Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATALAKSANA KASUS DIABETES MELITUS


TIPE 2

1
Diabetes Mellitus Tipe 2
No. ICPC-2 : T90 Diabetes non-insulin dependent
No. ICD-10 : E11 Non-insulin-dependent diabetes mellitus

Pengertian Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association


(ADA) adalah kumulan gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat
defek pada kerja insulin (resistensi insulin) dan sekresi insulin atau
kedua-duanya.
Hasil Anamnesis Keluhan
(Subjective) 1. Polifagia
2. Poliuri
3. Polidipsi
4. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya

Keluhan Tidak Khas


1. Lemah
2. Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas)
3. Gatal
4. Mata kabur
5. Disfungsi ereksi pada pria
6. Pruritus vulvae pada wanita
7. Luka yang sulit sembuh

Faktor Risiko
1. Berat badan lebih dan obese (IMT ≥ 25 kg/m2)
2. Riwayat penyakit DM di keluarga
3. Mengalami hipertensi (TD ≥ 140/90 mmHg atau sedang dalam terapi
hipertensi)
4. Riwayat melahirkan bayi dengan BBL > 4000 gram atau pernah
didiagnosis DM Gestasional Perempuan dengan riwayat PCOS
(polycistic ovary syndrome)
5. Riwayat GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)/ TGT (Toleransi
Glukosa Terganggu)
6. Aktifitas jasmani yang kurang
Hasil Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan 1. Penilaian berat badan
Fisik 2. Mata : Penurunan visus, lensa mata buram
sederhana 3. Extremitas : Uji sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
(Objective)
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 1. Gula Darah Puasa
penunjang 2. Gula Darah 2 jam Post Prandial
sederhana 3. Urinalisis
(Objective)
Penegakan Diagnosis Klinis
Diagnosis Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
(Assessment) 1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu
merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhir atau
2. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa
diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
atau
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)>
200 mg/ dL (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard WHO,
menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang dilarutkan
dalam air.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
maka dapat digolongkan ke dalam kelompok Toleransi Glukosa
Terganggu (TGT) atau Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung

2
dari hasil yang diperoleh. Kriteria gangguan toleransi glukosa:
1. GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa
didapatkan antara 100–125 mg/dl (5,6–6,9 mmol/l)
2. TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO kadar glukosa
plasma 140–199 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
(7,8 -11,1 mmol/L)
3. HbA1C 5,7 -6,4%

Komplikasi
1. Akut: Ketoasidosis diabetik, Hiperosmolar non ketotik, Hipoglikemia
2. Kronik: Makroangiopati, Pembuluh darah jantung, Pembuluh darah
perifer, Pembuluh darah otak
3. Mikroangiopati: Pembuluh darah kapiler retina, pembuluh darah
kapiler renal
4. Neuropati
5. Gabungan: Kardiomiopati, rentan infeksi, kaki diabetik, disfungsi
ereksi
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
komprehensif Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan modifikasi gaya hidup
(Plan) dan pengobatan (algoritma pengelolaan DM tipe 2)

Gambar 1.1 Algoritme Diagnosis Diabetes Mellitus Tipe 2

3
Gambar 1.2 Algoritma Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 Tanpa
Komplikasi

Catatan: Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin


bersifat individual tergantung kondisi pasien dan sebaiknya
mengkombinasi obat dengan cara kerja yang berbeda.

Dosis OHO
Cara Pemberian OHO, terdiri dari:
1. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap
sesuai respon kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis
optimal.
2. Sulfonilurea: 15 –30 menit sebelum makan.
3. Metformin : sebelum/ pada saat/ sesudah makan.
4. Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan
pertama.

Penunjang Penunjang
1. Urinalisis
2. Funduskopi
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
4. EKG
5. Xray thoraks
Rencana Tindak Tindak lanjut adalah untuk pengendalian kasus DM berdasarkan
Lanjut parameter berikut:

