, evaluasi
formatif juga dapat memberikan gambaran keberhasilan atau kegalalan suatu pelaksanaan
program. Selanjutnya evaluasi sumatif, pada model ini evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan
program selesai, evaluasi sumatif memiliki tujuan menilai keberhasilan suatu program dari
berbagai aspek seperti biaya,efektifitas dan juga outcome.

15
Selanjutnya Evaluasi berorientasi tujuan, pada model ini lebih menekankan evaluasi
melalui pengukuran terhadap kemajuan dan efektifitas sebuah perencanaan program sehingga
dihasilkan nilai sebuah program.Evaluasi berdasarkan tujuan diklasifikasikan menjadi 3 bentuk
yaitu evaluasi proses, evaluasi biaya dan evaluasi dampak. Pertama evaluasi proses, pada
model ini melihat dan juga mengkaji bagaimana proses sebuah program. Selanjutnya evaluasi
biaya, pada model ini melihat serta mengkaji pengunaan biaya yang telah dikeluarkan dalam
program dan menilai keefektivannya. Terakhir evaluasi dampak, pada model ini mengukur dan
melihat apakah program yang telah dilakukan ini menghasilkan dampak terhadap lingkungan
atau sasaran dari program ini seperti individu,masyarakat atau instansi lainnya.

2.2.4. Langkah-Langkah Evaluasi


Langkah-langkah evaluasi program kesehatan (Lira, S., 2019)
1. Menentukan tujuan evaluasi
Memahami tujuan evaluasi penting untuk dimiliki evaluator karena bentuk dan
pendekatan evaluasi berkaitan erat dengan tujuan evaluasi. Selain itu juga berkenaan
dengan harapan dari pelaksanaan suatu evaluasi seperti output dan outcome.
2. Merumuskan masalah evaluasi
Masalah evaluasi dapat dilihat dari fenomena yang terjadi.
3. Menentukan jenis data untuk dikumpulkan
Evaluator mengidentifikasi data maupun informasi sesuai kebutuhan dan juga variabel
yang ingin dievaluasi. Evaluator mengembangkan metode pengumpulan data
(instrumen), mengidentifikasi sumber informasi, organisasi hasil informasi evaluasi,
serta menganalisis dan interpretasi hasil informasi tersebut.
4. Menentukan sampel sesuai tujuan evaluasi
Sampel digunakan jika mengevaluasi sebagian dari populasi yang menjadi subjek
evaluasi. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan bahan
evaluasi.
5. Menentukan model evaluasi sesuai tujuannya
Tahap penentuan model evaluasi berkaitan dengan pendekatan evaluasi. Beberapa
pendekatan dalam evaluasi antara lain:
- Pendekatan berorientasi pada tujuan (untuk menentukan tujuan, sasaran dan
pencapaiannya)
- Pendekatan berorientasi manajemen (identifikasi dan pemenuhan informasi
bagi pembuat keputusan manajerial)

16
- Pendekatan berorientasi klien (mengembangkan informasi evaluasi “produk”
yang akan digunakan klien)
- Pendekatan berorientasi para ahli
- Pendekatan berorientasi pada lawan atau pesaing
- Pendekatan naturalistik pada partisipan (keterlibatan partisipan penentu
utamanya)
6. Menentukan alat evaluasi
Alat evaluasi antara lain tes, pengukuran sikap, survey, kuesioner, wawancara,
pengamatan dan lain sebagainya sesuai dengan tujuan evaluasi yang ingin dicapai.
7. Merencanakan anggaran
Rencana anggaran dan pembiayaan merupakan hal yang penting karena dana yang tidak
sesuai perencanaan anggaran bisa menghambat jalannya program.

