Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

” DISTRIBUSI PEMBIAYAAN KESEHATAN TAHUN 2018 ”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Pembiayaan Penganggaran Kesehatan
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Mamlukah, SKM, M.Kes

Disusun oleh :

Iik Hikmah Nurharpiyani

CMR0170015

Prodi Kesehatan Masyarakat Reguler A Semeter V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN


TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada saya sehingga penulisan makalah yang
berjudul “DISTRIBUSI PEMBIAYAAN KESEHATAN TAHUN 2018” dapat terlaksana.
Selanjutnya, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
bimbingannya dalam mengarahkan saya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan yang ada,
sehingga tetap terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan dan kekurangan dalam penyajian isi
dari makalah ini. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya mengharapkan kritik dan saran
yang dapat membangun dari para pembaca terutama dari Dosen Mata kuliah yang tentunya
lebih menguasai ilmu-ilmu di bidangnya, dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Saya sebagai
penyusun memohon maaf atas segala kekurangan dan terima kasih atas perhatiannya.

Kuningan, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 1

1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembiayaan Kesehatan ................................................................................................. 2

2.2 Anggaran Kesehatan ..................................................................................................... 2

2.3 APBN Dan Distribusi Anggaran Kesehatan................................................................. 3

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat merupakan public good yang menjadi
tanggung-jawab pemerintah, sedangkan untuk pelayanan kesehatan perorangan
pembiayaannya bersifat private, kecuali pembiayaan untuk masyarakat miskin dan tidak
mampu menjadi tanggung-jawab pemerintah.

Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang


berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.

Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% dari APBN di


luar gaji. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal 10% dari APBD diluar gaji. Dana Pemerintah untuk pembangunan
kesehatan diarahkan untuk membiayai upaya kesehatan primer, sekunder, dan tersier
dengan mengutamakan masyarakat rentan dan miskin, daerah terpencil, perbatasan,
pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak diminati swasta, termasuk program-
program kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.

Ketersediaan dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang bermutu harus terjangkau


oleh seluruh masyarakat. Pemanfaatan dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan
aspek teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara efisien dan efektif untuk
terwujudnya pengelolaan pembiayaan kesehatan yang transparan, akuntabel, serta
menerapkan prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).

Keberhasilan Pembangunan Kesehatan ditentukan oleh ketersediaan biaya kesehatan.


Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Persentase
pengeluaran nasional sektor kesehatan pada tahun 2005 adalah sebesar 0,81% dari Produk
Domestik Bruto (PDB) meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,09 % dari PDB, meskipun
belum mencapai 5% dari PDB seperti dianjurkan WHO.

Proporsi pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah belum


mengutamakan upaya pencegahan dan promosi kesehatan. Cakupan jaminan
pemeliharaan kesehatan sekitar 46,5% dari keseluruhan penduduk pada tahun 2008 yang
sebagian besar berasal dari bantuan sosial untuk program jaminan kesehatan masyarakat
miskin sebesar 76,4 juta jiwa atau 34,2%.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk memahami Distribusi Pembiayaan Kesehatan tahun 2018.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Dapat memahami Distribusi Pembiayaan Kesehatan tahun 2018.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna untuk menjamin terselenggarannya
pembangunan kesehatan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya (Pasal 170) .(1)

Keberhasilan Pembangunan Kesehatan ditentukan oleh ketersediaan biaya kesehatan.


Pembiayaan kesehatan sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun. Biaya Kesehatan
adalah jumlah dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan pelayanan/program kesehatan, sehingga pembiayaan kesehatan sering
didefinisikan sebagai mobilisasi biaya untuk menyediakan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan.

Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni : Pemerintah,


Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri. Oleh
karena itu, pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan
berkesinambungan memegang peran yang penting untuk penyelenggaraan pelayanan
kesehatan dalam rangka mencapai berbagai tujuan pembangunan kesehatan.

Persentase pengeluaran nasional sektor kesehatan pada tahun 2005 adalah sebesar
0,81% dari Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat pada tahun 2007 menjadi 1,09 %
dari PDB, meskipun belum mencapai 5% dari PDB seperti dianjurkan WHO. Proporsi
pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah belum mengutamakan upaya
pencegahan dan promosi kesehatan.

Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan sekitar 46,5% dari keseluruhan penduduk


pada tahun 2008 yang sebagian besar berasal dari bantuan sosial untuk program jaminan
kesehatan masyarakat miskin sebesar 76,4 juta jiwa atau 34,2%.

