Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH PENGEMBANGAN DAN

PENGORGANISASIAN MASYARAKAT
Konsep Difusi dan Inovasi

Oleh :

Kelompok 8

Fitria Ramadhani 1611212014


Annisa rahmayona 1611212016
Mutiara Devica 1611212018
Dina Putri 1611212020
Mutiara Indah Sari A 1611212022

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2017

i
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu

menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan dan

Pengorganisasian Masyarakat ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi.

Namun, kelompok menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain

berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orangtua, dosen pengampu mata kuliah serta

teman-teman kelompok sehingga kendala-kendala yang penyusun hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Konsep Difusi

dan Inovasi yang kelompok sajikan berdasarkan dari berbagai informasi dan referensi.

Makalah ini disusun oleh kelompok dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari

diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan

pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi

sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa Universitas Andalas.

Kelompok 8 sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Untuk itu, kepada dosen pengampu, penyusun meminta masukannya demi perbaikan

pembuatan makalah penyusun di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan

saran dari pembaca.

Padang, 07 September 2017

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................2

1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................2

1.4 Manfaat.......................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................4

2.1 Definisi Difusi dan Inovasi.........................................................4

2.2 Konsep Difusi dan Inovasi..........................................................6

2.3 Kategori Adopter.......................................................................11

2.4 Proses Difusi dan Inovasi.........................................................12

2.4.1 Proses Difusi.............................................................................12

2.4.2 Tahapan Peristiwa Yang Menciptakan Proses Difusi...............15

2.5 Penerapan Dan Keterkaitan Teori.............................................16

BAB III PENUTUP..........................................................................................19

3.1 Kesimpulan...............................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Manusia dengan akalnya telah dapat menunjukkan kelebihan anugrah Tuhan

dengan kemampuannya menciptakan berbagai macam sarana yang dapat

digunakan untuk menguasai, memanfaatkan dan mengembangkan lingkungannya

untuk kemajuan dan kesejahteraan hidupnya. Pada mulanya ada tiga hal yang

menjadi dasar kebangkitan kemajuan kehidupan umat manusia yaitu

diciptakannya bahasa tulis kira-kira lima atau enam ribu tahun yang lalu, disusul

dengan kemampuan mengoperasikan hitungan sederhana kira-kira seribu tahun

kemudian dan diciptakannya mesin cetak sekitar lima ratus tahun yang lalu.

Dengan bahasa tulis kita mampu merekam (mencatat) berbagai macam

informasi secara permanen serta mampu mengirimkan pesan dengan menerobos

keterbatasan ruang dan waktu. Dengan operasi hitung kita dapat mengolah data

kuantitatif yang akurat. Dengan mesin cetak kita dapat menyalin dan

memperbanyak bahan tulisan dengan cara cepat dan rapi serta menyebar

luaskannya ke generasi berikutnya.

Perkembangan zaman berikutnya kemajuan teknologi semakin cepat seperti

photografi, photocopy, cinemaphotografi, telegrafi, telephon, radio komunikasi,

radar, dan berbagai macam digital computer elektronik. Teknologi ini berkembang

ke berbagai bidang kehidupan seperti di toko, di sekolah, perguruan tinggi, kantor

bahkan ke rumah tangga. Hasil kemajuan teknologi memang dapat didayagunakan

untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, tetapi kemajuan dan perubahan

ini terkadang banyak orang yang masih belum mau menerima apalagi

melaksanakannya. Bahkan banyak pula yang menyadari bahwa sesuatu yang baru

1
2

itu bermanfaat baginya, tetapi belum juga mau menerima dan mau menggunakan

atau menerapkannya.

Dari permasalahan ini ternyata memang ada jarak antara mengetahui dan

mau menerapkannya serta menggunakan atau menerapkan ide yang baru tersebut.

Maka dalam proses penyebaran inovasi timbul masalah yakni bagaimana cara

untuk mempercepat diterimanya suatu inovasi oleh masyarakat (sasaran

penyebaran inovasi). Untuk memecahkan masalah tersebut maka difusi inovasi

menarik perhatian para ahli pengembangan masyarakat dan dipelajari secara

mendalam.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan difusi dan inovasi?

2. Apa konsep difusi dan inovasi?

3. Apa saja kategori adopter?

4. Bagaimana proses difusi dan inovasi?

5. Bagaimana penerapan dan keterkaitan teori difusi inovasi?

I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Secara umum penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan memperluas wawasan tentang Konsep difusi dan inovasi serta

diharapkan bisa menjadi bahan referensi dalam aplikasi ilmu ini di dunia kerja

nyata.

