Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA

HIPOTENSI INTRADIALITIK PADA PASIEN HEMODIALISIS DI UNIT


HEMODIALISIS RS HAJI JAKARTA, 2015

Suwanto
Fakultas Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Jakarta
Email : wantohdrshj@yahoo.com

ABSTRAK

Hipotensi Intradialitik (IDH) tercatat sebagai penyulit hemodialisis kedua setelah hipertensi (IRR,
2013). Pencegahan dan penanganan IDH harus terus diperhatikan. Pentingnya mengetahui faktor
penyebab IDH merupakan keahlian seorang perawat dialisis. Pada penelitian ini dengan metode
deskriptif korelasi untuk mengetahui beberapa faktor pencetus IDH. 69 pasien hemodialisis di
libatkan untuk mengetahui faktor Ultrafiltrasi Rate, waktu lamanya program hemodialisis, riwayat
diabetes melitus, jenis dialiser yang digunakan, riwayat anemia, dan usia lanjut apakah ada
hubungannya dengan kejadian IDH. Hasilnya adalah sebanyak 25 (36%) responden mengalami
IDH. Dari 6 variabel yang di analisis, hanya variabel ultrafiltrasi rate dan anemia yang
berhubungan dengan kejadian IDH masing masing dengan pValue =0,043 dan riwayat anemia
pValue=0,033. Sementara itu faktor waktu lamanya program hemodialisis, riwayat diabetes
melitus, jenis dialiser yang digunakan dan usia lanjut terbukti tidak ada hubungannya dengan
kejadian hipotensi intradialitik dengan hasil pValue masing masing (0,515 ; 0,202 ; 0,756 dan
1,000). Peneliti menyimpulkan hendaknya pasien hemodialisis menghindari Ultrafiltrasi Rate > 13
mL/kg/jam dan peningkatan berat badan antar hemodialisis tidak lebih dari 5% dari berat badan
kering. Kadar hemoglobin minimal mencapai 10 gr/dL sehingga dapat menurunkan angka IDH
dan peningkatan kualitas pasien hemodialisis.

Kata Kunci : Hemodialisis, Hipotensi Intradialitik, Ultrafiltrasi Rate (UFR)


