Anda di halaman 1dari 28

BEDAH BUKU

TEORI KEPEMIMPINAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulian Kepemimpinan dan
Berpikir Sistem Kesehatan Masyarakat

OLEH :

KELOMPOK 4

KELAS K3

1. Fera Rahayu Ningsi (J1A1 17 207)


2. Karina Zenischa Stasia (J1A1 17 229)
3. Muh Jayandi (J1A1 17 239)
4. Nadilla ramadhan Arbain S. (J1A1 17 243)
5. Karina Zenischa Stasia (J1A1 17 261)
6. Sri Ayu Mulyani (J1A1 17 272)
7. Wa Ode Najwa Sandrina Shihab (J1A1 17 282)
8. Wa Ode Yasni (J1A1 17 282)
9. Wahyu Ishaq Trisnandi (J1A1 17 283)
10. Winda Sari Ondjo (J1A1 17 285)

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
DAFTAR ISI

16. Martin J. Gannon (1982) ........................................................................................... 3


17. R.D. Agarwal (1982)................................................................................................. 8
18. James A.F.Stoner (1928)......................................................................................... 13
19. Daniel C. Feldman dan Hugh J. Arnold (1983) ...................................................... 18
20. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982) ...................................................... 22

2
16. Martin J. Gannon (1982)
“Leadership is the ability of a superior to influence the behavior of
subordinates; one of the behavioral in organization.”
“Kepemimpinan adalah kemampuan atasan untuk mempengaruhi
perilaku bawahan; salah satu perilaku dalam organisasi.”
1. Kemampuan atasan
2. Mempengaruhi perilaku bawahan.

1. Kemampuan atasan
Kompetensi/kemampuan menurut Hall dan Jones (1976) adalah
pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu
secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan
yang dapat diamati dan diukur.

a) Spencer (dalam yulaewati, 2004) mengatakan bahwa


kompetensi/kemampuan merupakan karakteristik mendasar seseorang
yang berhubungan timbal balik dengan suatu kriteria efektif dan atau
kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan.
b) Menurut,Mardapi dkk.(2001) Merumuskan bahwa
kompetensi/kemampuan merupakan perpaduan antara
pengetahuan,kemampuan,dan penerapan kedua hal tersebut dalam
melaksanakan tugas dilapangan kerja.
c) Glossary Our Workforce Matters (Sinnott, et.al;2002),
kompetensi/kemampuan adalah karakteristik dari karyawan yang
mengkontribusikan kinerja pekerjaan yang berhasil dan pencapaian hasil
organisasi. Hal ini mencakup pengetahuan, keahlian dan kemampuan
ditambah karakteristik lain, seperti ; nilai, motivasi, inisiatif dan kontrol
diri.
d) Le Boterf, dalam Denise, et.al (2007), kompetensi/kemampuan merupakan
sesuatu yang abstrak, dimana hal ini tidak menunjukkan adanya material
dan ketergantungan pada kegiatan kecakapan individu. Jadi kompetensi
bukan keadaan, tapi lebih pada hasil kegiatan dari pengkombinasian
sumber daya personal (pengetahuan, kemampuan, kualitas pengalaman,

3
kapasitas kognitif, sumber daya emosional, dan lainnya), dan sumber daya
lingkungan (teknologi, database, buku, jaringan hubungan dan lainnya).

Berikut ini, adalah kelima kompetensi/kemapuan inti yang wajib dimiliki


oleh seorang pemimpin yang ingin sukses berdasarkan penelitian psikologis:

1. Tegas Membuat Keputusan.

Pemimpin yang sukses membuat banyak keputusan dan tidak plin-


plan. Seorang pemimpin harus sigap dalam memilih suatu keputusan dan
bertanggung jawab dalam pilihannya tersebut. Orang-orang yang dipimpin
membutuhkan kepastian dan ketegasan dalam mengambil keputusan.

2. Berintegritas Tinggi.

Pemimpin yang jujur dan dapat dipercaya akan meningkatkan


semangat dan kinerja para pengikut yang dipimpinnya secara keseluruhan.
Orang-orang yang dipimpin akan berkomitmen, loyal, dan hormat pada
pemimpin yang terpercaya.

3. Visioner.

Ini adalah salah satu kualitas terpenting yang membedakan seorang


pemimpin dari pengikut. Pemimpin harus mampu memproyeksikan
pandangan ke depan, memberikan motivasi dan tujuan untuk maju bersama-
sama serta menunjukkan jalan dari visinya agar para pengikutnya tidak
tersesat.

4. Gigih.

Para pemimpin yang berhasil membawa perubahan dan kemajuan


adalah mereka yang pantang menyerah. Meskipun begitu, pemimpin yang baik
juga tetap fleksibel dan tidak kaku dalam mengejar pencapaian tujuan dengan
kegigihannya.

5. Ahli.

Akhirnya, seorang pemimpin adalah pribadi yang unggul, mampu


bernegosiasi dan komunikatif, bisa mempengaruhi orang lain serta pakar
persuasi. Keahlian seorang pemimpin yang terutama adalah mensinergikan

4
beragam kemampuan anggotanya dan mengolah berbagai sumberdaya yang
ada.

2. Syarat-syarat untuk menjadi pemimpin yang baik

Hasil penelitian menunjukan bahwa seorang yang tergolong sebagai


pemimpin adalah seorang yang pada waktu lahirnya memang telah diberkahi
dengan bakat-bakat kepemimpinan dan karir,dan ia mengembangkan bakat
genetisnya melalui pendidikan pengalaman kerja.

Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung


terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memilikili
lebih banyak ciri-ciri kepemimpinan.

Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai


syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin ,beberapa
syarat yang terpenting adalah
a. Pendidikan umum yang luas
b. Kemampuan berkembang secara mental
c. Selalu bersikap ingin tahu
d. Kemampuan analitis
e. Memiliki daya ingat kuat
f. Mempunya kapasitas integratif
g. Memiliki keterampilan berkomunikasih. Memiliki keterampilan
mendidik.
i. Personalitas dan objektivitas
j. Mempunyai naluri untuk menentukan prioritas
k. Sederhana
l. Berani dan tegas
Ciri-ciri lain yang berbeda dikemukakan oleh Ruslan Abdulgani
(1958) bahwa pemimpi harus mempunyai kelebihan dalam hal :
a. menggunakan pikiran
b. rohani dan jasmani

5
2. Mempengaruhi perilaku bawahan
Kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang memimpin,
membimbing, mempengaruh atau mengontrol pikiran perasaan atau tingkah
laku orang lain. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan bagi
bawahannya. Karena dengan adanya pemimpin yang inovatif, bawahanpun
akan merasa di hargai oleh pemimpinnya dan menjadi pengauruh yang baik
bagi perilaku bawahannya dalam mengerjakan tugas.
Sikap para pekerja dapat meningkat jika dipengaruhi oleh bagaimana
mereka memandang beberapa faktor, misalnya : tindakan-tindakan pemimpin
mempunyai pengaruh yang kuat atas semangat kerja para karyawan. Pemimpin
menentukan suasana dan mempunyai tanggung jawab utama untuk menetapkan
iklim yang sehat. Peran pemimpin dalam membangkitkan semangat para
pekerja dengan cara memberikan pujian dan dukungan serta penghargaan bagi
setiap karyawan yang berptestasi.

Peran kualitas hubungan antara atasan bawahan akan menjadi


pengendali terjadinya perilaku kerja konraproduktif, hubungan yang dibangun
atas kepentingan bersama akan melahirkan prestasi dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan organisasi. Kualitas hubungan atasan-bawahan mempunyai
kaitan dengan tigkah laku kerja kontraproduktif, keadilan yang diterima dan
status pekerjaan. Berdasarkan uraian di atas didapati bahwa kualitas hubungan
atasan-bawahan mempunyai pengaruh terhadap berlakunya perilaku kerja
kontraproduktif.
Hal ini terdapat pada gaya kepemimpinan. Seperti contoh gaya
kepemimpinan motifvatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan
informasi mengenai ide-idenya,program-program, dan kebijakan-kebijakan
kepada bawahan dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide,
program dan kebijakan dapat dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau
merealisasikan semua ide, program dan kebijakan yang ditetapkan oeh
pemimpin.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan sangat berpengaruh
besar terhadap perilaku bawahannya, dengan adanya kepemimpinan yang baik,

6
adil, dan merata akan menambah semangat kerja bawahan apalgi di iringi
dengan pujian dan pemberian penghargaan dari atasan.
a. Mempengaruhi dengan Prinsip

Mempengaruhi orang lain sebenarnya bisa dilakukan setiap orang


namun tergantung dari cara orang tersebut memimpin dan tentunya tergantung
dari prinsip yang Ia miliki. Mengapa? Karena jika seseorang tidak memiliki
prinsip maka Ia juga akan dengan mudah mendapat pengaruh yang mungkin
saja itu pengaruh buruk. Tetapi jika seseorang memiliki prinsip yang teguh dia
pasti akan menjadi seorang pemimpin yang kuat.

a. Memberi Keputusan dengan Komunikasi yang Baik


Pemimpin juga bisa memberikan pengaruh terhadap keputusan yang
Ia putuskan. Karena setiap keputusan yang diambil dan ditetapkan maka
anggotanya juga pasti akan mengikuti apa yang menjadi keputusan dari
pemimpin Anda tersebut. Jika pemimpin tersebut tidak bisa memutuskan
dengan baik maka jalur yang ditempuh juga pasti tidak akan berjalan dengan
baik. Dalam hal ini juga pemimpin haruslah mempunyai jalinan komunikasi
yang baik, karena pemimpin jika tidak memberikan jalinan komunikasi yang
baik maka akan berpengaruh kepada bawahan-nya yang lain. Mereka akan
mengikuti apa yang menjadi ucapan dari pemimpin tersebut secara tidak
langsung, kadang salah dalam penyampaian juga dapat membawa masalah
miss communication.

b. Memimpin dengan Tegas dan Adil


Ketegasan seorang pemimpin juga sangat dibutuhkan. Pemimpin yang
tidak tegas akan membawa juga pengaruh kepada anggotanya sehingga
anggota juga akan bersikap acuh tak acuh. Tetapi seorang pemimpin yang
tegas dapat mampu membangkitkan suasana dan juga mampu memberikan
semangat kepada anggotanya. Bersikap tegas artinya mengatakan yang benar
itu benar dan yang salah itu salah. Jika A maka A, jika B maka B, tanpa sikap
yang tegas pemimpin tidak bisa berlaku adil.

7
17. R.D. Agarwal (1982)

“Leadership in the art of influencing others to direct their will, abilities and
effort to the achievement of leader’s goals. In the contecxt of organization,
leadership lies in influencing individual and group effort toward the optimum
achievement of organizational.”

 Seni mempengaruhi orang lain


 Mengarahkan kemauan bawahan
 Pencapaian tujuan organisasi secara optimal

Menurut R.D. Agarwal (1982), kepemimpinan adalah seni mempengaruhi


orang lain untuk mengarahkan kemauan mereka, kemampuan dan usaha untuk
mencapai tujuan pimpinan.

