Anda di halaman 1dari 18

DESAIN PENELITIAN

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian


Dosen Pembimbing : Ns. Chrisyen Damanik S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh:

SINTHYA DEWI VIRAMITHA


16.0420.755.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2019
A. PENENTUAN RUMUS BESAR SAMPEL

Pada bagian konstensi I, kita telah membahas secara Panjang lebar


klasifikasi masalah penelitian secara statistic. Jika anda memahami konstensi I,
dengan mudah anda akan memahami bagaimana cara penentuan rumus besar
sampel yang tepat. Hal ini disebabkan pemilihan rumus besar sampel bergantung
pada masalah penetilian secara statistik. Tabel di atas menyajikan rumus besar
sampel yang tepat untuk setiap jenis masalah.

Tabel 1. Rumus besar sampel berdasarkan masalah penelitian secara statistik


No. Jenis Masalah Rumus Besar Sampel
1. Deskriptif ketegorik 𝑍𝛼 2 𝑃𝑄
𝑑2
2. Deskriptif numerik 𝑍𝛼𝑆 2
( )
𝑑
3. Koleratif 2
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)
n =( I+r ) +3
0,5In I−r

4. Analitik komparatif
kategorikal tidak (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)
( )
berpasangan 𝑃1 − 𝑃2

5. Analitik Komparatif
Kategorikal Berpasangan (𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 𝑓
(𝑃1 − 𝑃2)2

6. Analitik komparatif
numerik tidak berpasangan
2 kelompok 2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
2( )
7. Analitik komparatif 𝑋I − 𝑋2
numerik tidak berpasangan
>2 kelompok
8. Analitik komparatif
numerik berpasangan 2
kelompok 2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
( )
9. Analitik komparatif xI − x2
numerik berpasangan >2
kelompok
10. Multivariat
∫ 𝛼, 𝛽, 𝑣, 𝑅 2

11. Multivariat regresi logistic (10 x V)/insidens


(10 x V)/prevalen
12. Diagnostic 𝑍𝛼 2 𝑆𝑒𝑛(1 − 𝑠𝑒𝑛)
𝑑2𝑃

13. Survival (𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 (Ф𝜆2 + ф𝜆1 )


𝜆2 − 𝜆1

Uraian Panjang lebar mengenai penggunaan rumus besar sampel secara


benar telah diuraikan pada buku seri-2 besar sampel dan cara pengambilan sampel
untuk penetilian kedokteran dan kesehatan, edisi 3, salemba medika, Jakarta, 2012
pada buku ini, pembahasan mengenai rumus besar sampel akan dibatasi pada
beberapa prinsip umum serta contoh sederhana penggunaan rumus.

Berikut ini rambu-rambu dasar perhitungan besar sampel.

1. Pilihlah rumus besar sampel yang tepat


2. Gunakan rumus besar sampel tersebut dengan benar.
3. Jika dalam suatu penelitian terdapat lebih dari satu pertanyaan, hitunglah
besar sampel untuk setiap pertanyaan penelitian karena untuk menjawab
setiap pertanyaan memerlukan besar sampel yang berbeda.
4. Jika dalam satu penelitian terdapat lebih dari satu desain, hitunglah besar
sampel untuk setiap desain karena untuk menjawab setiap pertanyaan dalam
setiap desain, memerlukan besar sampel yang berbeda.
B. CONTOH PERHITUNGAN BESAR SAMPEL
1. Deskriptif Kategorik
“Seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi diare di desa A.
diketahui bahwa prevalensi diare dari peneliti sebelumnya adalah 20%.
Apa rumus yang digunakan dan berapa besar sampel yang diperlukan
untuk meneliti prevalensi diare di desa A?”
Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian tersebut termasuk kedalam
penelitian deskriptif (prevalensi) dengan variable keluaran berupa
variable kategorikal (diare). Dengan demikian, rumus besar sampel
yang digunakan adalah rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif
kategorik. Rumusnya adalah :
𝑍𝛼 2 𝑃𝑄
n=
𝑑2
b. Menghitung besar sampel
Berdasarkan rumus diatas, nilai yang harus dicari dari perpustakaan
adalah nilai p (prevalensi), sedangkan nilai yang ditetapkan oleh
peneliti adalah Zα dan nilai d.
Peneliti mendapatkan bahwa berdasarkan peneliti sebelumnya yang
dilakukan di desa A, prevalensi diare adalah 20%. Peneliti menetapkan
alpha sebesar 5% sehingga Zα = 1,96, dengan kesalahan prediksi yang
masih bias diterima (presisi, d) ditetapkan sebesar 5%. Dengan
demikian, besar sampel yang diperlukan adalah :
𝑍𝛼 2 𝑃𝑄 1,962 0,20𝑥0,80
n= = = 246
𝑑2 0,052

Apakah besar sampel 246 bisa digunakan?

