Anda di halaman 1dari 74

1

HUBUNGAN SELF-REGULATED LEARNING DAN SELF-EFFICACY


DENGAN STRES DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA
MAHASISWA S-1 KEPERAWATAN DI ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA

PROPOSAL

Di Susun Oleh :
Nama : Rima Wulandari
Nim : 16.0411.746.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
2020
2

HUBUNGAN SELF-REGULATED LEARNING DAN SELF-EFFICACY


DENGAN STRES DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA
MAHASISWA S-1 KEPERAWATAN DI ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA

PROPOSAL

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana

(S1 Keperawatan)

Di Susun Oleh :
Nama : Rima Wulandari
Nim : 16.0411.746.01

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


3

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA


SAMARINDA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN SELF-REGULATED LEARNING DAN SELF-EFFICACY


DENGAN STRES DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA
MAHASISWA S-1 KEPERAWATAN DI ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Di Susun Oleh :

Rima Wulandari

NIM : 16041174601

Proposal Tugas Akhir Ini Telah Disetujui Oleh :

Pada Tanggal

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Sumiati Sinaga, M.Kep Hj. Sumiati, SKM


NIK. 113072.82.09.006 NIK. 19690510.199403.2.002

Mengetahui,

k Ilmu Keperawatan
Ketua Program Studi

Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, S.Kep.M.Kep,Sp K.MB


NIK. 113072.88.16.088
4

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rima Wulandari

NIM : 16041174601

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Penelitian : Hubungan Self-Regulated Learning dan Self-Efficacy


Dengan Stres Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada
Mahasiswa S-1 Keperawatan Di ITKes Wiyata Husada
Samarinda

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber, baik
yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Samarinda, 17 Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

Rima Wulandari

NIM : 16.0411.746.01
5

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir yang berjudul “Hubungan Self-Regulated Learning Dan Self-Efficacy
Dengan Stres Dalam Menyelesaikan Skripsi Pada Mahasiswa S-1
Keperawatan Di ITKES Wiyata Husada Samarinda” dapat terselesaikan
dengan baik. Laporan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan di ITKES
Wiyata Husada Samarinda.

Saya menyadari bahwa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari
masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal ini, sangatlah sulit bagi saya
untuk menyelesaikan semua proses tepat pada waktunya. Oleh karena itu,
perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan
hati yang tulus kepada:

1. Bapak H. Mujito Hadi, MM selaku Ketua Yayasan Wiyata Husada Samarinda.


2. Dr. Eka Ananta Sidharta, SE, MM., AK., CA., CSRS, CSRA, CfrA selaku
Rektor ITKES Wiyata Husada Samarinda.
3. Ns. Kiki Hardiansyah Safitri, S.Kep, M.Kep,.Sp KMB selaku Ketua Program
Studi Keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda
4. Ns. Sumiati Sinaga, M.Kep selaku pembimbing I telah menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini.
5. Ibu Hj. Sumiati, SKM selaku pembimbing II telah menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tugas akhir ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen ITKES Wiyata Husada Samarinda yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan peneliti serta seluruh staf
pegawai yang telah banyak membantu.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua saya Hudriansyah dan Fitriani yang telah
menjadi motivasi, mendoakan, memberikan dukungan, dan semangat serta
6

kasih sayang yang mereka berikan selama ini dalam penyelesaian tugas akhir
ini.
8. Seluruh Teman-teman saya di ITKes Wiyata Husada Samarinda yang telah
memberikan bantuan, dukungan dan saran serta kritik dalam penulisan
proposal ini.
9. Kepada semua pihak secara langsung maupun tidak langsung yang telah
banyak membantu memberi pengarahan dalam penyusunan proposal ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan melimpahkan


karunia serta rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga memerlukan banyak perbaikan dan penyempurnaan baik dalam bentuk
saran dan kritik yang bersifat membangun. Peneliti berharap skripsi ini dapat di
terima sebagai syarat untuk menyelesaikan program studi Ilmu Keperawatan
ITKES Wiyata Husada Samarinda.

Samarinda, 17 Juni 2020

Rima Wulandari
7

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
DAFTAR TABEL......................................................................................................
DAFTAR SKEMA.....................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................
B. Rumusan Masalah................................................................................................
C. Tujuan Penelitian.................................................................................................
D. Manfaat Penelitian...............................................................................................
E. Penelitian Terkait.................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Mahasiswa......................................................................................................
2. Self-Regulated Learning................................................................................
3. Self-Efficacy...................................................................................................
4. Stres................................................................................................................
B. Konsep Dasar Teori Keperawatan.......................................................................
C. Kerangka Teori Penelitian...................................................................................
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian..........................................................................
B. Kerangka Konsep Penelitian................................................................................
C. Populasi Dan Sampel Penelitian..........................................................................
D. Variabel Penelitian...............................................................................................
E. Definisi Operasional............................................................................................
F. Lokasi Dan Waktu Penelitian..............................................................................
G. Instrument Penelitian...........................................................................................
H. Uji Instrumen Penelitian......................................................................................
I. Prosedur Pengumpulan Data................................................................................
J. Analisa Data.........................................................................................................
K. Pengelola Data.....................................................................................................
L. Etika Penelitian....................................................................................................
M. Alur Penelitian.....................................................................................................
8

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasinal....................................................................................

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Soal Self-Regulated Learning...................................


Table 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Soal Self-Efficacy.....................................................
Table 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Soal Stres..................................................................
9

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori........................................................................................

Skema 3.1 Alur Penelitian.........................................................................................


10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan untuk ITKES Wiyata Husada Samarinda

Lampiran 2 : Surat Studi Pendahuluan untuk

Lampiran 3 : Surat Balasan untuk Rektor ITKES Wiyata Husada Samarinda

Lampiran 4 : Surat Balasan untuk Pimpinan Puskesmas Loa Janan

Lampiran 5 : Kuesioner Peneliti


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan
manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dalam rangka
mempertahankan hidup. Salah satu hal yang dilakukan manusia untuk
memperoleh pendidikan adalah dengan mengikuti pendidikan formal. Pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang tersruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan formal berstatus
negeri dan pendidikan formal berstatus swasta (Tosiana, 2012).
Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen
pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil
pencapaian tujuan pendidikan (Hobu, 2011). Didalam proses pendidikan
melibatkan subyek yang dibimbing salah satunya yaitu mahasiswa. Mahasiswa
adalah Seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan
terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang
terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute dan universitas
(Hasanah et al., 2016).
Seorang mahasiswa di Perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk
sesegera mungkin menyelesaikan pendidikannya. Pada umumnya di akhir masa
studi, seorang mahasiswa diberi tugas-tugas akhir, yang salah satunya merupakan
skripsi. Skripsi adalah salah satu ujian yang akan dijalankan oleh mahasiswa
dalam proses pendidikan dan skripsi adalah ujian terakhir bagi mahasiswa sebagai
salah satu syarat kelulusan dari pendidikan yang mereka tempuh selama bertahun-
tahun (Aryawan, 2016).
Tuntutan dari kampus yang mewajibkan mahasiswa untuk segera
menyelesaikan skripsi dan kesulitan yang dialami selama proses penyusunan
skripsi akan menjadi tekanan bagi mahasiswa sehingga bisa mengalami stress
(Dimas, 2016). Kesulitan yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun
skripsi adalah banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam

11
tulis menulis, kurang bisa mengatur dirinya dalam proses menyusun skripsi,
adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, kurang yakin dengan
kemampuan yang dimiliki serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada
penelitian yang dapat menimbulkan terjadinya stres (Tyas, 2012).
Stres adalah suatu tekanan atau sesuatu yang terasa menekan dalam diri
individu. Sesuatu tersebut dapat terjadi disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
harapan dan kenyataan yang diinginkan oleh individu, baik keinginan yang
bersifat jasmaniah maupun rohaniah. (Sarafino, Edward. P, 2008) mengartikan
stres adalah kondisi yang disebabkan oleh interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal
dari situasi yang bersumber pada pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang (Anindya & Sartika, 2018).
Hasil survei yang dilakukan oleh America College Health Association
(ACHA) pada tahun 2013 di Amerika, menjelaskan salah satu masalah besar yang
dihadapi mahasiswa dalam dunia perkuliahan adalah stres. Sebanyak 27,9 % dari
total 32.964 mahasiswa mengaku bahwa stres menjadi penghalang bagi perfoma
akademik mereka (Hidayat, 2012). Sedangkan, prevalensi stres mahasiswa akibat
menyelesaikan skripsi di Malaysia sebanyak 41,9%. Sementara itu, prevalensi
stres mahasiswa akibat menyelesaikan skripsi di Pakistan sebanyak 30,84%
(Wibawa, 2016). Prevalensi mahasiswa di dunia yang mengalami stres didapatkan
sebesar 39,6-61,3% (Habeeb, 2010). Sementara itu, prevalensi mahasiswa yang
mengalami stres di Indonesia sendiri didapatkan sebesar 36,7-71,6% (Ambarwati
et al., 2019).
Penelitian oleh (Abdulghani, 2008) yang mengatakan bahwa stres
berdampak bisa berupa sulit memusatkan perhatian (konsentrasi) selama
perkuliahan termasuk saat mengikuti proses bimbingan skripsi dengan dosen
pembimbingnya, menurunnya minat terhadap hal-hal yang biasa ia kerjakan,
menurunnya motivasi bahkan mempengaruhi perilaku menjadi kurang adaptif.
Dampak stres lainnya adalah sengaja tidak mengerjakan skripsi karena tidak ingin
merasa terbebani sehingga lebih memilih mencari kesenangan dari kegiatan lain di
luar kampus dan menghindari dosen pembimbing. Melihat dampak stres yang

12
tidak ringan, perlu teknik yang tepat untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak stres (Gamayanti et al., 2018).
Dalam menyelesaikan skripsi, mahasiswa harus mampu untuk mengatur
dirinya seperti mengatur waktu, merencanakan kegiatan dan mengukur
kemampuan dirinya agar tidak mengalami stres (Womble, 2001). Manajemen
waktu yang buruk adalah salah satu faktor. Mahasiswa yang mempunyai
pengaturan waktu yang baik terlihat dari bagaimana mahasiswa membuat dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan strategi belajarnya. Pernyataan tersebut
sejalan dengan pernyataan (Putri, 2017) yang menyatakan bahwa pengaturan
waktu yang baik dapat membebaskan seseorang dari stres.
Untuk dapat menyelesaikan skripsi dengan tenggat waktu yang ada
mahasiswa memerlukan kemampuan pengaturan waktu yang baik. Merencanakan
dan menggunakan strategi perilaku pada mahasiswa adalah salah satu bentuk dari
self-regulated learning. Self-regulated learning adalah aplikasi dari self-
regulation pada konteks pendidikan. Self-regulated learning merupakan
kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seorang mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi. Self-Regulated Learning didefinisikan sebagai proses
individu mengenai pengaturan diri dalam belajar. Apabila mahasiswa memiliki
self-regulated yang rendah, maka potensi untuk mengalami stres akan semakin
tinggi pula (Putri, 2017). Hasil penelitian dari (Susetyo, Y. F., & Kumara, 2012)
menyatakan bahwa self-regulated learning berhubungan dengan keyakinan
motivasional, seperti orientasi tujuan intrinsik, orientasi tujuan ekstrinsik, kontrol
terhadap keyakinan, dan self-efficacy (Mahardika, 2016).
Self-efficacy sangat berpengaruh dalam proses menyelesaikan skripsi. Self-
efficacy merupakan keyakinan seorang individu terhadap kemampuannya untuk
mengatur dan melaksanakan tindakan untuk mencapai suatu tujuan dimana
individu memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu untuk menghadapi segala
tantangan dan mampu memprediksi seberapa besar usaha yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (Tyas, 2012). Self-efficacy merupakan penilaian
diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah,
mampu atau tidak mampu mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Self-
efficacy dapat mengembangkan perilaku bersikap positif dalam menyusun skripsi.

13
Sikap positif ini dapat membuat individu atau mahasiswa yang mempunyai self-
efficacy yang baik menjadi tidak mudah menyerah dalam menyelesaikan skripsi
yang sedang dikerjakan. Mahasiswa menjadi menikmati dalam menyusun skripsi
karena memiliki self-efficacy yang baik . Pada akhirnya kondisi ini dapat
memunculkan motivasi pada mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsinya
(Wibawa, 2016).

