Anda di halaman 1dari 16

Makalah

KEPEMIMPINAN
“Karakteristik dan Ciri-ciri Kepemimpinan”
OLEH:

KELOMPOK 3

KELAS D SEMESTER VI

1. Ade Melyawati S. Dewi (841417172)


2. Aida Riyanti Salamanja (841417183)
3. Anggun O. Luneto (841417154)
4. Meilan Igirisa (841417026)
5. Nurfadilah Pratama Yusuf (841417086)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TA. 2020/2021
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Kepemimpinan” ini dengan baik.

Adapun makalah “Kepemimpinan” ini telah kami usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik kepada kami sehingga saya
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya, kami sebagai penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini


dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga bisa memberikan inspirasi
terhadap pembaca.

Gorontalo, Februari 2020

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kepemimpinan nasional Indonesia di tengah percaturan internasional pada
saat ini sangat penting kita cermati bersama di tengah-tengah berjalannya
demokrasi liberal dan transparansi. Berjalannya demokrasi yang ditandai adanya
pelaksanaan pemilihan langsung,sistem ini dipilih sebagai suatu memilih
pemimpin baik nasional maupun daerah yang dianggap representatif.Praktik
memilih pemimpin secara langsung ini sesungguhnya mulai diadopsi pada tahun
2004. Pemilihan secara langsung ini dimaksudkan sebagai mekanisme warga
negara untuk menentukan sendiri pemimpin yang dianggap lebih cakap,jujur dan
dapat dipercaya.Sistem ini menurut para pengamat merupakan suatu bentuk
perkembangan yang positif dibandingkan sistem yang terdahulu,karena telah
mampu merubah panggung politik Indonesia. Menurut Donald K Emmerson
mengemukakan; panggung politik pada masa orde baru hanya dikuasai
sekelompok kecil elit di Jakarta.Proses di panggung politik relatif tertutup dan
tidak melibatkan interaksi dengan” penonton atau rakyat”,bahkan para aktor
politik itu tidak banyak peduli apakah aktingnya tersebut disukai atau tidak oleh
“penonton atau rakyat” (Jawa Pos 3 januari 2011). Setelah pemerintah reformasi
berhasil melaksanakan pemilihan langsung pada tahun 2004 yang ditandai dengan
terpilihnya Presiden Susilo Bambang Yudoyono,dunia luar langsung merespon
positif dengan berjalannya sistem demokrasi.Dengan telah terpilihnya
kepemimpinan nasional yang tepat, Indonesia dapat menempati posisi terhormat
di dunia internasional.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana membangun karakter kepemimpinan dan ciri ciri kepemimpinan ?
1.3 Tujuan
Mendeskripsikan karakter dan ciri ciri kepemimpinan.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa
arab disebut Zi’amah atau Imamah. Dalam terminologi yang dikemukakan oleh
Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi,
memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-
orang yang terlibat dalam usaha bersama.
Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang
menduduki posisi strategis dalam sistem dan hirarki kerja dan tanggung jawab
pada sebuah organisasi. Berikut merupakan definisi dari kepemimpinan,
berdasarkan para pakar :
a. Kootz & O’donnel (1984), mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja sungguh- sungguh
untuk meraih tujuan kelompoknya.
b. Georger R. Terry (1960), kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-
orang untuk berusaha mencapai tujuan bersama.
c. Slamet (2002), kepemimpinan merupakan suatu kemampuan, proses, atau
fungsi, pada umumnya untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
d. Thoha (1983), kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi prilaku
orang lain agar supaya mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari beberapa pendapat para pakar diatas penulis mendefinisikan
kepemimpinan adalah suatu usaha untuk mengarahkan, membimbing dan
memotivasi serta bersama-sama mengatasi problem dalam proses pencapaian
tujuan suatu organisasi.
2.2 Prinsip- Prinsip Kepemimpinan
Menurut Bernes dalam buku Prilaku Dalam Keorganisasian mengatakan
seorang pemimpin dalam tim kaizen memfokuskan perhatiannya pertama kepada
