RSU KARTINI
REAKSI ANAFILAKSIS
1. Pengertian (Definisi) Reaksi sistemik tipe segera yang dimedisasi oleh IgE yang
terkait dengan sel mast atau basofil sehingga menimbulkan
gejala kulit, pernafasan, kardiovaskuler dan gastroitestinal.
2. Anamnesis Keluhan yang muncul (baik lokal maipun sistemik) setelah
beberapa menit sampai jam dari paparan alergen (orjal,
injeksi, inhalasi, disengat hewan)
3. Pemeriksaan Fisik Reaksi muncul beberapa menit sampai jam setelah paparan
suatu alergen.
1. Gejala kulit
Kesemutan dan rasa panas merupakan gejala awal
anafilaksis. Kemudian diikuti kemerahan pada kulit,
pruritus, urtikaria, dengan atau tanpa angioedema.
2. Gejala respirasi
Rhinorea, hidung buntu, bersin-bersin, suara parah,
stridor, sesak nafas, wheezing, sampai henti nafas.
3. Gejala kardiovaskuler
Takikardia, hi[potensi, aritmia, nyeri dada, hingga syok.
4. Gejala gastrointestinal
Nyeri abdomen, mual, muntah, diare, dapat ditemukan
perdarahan rektal
5. Gejala neurologis
Disorientasi, pingsan, kejang.
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa
Pemeriksaan fisik
5. Diagnosis
Reaksi Anafilaksis
Direktur
RSU KARTINI
1. Pengertian (Definisi)
Sindroma klinis karena penurunan fungsi ginjal secara menetap.
Direktur
dr.Singgih Pudjirahardjo,M.Kes
Panduan Praktik Klinis Penyakit Dalam
RUMAH SAKIT UMUM KARTINI
RSU KARTINI
1. Pengertian (Definisi)
Sindroma klinis yang ditandai oleh penurunan Hb, PCV, dan
jumlah eritrosit akibat kekurangan zat besi.
2. Anamnesis
Terdapat gejala-gejala anemia seperti mudah lelah, lesu, pucat,
sesak, bedebar
5. Diagnosis
Anemia defisiensi besi
6. Diagnosis Banding
Thalassemia,anemia karena penyakit kronis, keracunan timbal,
anemia sideroblastic
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium didapatkan
1. Anemia (Hb < 13 g/dl pada laki-laki, < 12 g/dl pada
wanita)
2. Mikrositik (MCV < 80 fl)
3. Hipokromik (MCH < 27 pg atau MCHC < 32%)
4. Serum iron < 50 mcg/dl, TIBC > 400 mcg/dl, saturasi
transferin (SI/TIBC) < 20%
5. Feritin < 15 mcg/l
6. Reticulocyte index < 2,5
8. Terapi
1. Atasi penyebab defisiensi besi
2. Diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi zat besi.
3. Tablet besi [ferro sulfat (20% Fe), ferro glukonat (12%),
ferro fumarat (33%)] 50 – 65 mg Fe t.i.d. – q.i.d.,
diberikan sampai dengan 4 – 6 bulan setelah Hb normal.
4. Vitamin C 3 x 50 mg
5. Menghindari makanan dan obat-obatan yang mengganggu
penyerapan besi (teh, antasida, antihistamin 2, PPI,
antibiotik golongan tetracycline)
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens
IV
15. Kepustakaan Janz, TG; Johnson, RL; Rubenstien, SD (Nov 2003). “ Anemia
in the Emergency Departement: Evaluation and
Treatment”. Emergency Medicine Practice 15 (11): 1-15;
Direktur
RSU KARTINI
1. Pengertian (Definisi)
Terdapatnya endapan batu pada traktus urinarius.
2. Anamnesis
Gejala BSK tergantung pada letak batu, meliputi
1. Nyeri
Nyeri bersifat hilang timbul (colicky). Nyeri terasa
kemeng di daerah pinggang. Pada batu ureter tengah terasa
menjalar ke perut kanan bawah, sedangkan pada batu
ureter distal menjalar ke skrotum atau vulva. Nyeri dapat
bersifat berat sehingga menimbulkan lumbal spasm. Batu
buli-buli menimbulkan nyeri suprapubik dan gejala LUTS
(disuria dan urgensi). Batu uretra memberikan gejala nyeri
pada uretra disertai urin yang berhenti mendadak.
2. Hematuria
Urin dapat berupa kemerahan atau kecoklatan.
3. ISK
Penderita BSK lebih sering terkena episode ISK dengan
gejala-gejala pada ISK atas atau bawah.
4. Kencing keluar pasir
3. Pemeriksaan Fisik
Demam : tak selalu, jika ada mungkin hidronefrosis dengan
infeksi, pionefrosis atau abses perinefik. Takikardia,
mual
Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah
kelembutan diderah pinggul ( flank tenderness) ini
disebabkan oleh hidronefrosis diakibatkan obstruksi
sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung
kemih.
Pemeriksaan abdomen dan genetalia biasanya meragukan
(harus hati – hari. Bila pasien merasa nyeri didaerah
tersebut, tapi tanda –tanda kelainan tidak ada dijumpai,
maka kemungkinan nyeri berasal dari batu ginjal.