Berdasarkan beberapa penelitian serta teori Bandura, self-efficacy dapat


mempengaruhi stres yang dialami oleh individu. Menurut (Bandura, 1997) dalam
(Darista, 2016) untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada
diri seseorang sangat berguna. (Ogden, 2000) dalam (Darista, 2016) mengatakan
bahwa keyakinan seseorang mengenai kemampuannya untuk mengontrol
perilakunya sangat berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian
yang menyebabkan stres (Anindya & Sartika, 2018)

Semakin tinggi self-efficacy mahasiswa, maka semakin rendah


kecenderungan mahasiswa untuk menunda menyelesaikan skripsinya. Sebaliknya,
semakin rendah self efficacy mahasiswa, maka semakin tinggi kecenderungan
mahasiswa untuk menunda menyelesaikan skripsinya (Muhid, 2009) dalam (Ana,
2014). Perilaku menunda tersebut yang terjadi terus menerus akan menimbulkan
rasa malas, stres, mudah menyerah, depresi (The SEA’s program 2004; dalam
(Ana, 2014). Self-efficacy menjadi salah satu faktor penting yang harus dimiliki
mahasiswa dalam mencapai keberhasilan akademik. Artinya dengan memiliki
self-efficacy tinggi, mahasiswa mampu menghadapi tekanan-tekanan yang timbul
pada saat proses menyusun skripsi (Ana, 2014).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Galuh Sekar
Anindya dan Dewi Sartika (2017) dengan judul Hubungan antara Self-Efficacy
dengan stress pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi di Universitas Islam
Bandung. Di dapat hasil Penelitian yaitu terdapat hubungan negatif yang
signifikan (rs=-0.307) dengan derajat korelasi rendah antara self-efficacy dengan
stress pada mahasiswa Unisba yang sedang menyusun skripsi, yang artinya

14
semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki mahasiswa maka akan semakin rendah
stress yang dirasakannya, begitu juga sebaliknya (Anindya & Sartika, 2018).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal


15 April 2020 pada mahasiswa di ITKES Wiyata Husada Samarinda, dilakukan
wawancara melalui pengumpulan data via online (WhatsApp) pada 10 orang
mahasiswa. Hasil dari wawancara tersebut didapatkan 1 orang mahasiswa
mengalami stres ringan, 8 orang mahasiswa mengalami stres sedang dan 1 orang
mahasiswa mengalami stres berat dalam proses menyelesaikan skripsi
dikarenakan sulitnya melakukan bimbingan, sulitnya mencari bahan referensi,
belum mengerti cara mengerjakan skripsi dengan benar, mahasiswa cemas karena
memikirkan tugas skripsi sehingga tidurnya menjadi terganggu dan selama proses
mengerjakan skripsi masih banyak mahasiswa yang belum bisa mengatur dirinya
seperti mengatur waktunya, banyak mahasiswa yang masih santai menonton
youtube, bermain game padahal ada skripsi yang harus dikerjakan, dan sebagian
dari mereka ada yang mengatakan kurang yakin dengan kemampuan yang dimiliki
dalam menyelesaikan skripsi tepat waktu.
Berdasarkan uraian fenomena permasalahan diatas maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Self-Regulated Learning dan Self-
efficacy dengan Stres dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1
Keperawatan ITKes Wiyata Husada Samarinda.

B. Rumusan Masalah
Stres merupakan fenomena yang sering terjadinya dalam dunia
pendidikan, tentunya seperti pelajar khususnya mahasiswa yang sedang
menyelesaikan skripsi. Pada umumnya di akhir masa studi, seorang mahasiswa
diberi tugas-tugas akhir, yang salah satunya merupakan skripsi. Faktor penyebab
terjadinya stres yaitu salah satunya tidak menggunakan strategi Self-Regulated
Learning dan Self-Efficacy dalam menyelesaikan skripsi. Tujuan strategi Self-
Regulated Learning dan Self-Efficacy yaitu agar individu mampu mengatur
dirinya dalam belajar dan individu yakin dan tidak mudah menyerah dalam
menyusun skripsi yang sedang dikerjakan. Berdasarkan uraian diatas, maka

15
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hubungan “Self-Regulated Learning
dan Self-Efficacy dengan stres dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1
Keperawatan di ITKes Wiyata Husada Samarinda.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan self-regulated learning
dan self-efficacy dengan stres dalam menyelesaikan skripsi pada Mahasiswa S-
1 Keperawatan di ITKes Wiyata Husada Samarinda ?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi self-regulated learning pada mahasiswa yang sedang
menyelesaikan skripsi.
b. Mengidentifikasi self efficacy pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan
skripsi.
c. Mengidentifikasi stres pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi.
d. Menganalisis Hubungan Self-Regulated Learning dan Self Efficacy dengan
Stres dalam menyelesaikan skripsi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan masukan bagi akademik dalam upaya memberi informasi
mengenai self-regulated learning dan self efficacy.
b. Merupakan pengalaman berharga dalam memperluas wawasan,
pengetahuan, dan pengalaman peneliti dalam tugas dan pekerjaan.
c. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menjelaskan hubungan self-
regulated learning dan self efficacy dengan stres dalam menyelesaikan
skripsi.
d. Sebagai persyaratan bagi peneliti untuk mengikuti proses penyelesaian
tugas akhir program pendidikan.
2. Manfaat Praktis

16
a. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana self-regulated
learning dan self efficacy yang baik agar dapat menghindari stres dalam
menyelesaikan skripsi

b. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pemahaman mengenai pentingnya self-regulated
learning dan self efficacy dalam proses pembelajaran menjadi seorang
yang profesional.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan self-regulated
learning dan self efficacy yang baik agar dapat menghindari stres dalam
menyelesaikan skripsi.

E. Penelitian Terkait
Dalam penelitian ini peneliti mengambil bahan pembelajaran dan masukan
sebagai bahan pembanding dalam menyelesaikan penulisan ini dari berbagai hasil
karya tulis dan mahasiswa-mahasiwa yang telah menyelesaikan skripsinya, yang
dijelaskan berikut ini :
1. Penelitian dilakukan oleh Maria Resita Eka Putri (2017) dengan judul
Hubungan Self-Regulated Learning Dan Stres Akademik Pada Mahasiswa.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan self-ragulated learning
dengan stres akademik. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif
korelasional. Subjek pada penelitian ini adalah 100 mahasiswa. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik sampling convenience sampling.
Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh calon
peneliti adalah sama sama meneliti variabel self-regulated learning. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian diatas adalah dari teknik pengambilan sampel
secara teknik non-random sampling variabel penelitian, tempat penelitian, dan
metode penelitian.

17
2. Penelitian dilakukan oleh Galuh Sekar Anindya dan Dewi Sartika (2018)
dengan judul Hubungan Self-Efficacy Dengan Stress pada Mahasiswa yang
Sedang Menyusun Skripsi di Universitas Islam Bandung. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 130
mahasiswa. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman. validitas menggunakan teknik product moment. Persamaan
penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan oleh calon peneliti adalah
sama sama meneliti variabel self-efficacy dengan stres pada mahasiswa yang
menyelesaikan skripsi. Perbedaannya adalah penelitian yang akan dilakukan
oleh calon peneliti dengan penelitian terkait adalah variabel penelitian, tempat
penelitian, dan metode penelitian.
3. Penelitian dilakukan oleh I Made Yudi Indra Wibawa (2016) dengan judul
Hubungan Self-Efficacy Dengan Tingkat Stres Mahasiswa Dalam Menyusun
Skripsi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Self-Efficacy dengan
Tingkat Stres Mahasiswa dalam Menyusun Skripsi di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jenis penelitian ini
menggunakan metode pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
80 orang mahasiswa PSIK FK Unud. Hasil penelitian terdapat hubungan kuat
antara self-efficacy dengan tingkat stres mahasiswa di PSIK FK Unud dalam
menyusun skripsi. Persamaan penelitian dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh calon peneliti adalah sama sama meneliti variabel self-efficacy
dan stres pada mahasiswa dengan populasi yang sama yaitu mahasiswa tingkat
akhir yang sedang menyusun skripsi. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian diatas adalah variabel penelitian, tempat penelitian.

18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Self-Regulated Learning
a. Definisi Self regulated learning
Kajian self-regulated learning berasal dari teori belajar sosial
dalam tingkah laku yang dirumuskan oleh Bandura (Darmawan, 2017).
Dalam teorinya, Bandura mengemukakan bahwa self-regulation adalah
kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri,
mempengaruhi tingkah laku dengan mengatur lingkungan, menciptakan
dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri. Sejalan dengan Bandura, Zimmerman (Darmawan, 2017)
menyatakan bahwa regulasi diri merupakan cara seseorang
menggunakan isyarat eksternal dan internal untuk menentukan waktu
memulai, waktu untuk mengatur, dan waktu untuk mengarahkan
perilakunya untuk mencapai tujuan. Beliau juga menambahkan bahwa
dalam dunia pendidikan regulasi diri melibatkan kemampuan
metakognitif, motivasi dan perilaku aktif individu pada proses
pembelajarannya. Istilah self-regulation yang digunakan dalam belajar
dikenal sebagai self-regulated learning (Hobu, 2011).
Zimmerman mendefinisikan self-regulated learning sebagai proses
dimana mahasiswa mengaktifkan dan mengendalikan kognisi, perilaku

19
dan perasaan yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian
tujuan. Sementara menurut Wolters, Pintrich dan Karabenick
(Darmawan, 2017), self-regulated learning adalah proses konstruktif
aktif dimana peserta didik menetapkan tujuan pembelajaran, kemudian
mencoba untuk mengatur, dan mengendalikan aspek self-regulated
learning (kognisi, motivasi, dan perilaku) (Hobu, 2011).
Salah satu karakteristik mahasiswa dengan regulasi diri dalam
belajar adalah mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol
proses, dan mengarahkan proses menta untuk mencapai tujuan personal
(metakognisi). Mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki
usaha terhadap penyesuaian tugas, tahu bagaimana menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, mencari bantuan dosen dan
teman jika menemui kesulitan. Mampu melakukan strategi disiplin dan
menjaga konsentrasi (Rahayu, 2007).
Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa self-regulated learning adalah kemampuan individu
dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara mandiri dan
terencana dalam menyusun aktivitas belajar dengan melibatkan aspek
kognitif, motivasi dan perilaku.
b. Aspek-aspek Self Regulated Learning
Self regulated learning memiliki tiga aspek menurut (Wolters,
C.A, Pintrich, P.R & Karabenick, 2003) yaitu kognisi, motivasi, dan
perilaku. Selanjutnya, (Meilani, D., Cakrawati, D., & Sugiarti, 2017)
merumuskan 11 indikator untuk mengukur self-regulated learning
individu yang dikembangkan berdasarkan aspek yang telah dirumuskan
oleh Wolters. Indikator yang termasuk pada faktor kognisi yaitu goal
setting and planning, rehearsing and memorizing, organizing and
transforming dan self evaluating. Kemudian indikator yang temasuk
pada faktor motivasi yaitu self consequence, seeking social assistance
dan environmental structuring. Sedangkan indikator yang termasuk
pada faktor perilaku yaitu keeping records and monitoring, seeking
information, reviewing records dan other/help seeking.

