PENGANTARAN Balita adalah usia yang paling penting dari semua tahap
pembangunan. Disebut periode keemasan di mana fisik,
motorik, intelektual, emosional, bahasa, dan pembangunan
sosial sangat cepat. jaringan otak anak-anak yang tumbuh
normal mencapai 80% dari berat dewasa otak sebelum usia 3
tahun. Sehingga kurang gizi akan menyebabkan fungsi
abnormal fisik, mental, dan fungsi motorik (Veria &
Mubarokah, 2012). Jika potensi pada periode usia emas belum
maksimal, akan ada kehilangan kesempatan jendela atau
dengan kalimat lain kehilangan masa emas yang tidak dapat
diganti dalam waktu (Yulaikha, 2008). Malnutrisi pada anak
usia dini mempengaruhi kemampuan kognitif dan skor IQ
ditandai dengan kemampuan belajar yang rendah dan prestasi
di sekolah rendah.
Data WHO menunjukkan bahwa kasus balita-year-olds adalah
7,7% berat badan, kurus dengan 15,0% dan anak-anak
kelebihan berat badan kelebihan berat badan sebesar 6,3%
(WHO, 2015). Secara nasional, di Indonesia, status gizi balita
terdiri dari 5,7% gizi buruk, 13,9% kurang gizi, gizi 75,9%
lebih baik, dan gizi 4,5% lebih. Status gizi balita di Jawa Timur
terdiri dari 4,9% gizi buruk, 14,2% kurang gizi, gizi 76,7%
lebih baik, dan 4,1% lebih gizi (Kemenkes RI, 2015). Di
Kabupaten Mojokerto tahun 2015, ada 68.144 balita ditimbang
0,8% di bawah garis merah (BGM) (Dinkes Kabupaten
Mojokerto, 2016).
Hasil studi pendahuluan di MojowatesRejo Desa, Kabupaten
Mojokerto, di 5 ibu dengan anak-anak usia balita ditemukan
146 bahwa 4 ibu mengatakan bahwa anak-anak mereka
berusia 2-3 tahun. Mereka mampu mengenali 2 warna, dapat
menyebutkan anggota tubuh, telah mampu mengatur blok dan
mengetuk ke bawah, empat anak, pengamatan buku KIA. 3
anak dari status gizi pada pita hijau, dan status gizi seorang
anak pada pita kuning atas, sedangkan 1 ibu mengatakan
anaknya tidak bisa mengenali warna karena dia hanya 2 tahun,
tubuh, tidak bisa menyebutkan namanya dengan jelas dan tepat
dan hasil pengamatan KIA buku, status gizi anak pada kuning
pita bawah.
METODE Desain penelitian ini adalah analitik korelasi dengan
pendekatan cross-sectional. Dalam populasi penelitian ini
adalah semua balita usia anak-anak di Kabupaten
MojowatesRejo Desa Mojokerto Mei 2017 yang 62 anak-
anak. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive sampling, sehingga ditemukan 59 kriteria
respondents.The inklusi dalam penelitian ini adalah: Anak-
anak berusia 1-3 tahun dalam kondisi sehat, orang tua
membiarkan anak-anak mereka untuk penelitian. Kriteria
eksklusi dalam penelitian ini adalah: Anak-anak berusia 1-3
tahun yang memiliki uji statistik disabilities.The fisik dan
mental digunakan Spearman rho dan digunakan SPSS dengan
tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Status gizi diukur
berdasarkan indeks massa tubuh / umur. perkembangan
kognitif diukur dengan checklist pembangunan.
HASIL Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa lebih dari setengah
(61,5%) dari anak-anak dengan status gizi obesitas memiliki
baik kognitif 148 pembangunan, lebih dari setengah (61,9%)
dari anak-anak dengan status gizi normal memiliki
perkembangan kognitif yang cukup, dan mayoritas (100%
anak dengan status gizi kurus memiliki perkembangan kurang
kognitif. Hasil uji Spearman rho menunjukkan bahwa nilai
adalah 0,010 yang nilainya lebih kecil dari α (0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa H1 diterima, berarti ada hubungan antara
status gizi dengan perkembangan kognitif pada anak-anak usia
balita di MojowatesRejo Village, Kabupaten Mojokerto
SIMPULAN Status gizi dikaitkan dengan perkembangan kognitif pada
anak-anak usia balita di MojowatesRejo Desa, Kabupaten
Mojokerto. Anak-anak yang memiliki gizi yang baik
mendapat optimal pertumbuhan. Anak-anak yang tumbuh
optimal akan memiliki otak yang berkualitas. Jadi dengan
mendapatkan stimulasi akan meningkatkan perkembangan
kognitif anak.