4. Kriteria Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis
Batu saluran kemih
6. Diagnosis Banding
Jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya
yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik saluran
cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada
wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika
hematuria tanpa nyeri. Batu saluran kemih yang bertahun-tahun
dapat menyebabkan terjadinya tumor umumnya karsinoma
epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
1. Urinalisis : untuk mengetahui jenis batu yang terbentuk
dan mengetahui adanya tanda-tanda ISK
2. Darah lengkap : mengetahui adanya infeksi
3. Fungsi ginjal : menilai fungsi ginjal terutama pada batu
yang menyebabkan obstruksi
4. Foto polos abdomen (BOF)
Melihat lokasi batu yang radioopak
5. USG urologi
Melihat batu dan melihat adanya hidronefrosis
6. IVP
Melihat batu dan melihat adanya hidronefrosis, dengan
syarat fungsi ginjal harus baik.
8. Terapi
Mengatasi nyeri kolik dan mengatasi ISK
Intake cairan 1,5 – 2 liter sehari
Pelarut batu dan medikamentosa lainnya diberikan
menurut jenis batu.
Untuk batu asam urat diberikan allopurinol 2 x 100 mg dan
tablet natrium bikarbonat 1 – 3 mmol/kg/hari t.i.d.
Untuk batu kalsium oksalat diberikan HCT 25 – 50
mg/hari, kolestiramin 8 – 16 gram/hari, dan kalsium laktat
8 – 14 gram/hari.
Tindakan ESWL, URS, PNL, atau bedah terbuka jika batu
> 5 mm atau terapi medikamentosa (ekspektatif) tidak
berhasil dalam 4 minggu atau terdapat infeksi.
9. Edukasi
− Kurangi makan protein terutama protein hewani karena
banyak mengandung asam amino yang mengandung
sulfur.
− Kurangi konsumsi soft drink.
− Modifikasi diet dan obat-obatan
− Minum air putih minimal 2.5-3 liter/hari
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens
IV
RSU KARTINI
Tyfoid fever
6. Diagnosis Banding Infeksi pada system organ lain (pernafasan, saluran kemih,
saluran cerna, dll)
keganasan
Pemeriksaan darah lengkap pada DF dilakukan setiap hari.
7. Pemeriksaan Penunjang Pada DHF dilakukan setiap 6 jam atau sesuai kebutuhan.
Pemeriksaan OT/PT, BUN, SK, gula darah, elektrolit, dan
analisis gas darah diperlukan untuk menilai komplikasi
DF/DHF.
Pemeriksaan foto thorax dan USG abdomen berguna untuk
mencari tanda kebocoran plasma.
Bedrest, pederita DF dapat dirawat jalan sambil memeriksa
8. Terapi darah lengkap secara serial tiap hari dan edukasi ke
keluarga penderita mengenai tanda bahaya yang
merupakan indikasi rawat inap. Pasien DF yang terdapat
nyeri perut, muntah persisten, perdarahan,
mengantuk/gelisah, kulit dingin dan basah merupakan
indikasi rawat inap.
Rehidrasi. Penderita rawat jalan diberikan rehidrasi oral
dengan oralit/susu/jus/air beras sebanyak 2,5 – 4 liter
sehari. Pada pasien rawat inap diberikan rehidrasi sesuai
dengan derajat dehidrasinya.
Paracetamol 3 – 4 x 500 mg jika demam
Terapi cairan pada penderita DHF dapat dilihat di halaman
selanjutnya.
Monitoring produksi urin
Transfusi trombosit diberikan jika trombosit < 10.000/ul
atau < 50.000/ul dengan manifestasi perdarahan.
Transfusi FFP jika terdapat koagulopati.
Koreksi gangguan elektrolit dan asam-basa
Direktur
RSU KARTINI
DEMAM TIFOID
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut dengan demam yang disebabkan oleh kuman
Salmonella enterica serovar Typhi
2. Anamnesis Gejala utama demam tifoid adalah demam yang bersifat naik
perlahan (step ladder), nyeri perut (terutama di kanan bawah),
konstipasi (diare jarang, lebih banyak pada anak kecil), bisa
terdapat gangguan kesadaran/delirium. Gejala lain seperti
batuk, nyeri kepala, epistaksis dapat muncul.
3. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik ditemukan bradikardi relatif (Faget
sign), dicrotic pulse, ronchi pada basal paru, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen kanan bawah,
hepatospelenomegali.
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis
Demam Tifoid
6. Diagnosis Banding
Infeksi virus dengue
Infeksi pada sistem organ lain (pernafasan,saluran cerna,
saluran kemih, dll)
keganasan
7. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan lekopenia,
eosinopenia, dan limfositosis relatif.
Pemeriksaan widal dilakukan pada minggu kedua demam,
dikatakan positif jika titer O 1/>320 atau peningkatan titer 4x
lipat atau serokonversi pada widal serial.