Seringkali kita dengar bahwa kepemimpinan merupakan “seni


mempengaruhi orang lain”. Kepemimpinan mudah diidentifikasikan tetapi sulit
untuk didefinisikan secara persis. Beberapa ahli kepemimpinan secara prinsip
setuju bahwa kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi
yang terjadi antara atasan dan bawahannya. Kepemimpinan telah dipelajari secara
luas dalam berbagai konteks dan dasar teoritis. Dalam beberapa hal,
kepemimpinan digambarkan sebagai sebuah proses, tetapi sebagian besar teori
dan riset mengenai kepemimpinan fokus pada seorang figur untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik.
Seorang pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk memimpin
mengarahkan “pasukan” supaya maju dalam meraih dan mewujudkan tujuan-
tujuan yang diharapkan dan yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin juga
merupakan bagian dari anggota karyawan yang tidak bisa dipisahkan. Apa yang
menjadi tanggung jawab pemimpin harus dijalankan dengan sebaik-baiknya
sehingga seorang pemimpin mampu menjadikan dirinya sebagai suri tauladan dan
panutan bagi orang-orang yang dipimpinnya dalam rangka meraih tujuan bersama.
Kepemimpinan muncul dari aspirasi anggota organisasi (buttom up). Pemimpin
dibekali dengan kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau mengarahkan
anggota organisasi untuk tunduk terhadap kepemimpinan mereka, dengan

8
kekuasaan yang dimiliki ia berusaha mempengaruhi perilaku orang lain dengan
sebuah metode yang memungkinkan mereka loyal dan taat kepadanya. Selain itu,
para bawahan juga berkenan untuk mematuhi segala perintahnya dengan segenap
perasaan jiwa.
Para pemimpin harus berbaur dengan bawahannya terlebih jika pemimpin
belum mengenal betul sifat dan karakter dari bawahannya. Pada saat apapun jika
seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, dari keterangan diatas
telah diterangkan bahwa kegiatan semacam itu telah melibatkan seseorang
kedalam aktivitas kepemimpinan. Jika kepemimpinan tersebut terjadi dalam
sebuah organisasi tertentu, dan orang tadi perlu mengembangkan sifat dan
membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat produktivitas yang tinggi,
maka orang tersebut perlu memikirkan tentang stategi kepemimpinan apa yang
akan dipakainya saat memimpin.
Kualitas kepemimpinan seseorang tercermin melalui visinya. Pemimpin
bervisi disebut juga pemimpin yang “berpandangan ke depan”. Penulis “On
Becorming A Leader” (2009), warren bennis, menyebutnya sebagai “visioner”.
Tidak diragukan lagi, kepemimpinan nabi pun melekat dengan karakter sebagai
“visioner” (visionary leadership).
Visioner adalah seorang/pemimpin yang memiliki pandangan jauh ke
depan. Untuk mendekati dan mendapatkan apa yang kita “lihat” di depan, tidak
ada cara lain kecuali maju melangkah, lalu meraihnya. Kemungkinan adanya
beragam resiko diperjalanan adalah tantangannya.
Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk mengantisipasi melihat
kedepan, mempertahankan fleksibilitas dan memperdayakan orang lain untuk
menciptakan perubahan strategi yang diperlukan. Pada hakikatnya kepemimpinan
strategis itu multifungsional, melibatkan pengelolaan melalui orang-orang,
mengelola seluruh organisasi/instansi dan meniru perubahan yang kelihatannya
akan meningkatkan lingkungan persaingan saat ini. Karena kompleksitas dan
hakikat global dari lingkungan ini, para pemimpin strategis harus belajar
bagaimana caranya mempengaruhi perilaku manusia dengan efektif dalam
lingkungan yang tidak pasti. Melalui kata-kata atau contoh pribadi, dan melalui
kemampuannya untuk melihat masa depan, para pemimpin strategis yang efektif

9
mempengaruhi perilaku, pikiran, dan perasaan orang-orang yang bekerja
dengannya secara bermakna.
Hakikat kepemimpinan merupakan proses kegiatan untuk mempengaruhi
orang lain melakukan aktifitas, maka terdapat banyak variasi pendapat tentang
kegiatan fungsional yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi
pengikutnya. Kepemimpinan strategis dimana kebijakannya dapat memberikan
dampak bagi orang banyak. Bukan berdasarkan struktural, namun lebih mengarah
ke fungsional. Unsur terpenting kepemimpinan strategis ialah kemampuan
mengembangkan modal manusia.
Demikian halnya dengan di Indonesia yang telah beberapa kali mengalami
pergantian rezim. Kecenderungan serta kebijakan setiap rezim penguasa pasti
berbeda. Dalam suatu teori dikatakan bahwa kekuasaan cenderung untuk korup,
memang demikian adanya yang kita saksikan selama hampir 72 tahun. Hal itulah
yang membawa negeri kita menjadi nomor wahid dalam urusan korupsi di
samping negara-negara korup lainnya. Kita senantiasa berharap perilaku demikian
tidak terjadi lagi dan terus menghantui negara yang kita cintai ini.
Indonesia dengan segenap potensinya, apabila dikelola oleh pemimpin
strategik yang berhati nurani dan moral yang jujur bukan tidak mungkin akan
menjadi negeri yang sejahtera dimana rakyatnya tidak dipusingkan lagi oleh
melambungnya harga berbagai bahan pokok.
Coba kita tengok kebelakang, sistem politik di indonesia pada masa orba
begitu statis hampir tiada riak yang menghiasinya, tak pelak lagi ketika rezim orba
runtuh gonjang-ganjing berbagai isu perubahan mulai ramai seperti jamur di
musim hujan. Berbagai harapan kehidupan politik yang lebih baik hingga kini
masih terus diupayakan oleh beberapa pihak. Semoga diumur yang ke-72 ini
Indonesia lebih raya.
Sebenarnya taktik mempengaruhi orang lain telah diformulasikan oleh
banyak pakar dan peneliti, tentu bukan di desain untuk mempengaruhi orang
dalam perbuatan kejahatan). Pelakunya diharapkan tetap ada dalam rel kebenaran,
dan diimplementasikan ke dalam spektrum berpikir menuju kepemimpinan yang
efektif (effective leadership). Misalnya dalam manajemen organisasi, dimana
seorang manajer dituntut untuk mengajak seluruh elemen organisasi bersama-

10
sama dalam menyelesaikan permasalahan organisasi, menuju tujuan organisasi
yang ingin dicapai. Seorang pelatih dan manajer bola yang memimpin pemain-
pemain kelas dunia dan ingin mereka semua bisa bersatu, berdjoeang
memenangkan pertandingan.