4
Tabel 1.1 Kriteria Pengendalian DM (Berdasarkan Consensus DM)

Angka-angka laboratorium di atas adalah hasil pemeriksaan plasma


vena.
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh
dan plasma vena
Asuhan keperawatan bagi pasien yang mengalami diabetes mellitus tipe
2 maka perlu dilakukan pengkajian dan perencanaan asuhan
keperawatan baik yang bisa dilakukan di Rumah Sakit maupun di
rumah/keluarga sekaligus.
1. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Nutrisi dan Manajemen Hiperglikemia
Cairan (L.03115)
Diagnosa : D. 0027
Ketidakstabilan Kadar INTERVENSI
Glukosa Darah 1. Observasi
a. identifikasi kemungkinan
Penyebab : penyebab hiperglikemia
a. Hiperglikemia b. identifikasi situasi yang
- disfungsi pankreas menyebabkan kebutuhan
- resistensi insulin insulin meningkat, (mis.
- gangguan toleransi penyakit kambuhan)
glukosa darah c. monitor kadar glukosa
- gangguan glukosa darah, jika perlu
darah puasa d. monitor tanda dan gejala
b. Hipoglikemia hiperglikemia (mis. poliuria,
- penggunaan insulin polidipsia, polifagia,
atau obat glikemik kelemahn, malaise
oral pandangan kabur, sakit
- hiperinsulinemia (mis. kepala)
insulinoma) e. monitor intake dan output
- endokrinopati (mis. cairan
kerusakan adrenal f. monitor keton urin, kadar
atau pituitari) analisa gas darah, elektrolit,

5
- disfungsi hati tekanan darah ortostatik
- disfungsi ginjal kronis dan frekuensi nadi
- efek agen 2. Terapeutik
farmakologis a. berikan asupan cairan oral
- tindakan b. konsultasi dengan medis
pembedahan jika tanda dan gejala
Neoplasma hiperglikemia tetap ada atau
- gangguan metabolik memburuk
bawan (mis. c. fasilitasi ambulasi jika ada
gangguan hipotensi ortostatik
penyimpanan 3. Edukasi
lisosomal, a. anjurkan menghindari
galaktosemia, olahraga saat kadar glukosa
gangguan darah lebih dari 250 mg/dL
penyimpanan b. anjurkan monitor kadar
glikogen) glukosa darah secara
Gejala dan Tanda Mayor : mandiri
Subjektif c. anjurkan kepatuhan
a. hipoglikemia :mengantuk terhadap diet dan olahraga
, pusing d. ajarkan indikasi dan
b. hiperglikemia : lelah atau pentingnya pengujian keton
lesu urin, jika perlu
Objektif e. ajarkan pengelolahan
a. Hipoglikemia diabetes (mis. penggunaan
- gangguan koordinasi insulin, obat oral, monitor
- kadar glukosa dalam asupan cairan, penggantian
darah /urin rendah karbohidrat dan bantuan
b. hiperglikemia profesional kesehatan)
- kadar glukosa dalam 4. Kolaborasi
darah/ urin tinggi a. kolaborasi pemberian
Gejala dan Tanda Minor : insulin, jika perlu
Subjektif b. kolaborasi pemberian cairan
a. hipoglikemia IV, jika perlu
- palpitasi kolaborasi pemberian kalium, jika
- mengeluh lapar perlu
b. hiperglikemia
- mulut kering
- haus meningkat

Objektif
a. hipoglikemia
- gemetar
- kesadaran menurun
- perilaku aneh
- sulit bicara
- berkeringat
b. Hiperglikemia
jumlah urin meningkat
2. Kategori : Lingkungan LUARAN
Subkategori : Keamanan Perawatan Integritas Kulit
dan Proteksi (L.11353)
Diagnosa : D. 0129
Gangguan Integritas Kulit/
Jaringan INTERVENSI
Penyebab : 1. Observasi
a. perubahan sirkulasi a. identifikasi penyebab
b. perubahan status gangguan integritas kulit
nutrisi (kelebihan atau (mis. perubahan sirkulasi,
kekurangan) perubahan status nutrisi,
c. kekurangan/kelebihan penurunan kelembaban,
volume cairan suhu lingkungan ekstrem,
d. penurunan mobilitas penurunan mobilitas)