Langkah-langkah evaluasi program kesehatan (WHO, 1981)

1. Tahap penentuan hal spesifik yang akan dinilai


2. Tahap melengkapkan informasi atau keterangan yang dibutuhkan
3. Tahap memeriksa hubungan antara keterangan dengan tujuan penilaian
4. Tahap menilai kecukupan keterangan
5. Tahap menentukan kemajuan program
6. Tahap menetapkan efisiensi program
7. Tahap menetapkan efektivitas program
8. Tahap menetapkan dampak program
9. Tahap menarik kesimpulan dan saran

Menurut Notoatmodjo (2003), langkah dalam kegiatan evaluasi terdiri atas:

1. Menetapkan tujuan evaluasi


2. Menetapkan kriteria dalam menentukan keberhasilan program yang dievaluasi
3. Menetapkan cara atau metode evaluasi
4. Melaksanakan evaluasi, mengolah serta menganalisis data hasil evaluasi
5. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang
ditetapkan
6. Menyusun rekomendasi atau saran untuk program selanjutnya

17
Langkah-langkah kegiatan evaluasi menurut Sudiyono (2001):

1. Penyusunan rencana evaluasi


a. Merumuskan tujuan adanya evaluasi
b. Menetapkan aspek yang akan dievaluasi
c. Memilih dan menentukan teknik untuk pengukuran evaluasi
d. Menyusun alat pengukur evaluasi
e. Menentukan tolak ukur
f. Menentukan frekuensi kegiatan evaluasi
2. Menghimpun data
Kegiatan menghimpun data dari evaluasi hasil adalah pengukuran dengan perumusan
tujuan yang ingin dicapai setelah analisis.
3. Melakukan verifikasi data
Verifikasi data atau disebut dengan proses penyaringan data yaitu memisahkan data
yang baik dan kurang baik agar dapat meminimalisir kesalahan saat pemasukan data.
4. Mengolah dan menganalisis data
Mengolah dan menganalisa data untuk menciptakan makna terhadap data yang telah
dihimpun dalam evaluasi yang dapat dilakukan secara teknik statistic maupun teknik
non statistic tergantung jenis datanya.
5. Interpretasi dan menyimpulkan data
Interpretasi data merupakan pemaknaan dalam Bahasa dari data yang telah diolah atau
analisis sebelumnya. Setelah itu ditarik kesimpulan yang mengaju dengan tujuan
evaluasi.
6. Tindak lanjut hasil evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk mengupayakan tindak lanjut yang nyata dengan
cara:
1. Rekomendasi tindakan untuk memecahkan masalah
2. Timbal balik akan kebutuhan informasi tambahan
3. Timbal balik dari hasil evaluasi

18
2.2.5. Prinsip Evaluasi
Prinsip-prinsip evaluasi terdiri dari :
1. Penyelidikan Sistematis yaitu evaluator melakukan penyelidikan sistematis berbasis
data untuk menjamin akurasi dan kredibilitas informasi evaluatif yang mereka hasilkan
2. Kompetensi yaitu evaluator memberikan kinerja yang kompeten untuk stakeholder
3. Integritas yaitu evaluator harus menunjukkan integritas dalam diri mereka sendiri dan
dalam proses evaluasi
4. Menghormati Individu yaitu evaluator menghormati martabat, keamanan, dan harga
diri responden, peserta program, klien, dan stakeholder evaluasi lainnya.
5. Tanggung Jawab yaitu evaluator bertindak untuk kesejahteraan umum dan publik.

2.2.6. Evaluasi Program Kesehatan dalam Penanganan COVID-19


Seperti yang kita ketahui pemerintah telah membuat program kebijakan salah satunya
adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar atau yang dikenal dengan PSBB, peraturan ini
diterbitkan Kementerian Kesehatan dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar
bisa dilaksanakan di berbagai daerah. Aturan PSBB ini tercatat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 9 tahun 2020 dan PP nomor 21 tahun 2020.
Pelaksanaan PSBB ini dilakukan selama masa inkubasi terpanjang dan dapat diperpanjang jika
masih terdapat bukti penyebaran. Permenkes menjelaskan bahwa sekolah dan tempat kerja
diliburkan kecuali kantor atau instansi strategis yang memberikan pelayanan terkait :

