Anda di halaman 1dari 8

A.

PENGERTIAN
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial.
Rogers (1961) dalam Mulyana S. (2009) mendefinisikan Inovasi sebagai, suatu
bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan yang
berupa gagasan baru.Selanjutnya, definisidifusi menyangkut which is the spread of a new
idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.
Parker (1974), mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan memberi
nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Difusi merupakan suatu tahapan
dalam proses perubahan teknik (technical change). Menurutnya difusi merupakan suatu
tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku umum. Dari inovator, inovasi
diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal yang biasa dan diterima
sebagai bagian dari kegiatan produktif.

B. ELEMEN- ELEMEN
Sesuai dengan pemikiran Rogers, dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen
pokok, yaitu:
1. Inovasi
Gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal
ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang
menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi
untuk orang itu. Konsep baru dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi
Alat untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam
memilih saluran komunikasi, sumber, paling tidak perlu memperhatikan:
a. Tujuan diadakannya komunikasi
b. Karakteristik penerima.
Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada
khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat,
cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk
mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi
yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
3. Jangka waktu
Proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai
memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan
itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam:
a. Proses pengambilan keputusan inovasi
b. Keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalammenerima
inovasi, dan
c. Kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial
kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama
untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut
teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup
signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain
menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu
inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi.
Menurut Ardianto dkk (2009), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tahapan difusi
inovasi tersebut mencakup:
1) Atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion)
a. Keuntungan relative (relative advantage)
Adalah inovasi dapat diterima oleh masyarakat apabila menguntungkan secara
ekonomis atau dapat meningkatkan prestise/status social serta kenyamanan dan
kepuasan, juga merupakan unsur yang penting.
b. Kesesuaian (compatibility),
Adalah suatu inovasi dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai nilai yang
berlaku, pengalaman yang telah dimiliki, kesesuaian dengan tradisi dan kebutuhan
mereka yang melakukan adopsi.
c. Kerumitan (complexity)
Adalah mutu derajat dimana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan
dipergunakan. Selanjutnya Mulyana S (2009) mengatakan bahwa kerumitan dari
inovasi, apabila dilaksanakan oleh sasaran.Kompleksitas inovasi yang diterima
oleh anggota dalam sistem sosial sangat berpengaruh.
d. Kemungkinan di coba (trialability)
Adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang
terbatas.Mulyana S. (2009) mengatakan bahwa, dapat diujicobakan, setiap inovasi
yang dibawa dapat diujicobakan dulu oleh sasaran sehingga dapat
dilanjutkan/tidak, tergantung dari persepsi sasaran terhadap inovasi tersebut.
e. Kemungkinan diamati (observability)
Adalah hasil inovasi dapat disaksikan oleh orang lain atau dapat
dilihat/tampak, dapat dikomunikasikan dan dapat dideskripsikan.
2) Jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions)
a. Keputusan individual
a) Keputusan optional melalui proses
Tahap kesadaran (awareness)
Tahap menaruh minat (interest)
Tahap penilaian (evaluation)
Tahap percobaan (trial)
Tahap penerimaan (adoption)
b) Keputusan Kolektif
Stimulasi minat ke arah kebutuhan terhadap ide baru (oleh stimulator)
Inisiasi ide-ide baru dalam sistem sosial (inisiator, para pemula)
Legitimasi ide baru melalui pemegang kekuasaan
(pemerintah/pimpinan masyarakat)
Keputusan bertindak (anggota sistem)
Tindakan/pelaksanaan ide baru (anggota sistem sosial)
c) Keputusan Otoritas:
Dimana suatu keputusan diambil dengan paksaan, atas dasar
kepentingan atau mendesaknya suatu inovasi untuk diadopsi atau
digunakan atau karena urgensi dari suatu inovasi tersebut harus digunakan
dalam suatu sistem sosial. Karena apabila inovasi itu tidak segera
dikhawatirkan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Disini dalam
pengambilan keputusan tidak harus melalui tahapan-tahapan pengambilan
keputusan.
3) Saluran komunikasi (communication channel)
a. Sumber
b. Media/khalayak
c. Objek/interpersonal
4) Kondisi sistem sosial (nature of social system)
Hal yang harus diperhatikan:
a. Norma masyarakat
b. Toleransi terhadap penyimpangan
c. Pola komunikasi.
5) Peran agen perubah (change agents)
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen: gencarnya promosi yang
berorientasi pada klien, kerjasama dengan tokoh masyarakat, kredibilitas agen di
mata klien.