8. Terapi
Tirah baring
Diet TKTP, lunak, rendah serat
Antibiotik oral
Chloramphenicol 500 mg q.i.d. selama 14 hari
Thiamphenicol 500 mg q.i.d. selama 14 hari
Cotrimoxazole 960 mg b.i.d. selama 14 hari
Ciprofloxacin 500 mg b.i.d. selama 5 – 10 hari
Antipiretik
Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam
9. Edukasi
Istirahat cukup
Jaga hygiene makanan dan minuman
Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens
IV
15. Kepustakaan
Wain, J; Hedriksen, RS;Mikoleit, ML; Keddy, KH; Ochiai,
RL (21 March 2015). “ Typhoid fever.w. Lancet 385(9973):
1136-45
Crump, J. A., & Mintz, E. D (2010). “Global trends in
typhoid and paratyphoid fever.w. Clinical Infectious
Diseases 50 (2):241-246
Mojokerto, 02 Januari 2019
Ketua Komite Medik Ketua KSM Penyakit Dalam,
Direktur
RSU KARTINI
DIABETES MELLITUS
6. Diagnosis Banding
-
7. Pemeriksaan Penunjang 1. Kadar gula darah acak plasama vena ≥ 200 mg/dl dserta
gejala klasik poliuria, poldipsia, dan penurunan berat badan
yang tidak jelas sebabnya,atau
2. Kadar gula darah puasa plasma vena ≥126 mg/dl, atau
3. Kadar gula darah 2 jam setelah makan atau beban glukosa
75 g (TTGO) ≥200 mg/dl.
8. Terapi 1. Diet 68% karbohidrat, 20% lemak, 12% protein. Jumlah
kalori disesuaikan dengan umur dan klasifikasi berat
badan.
2. Komposisi diet dapat dirubah menjadi 60% karbohidrat,
20% lemak, dan 20% protein pada kondisi
membutuhkan diet tinggi protein untuk anabolisme.
Kondisi lain seperti adanya komplikasi kardiovaskuler
dan ginjal memerlukan komposisi diet yang berbeda
pula.
3. Latihan fisik ringan saat 1 – 1,5 jam setelah makan.
4. Terapi OAD yaitu dengan golongan insulin-sensitizer
yang dikombinasikan dengan OAD golongan lain.
5. Insulin sensitizer misalnya,
6. Metformin 250 – 3000 mg/hari terbagi menjadi 1 – 3x
7. Pioglitazon 1 x 15 – 30 mg.
8. Insulin secretagouge misalnya
9. Glibenclamide 2,5 – 15 mg pagi atau siang hari.
10. Glimepiride 0,5 – 6 mg pagi atau siang hari.
11. Insulin diindikasikan pada penderita yang tidak dapat
terkontrol dengan OAD atau DM dengan kondisi yang
membutuhkan anabolisme (seperti kehamilan, fraktur,
infeksi berat, underweight, sirosis, post operasi, TB,
grave disease, keganasan)
12. Insulin dapat dikombinasikan dengan OAD insulin
sensitizer.
13. Pemberian insulin mula-mula dengan insulin basal saja
(Glargin, Detemir).
14. Dosis insulin dimulai dari 8 U/hari, kemudian dinaikan
perlahan, maksimal 2 U/hari
15. Jika GD2JPP tetap diatas 200 mg/dl, dapat diberikan
insulin prandial.
9. Edukasi Terapi dan kontrol rutin
Diet
Olahraga yang teratur
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens
IV
Direktur
DISENTRI BASILER
1. Pengertian (Definisi) Infeksi akut kolon yang disebabkan oleh bakteri genus Shigella
spp.
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis pasti dengan kultur feses ditemukan kuman Shigella
spp.
5. Diagnosis
Disentri basiler
DISENTRI AMOEBA
1. Pengertian (Definisi)
Infeksi Entamoeba histolytica pada dinding usus.
4. Kriteria Diagnosis Diagnosa pasti dengan kultur feses ditemukan kista atau
trofozoit amoeba
5. Diagnosis
Disentri amoeba
DIFTERI
1. Pengertian (Definisi)
Merupakan infeksi menular akut yang disebabkan oleh kuman
Corynebacterium diphtheriae.
2. Anamnesis
Demam, nyeri telan, terdapat selaput putih di tenggorokan,
pembesaran kelenjar di leher, batuk, pilek, sulit tidur sampai
timbul sesak
3. Pemeriksaan Fisik
Tampak membran keabuan yang menutup tonsil, faring,
uvula, septum nasi dan pala molle
Gejala croup meliputi nafas berbunyi, stridor progresif,
suara parau, batuk kering
4. Kriteria Diagnosis
Demam tidak tinggi, gejala lain tergantung letak infeksi
1. Difteri tonsil-faring
Nyeri telan, anoreksia, tampak membran keabuan yang
menutup tonsil, faring, uvula, dan palatum molle. Bisa
terdapat limfadenitis cervical dan submandibulla dengan
edema jaringan sekitarnya (bullneck)
2. Difteri hidung
Mula-mula mirip common cold, sekret hidung kemudian
menjadi serosanguinous (encer berdarah) kemudian
menjadi mukopurulen. Terdapat lecet di nares dan bibir
atas. Membran putih pada septum nasi.
3. Difteri laring
Merupakan perluasan dari difteri faring. Gejala croup
meliputi nafas berbunyi, stridor progresif, suara parau,
batuk kering. Berpotensi obstruksi jalan nafas.
5. Diagnosis
Difteri
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
DIARE AKUT
1. Pengertian (Definisi)
Keadaan dimana berak cair dan lebih dari 3 kali per hari selama
kurang dari 14 hari.