I.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui definisi dari difusi dan inovasi

2. Untuk mengetahui konsep difusi dan inovasi.

3. Untuk mengetahui kategori adopter.


3

4. Untuk mengetahui proses difusi dan inovasi.

I.4 Manfaat
Untuk memenuhi tugas Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

serta Kami mengharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan

bagi pembaca dan juga khususnya bagi mahasiswa kesehatan masyarakat terutama

dalam memahami materi tentang konsep difusi dan inovasi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Difusi dan Inovasi
Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat

(anggota system sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu

tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling

tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu secara memusat

(konvergen) maupun memencar (divergen) yang berlangsung secara spontan.

Dengan adanya komunikasi ini akan terjadi kesamaan pendapat antar warga

masyarakat tentang inovasi. Jadi difusi dapat merupakan salah satu tipe

komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang dikomunikasikan adalah hal

baru ( inovasi ).

Menurut Parker (1974), difusi adalah suatu proses yang berperan memberi

nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Porker juga menyebutkan

bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical

change). Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari

suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna

lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima sebagai bagian dari

kegiatan produktif. Definisi difusi diatas merupakan salah satu dari beberapa

definisi menurut para ahli. Adapun definisi lain tentang difusi adalah proses

komunikasi inovasi antara anggota system social dengan menggunakan saluran

tertentu dan dalam kurun waktu tertentu.

Dari definisi tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa difusi ini

merupakan suatu proses komunikasi dimana di dalamnya terdapat suatu informasi

terbaru (inovasi). Inovasi ( innovation ) sering diterjemahakan segala hal yang

4
5

baru atau pembaharuan ( S. Wojowasito, 1972 ). Selain pendapat tersebut, tidak

jarang juga yang mengartikan inovasi sama seperti modernisasi.

Ada juga yang berpendapat bahwa inovasi merupakan ide, praktik, atau

objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini

meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang

bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi

segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok

masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi

inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal

itu dikatakan exploded atau meledak.

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu

inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu

sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Rogers (1961) dalam Mulyana S. (2009) mendefinisikan Inovasi sebagai, suatu

bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-

pesan yang berupa gagasan baru.Selanjutnya, definisidifusi menyangkut which is

the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate

users or adopters.

Dari beberapa pendapat mengenai inovasi dapat di tarik kesimpulan arti

dari inovasi sendiri adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan

atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang

( masyarakat ), baik berupa hasil invention maupun diskoveri.

Jika dilihat dari definisi para ahli, sebenarnya dapat diketahui bahwa tidak terjadi

perbedaan yang mendasar pada pengertian inovasi antara satu dengan yang
6

lainnya. Jika terjadi perbedaan hanya dalam susunan kalimat atau penekanan

maksud, tetapi pada dasarnya pengertiannya sama. Inovasi sendiri diadakan untuk

memecahkan masalah supaya mencapai tujuan tertentu. Jadi dapat kita artikan

difusi inovasi adalah teori tentang bagaimana suatu ide dan teknologi baru

tersebar dalam sebuah kebudayaan.

II.2 Konsep Difusi dan Inovasi


Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu

inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu

sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.

Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu as

the process by which an innovation is communicated through certain channels

over time among the members of a social system.

Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang

bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan

baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut which is the spread of

a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or

adopters.

Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)

elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi
Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.

Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan

individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang

maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang

inovatif tidak harus baru sama sekali.


7

2. Saluran komunikasi
Alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada
penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber, paling tidak perlu
memperhatikan:
a. Tujuan diadakannya komunikasi
b. Karakteristik penerima.
Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu

inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran

komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi

jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku

penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat

adalah saluran interpersonal.

3. Jangka waktu
Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap
keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak
dimensi waktu terlihat dalam:
a) Proses pengambilan keputusan inovasi

b) Keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat

dalammenerima inovasi, dan

c) Kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial
Kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam

kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan

bersama. Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki

relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan

keputusan inovasi.
8

Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang

berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses

pengambilan keputusan inovasi. Menurut Ardianto dkk (2009), faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup:

1) Atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion)


a. Keuntungan relative (relative advantage)
Adalah inovasi dapat diterima oleh masyarakat apabila

menguntungkan secara ekonomis atau dapat meningkatkan prestise/status

social serta kenyamanan dan kepuasan, juga merupakan unsur yang

penting.

b. Kesesuaian (compatibility),
Adalah suatu inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai

nilai yang berlaku, pengalaman yang telah dimiliki, kesesuaian dengan

tradisi dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi.

c. Kerumitan (complexity)
Adalah mutu derajat dimana inovasi dirasakan sukar untuk

dimengerti dan dipergunakan. Selanjutnya Mulyana S (2009) mengatakan

bahwa kerumitan dari inovasi, apabila dilaksanakan oleh

sasaran.Kompleksitas inovasi yang diterima oleh anggota dalam sistem

sosial sangat berpengaruh.

d. Kemungkinan di coba (trialability)


Adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada

landasan yang terbatas.Mulyana S. (2009) mengatakan bahwa, dapat

diujicobakan, setiap inovasi yang dibawa dapat diujicobakan dulu oleh

sasaran sehingga dapat dilanjutkan/tidak, tergantung dari persepsi sasaran

terhadap inovasi tersebut.