2.2 Anggaran Kesehatan


Anggaran kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,
baik dari sisi supply side maupun layanan, upaya kesehatan promotif-preventif, serta
menjaga dan meningkatkan kualitas program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JKN) bagi
Penerima Bantuan Iuran (PBI) (Kemenkeu 2018; Kemenkes, 2018)
Pentingnya APBN bagi pembiayaan bidang kesehatan semakin terasa di tengah
kompleksitas masalah kesehatan, seperti meningkatnya kebutuhan masyarakat pada
pelayanan kesehatan yang bermutu, beban ganda penyakit, disparitas status kesehatan
antar wilayah, peningkatan kebutuhan distribusi obat yang bermutu dan terjangkau,
jumlah SDM Kesehatan yang kurang disertai kebutuhan yang tidak merata, adanya
potensi masalah kesehatan akibat bencana dan perubahan iklim, serta integrasi
pembangunan infrastruktur kesehatan.

2
Kebijakan yang ditetapkan untuk anggaran kesehatan tahu 2018 yaitu meningkatkan
dan memperbaiki distribusi faskes dan tenaga kesehatan, penguatan program promotif
dan preventif yang diarahkan untuk penyakit tidak menular dan program untuk ibu hamil
& menyusui dan meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan program JKN
Meningkatkan peran Pemda untuk supply side dan peningkatan mutu layanan.

Dalam struktur belanja yang dibuat, terdapat mandatory spending berupa upaya
menjaga anggaran bidang kesehatan tetap sebesar 5%. Pada APBN 2018, anggaran
bidang kesehatan sebesar Rp59,10 triliun. Angka ini terus meningkat sejak tahun 2013
yang lalu (Kemenkeu, 2018, Kemenkes, 2018) meski masih belum ideal sesuai panduan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyatakan bahwa alokasi anggaran untuk
kesehatan yang ideal adalah sekurang-kurangnya 6% dari anggaran belanja APBN.

Menurut peryataan dari informasi APBN pada tahun 2018, anggaran kesehatan terus
meningkat sebanyak Rp. 4,4 T dari Outlook tahun 2017. Serta indokator kesehatan lebih
banyak ditujukan untuk Stunting 28,8% Persalinan di Fasilitas Kesehatan 82%
Ketersediaan obat dan vaksin di puskesmas 86%.(2)

2.3 APBN Dan Distribusi Anggaran Kesehatan


Pada tahun 2017 yang lalu, menurut Kemenkes (2018), dari total alokasi anggaran
APBN Kemenkes sebesar Rp58,3 triliun telah digunakan untuk beberapa keperluan,
seperti Rp25,5 triliun (43,80%) untuk alokasi program JKN, Rp17 triliun (29,17%) untuk
program pembinaan pelayanan kesehatan, Rp4,6 triliun (7,91%) untuk program
pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan, Rp3,4 triliun (5,78%) untuk program
kefarmasian dan alat kesehatan, Rp2,8 triliun (4,85%) untuk program dukungan
manajemen, Rp2,4 triliun (4,18%) untuk program pencegahan dan pengendalian
penyakit, Rp1.7 triliun (2,88%) untuk program pembinaan kesehatan masyarakat, Rp740
miliar (1,27%) untuk program penelitian dan pengembangan kesehatan, dan Rp96,4
miliar (0,17%) untuk program peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur.
Besarnya anggaran belanja APBN di bidang kesehatan ini telah memberikan dampak
kepada masyarakat luas. Meski tidak signifikan, tetapi secara perlahan berhasil
memberikan perubahan, terutama pada 3 faktor besar pendukung pembangunan
kesehatan, seperti masalah pembiayaan perawatan, fasilitas, dan sumber daya tenaga
kesehatan.

Dari segi pembiayaan perawatan kesehatan, belanja APBN telah meningkatkan tren
total pemanfaatan JKN/KIS dari waktu ke waktu. Pada tahun 2014 sebesar 92,3 juta
orang, tahun 2015 sebesar 146,7 juta orang, tahun 2016 sebesar 192,9 juta orang, pada
Oktober 2017 sebesar 182,7 juta orang (Kemenkes, 2018).

Pada 2018, dalam laporan tirto (2018), diperkirakan pengguna JKN mencapai 200 juta
pengguna. Peningkatan ini masih menyisahkan masalah berupa defisit anggaran BPJS
sebagai bagian dari JKN sebesar Rp10,98 triliun pada tahun 2018 (CNN, 2018).

3
Hal ini tentu membutuhkan perhatian lebih soal struktur anggaran APBN di tahun-
tahun mendatang.

Selain pembiayaan perawatan, belanja APBN telah membantu pembangunan sarana


dan prasarana pada fasilitas kesehatan (faskes) tingkat primer sebanyak 375 rehab
Puskesmas, 35 pembangunan atau peningkatan gedung, 750 pembangunan baru
Puskesmas, 17 pembangunan Public Safety Center (PSC), 34 Puskesmas keliling
(Pusling), 537 Pusling ambulans roda empat, 1.650 ambulans kendaraan roda dua, 86
ambulans, 2.525 sarana prasarana Puskesmas, 10.437 alat kesehatan di Puskesmas.