manusia baru kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung jawab pemimpin
merupakan kebalikan dari tugas supervisor. Prinsip kepemimpinan kaizen
menurut Bernez dikemukakan dengan mempertimbangkan bahwa kaizen
mengandung sembilan prinsip, yaitu:
a. Mengadakan peningkatan secara terus menerus. Sudah menjadi sifat alamiah
suatu tugas dapat dilaksanakan secara sukses, maka kita pengalihan perhatian
pada suatu yang baru. Keberhasilan bukanlah suatu hasil akhir dari suatu tugas,
keberhasilan adalah suatu langkah maju berikutnya.
b. Mengakui masalah secara terbuka. Keterbukaan sebagai kekuatan yang bisa
mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat, dan juga sama
secepatnya dapat mewujudkan kemampuan.
c. Mempromosikan keterbukaan, bagi organisasi tradisional, ilmu pengetahuan
adalah kekuasaan pribadi. Tetapi bagi organisasi kaizen, ilmu adalah untuk
saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya adalah
sumber efisiensi yang besar.
d. Menciptakan tim kerja. Dalam organisasi Kaizen tim adalah bahan bangunan
dasar yang membentuk struktur organisasi. Masing-masing karyawan secara
individual memberikan sumbangan berupa reputasi akan efisiensi, prestasi
kerja dan peningkatannya.
e. Memberikan proses hubungan kerja yang benar. Dalam organisasi kaizen tidak
menyukai hubungan yang saling bermusuhan dan penuh kontroversi yang
terjadi dalam perusahaan secara murni berpusat pada hal-hal yang memiliki
kultur yang saling menyalahkan.
f. Mengembangkan disiplin pribadi. Disiplin di tempat kerja merupakan sifat
alamiah dan menuntut pengorbanan pribadi untuk menciptakan suasana
harmonis dengan rekan sekerja di dalam tim dan prinsipprinsip utama
perusahaan, sehingga sifat-sifat individual yang terpenting bisa tetap terjaga.
g. Memberikan informasi pada karyawan. Informasi merupakan hal yang penting
dalam perusahaan kaizen. Para pemimpin dan para manajer mengakui bahwa
karyawan tidak dapat diharapkan untuk berpartisipasi melebihi tugas sehari-
hari mereka.
h. Sebagai contoh tugas mereka dalam sistem sasaran perusahaan, siklus kaizen
atau siklus kualitas tim-tim proyek.
i. Memberikan wewenang pada setiap karyawan. Melalui pelatihan berbagai
keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab, pengambilan keputusan, akses
sumber-sumber data dan anggaran, timbal balik reputasi perusahaan, dan
penghargaan, maka para karyawan kaizen memilih kekuatan untuk cara
memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan perusahaan.
2.3 Kriteria Seorang Pemimpin
Menurut Vietzal Rivai dan Boy Raffi Amar dalam buku pemimpin dan
kepemimpinan dalam organisasi mengatakan Seorang pemimpin dalam suatu
organisasi harus memiliki kriteria tertentu layaknya seorang pemimpin yang sejati
kriteria tersebut, yaitu :
a. Pengaruh; seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang–orang yang
mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh itu
menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang ain tunduk pada apa
yang dikatakan sang pemimpin.
b. Kekuasaan/power; seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena
ia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.
Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin tentunya tidak
ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan dan kekuatan yang
dimiliki seorang pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa
yang dimiliki seorang pemimpin, tanpa itu ia tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme,
dimana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan.
c. Wewenang; wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan
suatu hal/ kebijakan. Wewenang disini juga dapat dialihkan kepada karyawan
oleh pimpinan apabila pemimpin percaya bahwa karyawan tersebut mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga karyawan
diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari segi
sang pemimpin.
d. Pengikut ; seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan / power dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan mengikuti apa
yang dikatakan pemimpin.
2.4 Karakteristik Kepemimpinan