6
e. bahan kimia iritatif 2. Terapeutik
f. suhu lingkungan yang a. ubah posisi tiap 2 jam jika
ekstrem tirah barih
g. faktor mekanis ( mis. b. lakukan pemijatan pada
penekanan pada area penonjolan tulang, jika
tonjolan tulang, perlu
gesekan)atau faktor c. bersihkan perineal dengan
elektris air hangat, terutama selama
(elektrodiatermi, energi periode diare
listrik bertegangan d. gunakan produk berbahan
tinggi) petrolium atau minyak pada
h. efek samping terapi kulit kering
radiasi e. gunakan produk berbahan
i. kelembapan ringan/ alami dan
j. proses penuan hipoalergik pada kulit
k. neuropati perifer sensitif
l. perubahan pigmentasi f. hindari produk bebahan
m. perubahan hormonal dasar alkohol pada kulit
n. kurang terpapar kering
informasi tentang 3. Edukasi
upaya a. anjurkan menggunakan
mempertahankan/ pelembab (mis. lation,
melindungi integritas serum)
jaringan b. anjurkan minum air yang
Gejala dan Tanda Mayor : cukup
Subjektif c. anjurkan meningkatkan
(tidak tersedia asupan nutrisi
Objektif d. anjurkan meningkatkan
a. kerusakan jaringan dan asupan buah dan sayur
atau lapisan kulit e. anjurkan menghindari
Gejala dan Tanda Minor : terpapar suhu ekstrem
Subjektif f. anjurkan menggunakan
(tidak tersedia) tabir surya SPF minimal 30
Objektif saat berada d luar rumah
a. nyeri anjurkan mandi dan menggunakan
b. perdarahan sabun secukupnya
c. kemerahan
hematoma
3. Kategori : Fisiologis LUARAN
Subkategori : Aktivitas/ Manajemen Energi (L.05178)
Istirahat
Diagnosa : D. 0056 INTERVENSI
Intoleransi Aktivitas 1. Observasi
a. identifikasi gangguan fungsi
Penyebab : tubuh yang mengakibatkan
a. ketidakseimbangan kelelahan
antara suplai dan b. monitor kelelahan fisik dan
kebutuhan oksigen eksternal
b. tirah baring c. monitor pola dan jam tidur
c. kelemahan d. monitor lokasi dan
d. imobilitas ketidaknyamanan selama
e. gaya hidup menoton melakukan aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor : 2. Terapeutik
Subjektif a. sediakan lingkungan
a. mengeluh lelah nyaman dan rendah
Objektif stimulus (mis. cahaya,
a. frekuensi jantung suara, kunjungan)
meningkat >20% dari b. lakukan latihan rentang
kondisi istirahat gerak pasif dan atau aktif
Gejala dan Tanda Minor : c. berikan aktivitas distraksi
Subjektif yang menegangkan
a. dispnea saat / setelah d. fasilitas duduk di sisi tempat

7
aktivitas tidur, jika tidak dapat
b. merasa tidak nyaman berpindah atau berjalan
setelah beraktivitas 3. Edukasi
c. merasa lemah a. anjurkan tirah baring
Objektif b. anjurkan melakukan
a. tekanan darah berubah aktivitas secara bertahap
> 20% dari kondisi c. anjurkan menghubungi
istirahat perawat jika tanda dan
b. gambaran EKG gejala kelelahan tidak
menunjukkan aritmia berkurang
saat/ setelah aktivitas d. ajarkan strategi koping
c. gambaran EKG untuk mengurangi kelelahan
menunjukkan iskemia 4. Kolaborasi
d. sianosis kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan
makanan
4. Kategori : Psikologis LUARAN
Subkategori : Integritas Reduksi Ansietas (L.09314)
Ego
Diagnosa : D. 0080 INTERVENSI
Ansietas 1. Observasi
a. identifikasi saat tingkat
Penyebab : ansietas berubah (mis.
a. krisis situasional kondisi, waktu, stresor)
b. kebutuhan tidak b. identifikasi kemampuan
terpenuhi mengambil keputusan
c. krisis maturasional c. monitor tanda-tanda
d. ancaman terhadap ansietas (verbal dan
konsep diri nonverbal)
e. ancaman terhadap 2. Terapeutik
kematian a. ciptakan suasana terapeutik
f. kekhawatiran mengalami untuk menumbuhkan
kegagalan kepercayaan
g. disfungsi sistem b. temani psien untuk
keluarga mengurangi kecemasan,
h. hubungan orang tua- jika memungkinkan
anak tidak memuaskan c. dengarkan dengan penuh
i. faktor keturunan perhatian
(temperamen mudah d. gunakan pendekatan yang
teragitasi sejak lahir) tenang dan meyakinkan
j. penyalagunaan zat e. tempatkan barang pribadi
k. terpapar bahaya yang memberikan
lingkungan (mis. toksin, kenyamanan
polutan dan lain lain f. motivasi mengidentifikasi
l. kurang terpapar situasi yang memicu
informasi kecemasan
Gejala dan Tanda Mayor : g. diskusikan perencanaan
Subjektif realistis tentang peristiwa
a. merasa bingung yang akan datang
b. merasa khawatir dengan 3. Edukasi
akibat dari kondisi yang a. jelaskan prosedur, termasuk
dihadapi sensasi yang mungkin
c. sulit berkonsentrasi dialami
Objektif b. informasikan secara faktual
a. tampak gelisah mengenai diagnosis,
b. tampak tegang pengobatan dan prognosis
c. sulit tidur c. anjurkan melakukan
Gejala dan Tanda Minor : kegiatan yang tidak
Subjektif kompetitif sesui kebutuhan
a. mengeluh pusing d. anjurkan mengungkapkan
b. anoreksia perasaan dan persepsi
c. palpitasi e. latih kegiatan pengalihan

