Anda di halaman 1dari 18

MINI PROPOSAL

ASPEK FISIK DAN SPIRITUAL PASIEN LUKA ULKUS


DIABETIKUM MELAKUKAN SHOLAT

Disusun Oleh :
Nuzul Prima Diyella
NIM 16.0478.813.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI WIYATA HUSADA SAMARINDA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian

B. Rumusan
D. Manfaat Penelitian
Masalah

E. Penelitian Terkait
A. Latar Belakang
Pasien Ulkus diabetikum adalah keadaan pasien yang mengalami infeksi, tukak atau
destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada pasien Diabetes Mellitus (DM)
akibat abnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah arteri perifer. Diabetes
menyebabkan krisis dalam kehidupan fisik, dan spiritual pasien. Dalam hal ini, kesehatan
spiritual adalah elemen unik yang dapat menyelaraskan aspek fisik, spiritual dan sosial
dari kehidupan manusia dan diperlukan untuk mengatasi penyakit tersebut. (Loviana,
Rudy, & Zulkarnain, 2015). Ulkus diabetikum pada umumnya disebabkan oleh diabetes,
dan juga hiperglikemia. Tanda gejala yang sering ditemui seperti eksudat serosa,
penyembuhan tertunda, jaringan granulasi rapuh, jaringan granulasi berubah warna, bau
busuk, mengantongi pangkal luka, dan luka break down (SE, SL, & RA, 2009)
Prevalensi Penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan meningkat setiap tahunnya.
Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422 juta penderita pada tahun 2014.
Jumlah penderita tersebut jauh meningkat dari tahun 1980 yang hanya 180 juta penderita
(WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari Indonesia Development Forum pada
tahun 2014 berjumlah 9,1 juta atau 5,7%
% dari total penduduk. Indonesia merupakan peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM
terbanyak pada tahun 2014. Indonesia pada tahun 2013 berada di peringkat ke-7 penderita
DM terbanyak didunia dengan jumlah penderita 7,6 juta (Perkeni,2015).
Prevalensi ulkus diabetikum pada populasi diabetes adalah 4-10%, kondisi ini lebih sering
pada pasien yang lebih tua . Diperkirakan bahwa sekitar 5% dari semua pasien dengan
diabetes datang dengan riwayat ulkus, tetapi risiko seumur hidup pasien diabetes yang
mengalami komplikasi ini adalah 15%. Mayoritas (60-80%) dari borok kaki akan sembuh,
sementara 10 –15% dari mereka akan tetap aktif, dan 5-24% dari mereka akhirnya akan
mengarah pada limb amputasi dalam periode 6-18 bulan setelah evaluasi pertama.
(Alexiadou & Doupis,2012)
Hasil penelitian Almaida e., et all (2017) di Brazil melaporkan bahwa pasien Ulserasi tungkai bawah adalah
penyebab utama morbiditas dan mortalitas, terutama ketika dikaitkan dengan faktor sistemik, yang
dihasilkan dalam kronisitas, berulangnya lesi, dan amputasi. Dengan adanya luka tersebut mereka
merasakan sakit, keterbatasan fisik, dan menarik diri dari kegiatan. mungkin mempengaruhi tingkat
kerohanian dan harapan untuk penyembuhan rata-rata, pasien dengan DFU memiliki tingkat kerohanian
yang rendah, Ulkus kaki diabetik berdampak negatif pada kesejahteraan subjektif pasien dan spiritualitas.
Rata-rata, pasien dengan DFU kurang memiliki harapan untuk penyembuhan dan tingkat rendah
spiritualitas. Jenis kelamin perempuan dan usia yang lebih muda secara signifikan terkait dengan tingkat
kerohanian yang lebih rendah, dan usia yang lebih tua secara signifikan dikaitkan dengan harapan yang
lebih rendah untuk penyembuhan. Agama dan spiritualitas adalah sumber kenyamanan, dukungan, dan
kekuatan bagi banyak pasien untuk menangani penyakit. Mempromosikan Spiritualitas dan religiusitas
dalam perawatan pasien dapat mengarah pada yang lebih kuat perasaan harapan pada pasien ini,
peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil pasien, dan memotivasi pasien untuk meyakinkan
diri untuk sembuh dengan meningkatkan spiritualitasnya dengan melakukan sholat. (Almaida., et all 2017)
B. Rumusan Masalah