Sementara pada faskes tingkat Rumah Sakit (RS), terdapat 104 RS rujukan regional,
20 RS rujukan provinsi, 4 RS rujukan nasional, dan 408 RSUD lainnya. Bidang
kefarmasian, telah dilakukan penyedian obat di 9.740 Puskemas, dan pembangunan 27
instalasi farmasi (Kemenkes, 2018)

Dari sisi sumber daya tenaga kesehatan, belanja APBN telah diperuntukkan bagi
upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK). Hingga akhir tahun 2017, Kemenkes telah menempatkan 6.316
tenaga kesehatan yang terdiri dari Nusantara Sehat (NS) secara Team Based sejumlah
2.486 orang, NS secara individu sejumlah 1.663 orang, Wajib Kerja Dokter Spesialis
(WKDS) sejumlah 870 orang dan penugasan khusus calon dokter spesialis sejumlah
1.297 orang (Kemenkes, 2018)

Perbaikan pada tiga faktor ini akan berdampak luas bagi status kesehatan bangsa
Indonesia, dan sejauh ini cukup berhasil. Pada masalah kesehatan penting seperti
penurunan prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak usia di bawah dua
tahun (Baduta) setiap tahun sejak tahun 2013, meski pada 2017 yang lalu, hanya
menurun 34% dari target 28,8% (Kemenkes, 2018; Kemenkeu, 2018), penekanan
prevalensi HIV sebesar <0,5%, jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi malaria
sebanyak 266 kabupaten/kota dari targetnya sebesar 265 kabupaten/kota, eliminasi kusta
terealisasi sebesar 25% dari target 25%, eliminasi filariasis terealisasi sebesar 28% dari
target 15% (Kemenkes, 2018)

Perbaikan-perbaikan masalah kesehatan semacam di atas telah berkorelasi langsung


dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang salah satu variabelnya
adalah hidup sehat. Adapun pada tahun 2010, IPM Indonesia masih sebesar 66,53 dan
secara bertahap meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 70,81 pada 2017 (BPS,
2018). Selain itu, perbaikan kesehatan telah mendorong Global Competitiveness Report
Indonesia naik dua peringkat ke peringkat 45 dari 140 negara (World Economic Forum,
2018).

Dari sisi SDM Kesehatan, upaya pemenuhannya dapat dilihat dari capaian
penempatan Nusantara Sehat berbasis tim sebanyak 694 orang (2015), meningkat
menjadi 728 orang (2016). Sementara sampai dengan Juli 2017 sebanyak 347 orang.

4
Capaian pembangunan fisik sarana dan prasarana instalasi farmasi untuk sarana fisik
sebanyak 49 unit dibangun pada tahun 2016 menjadi 28 unit pada tahun 2017.
Rehabilitasi atas Istalasi Farmasi sebanyak 590 unit (2016) sementara pada tahun 2017
sebanyak 90 unit. Untuk pengadaan sarana pendukung pada tahun 2016 sebanyak 4.288
unit, sementara pada tahun 2017 sebanyak 821 unit.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang
berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan
termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya

Dana Pemerintah untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk membiayai upaya


kesehatan primer, sekunder, dan tersier dengan mengutamakan masyarakat rentan dan
miskin, daerah terpencil, perbatasan, pulau-pulau terluar dan terdepan, serta yang tidak
diminati swasta, termasuk program-program kesehatan yang mempunyai daya ungkit
tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Ketersediaan dan pembiayaan pelayanan kesehatan yang bermutu harus terjangkau oleh
seluruh masyarakat, serta pemanfaatan dana kesehatan dilakukan dengan memperhatikan
aspek teknis maupun alokatif sesuai peruntukannya secara efisien dan efektif untuk
terwujudnya pengelolaan pembiayaan kesehatan yang transparan, akuntabel, serta
menerapkan prinsip penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (good governance).

6
DAFTAR PUSTAKA
1. RI SJKK. EVALUASI ANGGARAN KESEHATAN (PELAKSANAAN PROGRAM
DEKONSENTRASI DAN DAK BIDANG KESEHATAN TAHUN 2018). Tanggerang 2019.

2. Direktorat Penyusunan APBN DJA. Informasi APBN 2018. Jakarta: Direktorat


Jenderal Anggaran; 2018.
https://www.qureta.com/post/pentingnya-apbn-di-bidang-kesehatan

https://www.depkes.go.id/article/view/17082100012/anggaran-kesehatan-2018-capai-rp-59-
1-triliun.html

Anda mungkin juga menyukai