Beberapa teori dan formulasi tentang taktik atau teknik mempengaruhi


telah bermunculan sejak 20 tahun yang lalu (Kipnis-1980; Schriesheim-1990;
Yukl-1992, Ferris-1997). Dari perseteruan pendapat yang ada, boleh dikata yang
banyak diterapkan dan dimutasikan dalam penelitian lanjutan adalah metode
Influence Behavior Questionanaire (IBQ). Suatu metode yang dikembangkan oleh
peneliti yang bernama Gary Yukl (1992), professor di University at Albany,
Amerika. Metoda IBQ memformulasikan 9 strategi dan teknik mempengaruhi
orang lain.

a. Rational Persuasion: Adalah siasat meyakinkan orang lain dengan


menggunakan argumen yang logis dan rasional. Seorang dokter yang memberi
nasehat kepada pasien yang perokok berat, dengan menjelaskan efek buruk
merokok bagi paru-paru dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa para
perokok lebih rentan menderita penyakit kronis lain. Adalah salah satu contoh
rational persuasion ini.

b. Inspiration Appeals Tactics: Adalah siasat dengan meminta ide atau proposal
untuk membangkitkan rasa antusias dan semangat dari target person. Contoh
nyata penerapannya adalah, seorang menteri yang membawahi departemen
komunikasi dan informasi (kominfo), yang membuka kesempatan kepada
seluruh komunitas IT untuk membuat proposal dan ide tentang pengembangan
e-government di suatu negeri.

c. Consultation Tactics: Terjadi ketika kita meminta target person untuk


berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang kita agendakan. Misalnya adalah
menteri kominfo diatas yang kembali berkonsultasi kepada seluruh komunitas
IT di suatu negeri dalam upaya mengajak partisipasi aktif dalam implementasi
cetak biru e-government yang telah diproduksi oleh departemennya.

11
d. Ingratiation Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berusaha untuk
membuat senang hati dan tentram target person, sebelum mengajukan
permintaan yang sebenarnya. Sendau gurau seorang salesman terhadap
langganan, pujian seorang pimpinan terhadap bawahan sebelum memberi tugas
baru, ataupun traktiran makan seorang partner bisnis adalah termasuk dalam
ingratiation tactics ini.

e. Personal Appeals Tactics: Terjadi ketika kita berusaha mempengaruhi target


person dengan landasan hubungan persahabatan, pertemanan atau hal yang
bersifat personal lainnya. Kita bisa mengimplementasikannya dengan memulai
pembicaraan misalnya dengan, “Budi, saya sebenarnya nggak enak mau
ngomong seperti ini, tapi karena kita sudah bersahabat cukup lama dan saya
yakin kamu sudah paham mengenai diri saya …”

f. Exchange Tactics: Adalah mirip dengan personal appeal tactics namun


sifatnya adalah bukan karena hubungan personal semata, namun lebih banyak
karena adanya proses pertukaran pemahaman terhadap kesukaan, kesenangan,
hobi, dsb. diantara kita dan target person.

g. Coalition Tactics: Adalah suatu siasat dimana kita berkoalisi dan meminta
bantuan pihak lain untuk mempengaruhi target person. Strategi kemenangan
karena jumlah pengikut dipakai dalam siasat ini.

h. Pressure Tactics: Terjadi dimana kita mempengaruhi target person dengan


peringatan ataupun ancaman yang menekan. Seorang komandan pasukan yang
memberi ancaman penurunan pangkat bagi prajuritnya yang mengulangi
kesalahan serupa. Adalah contoh implementasi pressure tactics ini.

i. Legitimizing Tactics: Adalah satu siasat dimana kita menggunakan otoritas


dan kedudukan kita untuk mempengaruhi target person. Presiden yang
meminta seorang menteri untuk menyusun rancangan undang-undang, kepala
sekolah yang meminta guru menyusun kurikulum pendidikan adalah beberapa
contoh penerapan legitimizing tactics.

12
18. James A.F.Stoner (1928)
‘’We will define managerial leadership,as the process of directing and
influencing the task-related activities of group members.”

 Proses mengarahkan
 Mempengaruhi aktivitas hubungan tugas anggota kelompok

James A. F. Stoner (1996:161), mengatakan kepemimpinan adalah proses


mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari
anggota kelompok.

James A.F.Stoner dan Charles Wankel(1986; p.445) mengutip pendapat


Churchil mengatakan bahwa kepemipinan adalah kemampuan dan ketrampilan
mengarahkan, merupakan faktor(aktivitas) penting dalam efektivitas
manajer/ppemimpin(Nevertheless, leadership abilities and skill in directing are
important factors in managers effectiveness).

Manajemen Kepemimpinan menurut Stoner adalah sebagai proses


mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada
tiga implikasi penting, pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain (bawahan
atau pengikut), kwalitas seorang pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam
menerima pengarahan dari pemimpin. Kedua, kepemimpinan merupakan
pembagian yang tidak seimbang diantara para pemimpin dan anggota kelompok.
Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa dari kegiatan
anggota kelompok dan sebaliknya anggota kelompok atau bawahan secara tidak
langsung mengarahkan kegiatan pimpinan. Ketiga kepemimpinan disamping
dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh. Dengan kata lain
seorang pimpinan tidak dapat mengatakan kepada bawahan apa yang harus
dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah
pemimpin.