2. Anamnesis
Diagnosis diare akut ditegakkan dengan riwayat berak
lunak/cair lebih dari 3 kali sehari selama kurang dari 14 hari.
3. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan tanda-tanda dehidrasi yang timbul sesuai tabel
5. Diagnosis
Diare akut
6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang darah lengkap, fungsi ginjal, elektrolit,
dan gula darah berguna untuk menilai komplikasi diare dan
status hidrasi pasien.
Jumlah rehidrasi juga dapat dicari dengan cara mengukur BJ
plasma, dengan rumus
Jumlah defisit cairan (ml) = (BJ plasma pasien – 1,025) x kgBB
x 4000
8. Terapi
1. Rehidrasi, jika rehidrasi ringan-sedang dapat per oral, jika
dehidrasi ringan-sedang yang tidak bisa intake per oral
atau dehidrasi berat maka perlu rawat inap.
a. Dehidrasi berat dilakukan rehidrasi intravena
b. Jumlah defisit cairan dihabiskan ½ dalam 8 jam
pertama, ½ dalam 16 jam berikutnya.
2. Penggantian cairan untuk muntah dan diare yang masih
berlangsung
3. Antibiotik
a. Tetracycline 500 mg q.i.d. p.o., atau
b. Ciprofloxacin 500 mg b.i.d. p.o.
4. Koreksi gangguan elektrolit
5. Diet TKTP lunak
9. Edukasi
Higiene makanan dan minuman
Cuci tangan sebelum dan sesudah makan
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
11. Tingkat Evidens
IV
DISLIPIDEMIA
1. Pengertian (Definisi)
Kelainan metabolisme lipid yang ditandai adanya kenaikan atau
penurunan fraksi lipid di dalam darah.
2. Anamnesis
Umumnya tidak didapatkan keluhan berarti
3. Pemeriksaan Fisik
Umumnya tidak didapatkan keluhan berarti
5. Diagnosis
Dislipidemia
6. Diagnosis Banding
-
7. Pemeriksaan Penunjang
Kolesterol total, HDL/LDL, Trigliserida
8. Terapi Target disesuaikan kelompok risiko.
Risiko tinggi mempunyai target LDL < 100 mg/dl
Risiko multipel mempunyai target LDL < 130 mg/dl
Risiko rendah mempunyai target LDL < 160 mg/dl
Tatalaksana dislipidemia meliputi
1. Non farmakologis
a. Pola hidup
Rokok dan alkohol dihentikan. Penurunan berat
badan menurunkan TG dan meningkatkan HDL.
Pembatasan karbohidrat juga diperlukan pada
penderita dengan kadar TG tinggi.
b. Diet
Karbohidrat 60%, diutamakan karbohidrat kompleks
Protein 15%
Total lemak 20 – 25%
Lemak jenuh < 7% kalori total
Lemak PUFA sampai dengan 10% kalori total
Lemak MUFA sampai dengan 10% kalori total
Kolesterol < 200 mg/hari.Serat 30 gram per hari
c. Aktivitas fisik
Latihan fisik aerobik 3 – 4x seminggu dengan durasi
30 – 40 menit.
2. Farmakologis
Efek obat antidislipidemik seperti pada tabel berikut.
Obat HDL-C LDL-C TG
Statin ↑ 5 – 15% ↓ 18 – 55% ↓ 7 – 30%
Resin ↑ 3 – 5% ↓ 15 – 30% -
Fibrat ↑ 10 – 20% ↓ 5 – 25% ↓ 20 –
50%
As. ↑ 15 – 35% ↓ 5 – 25% ↓ 20 –
Nikotinat 50%
GOUT ARTHRITIS
1. Pengertian (Definisi)
Sindroma respon inflamasi terhadap kristal monosodium urat
monohidrat yang mengendap di jaringan.
2. Anamnesis
Pada gout akut gejala yang didapatkan nyeri akut menjelang
pagi pada pangkal sendi ibu jari kak (podagra) atau persendian
metatarsal, pergelangan kaki, dan lutut, walaupun jarang bisa
pada sendi lain. Serangan akut dapat berulang karena diet yang
tidak terkendali, konsumsi alkohol, dan stress fisik atau
psikologis.
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palapasi pada sendi
o Inspeksi dilakukan pada kulit di bagian sendi
o Diperhatikan jika terdapat sebarang tanda kemerahan dan
juga teraba panas pada sendi
o Dilihat pada sendi metatarsal phalanges I terdapat
pembengkakan yang simetris atau tidak, terasa nyeri atau
tidak untul menginformasi adanya podagra
o Pada pasien dengan stadium gout menahun akan teraba
tophus terutama di cuping telinga, mettarsal phalanges I,
olecranon, tendon Achilles dan jari tangan
4. Kriteria Diagnosis
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis
Gout arthritis
6. Diagnosis Banding
Osteoarthiritis
Rheumatoid arthritis
7. Pemeriksaan Penunjang
Keadaan hiperurisemia sering didapatkan pada kondisi akut
(walaupun tidak selalu gout akut disertai hiperurisemia)
8. Terapi
1. Analgesik dan antiinflamasi
a. Kolkisin 0,6 mg t.i.d. (hentikan jika muncul diare)
b. Atau
c. Indomethacin 25 – 50 mg t.i.d.
d. Atau
e. Naproxen 500 mg b.i.d.
f. Atau
g. Diclofenac 50 mg t.i.d.
h. Jika kolkisin dan NSAIDs tidak menolong dapat
diberikan prednison 30 – 50 mg/hari short course
dengan tappering off. Steroid intraartrikuler cukup
efektif pada gout akut, tetapi harus dipastikan tidak ada
artritis septik.