Salah satu syarat besar sampel pada penelitian deskriptif kategorik


adalah PXN>5. Pada kasus ini, bila prediksi peneliti benar, peneliti
akan memperoleh prevalensi sebesar 20% ± 5%= 15%-25%. Jika
dihitung nilai PXN, akan didapatkan minimal 15% x 246= 36,9 dan
maksimal 25% x 246 = 61,5. Nilai keduanya >5. Dengan demikian,
besar sampel sebesar 246 boleh digunakan karena memenuhi syarat
besar sampel untuk penelitian deskriptif kategorik.

2. Deskriptif Numerik
“Seorang peneliti ingin mengetahui rerata kadar hemoglobin pada ibu
hamil di Kabupaten Sukamaju. Berdasarkan penelitian sebelumnya, rumus
yang digunakan berupa besar sampel yang diperlukan untuk meneliti
rerata kadar haemoglobin di kabupaten Sukamaju?”
Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian tersebut termasuk kedalam
penelitian deskriptif (mencari rerata) dengan variable keluaran berupa
variable numerik (kadar hb). Dengan demikian, rumus besar sampel
yang digunakan adalah rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif
numerik. Rumusnya adalah :

𝑍𝛼𝑥𝑆 2
𝑛∶( )
𝑑
b. Menghitung besar sampel
Berdasarkan rumus diatas, nilai yang harus dicari kepustakaan
adalah nilai S (standar deviasi), sedangkan nilai yang ditetapkan oleh
peneliti adalah Zα dan nilai d. peneliti mendapatkan bahwa berdasarkan
penelitian sebelumnya, rerata dan standar deviasi kadar haemoglobin
adalah 10±4 g/dl sehingga nilai S=4. Untuk nilai yang ditetapkan
peneliti, peneliti menetapkan alpha sebesar 5% sehingga nilai Zα=1,96,
dengan nilai presisi (d) sebesar 1. Dengan demikian, besar sampel yang
diperlukan adalah :

𝑍𝛼𝑥𝑆 2 1,96𝑥4 2
𝑛∶( ) = ( ) = 62
𝑑 1
Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah 62.

3. Penelitian Analitik Korelatif


“ seorang peneliti ingin mengetahui korelasi kadar vitamin D dengan
densitas tulang. Korelasi minimal antara vitamin D, dengan densitas
tulang yang dianggap bermakna adalah 0,4. Dengan kesalahan tipe 1
sebesar 5% hipotesis satu arah, dan kesalahan tipe II sebesar 10%,
berapa besar sampel yang diperlukan?
Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian diatas adalah penelitian analitik korelatif. Dengan demikian,
rumus besar sampel yang dipilih adalah :
2
𝑍𝛼 + 𝑍𝛽
𝑛=( I+r) + 3
0,5 In
I−r
b. Perhitungan besar sampel
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah sehingga
Zα=1,64.
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10% maka Zβ = 1,28.
Korelasi minimal antara vitamin D dengan densitas tulang yang
dianggap bermakna ditetapkan sebesar 0,4.

𝑍𝛼 + 𝑍𝛽) 2
n =( I+r ) + 3
0,5In
I−r

1,64 + 1,28) 2
n =( I+0,4 ) + 3 = 54
0,5In
I−0,4

dengan demikian, besar sampel minimal adalah 54.

4. Penelitian Analitik Kategorik Tidak Berpasangan


Kasus 1
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan
kesembuhan antara obat A (standar) dengan obat B. untuk menentukan
besar sampel, peneliti menetapkan bahwa proporsi kesembuhan obat A
dengan obat B dianggap bermakna jika selisihnya 20%. Diketahui
bahwa kesembuhan pada obat A adalah 70%. Bila ditetapkan
kesalahan tipe 1 sebesar 5%, kesalahan tipe II 20%, dengan hipotesis
satu arah, berapakah besar sampel yang diperlukan?

Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian tersebut merupakan penelitian analitik kategorikal tidak
berpasangan. Dengan demikian, rumus besar sampel yang digunakan
adalah:
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)
n1 =n2 =(
𝑃1−𝑃2
)

b. Menghitung besar sampel


Dari kasus diatas bahwa :
Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah,
Zα=1,96
Catatan: walaupun hipotesis satu arah, pada rumus ini anda dianjurkan
untuk menggunakan nilai Zα dua arah.
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84
P2 = angka kesembuhan pada obat standar. Berdasarkan kepustakaan,
angka kesembuhan obat standar adalah 0,7.
Q2 = 1-0,7 = 0,3
P1-P2 = selisih minimal proporsi kesembuhan antara obat A dan B
yang dianggap bermakna. Peneliti menetapkan nilai P1-P2 sebesar
0,2. Dengan demikian :
P1 = P2 + 0,2 = 0,7+0,2 = 0,9
Q1 = 1-P1 = 1-0,9 = 0,1
P = (P1+P2)/2 = (0,7+0,9) /2 = 0,8
Q = 1-P = 1-0,8 = 0,2
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas pada rumus, diperoleh :
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)
n1 =n2 =(
𝑃1−𝑃2
)
2
1,96√2𝑥0,8𝑥0,2 0,84 √0,9𝑥0,1+0,7𝑥0,3
n1= n2= ( ) =6
0,9−0,7
Kasus 2
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara
pajanan bising dengan tuli. Peneliti menggunakan desain kohort. Untuk
menentukan besar sampel, peneliti menetapkan bahwa perbedaan
minimal proporsi tuli antara yang terpajan dengan yang tidak terpajan
yang dianggap bermakna adalah 10%. Diketahui bahwa proporsi tuli
pada kelompok yang tidak terpajan sebesar 10%. Bila ditetapkan
kesalahan tipe 1 sebesar 5%, kesalahan tipe II 20%, dengan hipotesis
satu arah, berapakah besar sampel yang diperlukan?

Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian tersebut merupakan penelitian analitik kategorikal tidak
berpasangan. Dengan demikian, rumus besar sampel yang digunakan
adalah :
2
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)
n1 =n2 =(
𝑃1−𝑃2
)

b. Menghitung besar sampel


Dari kasus diatas diketahui bahwa :
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% hipotesis satu arah Zα = 1,96.
Catatan : walaupun hipotesis satu arah, pada rumus ini anda
dianjurkan untuk menggunakan nilai Zα dua arah.
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% maka Zβ = 0,84.
P2 proporsi tuli pada kelompok tanpa risiko sebesar 0,1
(kepustakaan).
Q2 = 1-0,1 = 0,9
P1-P2 = selisih proporsi tuli minimal yang dianggap bermaksa,
ditetapkan sebesar 0,1.
P1 = P2 + 0,1 = 0,1 + 0,1 = 0,2
Q1 = 1-P1 = 1-0,2 =0,8
P = (P1+P2)/2 = (0,2+0,1)/1 =0,15
Q = 1-P = 1-0,15 = 0,85
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas pada rumus, diperoleh :
2
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)
n1 =n2 =(
𝑃1−𝑃2
)
2
(1,96√2𝑥0,15𝑥0,85+0,84 √0,2𝑥0,8+0,1𝑥0,9)
𝑛1 = 𝑛2 = ( ) = 200
0,2−0,1

Dengan demikian, besar sampel untuk tiap keompok adalah 200


(kelompok terpajan sebanyak 200, kelompok tidak terpajan sebanyak
200).
Kasus 3
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara
pajanan terhadap bising dengan tupi. Peneliti menggunakan desain
kasus control. Untuk menentukan besar sampel, peneliti menetapkan
bahwa proporsi pajanan minimal antara kelompok kasus dan
kelompok control adalah 20%. Diketahui bahwa proporsi pajanan
pada kelompok control sebanyak 10%. Bila ditetapka kesalahan tipe
I sebesar 5%, kesalahan tipe II 20%, dengan hipotesis satu arah,
berapakah besar sampel yang diperlukan?