Daftar Pustaka : 34, Tahun : 2001-2014
PENDAHULUAN sehingga secara keseluruhan terdapat 19.621
pasien yang baru menjalanai HD. Sampai
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah akhir tahun 2012 terdapat 244 pusat
kerusakan ginjal lebih dari 3 bulan yang hemodialisis di Indonesia (IRR, 2013). Di RS
berupa kelainan struktural atau fungsional Haji Jakarta kunjungan pasien yang
dari ginjal, dengan atau tanpa berkurangnya terdiagnosa CKD di tahun 2014 mencapai
Laju Filtrasi Glomerulus (LFG), dengan 608 pasien, akan tetapi pasien CKD stadium
manifestasi berupa kelainan patologi atau ESRD dengan hemodialisis hanya dapat
kelainan laboratorik pada darah, urin, atau terlayani sebanyak 84 pasien (13,8%)
kelainan pada pemeriksaan radiologi, dan dikarenakan keterbatasan fasilitas mesin
LFG <60 ml/menit per 1,73 m2 luas hemodialisis (Data Internal ICD Code N189,
permukaan tubuh, selama lebih dari 3 bulan, EDP RS Haji Jakarta, 2014).
dengan atau tanpa kerusakan ginjal. (Kidney
Disease Outcomes Quality Initiative Intradialytic hypotension (IDH) adalah
(KDOQI, 2013). CKD tersebut bersifat penurunan tekanan darah sistolik > 20
progresif dan irreversible. Stadium akhir mmHg atau penurunan MAP lebih dari 10
CKD disebut End Stage Renal Disease mmHg disertai dengan gejala gejala seperti
(ESRD). Pada tahap ini pasien harus perasaan tidak nyaman, menguap, mual,
menjalani terapi pengganti ginjal seperti muntah, kram otot, pusing dan cemas
dialisis dan transplantasi (Black & Hawks, (Kooman et al., 2007 ; National Kidney
2005). Perhimpunan Nefrology Indonesia Foundation, 2006 dalam Bradshaw, 2014),
(PERNEFRI), 2003 membagi 2 terapi atau penurunan Tekanan darah Sistolik
pengganti ginjal yaitu Dialisis dan dibawah 100 mmHg dan penurunan diastolik
Transplantasi Ginjal. Dialisis terdiri dari 20 mmHg disertai munculnya gejala (Calvo
hemodialisis (HD), Peritoneal Dialisis (PD) et al., 2002 dalam Bradshaw., 2014).
dan hemofiltrasi. Hipotensi intradialitik yang tidak diatasi
mengakibatkan kerusakan organ tubuh
Angka kejadian pasien CKD yang permanen sehingga meningkatkan kematian
mendapatkan terapi dialisis (hemodialisis) (Cunha & Lee, dalam Armiati, 2009)
seperti diungkapkan World Health
Organization (WHO) pada tahun 2004, CKD Penyebab IDH paling sering berhubungan
di dunia pertahunnya meningkat lebih dari dengan penurunan volume plasma, kegagalan
30%. Di Amerika pada tahun 2009 efek vasokontriksi, dan faktor jantung
diperkirakan terdapat 116.395 orang terutama pada pasien nefropati diabetik dan
penderita CKD yang baru. Lebih dari usia lanjut (Sukandar, 2006).
380.000 penderita CKD menjalani
hemodialisis reguler (USRDS, 2011). Pada Adapun faktor penyebab lain hipotensi
tahun 2011 di Indonesia terdapat 15.353 intradialisis adalah: 1) Kecepatan ultrafiltrasi
pasien yang baru menjalani HD dan pada (ultrafiltration rate/ UFR) yang tinggi; 2)
tahun 2012 terjadi peningkatan pasien yang Waktu dialisis yang pendek dengan UFR
menjalani HD sebanyak 4.268 orang yang tinggi; 3) Disfungsi jantung (Disfungsi
diastolik, aritmia, iskemi, tamponade,
infark); 4) Disfungsi otonom (diabetes, Adapun tekhnik pengambilan sampel,
uremia); 5) Terapi antihipertensi; 6) Makan dimana pasien dilakukan observasi pada awal
selama hemodialisis; 7) Luasnya permukaan pre dialisis, intradialisis tiap jamnya dan saat
membran dialiser; 8)Kelebihan cairan dan terminasi.
penarikan cairan yang berlebihan; 9) Dialisat
yang tidak tepat diantaranya suhu dialisat HASIL PENELITIAN
yang tinggi, kadar natrium rendah dan Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan
dialisat asetat; 10) Perdarahan, anemia, sepsis Lamanya Menjalani Hemodialisis pada Pasien
Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RS Haji Jakarta, 2015
dan hemolysis (Thomas, 2003; Kallenbach, (n=69)
et al, 2005; Sulowicz & Radziszewski, 2006;
Daugirdas, Blake & Ing, 2007;Henrich, No Variabel Frekuensi Persen
tase
2008) 1 Jenis Kelamin
a. Laki Laki 34 49,2
b. Perempuan 35 50,8
2 Lamanya Menjalani
METODE PENELITIAN Hemodialisis 21 30,4
a. ≤ 1 tahun 48 69,6
Desain penelitian yang digunakan adalah b. > 1 tahun

studi asosiasi (explanatory atau .


correlational). Penelitian ini bertujuan untuk Tabel: Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
menentukan faktor apakah yang terjadi Variabel Independen : Ultrafiltrasi Rate, Lama Dialisis,
Riwayat Diabetes Melitus, Jenis Dialiser, Riwayat Anemia
sebelum atau bersama sama atau tanpa dan Umur Lansia Pasien Hemodialisis Di Unit
adanya suatu intervensi dari peneliti. Hemodialisis RS Haji Jakarta, 2015 (n=69

Rancangan yang digunakan dapat No Variabel Frekue %


menggunakan cross-sectional. Jenis nsi
1 Ultrafiltrasi
penelitian ini merupakan penelitian a. Ultrafiltrasi Rate Standar 40 57,9
epidemiologik noneksperimental yang b. Ultrafiltrasi Rate 29 42,1
Excessive
mengkaji antara variabel independen (faktor
2 Lama Dialisis
resiko) dan variabel dependen (Sastroasmoro a. 4 Jam 12 17,4
& Ismail, 2008). b. 4,15 jam 57 82,6
3 Riwayat Diabetes Melitus
Populasi dalam penelitian ini adalah semua a. Diabetes 33 47,8
b. Tidak Diabetes 36 52,2
pasien CKD pada stadium End Stage Renal 4 Jenis Dialiser
Disease (ESRD) yang menjalani a. Dialiser F7HPS 13 18,8
hemodialisis di unit hemodialisis RS Haji b. Dialiser F8HPS 56 81,2
5 Status Haemoglobin
Jakarta berjumlah 84 pasien. Dengan total
a. Anemia 52 75,4
sampel sebanyak 69 responden. Analisis b. Tidak Anemia 17 24,6
yang digunakan adalah analisis univariat dan 6 Umur Lansia
a. < 65 Tahun (Dewasa) 56 81,2
analisis bivariat menggunakan korelasi uji
b. ≥ 65 Tahun (Lansia) 13 18,8
Chi-Square.
Hasil Analisis Bivariat Faktor Faktor yang Berhubungan 2006). Program ultrafiltrasi goal yang
Dengan Terjadinya Hipotensi Intradialitik Pada Pasien
Hemodialisis Di Unit Hemodialisis RS Haji Jakarta, 2015 standar dipergunakan bagi pasien yang
(n=69) kenaikan berat badan antara waktu
hemodialisis kurang dari atau sama dengan
2,5 Kg, jika kenaikan tersebut lebih dari 2,5
Kg maka disebut ultrafiltrasi yang excessive

Pada anemia hasil uji statistik nilai pValue =


0,033. Kadar haemoglobin rendah (anemia)
menunjukkan kemampuan darah
mengangkut O2. Di paru paru, Nitrat oksida
(NO) yang bersifat vasodilator berikatan
dengan haemoglobin. NO ini dibebaskan
dijaringan, tempat zat ini melemaskan dan
melebarkan arteriol lokal. Vasodilatasi ini
membantu menjamin bahwa darah kaya O2
dapat mengalir dengan lancar dan juga
membantu menstabilkan tekanan darah.
Dari ke enam faktor yang dihubungkan Karena itu hemoglobin berperan kunci dalam
transpor O2 sekaligus memberi kontribusi
hanyak faktor ultrafiltrasi rate dan riwayat
signifikan pada transpor CO2 dan
anemia yang terbukti ada hubungannya kemampuan darah menyangga pH.
dengan kejadian hipotensi intradialitik (Sherwood, 2011)
sedangkan faktor lama hemodialisis, riwayat
diabetes, jenis dialiser dan faktor usia Pemanjangan waktu dialisis atau peningkatan
frekuensi dialisis harus dipertimbangkan
terbukti tidak ada hubungannya dengan
pada pasien yang sering mengalami IDH.
kejadian hipotensi intradialitik. Pemanjangan waktu dialisis dapat
mengurangi laju ultrafiltrasi, sehingga
penurunan volume darah tidak agresif
PEMBAHASAN (Ginting, 2010).
Perpanjangan waktu saat hemodialisis
Pada Ultrafiltrasi rate diperoleh hasil uji
memberikan kesempatan kompartemen
statistik nilai pValue = 0,043 lebih kecil dari vaskuler melakukan refilling plasma dengan
pada nilai alpha. Sehingga ada hubungan ruangan interstitial untuk mencapai
antara ultrafiltrasi rate yang tingi dengan keseimbangan. Flythe et al (2010)
kejadian hipotensi intradialitik memberikan rekomendasi ultrafiltrasi 10 – 13
mL/jam/Kg program UFR yang relatif aman
UFR berpengaruh terhadap terjadinya dan maksimal UFR adalah 13 mL/jam/kg.
hipotensi intradialisis. Hal ini terjadi Durasi HD disesuaikan dengan kebutuhan
dikarenakan terdapat permasalahan karena individu. Tiap HD dilakukan 4 – 5 jam
dengan frekuensi 2 kali perminggu. Durasi
kontraksi berlebihan volume plasma akibat
Idealnya dilakukan 10 – 15 jam / minggu
ultrafiltrasi melebihi refilling rate dari dengan 3 kali perminggunya (Konsensus
kompartemen ekstravaskuler ke PERNEFRI, 2003)
kompartemen intravaskuler (Sukandar,
Durasi waktu yang diprogram saat penyebab hipotensi intradialitik (Sato, 2001
hemodialisis 4 dan 4,15. Perbedaan waktu dalam Agustriadi 2009)
tersebut hanya 15 menit sehingga
perbedaannya terlalu sedikit, sehingga tidak Pada lanjut usia secara teori bahwa proses
bermakna terhadap kejadian hipotensi menua merupakan suatu hal yang fisiologis.
intradialitik, Pada lanjut usia terdapat kemunduran
berbagai fungsi organ. Angka kejadian
Beberapa studi berikut yang membandingkan penyakit kardiovaskuler meningkat pada
dialisis selama 4 jam dan 5 jam, dengan hasil populasi lanjut usia. Pada usia lanjut akan
penurunan episode hipotensi pada pasien terjadi penebalan, kekakukan pembuluh
yang menjalani dialisis selama 5 jam. Lebih darah dan disfungsi endotel yang disebabkan
jauh, efek dari pengurangan laju ultrafiltrasi, oleh aging process (Celermajer, Sorensen,
hanya dapat dicapai dengan memperpanjang Bull, dalam Hariawan dan Suastika, 2008).
waktu dialisis, dan ini telah dilakukan pada Pada penelitian ini faktor usia terbukti tidak
pasien dengan gangguan jantung. Pada studi ada hubungannya dengan kejadian hipotensi
ini, penurunan tekanan darah sistolik lebih intradialitik.
sedikit pada pasien dengan laju ultrafiltrasi
500 dibandingkan dengan laju ultrafiltrasi SARAN
1000 (Ginting, 2009)
a. Kejadian hipotensi intradialitik sebenarnya
Pada penderita diabetes bahwa Endotel bisa di antisipasi. Salah satunya dengan
memiliki peranan yang penting pada penyakit melakukan evaluasi ulang yang berkaitan
hipertensi dan diabetes. Pada penyakit ini dengan waktu / lamanya program
endotel bisa mengalami perubahan stuktur hemodialisis. Peneliti menyarankan agar
dan fungsi sehingga menyebabkan waktu yang digunakan dalam satu sesi
kehilangan peranannya sebagai barier hemodialisis minimal 4,5 sampai 5 jam.
proteksi. Aktivitas dari sel endotel
mempunyai peranan penting terhadap b. Program hemodialisis sebaiknya
terjadinya variasi tekanan darah selama HD. memanfaatkan teknologi yang telah
Perubahan volume cairan, dan rangsangan tersedia, sebagai contoh hendaknya
fisik maupun hormonal menyebabkan dipergunakan program profile ultrafiltrasi,
produksi dari faktor-faktor yang melibatkan penggunaan suhu dialisat di bawah 37 oC,
kontrol tekanan darah pada sel endotel. dan perlunya penggunaan program profile
Vasoaktif yang terpenting adalah nitric oxide natrium pada jam pertama lebih dari 140
(NO) suatu relaksasi otot polos, Asymmetric mmol.
dimethylarginin (ADMA) yang merupakan
inhibitor endogen dari nitric oxide synthase c. Pada pasien yang mempunyai riwayat
dan endothelin-1 (ET-1) suatu kadar haemoglobin yang rendah (anemia)
vasokonstriktor yang kuat (Yenny, 2012) dimana jumlah Hb < 10 gr%, hendaknya
ketika melakukan program dialisis UFR
Penyakit DM memperberat disfungsi saraf tidak boleh melebihi 13 ml/jam/kg,
otonom yang telah ada pada penderita CKD lakukan dengan QB yang rendah
karena uremia kronis (dimana salah satu (maksimal 200 ml/menit) dan pemberian
mekanisme kompensasi terhadap penurunan oksigen saat hemodialisis perlu
volume darah relatif ini diatur oleh saraf dipertimbangkan. Pasien dengan kadar
otonom), sehingga DM berperan pula sebagai haemoglobin yang rendah hendaknya
dilakukan evaluasi secara menyeluruh
diantaranya kecukupan zat besi (SI, TIBC) Armiyati, Yunie. (2009). Hipotensi Dan
maupun saturasi transferin dan pemberian Hipertensi Intradialisis Pada Pasien
hormon eritropoetin sehingga kualitas Chronic Kidney Disease (CKD) Saat
pasien hemodialisis dapat meningkat. Menjalani Hemodialisis Di RS PKU.
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/ps
n12012010/article/view/504/553
diperoleh tanggal 12 Desember 2014
Bagi Penelitian Lebih Lanjut
a. Peneliti menyarankan agar ada penelitian
ulang mengenai waktu 4,5 dan 5 jam Indonesian Renal Registry (IRR), (2013) 5th
untuk mengurangi kejadian hipotensi Report of Indonesian Renal Registry
intradialitik. penelitipun menyarankan 2011. Perhimpunan Nefrologi
agar kenaikan berat badan antar Indonesia (PERNEFRI)
hemodialisis yang banyak, perlunya
mempertimbangkan hemodialisis 3 kali
dalam seminggu Barkan, R, Mirimsky, A, Katzir, Z &
Ghicavii, V. (2006), Prevention of
b. Untuk memaksimalkan penggunaan hypotension and stabilization of blood
profile ultrafiltrasi peneliti menyarankan pressure in hemodialysis patients.
agar ada penelitian lebih lanjut mengenai http://www.freshpatents.com/
efektifitas profile ultrafiltrasi dan
membandingkan jenis profile sesuai
sehingga dapat merekomendasikan jenis Bieber, S.D and Himmelfarb, J. (2013)
profile bagi pasien yang sering mengalami Hemodialysis In;Schrier’s Disease Of
hipotensi maupun dengan ultrafiltrasi the Kidney, 9th Edition Coffman,
yang excessive. Lippincott Williams & Wilkins
Philadelphia

Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Black., J. M, & Hokanson, J.H. (2014),
Perawat professional hendaknya dalam Keperawatan Medical Bedah, Elsiever,
melaksanakan asuhan keperawatan melihat Edisi Bahasa Indonesia Jakarta
dan mempertimbangkan karakteristik pasien
karena setiap individu itu unik, sehingga
dalam memberikan asuhan keperawatan pada Bradshaw, W. (2014), Intradialytic
pasien yang menjalani hemodialisis Hypotention : a Literature Review,
hendaknya mempertimbangkan penyakit lain Renal Society of Australasia Journal,
yang menyertainya. 10(1), 22-29

Brunner & Suddarth’s. (2004). Textbook of


DAFTAR PUSTAKA
Medical Surgical Nursing, Lippincott
Adelman, A.M. & Daly, M.P (2001), 20 Williams Wilkins.
Common Problem in Geriatric, New
York MC Graw-Hill Publishing
Daugirdas, J.T., Blake, P.B., & Ing, T.S. Hudak, C.M & Gallo, B.M (2010),
(2007). Handbook of dyalisis. 4th Keperawatan Kritis Pendekatan
edition. Philadelphia: Lipincot William Holistik, EGC Jakarta
& Wilkins.

Flythe, J.E., Kimmel, S.E. & Brunelli, S.M Jeroen Kooman et al, (2007), European Best
(2011), Rapid Fluid Removal During Practice Guidelines (EBPG) Guideline
Dialysis is Associated With on haemodynamic instability:
Cardiovaskuler Morbidity and Nephrology Dialysis Transpant
Mortality Oxford University Press, pg ii22-ii4\

Fresenius Medical Care (2010) Consumable


and Product Hemodialisis, Jerman Ginting, Ananda W. & Lubis, Harun R.,
(2010). Hipotensi Intradialisis. Divisi
Nefrologi Hipertensi Dept. Ilmu
Hastono, S.P. (2007) Analisis data Penyakit Dalam, FK USU/RSUP H.
Kesehatan, Jakarta: FKM UI Adam Malik/RSU. Dr Pirngadi Medan

Haryati, & Eko (2010) Prinsip dan Proses Kallenbach et al. (2005) Review of
Hemodialisa, Surakarta: http : // hemodialysis for nursing and dialysis
hemodialisa.wordpress.com / personnel 7th Edition. Elsevier
2015/01/25/. Saunders. St Louis Missouri

Hariawan, N & Suastika, H (2008) Kandarini, Y (2012), Peranan Ultrafiltrasi


Hubungan Kendali Glikemik dengan Terhadap Hipertensi Intradialitik dan
Asymmetric Dimethylarginin Hubungannya dengan Perubahan
Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Endhothelin-1, Asymmetric
Lanjut Usia, SMF Ilmu Penyakit Dimethylarginin dan Nitric Oxide,
Dalam, RS Sanglah Denpasar Bali RSUP Sanglah Denpasar Bali
KDOQI (2013) Clinical Practice Guidelines
for Cardiovascular Disease in Dialysis
Henrich, W.L (2008) Intradialytic patients: NKF KDOQI Guidelines,
Hypotension : a Insight to an old National Kidney Foundation Inc
problem, American Journal of Kidney
Disease, 52(2), 209-10
KDIGO, (2013) Clinical Practice Guidelines
for the Evaluation ang Management of
Holley, J.F, Berris, J.S & Post, T.N (2007) Chronic Kidney Disease
Acute Complication During Hemodialysis
http://www.update.com/patient/conten
Lauralee Sherwood, (2012), Fisiologi
/topic.do?
Manusia Dari Sel ke Sistem, Jakarta, EGC
Sarafino, E.P. (2006), Health Psychology :
Biopsychosocial Interactions. Fifth
Le Mone, P., & Burke, K.M. (2008). Medical Edition. USA : Jakarta: EGC
surgical nursing: critical thinking in Sastroasmoro, S & Ismael, S (2008), Dasar-
client care. 6th edition. New Jersey: dasar Metodologi Penelitian Klinis,
Prentice Hall Health Edisi ke-3 Jakarta, Sagung Seto.

National Kidney Foundation. (2002). Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset
KDOQI Clinical practice guidelines
for cardiovascular disease in Dialysis keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Patients. New York: NKF

National Kidney Foundation. (2009). Smeltzer, Suzanne C. (2008), Buku Ajar


KDOQI Clinical Practice Guidelines Keperawatan Medikal Bedah Brunner
for Chronic Kidney Desease, New & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.
York: NKF

Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata &


Nursalam, & Batticaca, (2008), Asuhan Setiati. (2007) Buku Ajar: Ilmu
Keperawatan pada Pasien dengan Penyakit Dalam, Jakarta: Pusat
Gangguan Sistem Perkemihan, penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Salemba Medika, Jakarta Dalam, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia
Nursalam, (2014), Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, Edisi 3, Salemba Sugiyono, (2005) Statistik untuk Penelitian,
Medika, Jakarta PT Rineke Cipta, Jakarta

Sukandar, Enday. (2006), Nefrologi Klinik,


PERNEFRI, Konsensus Dialisis, Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian
Perhimpunan Nefhrologi Indonesia, 2003 Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD/RS
Hasan Sadikin, Bandung
Price, S.A. & Wilson, L.M. (2005).
Patofisiology; Konsep klinis proses-
proses penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Sukiman, (2014), Pengaruh Profilling
Natrium dan Suhu Terhadap Episode
Rekam Medik (2014), Data Internal ICD Hipotensi Intradialysis Pada Pasien
CKD di Unit Hemodialisis RSUD AL
Code N189, EDP, RS Haji Jakarta Ihsan Provinsi Jawa Barat.

Suwitra, Ketut (2009), Penyakit Ginjal


Kronik, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 2, Edisi 5 Interna
Publishing, Jakarta

Thomas, N. (2003), Renal nursing, 2nd


edition, Philadelphia: Elsevier Science.

United States Renal Data System (USRDS)


(2011), Annual Data Report: Atlas of
Chronic Kidney Disease and End-
Stage Renal Disease in the United
States, National Institutes of Health,
National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Diseases,
Bethesda, MD, 2011.

Sulowicz, W. et al, (2006), Pathogenesis and


treatment of dialysis hypotension:
International Society of Nephrology

Anda mungkin juga menyukai