C. TAHAPAN PERISTIWA YANG MENCIPTAKAN PROSES DIFUSI


1. Mempelajari inovasi
Tahapan ini merupakan awal ketika masyarakat mulai melihat dan mengamati
inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsian awal
biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi,
sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi
dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi
dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal
mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan
harus disosialisasikan melalui komunikasi inerpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian
Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari.
Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa
faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin
tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi
oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan
untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri sendiri, apakah
mereka mampu melakukannya? Maka mereka akan cenderung mengadopsi inovasi
tersebut. Selain itiu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat
dalam mengadopsi inovasi.
Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi
inovasi untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi
juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepri dirinya. Jika
sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau ridak sesuai dengan nilai yang ia anut,
maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
3. Pengembangan jaringan sosial:
Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi
tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas
diadopsi oleh masyarakat. Divusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian
dari satu individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset
menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain
mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses asopsi inovasi, komunikasi
melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai
penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal mempengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya
telah diperkenalkan oleh media massa.

D. TAHAPAN DARI PROSES ADOPSI INOVASI


Rogers.E.M dan Shoemaker G.F.,dalam Mulyana S. (2009) mengemukakan bahwa ada 4
(empat) tahap, proses adopsi inovasi yaitu:
1. Tahap munculnya pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit
pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. Pada tahap ini, seseorang
belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai
inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada.
2. Tahap persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan
lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.
3. Tahap pengambilan keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit
pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan
adopsi atau penolakan inovasi.
4. Tahapan implementasi (Implementation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya menetapkanpenggunaan suatu inovasi sambil mempelajari tentang
inovasi tersebut.
5. Tahapan konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan
inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
E. TAHAPAN ADOPTER
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter (penerima
inovasi) sesuai dengan tingkat keinovatifannya (kecepatan dalam menerima inovasi). Salah
satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujukan adalah pengelompokkan berdasarkan kurva
adopsi, yang telah duji oleh Rogers (1961). Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat
dilihat sebagai berikut:
1. Innovators: Sekitar 2,5% individu yang pertama kali mengadopsi inovasi. Cirinya:
petualang, berani mengambil resiko,mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi.
2. Early Adopters (Perintis/Pelopor): 13,5% yang menjadi para perintis dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan (pemuka pendapat), orang yang dihormati,
akses di dalam tinggi.
3. Early Majority (Pengikut Dini): 34% yang menjadi pera pengikut awal. Cirinya:
penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi.
4. Late Majority (Pengikut Akhir): 34% yang menjadi pengikut akhir dalam penerimaan
inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social,
terlalu hati-hati.
5. Laggards (Kelompok Kolot/Tradisional): 16% terakhir adalah kaum kolot/tradisional.
Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan opinion leaders,sumberdaya
terbatas.

F. PENERAPAN DAN KETERKAITAN TEORI


Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi
Inovasi senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan
awal untuk terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti
dari pembangunan masyarakat.
Rogers dan Shoemaker (1971) dalam Mulyana S (2009) menjelaskan bahwa proses
difusi merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana
perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Perubahan sosial terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu:
1. Penemuan (invention)
Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau dikembangkan.
2. Difusi (diffusion)
Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada anggota
sistem sosial
3. Konsekuensi (consequences),
Konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi
atau penolakan inovasi.
ROGER menawarkan alternative mekanisme Disfusi Inovasi dalam Lembaga Pemerintahan,
yaitu:
1. Agenda Setting
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kebutuhan lembaga. dengan Identifikasi
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan Apakah Inovasi yang bersangkutan
dibutuhkan lembaga.
2. Maching
Pada tahap ini terjadi proses mencocokkan, melakukan redesign organisasi
untuk menyesuaikan dengan inovasi. Organisasi dapat memutuskan bahwa inovasi
yang akan di difusi mach atau mismatch. Apabila menurut penilaian terjadi mismatch
maka inovasi dapat ditolak. Keputusan ini penting karena akan menentukan langkah
selanjutnya.
3. Restrukturing / Redefining
Ketika tahap 2 di putuskan bahwa inovaso mach dengan organisasi maka
harus mulai melakukan modifikasi terhadap inovasi tersebut sehingga inovasi mulai
mengurangi karakter bawaannya dan mulai menyatu dengan karakter organisasi.
Dalam tahap ini inovasi di reinvented sehingga menjadi inovasi yang memiliki
karakter organisasi.Dengan demikian juga secara otomatis terjadi stukturisasi lembaga
sebagai dampak dari implementasi inovasi.
4. Clarifying
Pada tahap ini inovasi diimplementasikan secara luas sehingga ide-ide yang di
bawa oleh innovator lambat laun menjadi kebiasaan bagi setiap anggota organisasi.
5. Routinizing
Pada tahap ini inovasi telah menjadi ide-ide dan telah menjadi kegiatan
rutinitas yang menyatu dengan kegiatan organisasi. Ide-ide inovasi telah melebur
dengan organisasi menjadi pengetahuan, cara berfikir dan cara bertindak.

Hanafi, Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional
Rogers, E.M. dan Shoemaker, F.F., 1971, Communication of Innovations, London: The Free
Press

Anda mungkin juga menyukai