Dari definisi manajemen yang dipaparkan Stoner, dapat kita lihat langsung
apa saja yang menjadi fungsi dari manajemen. Stoner mengatakan bahwa
"Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

13
pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan".

Sekarang jelas bahwa fungsi manajemen menurut Stoner ada empat yaitu
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian.

Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin adalah:

1. Pemimpin bekerja dengan orang lain : Seorang pemimpin bertanggung jawab


untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman
sekerja atau atasan lain dalam organjsasi sebaik orang diluar organisasi.

2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan


(akontabilitas): Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas
menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang
terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafhya tanpa
kegagalan.

3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas : Proses


kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin hanya dapat menyusun tugas
dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin
harus dapat mendelegasikan tugas- tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin
harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara
efektif.

4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual : Seorang pemimpin


harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat
mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan
seluruh pekerjaan menjadf lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.

5. Manajer adalah forcing mediator : Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator
(penengah).

14
6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat: Seorang pemimpin harus mampu
mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang
pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.

7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit : Seorang pemimpin harus dapat


memecahkan masalah.

 Tipe-tipe Kepemimpinan

1. Tipe Otokratis
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria
atau ciri sebagai berikut:
 Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi
 Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
 Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata
 Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
 Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya
 Dalam tindakan pengge-rakkannya sering mempergunakan pendekatan
yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang
pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer.
Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang
memiliki sifat-sifat berikut :
 Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
 Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan
jabatannya
 Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan
 Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
 Sukar menerima kritikan dari bawahannya
 Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan
3. Tipe Paternalistis
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis
ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut :

15
 Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
 Bersikap terlalu melindungi (overly protective)
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil
inisiatif
 Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
mengembangkan daya kreasi dan fantasinya
 Dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Karismatik
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-
sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma;
 Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik
yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak
dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu.
5. Tipe Demokratis
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe
pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini
terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia
 Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya
 Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya
 Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha
mencapai tujuan
 Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk
berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi
berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang
lain
 Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya

16
 Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
 Model Kepemimpinan Likert (Likert Management System)
1. Sistem Otoriter (Sangat Otokratis)
Dalam sistem ini, pimpinan menentukan semua keputusan yang berkaitan
dengan pekerjaan, dan memerintahkan semua bawahan untuk menjalankannya.
Untuk itu, pemimpin juga menentukan standar pekerjaan yang harus dijalankan
oleh bawahan. Dalam menjalankan pekerjaannya, pimpinan cenderung
menerapkan ancaman dan hukuman. Oleh karena itu, hubungan antara pimpinan
dan bawahan dalam sistem adalah saling curiga satu dengan lainnya.
2. Sistem Otoriter Bijak (Otokratis Paternalistik)
Perbedaan dengan sistem sebelumnya adalah terletak kepada adanya
fleksibilitas pimpinan dalam menetapkan standar yang ditandai dengan meminta
pendapat kepada bawahan. Selain itu, pimpinan dalam sistem ini juga sering
memberikan pujian dan bahkan hadiah ketika bawahan berhasil bekerja dengan
baik. Namun demikian, pada sistem inipun, sikap pemimpin yang selalu
memerintah tetap dominan.
3. Sistem Konsultatif
Kondisi lingkungan kerja pada sistem ini dicirikan adanya pola
komunikasi dua arah antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin dalam
menerapkan kepemimpinannya cenderung lebih bersifat menudukung. Selain itu
sistem kepemimpinan ini juga tergambar pada pola penetapan target atau sasaran
organisasi yang cenderung bersifat konsultatif dan memungkinkan diberikannya
wewenang pada bawahan pada tingkatan tertentu.
4. Sistem Partisipatif
Pada sistem ini, pemimpin memiliki gaya kepemimpinan yang lebih
menekankan pada kerja kelompok sampai di tingkat bawah. Untuk mewujudkan
hal tersebut, pemimpin biasanya menunjukkan keterbukaan dan memberikan
kepercayaan yang tinggi pada bawahan. Sehingga dalam proses pengambilan
keputusan dan penentuan target pemimpin selalu melibatkan bawahan. Dalam
sistem ini pun, pola komunikasi yang terjadi adalah pola dua arah dengan
memberikan kebebasan kepada bawahan untuk mengungkapkan seluruh ide
ataupun permasalahannya yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan.

17
19. Daniel C. Feldman dan Hugh J. Arnold (1983)

“Another way of saying the same thing is that leadership essentially


involves one person (the leader) consciously trying to get other people (the
followers) to do something that the leader wants them to do”

"Cara lain untuk mengatakan hal yang sama adalah bahwa kepemimpinan
pada dasarnya melibatkan satu orang (pemimpin) yang secara sadar
berusaha membuat orang lain (pengikut) melakukan sesuatu yang
diinginkan oleh pemimpin untuk dilakukan".

Dalam pernyataan tersebut ada kalimat yang merujuk pada :

 Pelibatan seseorang (pemimpin) secara sadar.

Pemimpin (Natural Leader) adalah seseorang yang menggunakan


kemampuannya, sikapnya, nalurinya, dan ciri-ciri kepribadiannya yang
mampu menciptakan suatu keadaan, sehingga orang lain yang dipimpinnya
dapat saling bekerja sama untuk mencapai tujuan.