2. Diet rendah purin
3. Koreksi hiperurisemia
a. Diberikan jika diet dan modifikasi faktor penyebab
(seperti penggunaan obat-obatan tertentu) belum dapat
menurunkan asam urat < 7 mg/dl.
b. Allopurinol 50 – 300 mg/hari, dititrasi mulai dari dosis
rendah. Pada gangguan faal ginjal, dosis diturunkan.
4. Probenecid 250 – 500 mg/hari
9. Edukasi
Diet rendah purin
DISPEPSIA
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Dyspepsia
7. Pemeriksaan Penunjang -
1. Pengertian (Definisi) Merupakan segala bentuk rasa tidak enak, baik episodik
maupun persisten yang berkaitan dengan saluran cerna bagian
atas
2. Anamnesis Gejala pradromal 3 – 10 hari berupa rasa lesu, panas, mual
muntah, anoreksia, dan nyeri perut kanan.
Gejala iketerik didahului urin berwarna coklat, skelara kuning,
kemudian seluruh badan kuning selama 1 – 2 minggu,
Hepatomegali ringan yang nyeri tekan. Penyembuhan sempurna
dalam 3 – 4 bualn.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Stadium praikterik
Berlangsung selama 3 -10 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan
nyeri pada perut kanan atas. Urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium ikterik
berlangsung selama 1 – 2 minggu. Ikterus nula – mula terlihat
pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan –
keluhan berkurang, tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan
muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda,
hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesens)
Ikterus mereda, warna uring dan tinja menjadi normal lagi.
Apabila hepar sudah membesar pasien dapat mengeluh nyeri
perut kanan atas (perut ‘tengah’).
Demam dengan suhu sekitar 38-39oC lebih sering ditemukan
pada hepatitis A. urine berwarna gelap (seperti air teh ) dan
fases berwarna (clay-colored). Dengan timbulnya gejala/ikterus
maka biasanya gejala prodromal menghilang. Hepatomegali
dapat disertai nyeri tekan.
Ikterik pada penderita terutama tampak pada wajah, batang
tubuh dan skleras. Ikterik pertama kali terlihat pada frenulum
lingue namun yang biasa diperhatikan pertama kali adalah
sklera. Sklera mudah menyimpan bilirubin karena terdiri atas
banyak sekali serat – serat elastin.
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis
Hepatitis virus akut
6. Diagnosis Banding
Cholelthiasis, sholedocholithiasis
Cholecystitis akut
Pankreatitis akut
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan labolatorium menunjukkan peningkatan OT PT 10
– 100 kali dari harga normal, bilirubin meningkat > 2,5 mg/dl,
penanda virus hepatitis seperti lgM anti HAV, HbsAg, lgM
antiHBc dan anti HCV.
Komplikasi dapat berupa hepatitis fulminan yang ditandai
dengan penurunan kesadaran sampai koma, penyusutan cepat
ukuran liver, pemanjangan PPT, penurunan SGOT SGPT,
kenaikkan ccepat kadar bilirubin, asites dan edema.
8. Terapi
Tirah baring selama masih ada keluhan
Diet tinggi kalori tinggi protein
Terapi simptomatis yang tidak hepatotoksik
9. Edukasi
Menjelaskan mengenai oenyakit pasien, komplikasi, prognosa
dan penanganan lebih lanjut
HIPOTIROID
1. Pengertian (Definisi)
Sindroma klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid.
2. Anamnesis
Gejala klinis yang muncul seperti lemah, mudah lelah, tidak
tahan dingin, konstipasi, berat badan meningkat, depresi, suara
serak, kulit kering, bradikardia.
3. Pemeriksaan Fisik Sistem integumen seperti kulit dingin, pucat, kering, besisik
dan menebal; pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal;
rambut kering, kasar, rambut rontok dan pertumbuhannya
buruk
Sistem pulmonari seperti hipoventilasi, pleural efusi,
dispenia
Sistem kordiovaskuler seperti bradikardi, ditritmia,
pembesaran jantung, toleransi terhadap aktivitas menurun,
hipotensi
Metabolik seperti penurunan metabulisme basal, penurunan
suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin
Sistem muskuloskeletal seperti nyeri otot, konrtaksi dan
relaksi otot yang melambat.
Sistem neurologi seperti fungsi intelektual yang lambat,
berbicara lambat dan terbata – bata, gangguan memori,
perhatian kurnag, letargi atau somnolen, bingung, hilang
pendengaran, parastesia, penurunan reflek tendon.
Gastroinstinal seperti anoreksia, peningkatan berat badan,
obstipasi, distensi abdomen
Sistem reproduksi, pada wanita: perubahan menstruasi
seperti amenore atau masa menstruasi yang memanjang,
infertilitas, anopulasi dan penurunan libido.
Pada pria: penurunan libido dan inpotensia
Psiklogis/emosi; apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik
diri, prilaku mania
Manisfestasi klinis lain berupa: edema periorbita, wajah
seperti bulan ( moon face), wajah kasr, suara serak,
pembesaran leher, lidah tebal sensitifitas terhadap opiooid
dan transkulizer meningkat, ekspresi wajah kosong, lemah,
haluaran urine menurun, anemi, mudah berdarah.
6. Diagnosis Banding
-
7. Pemeriksaan Penunjang Perlu pemeriksaan FT4 dan TSHs, didapatkan FT4 menurun
dan TSHs meningkat pada hipotiroid primer.
8. Terapi
Terapi ditujukan untuk substitusi hormon tiroid dengan
levothyroxine oral. Dosis rata-rata levotiroksin dewasa adalah
50 – 200 mcg/hari. Dosis dimulai dengan dosis rendah 25 – 50
mcg/hari, kemudian dititrasi naik setiap 3 – 6 minggu sebesar
25 mcg sampai TSH normal.
10. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian (Definisi)
Keadaan dimana kadar gula darah kurang dari 60 mg/dl.
2. Anamnesis
Gejala yang timbul berupa rasa lapar, gemetar, keringat dingin,
berdebar, pusing, pelo, kelemahan anggota gerak, gelisah,
pingsan, hingga koma.
5. Diagnosis
Hipoglikemia
6. Diagnosis Banding
-
7. Pemeriksaan Penunjang
Gula darah acak
HIPERTIROID
1. Pengertian (Definisi) Suatu sindroma klinis yang terjadi akibat jaringan terpapar oleh
kadar hormon tiroid yang tinggi dalam sirkulasi.
6. Diagnosis Banding
Ca tiroid
7. Pemeriksaan Penunjang
Apabila ada kecurigaan hipertiroid dilakukan pemeriksaan
TSHs dan fT4. Didapatkan FT4 meningkat dan TSHs menurun
pada hipertiroid primer.
8. Terapi
Obat antitiroid
o PTU dosis awal 100 – 150 mg tiap 6 jam selama
4 – 8 minggu.
o Kemudian dosis diturunkan menjadi 50 – 200
mg sekali atau 2x sehari.
o Atau,
o Methimazol 40 mg tiap pagi selama 1 – 2 bulan.
o Kemudian dosis diturunkan menjadi 5 – 20 mg
setiap pagi sebagai dosis rumatan.
Pembedahan
o Pembedahan dilakukan pada pembesaran yang
besar atau struma
o yang multinoduler. Operasi dikerjakan setelah
eutiroid dan 2 minggu sebelum operasi,
penderita diberikan larutan lugol dengan dosis 5
tetes 2 x sehari.
Terapi medis lain
o Propranolol 10 – 40 mg tiap 6 jam.
o Propranolol sangat membantu dalam
mengendalikan takikardi, fibrilasi atrial, dan
menurunkan aktivitas hormon tiroid.
Terapi radioaktif iodin
9. Edukasi
Istirahat yang cukup
Diet TKTP
1. Pengertian (Definisi)
Gangguan motilitas kolon tanpa gangguan struktur/organik.
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tiga tanda khas meliputi
1. Penderita tidak dapat menunjukkan lokasi nyeri dengan
tepat
2. Daerah kolon tampak tegang karena kolon desenden
penuh tinja dan sekum penuh gas
3. Nyeri perut menghilang bila ditekan, berbeda dengan
kolitis lain yang organik.
6. Diagnosis Banding
-
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang digunakan untuk menyingkirkan
adanya penyebab organik, seperti feses lengkap, tes toleransi
laktosa, pemeriksaan kadar karoten serum, faal tiroid, dan
kolonoskopi.
15. Kepustakaan Staudacher HM, Irving PM, Lomer MC, Whelan K (April
2014). “ Mechanisms and efficacy of dietary FODMAP
restriction in IBS”. Nat Rev Gastroenterol Hepatol (Rewiev)
11 (4): 256-66
Longstreth GF, Thompson WG, Chey WD, Houghton LA,
Mearin F, Spiller RC (2006). “ Functional bowel disorders”.
Gastroenterology 131 (2):688
HIV-AIDS
3. Pemeriksaan Fisik
Sesuai stadium klinis
6. Diagnosis Banding -
KRISIS TIROID
1. Pengertian (Definisi)
Merupakan kondisi eksaserbasi akut pada tirotoksikosis yang
jika tidak diobati akan berakibat fatal.
2. Anamnesis
Sesuai skoring dari Bursch-Wartofsky
3. Pemeriksaan Fisik
Sesuai skoring dari Bursch-Wartofsky
6. Diagnosis Banding
-
7. Pemeriksaan Penunjang
-
1. Terapi suportif
8. Terapi Pasang NGT untuk nutrisi dan pemberian obat oral
Oksigen
Kompres
Paracetamol untuk menurunkan panas
Chlorpromazine 50 – 100 mg i.m. untuk menurunkan
gejala agitasi.
Fenobarbital dapat digunakan untuk sedasi
Multivitamin
2. Terapi khusus
PTU 400 mg p.o. kemudian dilanjutkan 100 – 200
mg tiap 4 jam.
Atau metimazole 40 mg, dilanjutkan 10 mg tiap 4
jam.