 Berdasarkan fenomena tersebut maka pengalaman pasien ulkus


diabetikum terutama difokuskan pada Aspek Fisik dan Aspek
Spiritualitas pasien dalam melakukan Ibadah Sholat Maka rumusan
masalah penelitian ini adalah bagaimana kah Aspek Fisik dan Aspek
Spiritualitas pada pasien yang menderita Luka Ulkus Diabetikum
dalam melakukan Ibadah Sholat.
C. Tujuan Penelitian

Untuk Mengeksplorasi Aspek Fisik dan Aspek Spiritual Pasien yang Menderita Luka
Ulkus Diabetikum melakukan Ibadah Sholat.
D. Manfaat Penelitian
1. Praktisi: Hasil penelitian ini diharapkan bisa dilakukan sebagai desain pendidikan
kesehatan tentang ulkus diabetikum
2. Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi referensi dalam
pengembangan keilmuan keperawatan medikal bedah. Selain itu peneliti juga
berharap hasil penelitian akan berkontribusi terhadap pengembangan materi dan
metode pembelajaran di kampus terutama terkait topik-topik diabetes dan luka
ulkus diabetikum
3. Bagi penerima asuhan keperawatan: Hasil penelitian ini diharapkan akan
mampu meningkatkan kualitas edukasi dan pendampingan yang diberikan perawat
kepada klien, sehingga klien akan terbantu dalam meningkatkan adaptasi dan
kemampuannya mengontrol glukosa darah secara mandiri. Hasil akhir yang
diharapkan tentunya adalah peningkatan kualitas hidup klien.
4. Pasien ulkus diabetikum: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
pengetahuan bagi penderita ulkus diabetikum dalam melakukan kegiatan ibadah
5. Bagi penelitian selanjutnya: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi perawat guna melakukan penelitian tentang pengalaman klien
dalam melakukan ibadah pasien dengan kondisi luka ulkus diabetikum dan
mendalami lebih spesifik.
E. Penelitian Terkait
 Almeida., et all (2017) di Brazil melaporkan bahwa pasien Ulserasi tungkai bawah adalah
penyebab utama morbiditas dan mortalitas, terutama ketika dikaitkan dengan faktor sistemik,
yang dihasilkan dalam kronisitas, berulangnya lesi, dan amputasi. Dengan adanya luka tersebut
mereka merasakan sakit, keterbatasan fisik, dan menarik diri dari kegiatan. mungkin
mempengaruhi tingkat kerohanian dan harapan untuk penyembuhan rata-rata, pasien
dengan DFU memiliki tingkat kerohanian yang rendah, Ulkus kaki diabetik berdampak
negatif pada kesejahteraan subjektif pasien dan spiritualitas. Rata-rata, pasien dengan DFU
kurang memiliki harapan untuk penyembuhan dan tingkat rendah spiritualitas. Jenis kelamin
perempuan dan usia yang lebih muda secara signifikan terkait dengan tingkat kerohanian yang
lebih rendah, dan usia yang lebih tua secara signifikan dikaitkan dengan harapan yang lebih
rendah untuk penyembuhan.. Agama dan spiritualitas adalah sumber kenyamanan, dukungan,
dan kekuatan bagi banyak pasien untuk menangani penyakit. Mempromosikan Spiritualitas
dan religiusitas dalam perawatan pasien dapat mengarah pada yang lebih kuat perasaan
harapan pada pasien ini, peningkatan kepatuhan terhadap pengobatan dan hasil pasien, dan
memotivasi pasien untuk meyakinkan diri untuk sembuh dengan meningkatkan
spiritualitasnya dengan melakukan sholat (Almeida., et all 2017)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Skema 2.2 Kerangka Teori Penelitian Kombinasi Teori Sister Callista Roy