Jawab:
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian tersebut merupakan penelitian analitik kategorikal tidak
berpasangan. Dengan demikian, rumus besar sampel yang
digunakan adalah :
2
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)
n1 =n2 =( )
𝑃1−𝑃2

b. Menghitung besar sampel


Dari kasus diketahui bahwa :
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah Zα =
1,64.
Catatan : walaupun hipotesis satu arah, pada rumus ini anda
dianjurkan untuk menggunakan nilai Zα dua arah.
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20% maka Zβ = 0,84
P2 = proporsi pajanan pada kelompok control sebesar 0,1
(kepustakaan)
Q2 = 1-0,1 = 0,9
P1-P2 = selisih proporsi pajanan minimal yang dianggap bermakna,
ditetapkan sebesar 0,2.
P1 = P2 + 0,20 = 0,1+0,2 = 0,3
Q1 = 1-P1 = 1-0,3= 0,7
P = (P1+P2)/2 = (0,3+0,1)/2 =0,2
Q = 1-P =1-0,2 =0,8
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas rata-rata pada rumus,
diperoleh :
2
(𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2)
n1 =n2 =( )
𝑃1−𝑃2
2
(1,96√2𝑥0,2𝑥0,8+0,84 √0,3𝑥0,7+0,1𝑥0,9)
𝑛1 = 𝑛2 = ( ) = 62
0,3−0,1

Dengan demikian, besar sampel untuk tiap kelompok adalah 62


(kelompok kasus sebanyak 62, kelompok control sebanyak 62).

5. Analitik Kategorik Berpasangan


“Seorang peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara
pajanan terhadap bising dengan tuli. Peneliti menggunakan desain kasus
control berpasangan. Proporsi pajanan pada kelompok control diketahui
sebesar 40% peneliti menetapkan bahwa perbedaan proporsi pajanan
yang dianggap bermakna adalah 20%. Bila ditetapkan kesalahan tipe I
sebesar 5%, kesalahan tipe II sebesar 20%, berapakah besar sampel yang
diperlukan?”
Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian tersebut merupakan penelitian komparatif dengan skala
pengukuran kategorik berpasangan. Dengan demikian, rumus besar
sampel yang digunakan adalah:
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 𝑓
𝑛1 = 𝑛2 =
(𝑃1− 𝑃2 )2
b. Perhitungan besar sampel
Dari kasus diketahui bahwa:
Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,96
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ = 0,84.
P2 = proposi pajanan pada kelompok control =0,40
P1-P2 = perbedaan proporsi pajanan yang dianggap bermakna antara
kasus dengan control, ditetapkan 0,20.
P1 = proporsi pajanan pada kelompok kasus = 0,40+0,20 = 0,60

Selanjutnya adalah menghitung nilai diskordan :


𝑓 = 𝑃1 (1 − 𝑃2 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃1 ) = 0,60(1 − 0,40) +
0,40(1 − 0,60) = 0,52
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas pada rumus, diperoleh :
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 𝑓 (1,96 + 0,84)2 0,52
𝑛1 = 𝑛2 = = = 101,92
(𝑃1 − 𝑃2 )2 (0,20)2
Dengan dengan, besar sampel untuk tiap kelompok adalah 102
(kelompok kasus sebanyak 102, kelompok control sebanyak 102).

6. Analitik Numerik Tidak Berpasangan


“Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan kadar placenta growth
factor (PGF) antara ibu hamil normal dengan ibu hamil yang mengalamo
preeklampsia. Diketahui bahwa rerata PGF pada wanita hamil adalah
110±40 ng/ml. peneliti menetapkan kesalahan tipe I sebesar 5%, hipotesis
satu arah, kesalahan tipe II sebesar 90% dan perbedaan rerata minimal
yang dianggap bermakna adalah 25. Rumus besar sampel mana yang
digunakan dan berapa besar sampel yang diperlukan?”
Jawab:
a. Menetukan rumus besar sampel
Penelitian diatas adalah penelitian analitik numerik tidak berpasangan.
Dengan demikian, rumus besar sampel yangdipilih adalah :

2
(𝑍𝛼 − 𝑍𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = 2 ( )
𝑥1 − 𝑥2

b. Menhitung besar sampel


Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga
Zα =1,64.
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zβ =1,28.
Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2)=25.
Standar deviasi= 40 (diasumsikan standar deviasi 40 merupakan
standar deviasi gabungan wanita hamil normal dan preeklampsia).

(𝑍𝛼−𝑍𝛽)𝑆 2
𝑛1 = 𝑛2 = 2 ( )
𝑥1−𝑥2

2
(1,64 − 1,28)40
𝑛1 = 𝑛2 = 2 ( ) = 44
25

Dengan demikian, besar sampel minimal masing-masing kelompok


44 (kelompok kehamilan normal sebanyak 44, kehamilan dengan
preeklampsia sebanyak 44).