20
Adapun aspek-aspek self regulation menurut Zimmerman (Ghufron &
Risnawati, 2011) pengelolaan diri atau self regulation mencakup tiga
aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu metakognitif, motivasi,
dan perilaku Paparan selengkapnya sebagai berikut :
1) Metakognitif
Zimmerman (Maftuhah, 2012) poin metakognitif dalam self
regulated learning yaitu proses memahami pendekatan pembelajaran
dalam proses berfikir dengan merencanakan, menetapkan tujuan,
memonitor, mengorganisasikan dan mengevaluasi kegiatan belajar.
2) Motivasi
Zimmerman (Maftuhah, 2012) bahwa keuntungan motivasi ini
adalah individu memiliki ketertarikan terhadap tugas yang diberikan
dan berusaha dengan tekun dalam belajar dengan memilih,
menyusun, dan menciptakan lingkungan yang disukai untuk belajar.
3) Perilaku
Perilaku merupakan upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi,
dan memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang
mendukung aktivitasnya. Pada perilaku ini Zimmerman (Maftuhah,
2012) mengatakan bahwa individu memilih, menyusun, dan
menciptakan lingkungan sosial dan fisik seimbang untuk
mengoptimalkan pencapaian atas aktivitas yang dilakukan.
Berdasarkan ketiga aspek self regulated learning diatas, jika
mahasiswa ingin tujuan belajar yang dimilikinya dapat dicapai
secara maksimal, maka mahasiswa diharuskan dapat
mengaplikasikan ketiga aspek tersebut di setiap proses belajarnya
secara optimal.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Regulated Learning
Terdapat faktor eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi self-
regulated learning, sebagai berikut:
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan dua cara,
diantaranya:

21
a) Faktor lingkungan. Menurut Zimmerman dan Pons (Ghufron &
Risnawati, 2011) teori sosial kognitif mencurahkan perhatian
khusus pada pengaruh sosial dan pengalaman pada fungsi
manusia. Hal ini bergantung pada bagaimana lingkungan itu
mendukung atau tidak mendukung. (Alwisol, 2009)
menambahkan bahwa faktor lingkungan berinteraksi dengan
pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi diri
seseorang. Melalui orang tua dan guru, anak-anak belajar baik-
buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.
Melalui pengalaman berinteraksi dengan yang lebih luas anak
kemudian mengembangkan standar yang bisa dipakai untuk
menilai prestasi diri.
b) Faktor penguatan (reinforcement), Zimmerman dan Pons
(Ghufron & Risnawati, 2011) menyatakan bahwa hadiah
instrinsik tidak selalu memberikan kepuasan, orang membutuhkan
insentif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah
laku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika orang dapat
mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar
tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi.
2) Faktor Internal
Faktor eksternal berinteraksi dengan faktor internal dalam
pengaturan diri, faktor internal diantaranya sebagai berikut:
a) Individu, yang dimaksud ialah faktor yang berasal dari diri
individu sendiri. Menurut Zimmerman dan Pons (Ghufron &
Risnawati, 2011) faktor individu ini meliputi hal-hal dibawah ini:
(1) Pengetahuan individu, semakin banyak dan beragam
pengetahuan yang dimiliki individu akan semakin membantu
individu dalam melakukan pengelolaan.
(2) Tingkat kemampuan metakognisi yang dimiliki individu yang
semakin tinggi akan membantu pelaksanaan pengelolaan diri
dalam diri individu.

22
(3) Tujuan yang ingin dicapai, semakin banyak dan kompleks
tujuan yang ingin diraih, semakin besar kemungkinan
individu melakukan pengelolaan diri.
b) Perilaku, menurut Zimmerman dan Pons (Ghufron & Risnawati,
2011) mengacu kepada upaya individu menggunakan kemampuan
yang dimiliki. Semakin besar dan optimal upaya yang dikerahkan
individu dalam mengatir dan mengorganisasi suatu aktivitas akan
meningkatkan pengelolaan atau regulation pada diri individu.
(Bandura, A & Edwin, 2006) menyatakan dalam perilaku ini, ada
tiga tahap yang berkaitan dengan pengelolaan diri atau self
regulation, diantaranya :
(1) Self observation, berkaitan dengan respon individu, yaitu
tahap individu melihat ke dalam dirinya dan perilaku
(performansinya) (Ghufron & Risnawati, 2011). Dilakukan
berdasarkan faktor kualitas penampilan, kuantitas
penampilan, orisinalitas, tingkah laku diri, dan seterusnya.
Orang harus mampu memonitoring performansinya,
walaupun tidak sempurna karena orang cenderung memilih
beberapa aspek dari tingkah lakunya dan mengabaikan
tingkah laku lainnya. Apa yang diobservasi seseorang
tergantung kepada minat dan konsep dirinya (Alwisol, 2009).
(2) Self judgment merupakan tahap individu membandingkan
performansi dan standar yang telah dilakukannya dengan
standar atau tujuan yang sudah dibuat dan ditetapkan
individu. Melalui upaya membandingkan performansi dengan
standar atau tujuan yang telah dibuat dan ditetapkan, individu
dapat melakukan evaluasi atas performasi yang telah
dilakukan dengan mengetahui letak kelemahan atau
kekurangan performasinya (Ghufron & Risnawati, 2011).
Standar pribadi bersumber dari pengalaman mengamati
model misalnya orang tua atau guru, dan menginterprestasi
balikan/penguatan dari performasi diri. Berdasarkan sumber

23
model dan performasi yang mendapat penguatan, proses
kognitif menyusun ukuran-ukuran atau norma yang sifatnya
sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selalu sinkron dengan
kenyataan. Standar pribadi ini jumlahnya terbatas. Sebagian
besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkannya
dengan ukuran eksternal, bisa berupa norma standar
perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau
perbandingan kolektif. Orang juga menilai suatu aktivitas
berdasarkan arti penting dari aktivitas itu bagi dirinya
(Alwisol, 2009).
(3) Self reaction merupakan tahap yang mencakup proses
individu dalam menyesuaikan diri dan rencana untuk
mencapai tujuan atau standar yang telah dibuat dan
ditetapkan (Ghufron & Risnawati, 2011). Hal ini dilakukan
berdasarkan pengamatan dan judgement, orang mengevaluasi
diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi
atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi
afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang
mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang
bermakna secara individual (Alwisol, 2009).
d. Karakteristik Self Regulated Learning
Berdasarkan hasil penelitian Mukhid (Maftuhah, 2012),
karakteristik perbedaan para mahasiswa yang belajar dengan self
regulated dengan yang tidak belajar dengan self regulated, adalah
sebagai berikut :
1) Mereka familiar dan mengetahui bagaimana menggunakan suatu seri
strategi kognitif (repetisi, elaborasi, dan organisasi), yang membantu
mereka menyelesaikan, mengubah (transform), mengatur (organize),
memperluas (elaborate), dan memperoleh kembali informasi
(recocer information).

24
2) Mereka mengetahui bagaimana merencanakan, mengontrol fdan
mengatur proses mental mereka terhadap pencapaian tujuan-tujuan
personal (metakognition).
3) Mereka menunjukkan sekumpulan kepercayaan motivasi
(motivational beliefs), seperti perasaan academic self efficiency,
pemakaian tujuan-tujuan belajar, pengembangan emosi positif
terhadap tugas-tugas diantaranya kegembiraan, kepuasan, dan
semangat besar.
4) Mereka merencanakan dan mengontrol waktu dan upaya yang
digunakan untuk tugas-tugas, dan mereka mengetahui bagaimana
membuat dan membangun lingkungan belajar yang baik, seperti
menemukan tempat belajar yang cocok, dan pencarian bantuan
(helpseeking) dari dosen atau teman ketika menemui kesulitan.
5) Untuk perluasan konteks yang diberikan, mereka menunjukkan
upaya-upaya yang lebih besar untuk ikut ambil bagian dalam kontrol
dan pengaturan tugas-tugas akademik, suasana dan struktur kelas,
desain tugas-tugas kelas, dan organisasi kelompok kerja.
Karakteristik mahasiswa self regulated learning adalah mereka
melihat diri mereka sebagai agen perilaku mereka sendiri, mereka
percaya belajar adalah proses proaktif, mereka memotivasi diri dan
menggunakan strategi-strategi yang memungkinkan mereka
meningkatkan hasil akademik yang diinginkan.
e. Strategi Self-Regulated Learning
Self-regulated learning menjadi komponen integral terhadap fungsi
formatif belajar. Fungsi ini merupakan suatu budaya belajar yang
mendorong pelajar melatih strategi belajar pengaturan diri ketika ikut
ambil bagian dalam suatu kegiatan atau ketika belajar atau mengerjakan
pekerjaan rumah. Strategi self-regulated learning adalah himpunan
rencana yang dapat digunakan pebelajar agar mencapai tujuan.
Rencana-rencana aksi ini berdasar pada fase-fase, proses-proses, dan
sub proses pebelajar pengaturan diri. Penggunaan strategi self-
regulated learning mengurangi kecemasan dan meningkatkan self-

25
efficacy, yang secara langsung berhubungan dengan pencapaian tujuan
dan prestasi akademik.
Strategi self-regulated learning diklasifikasikan menjadi dua
kategori, yaitu strategi kognitif dan strategi metakognitif. Strategi
kognitif adalah strategi yang memfokuskan pada proses informasi
seperti latihan/ulangan (reherseal), perluasan (elaboration), dan
organisasi. Strategi metakognisi membicarakan perilaku yang
diperlihatkan pembelajar selama situasi belajar (Mukhid, 1998).

2. Self-Efficacy
a. Definisi Self-Efficacy
Self-efficacy adalah penilaian keyakinan diri tentang seberapa baik
individu dapat melakukan tindakan yang diperlukan yang berhubungan
dengan situasi yang prospektif (Luthans, 2006). Self-efficacy ini
berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan
melakukan tindakan yang diharapkan. Self-efficacy adalah penilaian
diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau
salah, dapat atau tidak dapat mengerjakan sesuai dengan yang
dipersyaratkan (Alwisol, 2004). Suatu tindakan seorang individu perlu
disadari yang dinamakan keyakinan, karna keyakinan yang dapat
menentukan tindakan serta apa yang akan dilakukan, dan diselesaikan
seseorang dalam kehidupannya.
Menurut pendapat Stajkovij dan Luthans, Self-efficacy mengacu
pada keyakinan individu mengenai kemampuan untuk memobilisasi
motivasi, sumber daya kognitif, dan tindakan yang diperlukan agar
mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang diberikan
(Luthans, 2006). Myres (dalam Suseno, 2009) menyatakan Self-efficacy
berkaitan bagaimana individu merasa mampu untuk melakukan suatu
hal. Motivasi adalah salah satu bentuk dorongan dan dukungan yang
juga dapat mempengaruhi keberhasilan dalam suatu hal. Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri. Lalu Baron dan Byne (2005) juga

26
mendefinisikan Self-efficacy sebagai evaluasi diri seseorang terhadap
kemampuan atau kompetensi untuk menampilkan tugas, mencapai
tujuan dan mengatasi rintangan. Locke (Suseno, 2009) mengatakan
bahwa Self-efficacy yang tinggi akan menumbuhkan rasa percaya diri
akan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas.
Self-efficacy adalah keyakinan individu akan kemampuannya
menghasilkan tindakan yang diharapkan terhadap peristiwa yang
mempengaruhi hidup mereka. Self-efficacy menentukan bagaimana
individu merasakan, berpikir, dan memotivasi diri mereka serta
bertindak, Bandura (dalam Fithri, 2009) Keyakinan memberi pengaruh
pada empat hal, yaitu : proses kognitif, motivasi, afektif, dan proses
seleksi.
Keyakinan seseorang dapat mempengaruhi tindakan mereka untuk
memilih, seberapa besar usaha yang mereka lakukan dalam mencapai
apa yang diinginkan, dan berapa lama mereka akan bertahan dalam
menghadapi rintangan atau kegagalan dalam menentukan dan menjalani
pilihan masa depannya, (Bandura, 1997).
Dalam proses penyelesaian dan pemilihan tindakan yang akan
dilakukan seseorang juga tercipta melalui proses terjadinya keyakinan.
Self-efficacy terdiri dari tiga dimensi yaitu level, generality, dan
strength. Level berkaitan dengan keyakinan individu dalam memilih
suatu tugas berdasarkan tingkat kesukaran dan kemampuannya.
(Bandura dalam Matlin, 1999). Generality merupakan penguasaan
individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Strength merupakan
tingkat kekuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya.
Penelitian Warsito (2004) juga mengemukakan bahwa mahasiswa yang
memiliki Self-efficacy tinggi akan memberikan seluruh kemampuan
yang dimiliki untuk dapat mencapai sesuatu yang diharapkan. Self-
efficacy diperlukan oleh mahasiswa dalam keberhasilannya
menyelesaikan tugas dan dalam keyakinan tentang efektivitas
kemampuan yang dimiliki untuk menentukan usahanya dalam

27
menghadapi situasi di masa depan yang mengandung keraguan, penuh
tekanan dan tidak terduga (Bandura, 1997).
Pendapat juga dari (Bandura, 1997) terdapat dua komponen dari
Self-efficacy, yaitu:
1) Efikasi ekspektasi, adalah keyakinan diri sendiri bahwa ia akan
berhasil melakukan tindakan.
2) Ekspektasi hasil, adalah perkiraan diri bahwa tingkah laku yang
dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
b. Dimensi Self-efficacy
Dimensi Self-efficacy pada diri tiap individu akan berbeda angtara satu
individu dengan yang lain. Menurut (Bandura, 1997) terdapat tiga
dimensi Self-efficacy pada diri individu, yaitu :
1) Dimensi tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu
merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan
pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka
efikasi diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang
mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang paling sulit.
Sesuai dengan batas kemampuan yang disarankan untuk memenuhi
tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat.
Dimensi ini memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku
yang akan dicoba atau dihindari. Individu akan mencoba tingkah
laku yang dirasakan mampu dilakukannya dan menghindari tingkah
laku yang berada di luar batas kemampuan yang dirasakannya.
2) Dimensi kekuatan (strength)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang
lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak
mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong
individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin
ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini
biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin

28
tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan
untuk menyelesaikannya.
c. Tahap Perkembangan Self-efficacy
Pendapat bandura atau friedman (1997). Self-efficacy didefinisikan
sebagai keyakinan (harapan) tentang seberapa jauh seseorang mampu
melakukan satu perilaku dalam situasi tertentu. Serta, Bandura
menyatakan bahwa Self-efficacy menentukan apakah kita akan
menunujukkan perilaku tertentu, sekuat apa kita dapat bertahan saat
menghadapi kesulitan atau kegagalan, dan bagaimana kesuksesan atau
kegagalan dalam satu tugas tertentu mempengaruhi perilaku kita di masa
depan. Sehingga Self-efficacy berkaitan dengan sejauh mana individu
mampu memiliki kemampuan, potensi, serta kecenderungan yang ada
pada dirinya untuk dipadukan menjadi tindakan tertentu dalam mengatasi
situasi yang mungkin akan dihadapi di masa yang akan datang. Self-
efficacy yang positif adalah keyakinan untuk mampu melakukan perilaku
yang dimaksud (Friedman dan Schustack, 2008).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-efficacy
Menurut Bandura (Alwisol, 2004) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi Self-efficacy yaitu:
1) Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences)
Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan efikasi diri
yang dimiliki seseorang, sedangkan kegagalan akan menurunkan
efikasi dirinya. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih
banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan
membawa pengaruh terhadap bahwa ia cukup mampu melakukan
suatu tugas.
2) Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional
states)
Kecemasan dan stres yang terjadi dalam diri seseorang ketika
melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada
umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan
dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak

29
merasakan adanya keluhan atau gangguan somatic lainnya. Efikasi
diri biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stres dan kecemasan,
sebaliknya efikasi diri yang rendah ditandai oleh tingkat stres dan
kecemasan yang tinggi pula.
Pendapat yang dijelaskan (Tahmasbipour & Taheri, 2012; Torres &
Solberg, 2001).
e. Sumber-sumber self-efficacy
Ada beberapa sumber self-efficacy. Bandura (Alwisol, 2004)
menyebutkan empat sumber self-efficacy yaitu sebagai berikut:
1) Pengalaman performansi
a) Participant modelling yaitu meniru individu yang berprestasi
b) Performance desensitization yaitu menghilangkan pengaruh
buruk prestasi masa lalu
c) Performance exposure yaitu menonjolkan keberhasilan yang
pernah diraih
d) Self Instructed performance yaitu melatih diri untuk melakukan
yang terbaik
2) Pengalaman vicarious
a) Live modelling yaitu mengamati model yang nyata
b) Symbolic modelling yaitu mengamati model simbolik, film,
komik, cerita
3) Persuasi verbal
a) Sugestion yaitu mempengaruhi dengan kata-kata berdasar
kepercayaan
b) Exhortation yaitu nasihat, peringatan yang mendesak
c) Self instruction yaitu memerintah diri sendiri
d) Interpretive treatment yaitu interprestasi baru memperbaiki
interprestasi lama yang salah
4) Pembangkitan emosi
a) Atribution yaitu mengubah atribusi, penanggungjawab suatu
kejadian emosional
b) Relaxation biofeedback yaitu relaksasi

30
c) Symbolic desensitization yaitu menghilangkan sikap emosional
dengan modeling simbolik
d) Symbolic exposure yaitu memunculkan emosi secara simbolik
self-efficacy dipengaruhi oleh responsif lingkungan. Self efficacy
yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang
responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat
kemungkinan prediksi tingkah laku.

3. Stres Dalam Menyusun Skripsi


a. Definisi Stres
Stres merupakan suatu proses psikologis yang tidak
menyenangkan yang terjadi sebagai tanggapan terhadap lingkungan
(Robbins, 2015). Stres merupakan sebagai tanggapan atau proses
internal dan eksternal yang mencapai tingkat ketegangan fisik dan
psikologis sampai pada batas atau melebihi batas (Waluyo, 2013) stres
terjadi ketika ada suatu peristiwa yang kemudian akan menjadi suatu
hal yang dirasa membahayakan bagi individu, dari situ individu akan
bereaksi, baik secara fisik ataupun psikologis (Nursalam, 2013).
Menurut Surya (2014: 310) stres merupakan keadaan dimana
seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang
mempengaruhi dirinya. Stres dapat diterjemahkan secara bebas
sebagai ketegangan atau tekanan. Jadi, stres merupakan keadaan
ketegangan dalam tekanan. Orang disebut stres bila ia berada dalam
situasi ketegangan yang mengandung tekanan baik dari dalam maupun
dari luar dirinya.
Bartsch dan Evelyn (dalam Kholidah & Alsa, 2012) berpendapat
bahwa stres merupakan ketegangan, beban yang menarik seseorang
dari segala penjuru, tekanan yang dirasakan pada saat menghadapi
tuntutan atau harapan yang menentang kemampuan seseorang untuk
mengatasi atau mengelola hidup.
Secara teknis psikologi, stres didefinisikan sebagai suatu
respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya

31
menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Stres
juga dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi fisik dan psikis terhadap
setiap tuntutan yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu
stabilitas kehidupan sehari-hari (Priyoto, 2014).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa stres merupakan kondisi dimana dia merasa tertekan dengan
tuntutan dalam kehidupan sehari-hari. Stres dalam penelitian ini
merujuk pada kondisi atau respon mahasiswa dimana mereka harus
menghadapi permasalahan yang dialami saat menyusun skripsi dengan
tuntutan menyelesaikan studi tepat waktu.
Mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi melakukan
proses belajar secara individual. Kondisi tersebut berbeda dengan
kondisi ketika mahasiswa mengikuti mata kuliah lain, karena mata
kuliah lain umumnya dilakukan secara klasikal. Proses belajar seacar
individual tersebut menuntut mahasiswa untuk dapat mandiri dalam
mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi.
Stres adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
sehari-hari di lingkungan kampus. Mahasiswa yang sedang
menyelesaikan skripsi sering mengalami stres. Mahasiswa dapat
disebut mengalami stres, ketika mahasiswa merasakan adanya
ketidakmampuan dalam menghadapi sumber stres yang ada dan
menyebabkan tekanan dalam diri, karena dalam proses penyusunan
skripsi biasanya mahasiswa akan mengalami suatu kesulitan berupa
sulit mencari judul skripsi, sulit mencari bahan bacaan atau referensi,
dan selalu merasa cemas apabila menghadapi dosen pembimbing.
Selain mengalami kesulitan tersebut, adanya tekanan dari orang tua
atau pihak lainnya yang menuntut agar segera menyelesaikan studinya
membuat mahasiswa semakin merasa tertekan.
Pangestuti (dalam Gunawati, 2005: 14) menyatakan bahwa
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami berbagai
masalah yang dapat menghambat penyelesaian skripsi dan
menyebabkan mahasiswa menjadi stres. Masalah tersebut terbagi

32
menjadi dua yaitu masalah yang berasal dari faktor dalam diri pribadi
meliputi penilaian negatif mengenai tugas skripsi, kebiasaan menunda
dalam mengerjakan tugas akademis, sulit menentukan judul
penelitian, hambatan dalam hubungan interpersonal, pengelolaan
waktu yang buruk serta ketidakmampuan dalam bertahan menghadapi
sumber stres. Masalah yang berasal dari faktor luar individu meliputi
dosen pembimbing, keluarga terutama orang tua, sarana dan prasarana
yang kurang menunjang, dan tuntutan pekerjaan.
Berdasarkan pengertian stres dan uraian kondisi dalam
menyusun skripsi yang dialami oleh mahasiswa, maka dapat
disimpulkan bahwa stres dalam meyusun skripsi adalah kondisi
adanya tekanan dalam diri akibat adanya interaksi diri dan lingkungan
yang dialami oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dan
berpengaruh pada aspek fisik dan psikologis.
b. Sumber Stres
Stres yang dialami oleh mahasiswa dapat ditimbulkan oleh
berbagai sebab. Archer dan Carrol (dalam Kholidah dan Alsa, 2012:
69) mengatakan bahwa kompetensi, kebutuhan untuk tampil,
penyesuaian dalam kuliah, kehidupan sosial dan tanggung jawab
pribadi, serta kesulitan tugas pada mahasiswa dapat menjadi sumber
stres yang utama.
Selain itu Surya (2014: 311) mengemukakan ada lima macam
sumber yang dapat menimbulkan stres, yaitu :
1) Frustasi atau kecemasan, yaitu situasi yang terjadi karena
kegagalan individu mencapai apa yang menjadi tujuannya.
2) Konflik, yaitu adanya pertentangan baik dalam dirinya sendiri
maupun dengan hal-hal di luar dirinya.
3) Desakan, yaitu suatu keadaan yang mendesak individu dalam suatu
situasi tertentu, misalnya persaingan dengan orang lain,
keterbatasan waktu dalam menyelesaikan sutu tugas, terlalu banyak
hal yang harus dilakukan.

33
4) Perubahan, yaitu berbagai perubahan yang terjadi di dalam atau di
luar dirinya, misalnya perubahan dalam keluarga, pertambahan
usia.
5) Kekeliruan dalam berpikir, cara berpikir yang salah atau keliru
tentang diri sendiri atau orang lain, misal merasa dirinya paling
sial, menganggap diri paling hebat, menganggap orang lain
membencinya.
c. Gejala Stres
Menurut (Priyoto, 2014) gejala terjadinya stres secara umum
terdiri dari dua gejala, yaitu gejala fisik seperti nyeri dada, diare
selama beberapa hari, sakit kepala, mual, jantung berdebar, lelah, dan
sukar tidur. Kemudian gejala psikis seperti cepat marah, ingatan
melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak mampu menyelesaikan
tugas, perilaku impulsive, reaksi berlebihan terhadap hal sepele, daya
kemampuan berkurang, tidak mampu santai pada saat yang tepat,
tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, dan emosi tidak
terkendali. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Taylor (1995:
223) yang menyatakan gejala stres meliputi :
1) Fisiologikal
Berkaitan dengan dengan respon fisik yang dirasakan. Pada
dasarnya fisiologikal stres ini adalah dimana stres yang berdampak
pada daya tubuh yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Hal ini didukung oleh Anoraga (2009: 110) bahwa stres
dapat menimbulkan gejala fisik.
2) Kognitif
Stres dapat menimbulkan gangguan kognitif berupa penilaian
apakah suatu kejadian mengancam dan berbahaya bagi dirinya. Hal
tersebut didukung oleh Atkinson, dkk (2010: 349) bahwa stres
dapat mengakibatkan seseorang mengalami kesulitan
berkonsentrasi dan mengorganisasikan pikiran secara logis.
Akibatnya, kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan
(terutama pekerjaan kompleks) akan cenderung memburuk.

34
3) Emosional atau Afektif
Stres yang dirasakan secara emosional seperti ketakutan,
kekhawatiran, malu, marah, serta depresi. Atkinson, dkk (2010:
349) menambahkan bahwa stres dapat menimbulkan kecemasan,
hal ini ditandai oleh munculnya rasa khawatir, prihatin, tegang,
takut yang dialami oleh semua manusia dengan derajat yang
berbeda-beda.
4) Behavioral
Stres ini berkaitan dengan perilaku atau sikap konfrontasi dalam
melawan stres yang dirasakan, dan penarikan diri dari kejadian-
kejadian yang membuat stres.

Sarafino (dalam Gunawati, 2005: 14-15) mengemukakan bahwa


gejala stres meliputi dua aspek, antara lain :

1) Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres
yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan tidur,
gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan
produksi keringat yang berlebihan.

2) Aspek psikologis dari stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari
stres antara lain :

a) Gejala kognisi Kondisi stres dapat menggangu proses pikir


individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami
gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi.

b) Gejala emosi Kondisi stres dapat menggangu kestabilan emosi


individu. Individu yang mengalami stres akan menunujukan
gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala
sesuatu, merasa sedih dan depresi.

c) Gejala tingkah laku Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah


laku sehari-hari yang cenderunng negatif sehingga menimbulkan
masalah dalam hubungan interpersonal. Dalam penelitian ini stres

35
dalam menyusun skripsi diukur dengan menggunakan teori dari
Sarafino (dalam Gunawati, 2005: 14-15) yang menyatakan bahwa
gejala stres meliputi dua aspek yaitu aspek biologis dan aspek
psikologis.