a. Visioner
Tugas seorang pemimpin adalah membawa orang-orang yang dipimpinnya
menuju suatu tujuan di masa depan. Seorang pemimpin tidak akan dapat
melakukan tugas bila dia sendiri tidak memiliki gambaran yang jelas tentang
masa depan seperti apa yang diinginkan untuk dicapai oleh dirinya bersama
dengan seluruh orang-orang yang dipimpinnya.Ini tidak hanya berlaku bagi
seorang pemimpin organisasi yang berorientasi profit tetapi juga berlaku bagi
semua tipe kepemimpinan organisasi non profit atau publik. Seseorang yang
memiliki visi jauh kedepan tidak akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil
bila ia tidak dapat meyakinkan para pengikutnya untuk mau berubah menuju
kearah yang dicita-citakannya.Seorang yang memiliki visi,memiliki
kemampuan untuk mengkomunikasikan visinya, memberi motivasi kepada
orang-orang yang dipimpinnya untuk mau bersama-sama berjuang menuju
kondisi yang dicitacitakannya dengan antara lain dengan memberikan
perhatian,mau mendengarkan serta memberikan kepercayaan dan kesempatan
kepada orang-orang yang bekerja bersamanya.
b. Jujur
Nilai kejujuran bagi seorang pemimpin merupakan salah satu nilai dasar
yang seharusnya atau bahkan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang
pemimpin yang jujur sangat menghargai apa yang telah ia raih adalah berasal
dari rakyat yang memperkerjakannya, sehingga seorang pemimpin sejati harus
senantiasa mengingatnya dan dijadikan falsafah hidupnya. Seorang pemimpin
yang sejati, adalah seorang pemimpin yang senantiasa dalam
menyelenggarakan negara selalu akan menziarahi kebenaran ( will to truth )dan
bukan menziarahi kekuasaan ( will to power ), agar dia tidak mengalami apa
yang disebut split orientation.Yaitu tidak menyatunya antara ucapan dan
tindakan.Biasanya seorang pemimpin sejati setiap melaksanakan tugasnya
senantiasa dilandasi dengan keikhlasan dan ridho dari yang kuasa.Kalau dalam
falsafah jawa dikenal ada istilah atau motto “ sepi ing pamrih rame ing gawe”.
c. Cerdas
Kecerdasan merupakan sesuatu hal yang dapat dijadikan modal dasar.
Karena pemimpin yang cerdas adalah orang yang mampu menghargai puncak
kehidupan, dan dia akan senantiasa menziarahi kebenaran ( will to truth ) dan
bukan menziarahi kekuasaan ( will to power ), agar dia tidak mengalami apa
yang disebut split orientation.Yaitu tidak menyatunya antara ucapan dan
tindakan.Jika ini terjadi, dia masih dalam kategori apa yang disebut Francis
Fukuyama sebagai the first man,manusia yang hanya petunjuk secara otoriter,
yang berbeda dengan kategori the last man yang sudah mementingkan harkat
dan martabat.( Saratri Wilonoyudho,Jawa Pos desember 2010 ) Pemimpin
seperti ini hanya bertahan sementara, dan ini telah dibuktikan oleh beberapa
peneliti. Seperti hasil penelitian Michael Keren dan Moshe Bzuonowski yang
mengatakan bahwa bekal utama pemimpin untuk “menguasai publik” adalah
popularitas dan intelektualitas.Namun jika pemimpin ingin “ bertahan lama
“,intelektualitaslah yang harus dikedepankan, bukan popularitas belaka.
Demikian juga Jean Laponce berpendapat, pemimpin yang populer berkat ide-
idenya yang cemerlang dan cerdas, akan lebih lama bertahan bila dibandingkan
dengan pemimpin yang hanya mengandalkan popularitas serta hanya retorika
belaka.Pemimpin yang cerdas biasanya memiliki perilaku yang bersifat kritis
dalam menanggapi beberapa sinyal-sinyal seperti yang dilontarkan pemimpin
Singapura Lee Kwan Yew seperti tersebut diatas. Demikian juga ada
sinyal/peringatan yang diberikan J.S Furnival tentang sifat yang klasik ada
pada di wilayah Indonesia yang dikenal ciri-ciri “ masyarakat plural “ ( plural
siciety ) adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur atau
tatanan-tatanan sosial yang hidup berdampingan, tetapi tidak bercampur dan
menyatu dalam satu unit politik tunggal.
d. Responsibel
Pemimpin yang responsibel adalah pemimpin yang melaksanakan
tugas,senantiasa memiliki rasa tanggungjawab. Sehingga para pemimpin dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dilakukan secara sungguh-sungguh
dan tidak dikerjakan secara asalasalan saja.Pemerintah yang bijaksana
