Anda di halaman 1dari 18

ADEKUASI

HEMODIALISIS
Oleh :
dr. Tsalas

Pembimbing :
dr. Vernawati SpPD KGH
ADEKUASI HEMODIALISIS
• Adekuasi hemodialisis adalah suatu keberhasilan
hemodialisis dengan kecukupan dosis yang
direkomendasikan berhubungan dengan adekuatnya
suatu tindakan hemodialisis pada pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisis , National Kidney
Foundation-Dialisys Outcomes Quality initiative (NKF
DOQI, 2006).
• Pengukuran adekuasi HD :
– 1. Adekuasi Kuantitatif
– 2. Adekuasi Kualitatif
Adekuasi Kuantitatif
• Adekuasi hemodialisis diukur secara kuantitatif dengan
menghitung Kt/V atau URR (Urea Redukction Rate).
• Kedua rumus ini berkaitan dengan keberhasilan membuang
ureum dengan mempertimbangkan nilai ureum dikedua rumus
tersebut.
• Kt/V merupakan perhitungan bersihan ureum dikalikan waktu
dan dibagi volume distribusi ureum didalam cairan tubuh.
• Konsensus dialisis Pernefri (2011) merekomendasikan
penggunaan rumus turunan pertama Kt/V untuk menentukan
dosis hemodialisis berikutnya (delivery dose).
Kt/V
URR (Urea Redukction Rate)
• Kidney-Dialysis Outcome Initiative, K/DOQI (2006)
memberikan petunjuk tentang dosis adekuasi minimal dan
target dosis adekuasi pada pasien hemodialisis 3 kali
seminggu dengan waktu kurang dari 5 jam tiap kali
tindakan hemodialisis.
• Dosis adekuasi minimal yang disarankan adalah hasil
Kt/V 1,2 atau URR 65%tiap kali tindakan hemodialisis.
Adekuasi Kualitatif

1. Status gizi
2. Tekanan Darah
• Yogiantoro (2006) menjelaskan
bahwa hipertensi dengan
gangguan ginjal dapat
dikelompokkan, yaitu :
• (1) hipertensi penyakit
glomelurus akut yaitu hipertensi
yang terjadi karena penumpukan
Natrium sehingga menyebabkan
hipervolemia.
• (2) penyakit vaskuler dimana
hipertensi terjadi karena iskemia
sehingga merangsang sistem
renin angiotensin aldosteron
(RAA).
3. Anemia
• Ginjal mempunyai fungsi • Kondisi lain yang dapat
menghasilkan eritopoitin untuk menyebabkan anemia pada pasien
pembentukkan sel darah merah. gagal ginjal terminal yang menjalani
• Kegagalan fungsi ginjal hemodialisis adalah kehilangan
darah akibat disfungsi platelet,
berdampak pada pembentukkan serta kurangnya intake nutrisi.
sel darah merah • MenurutWHO (2003) dalam buku
• Proses hemodialisis Sukandar (2013) anemia
berkonntribusi kepada hilangnya diklasifikasikan menjadi anemia
besi intradialisis, normalnya, kita ringan bila Hb10-11.9 bagi pasien
kehilangan besi 1-2 mg per hari, dewasa dan nilai Hb 10-10.9 g/dl
namun kehilangan besi pada pada ibu hamil dan anak-anak,
pasien-pasien dialisis 10-20 kali anemia sedang bila kadar Hb7-9.9
lebih banyak (Iseki & Kohagura, g/dl dan anemia berat pada kadar
2007). Hb kecil dari 7 g/dl.
4.Sindrom Uremia
• Kegagalan eksesi ureum akan menyebabkan penumpukkan ureum
didalam tubuh melebihi batas normal (> 40; nilai normal 20-40
mg/dl).
• Penumpukkan ureum pada beberapa organ akan menyebabkan :
1. Gejala kekeringan di area mulut (xerostomia)
2. Peningkatan rangsangan haus
3. Anoreksia
4. Ulserasi di mukosa gaster dan duodenum,
5. Pruritus.
Pada tingkat yang lebih lanjut dapat menyebabkan enselopati
uremikum, gangguan koagulasi, keseimbangan asam basa (Sukandar,
2013).
5.Peningkatan Berat Badan Interdialisa
• Peningkatan berat badan interdialisis adalah perhitungan
yang paling penting bagi pasien gagal ginjal terminal
dalam menjalanin terapi hemodialisis.
• Pasien dengan peningkatan berat badan interdialisis lebih
dari 5% akan berdampak kepada kondisi sesak nafas,
edem paru, edem perifer.
6.Kadar Kalsium dan Fosfat
• Pasien gagal ginjal terminal mengalami kondisi penurunan
absorbsi kalsium melalui usus dan gangguan mobilisasi
kalsium dari tulang dan hiperfosfatemia.
• Kondisi metabolisme kalsium dan fosfor akan berkontribusi
terhadap kondisi kalsifikasi pada tulang, dan pembuluh darah
diseluruh tubuh, bila terjadi pada area vital akan menyebabkan
perburukkan prognosis pasien, seperti terjadi kalsifikasi aorta
atau pembuluh darah jantung dan otak.
• Nilai normal fosfat adalah 2.40 -5.10 mg/dl dan pada pasien
gagal ginjal dapat mencapai nilai diatas nilai tersebut.
7.Psikososial
• Adekuasi hemodialisis dapat diketahui dengan indikator
psikososial. Indikator psikososial meliputi rehabilitasi
pribadi; keluarga dan profesi; dan kualitas hidup yang
memadai.
• Kondisi kesehatan pasien yang optimal menyebabkan
hubungan timbal balik dengan status psikosial pasien.
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Adekuasi