1. Pertahanan dan Keamanan 7. Keuangan


2. Ketertiban Umum 8. Komunikasi
3. Kebutuhan Pangan 9. Industri
4. Bahan Bakar Minyak dan Gas 10. Ekspor dan Impor
5. Pelayanan Kesehatan 11. Distribusi Logistik, dan kebutuhan
6. Perekonomian dasar lainnya

Setelah pelaksanaannya PSBB Jilid 1 yang dilaksanakan di DKI Jakarta sejak April hingga
awal Juni dan dilanjutkan dengan PSBB Transisi atau yang biasa dikenal dengan New Normal,
dan sekarang setelah kasus yang terus meningkat secara signifikan maka diberlakukan kembali
PSBB Jilid 2 yang dimulai sejak 14 September 2020. Kembalinya diberlakukan PSBB Jilid 2
ini dikarenakan lonjakan kasus positif Covid 19. Dalam penerapannya PSBB Jilid 1 dan Jilid
2 hampir sama tetapi ada beberapa perbedaan yang diberlakukan di PSBB Jilid 2 ini yaitu :

19
PSBB Jilid 2 ini diharapkan dapat kembali
menekan angka positif Covid-19 serta memutus
rantai penularan virus. Hal ini juga tidak bisa

20
dijauhkan dari peran masyarakat karena program kebijakan ini bukan hanya tanggung jawab
dari pemerintah saja tetapi juga merupakan peran dari masyarakat terutama dalam peran
pemberdayaan masyarakat dalam penerapan PSBB ini karena kejadian ini merupakan bencana
bersama yang harus dilawan secara bersama juga, seperti memberikan informasi yang akurat
dan valid, serta tidak memberikan informasi yang belum diyakini kebenarannya, juga
membantu warga sekitar rumah apabila sedang menjalani isolasi mandiri dalam pemenuhan
logistik, serta mematuhi seluruh peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan selalu
menerapkan protokol kesehatan dimanapun berada.

Seperti yang kita ketahui terjadi polemik antara situasi perekonomian indonesia dengan
situasi pandemic covid-19, perdebatan terjadi untuk menentukan nasib perekonomian dan
kesehatan masyarakat Indonesia dan hal ini membentuk kesepakatan yaitu perpu (peraturan
pemerintah pengganti undang-undang) tentang penanganan corona serta kampanye new normal
sehingga diharapkan perekonomian tetap stabil dan angka kesakitan covid-19 tidak meningkat.

Namun hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan harapan dan keliru, dibuktikannya
dengan muncul banyaknya cluster penularan covid baru dengan sektor ekonomi mendominasi
pertumbuhan cluster baru tersebut seperti perkantoran,pasar dan tempat perekonomian lainnya.
Anggota Komisi IX DPR, Kurniasih Mufidayati mengatakan bahwa pemerintah lebih
cenderung memprioritaskan perekonomian dibandingkan kesehatan dan pemerintah perlu
melakukan evaluasi secara menyeluruh mengenai kebijakan yang telah ditetapkan seperti new
normal, dengan penambahan klaster-klaster baru juga meningkatkan resiko terhadap tenaga
kesehatan.

Pada situasi lainnya Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil melakukan edukasi dan tes
coronavirus dengan skala besar di kawasan industri. Kegiatan ini dilakukan untuk mengurangi
transmisi lokal di kawasan industri dan perekonomian tetap berjalan, beliau meminta untuk
seluruh karyawan menggunakan protokol dengan baik selain itu karyawan diwajibkan
membuat catatan kemana saja mereka pergi sehingga dapat di analisa pola risiko oleh gugus
covid setempat. Namun apabila terjadi transmisi di kawasan industri tersebut pemerintah Jawa
Barat melakukan penutupan pabrik dan pihak pabrik melakukan sistem work from home.

21
BAB III
PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis suatu program yang
akan dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah di tentukan, dengan penggunaan sumber
daya yang efisien agar proses pelaksanaan dapat berjalan secara efektif. Perencanaan program
kesehatan ini adalah perencanaan yang ditetapkan pada program kesehatan yang berisikan
Langkah-langkah yang berkesinambungan yang artinya suatu Langkah tidak dapat di
dahulukan sebelum langkah sebelumnya. Terdapat 4 unsur dasar dalam perencanaan, yaitu.
Merencanakan berarti memilih, Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumberdaya,
Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan Perencanaan adalah berorientasi ke masa
depan. Terdapat dua jenis rencana, yaitu perencanaan strategis dan perencanaan operasional.
Dalam melakukan perencanaan ada beberapa langkah-langkah perencanaan yaitu : analisis
situasi, identifikasi masalah, menetapkan prioritas masalah, menentukan tujuan, Menyusun dan
pengembangan rencana kegiatan, dan pelaksanaan. Dalam penanganan COVID-19 di
Indonesia pemerintah juga membuat penanganan Covid-19 yang terdiri atas, deteksi,
pencegahan dan respon.

Setelah melakukan perencanaan, akan dilakukan proses evaluasi.Evaluasi adalah suatu


proses untuk menyediakan informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan telah dicapai,
bagaimana perbedaan pencapaian dengan standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih
antara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah didapatkan bila dibandingkan dengan
harapan-harapan yang ingin diperoleh, yang nantinya akan berguna untuk merumuskan
kembali keputusan di masa yang akan datang. Tujuan dari evaluasi adalah untuk memberikan
masukan bagi perencanaan program kesehatan, masukan bagi pembuat keputusan mengenai
modifikasi atau perbaikan program kesehatan. Evaluasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu
menurut waktu pelaksanaan dan menurut tujuan. Langkah – Langkah evaluasi program
kesehatan antara lain : menetapkan tujuan evaluasi, merumuskan masalah evaluasi,
menentukan jenis data untuk dikumpulkan, menentukan sampel sesuai tujuan evaluasi,
menentukan model evaluasi sesuai tujuannya, menentukan alat evaluasi, merencanakan
anggaran. Dalam penanganan COVID-19 di Indonesia evaluasi juga kerap dilakukan seperti di
DKI Jakarta perubahan kebijakan dari PSBB Jilid 1 menjadi New normal/PSBB Transisi tetapi

22
saat kasus kembali melonjak pemerintah dengan sigap langsung menarik rem darurat dengan
menerapkan kembali PSBB Jilid 2 dengan tujuan menurunkan angka kasus positif Covid-19.

3.2 Saran

Mengerti dan memahami apa itu perencanaan dan evaluasi program kesehatan
sangatlah penting apalagi untuk mahasiswa/I jurusan kesehatan masyarakat. Dengan
memahami konsep perencanaan dan evaluasi dengan baik diharapkan dapat diaplikasikan di
program-program kesehatan sehingga perencanaan program kesehatan dapat terbentuk dengan
baik serta dapat menghasilkan evaluasi yang baik yang mana kedepannya dapat digunakan
kembali untuk membuat inovasi-inovasi baru maupun perluasan tujuan. Dan harapannya dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta dapat membuat sebuah program kesehatan
yang efektif dan efisien untuk dilakukan serta berdampak baik bagi kehidupan masyarakat

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Elviza, R. (2018) Bab II Perencanaan. doi: 10.1017/CBO9781107415324.004.