7. Penelitian Analitik Numerik Berpasangan


“Seorang peneliti ingin mengetahui perbedaan kadar haemoglobin
sebelun dan sesudah 2 minggu suplementasi Fe pada ibu hamil trimester
2. Diketahui bahwa kadar haemoglobin ibu hamil adalah 10±2 g/dl.
Peneliti menetapkan kesalahan tipe I sebesar 5%, hipotesis satu arah,
kesalahan tipe II sebesar 90%, dan perbedaan rerata minimal antara
senelum dan sesudah suplementasi Fe yang dianggap bermakna adalah 2
g/dl. Standar deviasi perbedaan rerata antara sebelum dan sesudah
suplementasi berdasarkan kepustakaan adalah 4 mg/dl. Rumus besar
sampel mana yang digunakan dan berapa besar sampel yang diperlukan?”

Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian diatas adalah penelitian analitik dengan skala pengukuran
numerik antara dua kelompok berpasangan. Dikatakan berpasangan
karena data diukur dua kali pada individu yang sma. Dengan demikian,
rumus besar sampel yang dipilih adalah :

2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑥1 − 𝑥2

b. Menghitung besar sampel


Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga
Zα =1,64
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zβ =1,28
Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2) = 2

2
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)𝑆
𝑛1 = 𝑛2 = ( )
𝑥1 − 𝑥2

2
(1,64 + 1,28)4
𝑛1 = 𝑛2 = ( ) = 35
4

Dengan demikian, besar sampel minimal masing-masing kelompok


adalah 35.

8. Besar Sampel Untuk Multivariat Analisis Regresi Linear


“Seorang peneliti ingin mengetahui factor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kadar antimulerian hormone (AMH). Variable bebas
yang diteliti sebanyak lima variable dengan kofisien feterminasi minimal
sebesar 25%. Dengan kesalahan tipe I sebesar 5% dan kesalahan tipe II
sebesar 20%, maka berapakah besar sampel yang diperlukan?”

Jawab:
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian ii termasuk kedalam penelitian analitik multivariat dengan
variable tergantung skala numerik.dengan demikian,rumus besar
sampel adalah sebagai berikut.
N = F(α,β,R2, V)
F = fungsi dari
α = kesalahan tipe Satu
β = kesalahan tipe dua
R2 = koefisien determinasi minimal
V = jumlah variable bebas
b. Menghitung besar sampel
Dengan kesalahan tipe I 5%,kesalahan tipe II 20%,koefisien
determinasi minimal 25%,dan jumblah variable bebas lima,besar
sampel adalah sebagai berikut:
N = F(α,β,R2, V) F = (5%,20%,25%,5)= 45
Catatan :
Untuk mempelajari rumus ini,silahkan dan baca buku seri 2 besar
sampel dan cara pengambilan sampel untuk penelitian kedokteran dan
kesehatan,edisi 3,salemba medika,Jakarta,2012.

9. Besar Sampel Untuk Multivariat Analisis Regresi Logistik


“Seorang peneliti ingin mengetahui factor-faktor apa saja
yangberhubungan dengan syok pada pasien demam berdarah
dengue.fariabel bebas yang diteliti sebanyak 5 fariabel.berdasar
kepustakaan,insiden syok pada DBD adalah sebanyak 5%.berapakah
besar sampel yang diperlukan?”
Jawab:
a. Menentukan rumus besar sampel
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian anak analitik multivariat
dengan variable tergantung berskala kategork. Dengan demikian,rumus
besar sampel adalah sebagai berikut:
n = (10 x V) / insidens
n = jumlah subjek
V = jumlah variable bebas
b. Menghitung besar sampel
Dengan memasukkan angka-angka diatas ke dalam rumus, diperoleh
besar sampel sebagai berikut :
n = (10 x V)/insidens
= (10 x 5)/0,05
= 1000
Catatan :
Untuk mempelajari rumus ini,silahkan dan baca buku seri 2 besar
sampel dan cara pengambilan sampel untuk penelitian kedokteran dan
kesehatan,edisi 3,salemba medika,Jakarta,2012.