Tingkat Adaptasi Proses Output


Efektor
Stimulus Kontrol

•Stimulus Fokal : Regulator: •Fungsi Fisiologi •Adaptif :


Pasien mempunyai motivasi yang Pasien melakukan Pasin melakukan sholat Melakukan ibadah
kuat dalam melakukan sholat untuk kegiatan ibadah dengan kemauan yang sholat 5 waktu
meningkatkan keyakinan pasien sholat untuk kuat walaupun dengan •Inefektif :
untuk tetap semangat sembuh keyakinan terhadap keadaan kaki dengan Tidak melakukan
•Stimulus Kontekstual kemampuan fisik luka ulkus diabetikum ibadah sholat 5
Keluarga dan lingkungan sekitar dengan •Konsep Diri waktu/jarang
memberikan motivasi dan semangat meningkatkan Keyakinan yang kuat melakukan
yang kuat untuk pasien agar tetap derajat kesehatan untuk melakukan
melakukan sholat untuk memberikan Kognator: kegiatan sholat yang
meyakinkan diri Terjadi perubahan diakibatkan karena
•Stimulus Residual emosi dan gangguan citra tubuh
Tenaga kesehatan memberikan pasien spiritualitas dan Harga Diri Rendah
arahan jadwal perawatan luka dan •Fungsi Peran
selalu mengikuti arahan tenaga Interdepedensi
kesehatan perawat Spiritualitas meningat
Umpan balik
A. Konsep Teori Aspek Fisik Luka Ulkus Diabetikum

 Kaki diabetes (Ulkus diabetikum) adalah komplikasi serius dari diabetes yang
kondisi gravitasi yang terpasang memiliki dampak ekonomi sosial yang
signifikan. Ulkus diabetikum adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh
penyumbatan pembuluh darah (nekrosis iskemik) akibat aterotrombosis
emboli mikro yang disebabkan oleh penyakit pembuluh darah perifer oklusif
yang menyertai penderita diabetes sebagai komplikasi kronis dari diabetes itu
sendiri. Ulkus kaki diabetik dapat diikuti oleh invasi bakteri yang
mengakibatkan infeksi dan pembusukan, dapat terjadi di bagian tubuh mana
pun terutama di bagian distal kaki bagian bawah (Rosyid, 2017).
B. Konsep Teori Aspek Spiritualitas pasien Luka Ulkus
diabetikum
 Rogers dan Wattis (2015) menyimpulkan spiritualitas sebagai dimensi pengalaman
manusia yang khas
 Menurut Adler, manusia adalah makhluk yang sadar, yang berarti bahwa ia sadar
terhadap semua alasan tingkah lakunya, sadar inferioritasnya, mampu membimbing
tingkah lakunya, dan menyadari sepenuhnyaarti dari segala perbuatan untuk
kemudian dapat mengaktualisasikan dirinya. (dalam Mahpur&Habib,2006)
 Koenig (2012) menyebutkan spiritualitas mempunyai peranan penting dalam
menurunkan stres. Penelitian kualitatif dari Gupta,et al.(2014) tentang peranan
spiritualitas dalam manajemen kesehatan pada pasien diabetes menunjukan terdapat
peranan yang cukup signifikan. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh Johnson,et
al.(2011) bahwa kesejahteraan spiritual saat ini dan pengalaman relijius masa lalu
berhubungan dengan gejala kecemasan dan depresi.(Heidari, Rezaei, Sajadi,
Ajorpaz, & Koenig, 2017)
BAB III
DESAIN PENELITIAN
a. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dengan
pendekatan fenomenologi. Fokus pendekatan Pada penelitian ini mendeskripsikan Aspek Fisik
dan Spiritualitas pasien ulkus diabetikum melakukan sholat agar didapatkan makna dari
pengalaman kehidupan yang dialami oleh partisipan dan menjelaskan perspektif filosofi yang
mendasari fenomena tersebut