Semua orang ingin mengerti apa yang membuat para pemimpin


sadar untuk bergerak secara karismatik, yang menggunakan keterampilan
dan pengetahuannya agar dapat mencapai suatu tujuan bersama. Kunci
untuk menjadi pemimpin yang hebat adalah bagaimana Anda berbagi
kekuasaan dan tanggung jawab di antara pemimpin dan pengikut.
Pemimpin yang tidak berbagi tanggung jawab untuk memimpin dan
berkuasa dengan pengikut mereka sering mengalami stres, kelelahan, dan
hasil yang kurang memuaskan. Jawabannya bukan untuk mencoba lebih
banyak kontrol.

Prestasi unik seorang pemimpin yang hebat adalah prestasi


manusia dan sosial yang berasal dari pemahamannya tentang rekan
kerjanya. Orang yang memimpin kita secara efektif tampaknya harus
memahami tujuan dan tujuan kita. Dia tampaknya berada dalam posisi

18
untuk memuaskan mereka; ia tampaknya harus memahami implikasi
tindakannya sendiri; dia harus konsisten dan jelas dalam mengambil
keputusan. Kata “sepertinya” penting di sini. Jika kita tidak menganggap
calon pemimpin sebagai orang yang memiliki sifat-sifat ini, tidak akan ada
bedanya seberapa mungkin dia sebenarnya.

Kami masih tidak akan mengikuti jejaknya. Jika, di sisi lain, kita
telah dibodohi dan sepertinya dia hanya memiliki sifat-sifat ini, kita masih
akan mengikutinya sampai kita menemukan kesalahan kita. Dengan kata
lain, itu adalah kesan yang ia buat pada suatu waktu yang akan
menentukan pengaruh yang dimilikinya terhadap pengikutnya.

Contoh Kasus :

Di setiap perguruan tinggi atau universitas pasti tidak akan lepas


dari yang namanya organisasi, dalam suatu organisasi. Ketika mengadakan
sebuah acara sebutlah acaranya SEMINAR. Dalam acara tersebut pasti
akan di tentukan struktur kepanitiaannya. Suatu ketika setelah tersusun
panitia yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan
lainnya. Kemudian setiap bidang masing masing mengadakan rapat untuk
kelanjutan acara yang akan di laksankannya.

Solusinya:

Dalam suatu organisasi , pasti akan mengalami masalah . Untuk


itu, di butuhkan beberapa solusi yang baik untuk menanganinya .
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai suatu proses penghilangan
perbedaan atau ketidak-sesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh
dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005) . Salah satu solusi yang
terbaik akan hal tersebut adalah bagaimana seorang pemimpin dalam suatu
organisasi yang bersangkutan mengambil keputusan .

Masalah adalah sesuatu yang pasti terjadi dalam kehidupan kita ,


baik dalam kehidupan sosial , maupun kehidupan yang bersifat profesional
dan akan menimbulkan faktor faktor persaingan . Untuk itulah sulit untuk

19
dapat diterima bila seorang yang tidak memiliki kompetensi untuk
menyelesaikan masalah, menjadi seorang manajer (Whetten & Cameron,
2002) .

Cara pemecahan masalah itu sendiri tergantung seberapa kreatifkah


kita menyikapi masalah , dan bagaimana mengambil cara yang terbaik
dalam memecahkan suatu masalah. Sayangnya, pilihan pertama yang
mereka ambil seringkali bukanlah solusi terbaik. Secara tipikal, dalam
pemecahan masalah, kebanyakan orang menerapkan solusi yang kurang
dapat diterima atau kurang memuaskan, dibanding solusi yang optimal
atau yang ideal (Whetten & Cameron, 2002).

 Mendapatkan orang lain (pengikut).

Pandangan saya mengenai seorang pemimpin yang harus


mendapatkan orang lain (pengikut) ataupun bawahannya begitu diwarnai
dengan ekspektasi berdasarkan perilaku seorang pemimpin sehingga fakta-
fakta mungkin tidak tampak dengan cara yang sama.

Banyak kegagalan pemimpin dapat ditelusuri dari kesalahan


persepsi yang disederhanakan di pihak pekerja atau kegagalan atasan
untuk mengenali konteks atau kerangka acuan di mana tindakannya akan
dipahami oleh bawahan.

Bagi pengikut untuk mengenali pemimpin mereka sebagaimana


adanya, mungkin akan sama sulitnya baginya untuk memahami mereka
sepenuhnya. Beberapa kesulitan terburuk dalam hubungan antara atasan
dan bawahan berasal dari realitas persepsi yang salah. Begitu banyak dari
apa yang kita pahami di dunia sekitar kita diwarnai oleh konsepsi dan
prasangka yang kita mulai.

Pada kenyataannya, perbedaan di antara pengikut dalam kelompok


dan organisasi sama pentingnya dengan perbedaan di antara para
pemimpin. Sebaliknya, pengikut yang baik adalah hal yang hampir tidak
ada. Sebagian besar penelitian terbatas dan tulisan tentang bawahan

20
cenderung menjelaskan perilaku mereka dalam konteks pengembangan
pemimpin daripada pengikut 'atau secara keliru menganggap bahwa
pengikut adalah tidak berbentuk, semuanya satu dan sama. Sebagai
hasilnya, kita hampir tidak memperhatikan, misalnya, bahwa pengikut
yang mengikuti tanpa berpikir sama sekali berbeda dari mereka yang
sangat berbakti.

 Mengerjakan tugas yang pemimpin inginkan.

Pemimpin juga menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang


tidak seimbang di antara para bawahan atau anggota kelompok. Pemimpin
mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para
anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan
kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung. Meskipun dapat juga
melalui cara tidak langsung.

Pemimpin dapat menggunakan pengaruh, dengan kata lain para


pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan dapat
melaksanakan perintahnya. Misalnya, seorang leader dapat mengarahkan
bawahan untuk melaksanakan tugas tertentu, tetapi dia dapat
mempengaruhi bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu di
laksanakan dengan tepat.