2. Handayani, L., Mulasari, S. A. and Nurdianis, N. (2008) ‘Evaluasi Program Pemberian
Makanan Tambahan Anak Balita’, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 11(1), pp.
21–26. Available at:
http://eprints.uad.ac.id/8033/1/EVALUASI_PROGRAM_PEMBERIAN_MAKANA
N_TAMBA %281%29.pdf.
3. Kurniawan, A. (2020) Pengertian Perencanaan - Proses, Unsur, Tujuan, Para Ahli.
Available at: https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-perencanaan/ (Accessed:
19 September 2020).
4. Kustiawan, I. (2014) ‘Pengertian Dasar, Unsur-Unsur, dan Karakteristik Perencanaan,
serta Lingkup Perencanaan Wilayah dan Kota’, Pengantar Perencanaan Wilayah dan
Kota, pp. 1–26. Available at: http://repository.ut.ac.id/4276/1/PWKL4201-M1.pdf.
5. Rifana K.I, B., Ismayanti, R. and Hidayat, T. (2015) Evaluasi Program Kesehatan
Masyarakat . Available at:
https://www.academia.edu/15561723/Evaluasi_Program_Kesehatan_Masyarakat
(Accessed: 19 September 2020).
6. Sudirman (2016) ‘Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan’, Perencanaan dan Evaluasi
Kesehatan, pp. 1–55. Available at: https://osf.io/pkm4y/download/?format=pdf
7. Lira, S. (2019) ‘Perencanaan Dan EValuasi’, (1). doi: 10.31227/osf.io/pkm4y.
8. WHO (1981) ‘Managerial process for national health development. Guiding
principles’, World Health Organisation, p. 48. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1072140/.
9. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
10. Anas, Sudiyono. 2001. Pengantar evaluasi pendidikan. Jakarta: PT raja grafindo
persada
11. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
12. Anwar, M., 2008. Perencanaan Program KesehatanS

24
13. Haryono .2010. Studi Evaluasi. [online] Available at:
<http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/132050-D%2000919%20Studi%20%20evaluasi-
Literatur.pdf> [Accessed 17 September 2020].
14. Darma Habibillah, A., 2010. Evaluasi Pelaksanaan. [online] Available at:
<http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/135544-T+27974-Evaluasi+pelaksanaan-
Tinajuan+literatur.pdf> [Accessed 17 September 2020].
15. Idhom, A. (2020) Beda Aturan PSBB DKI Jakarta Terbaru, PSBB Transisi & PSBB
Jilid 1 - Tirto.ID. Available at: https://tirto.id/beda-aturan-psbb-dki-jakarta-terbaru-
psbb-transisi-psbb-jilid-1-f4ue (Accessed: 19 September 2020).
16. Kemkes.go.id. (2020). Koordinasi Kegiatan Promosi Kesehatan Masyarakat dan
Pemberdayaan Masyarakat Pusat serta Daerah dalam Pencegahan COVID-19.
Available at: http://promkes.kemkes.go.id/koordinasi-kegiatan-promosi-kesehatan-
masyarakat-dan-pemberdayaan-masyarakat-pusat-serta-daerah-dalam-pencegahan-
covid-19 (Accessed 19 September 2020).
17. Disperindag (2020) Edukasi protokol kesehatan dan tes masif kunci memutus
penyebaran COVID-19 : DISPERINDAG. Available at:
http://disperindag.jabarprov.go.id/detail-post/12486/edukasi-protokol-kesehatan-dan-
tes-masif-kunci-memutus-penyebaran-covid-19 (Accessed: 19 September 2020).
18. Fiqri, A. (2020) Update Covid-19 19 September: Kasus positif catat rekor baru.
Available at: https://www.alinea.id/nasional/update-covid-19-19-september-kasus-
positif-catat-rekor-baru-b1ZTC9xmT (Accessed: 19 September 2020).
19. Kementerian Kesehatan (2020) Pedoman Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Pencegahan COVID-19 Di RT/RW/Desa. Available at:
http://nawasis.org/portal/download/topik_khusus/83-
Pencegahan_Kemenkes_Pedoman-Pemberdayaan-Masyarakat-dalam-Pencegahan-
COVID.pdf (Accessed: 19 September 2020).

25

Anda mungkin juga menyukai