memiliki arti yang lebih mendalam, yaitu tidak sekedar mengandalkan
legalitas hukum ( otoritas ) yang dimiliki untuk menjalankan administrasi
publik, akan tetapi juga berusaha menumbuhkan rasa memiliki ( sense of
belonging ) dan rasa bertanggungjawab ( sense of responsible ) masyarakat
terhadap proses administrasi publik dan hasil-hasil pembangunan yang dicapai
( Karhi Nisjar S;1999,123 ). Dalam alam demokrasi tanggung jawab menjadi
sesuatu yang urgen,yaitu setiap pemegang jabatan yang dipilih oleh rakyat
harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan telah
ditempuhnya. Tidak hanya itu , ia juga harus mempertanggungjawabkan
ucapan atau kata-katanya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku
dalam kehidupan yang pernah, sedang bahkan yang akan dijalaninya.
Pertanggunganjawaban tersebut tidak hanya menyangkut dirinya, tetapi juga
menyangkut keluarganya dalam arti luas. Yaitu perilaku anak dan isterinya,
juga sanak keluarganya, terutama yang berkaitan dengan jabatannya. Dalam
kontek ini, sipemegang jabatan harus bersedia menghadapi apa yang disebut
sebagai “ public srutiny “, terutama yang dilakukan oleh media massa yang
ada.( Good Governance, Joko W,2001,104 ).
e. Disiplin Perilaku
Sebagai pemimpin, sudah menjadi kewajiban mempunyai sikap yang
berlandaskan pada standar moral yang tinggi yakni berbudi luhur ( character
building ), selain itu seorang pemimpin harus mampu menguasai kemampuan
yang tinggi untuk mewujudkan visinya yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur
perilakunya dan keberanian untuk mengambil keputusan. Kemampuan tersebut
harus didukung oleh kompetensi yang tinggi menyangkut pengetahuan
( knowledge ), ketrampilan ( skill ) maupun kematangan psikologis. Agar
pemimpin memiliki unsur-unsur tersebut harus memiliki sifat disiplin yang
tercermin dalam sikapnya yang selalu menjaga ketepatan perilaku, misalnya
seperti tepat waktu dalam melaksanakan sesuatu yang telah diperjanjikan,
satunya kata dengan perbuatan “ walk the talk” , perilaku konsisten dalam
menimba ilmu, melakukan kewajiban sepiritualnya secara konsisten dan lain-
lain. Disiplin disini adalah suatu sikap perilaku yang erat hubungannya dengan
sikap yang langsung dapat dirasakan dan dimengerti oleh orang lain.Seperti
halnya senantiasa menghormati dirinya sendiri bahwa perilakunya harus selalu
berpedoman pada hal-hal yang memang sesuai dengan petunjuk Sang pencipta,
sesuai dengan profesi seseorang misal berprofesi sebagai seorang bankir harus
memiliki perilaku yang ramah terhadap setiap nasabah dan supel dalam
pergaulannya, sehingga dapat mendukung kariernya dalam mengembangkan
usahanya dan jauh dari perilaku yang tercela seperti menghidupkan perilaku
yang mewajibkan pada setiap stafnya atau bawahanya harus setor/menyerahkan
upeti pada atasanya contoh mengharuskan pada nasabah setiap kredit/
pinjaman akan dikeluarkan harus melakukan gratifikasi sebagai syarat
keluarnya kredit ( pinjaman ). Perilaku berikutnya adalah suka menghormati
orang lain, baik nasabah maupun koleganya, yang dapat mendukung
kesuksesan kerjanya tidak sombong. Yang penting dalam masalah ini adalah
mengembangkan sikap kebawah berupa suka membimbing, seperti kita kenal
di Indonesia pernah mengenal adanya jabatan pamong praja, dimaksudkan
bahwa diharap didalam diri sang pemimpin terdapat perilaku pemimpin yang
selalu suka ada niat “ ngemong “ yang artinya memomong, mengelola dengan
penuh kasih sayang. Tetapi biasanya yang tumbuh pada setiap pemimpin yang
senantiasa sukses kemudian menduduki jabatan yang lebih tinggi, sikap atau
perilaku yang muncul justru adalah perilaku atau sikap “ pangreh projo
“ artinya suka menguasai, suka memerintah, menekan sombong menganggap
dirinya selalu benar.
f. Disiplin Administrasi
Disiplin administrasi disini adalah kedisiplinan seorang pemimpin untuk
melakukan pencatatan segala hal yang terjadi ditempat kerjanya yang menjadi
tanggungjawabnya yang dilakukan secara rajin rapi dan tepat yang berupa
mencatat, mengkodifikasikan, menyimpan dengan rapi dan tertib, semua hal-