8
d. merasa tidak berdaya untuk mengurangi
Objektif ketegangan
a. frekuensi napas f. latih penggunaan
meningkat mekanisme perlahanan diri
b. frekuensi nadi meningkat yang tepat
c. tekanan darah g. latih teknik relaksasi
meningkta 4. Kolaborasi
d. diaforesis kolaborasi pemberian obat
e. tremor antiansietas, jika perlu
f. muka tampak pucat
g. suara bergetar
h. kontak mata buruk
i. sering berkemih
berorientasi pada masa lalu
5. Kategori : Perilaku LUARAN
Subkategori : Penyuluhan Edukasi Kesehatan (L.12383)
dan Pembelajaran
Diagnosa : D. 0111 Defisit INTERVENSI
Pengetahuan dan Resiko 1. Observasi
Infeksi a. identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Penyebab : b. identifikasi faktor-faktor
a. keteratasan kognitif yang dapat meningktakan
b. gangguan fungsi dan menurunkan motivasi
kognitif perilaku hidup bersih dan
c. kekeliruan mengikuti sehat
anjuran
d. kurang terpapar 2. Terapeutik
informasi a. sediakan materi dan media
e. kurang minat dalam pendidikan kesehatan
belajar b. jadwalkan pendidikan
f. kurang mampu kesehatan sesuai
mengingat kesepakatan
g. ketidaktahuan c. berikan kesempatan untuk
menemukan sumber bertanya
informasi 3. Edukasi
Gejala dan Tanda Mayor : a. jelaskan faktor resiko yang
Subjektif dapat mempengaruhi
a. menanyakan masalah kesehatan
yang dihadapi b. ajarkan perilaku hidup
Objektif bersih dan sehat
a. menunjukkan perilaku ajarkan strategi yang dapat
tidak sesuai anjuran digunakan untuk meningktakn
b. menunjukkan persepsi perilaku hidup bersih dan sehat
yang keliru terhadap
masalah
Gejala dan Tanda Minor :
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a. menjalankan
pemeriksaan yang
tidak tepat
menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
Konseling dan 1. Sasaran Edukasi
Edukasi a. Pasien
b. Keluarga Pasien

9
2. Materi Edukasi
a. Edukasi tentang pengertian dan penyebab penyakit Diabetes
Melitus type 2
b. Edukasi tentang tanda dan gejala penyakit Diabetes Melitus type 2
c. Edukasi terkait pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
d. Edukasi tentang kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
e. Edukasi tentang pengobatan penyakit Diabetes Melitus type 2
(Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2
minggu
f. Edukasi tentang pemahaman bahwa Penyakit DM tipe 2 tidak
dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
g. Edukasi terkait pencegahan penyakit berulang
h. Edukasi tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
harus dilakukan misalnya olahraga, menghindari rokok, dan
menjaga pola makan
i. Edukasi tentang komplikasi penyakit Diabetes Melitus type 2
j. Edukasi tentang prognosa penyakit Diabetes Melitus type 2

Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:
1. Karbohidrat : 45 – 65 %
2. Protein : 15 – 20 %
3. Lemak : 20 – 25 %
Jumlah kandungan kolesterol disarankan <300 mg/hari. Diusahakan
lemak berasal dari sumber asam lemak tidak jenuh (MUFA = Mono
Unsaturated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty
Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr,
diutamakan serat larut.
Jumlah kalori basal per hari:
1. Laki-laki : 30 kal/kg BB idaman
2. Wanita : 25 kal/kg BB idaman

Rumus Broca:*
Berat badan idaman = (TB – 100) – 10 %
*Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.

