Anda di halaman 1dari 4

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSUD CIAWI
KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
2013 - 2015

HIPOGLIKEMI NEONATORUM (ICD 10: ………..)

1. Pengertian (Definisi) Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang < 45 mg/dL
pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala.
- Untuk neonatus aterm berusia <72 jam dipakai batas kadar
glukosa plasma 35 mg/dL.
- Neonatus prematur dan KMK (Kecil Masa Kehamilan) yang
berusia <1 minggu disebut mengalami hipoglikemia bila
kadar glukosa plasma <25 mg/dL.
2. Anamnesis Anamnesis :
1. Tremor, jitteriness (gerakan tidak beraturan) atau iritabilitas
2. Kejang, koma
3. letargi, apatis
4. Sulit menyusui, muntah sehingga asupan kurang
5. Apnea
6. Menangis melengkin (high pitched cry) atau lemah
7. Sianosis
8. Beberapa bayi tidak memberikan gejala
3. Pemeriksaan Fisis - Berat lahir 4000 g
- Beberapa saat lahir menunjukkan gejala sakit seperti
lemas/letargi, kejang atau gangguan nafas.
Pada hari 1 atau 2 setelah kelahiran, mungkin asimptomatik. Pada
neonatus dapat ditemukan :
1. Tremor
2. Sianosis
3. Hipotermia
4. Kejang
5. Apnea/pernafasan tidak teratur
6. Letargi/apatis
7. Berkeringat
8. Takpinea atau takikardia
9. Tidak mau minum
Gejala lain pada bayi mungkin didapatkan gejala neuroglikopenik
berat namun kadang tidak spesifik :
1. Gelisah/rewel
2. Sianosis
3. Apnea
4. Distres respirasi
5. Malas minum
6. kejang mioklonik
7. Wilting spells atau myoclonic jerks
8. Jitteriness
9. Kejang
10. Somnolen, letargi, apatis
11. Temperatur subnormal
12. Berkeringat
13. Hipotonia
4. Kriteria Diagnosis Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan: adanya gejala
hipoglikemia, kadar glukosa plasma yang rendah (kurang dari 45
mg/dL atau 25 mg/dL tergantung usia), dan respon klinik yang
positif terhadap pemberian gula.
5. Diagnosis Kerja Hipoglikemia neonatorum

6. Diagnosis Banding - Sepsis


- Penyakit SSP
- Paparan zat toksik
- Abnormalitas metabolik: hipokalsemia, hiponatremia /
hipernatremia, hipomagnesia, defisiensi piridoksin
- Insufisiensi adrenal
- Gagal jantung
- Gagal ginjal
- Gagal hati
7. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang:
Penunjang - Darah: Pemeriksaan kadar glukosa darah, baik menggunakan
strip reagen (glucose sticks) (hasilnya 15% lebih rendah dari
kadar dalam plasma), maupun melalui laboratorium (Darah
vena), kadar elektrolit darah.
- Urin:
Pemeriksaan urin pada saat yang sama dengan pengambilan
sampel gula darah dan untuk pemeriksaan asam organik, keton,
dan bahan pereduksi lain.
- Pencitraan
1. CT Scan kepala, bila dicurigai hipopituitarisme
2. USG abdomen, bila dicurigai adanya insulinoma

*Apabila ditemukan hipoglikemi refrakter/berat/jika telah


diberikan infus glukosa >1minggu, perlu dicari penyebab
hipoglikemia dengan memeriksa insulin, GH, kortisol, ACTH,
tiroksin, TSH, glukagon, Asam amino plasma dan keton urin.
8. Tatalaksana  Pada neonatus yang berisiko tinggi => gula darah harus
diukur setiap 2 jam dengan dekstrostik selama 12 jam
pertama, selanjutnya setiap 6 jam sampai 48 jam.
 Bila dekstrostik menunjukkan nilai yang rendah =>
pemeriksaan kadar glukosa darah kuantitatif harus dilakukan.
 Pada kejadian hipoglikemia => segera lakukan perbaikan
terhadap faktor-faktor yang mungkin memperburuk keadaan
seperti suhu lingkungan dan oksigenase.
Berikut ini dijelaskan tata laksana hipoglikemia :
1. Hipoglikemia asimptomatik :
- Glukosa darah yang rendah => harus segera diberi minum
glukosa 10% yang diikuti susu formula pada 2 – 3 jam
berikutnya.
- Pemantauan glukosa darah setiap 30 – 60 menit sampai
stabil normoglikemia, kemudian setiap kali akan minum (3
jam).
- Bila kadar gula setelah pemberian glukosa PO tetap <45
mg/dL atau timbul gejala (simptomatik), maka glukosa IV
harus diberikan.
2. Hipoglikemia simptomatik :
- Berikan glukosa 10% IV sebanyak 2 mL/kg dengan
perlahan selama 1 menit.
- Lanjutkan pemberian infus glukosa 10% dan pertimbangkan
juga pemberian elektrolit.
- Kebutuhan glukosa diperkirakan sekitar 8–10 mg/kg /menit.
Untuk memberikan glukosa sebanyak 8 mg/kg/menit
dibutuhkan dekstrose 10% dengan kecepatan 110
mL/kg/hari IV.
- Bila kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit => segera lakukan
pemeriksaan kadar gula darah, insulin, kortisol, GH, laktat,
TSH dan FT4 untuk mendeteksi adanya gangguan hormon.
- Setelah itu diberikan hidrokortison suksinat 10 mg/kg/hari
dengan dosis terbagi 2. Bila perlu lakukan konsultasi
endokrinologi.
- Segera setelah keadaan stabil => pemberian susu PO
dimulai dan glukosa IV dikurangi secara bertahap lalu
dihentikan bila PO sudah dapat mencukupi kebutuhan.
9. Edukasi  Bila ibu menderita DM, perlu skrining atau uji tapis DM
(Hospital Health untuk bayinya
Promotion)  Bila bayi menderita DM (juvenile diabetes mellitus) kelola
DM nya atau konsultasi ke endokrin anak
 Menghindari faktor risiko seperti hipotermi
 Bila bayi tidak mungkin menyusu, mulai pemberian minum
dengan sonde dalam waktu 1-3 jam setelah lahir
10. Prognosis Dubia ad vitam : Dubia ad bonam
Dubia ad functionam : Dubia ad malam
Dubia ad sanationam : Dubia ad malam
*Hipoglikemia pada BKB meningkatkan risiko gangguan
perkembangan atau cerebral palsy (3,5×)
Hipoglikemia simtomatik dapat menyebabkan jejas otak (dapat
dideteksi dengan MRI), gangguan perkembangan saraf
(neurodevelopment), gangguan kognitif, dan bangkitan kejang
berulang
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis Dokter Spesialis Anak RSUD Ciawi, kab. Bogor
14. Indikator Medis Nilai kadar gula darah normal dan klinik bayi baik.
15. Kepustakaan 1. IDAI. Pedoman Pelayanan Medik. Jilid I. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2010.
2. Batubara JR, Tridjaja B, Pulungan AB. Buku Ajar
Endokrinologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010.
3. Unpad. Pedoman Diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak.
5th ed. 2014.

Anda mungkin juga menyukai