kejang neonatal
dr. H. Soeroyo Mahfudz, Sp.A(K)., MPH
Hipoglikemia
Outline 01 Homeostasis glukosa
Kontrol hormonal glukosa
• Glikogenolisis, gluconeogenesis, lipolysis, ketogenesis
02 Hipoglikemia neonatus
Definisi, etiologi, diagnosis, tatalaksana
• Manajemen hipoglikemia neonatus
03 Hipoglikemia refrakter
Kegawatan hipoglikemia
• Manajemen kegawatan hipoglikemia
Homeostasis glukosa
Fungsi utama glukosa
Bahan metabolism utama di
otak, dan hanya sebagian Hormon kontraregulasi ↑
kecil yg disimpan sbg glukagon, kortisol, hormon
glikogen pertumbuhan, dan epinefrin
Tidak Puasa
puasa ↑Glukosa ↓glukosa normoglikemia
serum serum
Akan ↑ insulin Akan ↓ insulin Setelah terjadi :
↑penggunakan energi di tingkat sel Memicu hormone-hormone glikogenolisis,
kontraregulasi utk mempertahankan glukoneogenesis,
glukosa darah lipolisis dan
ketogenesis
Homeostasis glukosa
Hipoglikemia neonatus
Definisi
Kondisi bayi dengan kadar glukosa darah <45 mg/dL, baik dengan gejala maupun tidak
Keadaan mengancam nyawa jika glukosa <25 mg/dL
Etiologi
1. Peningkatan pemakaian glukosa
2. Penurunan produksi/simpanan glukosa
3. Peningkatan pemakaian glukosa dan atau penurunan produksi glukosa/ Stress
Pemeriksaan fisik
Tanda neurogenik Tanda neuroglikopenik
Jitterines/ tremor, berkeringat, iritabilitas, Reflek hisap lemah, malas minum, tangis lemah/melengking,
takipneu, pucat perubahan kesadaran, kejang hipotoni
Penunjang
Tanda lain
Apneu, sianosis, bradikardia, hipotermia
Laboratorium
GDS, urin, elektrolit darah, jika hipoglikemia refrakter dan
tersedia: cek growth hormone, kortisol, ACTH, tiroksin,
TSH, glucagon, asam amonio plasma, keton urin
Skrining hipoglikemia
Neonatus tanpa risiko hipoglikemia
Dilakukan jika hanya ada klinis
1. Anjurkan ibu menyusui, jika tidak bisa dengan ASI perah menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum
2. Jika tidak memungkinkan, pasang jalur IV, Infus glukosa sesuai hitungan
GIR 6-8 mg/kg/menit
3. Cek GD dalam 1 jam atau sebelum pemberian minum
1. Jika GD<25 mg/dl, atau terdapat tanda hipoglikemia, tangani spt
sebelumnya
2. Jika GD 25-45 mg/dl, naikkan frekuensi minum ASI atau naikkan
volume, atau naik GIR 2 mg/kg/menit, cek ulang GD 1 jam
3. Jika GD ≥ 45 mg/dl, pertahankan frekuensi minum atau pertahankan GIR,
ulangi GD 1-2 jam post koreksi
Tatalaksana emergensi
Frekuensi pemeriksaan glukosa darah setelah
glukosa darah kembali normal
• Panah kiri:
50
EEG waveform left
25
0
V
µ
–25
–50
50
EEG waveform right peningkatan batas bawah
gelombang aEEG yg menandakan
25
0
V
µ
–50
25
V
µ
10
• Panah kanan:
aEEG right 1 2
100
25
V
µ
10
0
04:00 04:30 05:00 05:30 06:04:48 06:30 07:00 07:30 08:00
Kriteria klinis OAE utk neonatus
Tipe Kejang Karakteristik Terapi Konsensus atau
Klinik kontroversi
Fokal klonik Singkat dan jarang OAE opsional Kontroversi
Lama dan berulang OAE Konsensus
Fokal tonik Singkat dan jarang OAE opsional Kontroversi
Lama dan berulang OAE Konsensus
Mioclonik Singkat dan jarang OAE opsional Kontroversi
Dapat diprovokasi Tanpa OAE Konsensus
Generalized Hilang dengan Tanpa OAE Konsensus
tonic tahanan, dapat
postuning diprovokasi
atau motor Tidak hilang dengan OAE opsional Kontroversi
automatism tahanan, tidak dapat
diprovokasi
Algoritme kejang
*Cari dan atasi penyebab lain kejang :
kontinu jika memungkinkan • Hipoglikemia (lihat hal.48)
• Lakukan pemeriksaan penyebab kejang yang dapat dikondisi segera (Glukosa • Hipokalsemia: Kalsium glakonas 10%
