Anda di halaman 1dari 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA


TAHUN 2022

HEMATAMESIS MELENA

1. Pengertian (Definisi) Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yang berasal
dari dalam lumen saluran cerna di atas (proksimal) ligamentu
m Treitz, mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster, da
n esophagus. Hal tersebut mengakibatkan muntah darah (he
matemesis) dan berak darah berwarna hitamseperti aspal (m
elena)

2. Anamnesis a. Hematemesis : Muntah darah berwarna hitam seperti


bubuk kopi
b. Melena : Buang air besar berwarna hitam seperti ter
atau aspal
c. Hematemesis dan melena
d. Hematoskezia :Buang air besar berwarna merah marun,
biasanya dijumpai pada pasienpasien dengan
perdarahan masif dimana transit time dalam usus yang
pendek
e. Penampilan klinis lainnya yang dapat terjadi adalah
sinkope, instabilitas hemodinamik karena hipovolemik
f. Riwayat penyakit hati kronis, riwayat dispepsia,riwayat
mengkonsumsi NSAID,obat rematik,alkohol,jamu –
jamuan,obat untuk penyakit jantung,obat stroke. riwayat
penyakit ginjal,riwayat penyakit paru dan adanya
perdarahan ditempat lainnya
g. Riwayat muntah-muntah sebelum terjadinya
hematemesis sangat mendukung kemungkinan adanya
sindroma Mallory Weiss.
3. Pemeriksaan Fisik a. Primary survey : Penilaian ABC pasien dengan
hematemesis yang masif dapat mengalami aspirasi atau
sumbatan jalan nafas serta untuk penilaian
hemodinamik(keadaan sirkulasi) perlu dilakukan
evaluasi jumlah perdarahan.
b. Mencari stigmata penyakit hati kronis(ikterus,spider
nevi, asites, splenomegali, eritema palmaris, edema
tungkai),massa abdomen, nyeri abdomen, rangsangan
peritoneum, penyakit paru, penyakit jantung,penyakit
rematik
c. Pemeriksaan colok dubur, warna feses hitam seperti
petis/aspal
4. Kriteria Diagnosis a. Anamnesis: muntah seperti kopi atau berak hitam
seperti petis
b. Pemeriksaan fisik: stigmata sirosis, pada pemasangan
NGT tampak cairan lambung warna hitam atau merah
segar
c. Endoskopi: ditemukan tanda perdarahan atau
didapatkan varises, erosi, ulkus
5. Diagnosis Kerja Hematemesis Melena

6. Diagnosis Banding a. Hemoptoe 


b. Hematokezia
7. Pemeriksaan Penunjang a. Darah lengkap
b. Faal hemostasis
c. Faal hati
d. Faal ginjal
e. Kadar glukosa darah
f. Serum elektroli
g. Golongan darah
h. Pemasangan NGT melihat aspirat lambung
i. Elektrokardiografi
j. Endoskopi
k. Barium Swallow, Ba. Follow Through
l. CT Scan Abdomen
8. Terapi  Tindakan umum terhadap pasien diutamakan untuk ABC.
 Terhadap pasien yang stabil setelah pemeriksaan
dianggap memadai,pasien dapat segera dirawat untuk
terapi lanjutan atau persiapan endoskopi.
 Untuk pasien-pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih
agresif seperti:
o Pemasangan IV line paling sedikit 2 dengan
jarum(kateter) yang besar minimal no 18. Hal ini
penting untuk keperluan transfusi.
o Pemasangan CVP
o Oksigen sungkup/ kanula
o Bila ada gangguan A-B perlu dipasang ETT
o Mencatat intake output,harus dipasang kateter urine
o Memonitor Tekanan darah, Nadi,saturasi oksigen
dan keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang
ada.
o Melakukan bilas lambung agar mempermudah
dalam tindakan endoskopi
o Transfusi untuk mempertahankan hematokrit > 25%
o Pemberian vitamin K 3x1 amp
o Obat penekan sintesa asam lambung (PPI) misalnya
Omeprazole
o Terapi lainnya sesuai dengan komorbid misalnya
Somatostatin atau octreotide pada pasien dengan
sirosis hati

9. Edukasi a. Menjelaskan tentang penyebab penyakit


b. Menjelaskan tatalaksana penyakit
c. Menjelaskan tentang perawatan paska perdarahan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens IV

12. Tingkat Rekomendasi C

13. Penelaah Kritis dr. Heriyatmo, Sp.PD


dr. Ardhi Bustami, Sp. PD
dr. Zoraida Dwi Wahyuni, Sp.PD

14. Indikator Medis 90% Perdarahan saluran cerna terdiagnosis dalam 3 hari

15. Kepustakaan a. Jameson JL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo
DL, Loscalzo J, eds. Harrison's Principles of Internal
Medicine. 20th ed. McGraw Hill; 2018.
b. Djojoningrat D. Perdarahan saluran cerna bagian atas
(hematemesis melena). Dalam: Rani AA, K MS, Syam
AF, editor. Buku ajar gastroenterology. Edisi ke-1.
Jakarta: Pusat penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UI;
2011: 33-4

Anda mungkin juga menyukai