b .Lokasi dan waktu penelitian

Pemilihan tempat penelitian harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, sehingga tempat yang benar-benar menggambarkan kondisi informan
sesungguhnya. Penelitian dilakukan di NCI CENTER (SPESIALIS PERAWATAN LUKA
SAMARINDA) jalan K.S Tubun dalam, RT 14 No. 2, Samarinda. Waktu Penelitian
dilaksanakan pada bulan Oktober-November2019.
c. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami luka Ulkus diabetikum. Pemilihan
partisipan ini menggunakan metode Purposive Sampling.
d. Instrumen
Penelitian kualitatif sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisa data,
menafsirkan data yang membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono,2014). Peneliti meggunakan alat
seperti : pedoman wawancara, buku catatan, teep record dan kamera untuk record video
e. Teknik pengumpulan data
1. Pengumpulan data kualitatif difokuskan pada jenis data dan prosedur untuk mengumpulkan data
tersebut. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam
(in-depth interview) . Pengambilan Sampel sumber data yang dilakukan dengan teknik Tri Anggulasi
(Gabungan), Hasil pengumpulan data ini berupa transkip wawancara. Pendekatan studi fenomenologi,
proses pengumpulan informasinya melibatkan terutama wawancara yang mendalam atau teknik in depth
interview (wawancara mendalam) berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun.
Wawancara ini dilakukan dengan wawancara terstruktur. Jadwal wawancara berisi sejumlah pertanyaan
yang telah direncanakan sebelumny. Tiap partisipan ditanyakan pertanyaan yang sama dengan urutan yang
sama pula.
2. Observasi dilakukan tanpa struktur atau rencana terlebih dahulu, sehingga observer dapat
menangkap apa saja yang dapat ditangkap (Baskoro dalam Hasanah, 2017), melakukan observasi partisipan
dan non partisipan field note ( lingkungan, kejadian, situasi).
f. Prosedur pengumpulan data:
1. Tahap Persiapan
 Setelah peneliti mendapatkan izin penelitian dari lahan penelitian, peneliti
mempersiapkan flayer untuk calon partisipan yng dibuat sebaik mungkin agar
menarik.
2. Tahap Pelaksanaan
Wawancara dengan pertanyaan terbuka memberikan kebebasan dan keleluasan
yang lebih besar dalam menjawab dibandingkan jenis wawancara lain (Speziale,
2011). Peneliti menggunakan pendoman wawancara untuk memandu peneliti dalam
mengajukn pertanyan. Dilakukan pada setiap partisipan rata-rata 35 menit. Setiap
selesai wawancara mengucapkan terima kasih atas kerjasama yang terjalin dalam
penelitian yang telah dilakukan.
3. Tahap Terminasi dilakukan dengan mengawali klarifikasi pertanyaan yang kurang
jelas kepada partisipan, kemudian melakukan validasi pada seluruh item pertanyaan
wawancara yang telah dijawab, memberikan kesempatan pada partisipan untuk
menyampaikan hal yang ingin disampaikan sebelum wawancara ditutup dan diakhiri.
Mengucapkan terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya telah menjadi
partisipan dalam penelitian ini.
g. Analisa Data

 wawancara dibuat transkip, buang kata-kata yang tidak penting dan


menentukan koding dari setiap transkip dan setelah itu kategorikan koding
yang sudah dipilih dan tentukan Tema (Reduksi Data)
 Penyajian data untuk penarikan kesimpulan berupa teks naratif
h. Etika Penelitian
1. Benefience
Prinsip Etik Benefience merupakan standar etik yang mengutamakan
kesejahteraan bagi partisipan.
2. Respect of Human Dignity
Prinsip etik Respect for human dignity meliputi hak otonomi (autonomy)
seorang partisipan untuk menentukan sikap dan pilihan dalam menyampaikan
pendapat dan partisipasinya dalam penelitian.
3. Justice
Dalam prinsip ini partisipan diperlakukan adil
4. Confidentiality
Dalam prinsip ini, peneliti harus menjamin kerahasiaan data dari partisipan
yang telah disampaikan dalam proses penelitian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai