Anda di halaman 1dari 27

LITERATURE REVIEW

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADEKUASI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas pelatihan hemodialisa

Program Pelatihan Dialisis RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

Disusun Oleh :

Kelompok 4

DIALISIS ANGKATAN V

PROGRAM PELATIHAN DIALISIS ANGKATAN V

RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

2019
ABSTRAK
Adekusi Hemodialisa menjadi faktor penting dalam menentukan
keberhasilan hemodialisis pada pasien gagal ginjal kronik. Adekuasi hemodialisis
memiliki keterkaitan yang kuat terhadap kualitas hidup pasien. Ketidakadekuatan
hemodialisis dapat meningkatkan progresivitas kerusakan fungsi ginjal, kerugian
material, dan menurunnya produktivitas pasien (Pourfarziani et al, 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi adekuasi
hemodialisa.
Peneliti melakukan literature review berbasis komputer dengan
menggunakan mesin pencari Google Scholar untuk mencari artikel terkait
adekuasi dan dialisis dari tahun 2013 sampai dengan 2019.
Total artikel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 14 artikel yang
terdiri dari 10 artikel terkait dengan adekuasi dan dialisis, dan 4 artikel terkait
faktor yang mempengaruhi adekuasi dialisis. Literature yang sudah dicari,
kemudian disortir dan dikelompokan berdasarkan apa yang ingin diketahui dan
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
Berdasarkan hasil literature review, faktor yang mempengaruhi adekuasi
dialisis diantaranya Range of motion, asupan makan, indeks massa tubuh, quick of
blood (QB), serta melakukan profilling pada cairan dialisat. Hasil literature
review ini dapat dijadikan data dasar dalam menentukan intervensi pada pasien
hemodialisa.

Kata Kunci : adekuasi, dialisis, hemodialisa

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pembuatan literature review ini

sehingga dapat selesai dengan tepat waktu. Literature review ini berjudul “Faktor

yang mempengaruhi adekuasi dialisis?” yang membahas mengenai hasil-hasil

penelitian terkait dengan selfie dan narsisme.

Literature review ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas di

Pelatihan dialisi RSUP dr. Hasan sadikin Bandung. Penulis menyadari bahwa

literature review ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan

kritik membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Penulis memohon maaf atas segala hal yang kurang berkenan, kekurangan dan

kekhilafan selama berinteraksi. Akhir kata, semoga Allah SWT berkenan

meridhoi dan semua ini dijadikan suatu bentuk amal ibadah.

Bandung, April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II METODOLOGI ......................................................................................... 4
2.1. Memilih Topik .......................................................................................... 4
2.2. Mencari Literatur ...................................................................................... 4
2.3. Analisis dan Sintesis Literatur .................................................................. 4
2.4. Menulis Review ........................................................................................ 5
2.5. Referensi ................................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................................... 6
3.1. Adekuasi Hemodialisa .............................................................................. 6
3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Adekuasi Hemodialisa ............................... 7
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.

iii
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar albumin dalam
urin. Gagal ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang telah meluas dan
mengenai 5-10% populasi dunia (Organization Kidney International, 2009).
Penyakit ini termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit tidak menular yang sering
terjadi dengan prevalensi sebesar 0,2% di Indonesia (Riskesdas, 2013). Prevalensi
GGK seringkali diabaikan, meskipun GGK merupakan gangguan yang bersifat
menahun dan dapat berlangsung progresif (The Lancet, 2013).
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative membagi GGK menjadi lima
stadium berdasarkan glomerular filtrate rate (GFR) dimana End Stage Renal
Disease (ESRD) merupakan stadium akhir dari GGK yang ditandai dengan
kerusakan ginjal secara permanen dan irreversibel (Shdaifat & Manaf, 2012).
Seluruh individu yang sudah mencapai stadium ini membutuhkan terapi pengganti
ginjal seperti hemodialisis, peritoneal dialisis, dan transplantasi ginjal (NKF-
KDOQI, 2006).
Hemodialisis merupakan terapi pengganti yang paling banyak dilakukan
oleh pasien ESRD. Pasien ESRD yang telah menjalani terapi, sebanyak 1.929.000
dari 2.786.000 pasien menjalani hemodialisis, 235.000 pasien menjalani
peritoneal dialisis, dan 622.000 pasien menjalani transplantasi ginjal (Fresensius
Medical Care, 2011). Hemodialisis merupakan suatu metode yang diperuntukkan
bagi para penderita gagal ginjal yang berfungsi untuk membuang produk sisa
metabolisme seperti potasium dan urea dari darah (Himmelfarb, 2010). Menurut
Clinical
Practice Guideline on Adequacy of Hemodialysis, kecukupan dosis
hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis, yaitu
dosis yang direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat sebagai

1
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

manfaat dari proses hemodialisis y ang dijalankan oleh pasien gagal ginjal (NKF-
KDOQI, 2006).
Keberhasilan hemodialisis berhubungan dengan adekuasinya.
Hemodialisis dikatakan adekuat bila terdapat kadar ureum darah menurun (Ureum
Reduction Ratio) dan rasio antara darah yang dihemodialisis per waktunya dengan
fraksi hemodialisis yang terbentuk (Kt/V)lebih dari sama dengan 1,8 (Rahman,
2013).
Adekuasi hemodialisis memiliki keterkaitan yang kuat terhadap kualitas
hidup pasien. Ketidakadekuatan hemodialisis dapat meningkatkan progresivitas
kerusakan fungsi ginjal, kerugian material, dan menurunnya produktivitas pasien
(Pourfarziani et al, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cruz MD et al
(2011), terdapat penurunan kualitas hidup pada pasien GGK baik secara fisik
maupun secara mental. Olehkarena itu menjadi penting untuk mengetahui hal hal
terkait peningkatan adekuasi hemodialisa.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam literature review ini adalah “Faktor apa saja yang
mempengaruhi peningkatan adekuasi hemodialisa?”

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari literature review ini adalah untuk mengetahui hal-hal
yang mempengaruhi peningkatan adekuasi hemodialisa.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari literature review ini adalah :
1. Mengetahui adekuasi hemodialisa
2. Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi peningkatan adekuasi
hemodialisa.

1.4 Manfaat
Manfaat dari literature review ini adalah :
2
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

Manfaat dari literature review ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor
mempengaruhi adekuasi heodialisa sesuai dengan literature review yang didapat.

3
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

BAB II
METODOLOGI

Jenis penulisan yang digunakan adalah literature review. Literature review


merupakan uraian analisa kritis mengenai teori, temuan, dan bahan penelitian
lainnya yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan
penelitian dalam menyusun kerangka pikir yang jelas dari perumusan masalah
yang akan diteliti. Adapun sistematika penulisan literature review ini dirumuskan
berdasarkan tata cara penulisan literature review menurut Cronin, Ryan, dan
Coughlan (2008) yaitu:
2.1. Memilih Topik
Dalam literature review ini pemilihan topik yang digunakan yaitu secara
umum mengenai adekuasi dan hemodialisa, secara khusus topik yang digunakan
yaitu hal yang mempengaruhi adekuasi hemodialisa.
2.2. Mencari Literatur
Literatur untuk literature review ini dilakukan berbasis komputer dengan
menggunakan mesin pencari google scholar dari Januari 2013 sampai dengan
April 2019. Adapun keyword yang digunakan yaitu adekuasi, adequacy,
hemodialisa dan hemodialysis. Setelah dimasukkan keyword adekuasi pada
google scholar diperoleh 419 artikel yang berhubungan, keyword adequacy
diperoleh 196.000 artikel, keyword hemodialisa diperoleh 2340 artikel sedangkan
untuk keyword hemodialysis diperoleh 119.000 artikel yang berhubungan.
Kemudian peneliti mencari artikel yang berhubungan dengan “adekuasi
hemodialisa dan hemodialysis adequacy” diperoleh 188 dan 13.200 artikel terkait.
Setelah dilakukan skrining berdasarkan kriteria inklusi jurnal berbahasa inggris,
bahasa indonesia, tidak berbayar, mudah di akses serta sesuai dengan tujuan
literature review. Kriteria eksklusi jurnal tidak lengkap diperoleh 13 artikel.
Selanjutnya dilakukan analisis literatur.
2.3. Analisis dan Sintesis Literatur
Literatur yang sudah dicari, kemudian disortir dan dikelompokkan
berdasarkan apa yang ingin diketahui dan disesuaikan dengan tujuan yang ingin

4
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

dicapai. Hasil analisis dan sintesis di peroleh 4 jurnal terkait hal-hal yang
mempengaruhi adekuasi hemodialisa.
2.4. Menulis Review
Penulisan literature review ini ditulis berdasarkan tujuan penulisan
literature review. Adapun dalam literature review ini penulis membagi menjadi
tiga pokok bahasan yang pertama: apa itu adekuasi hemodialisa? Dan Hal apa
yang mepengaruhi adekuasi hemodialisa?.
2.5. Referensi
Semua sumber kutipan dan pembahasan pada literature review ini
dituliskan didalam referensi baik itu berupa jurnal, artikel, laporan, ataupun media
lainnya. Dalam hal penulisan referensi penulis berpatokan pada tata cara penulisan
referensi berdasarkan APA 6th editions.

5
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Adekuasi Hemodialisa


Practice Guideline on Adequacy of Hemodialysis, kecukupan dosis
hemodialisis yang diberikan diukur dengan istilah adekuasi hemodialisis, yaitu
dosis yang direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat sebagai
manfaat dari proses hemodialisis y ang dijalankan oleh pasien gagal ginjal (NKF-
KDOQI, 2006).
Keberhasilan hemodialisis berhubungan dengan adekuasinya.
Hemodialisis dikatakan adekuat bila terdapat kadar ureum darah menurun (Ureum
Reduction Ratio) dan rasio antara darah yang dihemodialisis per waktunya dengan
fraksi hemodialisis yang terbentuk (Kt/V)lebih dari sama dengan 1,8 (Rahman,
2013). Namun, dari beberapa pengertian adekuasi diatas, masih belum disepakati
secara menyeluruh mengenai apa yang di maksud adekuasi dialisis. Meskipun ada
pengakuan luas dari bidang fokus klinis (nilai laboratorium, Kt/V, dll) yang paling
mungkin untuk meningkatkan kelangsungan hidup, morbiditas, pengalaman
pasien, dan kualitas hidup secara keseluruhan, kemampuan penyedia untuk
melahirkan di bidang ini telah dihambat oleh kurangnya kerangka kerja
konseptual yang terpadu.
Konsep manusia adalah makhluk yang unik dan berbeda-beda, menggiring
kita pada paradigma baru mengenai “patient centered care”. Model yang berpusat
pada pasien menawarkan harapan untuk pendekatan perawatan yang lebih
terintegrasi yang dapat mengatasi masalah yang paling penting bagi pasien secara
individu. Oleh karena itu, Nissenson (2014) telah mengembangkan hierarki
kebutuhan yang berfokus pada pasien yang dimaksudkan untuk lebih
menggambarkan dan mendorong pendekatan untuk hasil pasien yang paling
mungkin untuk secara signifikan meningkatkan kehidupan pasien dengan penyakit
ginjal (Gambar 1).

6
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

O’Hare (2018) mengungkapkan lima strategi untuk memulai patient


centered care, sebagai berikut:
1. Strategi 1: Mendengarkan
2. Strategi 2: Menyediakan waktu
3. Strategi 3: Bersedia Melampaui Deskripsi Pekerjaan Kita
4. Strategi 4: Membanyangkan kembali: Perawatan yang “bagus” berdasarkan
patient centered
5. Strategi 5: Melihat Nilai Membangun Hubungan

3.1. Faktor Yang Mempengaruhi Adekuasi Hemodialisa


Adekusi Hemodialisa menjadi faktor penting dalam menentukan
keberhasilan hemodialisis. Sehingga menjadi penting mengetahui faktor atau hal –
hal yang mempengaruhi adekuasi hemodialisis.
Adekuasi hemodialisi dapat dilihat dari indikator URR (Ureum Reduction
ratio) dan kt/v. Hasanudin (2017) dalam penelitiannya menunjukan nilai ureum
pre post mengalami penurunah yang signifikan setelah dilakukan range of motion
pada kelompok intervensi. Ditinjau dari indikator adekuasi URR responden pada
penelitian ini bahwa responden yang dilakukan range of motion dan hemodialisa
mencapai nilai adekuasi (minimal >65%) dibandingkan dengan kelompok kontrol
yang hanya menjalani hemodialisa saja.

7
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

Secara teori dikatakan pada system metabolic otot saat latihan yaitu 1)
system fosfokreatin keratin, 2) system glikogen-asam laktat 3) system aerobic.
Sistem fosfokeratin ke ATP adalah penghantaran terjadi dalam waktu yang sangat
singkat. Oleh karena itu, semua energy yang disimpan di dalam fosfokreatin otot
dengan segera tersedia untuk kontraksi otot, seperti yang tersimpan dalam ATP.
Jumlah gabungan dari sel ATP dan sel fosfokreatin disebut energy fosfagen.
Keduanya bersama–sama dapat menyediakan daya ototmaksimal selama 8 sampai
10 detik. Sistem glikogen – asam laktat yakni glikogen yang disimpan di dalam
otot dapat dipecah menjadi menjadi glukosa dan glukosa tersebut kemudian
digunakan untuk energy yang disebut glikolisis, terjadi tanpa penggunaan oksigen
oleh karena sebagai metabolic anaerobic.
Selama glikolisis, setiap molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul
asam piruvat, dan energy dilepaskan untuk membentuk empat molekul ATP untuk
setiap molekul glukosa awal. Kemudian asam piruvat kasuk ke mitokandria sel
otot dan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP.
Akan tetapi bila tidak terdapat oksigen yang cukup untuk melangsungkan
metabolism glukosa tahap kedua (tahap oksidatif), sebagian besar asam piruvat
diubah menjadi asam laktat yang berdifusi ke luar dari sel otot masuk kedalam
cairan interstisial dan darah. Oleh karena itu banyak glikogen otot berubah
menjadi asam laktat tetapi dalam perjalanannya, sejumlah ATP yang sangat
banyak dibentuk seluruhnya tanpa memakai oksigen (Guyton,2008).
Hal ini sejalan dengan penelitian Berman, Erb,Kozier & Snyder (2010)
dikatakan bahwa latihan ROM memiliki keuntungan untuk memperbaiki
kesehatan otot dan meningkatkan bersihan ureum dari sel/jaringan kulit. Latihan
yang dilakukan merangsang pertumbuhan pembuluh darah yang kecil(kapiler)
dalam otot. Hal ini membantu tubuh untuk lebih efisien menghantarkan oksigen
ke otot, dapat memperbaiki sirkulasi secara menyeluruh dan menurunkan tekanan
darah serta mengeluarkan hasilsampah metabolik yang mengiritasi seperti asam
laktat dari dalam otot.
Latihan yang adekuat meningkatkan efisiensi aliran darah, sehingga tubuh
mengekskresikan sisa metabolisme secara lebih efektif. Latihan aeorobic secara
rutin dapat membantu meningkatkan oksigenasi seluler menjadi lebih adekuat dan
8
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

meningkatkan jumlah energi seluler (ATP). Selain URR, yang menjadi indikator
dalam menilai adekuasi adalah nilai Kt/V. Berbeda yang dikatakan oleh
Vaithilingam,I., (2010) bahwa tidak ada pebedaan penghapusan ureum pada
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Pada penelitian ini secara
statistik tidak ditemukan adanya pengaruh range of motion pada nilai Kt/V, hal ini
disebabkan karena rata – rata jumlah cairan yang dikeluarkan 2,2 liter, sehingga
volume cairan yang ada dalam tubuh pasien masih besar, sementara frekuensi
hemodialisa lebih dominan 2 kali seminggu dengan durasi tiap kali hemodialisa
3,8 – 4 jam.
Kondisi ini menunjukkan bahwa proses ultrafiltrasi dan difusi belum
berjalan dengan optimal dan rentang waktu yang agak lama untuk menjalani
hemodialisa selanjutnya sehinggan terbentuk dan tidak didukung dengan
pembatasan diet dan kesadaran responden terhadap pembatasan cairan sehingga
terjadi penumpukan sisa metabilisme yang semakin banyak. Hal tersebut
berakibat pada perhitungan nilai adekuasi pasca hemodialisa. Oleh karena V
(volume distribusi cairan) dan berat badan kering yang menjadi pembilang
mempunyai nilai yang cukup besar sehingga perhitungan akhirnya diperoleh nilai
adekuasi yang kecil (Chayati, 2014).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Malekmakan (2010), dikatakan
bahwa Kt/V signifikannya lebih tinggi pada mereka yg mendapatkan 3 kali
seminggu dibandingkan 2 kali perminggu. Perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri, 2003)menyatakan dosis HD yang ideal adalah 10 – 15 jam/minggu yang
diberikan 2 – 3 kali perminggu dengan lama HD antara 4 – 5 jam perkali HD.
TargetKt/V yang ideal adalah 1,2 (URR 65%) untuk pasien yang menjalani
HD3X/minggu dengan lama HD antara 4 – 5 jam perkali HD.
Dewantari, dkk (2013) melakukan penelitian pada 43 partisipan yang
ditentukan menggunakan metode consecutive sampling, mengukur kolerasi
asupan makan (energi dan protein ) diukur dengan semi quantitative food
frequency quetionnare (SQFFQ) dan indeks massa tubuh dengan adekuasi
hemodialisis didapatkan dengan menggunakan rumus logaritma kt/v.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa adekuasi hemodialisis dan
asupan energi memiliki hubungan positif yang bermakna secara statistik, dengan
9
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

korelasi sedang (p=0,001; r=0,524). Artinya semakin tinggi nilai adekuasi


hemodialisis maka semakin tinggi pula asupan energinya. Hal ini sesuai dengan
teori yang ada, apabila pasien menjalani hemodialisis yang adekuat, maka asupan
energinya pun baik (NKF-K/DOQI, 2000).
Terjadi bersihan ureum yang optimal pada hemodialisis adekuat, sehingga
sindroma uremia yang menyebabkan anoreksia, mual, muntah dan sebagainya bisa
teratasi dan asupan makan pasien tidak terganggu.Untuk uji korelasi adekuasi
hemodialisis dan asupan protein didapatkan bahwa kedua variabel memiliki
hubungan positif yang bermakna secara statistik, dengan korelasi sedang
(p=0,001; r=0,530). Artinya semakin tinggi nilai adekuasi hemodialisis maka
semakin tinggi pula asupan proteinnya. Sebagian besar responden menjalani
hemodialisis yang inadekuat namun memiliki asupan protein yang cukup. Hal ini
mungkin dipengaruhi oleh kecukupan protein yang bukan berasal dari protein
dengan nilai biologis yang tinggi seperti yang direkomendasikan oleh NKF-
K/DOQI (2000).
Untuk uji korelasi adekuasi hemodialisis dan indeks massa tubuh
didapatkan bahwa kedua variabel memiliki korelasi negatif yang bermakna secara
statistik, dengan korelasi lemah (p=0,015; r=0,367). Artinya semakin tinggi
adekuasi hemodialisis maka IMT nya semakin rendah. Hal tersebut dikaitkan
dengan sindroma uremia yang menyebabkan anoreksia, mual, muntah pada pasien
yang menjalani hemodialisis inadekuat. Keadaan ini menyebabkan pasien
cenderung menghindari makanan yang menyebabkan mual, dalam hal ini protein
(telur dan ikan) dan menggantinya dengan makanan berenergi tinggi (biskuit dan
roti). Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang berkepanjangan maka akan
menyebabkan IMT pasien meningkat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
Junaidi (2009) bahwa terjadi peningkatan IMT pada 55,5% pasien HD di RSCM
Jakarta.
Selain itu, faktor lain yang ikut berpengaruh adalah luas permukaan tubuh,
dimana pasien yang memiliki IMT rendah cenderung memiliki luas permukaan
tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan pasien yang memiliki IMT tinggi.
Hal ini menyebabkan bersihan ureum dengan waktu yang sama akan lebih optimal
terjadi pada pasien dengan luas permukaan tubuh yang lebih kecil.
10
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

Selain itu, yuwono (2013) dalam penelitiannya pada 43 responden yang


dibagi menjadi tiga kelompok (QB 150, QB 170, QB 200) dilakukan penelitian
untuk mengetahui perbedaan nilai URR pada masing-masing kelompok. Ureum
merupakan sampah organik dari sisa metabolisme tubuh yang tidak dapat
dibersihkan oleh ginjal karena ginjal
mengalami gangguan yang bisa muncul saat fungsi ginjal dibawah 50%
(Meyer & Hostetter, 2007). Salah satu tujuan proses hemodialisis adalah
membuang nitrogen
sebagai sisa dari proses metabolisme dalam tubuh (Levy, dkk.,2004) Kadar
ureum dalam darah dipengaruhi oleh asupan protein, katabolisme dan kemampuan
reasorbsi tubular ginjal. Kadar ureum tidak bisa dijadikan ukuran tentang fungsi
filtrasi ginjal (Schrier, 2008). Hasil ureum setelah hemodialisis yang masih tinggi
akan mengakibatkan beberapa masalah seperti malnutrisi yang akan berdampak
pada penurunan kadar Hb, mudah terinfeksi dan sistem kekebalan yang menurun
(Daugirdas, Blake & Ing , 2007).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan ureum yang
tertinggi adalah pada kelompok sampel dengan QB 200 ml/menit yaitu sebesar
12,1 mg/dl. Sedangkan ratarata penurunan ureum terendah ada pada kelompok
sampel dengan QB 150 ml/menit yaitu sebesar 89,4 mg/dl. Penurunan kadar
ureum saat proses hemodialisis dipengaruhi oleh jenis dan luas membran
dialyzer, lama waktu hemodialisis, QB, quick of dialysate, makan saat proses
hemodialisis dan bekuan darah di dialyzer atau blood line. (Chowdhury, dkk.,
2011; Eknayon,dkk., 2002; Borzou, dkk., 2009; PERNEFRI, 2003; Abbas & Al
Salihi, 2007; Kara & Acikel, 2009; Brimble, ,dkk., 2003).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaturan QB berperan penting
dalam penurunan ureum Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata RRU dari
QB 200 ml/menit adalah 66,3%. RRU dari QB 175 ml/menit adalah RRU 64,2%
dan QB 150 ml/menit mendapatkan RRU 52,0%. Semakin tinggi QB maka RRU
semakin tinggi yang artinya semakin banyak ureum yang terbuang. Secara
statistik ada perbedaan nilai RRU antara QB 150 ml/menit dengan 175 ml/menit
dan 200 ml/menit. Akan tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna RRU QB 175
ml/menit dan 200 ml/menit.
11
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

Penelitian ini mendapatkan hasil ada pengaruh yang signifikan antara


pengaturan QB 150 ml/menit dengan 175 ml/menit dan 200 ml/menit. Akan tetapi
tidak ada pengaruh yang bermakna pada pengaturan QB 175 ml/menit dan 200
ml/menit. Hasil penelitian ini sesuai dengan rekomendasi dari PERNEFRI (2003)
yaitu QB minimal adalah 200 ml/menit agar tercapai RRU minimal 65%.
Daugirdas.,dkk, (2007) merekomendasikan bahwa pengaturan QB disesuaikan
dengan berat badan yaitu QB = 4 x berat badan. QB yang paling berpengaruh
adalah QB 200 ml/menit. Bila dilihat dari pengaturan QB maka pengaturan QB
pada angka 200 ml/menit hampir setara dengan 4 x rata-rata berat badan
predialisis. Hasil penelitian dari QB 150 ml/menit dan 175ml/menit keduanya
belum mencapai RRU yang disarankan karena berat badan rata-rata dari sampel
adalah 54,8 kilogram, sehingga QB yang harus diatur adalah 219,2 ml/menit atau
220 ml/menit. QB 200 ml/menit adalah angka yang paling mendekati nilai 220
ml/menit. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengaturan QB yang
disesuaikan dengan berat badan predialisis adalah QB yang bisa mencapai RRU
sebesar 65%.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Haghighi et al
(2018) pada 22 responden yang terdiri dari 4 kelompok perlakuan yaitu metode
rutin, meningkatkan QB, profilling QD, profilling semua parameter di peroleh
hasil sebagai berikut.
Nilai rata-rata kecukupan dialisis dalam kondisi rutin adalah adalah 0,834
± 0,22, yang meningkatkan metode aliran darah ke 1,19 ± 0,45 dan dalam profil
bertahap aliran cairan dialisis mencapai 1,07 ± 0,35. Uji ststistik berasangan
menunjukan perbedaan statistik yang signifikan antara rata-rata nilai kecukupan
dialisis dalam sesi rutin dengan masing-masing metode. Tidak ada perbedaan
yang signifikan antara nilai rata-rata kecukupan dialisis metode aliran darah
meningkat dan profil bertahap dngan aliran cairan dialisat sesuai deengan uji t
berpasangan dan koreksi Bonferoni.
Persentase frekuensi hippotensi dalam sesi nrutin adalah 9,1% yang
meninjgkat menjadi 18,2% dalam metode meningkatkan aliran darah, tetapi hasil
tes Cochran menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik. Persentase frekuensi sakit kepala adlah 31,8% dimetode rutin dan dalam
12
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

metode peningkatan aliran darah dan profil bertahap aliran dialisat meningkat
menjadi 36,4% dan 63,4%, hasil ini menunjukan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara metode rutin dengan peningkatan aliran darah dan profil
bertahap cairan dialisat selama proses hemodialisis. Presentase frekuesi kram otot
adalah 9,18% di metode rutin yang meningkat menjadi 45,5% pada metode
peningkatan aliran darah dan profil bertahap aliran dialisat, yang menunjukan ada
perbedaan yang signifikan antara metode rutin dengan peningkatan alirana darah
dan profil cairan dialisat dalam hal frekuensi kram otot. Presentase frekuensi mual
adalah 18,2% merupakan 4 pasien dalam metode rutin yang mengalami mual,
hasil penelitian dalam metode peningkatan aliran darah dan profil cairan dialisat
menunjukan adanya penurunan menjadi 4,5% yang merupakan 1 pasien yang
mengalami mual pada saat menggunakan metode peningkatan aliran darah dan
profil cairan dialisat. Hasil dari tes Cochran menunjukjan tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik dalam hal frekuensi mual selama hemodialisis.

13
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

TABEL 3. 1
KESIMPULAN DARI KARAKTERISTK UTAMA PADA 4 ARTIKEL YANG DIGUNAKAN PADA LITERATUR REVIEW
Judul Penulis Sampling Jumlah Metode Stimulus Hasil Penelitian
(Tahun) Sampel
Evaluasi Fitria Random 14 Quasi Range of Motions  Terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai URR
perubahan Hasanudin sampling Experiment,  Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai kt/v
adekuasi (2017) Komparatif
Hemodialisis kuantitatif
pada pasien
gagal ginjal
kronik yang
diberikan Range
of Motion
Hubungan Dewantari, Purposive 43 Komparatif Asupan makanan,  Terdapat kolerasi positif antara adekuasi HD dengan
adekuasi Taruna A, sampling Kuantitatif, Indeks Masa asupan energi (p=0,001, r=0,524)
Hemodialisis Anggraini, Quasi Tubuh  Kolerasi negatif antara adekuasi HD dengan IMT (p=0,015,
dengan asupan Dilangga P Experimen r=0,367)
makan dan (2013)
indeks masa
tubuh pasien
GGK yang
menjalani HD di
RSUD Abdul

14
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

Moeloek Bandar
Lampung
A comparation of Maryam, Purposive 22 Quasi metode rutin, Terdapat peningkatan aliran darah dan aliran cairan dialisis
adequacy and Maliheh, sampling Experimental, meningkatkan dalam metode bertahap mengarah kepeningkatan kecukupan
complications of Fahime (2018) Komparasi QB, profilling dialisis, tetapi mereka tidak aman karena komplikasi dan efek
hemodialysis: A QD, profilling sampingnya.
quasi- semua parameter
experimental
study
Pengaturan Imam Hadi Consecutive 43 Survey QB 150, QB 175, ada pengaruh yang signifikan antara pengaturan QB 150
Kecepatan Aliran Yuwono, sampling analitik QB 200 ml/menit dengan 175 ml/menit dan 200 ml/menit. Akan tetapi
Darah (Quick Of Yunie Komparasi tidak ada pengaruh yang bermakna pada pengaturan QB 175
Blood) terhadap Armiyati, ml/menit dan 200 ml/menit
Rasio Reduksi Chanif (2013)
Ureum pada
Pasien Penyakit
Ginjal Kronik
Yang Menjalani
Hemodialisis di
Unit
Hemodialisis
RSUD Kota
Semarang

15
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

BAB IV
STUDI KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Pasien
Nama : Tn.W
Umur : 09-04-1970 / 49 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Sumber Informasi : Pasien
Diagnosa medis : CKD stage V ec Hipertensi Kidney Disease
Penanggung
Nama : Wasiti
Hubungan dengan pasien : Istri
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
 Keluhan utama ( saat MRSdan saat ini)
Klien mengatakan tidak ada keluhan
 Riwayat perjalanan penyakit
Klien menjalani hemodialisa sejak tahun 2016, diagnosa CKD stage V
setelah datang dengan keluhan bengkak seluruh tubuh dan sesak nafas.
3. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama.
4. Riwayat dan data dialisis (lama HD kendala atau komplikasi dll)
Resep HD:
Time Dialysis (TD) : 5 jam
BB Kering : 74.5 Kg
Qb : 220 ml/menit
Qd : 500 ml/mnt
Heparin : 1000 unit/jam
16
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

