Anda di halaman 1dari 9

PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)

DIABETES MELLITUS TIPE 1

1. Pengertian (definisi) Diabetes melitus (DM) adalah penyakit


metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia kronik akibat adanya
gangguan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.

2. Anamnesis Bentuk klasik :


 Polidipsi, poliuri, polifagi. Poliuria
biasanya tidak diutarakan secara
langsung oleh orangtua kepada
dokter, yang sering dikeluhkan
adalah anak sering mengompol,
mengganti popok terlalu sering,
disertai infeksi jamur berulang di
sekitar daerah tertutup popok,
dan anak terlihat dehidrasi.
 Penurunan berat badan yang
nyata dalam 2-6 minggu disertai
keluhan lain yang tidak spesifik
 Mudah lelah
Pada kasus KAD :

 Awitan gejala klasik yang


cepat dalam waktu
beberapa hari
 Sering disertai nyeri perut,
sesak napas, dan letargi

3. Pemeriksaan fisik Tanpa disertai tanda gawat darurat

 Polidipsi, poliuri, polifagi


disertai penurunan berat
badan kronik
 “Iritable” dan penurunan
prestasi sekolah
 Infeksi kulit berulang
 Kandidiasis vagina
terutama pada anak wanita
prepubertas
 Gagal tumbuh
 Berbeda dengan DMT2,
yang biasanya cendrung
gemuk, anak anak DMT1
biasanya kurus.
Disertai tanda gawat darurat
(KAD)

 Penurunan berat badan


yang nyata dalam waktu
yang cepat
 Nyeri perut dan muntah
berulang
 Dehidrasi sedang sampai
berat namun anak masih
poliuria
 Sesak napas, napas cepat
dan dalam (kussmaul)
disertai bau aseton
 Gangguan kesadaran
 Rejatan
Kondisi yang sulit
didiagnosis (sering
menyebabkan
keterlambatan diagnosis
KAD)

 Pada bayi atau anak <2-3


tahun
 Hiperventilasi : sering
didisgnosis awal sebagai
pneumonia atau asma
berat
 Nyeri perut sering dikira
sebagai akut abdomen
 Poliuri dan enuresis sering
didiagnosa awal sebagai
infeksi saluran kemih
 Polidipsi sering didiagnosa
awal sebagai gangguan
psikogenik
 Muntah berulang sering
didiagnosis awal sebagai
gastroenteritis
4. Kriteria diagnosis Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang lainnya

5. Diagnosis kerja DM tipe 1

6. Diagnosis banding Penyakit imunitas lainnya

7. Pemeriksaan penunjang  Kadar gula darah sewaktu :


≥200 mg/dL (11,1 mmol/L).
Pada penderita asimtomatis
ditemukan kadar gula darah
puasa lebih tinggi dari normal
dan uji toleransi glukosa
terganggu pada lebih dari
satu kali pemeriksaan.
 Kadar gula darah puasa : ≥126
mg/dL (yang dimaksud puasa
adalah tidak ada asupan kalori
selama 8 jam)
 Kadar gula darah 2 jam pasca
toleransi glukosa : ≥ 200
mg/dL (11,1 mmol/L)
 Kadar C-peptida : untuk
melihat fungsi sel β residu
yaitu sel β yang masih
memproduksi insulin dapat
digunakan apabila sulit
membedakan diabetes tipe 1
dan tipe 2.
 Pemeriksaan HbA1c :
dilakukan rutin setiap 3 bulan.
Pemeriksan HbA1c
bermanfaat untuk mengukur
kadar glukosa darah selama
120 hari yang lalu (sesuai usia
eritrosit). Meniali perubahan
terapi 8-12 minggu
sebelumnya, dan menilai
pengendalian penyakit DM
dengan tujuan mencegah
terjadinya komplikasi diabetes.
 Glukosuria : tidak spesifik
untuk DM perlu dikonfirmasi
dengan pemeriksaan gula
darah.
 Penanda autoantibodi : hanya
sekitar 70-80% dari penderita
DMT1 memberikan hasil
pemeriksaan autoantibodi
(ICA,IAA) yang positif,
sehingga pemeriksaan ini
bukan merupakan syarat
mutlak diagnosis.
 Pencitraan : untuk
mendiagnosis DMT1 tidak
memelukan pemeriksaan
pencitraan khusus.

8. Tatalaksana Diabetes melitus tipe 1 memerlukan


Terapi operatif pengobatan seumur hidup. Kepatuhan
Terapi konservatif dan keteraturan pengobatan merupakan
Lama perawatan kunci keberhasilan. Penyuluhan pada
pasien dan keluarga harus terus
menerus dilakukan. Penatalaksanaan
dibagi menjadi :
 Pemberian Insulin
 Pengaturan makan
 Olahraga
 Edukasi
 Home monitoring (pemantauan
mandiri)