Pengikut dapat didefinisikan oleh perilaku mereka — melakukan


apa yang orang lain inginkan. Saya dapat mendefinisikan pengikut
berdasarkan peringkat mereka: Mereka memiliki hierarki yang rendah dan
memiliki lebih sedikit kekuatan, otoritas, dan pengaruh daripada atasan
mereka.

Mereka umumnya suka bergaul, terutama dengan mereka yang


berada di posisi yang lebih tinggi. Di tempat kerja, mereka dapat
mematuhi agar tidak menempatkan uang atau status yang berisiko. Di
komunitas, mereka mungkin mematuhi untuk menjaga stabilitas dan

21
keamanan kolektif — atau hanya karena itu adalah hal termudah untuk
dilakukan.

Tidaklah sulit untuk menyatakan dalam beberapa kata apa yang


dilakukan para pemimpin sukses yang membuat mereka efektif. Tetapi
jauh lebih sulit untuk mencari komponen yang menentukan keberhasilan
mereka. Metode yang biasa adalah untuk memberikan pengakuan yang
memadai atas fungsi masing-masing pekerja sehingga ia dapat melihat
kepuasan beberapa minat atau motif utama dalam menjalankan usaha
kelompok.

Bentuk-bentuk kepemimpinan kasar hanya bergantung pada sumber


kepuasan tunggal seperti imbalan uang atau pengentasan ketakutan tentang
berbagai jenis rasa tidak aman. Tugas ini dipatuhi karena mengikuti
perintah akan menghasilkan gaji, dan penyimpangan akan menyebabkan
pengangguran.

20. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982)

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982:83), mendefinisikan


kepemimpinan sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam
situasi tertentu”. Adapun inti dalam teori kepemimpinan dari Paul Hersey dan
Kenneth H. Blanchard, yakni:

 Proses mempengaruhi kegiatan individu/kelompok


 Usaha pencapaian tujuan dalam situasi tertentu

Perilaku pimpinan yang handal sangat dibutuhkan untuk memotivasi


karyawan agar dapat bekerja dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan
tersebut, karena kepemimpinan adalah suatu proses dalam mempengaruhi

22
kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha pencapaian tujuan (Hersey dan
Blanchard, 1992).

Jadi penerapan perilaku pimpinan di suatu organisasi harus


mempertimbangkan sifat dan keterampilan tertentu yang dimiliki pimpinan,
selanjutnya mengadaptasikan sifat dan keterampilannya tersebut dengan situasi
lingkungan maupun kondisi bawahan.

Dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawan


sangat diperlukan seorang pemimpin yang menggunakan model kepemimpinan
situasional, yaitu pemimpin yang selain mempunyai kemampuan pribadi, juga
mampu membaca keadaan bawahannya serta lingkungan kerjanya.

Dalam hal ini kematangan bawahan berkaitan langsung dengan model


kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan, agar pimpinan memperoleh ketaatan
atau pengaruh yang memadai. Untuk itu pemimpin harus mampu menciptakan
suasana kerja yang mendukung para bawahan untuk selalu berprestasi.

Dalam kepemimpinan situasional, kebutuhan untuk memahami


kepemimpinan yang dipertautkan dengan situasi tertentu pada hakekatnya telah
dikenal dari penelitian terdahulu seperti studi Universitas Ohio maupun Michigan.
Kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2001) adalah
didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut:

a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikanoleh pimpinan

b. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan.

c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut. Terdapat dua hal yang
diakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya dalam kepemimpinan
situasional ini, yaitu perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.

Perilaku mengarahkan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang


pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam
komunikasi satu arah ini antara lain menetapkan peranan, memberitahukan

23
pengikut tentang apa yang seharusnya dikerjakan, dan melakukan pengawasan
secara ketat terhadap pengikutnya. Sedangkan perilaku mendukung adalah sejauh
mana pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, berupa memberikan
dukungan atau dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut
dalam pengambilan keputusan (Thoha, 2001).

Gambar 1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan

Kedua perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan
berbeda sehingga dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan situasional,
seperti pada gambar 1.

Instruksi (G1), pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan


pengarahan dan sedikit dukungan. Pemimpin memberikan instruksi yang spesifik
tentang peranan dan tujuan bagi pengikutnya, dan secara ketat mengawasi
pelaksanaan tugas mereka.

24
Konsultasi (G2), pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak
mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin mau menjelaskan
keputusan dan kebijaksanaan yang diambil dan mau menerima pendapat dari
pengikutnya. Pemimpin tetap memberikan pengawasan dalam penyelesaian
tugastugas pengikutnya.

Partisipatif (G3), perilaku pemimpin menekankan pada banyak


memberikan dukungan dan sedikit dalam pengarahan. Pemimpin menyusun
keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya dan mendukung usaha-usaha
dalam menyelesaikan tugas.

Delegatif (G4), pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit


pengarahan. Pemimpin dengan gaya delegatif mendelegasikan keputusan
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada pengikutnya.

Kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard merupakan suatu teori


kepemimpinan yang memusatkan perhatian pada kematangan para pengikut.
Menurut Hersey dan Blanchard dalam Robbins (2001) kesiapan pengikut
dedefinisikan dalam empat tahap:

M1 : Orang-orang yang tidak mampu maupun tidak bersedia mengambil tanggung


jawab untuk melakukan sesuatu. Mereka tidak kompeten atau tidak yakin.

M2 : Orang-orang yang tidak mampu tetap bersedia melakukan tugas pekerjaan


yang perlu. Mereka termotivasi tetapi dewasa ini kekurangan keterampilan yang
memadai.

M3 : Orang-orang yang mampu tetapi tidak bersedia melakukan apa yang


diinginkan oleh pemimpin.