hal yang berhubungan dengan dirinya maupun dengan lembaganya. Disiplin
administrasi ini sangat membantu apabila dikemudian hari diperlukan untuk
menggunakan catatan tertentu sebagai referensi suatu tindakan yang
membantu dalam proses pengambilan keputusan. Seperti contoh; kerajinan
mencatat kejadian-kejadian yang menyangkut diri dalam menjalankan
tugastugas kedinasannya dalam buku harian, kerajinan mencatat semua hasil
kerjanya dalam kesehariannya misal sertifikat dicatat dengan rapi,tertib dan
menyimpannya yang rapi pula. Sehingga pada suatu waktu ditemukan kasus
adanya sertifikat ganda mudah dilacaknya dan cepat ditemukan mana sertifikat
yang asli atau sertifikat yang ditetapkan tidak sesuai dengan prosedur yang
sebenarnya.Demikian juga masalah yang menyangkut pada pejabat yang
menjabat ditempat kerjanya untuk menunjang kariernya misal daftar urut
kepangkatan, dengan mencatat siapa yang harus menduduki yang paling tinggi
sesuai dengan senioritas baik dari pangkatnya, pendidikan yang menjadi
persyaratan dalam jabatan tersebut.Mencatat setiap surat yang masuk dengan
tertib artinya sesuai dengan urutan tanggal masuknya surat, jangan sampai
karena sesuatu hal misal memberi hadiah kemudian surat tersebut dimasukkan
yang urutan terlebih dahulu agar mendapatkan pelayanan, tanggapan lebih
dahulu.Sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Syeh Hussein Alatas,
mengatakan bahwa; “asal-usul terjadinya korupsi adalah apabila seorang
pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh seorang dengan
maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian yang khusus atau
istimewa pada kepentingan-kepentingan sang pemberi.Kadang-kadang juga
berupa perbuatan-perbuatan menawarkan pemberian uang hadiah lain yang
dapat menggoda hati pejabat.Termasuk dalam pengertian ini juga perbuatan
pemerasan, yakni permintaan pemberian atau hadiah seperti ini dalam
pelaksanaan tugas-tugas publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka
sendiri (Prodjohamidjojo,2001;11).
g. Disiplin Monitoring
Seorang pemimpin yang mau sukses adalah disamping memiliki perilaku
tertib, rajin mencatat , belum dikatakan sempurna bila tidak ada kesediaan
untuk melakukan pemeriksaan ulang atas apa yang telah di hasilkan dari semua
karya. Dalam praktek dilapangan hal tersebut sering disebutnya kontrol, salah
satu strategi untuk memperbaiki prospek kontrol adalah dengan menggunakan
kewenangan formal untuk menekan birokrasi untuk membagi ( to share )
sumberdaya terutama informasi. Mekanisme ini dirancang dan digunakan
untuk mempersempit gap sumber daya antara kontroller dengan birokrasi
dengan cara membuka lembaganya dari pengamatan publik ( public
examination ). Hal ini birokrat harus terbuka ( openness ) dan transparansi
terhadap publik, dimaksudkan agar publik dan kontroller mengetahui
informasi-informasi tentang urusan-urusan lembaga birokrasi. Strategi kedua,
pihak kontroller harus memperbaiki prospek kontrol dengan cara memperluas
pemahaman , penglihatan mengenai sumber daya lain yang dimiliki oleh
birokrat. Birokrat harus menjalin kerja sama dengan rakyat, yaitu dengan
membuat program-program yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
rakyat agar tidak dihadapkan pada berbagai macam tekanan. Rakyat dapat
melaporkan aktifitas birokrat. Informasi ini penting bagi birokrat , dan
informasi ini dapat diolah sebagai ukuran kontrol. Bagaimanapun juga, strategi
memecahkan monopoli birokrasi mengenai informasi bisa jadi memperbesar
efektifitas sumber daya. Informasi tentang aktivitas birokrasi dapat
memobilisasi rakyat yang sebelumnya apatis, dengan menginformasikannya
akibat, hasil, dan konsekwensi dari tindakan birokrasi, dan karenanya dapat
digunakan pula sebagai sumber daya dalam melakukan tugas kontrol mereka.
Untuk mendorong kesempatan itu, struktur kontrol dapat dirancang dengan
memperkuat interaksi yang lebih kuat antara birokrat dengan rakyat atau
pejabat yang dipilih (elected official) dengan cara ini mempermudah
melakukan konversi sumber daya dalam melakukan kontrol. Hasil kontrol atas
penyimpangan dari rencana, dilakukan korektif, dan hasilnya dapat dijadikan