darah dan elektrolit*) dengan dosis 0,5 ml/kgBB IV
• Mulai pemberian antibiotik jika ada demam atau risiko tinggi indeksi SSP • Hipomagnesemia: Magnesium sulfat
• Segera lakukan pungsi lumbal setelah kejang telah terkontrol 40% dengan dosis 0,2
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK • Pastikan ventilasi dan perfusi adekuat (ABC)
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/214/2019
TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN EEG/aEEG untuk
KEDOKTERAN TATA LAKSANA ASFIKSIA Jika terdapat satu tanda kejang pada EEG/aEEG dan tidak ada penyebab yang dapat memantau respons
dikoreksi segera, berikan : klinis terhadap
FENOBARBITAL pemberian terapi
Dosis inisial 20 mg /kgBB IV selama 10-15 menit dan mulai rumatan 24 jam setelah anti kejang (dipantau
dosis inisial 4-6 mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis iv/oral tiap 15 – 20 menit )
Algoritme kejang
Jika masih kejang:
***Pertimbangkan pemberian FIRIDOKSIN 100
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK mg IV kemudian dilanjutkan dengan
INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/214/2019
MIDAZOLAM
TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
Dosis inisiaal: 0,15 mg/kgBB IV diikuti dengan infus
KEDOKTERAN TATA LAKSANA ASFIKSIA 1 mg/kgBB/menit IV dapat dinaikkan 0,5 -1
mg/kgBB/menit tiap 2 menit hingga dosis maksimal JIKA KEJANG BERHENTI.
18 mg/kgBB/menit • Lakukan pemantauan EEG/aEEG selama minimal 24 jam bebas kejang
• Jika sedang dalam terapi rumatan Fenobarbital lakukan pemeriksaan kadar
Mulai penyapihan Setelah 24 jam bebas kejang pada obat dalam darah dalam 4-5 hari
L pemantauan EEG/aEEG. • Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk mempertegas otiologi kejang:
I Lanjutkan terapi rumatan yang telah digunakan Pertimbangkan pencitraan otak (MRI jika memungkinkan) pungsi lumbal
sebelumnya sebagai pemeriksaan rutin dan atau pemeriksaan neurotransmiter , pemeriksaan
genetika atau gangguan metabolisme jika diindikasikan
N • Lakukan penyapihan terhadap terapi anti-kejang rumatan sebelum pasien
I dipulangkan
• Pertimbangkan penyapihan seluruh terapi anti-kejang sebelum pasien pulang,
jika: kejadian kejang menurun atau hanya ada satu kali kejang, bebas kejang
T dalam 48-72 jam, dan rendahnya ridiko kejang berulang.
I
G
Bila masih kejang, tata laksana
selanjutnya tergantung kebijakan
A klinis
*** Pyridoxine dependancy harus dipertimbangkan ketika kejang tidak respons terhadap pemberian obat anti-kejang lini kedua.
Pemberian Piridoksin harus disertai pengawasan ketat terhadap adanya apne, kejang berulang, dan fungsi kardiovaskular.
Gambar 22. Anjuran Algoritme tatalaksana kejang pada fasilitas lengkap (2)
Bayi klinis kejang: Definisi fasilitas terbatas:
Lakukan pemeriksaan penyebab kejang yang dapat segera dikonveksi Tidak tersedia pilihan obat yang lengkap
(gula darah/elektrolit) Kesulitan memasang akses intravena
Mulai pemberian antibiotik jika ada kecurigaan infeksi SSP Fasilitas untuk melakukan intubasi tidak tersedia
Pastikan ventilasi dan perfusi adekuat (ABC) Tenaga medis tidak kompeten melakukan intubasi
Levetiracetam
• Mulai sering digunakan
• Sediaan IV (blm ada di Indonesia)
• Oral
• Dosis loading aman dan efek samping minimal
• Dosis loading: 40 mg/kg
• Dosis rumatan: 10 mg/kg setiap 8 jam
Hart AR, et al. Arch Dis Child Educ Pract Ed 2015;0:1–7. doi:10.1136/archdischild-
2014-306388
Kesimpulan