M4 : Orang-orang mampu dan bersedia melakukan apa yang diminta pada mereka
Hubungan kepemimpinan situasional dengan kematangan pengikut dapat dilihat
pada gambar 2.

25
Gambar 2. Model Kepemimpinan Situasional Hersey Blanchard

1. Mengembangkan dan Memotivasi Pengikut

Seorang pemimpin yang baik mengembangkan kompetensi dan


komitmen dari pengikut sehingga mereka memotivasi diri sendiri daripada
bergantung pada orang lain untuk diarahkan atau dibimbing. Menurut Hersey
tingginya kinerja pemimpin menciptakan harapan yang realistis akan tingginya
kinerja dari pengikut. Sebaliknya rendahnya harapan pemimpin mengakibatkan
rendahnya kinerja pengikut. Menurut Ken Blanchard empat kombinasi
kompetensi dan komitmen akan menciptakan tingkat perkembangan seperti yang
disebutkan dalam notasi dibawah ini:

D1 — Kompetensi rendah dan komitmen yang tinggi

D2 — Kompetensi rendah dan komitmen yang rendah

D3 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang rendah

D4 — Kompetensi tinggi dan komitmen yang tinggi

Dalam rangka untuk membuat siklus yang efektif, seorang pemimpin perlu
memotivasi pengikutnya dengan benar.

2. Kepemimpinan Situasional II

26
Teori kepemimpinan situasional atau the situational leadership
theory adalah teori kepemimpinan yang dikembangkan oleh Paul Hersey, penulis
buku Situational Leader. Dan Ken Blanchard, pakar dan penulis The Minute
Manager, yang kemudian menulis pula buku Management of Organizational
Behavior(skarang sudah terbit dalam edisi yang ke-9).

Teori ini pada awalnya diintrodusir sebagai “Life Cycle Theory of


Leadership”. Sampai kemudian pada pertengahan 1970an “Life Cycle Theory of
Leadership” berganti dengan sebutan “Situational Leadership Theory“. Di akhir
1970an dan awal 1980an, masing-masing penulis mengembangkan teori
kepemimpinannya sendiri-sendiri. Hersey – mengembangkan Situational
Leadership Model dan Blancard – mengembangkan Situational Leadership
Model II.

Hersey dan Blanchard terus bersepakat dengan teori aslinya hingga 1977.
Ketika mereka sepakat untuk menjalankan pemahaman masing-masing pada akhir
1970-an, Hersey merubah nama dari kepemimpinan situasional menjadi teori
kepemimpinan situasional dan Blanchard menawarkan Teori Kepemimpinan
Situasional sebagai Pendekatan Situasional untuk Mengelola Orang. Blanchard
dan rekan-rekannya terus merevisi pendekatan situasional untuk mengelola orang,
dan pada tahun 1985 diperkenalkan Kepemimpinan Situasional II (SLII).

Pada tahun 1979, Ken Blanchard mendirikan Blanchard Training &


Development Inc, (kemudian menjadi The Ken Blanchard Companies)
bersama-sama dengan istrinya Margie Blanchard dan dewan pendiri. Seiring
waktu, kelompok ini membuat perubahan konsep dari teori kepemimpinan
situasional awal pada beberapa bidang utama, termasuk penelitian dasar, gaya
kepemimpinan, dan kontinum tingkat perkembangan individu.

Model penelitian kepemimpinan situasional II (SLII) mengakui penelitian


yang ada dari teori kepemimpinan situasional dan merevisi konsep berdasarkan
umpan balik dari klien, manajer, dan karya peneliti terkemuka pada bidang
pengembangan kelompok.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. https://www.temukanpengertian.com/2013/07/pengertian-


pemimpin.html
Beastudi Indonesia. Kepemimpinan: Seni Mempengaruhi Orang Lain. 2018

Budiman. 2015. Pengaruh Kualitas Hubungan Antara Atasan – Bawahan


Terhadap Perilaku Kerja Kontra Produktif. Jurnal Psikologi Islami.
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden
Fatah Palembang. Vol. 1 No. 2 : 35-4. www.jurnal.radenfatah.ac.id.
https://www.academia.edu/8969965/Tugas_ke_2_makalah_teori_kepemimpinan?
auto=download (Di Akses Pada Tanggal 13 Mei 2019)
http://perilakuorganisasi.com/teori-kepemimpinan-situasional.html (Di Akses
Pada Tanggal 13 Mei 2019)
https://www.beastudiindonesia.net/kepemimpinan-seni-mempengaruhi-orang-lain/
. Diakses 11/05/2019
Kellerman, Barbara. 2007. https://hbr.org/2007/12/what-every-leader-needs-to-
know-about-followers.
Maulana, Dimas. 2015. https://dimasmaulana1010.blogspot.com/2015/11/contoh-
kasus-kepemimpinan.html
Radid, Jalu. 2014. Gaya Kepemimpinan Mempengaruhi Semangat dan Kepuasan
Kerja Pegawai.
https://www.kompasiana.com/jaluradid.blogspot.com/552cabd26ea8340d4
08b45af/gaya-kepemimpinan-mempengaruhi-semangat-dan-kepuasan-
kerja-pegawai
Santika, Iis. 2016. Makalah Kompetensi yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin .
Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung: Bandar Lampung.

Wahono, Romi Satria. Teknik Mempengaruhi Orang Lain. 2006


https://romisatriawahono.net/2006/02/06/teknik-mempengaruhi-orang-
lain/ . Diakses 11/05/2019
Wilujeng, Sri. 2009. Analisis Pengaruh Kepemimpinan Situasional Terhadap
Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi MODERNISASI. Vol. 5, No. 1: 19 –
35.
W. C. H. Prentice. .2004. https://hbr.org/2004/01/understanding-leadership.

28

Anda mungkin juga menyukai