5. Pemeriksaan penunjang
Tanggal 09-05-2019
Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
Glukosa Sewaktu 107 <140
Protein Total 7,4 6,4 – 8,2
Albumin 3,3 3,4 – 5,0
Fe 47 65 – 175
TIBC 216 250 – 450
Saturasi Transferin 21
Tanggal 08-04-2019
Jenis Pemeriksaan Nilai Nilai Normal
Ureum pre/post 114/47.6 15-39
Kreatinin pre/post 14/6.56 0,8 – 1,3
Natrium 135 135 – 145
Kalium 4.2 3.5 – 5.1
Kalsium ion 5.00 4.5 – 5.6

6. Pemeriksaan Gizi MIS 6, pada tanggal 13-05-2019.

B. Adekuasi Dialisis
1. Adekuasi HD (kt/v)
Klirens : 198
Time : 5 jam = 300 menit
Volume : 74,5 kg x 60% = 44,7 kg = 44.700 ml
𝑘. 𝑡 198 × 300 59.400
𝐴𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐷 = [ ]= [ ]=[ ] = 1.32
𝑣 44.700 44.700

Analisis Adekuasi
Apabila target adekuasi 1,8 maka dapat disimpulkan bahwa resep pasien
tidak tercapai. Yang dapat dilakukan:
a. Menaikan QB / mengganti dializer

17
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

𝑘.𝑡
𝐴𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐷 = [ 𝑣 ] = 1,8
𝐴𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 . 𝑣 1,8 × 44.700 80.460
𝑘=[ ]=[ ]=[ ] = 268,2
𝑡 300 300
Dengan menggunakan dializer Elisio 15 H untuk mendapatkan klirens
268,2 diperlukan Qb/Qd = 300/500 = 278

b. Memanjangkan waktu
𝑘. 𝑡
𝐴𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐷 = [ ] = 1,8
𝑣
𝐴𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 . 𝑣 1,8 × 44.700 80.460
𝑡=[ ]=[ ]=[ ] = 406 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
𝑘 198 198
𝒕 = 𝟔 𝒋𝒂𝒎 𝟒𝟔 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

c. Menurunkan berat badan


𝑘. 𝑡
𝐴𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 𝐻𝐷 = [ ] = 1,8
𝑣
𝑘. 𝑡 198 × 300 59.400
𝑣=[ ]=[ ]= [ ] = 33.000 𝑚𝑙
𝑎𝑑𝑒𝑘𝑢𝑎𝑠𝑖 1,8 1,8
𝒗 = 𝟓𝟓 𝒌𝒈

2. Adekuasi Kt/v Sp
Sebagai berikut (Singel pool Kt/V):
𝑠𝑝𝐾𝑡
= [−𝑙𝑛(𝑅 − 0,008 × 𝑡)] + [(4 − 3,5 × 𝑅) × ( 𝑈𝐹 ⁄𝑊 )]
𝑣
𝑠𝑝𝐾𝑡
= [−𝑙𝑛(0,42 − 0,008 × 5)] + [(4 − 3,5 × 0,42) × ( 1,5⁄72,5 )]
𝑣
𝑠𝑝𝐾𝑡
= [−𝑙𝑛(0,42 − 0,04)] + [(4 − 1,47) × (0,02)]
𝑣
𝑠𝑝𝐾𝑡
= [−𝑙𝑛(0,38)] + [(2,53) × (0,02)]
𝑣
𝑠𝑝𝐾𝑡
= [−𝑙𝑛(0,38)] + [0,05]
𝑣
𝑠𝑝𝐾𝑡
= 1,01
𝑣

18
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

3. URR
𝑈𝑟𝑒𝑢𝑚𝑝𝑟𝑒 − 𝑈𝑟𝑒𝑢𝑚𝑝𝑜𝑠𝑡 114−47,6 66,4
𝑈𝑅𝑅 = [ 𝑈𝑟𝑒𝑢𝑚𝑝𝑟𝑒
]=[ 114
] = [ 114 ] = 58,2% r

Analisis:
Dibandingkan dengan standar adekuasi 3x seminggu sebesar >80%, dapat
disimpulkan bahwa pasien tidak adekuat

4. Berdasarkan Hirarki Adekuasi

Berdasarkan hirarki tersebut penulis mencoba mengajukan beberapa point


pertanyaan kepada pasien, sebagai berikut:
a) Fundamental program
Program Hasil Normal Interpretasi
Hemoglobin 10,3 14-17,4 Kurang
Iron 47 65-175 Kurang
Kt/V 1.32 1.8 Kurang
URR 58.2% 80% Kurang
Kenaikan BB 4% 3-5% Normal
Sodium 135 135-145 Normal
CVC >7cm >7cm Normal
Albumin 3.3 3.4-5.0 Kurang
PTH - - Tidak diperiksa
Calcium 5 4.5-5.6 Normal
Phosphor 5 2.5-4.9 Lebih