BB kurang : < 90 % BB idaman


BB normal : 90 – 110 % BB idaman
BB lebih : 110 – 120 % BB idaman
Gemuk : >120 % BB idaman
Penyesuaian (terhadap kalori basal/ hari):
1. Status gizi:
a. BB gemuk : - 20 %
b. BB lebih : - 10 %
c. BB kurang : + 20 %
2. Umur > 40 tahun : - 5 %
3. Stres metabolik (infeksi, operasi,dll): + (10 s/d 30 %)
4. Aktifitas:
a. Ringan : + 10 %
b. Sedang : + 20 %
c. Berat : + 30 %
5. Hamil:
a. trimester I, II : + 300 kal
b. trimester III / laktasi : + 500 kal

Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-5 kali seminggu
selama kurang lebih 30-60 menit minimal 150 menit/minggu intensitas
sedang). Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun, harus tetap dilakukan.
Tingkat Evidens

10
Tingkat
Rekomendasi
Penelaah Kritis
Kriteria Rujukan Untuk penanganan tindak lanjut pada kondisi berikut:
1. DM tipe 2 dengan komplikasi
2. DM tipe 2 dengan kontrol gula buruk
3. DM tipe 2 dengan infeksi berat
Peralatan 1. Laboratorium untuk pemeriksaan gula darah, darah rutin, urin rutin,
ureum, kreatinin
2. Alat Pengukur berat dan tinggi badan anak serta dewasa
3. Monofilamen test
Prognosis Prognosis : dubia
quo ad vitam : dubia ad bonam
quo ad fungsionam : dubia ad malam.
quo ad sanationam : dubia ad malam
Referensi 1. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati,
S.Eds.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4. Vol. III. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
2. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011.
(Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006)
3. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan Persadia.
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2,
2012. (Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Indonesia FKUI,
2012)

11
PANDUAN ASUHAN KEFARMASIAN (PAKf)
PENGKAJIAN TERKAIT PERMASALAHAN OBAT (DRUG RELATED PROBLEM)
TATALAKSANA KASUS DIABETES MELITUS TIPE 2
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2003 diabetes melitus
Pengertian
merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
(Definisi)
terjadi karena kelainan sekresi insulin kerja insulin atau kedua duanya
1. Mengumpulkan data dan informasi spesifik terkait pengobatan pasien
Asesmen 2. Menentukan problem farmakoterapi pasien
Kefarmasian 3. Menentukan kebutuhan dan tujuan farmakoterapi pasien
4. Mendesain regimen pengobatan pasien
Identifikasi 1. Pemilihan jenis Obat Hipoglikemik oral (OHO) dan insulin
DRP (Drug 2. Kegagalan terapi obat
Related 3. Efek samping obat
Problem) 4. Interaksi Obat
Intervensi 1. Pemilihan terapi diabetes yang kurang tepat
Farmasi (Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe 1,
Sebenarnya untuk DM tipe 2 tidak memerlukan insulin, tetapi hampir 30%
ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral)
2. Pemberian dosis insulin ataupun dosis obat hipoglikemik oralnya kurang
tepat
3. Rekomendasi pemilihan obat DM tipe 2
Penggunaan obat-obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati-
hati pada pasien usia lanjut, wanita hamil, pasien dengan gangguan fungsi
hati, dan atau gangguan fungsi ginjal. Klorpropamida dan glibenklamida
tidak disarankan untuk pasien usia lanjut dan pasien insufisiensi ginjal.
Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat digunakan
glikuidon, gliklazida, atau tolbutamida yang kerjanya singkat. Pada wanita
hamil dan menyusui, porfiria, dan ketoasidosis merupakan kontra indikasi
bagi sulfonylurea. Pada pemberian obat Sediaan biguanida tidak boleh
diberikan pada penderita gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal,
penyakit jantung kongesif dan wanita hamil. Pada keadaan gawat juga
sebaiknya tidak diberikan biguanida. Pada pemberian obat golongan
Tiazolidindion seperti pioglitazone tidak boleh diberikan pada pasien gagal
jantung karena dapat memperberat edema dan juga pada gangguan
fungsi hati.
4. Pemantauan terapi obat
Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat,
juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia
sering diakibatkan oleh obat-obat hipoglikemik oral dengan masa kerja
Panjang
5. Monitoring efek samping obat