umpan balik untuk memperbaiki perencanaan strategis pada masa yang akan
datang. Namun sayangnya banyak para pemimpin kita sangat jarang yang mau
menerima sosial kontrol tersebut, jadi masih menjadi sesuatu hal yang tabu.
2.5 Ciri Sifat Kepemimpinan
Menurut George R Terry dalam buku Manajemen sumber daya manusia
mengatakan ada beberapa sifat penting dalam kepemimpinan, sifat-sifat tersebut
adalah :
a. Energi
Untuk tercapainya kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi
yang baik pula, jasmani maupun rohani. Seorang pemimpin harus sanggup
bekerja dalam jangka panjang dan dalam waktu yang tidak tertentu. Sewaktu-
waktu dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup melaksanakannya mengingat
kedudukannya dan fungsinya. Karena itu kesehatan fisik dan mental benar-
benar diperlukan bagi seorang pemimpin.
b. Memiliki stabilitas emosi
Seorang pemimpin yang efektif harus melepaskan dari purbasangka,
kecurigaan terhadap bawahan-bawahannya. Sebaliknya ia harus tegas,
konsekuen dan konsisten dalam tindakan-tindakannya, percaya diri sendiri dan
memiliki jiwa sosial terhadap bawahannya.
c. Motivasi pribadi
Keinginannya untuk memimpin harus datang dari dorongan batin pribadinya
sendiri, dan bukan paksaan dari luar dirinya. Kekuatan dari luar hanya bersifat
stimulus saja terhadap keinginan keinginan untuk menjadi pemimpin. Hal
tersebut tercermin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan yang keras dalam
bekerja dan penerapan sifat-sifat pribadi yang baik dalam pekerjaannya.
d. Kemahiran mengadakan komunikasi
Seorang pemimpin harus memiliki kemahiran dalam menyampaikan
gagasan baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting bagi
pemimpin untuk mendorong maju bawahan, memberikan atau menerima
informasi bagi kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.
e. Kecakapan mengajar
Sering kita dengar bahwa seorang pemimpin yang baik pada dasarnya
adalah seorang guru yang baik. Mengajar adalah jalan yang terbaik untuk
memajukan orang-orang atas pentingnya tugas-tugas yang dibebankan atau
sebagainya.
f. Kecakapan sosial
Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang bawahannya. Ia harus
mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan bawahan, sehingga
mereka benar-benar memiliki kesetiaan bekerja di bawah kepemimpinannya.
g. Kemampuan teknis
Meskipun dikatakan bahwa Semakin tinggi tingkat kepemimpinan
seseorang, makin kurang diperlukan kemampuan teknis ini, karena lebih
mengutamakan manajerial skillnya, namun sebenarnya kemampuan teknis ini
diperlukan juga. Karena dengan dimilikinya kemampuan teknis ini seorang
pemimpin akan lebih udah dikoreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan
tugas.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan kesetiaan orang-orang yang
terlibat dalam usaha bersama.
Kepemimpinan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang
menduduki posisi strategis dalam sistem dan hirarki kerja dan tanggung jawab
pada sebuah organisasi.
3.2 Saran
Semoga makalah ini menjadi tambaahan referensi bagi pembaca. Untuk itu
kami membutuhkan saran dan kritikan yang membangun dalam pembuatan
makalah ini.
Daftar pustaka

Ali Murtadho, Abdul Ghofur dan Wahab Zaenuri dkk, Menuju Lembaga

Keuangan yang Islami dan Dinamis, Ngaliyan, Raffi Sarana

Pustaka, 2012, h. 61- 63

Ambar Teguh Sulistiyani, Kepemimpinan Profesional; Pendekatan Leadership

Games, Yogyakarta, Gava Media, 2008, h.78- 80

Angelina Vita, Anni Yudiastuti dan Budi Iswanto Dkk, Manajemen dalam

Konteks Indonesia, Yogyakarta, PT kanisius,2013, h.99-100

Hassel Nogi S. Tangkilisan. Manajemen Publik, Jakarta; PT Gramedia, 2005, h.

138

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

Yogyakarta; Ekonisa, 2003, h. 96

Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, Tangerang Selatan: Pustaka Aufa Media

(PAM), 2012, h.8

Siswanto, Pengantar Manajemen, Jakarta; PT Bumi Aksara, 2005, h.163

Vietzal Rivai, Bahtiar dan Boy Rafli Amar, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam

Organisasi, h.198

Anda mungkin juga menyukai