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres


Penyebab stres dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu kategori pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua
kategori ini, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
pada individu atau kelompok dan prestasi individu dan kelompok
yang bersangkutan (Agoes, 2003).
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
menyebabkan stres terdiri atas :
1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi
Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak
memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang
sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan
secara fisik dan emosional.
2) Faktor kepribadian
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung
untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang
memiliki perasaan kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang
keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang bermusuhan.
3) Faktor kognitif
Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu
menilai dan menginterprestasikan suatu kejadian secara kognitif.
Penilaian secara kognitif adalah istilah istilah yang digunakan oleh
Lazarus dan Folkman (2006) untuk menggambarkan interprestasi
individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup individu sebagai
sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan
individu dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

36
Rindang (2005) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi stres
dalam menyusun skripsi antara lain :
1) Faktor internal mahasiswa
a) Jenis kelamin
Cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria.
Secara umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi dari pada pria.
b) Karakteristik kepribadian mahasiswa
Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap
sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian
ketabahan memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi
dari pada mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan.
c) Intelegensi
Mahasiswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi akan
lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang memiliki
intelegensi rendah, karena tingkat intelegensi berkaitan dengan
penyesuaian diri. Mahasiswa yang memiliki intelegensi yang tinggi
cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri.
2) Faktor eksternal
a) Tuntutan pekerjaan/tugas akademik (skripsi), tugas akademik (skripsi)
yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan kemampuan individu
dapat menyebabkan terjadinya stres.
b) Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya, hubungan
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan lingkungan
sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam
hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya.
c) Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami
oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak
baik.
d) Suku dan kebudayaan, setiap masyarakat yang tinggal di suatu daerah
memiliki kebudayaan yang membedakan dengan daerah lain.

37
Kebudayaan yang berbeda mampu membentuk kepribadian dalam
masyarakat.
e) Status sosial ekonomi, orang yang memiliki status sosial ekonomi yang
rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya
pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering
menyebabkan tekanan dalam hidup.
f) Strategi koping mahasiswa, strategi koping merupakan rangkaian
respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi
permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan
dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping
yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam
menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya.
Beberapa pendapat tersebut dapat diperoleh kesimpulan, faktor-
faktor yang mempengaruhi stres pada mahasiswa dalam membuat
skripsi ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi jenis kelamin, kepribadian, intelegensi atau kognitif.
Sedangkan faktor eksternal antara lain tugas-tugas yang berhubungan
dengan akademik, hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya,
suku dan kebudayaan, keluarga, dan status sosial ekonomi.
e. Tingkatan Stres
Pada setiap individu mempunyai tingkat stres yang berbeda-
beda, stres pada mahasiswa disebabkan oleh berbagai macam stresor,
pada mahasiswa tingkat akhir salah satu reaksi stresnya dipicu oleh
skripsi, tingkatan stres secara umum diantaranya adalah:

1) Tidak stres
Tidak stres merupakan bagian alamiah pada kehidupan setiap
manusia dan setiap manusia pasti akan mengalami stres normal ,
bahkan saat dalam kandungan pun seorang bayi mengalami stres
normal ini. Gejala stres normal biasanya muncul saat dalam situasi
kelelahan mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, setelah aktivitas
detak jantung berdebar lebih cepat (Crowford dan Henry, 2003).

38
2) Stres ringan
Adalah kejadiam stres yang dipicu stressor yang dialami selama
beberapa menit sampai beberapa jam. Stres ringan biasanya terjadi
saat dimarahi dosen, mengalami kemacetan dan terlalu banyak tidur.
Gejala dari stres ringan adalah bibir kering, bernafas terengah-engah,
kesulitan menelan merasa lemas, goyah, berkeringat berlebihan saat
temperature normal, takut tanpa alasan yang jelas dan merasa sangat
lega saat situasi berakhir, dengan demikian adanya stressor ringan
dalam jumlah banyak dalam waktu singkat akan menyebabkan
peningkatan risiko penyakit bagi mahasiswa. Dikatakan stres ringan
yaitu (Psychology Foundation of Australia, 2010).
3) Stres sedang
Stres ini berlangsung lebih lama berkisar beberapa jam sampai
beberapa hari. Stres sedang dapat terjadi saat terdapat masalah
perselisihan yang tak bisa terselesaikan. Gejala yang timbul
diantaranya mudah marah, bereaksi berlebihan, sulit beristirahat,
merasa cemas hingga mengalami kelelahan, dikatakan stres sedang
yaitu (Psychology Foundation of Australia, 2010).
4) Stres Berat
Stres yang dialami mulai dari beberapa minggu hingga beberapa
tahun, contohnya adalah adanya perselisihan dengan dosen dan
teman-teman secara terus-menerus, mengerjakan skripsi sehingga
dapat dikatakan berat jika skornya {Formatting Citation}
f. Pengukuran Stres
Tingkat stres dapat dikelompokkan dengan menggunakan kriteria
DASS (Depression Anxiety Stress Scale). Unsur yang dinilai antara
lain : perasaan ansietas, emosional negative, ketegangan, ketakutan,
gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gajala
somatic. Unsur yang dinilai dapat menggunakan skoring dengan
ketentuan penilaian sebagai berikut :
1. 0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah

39
2. 1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-
kadang
3. 2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat di pertimbangkan,
atau lumayan sering
4. 3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali

Untuk selanjutnya skor yang dicapai dari masing-masing unsur


atau item dijumlahkan sebagai indikasi penilaian derajat stres,
dengan ketentuan sebagai berikut :
0 : Stres ringan, skor 1-16
1 : Stres sedang, skor 17-33
2 : Stres berat, skor 34-48
(Made afryan susane, 2017).

4. Mahasiswa
a. Definisi Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI,
2005). Mahasiswa tergolong dalam kategori remaja akhir. Masa remaja
adalah periode dimana penggunaan dari pengetahuan mencapai
puncaknya (Desmita, 2008). Remaja merupakan individu yang
mempunyai rentang usia antara 12-21 tahun (Monks, F.J Knoers,
A.M.P & Hadinoto, 2006). Menurut Hall (dalam Santrock, 2003) masa
remaja mempunyai usia yang berkisar antara 12-23 tahun. Dari segi
kognisi, mahasiswa ada pada tahap operasional formal (Santrock,
2012). Tahap operasional formal ditandai dengan adanya kemampuan
kognitif untuk berpikir secara abstrak dan logis. Pada tahap ini
mahasiswa diharapkan dapat menyusun rencana-rencana yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah dan mempersiapkan masa
depan.
b. Ciri-ciri Mahasiswa

40
Mahasiswa dapat dikategorikan sebagai pelajar dewasa
(Supratiknya, 2006). Menurut Daines, Daines & Graham (Supratiknya,
2006). ciri-ciri mahasiswa adalah sebagai berikut:
1) Memiliki cukup banyak pengetahuan dan pengalaman yang relevan
dengan apa yang mereka pelajari sekarang dan mampu mentransfer
pengetahuan dan pengalamannya itu pada proses belajar.
2) Memiliki sikap, gaya berpikir dan cara-cara menjalankan tugas yang
relatif menetap sebagai ciri khas masing-masing serta yang akan
memudahkan mereka menghadapi situasi dan tuntutan baru.
3) Mereka dapat dan senang diberi kesempatan untuk bertanggung
jawab.

B. Konsep Dasar Teori Keperawatan


Model Roy berfokus pada konsep adaptasi manusia. Konsep-konsepnya
mengenai keperawatan manusia, kesehatan, dan lingkungan saling
berhubungan dengan adaptasi sebagai konsep sentralnya. Manusia mengalami
stimulus lingkungan secara terus menerus. Pada akhirnya, manusia
memberikan respons adaptif ataupun respon inefektif. Respon adaptif
meningkatkan integritas dan membantu manusia dalam mencapai tujuan
adaptasi, yaitu untuk bertahan hidup, tumbuh, berkembangbiak, menguasai
serta transformasi seseorang dan lingkungannya. Respon inefektif gagal meraih
tujuan adaptasi tersebut atau bahkan mengancam pencapaian tujuan.
Keperawatan memiliki tujuan yang unit untuk membantu upaya adaptasi
seseorang dengan mengelola lingkungannya. Hasilnya adalah pencapaian
tingkat kesejahteraan optimal seseorang (Alligood, 2017).
Sebagai suatu sistem terbuka, manusia menerima input atau stimulus baik
dari lingkungan atau dalam diri sendiri. Tingkat adaptasi ditentukan oleh
kombinasi efek stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Adaptasi terjadi pada
saat seseorang berespons secara positif terhadap perubahan lingkungan.
Respon adaptif ini meningkatkan integritas seseorang, yang akan membawanya
menuju sehat, Disisi lain, respon inefektif akan mengarah pada gangguan
integritas seseorang. Terdapat dua subsistem yang saling berhubungan dalam

41
model Roy. Subsistem proses primer, fungsional, atau kontrol terdiri dari
regulator dan kognator. Sedangkan subsistem sekunder dan efektor terdiri dari
empat mode adaptif berikut: (1) kebutuhan fisiologis, (2) konsep diri, (3)
fungsi peran, dan (4) interdepensi (Alligood, 2017).
Roy memandang regulator dan kognator sebagai metode koping.
Subsistem koping regulator, dengan mode adaptif fisiologis, berespon secara
otomatis melalui proses koping neurologis, kimiawi, dan endokrin. Subsistem
koping kognator, dengan mode adaptif konsep diri, interdepedensi, dan fungsi
peran, berespons melalui empat saluran kognitif-emosi yaitu: pemrosesan
informasi yang diterima, pembelajaran, penilaian, dan emosi. Persepsi adalah
interprestasi dari suatu stimulus. Persepsi menghubungkan regulator dengan
kognator dalam hal input terhadap regulator diubah menjadi persepsi. Respons
terhadap stimulus dilakukan melalui empat mode adaptif. (1) Mode adaptif
fisiologis-fisik berhubungan dengan cara manusia berinteraksi dengan
lingkungannya melalui proses-proses fisiologis; (2) Mode adaptif konsep diri-
identitas kelompok berhubungan dengan kebutuhan untuk mengetahui siapa
diri ini dan bagaimana bertindak dalam masyarakat; (3) Mode adaptif fungsi
peran digambarkan sebagai peran primer, sekunder, dan tersier yang
ditampilkan individu dalam masyarakat; (4) Mode adaptif interdependensi
menggambarkan interaksi orang-orang dalam masyarakat. Hubungan antara
empat metode adaptif terjadi pada lebih dari satu mode, atau ketika satu mode
menjadi stimulus fokal, konstekstual, atau residual bagi mode lainnya
(Alligood, 2017).

Proses Efektor Output


Input Kontrol

Tingkat Mekanisme Fungsi Fisiologis


Konsep Diri Respons
Adaptasi Koping
Fungsi Peran Adaptif &
Regulator &
Stimulus Interdependensi Inefektif
Kognator

42
Umpan balik

Skema 2.1 Model Konsep Teori Menurut Sister Callista Roy

C. Kerangka Teori Penelitian

Input Proses kontrol Efektor Output

Tingkat adaptasi Mekanisme koping Fungsi fisiologis Respon adaptif


stimulus :
Mahasiswa mampu 1. Istirahat dan 1. Mahasiswa
1. Stimulus fokal menerima dan tidur yang mampu
beradaptasi dengan terpenuhi dengan menyelesaikan
Menyusun tugas
situasi saat ini yang baik skripsi
akhir yang dapat menyebabkan 2. Mahasiswa
stres Konsep diri
penuh dengan yakin dengan
hambatan, Regulator 1. Pengaturan diri kamampuan
yang baik yang dimiliki
kesulitan dan Proses koping yang 3. Mahasiswa
melibatkan sistem 2. Keyakinan diri mampu
tantangan
syaraf, kimiawi, 43 yang dimiliki mengendalikan
2. Stimulus
Umpan balik

Skema 2.2 Kerangka Teori Modifikasi dari Model Adaptasi Calista Roy

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian adalah jawaban sementara penelitian
yang kebenarannya akan dibuktikan melalui penelitian tersebut (Notoatmodjo,
2005). Jawaban ini dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan pada teori dan belum menggunakan fakta atau data Riyanto,
(2011).
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah :

44
1. Ha1 : Terdapat hubungan antara Self-Regulated Learning dan Stres dalam
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan
2. Ha2 : Terdapat hubungan antara Self-Efficacy dengan Stres dalam
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan
3. Ho1 : Tidak terdapat hubungan antara Self-Regulated Learning dan Stres
dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan
4. Ho2 : Tidak terdapat hubungan antara Self-Regulated Learning dan Stres
dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

1. Rancangan Penelitian

45
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan
penelitian adalah penelitian korelasional, yaitu penelitian yang bertujuan
untuk mengkaji dan mengungkapkan apakah terdapat hubungan antar
variabel. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional
yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data
variabel independen dan dependen hanya dalam satu kali pada satu saat
(Nursalam, 2017).

B. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah alat bantu peneliti untuk menghubungkan hasil


temuan dengan kerangka teori. Kerangka konsep dipakai sebagai landasan
untuk berpikir dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini,
dari uraian konsep diatas maka kerangka konsep yang di gunakan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Self-Regulated
Learning
Stres Dalam Menyelesaikan
Skripsi

Self-Efficacy

Keterangan :

: Variabel Independen dan Variabel Dependen

: Hubungan

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

46
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah
mahasiswa angkatan 2016 yang mendapatkan mata kuliah tugas akhir
dengan jumlah 120 mahasiswa.
2. Sampel

(Nursalam, 2014) menyatakan bahwa sampel terdiri atas bagian


populasi terjangkau yang digunakan sebagai subjek penelitian melalui
sampling. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misal karna keterbatasan dana, tenaga dan
waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang di dapat dari
populasi itu. Sampel dari penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa
yang mengerjakan tugas akhir (skripsi).

Menurut (Nursalam, 2014), untuk menentukan jumlah sampel


dapat menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

a) Rumus Sampel

n=

keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

𝑑²= Tingkat kepercayaan yang diinginkan.


Dalam penelitian ini jumlah populasi diketahui berjumlah 120 orang
mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir (skripsi). Tingkat
kesalahan (sampling error) ditentukan sebesar 10%, maka diperoleh:

n=

n=

47
n=

n=

n = 55 sampel

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel dalam penelitian


ini sebanyak 55 mahasiswa.

3. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono,
2012). Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan probability
sampling yaitu setiap populasi mempunya kesempatan untuk dipilih atau
tidak dipilih sebagai sampel (Nursalam, 2017). Jenis pengambilan sampel
menggunakan simple random sampling. Dikatakan simple yaitu sederhana
karena pengambilan sampel dari poppulasi dilakukan secara acak
(Sugiyono, 2012). Berdasarkan kriteria pemilihan yang telah ditetapkan,
kriteria pemilihan subjek tersebut terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi.
a) Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).
1) Terdaftar sebagai mahasiswa aktif di ITKes Wiyata Husada
Samarinda
2) Mahasiswa angkatan 2016 yang sedang mengerjakan tugas akhir
(skripsi)
3) Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan
b) Kriteria Ekslusi
Kriteria ekslusi menghilangkan/mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria insklusi (Nursalam, 2016).
1) Mahasiswa angkatan 2016 yang sedang mengerjakan tugas akhir
(skripsi) menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian
2) Mahasiswa sedang sakit atau tidak hadir saat pengambilan sampel
berlangsung.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

48
1. Variabel Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2013), variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Operasionalisasi variabel diperlukan
untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang
terkait dalam penelitian. Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian
ini adalah:
a) Variabel Bebas (Variabel Independent)
Menurut (Sugiyono, 2013), variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini tersiri
dari :
1) Self-Regulated Learning
Kajian self-regulated learning berasal dari teori belajar sosial
dalam tingkah laku yang dirumuskan oleh Bandura (Darmawan,
2017).
Dalam teorinya, Bandura mengemukakan bahwa self-regulation
adalah kemampuan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur
diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan mengatur
lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan
konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.
2) Self-efficacy
Self-efficacy adalah penilaian keyakinan diri tentang seberapa baik
individu dapat melakukan tindakan yang diperlukan yang
berhubungan dengan situasi yang prospektif (Luthans, 2006)
b) Variabel Terikat (Variabel Dependent)
Menurut (Sugiyono, 2013), variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Stress dalam
Menyelesaikan Skripsi. Stres merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang

49
mempengaruhi dirinya. Stres dapat diterjemahkan secara bebas sebagai
ketegangan atau tekanan (Surya (2014: 310).

2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karateristik yang
dapat diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang
diamati (diukur) merupakan kunci dari definisi operasional. Pemberian arti
atau makna pada masing-masing variabel berdasarkan karakteristik
masing-masing variabel (Nursalam, 2016). Untuk lebih jelasnya mengenai
operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
berikut ini :

Tabel 3.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Independen Kemampuan pengaturan Kuesioner Self- Menggunakan cut off ordinal
Self-Regulated diri mahasiswa dalam Regulated Learning, poin :
Learning proses pembelajaran dengan jumlah 1. Baik jika diperoleh
yang dilakukan secara pertanyaan 18 item, skoring ≥ mean /
mandiri dan terencana menggunakan skala median
yang melibatkan aspek ukur likert. 2. Kurang baik jika
kognitif, motivasi dan 5 = Selalu diperoleh skoring ≤
perilaku mahasiswa 4 = Sering mean / median
dalam menyelesaikan 3 = Kadang-kadang - Mean jika hasil
skripsi. 2 = Jarang uji normalitas
1 = Tidak Pernah normal
- Median jika
hasil uji
normalitas tidak
normal
Self-efficacy Keyakinan yang Kuesioner Self-efficacy, Menggunakan cut of Ordinal
dimiliki mahasiswa dengan jumlah poin :
dengan kemampuannya pertanyaan 25 item, 1. Baik jika diperoleh
untuk menyelesaikan menggunakan skala skoring ≥ mean /
skripsi tepat waktu. ukur likert. median

50
4 = Sangat setuju 2. Kurang baik jika
3 = Sesuai diperoleh skoring ≤
2 = Tidak sesuai mean / median
1 = Sangat tidak setuju - Mean jika hasil
uji normalitas
normal
- Median jika
hasil uji
normalitas tidak
normal
Dependen Kondisi dimana Kuesioner Stres, Hasil ukur stres Ordinal
Stres dalam mahasiswa merasa dengan jumlah menggunakan dengan
Menyelesaika tertekan dalam pertanyaan 16 item, kriteria hasil :
n Skripsi menghadapi menggunakan skala 0 : Stres ringan, skor 1-
permasalahan saat ukur likert. 16
menyusun skripsi 3 = Sering sekali 1 : Stres sedang, skor
dengan tuntutan 2 = Lumayan sering 17-33
menyelesaikan studi 1 = Kadang-kadang 2 : Stres berat, skor 34-
tepat waktu 0 = Tidak pernah 48
(Made afryan susane,
2017).

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kampus Institut Teknologi Dan
Kesehatan (ITKes) Wiyata Husada Samarinda, Kelurahan Air Hitam,
Kota Samarinda.
2. Waktu Penelitian
Waktu dalam penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada
Juni 2020.

51
F. Sumber Data dan Instrumen Penelitian
1. Sumber Data
a) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara
langsung dari informan di lapangan baik melalui wawancara ataupun
observasi partisipasi (Sugiyono, 2012), berkaitan dengan hal tersebut
sumber data pada penelitian ini adalah subjek yang terlibat langsung
dengan penelitian yaitu Mahasiswa angkatan 2016 yang sedang
mengerjakan tugas akhir (skripsi)
b) Sumber Data Sekunder
Sumber Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung dari informan dilapangan, seperti dokumen dan sebagainya.
Dokumen tersebut dapat berupa data, buku-buku dan literature lainnya
yang berkaitan serta berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti.
Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini data yang di
dapatkan dari buku-buku atau pustaka (Sugiyono, 2012).

2. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner, yaitu sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden yang akan dilakukan penelitian (Arif: 2013). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
a) Kuisioner A, berisi pernyataan soal yang diadupsi dari penelitian
Guntoro (2014). Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
menggunakan skala likert. Pada skala likert, responden memilih
alternatif jawaban pernyataan sesuai dengan kondisi yang dialami.
Terdapat lima alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden
yaitu Selalu (SL), Sering (SR), Kadangkadang (KD), Jarang (JR), dan
Tidak Pernah (TP). Perhitungan skor setiap item instrumen
mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai sangat negatif.

52
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrument Self-Regulated Learning

Variabel Indikator No Item Pernyataan Jumla


h Item
Self-Regulated 1. Strategi kognisi 1,2,3,4*,5,6,7* 7
Learning 2. Strategi motivasi 8,9,10,11,12* 5
3. Strategi Perilaku 13,14,15*,16,17,18* 6
Sumber : Wolters,Christopher.et al. (2009: 59-61) dalam Guntoro
(2014)
(*) Pernyataan unfavorable

b) Kuisioner B, berisi pernyataan soal-soal yang diadopsi dari


Sulistyowati (2016) berisikan 25 item soal pernyataan. Skala yang
digunakan adalah model likert atau lebih dikenal dengan metode rating
yang digunakan prosedur perskalanya berdasarkan pada: Setiap
pertanyaan yang telah ditulis dapat disepakati sebagai pernyataan
favorable dan unfavorable dimana pernyataan favorable adalah
pernyataan yang mendukung atau memihak pada penilaian subjek,
sedangkan unfavorable adalah pernyataan yang tidak memihak atau
mendukung pada penilaian subjek dan jawaban yang diberikan
individu yang mempunyai penilaian positif harus diberi bobot atau
nilai yang lebih tinggi dan pada yang jawaban oleh responden yang
mempunyai nilai negatif (Azar, 2007). cara memberikan penilaian
jawaban terhadap pernyataan yang mendukung (favorable) bergerak
dari 4 sampai 1.
1) Nilai 4 jika jawaban SS (Sangat Sesuai
2) Nilai 3 jika jawaban S (Sesuai)
3) Nilai 2 jika jawaban TS (Tidak Sesuai)
4) Nilai 1 jika jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai)

Dan pada pernyataan unfavorable dengan penilaian bergerak dari 1


sampai 4.

1) Nilai 1 jika jawaban SS (Sangat Sesuai)


2) Nilai 2 jika jawaban S (Sesuai)

53
3) Nilai 3 jika jawaban TS (Tidak Sesuai)
4) Nilai 4 jika jawaban STS (Sangat Tidak Sesuai)

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrument Self-efficacy

Variabel Indikator No Item Pernyataan Jumlah


Item
Favourabel Unafavour
abel

1. Memiliki kepercayaan diri dalam 1,2 3,24,25 5


situasi yang tidak menentu yang
mengandung kekaburan dan penuh
tekanan,
2. Memiliki keyakinan mencapai 4,5,9 6,10 5
Self- target yang sudah ditentukan,
efficacy 3. Memiliki keyakinan kemampuan 7,11 8,12,16,19 6
menumbuhkan motivasi, kemampuan
kognitif dan melakukan tindakan
yang diperlukan untuk mencapai
suatu hasil,
4. Memiliki keyakinan akan 13,14,18,21, 15,17,20 8
kemampuan dalam mengatasi 22
masalah atau tantangan yang muncul.

c) Kuisioner C, merupakan kuesioner yang diadopsi dari Ulum


(2018),didalam skala ini terdapat 8 parameter stres pada instrument ini,
dengan memberikan rentang skor 0 – 3 sebagai berikut :
1) Skor 0 tidak sesuai dengan saya (tidak pernah)
2) Skor 1 sesuai dengan saya (kadang-kadang)
3) Skor 2 lumayan sering
4) Skor 3 sering sekali
Adapun kriteria stres dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) 0: Stress ringan, skor 1-16
2) 1: Stress sedang, skor 17-33
3) 2: Stress berat, skor 34-48

54
Tabel 3.5. Kisi-Kisi Instrument Tingkat Stres

Variabel Parameter Stress Pernyataan


1. Perasaan Ansietas 1,2
2. Emosional Negative 3,4
Stress dalam 3. Ketegangan 5,6
Menyelesaikan 4. Ketakutan 7,8
Skripsi 5. Gangguan Tidur 9,10
6. Gangguan Kecerdasan 11,12
7. Perasaan Depresi 13,14
8. Gejala Somatic 15,16

G. Uji Instrumen
1. Uji Validitas dan Uji Reabilitas
Validitas instrumen adalah penentuan seberapa baik instrument
tersebut mencer-minkan konsep abstrak yang sedang diteliti. Reabilitas,
bukanlah fenomena yang sama sekali atau tidak sama sekali, melainkan
diukur berkali-kali dan terus berlanjut. Validitas akan bervariasi dari satu
sampel ke sampel yang lain dan satu situasi ke situasi lainnya, oleh karena
itu pengujian validitas mengevaluasi penggunaan instrument untuk
kelompok tertentu sesuai dengan ukuran yang diteliti (Polit , 2012).
a) Hasil Uji Validitas kuisioner A
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik one shoot
dengan teknik analisis faktor (confirmatory factor analysis) yaitu suatu
teknik analisis faktor dimana secara teori dan konsep ditentukan
sebelumnya, kemudian dibuat sejumlah faktor/indikator yang
terbentuk (Narka Tenaya, 2009: 175). Jika butir pernyataan
mengelompok sesuai dengan indikator yang ditentukan maka analisis
faktor dapat terpenuhi. Syarat dalam menguji validitas instrumen

55
menggunakan faktor analisis yaitu dilihat dari nilai Kaiser-Meyer
Olkin-Measure of Sampling Adequacy dengan syarat nilai (KMO-
MSA) ≥ 0,5 dan nilai signifikan (sig) atau peluang (p) < 0,5.
Selanjutnya dilihat nilai matriks anti image correlation. Apabila lebih
kecil dari setengah, maka butir tersebut harus digugurkan atau
dieliminasi dari analisis faktor (Narka Tenaya, 2009: 177) . Adapun
hasil analisis faktor masing-masing variabel sebagai berikut:
Dari hasil uji validitas instrumen self-regulated learning diatas
didapatkan nilai Kaiser-Meyer-Olkin-Measure of Sampling Adequacy
sebesar 0,853 ≥ 0,5 dengan nilai sig (p) 0,00 < 0,5 sehingga analisis
faktor dapat dilanjutkan. Dari nilai anti image correlation instrumen
self-regulated learning dapat dilihat butir yang harus digugurkan
adalah butir 8, karena nilai anti image correlation < 0,5. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh 3 faktor instrumen self-regulated learning
dengan nilai initial eigenvalue ≥ 1 dan mampu menjelaskan 49,81%
varian self-regulated learning.
b) Hasil Uji Validitas Kuisioner B
Berdasarkan tabel diatas, setelah dilakukannya try out maka diperoleh
jumlah item valid pada skala self efficacy diperoleh jumlah item valid
sebanyak 25 item dengan indeks validitas 0,319-0,613 dan
reliabilitasnya 0,864.
2. Uji Realibilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas
sebuah instrumen dikatakan reliabel jika koefisien alpha lebih besar atau
sama dengan 0,80 (Polit , 2012).

a) Skala Self-Regulated Learning


Uji coba reliabilitas dihitung dengan menggunakan koefisien Alpha
dengan bantuan komputer program SPSS Versi 20.00 , dimana reliabel
jika memenuhi nilai Alpha Cronbach’s > 0,60.

56
Nilai Cronbach's Alpha untuk variabel self-regulated learning berada
diatas nilai kritis yang ditetapkan yaitu 0,600. Dengan demikian dapat
diambil kesimpulan bahwa instrumen untuk mengukur variabel di atas
adalah realibel dan bisa digunakan untuk pengumpulan data penelitian.

b) Skala Self-Efficacy
Uji coba reliabilitas dihitung dengan menggunakan koefisien
Cronbach's Alpha pada skala self-efficacy diperoleh indeks
reliabilitasnya 0,864

H. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2016). Pengumpulan data dilakukan oleh penelitian yang
dilakukan di ITKes Wiyata Husada Samarinda dengan proses sebagai berikut
1. Tahap Persiapan Penelitian
b. Peneliti menyusun proposal dan melakukan bimbingan
c. Peneliti mengurus surat izin studi pendahuluan di Kampus ITKES
Wiyata Husada Samarinda
d. Peneliti Mengajukan surat izin studi pendahuluan di Kampus ITKes
Wiyata Husada Samarinda

e. Peneliti selanjutnya melakukan tahap penyusunan studi pustaka,


kemudian peneliti menyusun kelengkapan data penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian dan dilanjutkan
dengan ujian proposal.
1. Tahap Persiapan Penelitian
a. Menjelaskan responden tujuan penelitian
b. Menjelaskan kepada responden mengenai penggunaan aplikasi google
form melalui whatsapp

57
c. Mengajukan ijin dan kesepakatan kepada responden dalam hal ini
mahasiswa yang akan menjadi sampel penelitian dan menandatangani
lembar persetujuan (informed consent)
d. Setelah responden memahami tujuan penelitian, maka lembar kuesioner
diberikan menggunakan google form
f. Jika responden menyatakan bersedia maka lembar kuesioner diberikan
melalui google form untuk mengisi karakteristik responden
1. Tahap Penyelesaian
a. Peneliti menyusun laporan dari hasil penelitian yang telah dilakukan
b. Peneliti mengikuti ujian hasil sebagai bentuk dari hasil laporan akhir
penelitian

I. Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian akan dilakukan pengolahan
data. Agar penelitian menghasilkan informasi yang benar, maka data diolah
peneliti (Notoatmodjo, 2012) dengan tahapan sebagai berikut:
a. Pengecekan Kelengkapan Data (Editing)
Kuesioner dari penelitian harus dilakukan pemeriksaan (editing) terlebih
dahulu yaitu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir
atau kuesioner penelitian.
b. Pemberian Kode (Coding)
Setelah semua kuesioner di edit atau diperiksa, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau memberikan kode yaitu mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi angka atau bilangan. Coding atau pemberian
kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (entry data).
c. Memasukkan Data (Entry data)
Data jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka
atau bilangan) dimasukkan kedalam program komputer.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Data yang telah dimasukkan diperiksa kembali untuk memastikan bahwa
data telah bersih dari kesalahan, apabila terdapat kesalahan maka perlu

58
dicek kembali untuk melihat adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan
dan lainnya. Kemudian dilakukan perbaikan atau koreksi sehingga siap
untuk dianalisa.
2. Analisa Data
a. Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan untuk penelitian mempunyai ditribusi yang normal atau tidak
(Imam, 2011:160). Rumus yang digunakan dalam uji normalitas ini
dengan metode Kolmogorof Smirnov. Pengujian ini digunakan karena
memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih fleksibel.
Beberapa kategori yang ada pada Kolmogorof Smirnov menurut
Imam (2011:32). Hipotesis yang diajukan adalah Ho (Hipotesis Nol)
yang artinya data X berdistribusi normal dan HA (Hipotesis Alternatif)
yang artinya data X tidak distribusi normal. Pengambilan keputusannya
adalah jika Sig. (p) < 0,05 maka Ho ditolak atau variabel tidak
terdistribusi secara normal.
b. Analisis Univariat (Analisis Deskriptif)
Analisa univariat adalah presentase yang di gunakan untuk
menganalisa ata terhadap distribusi vrekuensi pada masing-masing
variabel, variabel tersebut yaitu menggambarkan karakteristik responden
Notoatmojo (2010).

P= F X 100
N
Keterangan :
P : Presentase yang di cari
F : Frekuensi sampel untuk setiap pertanyaan
N : Jumlah keseluruhan sampel

c. Analisis Bivariat
Notoatmojo (2010) Analisa bivariat adalah analisa yang di
gunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variiabel yang di duga

59
berhubungan atau berkorelasi. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui
Hubungan Self-Regulated Learning dan Self-efficacy dengan Stres dalam
menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan ITKes Wiyata
Husada Samarinda.
Analisa bivariat di lakukan terhadap dua variabel yang di duga
berhubungan atau berkorelasi yang di buat dalam bentuk distribusi untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel dalam penelitian ini,
yaitu variabel independen dan variabel dependen. Jika masing-masing
variabel berjenis kategorik dan populasinya berdistribusi normal maka
analisis data yang di gunakan adalah analisis Chi Square. Analisis Chi
Square, dengan tingkat kemaknaan a = 0,05. Hasil yang di peroleh pada
analisis Chi Square, dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai p,
kemusian di bandingkan dengan a = 0,05. Apabila nilai p < dari a = 0,05
maka ada hubungan atau perbedaan antara dua variabel tersebut.

Rumus : =X

Keterangan :

Ƒe : Frekuensi yang di harapkan

Ʃƒk : Jumlah frekuensi pada kolom

Ʃƒb : Jumlah frekuensi pada baris

ƩƬ : Jumlah keseluruhan baris dan kolom

J. Etika Penelitian
Selama penelitian berlangsung, peneliti akan memperhatikan prinsip etik.
Adapun prinsip-prinsip etik yang akan peneliti perhatikan yaitu:
1. Otonomy
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mempu membuat keputusan sendiri, peneliti akan
menghargai hak-hak responden dalam membuat keputusan untuk
setuju atau tidak setuju untuk ikut serta dala penelitian yang akan
dilakukan. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti membuat Informed

60
Consent terlebih dahulu untuk memastikan apakah responden bersedia
atau tidak berpartisipasi dalam penelitian. Penelitian menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, jika responden
bersedia berpartisipasi dalam penelitian maka harus menandatangani
lembar persetujuan (informed consent). Responden yang menolak
untuk ikut dalam penelitian tidak dipaksa untuk mengikuti penelitian
dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity
Setiap responden memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebiasaan individu. Nama responden tidak dicantumkan pada
lembar penelitian, setiap responden hanya mencantumkan inisial saja.
3. Non-maleficience
Prinsip ini mengutamakan untuk menghindari atau tidak menimbulkan
bahaya baik berupa fisik maupun psikologis. Agar tidak terjadi
kerugian bagi responden.
4. Justice
Prinsip ini mengutamakan keadilan, dalam penelitian ini tidak akan
membedakan intervensi pada satu responden dengan responden
lainnya, tidak ada diskriminasi dan membeda-bedakan dan semua
diperlakukan sama.

61
K. Alur Penelitian

Proposal Penelitian

Hipotesis Penelitian
1. Ho : Tidak ada Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Self-Efficacy
dengan Stres dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan
ITKes Wiyata
2. Ha : ada Hubungan Antara Self-Regulated Learning dan Self-Efficacy dengan
Stres dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa S-1 Keperawatan ITKes
Wiyata Husada Samarinda

Populasi
Mahasiswa keperawatan tingkat akhir ITKES Wiyata Husada Samarinda

Sampel
Mengidentifikasi sampel sesuai dengan kriteria inklusi

Pengurusan Surat

Wakil Rektor I ITKES Persetujuan


Instrumen penelitian
Wiyata Husada Samarinda

Google form

Pengumpulan data

62
Variabel independen Variabel dependen
Self-Regulated Learning dan Self-Efficacy Stres dalam menyelesaikan skripsi

Analisa Data

Kesimpulan
Skema 3.6 Alur Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani, H. M. (2008). Stress and depression among medical students: A


cross sectional study at a medical college in Saudi Arabia. Pakistan. Journal
Medical Science, 24(1).

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press. Dalam journal


penelitian sosial keagamaan , vol.7 no,2 juli-desember 2014.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: UMM Press.

Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S., & Astuti, R. T. (2019). Gambaran Tingkat Stres
Mahasiswa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 5(1), 40.
https://doi.org/10.26714/jkj.5.1.2017.40-47

Ana, P. (2014). Hubungan Self Efficacy Dengan Stres Pada Mahasiswa yang
Sedang Menyusun Skripsi, Jakarta:l Universitas Esa Unggul.

Anindya, G. S., & Sartika, D. (2018). Prosiding Psikologi Hubungan antara Self-
Efficacy dengan Stress pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi di
Universitas Islam Bandung Relation Between Self-Efficacy With Stress On
College Student Who Are Creating a Final Essay at Bandung Islamic Univer.
Prosiding Psikologi, 4(1), 345–351.

Aryawan, P. K. D. (2016). Gambaran Stresor Dan Koping Stres Dalam Proses


Penyelesaian Skripsi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Tahun 2016.

Bandura, A & Edwin, A. (2006). Negative Self-Efficacy and Goal Effects


Revisited. Journal of Applied Psychology. 87–99.

Bandura, A. (1997). Self Efficacy The Exercise of Control. America : W.H

63
Freeman and Company. New York.

Darista, H. Y. (2016). Hubungan Antara Self Efficacy dengan Stres Akademik


pada Pelajar SMAN 1 Tuntang. Salatiga: Tugas Akhir Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.

Darmawan, G. . (2017). Pengaruh Self-Regulated Learning Terhadap


Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi.
Pendidikan Ekonomi, 1–10.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan Bandung.

Dimas, H. (2016). Stress Pada Mahasiswa Penulis Skripsi. Yogyakarta:

Gamayanti, W., Mahardianisa, M., & Syafei, I. (2018). Self Disclosure dan
Tingkat Stres pada Mahasiswa yang sedang Mengerjakan Skripsi.
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), 115–130.
https://doi.org/10.15575/psy.v5i1.2282

Ghufron & Risnawati. (2011). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Habeeb. (2010). Prevalence of Stresors among FemaleMedicalStudents. Journal


of Taibah University Medical Scienes 2010; 5(2): 110-119.

Hasanah, U., Maria, S., Lutfianawati, D., Kedokteran, P. S., Studi, P., Universitas,
P., Kedokteran, F., & Malahayati, U. (2016). Hubungan Regulasi Diri Dalam
Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Angkatan 2016 Fakultas.
jurnal Psikologi, 78–87.

Hobu, U. O. (2011). Tujuan Dan Proses Pendidikan. journal article.


https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

KBBI, K. B. B. I. (2005). Jakarta: PT (Persero) penerbitan dan percetakan.

Kholidah, E., & Alsa, a. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres
Psikologis. Jurnal Psikologi, 39(1), 67–75.
http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/180

Luthans, F. (2006). Perilaku Organisasi. Edisi Sepuluh, PT. Andi: Yogyakarta.

Maftuhah. (2012). Self-Regulated Learning pada Siswa Tunanetra Berprestasi


Tinggi. Skripsi. IAIN Sunan Ampel Surabaya. Skripsi.

Mahardika, D. G. (2016). Hubungan self regulated learning dengan motivasi


mengikuti program kreativitas mahasiswa skripsi.

Meilani, D., Cakrawati, D., & Sugiarti, Y. (2017). Analisis Faktor-Faktor Self-
Regulated Learning Mahasiswa Setelah Menggunakan Aplikasi Sistem
Pembelajaran Online SPOT. EDUFORTECH. 2(2), 77–87.

64
Monks, F.J Knoers, A.M.P & Hadinoto, S. . (2006). Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Muhid, A. (2009). Hubungan antara self-control dan self-efficacy dengan


kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Dakwah
IAIN Sunan Ampel Surabaya. Jurnal Ilmu Dakwah.

Mukhid, A. (1998). Strategi Self-Regulated Leaarning (Perspektif Teoritik).


Journal of Educational Psychology, 82(1), 33–40.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


(P.P Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Ogden, J. (2000). Healthy Psychology. Buckhingham : Open University Press.

Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stres. Yogyakarta : Nuha Medika.

Putri, M. R. E. (2017). Hubungan Antara Self-Regulated Learning Dan Stres


Akademik Pada Mahasiswa. Skripsi.

Santrock, J. . (2012). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup Edisi


13 Jilid 1, Penerjemah: Widyasinta,B). Jakarta: Erlangga.

Sarafino, Edward. P, E. al. (2008). Health Psychology, New York: John Wiley &
Sons.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supratiknya, A. (2006). Menggugat Sekolah: Kumpulan Esai tentang Psikologi


dan Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit USD.

Suseno, M. . (2009). Pengaruh pelatihan komunikasi interpersonal terhadap


efikasi diri sebagai pelatih pada mahasiswa. Jurnal Intervensi Psikologi. jo, 1,
93–105.

Susetyo, Y. F., & Kumara, A. (2012). Orientasi Tujuan, Atribusi Penyebab, dan
Belajar Regulasi Diri. jurnal Psikologi, 39(1), 95–111.

Tosiana, A. M. (2012). Hubungan Persepsi Mahasiswa Antara Cara Mengajar


Dosen Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa
Daerah Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Skripsi,

65
66, 37–39.

Tyas, N. W. (2012). Hubungan Self Efficacy Dengan Stres Pada Mahasiswa


Fakultas Dakwah Semester VIII IAIN Sunan Ampel Surabaya Dalam
Menyusun Skripsi.

Wibawa, I. M. Y. I. (2016). Hubungan Self Efficacy Dengan Tingkat Stres


Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi. Skripsi, 1–21.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Wolters, C.A, Pintrich, P.R & Karabenick, S. . (2003). Assesing Academic Self
Regulated Learning.

Womble, L. P. (2001). Impact of Stress factors on college students Academic


Performance. University of North Carolina.

LAMPIRAN

66
Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rima Wulandari


Tempat Tanggal Lahir : Samarinda, 14 Agustus 1998

NIM : 16.0411.746.01
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Banjar
Email : wulandaririma9@gmail.com
Alamat Rumah : Jalan Tengkawang Gg. H. Maslan No.
33 RT. 15 Kelurahan Karang Anyar
Kecamatan Sungai Kunjang
Alamat Institusi : Jalan Kadrie Oening Gg. Monalisa
No. 77 Samarinda Kalimantan Timur

Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2004 : Lulus TK Bustanul Athfal 8 Samarinda

67
2. Tahun 2010 : Lulus SD Negeri 021 Samarinda
3. Tahun 2013 : Lulus SMP Negeri 40 Samarinda
4. Tahun 2016 : Lulus SMK Al Khairiyah Samarinda

68
Kuesioner A
Self-Regulated Learning
A. Identitas Responden
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :

B. Petunjuk Pengisian
Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan yang mewakili diri anda.
Anda diharapkan memilih setiap pernyataan sesuai dengan keadaan,
perasaan, dan pikiran. Berikan tanda checklist (√) pada lembar kuesioner
dengan lima alternatif jawaban yaitu :
Keterangan :
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

No Pernyataan Alternatif Jawaban


SL SR KD JR TP
1 Saya berusaha menuliskan target yang dicapai di
setiap semester
2 Saya membuat catatan untuk mengingat
tugas/jadwal ujian
3 Jika target belajar saya tidak tercapai, saya
berusaha mencari tahu penyebabnya
4 Saya tidak pernah peduli terhadap nilai IPK
yang telah saya capai
5 Saya merangkum materi kuliah dengan kalimat
sendiri agar mudah dipahami
6 Saya berusaha mencari sumber referensi lain
untuk menambah materi kuliah
7 Saya baru membaca materi kuliah ketika

69
menjelang ujian
8 Saya pergi jalan-jalan/refreshing setelah selesai
melaksanakan ujian
9 Saya lebih giat belajar apabila IPK saya turun
10 Saya tetap berusaha memahami materi yang sulit
dan tidak saya sukai
11 Saya termotivasi apabila mendapatkan banyak
tugas dari dosen karena dapat menguji
kemampuan saya
12 Saya tidak yakin ketika mengerjakan tugas atau
soal ujian yang dirasa sulit
13 Ketika dosen menjelaskan materi saya
memperhatikan dengan baik
14 Pada awal semester saya berusaha mencari
materi dan buku referensi yang digunakan
15 Saat ujian saya tidak mencoba mengerjakan soal
ujian yang sulit
16 Ketika tidak berangkat kuliah saya bertanya
kepada teman tentang materi/tugas yang
diberikan dosen
17 Saya bertanya kepada dosen apabila ada materi
yang belum dipahami
18 Saat saya kesulitan dalam mengerjakan tugas,
saya mencontek tugas teman

Sumber :
Kuesioner dari penelitian (Setyanto, 2014)

Kuesioner B

70
Self-Efficacy

Petunjuk Pengisian
Berikut ini akan disajikan pernyataan-pernyataan yang mewakili diri anda.
Anda diharapkan memilih setiap pernyataan sesuai dengan keadaan,
perasaan, dan pikiran. Berikan tanda checklist (√) pada lembar kuesioner
dengan empat alternatif jawaban yaitu :
Keterangan :
SS : Bila anda Sangat Sesuai dengan pernyataan yang ada
S : Bila anda Sesuai dengan pernyataan yang ada
TS : Bila anda Tidak Sesuai dengan pernyataan yang ada
STS : Bila anda Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan yang ada.

No Pernyataan SS S T STS
1 Saya yakin dengan setiap keputusan yang diambil.
2 Saya merasa senang mengerjakan suatu pekerjaan
yang diberikan kepada saya meskipun itu sulit.
3 Saya tidak dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang
diberikan kepada saya meskipun itu sulit.
4 Saya yakin dapat mengerjakan tugas tertentu dengan
lebih baik meskipun dalam keadaan sulit.
5 Saya yakin dapat mencari solusi yang tepat jika
terdapat perbedaan pendapat.
6 Saya akan menghindar jika ada perselisihan dengan
teman.
7 Saya yakin dapat mengerjakan tugas dengan tenang
meskipun dengan orang-orang yang belum saya kenal.
8 Saya kurang percaya diri dapat menyelesaikan
pekerjaan sesuai dengan harapan yang saya inginkan.
9 Saya yakin dalam mengerjakan tugas saya dapat
mencapai target yang sudah saya tentukan.
10 Saya tidak yakin dapat memenuhi target yang sudah
ditetapkan untuk mencapai hasil yang maksimal.
11 Saya yakin dapat menyelesaikan tugas dengan cepat
meskipun itu sulit.
12 Saya kurang mampu menyelesaikan pekerjaan jika
waktu yang diberikan kepada saya sangat sedikit.
13 Saya yakin dengan kemampuan saya, saya dapat
mencapai target yang sudah ditentukan.
14 Saya akan bekerja keras untuk menyelesaikan tugas
saya demi untuk mencapai target yang sudah saya
tentukan.
15 Sulit bagi saya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan
cepat.
16 Saya merasa harapan untuk mencapai hasil yang baik,

71
sulit untuk dicapai ketika menghadapi kegagalan.
17 Banyaknya saingan membuat saya ragu untuk
mencapai hasil yang baik.
18 Walaupun saya sering gagal saya akan berusaha terus
agar bisa mencapai kesuksesan.
19 Saya akan berhenti berkreasi jika saya menemui
kegagalan.
20 Saya tidak bisa menyelesaikan tugas saya jika saya
mendapat kesulitan.
21 Saya yakin dengan kemampuan yang saya miliki akan
dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
22 Saya yakin mampu menyelesaikan tugas sesuai
dengan keinginan-keinginan saya meskipun waktunya
sedikit.
23 Saya ragu dengan kemampuan saya untuk
menyelesaikan tugas-tugas saya sesuai dengan
keinginan saya.
24 Saya ragu dengan kemampuan saya dalam
menghadapi tantangan atau masalah yang ada.
25 Saya meninggalkan tugas saya jika saya tidak dapat
menyelesaikan tugas saya.

Sumber :
Kuesioner dari penelitian (Sulistyowati, 2016)

Kuesioner Stres

72
A. Identitas Responden
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :

B. Petunjuk Pengisian
Kuesioner ini terdiri dari berbagai pertanyaan yang mungkin sesuai
dengan pengalaman saudara/I dalam menghadapi situasi hidup sehari-hari.
Terdapat 4 pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan
yaitu :
0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat di pertimbangkan, atau
lumayan sering
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.

No Pernyataan 0 1 2 3
1 Saya cemas apabila revisi dari pembimbing belum
saya kerjakan
2 Saya gelisah memikirkan skripsi yang belum
selesai
3 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah saat
menyusun skripsi
4 Saya takut ujian sidang nanti mendapatkan hasil
yang buruk apabila saya kurang menguasai
penelitian yang dikerjakan
5 Saya merasa tegang saat konsul ke pembimbing
6 Saya merasa tegang saat maju seminar proposal
7 Saya takut skripsi yang saya buat tidak selesai
pada waktunya
8 Saya takut pada saat mengerjakan skripsi saya
sulit mencari referensi yang sesuai
9 Saya merasa sulit tidur dan hanya tidur 4 jam
sehari karena cemas memikirkan tugas skripsi
10 Saya tidur malam karena banyak revisi yang harus
diselesaikan
11 Sata lupa belajar materi UAS karena terlalu sibuk

73
mengerjakan revisi skripsi yang banyak
12 Saya lupa minum dan makan karena mengerjakan
skripsi yang terlalu banyak
13 Saya merasa tidak dapat melanjutkan sampai ke
tahap sidang karena mulai bab 1-4 banyak
kesalahan
14 Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan
saat skripsi yang dibuat banyak revisi
15 Saya merasa lemas apabila saat konsul dapat
revisi yang banyak
16 Saya merasa tidak kuat berdiri apabila lama
mengerjakan skripsi dengan posisi yang salah

Sumber :
Kuesioner dari penelitian (Ulum, 2018)

74

Anda mungkin juga menyukai