12
6. Interaksi Pengobatan

13
14
1. Tanda vital ( Temperatur, Nadi, RR, TD)
2. Data Lab (Kadar Glukosa Darah Puasa, Kadar Glukosa Plasma Puasa,
Kadar Glukosa Darah Saat Tidur (Bedtime blood glucose), Kadar Glukosa
Plasma Saat Tidur (Bedtime plasma glucose), Kadar Insulin, Kadar HbA1c,
Monitoring Kadar Kolesterol HDL, Kadar Kolesterol HDL, Kadar Trigliserida)
dan 3. Skala nyeri
Evaluasi 4. Kondisi pasien :
Obesitas. Umur, Gelisah, Lemas, Nafsu makan, Tingkat kesadaran,
Demam, BAK sedikit dan tersendat sendat atau normal
5. KK : Inflamasi pada daerah insisi, nyeri, mual

Edukasi dan Untuk membantu meyakinkan bahwa pasien menjalankan terapi dengan baik,
Informasi farmasis/apoteker dapat mengajukan pertanyan-pertanyaan ketika pasien
datang berkonsultasi atau menebus obat, antara lain:
a. Kapan Anda terakhir kali melakukan pemeriksaan kadar gula darah Anda
dan bagaimana hasilnya?
b. Obat diabetes apa yang Anda gunakan secara rutin? Bagaimana
dosisnya?
c. Apakah Anda mengalami kesulitan memenuhi dosis tersebut?
d. Bagaimana Anda menyimpan obat-obat diabetes Anda di rumah?
e. Apakah Anda menggunakan insulin?
f. Apa merek insulin yang Anda gunakan?
g. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam menggunakan insulin sesuai
dosis yang disarankan dokter?
h. Bagaimana Anda menyimpan insulin di rumah?
i. Apakah Anda mengkonsumsi obat-obat lain atau suplemen makanan
tertentu selain obat diabetes yang diresepkan dokter? Misalnya obat
hipertensi, obat sakit kepala, sakit gigi, obat batuk, obat penenang, obat
tidur, obat antiinfeksi dan lain sebagainya.

15
j. Apakah Anda mendapatkan obattersebut dengan resep dokter atau
membeli bebas?
k. Apakah Anda menggunakannya secara rutin, sering atau sesekali saja?
l. Apakah Anda melakukan diet sesuai dengan saran dokter atau ahli gizi
Anda?
m. Apakah Anda berolah raga secara teratur? Apa olahraga rutin yang Anda
lakukan?
n. Apakah Anda memiliki keluhan-keluhan pada kulit, kaki, mulut dan gigi,
mata, telinga atau keluhan lainnya?
o. dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sesuai
Penelaah
Apoteker Klinis
Kritis
1. Efektifitas terapi diabetes melitus
2. Efektifitas terapi tekanan darah
3. Efektifitas terapi Kadar insulin
4. Tekanan darah (target < 130/80 mm Hg)
5. LDL kolesterol (target < 100 mg/dl)
6. Glukosa Darah Puasa teratasi
Indikator
7. Kadar Glukosa Plasma Puasa teratasi
8. Kadar Glukosa Darah Saat Tidur (Bedtime blood glucose) teratasi
9. Kadar Glukosa Plasma Saat Tidur (Bedtime plasma glucose) teratasi
10. Kadar HbA1c teratasi
11. indikasi lain teratasi (ex:demam, mual, muntah, lemas, gelisah, batuk,
sesak dan lainnya)
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Umum
Pencegahan dan Pengendalian DM. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
2. Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI). 2015. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: PB PERKENI
Daftar
3. American Diabetes Assocation, 2011, Standard of Medical Care in
Pustaka
Diabetes-2011, Diabetes Care Journal: 34(1), S11-S13.
4. Perkumpulan Endrokrinologi Indonesia (PERKENI). 2015. Konsensus
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
Jakarta: PB PERKENI
5. Dipiro, Josepth.T. 2008. Pharmacotherapy Handbook 7th edition. McGraw
Hill: United States. 210-226

16

Anda mungkin juga menyukai