10. Uji Diagnostic Dengan Keluaran Sensitivitas


”Ingin mengetahui nilai diagnostic papsmear untuk mendiagnosis
kanker serviks dibandingkan dengan pemeriksaan histopologi.
Diharapkan, sensitivitas papsmear adalah 75%, penelitian dilakukan
dengan basis populasi masyarakat dimana diketahui prevalensi kanker
serviks sebesar 0,2%. Jika tingkat kepercayaan ditetapkan 95% dan presisi
10%, berapa besar sampel yang diperlukan?”
Catatan : angka 0,2% artinya dari 1.000 subjek yang diduga mengalami
kangker serviks,terdapat 2 yang memang menderita kanker serviks.
Jawab :
a. Menentukan rumus besar sampel
Pertanyaan penelitian ini termasuk ke dala, pertanyaan uji diagnostic
sehingga rumus besar sampel yang dipilih adalah sebagai berikut.
𝑍𝛼 2 𝑆𝑒𝑛(1 − 𝑠𝑒𝑛)
𝑑2𝑃

b. Pehitungan besar sampel


n = besar sampel
p = sensitivitas alat yang diingnkan, diterapkan sebesar 75%
d = presisi penelitian diterapkan sebesar 10%
α = tingkat kesalahan ditetapkan sebesar 5% sehigga Zα=1,96
p = 0,2% (kepustakaan)

𝑍𝛼 2 𝑆𝑒𝑛(1 − 𝑠𝑒𝑛)
𝑑2𝑃
1,962 𝑥 0,75 𝑥 0,25
𝑛= = 36016
0,102 𝑐 0,002

Dengan demikian, diperlukan besar sampel sebanyak 36.016 subjek.

11. Penelitian Kesintasan (Survival Analysis)


“Seorang peneliti ingin mengetahui perbandingan kesintasan antara
pasien kanker payudara stadium lanjut yang mengobati dengan obat
standar dibandingkan dengan pasien yang mendapat terapi obat baru.
Diketahui bahwa medial survival obat standar adalah 18 bulan. Bila
kesalahan tipe I sebesar 5%,kesalahan tipe II sebesar 10%, dan perbedaan
medial survival minimal yang dianggap bermakna adalah 6 bulan, berapa
besar sampel yang diperlukan jika peneliti memakai desain kesintasan
jenis 2,dengan lama pengamatan setiap subjek maksimal selam 36 bulan”
Jawab :
Diketahui dari kasus di atas :
Median survival kelompok konteol adalah 18 bulan.
λ2 = hazard kelompok control = - In (0,5)/TM = - In (0,5)/18 = 0,039

Dari soal diketahui bahwa selisih media survival minimal yang


dianggap bermakna adalah 6 bulan.
Jadi, medial survival kelompok uji adalah medial survival kelompok
control+selisih minimal yang dianggap bermakna = 18+6=24 bulan.

λ1 = hazard kelompok uji = - In (0,5)/TM = - In (0,5)/24 = 0,029.


λ2 – λ1 = seliih hazard antara kelompok control dan intervensi yang
dianggap bermakna = 0,039-0,029 = 0,01.
Kesalahan tipe I = 5%,Zα = 1,96
Kesalahan tipe II = 10%,Zβ = 1,28.

Rumus yang digunakan :


(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 (Ф𝜆2 + Ф𝜆1 )
𝑛1 = 𝑛2 =
(𝜆2 − 𝜆1 )2
Terlebih dahulu,kita harus menghitung nilai Ф(λ) untuk kelompok
control dan kelompok intervensi dengan rumus:
Ф(λ) = λ2 / (1-eλt)
Ф(λ)2 = 0,0392 / (1-2,7-0,039*36) = 0,002
Ф(λ)1 = 0,0292 / (1-2,7-0,229*36) = 0,001

Demikian demikian:
(𝑍𝛼 + 𝑍𝛽)2 (Ф𝜆2 + Ф𝜆1 )
𝑛1 = 𝑛2 =
(𝜆2 − 𝜆1 )2
(1,96 + 1,28)2 (0,002 + 0,001)
𝑛1 = 𝑛2 =
(0,039 − 0,029)2
Jadi,besar sampel untuk tiap kelompok adalah 350.
Referensi :

M. Sopiyudin Dahlan, DR, M.EPID. Langkah-langkah membuat proposal


penelitian bidang kedokteran dan kesehatan, Seri 3 Evidence Based Medicine Edisi
2 Cetakan 3, Jakarta, 2014

Anda mungkin juga menyukai