b) Complex programs
 Fluid overload: pasien mengalami asites

19
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

 CVD: pasien tidak mempunyai gangguan jantung (tidak ada data


pemeriksaan EKG)
 Medical management: resep sesuai dengan yang dilapangan
 Infection: HbSAg (+), tidak ada riwayat paru, HIV (-)
 Diabetes: tidak ada
 Safety: Pasien merasa aman, tidak pernah terjatuh
 Limb loss: ada penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir
 Depression: berdasarkan GDS-15 = 2 (tidak ada depresi)
 MBD management: calos rutin diminu
 Missed tx: tidak pernah terjadi
 EOL care: pasien sudah menerima penyakitnya

c) Measures of Effectiveness
 Mortality
Pasien HbSAg (+)
 Hospitalization
Pasien tidak pernah dirawat 1 tahun terakhir
 Pt.Experience
Selama menjalani hemodialisa pasien merasa nyaman, pasien
merasa kondisi sekarang lebih baik dari pertama, namun serang
pasien mengalami asites yang cukup membuat pasien tidak nyaman.
d) HRQoL
Penulis tidak melakukan pengkajian HRQoL berdasarkan kuestioner,
namun selama berbincang dengan pasien, pasien merasa puas dengan
hidupnya.

Keterangan:
Normal

20
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Berdasarkan beberapa jurnal yang terkait dengan adekuasi dan dialisis

diperoleh hasil bahwa sebanyak 4 jurnal penelitian menyebutkan beberapa faktor

yang mempengaruhi adekuasi hemodialisa. Berdasarkan jurnal tersebut, faktor

yang mempengaruhi adekuasi dialisis diantaranya Range of motion, asupan

makan, indeks massa tubuh, quick of blood (QB), serta melakukan profilling

aliran dialisat.

4.2 Rekomendasi

Hasil literature review ini diharapkan dapat menjadi data dasar dalam proses

pemberian intervensi pada pasien CKD on HD sehingga diharapkan dapat

meningkatkan adekuasi hemodialisa yang pada akhirnya meningkatkan kualitas

hidup pasien. Selain itu, dapat menambah pengembangan ilmu pengetahuan

terkait adekuasi dan dialisis.

21
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

DAFTAR PUSTAKA
Cronin, Patricia., Ryan, Frances., Coughlan, Michael. (2008). Undertaking a
Literature Review : Step-by-step approach. British Journal of Nursing,
Vol. 17, No. 1.
Cruz MC, Andrade C, Urrutia M, Draibe S, Noguiera-Martins LA, Sesso RC.
(2011). Quality of Life in Patients with Chronic Kidney Disease. Clinics.
66(6):991-5.
Dewantari, et al. (2013). Hubungan Adekuasi Hemodialisis Dengan Asupan
Makandan Indeks Massa Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronikyang
Menjalani Hemodialisis Di Rsud Abdul Moeloekbandar Lampung. ISSN
2337-3776. 60-68.
Frenesius Medical Care. (2011). ESRD Patients in 2011 A Global Perspective.
Frenesius Medical Care. Jerman: Fresensius Medical Care Deustchland
GmbH.
Haghighi, et al. (2018). A comparison of adequacy and complications of
hemodialysis: A quasiexperimental study. Biomedical Research 2018; 29
(17). 3389-3394.
Hasanuddin, F. (2017). Evaluasi perubahan Adekuasi hemodialisa pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang diberikan Range of Motion. Jurnal Mitra Sehat,
Volume VII Nomor 1. 12-21.
Himmelfarb J, Ikizler TA. (2010). Hemodialysis. N Engl J Med. 363(19):1833-45.
National Kidney Foundation. (2006). KDOQI Clinical Practice Recommendations
for 2006 Updates: Hemodialysis Adequacy, Peritoneal Dialysis Adequacy,
Vascular Access, Am J Kidney Dis 48:S1-S322.
Organization Kidney International. (2009). KDIGO Clinical Practice Guideline
for Disease-Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD). Retrieved April 25,
2019, from Nature Sustainability:
http://www.nature.com/ki/journal/v76/n113s/full/ki2009189a.html
Pourvarziani, Vahid. (2008). Laboratory Variables and Treatment Adequacy in
Hemodialysis Patients in Iran. Saudi Journal of Kidney Disease and
Transplantation. 19(5):842-6.
Rahman AR, Rudiansyah M, Triawanti. (2013). Hubungan antara Adekuasi
Hemodialisis dan Kualitas Hidup Pasien di RSUD Ulin Banjarmasin. .
9(2):151-9.
Shdaifat, & Manaf. (2012). Quality of Life of Caregivers and Patients Undergoing
Haemodialysis at Ministry of Health, Jordan. Int J Appl Sci and Tech. 2(3),
75-86.
The Lancet. ( 2013). The Global Issue of Kidney Disease. The Lancet. Vol. 382,
101.
Yuwono, et al. (2013). Pengaturan Kecepatan Aliran Darah (Quick Of Blood)
terhadap Rasio Reduksi Ureum pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisis RSUD Kota Semarang.
Prosiding Konferensi Nasional Ppni Jawa Tengah. 138-144

22
Adekuasi Hemodialisa ? : Literature Review 2019

23

Anda mungkin juga menyukai