Larutan lugol 6 tetes tiap 6 jam, diberikan 1 jam
setelah pemberian PTU
Propranolol 10 – 40 mg p.o. setiap 6 jam atau 0,5 – 1
mg i.v. setiap 3 jam.
Hidrocortison suksinat 100 – 200 mg i.v. atau
dexamethason 2 mg i.v. setiap 8 jam (7.00, 13.00,
17.00). tappering off dimulai dari suntikan ketiga
dihapus.
3. Terapi faktor pencetus
6. Diagnosis Banding -
LEPTOSPIROSIS
Merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
1. Pengertian (Definisi) Leptospira spp. patogen
5. Diagnosis Leptospirosis
Hepatitis
6. Diagnosis Banding Tifoid fever
cholecystitis
Pemeriksaan penunjang didapatkan gangguan fungsi hati,
7. Pemeriksaan Penunjang gangguan fungsi ginjal yang menggambarkan AKI, asidosis,
proteinuria, terdapat sedimen eritrosit, lekosit, dan granular,
LED meningkat, lekositosis, trombositopenia, hipokalemi, dan
peningkatan enzim CK (CPK).
MRS untuk leptospirosis dengan komplikasi (leptospirosis
8. Terapi berat)
Antibiotik untuk leptospirosis ringan
Doxycycline 100 mg b.i.d. selama 7 – 10 hari
Antibiotik untuk leptospirosis berat
Penicillin G 2,4 – 3,6 juta U/hari i.v. selama 7 hari
Ceftriaxone 1 gram/hari i.v. selama 7 hari
Terapi cairan untuk hipovolemia karena perdarahan
Dialisis jika ada indikasi
Ventilator jika ada indikasi
5. Diagnosis Malaria
1. Antimalaria
8. Terapi a) Malaria falciparum
4 tablet ACT (artesunate 50 mg + amodiakuin 200
mg (153 mg basa)) setiap hari selama 3 hari, dan
3 tablet primakuin 15 mg dosis tunggal (0,75 mg/kg)
Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil.
b) Malaria vivax dan ovale
4 tablet ACT (artesunate 50 mg + amodiakuin 200
mg (153 mg basa)) setiap hari selama 3 hari, dan 1
tablet primakuin 15 mg (0,25 mg/kg) setiap hari
selama 14 hari
c) Malaria malariae
4 tablet ACT (artesunate 50 mg + amodiakuin 200
mg (153 mg basa)) setiap hari selama 3 hari
d) Malaria mix falciparum + vivax
4 tablet ACT (artesunate 50 mg + amodiakuin 200
mg (153 mg basa)) setiap hari selama 3 hari, dan
3 tablet primakuin 15 mg (0,75 mg/kg) hari pertama,
dan
1 tablet primakuin 15 mg (0,25 mg/kg) setiap hari
hari ke-2 sampai hari ke-14
2. Antipiretik
3. Kasus malaria berkomplikasi (malaria serebral, anemia
berat, gagal ginjal akut, edema paru, ARDS,
hipoglikemia, syok, perdarahan spontan, kejang > 2x/24
jam, asidosis, hemoglobinuria karena infeksi malaria
(bukan karena obat antimalaria)) harus dirujuk.
Menjelaskan mengenai penyakit, komplikasi, prognosa dan
9. Edukasi penanganan penyakit pasien
LIMFOMA
Proliferasi abnormal sistem limfoid dan struktur yang
1. Pengertian (Definisi) membentuknya, dapat menyerang kelenjar getah bening atau
organ diluar kelenjar getah bening.
Keluhan berupa benjolan di kelenjar getah bening, demam
2. Anamnesis (demam 1 – 2 minggu, kemudian tanpa demam), keringat
malam, penurunan berat badan. Nyeri dada, sesak, batuk
merupakan tanda adanya massa intra mediastinal yang besar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
1. Limfadenopati servikal (60 – 80%), axilla (6 – 20%),
inguinal (6 – 20%)
2. Pembesaran juga terjadi di waldeyer ring (tonsil dan
3. Pemeriksaan Fisik
adenoid), oksipital, epitroklear.
3. Hepatosplenomegali
4. Vena cava superior syndrome terjadi bila ada massa
intramediastinal yang sangat besaR
Staging limfoma menggunakan klasifikasi Ann-Arbor
4. Kriteria Diagnosis Std Definisi
I Mengenai 1 regio KGB atau jaringan limfoid lain
II Mengenai 2 atau lebih regio KGB di satu sisi
diafragma
III Mengenai regio KGB di kedua sisi diafragma
IV Penyebaran luas dan keterlibatan organ extranodal
multipel
A Asimptomatis
B Terdapat salah satu gejala dari demam > 38oC, keringat
malam, atau penurunan BB ≥ 10% dalam 6 bulan
E Keterlibatan extranodal selain liver dan bone marrow
S Keterlibatan lien
5. Diagnosis Limfoma
PANKREATITIS AKUT
Radang akut pankreas karena proses otodigesti. Terdapat 2
1. Pengertian (Definisi) jenis, edematous dan hemoragik.
Nyeri perut mendadak, di daerah epigastrium, kuadran kiri atas,
2. Anamnesis dan periumbilikal, menjalar ke punggu disertai mual dan
muntah. Nyeri menetap sampai beberapa hari, berkurang bila
duduk agak membungkuk.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penderita tampak gelisah,
demam, takikardi, takipnea, hipertensi atau hipotensi sampai
syok, dan dapat ditemukan tanda-tanda ileus.