9

e. Kemungkinan diamati (observability)


Adalah hasil inovasi dapat disaksikan oleh orang lain atau

dapat dilihat/tampak, dapat dikomunikasikan dan dapat dideskripsikan.

2) Jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions)


a. Keputusan individual
a) Keputusan optional melalui proses
Tahap kesadaran (awareness)
Tahap menaruh minat (interest)
Tahap penilaian (evaluation)
Tahap percobaan (trial)
Tahap penerimaan (adoption)
b) Keputusan Kolektif
Stimulasi minat ke arah kebutuhan terhadap ide baru (oleh
stimulator)
Inisiasi ide-ide baru dalam sistem sosial (inisiator, para
pemula)
Legitimasi ide baru melalui pemegang kekuasaan
(pemerintah/pimpinan masyarakat)
Keputusan bertindak (anggota sistem)
Tindakan/pelaksanaan ide baru (anggota sistem sosial)
c) Keputusan Otoritas:
Dimana suatu keputusan diambil dengan paksaan, atas

dasar kepentingan atau mendesaknya suatu inovasi untuk diadopsi

atau digunakan atau karena urgensi dari suatu inovasi tersebut

harus digunakan dalam suatu sistem sosial.

Karena apabila inovasi itu tidak segera dikhawatirkan

terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Disini dalam

pengambilan keputusan tidak harus melalui tahapan-tahapan

pengambilan keputusan.

3) Saluran komunikasi (communication channel)


a. Sumber

b. Media/khalayak

c. Objek/interpersonal
10

4) Kondisi sistem sosial (nature of social system)

Hal yang harus diperhatikan:


a. Norma masyarakat

b. Toleransi terhadap penyimpangan

c. Pola komunikasi.

5) Peran agen perubah (change agents)


Faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen: gencarnya promosi

yang berorientasi pada klien, kerjasama dengan tokoh masyarakat,

kredibilitas agen di mata klien.

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi

mencakup:

a) Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu

(atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami

eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi

berfungsi

b) Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit

pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik

c) Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau

unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang

mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

d) Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau

unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu

inovasi.
11

e) Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan

penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

II.3 Kategori Adopter


Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok

adopter (penerima inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan

dalam menerima inovasi). Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan

rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji

oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat

dilihat sebagai berikut:

1) Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.


Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan
ekonomi tinggi

2) Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis


dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat),
orang yang dihormati, akses di dalam tinggi

3) Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal.
Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.

4) Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan
ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.

5) Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum


kolot/tradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan
opinion leaders,sumberdaya terbatas.
12

II.4 Proses Difusi dan Inovasi


II.4.1 Proses Difusi

Berikut adalah bagan model proses difusi inovasi menurut Everett M.


Rogers

a) Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Ada beberapa sumber yang menyebutkan tahap pengetahuan sebagai

tahap Awareness. Tahap ini merupakan tahap penyebaran informasi

tentang inovasi baru, dan saluran yang paling efektif untuk digunakan adalah

saluran media massa. Dalam tahap ini kesadaran individu akan mencari atau

membentuk pengertian inovasi dan tentang bagaimana inovasi tersebut

berfungsi. Rogers mengatakan ada tiga macam pengetahuan yang dicari

masyarakat dalam tahapan ini, yakni:

1) Kesadaran bahwa inovasi itu ada

2) Pengetahuan akan penggunaan inovasi tersebut

3) Pengetahuan yang mendasari bagaimana fungsi inovasi

tersebut bekerja

b) Tahap Persuasi (Persuasion)

Dalam tahapan ini individu membentuk sikap atau memiliki sifat

yang menyetujui atau tidak menyetujui inovasi tersebut. Dalam tahap

persuasi ini, individu akan mencari tahu lebih dalam informasi tentang

inovasi baru tersebut dan keuntungan menggunakan informasi tersebut. Yang

membuat tahapan ini berbeda dengan tahapa pengetahuan adalah pada tahap

pengetahuan yang berlangsung adalah proses memengaruhi kognitif,

sedangkan pada tahap persuasi, aktifitas mental yang terjadi alah


13

memengaruhi afektif. Pada tahapan ini seorang calon adopter akan lebih

terlibat secara psikologis dengan inovasi.