1. Lama Waktu dan Interval • Pelaksanaan hemodialisis


Dialisis bisa dilakukan dengan
frekuensi 3 kali seminggu
• K/DOQI (2006) sepakat maka waktu lamanya
menetapkan bahwa waktu dialisis 4-5 jam dalam satu
dialisis per minggunya 10- sesi dan bila pelaksanaan
15 jam perminggu. hemodialisis dilakukan
dengan frekuensi 2 kali
seminggu maka waktu
yang dibutuhkan adalah 5-
6 jam.
2. Luas Permukaan Dializer 3. Volume Cairan Tubuh
• Dializer yang memiliki • Semakin besar ukuran
high flux, yaitu dializer tubuh seseorang akan
yang mempunyai luas semakin besar juga
permukaan membran volume cairan tubuh
yang besar, mempunyai (Daugirdas, 2008 & Will,
pori- pori besar yang 2009).
dapat melewatkan
molekul yang lebih besar,
dan mempunyai
permeabilitas yang tinggi
terhadap air.
4. Kecepatan Aliran Dialisat (Qd) 5. Kecepatan Aliran Darah (Qb)
• Daugirdas (2007). Jika Qd • Kecepatan aliran darah (Quick of
Blood, Qb) adalah jumlah volume
semakin dinaikkan maka darah yang dapat dialirkan dalam
efisiensi difusi ureum dari satuan waktu (mL/menit).
kompartemen darah ke • Kecepatan aliran darah (Qb) sangat
kompartemen dialisat semakin berpengaruh pada akses vaskuler
cepat. yang baik guna mendapatkan
• Qd biasanya diatur pada kecepatan aliran darah yang
maksimal >200 ml/menit (Konsensus
kecepatan 500 mL/menit. Qd Pernefri, 2011& Roesli, 2006).
800 mL/menit dapat • Qb dapat ditingkatkan perlahan,
meningkatkan bersihan ureum monitoring setiap jam.
sebanyak 12% apabila • Pengaturn kecepatan aliran darah
menggunakan dializer efisiensi (Qb) dapat ditentukan bedasarkan
tinggi dan Qb lebih dari 350 berat badan pasien yaitu 4 kali berat
badan pasien.
mL/menit (Daugirdas, 2007).
Lanjutan
• Kim, JC, et. all (2010) • Menurut Borzou (2009)
mengatakan penelitian terhadap mengemukakan bahwa pada
36 responden hemodialisis yang penelitian 42 responden hemodialisis
yang dibagi menjadi 2 kelompok
di tingkatkan kecepatan aliran
dengan pengaturan Qb yang
darah (Qb) nya 15% pada berbeda, yaitu dengan kecepatan 200
responden dengan berat badan ml/menit dan 250 ml/menit, hasilnya
<65 kg dan 20% pada pasien pada pasien dengan Qb 200 ml/menit
dengan berat badan >65% kg, sebanyak 16,7%, mencapai Kt/V >1,3
hasilnya menunjukan bahwa dan URR >65% sedangkan pada
peningkatan Qb secara bertahap pasien dengan Qb 250 ml/menit
dapat meningkatkan adekuasi sebanyak 26,2% pasien mencapai
Kt/V >1. 3 dan URR >65%.
hemodialisis.
6. Akses Vaskuler
• Menurut Pernefri (2006) dan Daugirdas(2007), akses
vaskuler ada 2 tipe tusukan yaitu tusukan vaskuler
sementara dan permanen.
• Akses vaskuler cimino merupakan akses yang
direkomendasikan untuk akses bagi pasien hemodialisis.

Anda mungkin juga menyukai