Pada jenis hemoragik dapat timbul ekimosis yang terlihat
3. Pemeriksaan Fisik berwarna biru keunguan di daerah pinggang (Gret Turner Sign)
dan sekitar umbilikus (Cullen Sign).
Kelainan lain yang mungkin dapat ditemukan ialah efusi pleura
(terutama sisi kiri), ARDS, fatty necrosis subkutan yang
menyerupai eritema nodosum, tetani karena hipokalsemi
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
OSTEOARTHRITIS
Sindroma klinis perubahan metabolik, biokimia, dan struktur
1. Pengertian (Definisi) sendi dan sekitarnya yang ditandai dengan menipisnya
kartilago.
Gejala khas dari OA adalah nyeri sendi yang meningkat bila
2. Anamnesis dipakai aktivitas. Nyeri terutama di sendi-sendi penyangga
tubuh. Kaku sendi setelah istirahat lama/tidur, durasi kaku sendi
< 30 menit. Pada gerakan sendi terdengar bunyi “cracking”.
Nyeri tekan dan nyeri gerak pada sendi yang terkena
Teraba krepitus pada saat sendi digerakkan
Keterbatasan ROM saat fase lanjut
Sendi membesar
3. Pemeriksaan Fisik
Pada lutut dapat dijumpai deformitas genu valgus atau
genu varus
Pada Hand OA dapat ditemukan Heberden’s dan
Bouchard’s node.
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Osteoarthritis
Rheumatoid arthritis
6. Diagnosis Banding Gout arthritis
SIROSIS HEPATIS
Fase lanjut dari penyakit hati dimana seluruh kerangka hati
1. Pengertian (Definisi) menjadi rusak disertai dengan bentukan-bentukan regerasi
nodul.
Sirosis hepatis yang masih kompensata tidak memberikan
2. Anamnesis gejala klinis yang berarti.
Sirosis hepatis yang dekompensata memberikan gejala
kegagalan fungsi hati dan hipertensi portal, sebagai berikut
1. Penurunan nafsu makan, mual, kembung, sebah,
malaise.
2. Asites, edema tungkai sampai anasarka
3. Ikterus, kencing seperti coklat seperti teh
4. Spider nevi (telangiektasia), eritema palmaris,
ginekomastia, bulu ketiak rontok
5. Perdarahan gusi, mimisan, dan perdarahan lainnya.
6. Gangguan kesadaran (ensefalopati hepatik)
7. Splenomegali, pelebaran vena-vena kolateral,
hematemesis, melena, hemorroid, caput medusae, asites.
Fase kompensasi sempurna.
Pada fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau bisa juga
keluhan samar- samar tidak khas seperti pasien merasa tidak fit,
merasa kurang kemampuan kerja, selera makan berkurang,
perasaan perut kembung, mual, kadang mencret atau konstipasi,
3. Pemeriksaan Fisik
berat bdan menurun, kelemahan otot dan perasaan cepat lelah
akibat deplesi protein. Keluhan dan gejala tersebut tidak banyak
bedanya dengan pasien hepatitis krnik aktif tanpa sirosis hati
dan tergantung pada luasnya kerusakan parenkim hati.
Fase dekompensasi.
Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
portal dengan manifestasi seperti eritema palmaris, spider
naevi, vena kolateral pada dinding perut, ikterus, edema
pretibal dan asites, ikterus dengan air kemih berwarna teh pekat
mungkin disebabakan proses penyakit yang berlanjut atau
transformasi kearah keganasan hati, dimana tumor akan
menekan saluranempedu atau terbentuknya thrombus saluran
empedu intrahepatik. Bisa juga pasien datang dengan gangguan
pembekuan darah seprti apistaksis, perdarahan gusi, gangguan
siklus haid, atau siklus haid berhenti. Sebagian pasien datang
dengan gejala hematemesis dan melena, atau melena saja akibat
perdarahan varises esofagus. Perdarahan bisa masif dan
menyebabkan pasien jatuh kedalam renjatan. Padda kasus lain
sirosis datang dengan gangguan kesadaran berupa ensefalopati
hepatik sampai koma hepatik. Ensefalipati bisa akibat
kegagalan hati pada sirosis hati fase lanjut atau akibat
perdarahan varises esofagus.
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
ULKUS PEPTIKUM
Kerusakan atau hilanganya jaringan mukosa, submukosa,
1. Pengertian (Definisi) sampai ke muskularis mukosa didaerah saluran cerna bagian
atas, berbatas tegas, dan ada hubungannya dengan asam
lambung dan pepsin.
Gejala yang khas berupa nyeri daerah epigastrium yang
2. Anamnesis berlangsung kronik, periodik, ritmik, dangan kualitas seperti
ditusuk atau rasa panas. Dapat disertai mual muntah dan
anoreksia.
Anamnesa
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
6. Diagnosis Banding -
1. Pengertian (Definisi) Respon inflamasi seluruh tubuh akibat infeksi atau zat-zat lain.
6. Diagnosis Banding -
6. Diagnosis Banding -