Kepribadian dan norma-norma sosial yang dimiliki calon adopter ini

akan menentukan bagaimana ia mencari informasi, bentuk pesan yang

bagaimana yang akan ia terima dan yang tidak, dan bagaimana cara ia

menafsirkan makna pesan yang ia terima berkenaan dengan informasi

tersebut. Sehingga pada tahapan ini seorang calon adopter akan membentuk

persepsi umumnya tentang inovasi tersebut. Beberapa ciri-ciri inovasi yang

biasanya dicari pada tahapan ini adalah karakteristik inovasi yakni relative

advantage, compatibility, complexity, trialability, dan observability.

c) Tahap Pengambilan Keputusan (Decision)

Di tahapan ini individu terlibat dalam aktivitas yang membawa pada

suatu pilihan untuk mengadopsi inovasi tersebut atau tidak sama sekali.

Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru sebagai

cara tindak yang paling baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

proses keputusan inovasi, yakni:

a. Praktik sebelumnya

b. Perasaan akan kebutuhan

c. Keinovatifan

d. Norma dalam sistem sosial

Proses keputusan inovasi memiliki beberapa tipe yakni:

Otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang


oleh individu yang berada dalam posisi atasan
14

Individual adalah keputusan dimana individu yang bersangkutan


mengambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual
terbagi menjadi dua macam, yakni:

Keputusan opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang,


terlepas dari keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.

Keputusan kolektif adalah keputusan dibuat oleh individu melalui


konsesnsus dari sebuah sistem sosial

Kontingen adalah keputusan untuk menerima atau menolak


inovasi setelah ada keputusan yang mendahuluinya.

Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau


suatu sistem sosial sebagai akibat dari adopsi atau penolakan
terhadap inovasi .

d) Tahap Pelaksanaan (Implementation)

Tahapan ini hanya searah jika pada tahap sebelumnya, individu atau

partisipan memilih untuk mengadopsi inovasi baru tersebut. Dalam tahap ini,

individu akan menggunakan inovasi tersebut. Jika ditahapan sebelumnya

proses yang terjadi lebih kepada mental exercise yakni berpikir dan

memutuskan, dalam tahap pelaksanaan ini proses yang terjadi lebih kearah

perubahan tingkah laku sebagai bentuk dari penggunaan ide baru tersebut.

Tahap Konfirmasi (Confirmation) Tahap terakhir ini adalah tahapan dimana

individu akan mengevaluasi dan memutuskan untuk terus menggunakan

inovasi baru tersebut atau menyudahinya. Selain itu, individu akan mencari

penguatan atas keputusan yang telah ia ambil sebelumnya. Apabila, individu

tersebut menghentikan penggunaan inovasi tersebut hal tersebut dikarenakan

oleh hal yang disebut disenchantment discontinuance dan atau replacement


15

discontinuance. Disenchantment discontinuance disebabkan oleh

ketidakpuasan individu terhadap inovasi tersebut sedangkan replacement

discontinuance disebabkan oleh adanya inovasi lain yang lebih baik

II.4.2 Tahapan Peristiwa Yang Menciptakan Proses Difusi

1. Mempelajari inovasi
Tahapan ini merupakan awal ketika masyarakat mulai melihat dan

mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa.

Pengadopsian awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca

koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru

yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit

diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain

halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan

lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus

disosialisasikan melalui komunikasi inerpersonal dan kedekatan secara fisik.

2. Pengadopsian
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka

pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan

juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar

keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi

perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap

kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal

baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri sendiri, apakah mereka

mampu melakukannya? Maka mereka akan cenderung mengadopsi inovasi

tersebut. Selain itiu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang

kuat dalam mengadopsi inovasi.


16

Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam

mengadopsi inovasi untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang

lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu

tersebut serta persepri dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang

atau ridak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan

mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk

mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.

3. Pengembangan jaringan sosial:


Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan

inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi

bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Divusi sebuah inovasi tidak lepas

dari proses penyampaian dari satu individu lain melalui hubungan sosial yang

mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan

dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses

asopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih

cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding

saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal mempengaruhi

manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh

media massa.

II.5 Penerapan Dan Keterkaitan Teori

Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya,

teori Difusi Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan

masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan


17

perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan

masyarakat.

Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Mulyana S (2009)

menjelaskan bahwa proses difusi merupakan bagian dari proses perubahan

sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana perubahan terjadi dalam

struktur dan fungsi sistem sosial.

Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:

1. Penemuan (invention)
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau

dikembangkan.

2. Difusi (diffusion)
Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan

kepada anggota sistem sosial

3. Konsekuensi (consequences),
Konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil

dari adopsi atau penolakan inovasi.

ROGER menawarkan alternative mekanisme Disfusi Inovasi dalam Lembaga

Pemerintahan, yaitu:

1) Agenda Setting

Pada tahap ini dilakukan identifikasi kebutuhan lembaga. dengan

Identifikasi dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan Apakah Inovasi

yang bersangkutan dibutuhkan lembaga.

2) Maching

Pada tahap ini terjadi proses mencocokkan, melakukan redesign

organisasi untuk menyesuaikan dengan inovasi. Organisasi dapat memutuskan


18

bahwa inovasi yang akan di difusi mach atau mismatch. Apabila menurut

penilaian terjadi mismatch maka inovasi dapat ditolak. Keputusan ini penting

karena akan menentukan langkah selanjutnya.

3) Restrukturing / Redefining
Ketika tahap 2 di putuskan bahwa inovaso mach dengan organisasi

maka harus mulai melakukan modifikasi terhadap inovasi tersebut sehingga

inovasi mulai mengurangi karakter bawaannya dan mulai menyatu dengan

karakter organisasi. Dalam tahap ini inovasi di reinvented sehingga menjadi

inovasi yang memiliki karakter organisasi.Dengan demikian juga secara

otomatis terjadi stukturisasi lembaga sebagai dampak dari implementasi

inovasi.

4) Clarifying
Pada tahap ini inovasi diimplementasikan secara luas sehingga ide-ide

yang di bawa oleh innovator lambat laun menjadi kebiasaan bagi setiap

anggota organisasi.

5) Routinizing
Pada tahap ini inovasi telah menjadi ide-ide dan telah menjadi kegiatan

rutinitas yang menyatu dengan kegiatan organisasi. Ide-ide inovasi telah

melebur dengan organisasi menjadi pengetahuan, cara berfikir dan cara

bertindak.
19

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Definisi Difusi dan Inovasi
Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga
masyarakat (anggota system sosial), dengan menggunakan saluran tertentu
dan dalam waktu tertentu. Dari beberapa pendapat mengenai inovasi dapat
di tarik kesimpulan arti dari inovasi sendiri adalah suatu ide, barang,
kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru
bagi seseorang atau sekelompok orang ( masyarakat ), baik berupa hasil
invention maupun diskoveri.

2. Konsep Difusi dan Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana


suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran
tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4
(empat) elemen pokok, yaitu:Inovasi,Saluran komunikasi, Jangka waktu,
Sistem social

3. Kategori Adopter

Adopter dapat dilihat sebagai berikut: Innovators, Early Adopters ,


Early Majority, Late Majority , Laggards
4. Proses Difusi dan Inovasi

Berikut adalah bagan model proses difusi inovasi menurut Everett M.


Rogers

Tahap Pengetahuan (Knowledge)

Tahap Persuasi (Persuasion)

Tahap Pengambilan Keputusan (Decision)

Tahap Pelaksanaan (Implementation)


20

Tahapan Peristiwa Yang Menciptakan Proses Difusi

Mempelajari inovasi

Pengadopsian

Pengembangan jaringan sosial

5. Penerapan Dan Keterkaitan Teori

Alternative mekanisme Disfusi Inovasi dalam Lembaga Pemerintahan, yaitu:


Agenda Setting
Maching
Restrukturing / Redefining
Clarifying
Routinizing
3.2 Saran
Jika kita ingin inovasi cepat diadopsi oleh masyarakat, hal pertama yang

harus diperhatikan oleh kita adalah difusi apa yang tepat digunakan untuk

menyebarkan inovasi. Karena pada dasarnya terdapat perbedaan di masyarakat

dalam mengadopsi atau menerima inovasi. Ada sekelompok masyarakat yang

cepat dalam menerima inovasi, ada juga yang membutuhkan waktu yang lama

untuk menerima suatu inovasi.


21

DAFTAR PUSTAKA
Akhmad Sudrajat, 2008. Difusi Inovasi. Let s Talk About Educational.
File : //F:IDifusi Inovasi. Alam Setiadi, 2008. Difusi Inovasi. File ://F:1
Difusi Inovasi Alam Setiadi 08s Weblog. htm. Difusi Inovasi-lust
Theory. 2007. Teknologi Pendidikan. NET Informasi Teknologi
Pendidikcrn. File a/F:1Difusi Inovasi.

Anda mungkin juga menyukai