Pemberian Insulin

 Harus diperhatikan : jenis,


dosis, waktu pemberian, cara
penyuntikanserta
penyimpanan.
 Jenis insulin berdasarkan lama
kerjanya yang bisa digunakan
: ultrapendek, pendek,
menengah, panjang dan mix
(campuran menengah-
pendek).
 Dosis anak bervariasi berkisar
antara 0,7 – 1,0 U/kg/hari.
Dosis insulin ini berkurang
sedikit pada waktu remisi dan
kemudian meningkat pada
saat pubertas. Pada follow up
selanjutnya dosis dapat
disesuaikan dengan hasil
monitoring glukosa darah
harian.
 Saat awal pengobatan insulin
diberikan 3-4 kali injeksi (kerja
pendek). Setelah diperoleh
dosis optimal diusahakan
untuk memberikan regimen
insulin yang sesuai dengan
kondisi penderita.
 Regimen insulin yang dapat
diberikan adalah 2x, 3x, 4x,
basal bolus atau pompa insulin
tergantung dari : umur, lama
menderita, gaya hidup
(kebiasaaan makan, jadwal
latihan, sekolah,dsb), target
metabolik, pendidikan, status
social dan keinginan keluarga.
 Penyuntikan setiap hari secara
subkutan di paha, lengan atas,
sekitar umbilikus secara
bergantian.
 Insulin relatif stabil pada suhu
ruangan asal tidak terpapar
panas yang berlebihan. Insulin
sebaiknya disimpan di dalam
lemari es pada suhu 4-8 ֯ C
bukan dalam freezer. Potensi
Insulin baik dalam vial atau
penfill yang telah dibuka,
masih bertahan 3 bulan bila
disimpan di lemari es, setelah
melewati masa tersebut insulin
harus dibuang.
Pengaturan Makanan

 Tujuan : mencapai control


metabolik yang baik, tanpa
mengabaikan kalori yang
dibutuhkan untuk metabolism
basal, pertumbuhan, pubertas,
ataupun untuk aktifitas yang
dilakukan.
 Jumlah kalori yang dibutuhkan :
[1000 + (usia (tahun) x 100)]
kalori perhari. Komposisi kalori
yang dianjurkan adalah 60-65%
berasal dari karbohidrat, 25%
berasal dari protein dan sumber
energy dari lemak < 30%.
 Jadwal : 3 kali makan utama
dan 3 kali makan kecil. Tidak
ada pengaturan makan khusus
yang dianjurkan pada anak,
tetapi pemberian makanan yang
mengandung banyak serat
seperti buah, sayuran, dan
sereal akan membantu
mencegah lonjakan kadar
glukosa darah.

Olahraga
 Olahraga tidak memperbaiki
kontrol metabolik, akan tetapi
membantu meningkatkan jati diri
anak, mempertahankan berat
badan ideal, meningkatkan
kapasitas kerja jantung,
mengurangi terjadinya
komplikasi jangka panjang,
membantu kerja metabolism
tubuh sehingga dapat
mengurangi kebutuhan insulin.
 Yang perlu diperhatikan dalam
berolahraga adalah pemantauan
terhadap kemungkinan
terjadinya hipoglikemia atau
hiperglikemia saat atau pasca
olahraga, sehingga mungkin
memerlukan penyesuain dosis
insulin.
 Jenis olahraga disesuaikan
dengan minat anak. Pada
umumnya terdiri dari
pemanasan selama 10 menit,
dilanjutkan 20 menituntuk
latihan aerobik seperti berjalan
atau bersepeda. Olahraga harus
dilakukan paling sedikit 3 kali
seminggu dan sebaiknya
dilakukan pada waktu yang
sama untuk memudahkan
pemberian insulin dan
pengaturan makan. Lama dan
intensitas olahraga disesuaikan
dengan toleransi anak.
 Asupan cairan perlu
ditingkatkan sebelum, setelah
dan saat olahraga.

Edukasi
 Penyuluhan dan tata laksana
merupakan bagian integral
terapi. Diabetes melitus tipe 1
merupakan suatu life long
disease. Keberhasilan untuk
mencapai normoglikemia sangat
bergantung dari cara dan gaya
hidup penderita/keluarga atau
dinamika keluarga sehingga
pengendalian utamametabolik
yang ideal tergangung pada
penderita sendiri. Kegiatan
edukasi harus terus dilakukan
oleh semua pihak, meliputi
pemahaman dan pengertian
mengenal penyakit dan
komplikasinya serta memotivasi
penderita dan keluarganya agar
patuh berobat.
 Edukasi pertama dilakukan
selama perawatan di rumah
sakit yang meliputi pengetahuan
dasar mengenai DM tipe 1
(terutama perbedaan mendasar
dengan DM tipe lainnya
mengenai kebutuhan insulin),
pengaturan makan, insulin
(jenis, dosis, cara penyuntikan,
penyimpanan, efek samping dan
pertolongan pertama pada
kedaruratan medik akibat DM
tipe 1 (hipoglikemia, pemberian
insulin pada saat sakit).
 Edukasi selanjutnya
berlangsung selama konsultasi
di poliklinik. Selain itu penderita
dan keluarganya diperkenalkan
dengan sumber informasi yang
banyak terdapat di
perpustakaan, media massa
maupun internet.
9. Edukasi  Oleh karena DM tipe 1
merupakan penyakit kronik dan
memerlukan pengobatan seumur
hidup, maka pasien serta
keluarganya harus dapat
melakukan pemantauan kadar
glukosa darah serta penyakitnya
dirumah. Hal ini diperlukan
karena sangat menunjang upaya
pencapaian normoglikemia.
Pemantauan dapat dialkukan
secara langsung (darah) dan
secara tidak langsung (urin).
 Pemeriksaan glukosa darah
secara langsung lebih tepat
menggambarkan kadar glukosa
pada saat pemeriksaan.
Pemeriksaan sebaiknya
dilakukan secara teratur pada
saat awal perjalanan penyakit,
pada setiap penggantian dosis
insulin, atau pada saat sakit.
10. Prognosis Ad vitam: dubia ad bonam/malam

Ad sanationam: dubia ad bonam/malam

Ad fungsionam: dubia ad bonam/malam

11. Tingkat evidens

12. Tingkat rekomendasi

13. Penelaah kritis

14. Indicator (outcome) Kondisi pasien membaik


15. Kepustakaan Pedoman Pelayanan Medis IDAI

Anda mungkin juga menyukai