Anda di halaman 1dari 9

Hipoglikemi neonatal

Hipoglikemia pada anak


Hipoglikemia lebih sering terjadi pada bayi baru lahir dibandingkan anak yang lebih besar. Kadar
glukosa darah yang normal terjadi karena adanya keseimbangan antara penyediaan glukosa dalam darah
dengan pemakaiannya oleh tubuh. Bila terjadi gangguan pada keseimbangan ini, maka dapat terjadi
hipoglikemia atau sebaliknya hiperglikemia. Hipoglikemia merupakan keadaan yang berbahaya karena
glukosa merupakan kebutuhan pokok otak. Secara klinis hipoglikemia dibedakan menjadi simtomatik
(dengan gejala) dan asimtomatik (tanpa gejala). Risiko kerusakan otak lebih tinggi pada hipoglikemia
simptomatik daripada hipoglikemia asimptomatik.

HOMEOSTASIS GLUKOSA

Kadar glukosa darah bergantung pada berbagai macam proses dinamik, yang pada prinsipnya
merupakan keseimbangan antara asupan dan utilisasi glukosa darah oleh tubuh.

Kadar glukosa darah = glukosa yang masuk dalam darah – glukosa yang keluar dari darah

Masukan gula bergantung pada asupan gula dari makanan, persediaan glikogen, efisiensi mobilisasi
glikogen, dan proses glukoneogenesis. Keluaran bergantung pada simpanan gula (diatur oleh insulin)
atau metabolism energy.

Untuk mendapatkan kadar gula darah yang stabil diperlukan keseimbangan antara masukan dan
keluaran. Masukan dan keluaran normal glukosa pada anak yaitu:

–          Bayi premature sebesar 5-6 mg/kg/menit

–          Bayi aterm sebesar 3-5 mg/kg/menit, dan

–          Anak sebesar 2-3 mg/kg/menit

DEFINISI

Hipoglikemia adalah kadar glukosa plasma yang kurang dari 44 mg/dL pada bayi atau anak anak,
dengan atau tanpa gejala. Untuk neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar glukosa
plasma 35 mg/dL. Sedangkan untuk neonatus premature dan KMK (Kecil Masa Kehamilan) yang
berusia kurang dari 1 minggu disebut mengalami hipoglikemia bila kadar glukosa plasma kurang dari 25
mg/dL.

(catatan: kadar glukosa plasma kurang lebih 15% lebih tinggi dari kadar glukosa darah. Darah kapiler
dan arteri menunjukkan kadar gula sekitar 10% lebih tinggi daripada kadar dalam plasma)

PRINSIP DASAR
Kadar glukosa darah pada keadaan puasa merupakan hasil dari proses glukoneogenesis dan
glikogenolisis oleh system endokrin normal. Hormone pertumbuhan (growth hormone  – GH), kortisol,
glucagon, dan epinephrine yang disebut counter – regulatory hormone mempuunyai sifat meningkatkan
glukosa darah, sedangkan insulin menurukan gula darah. Sembilan puluh persen glukosa digunakan oleh
SSP (organ lain yang mutlak membutuhkan glukosa adalah sel darah merah, adrenal, dan medulla ginjal)

Terdapat beberapa adaptasi terhadap kehidupan di luar uterus dan homeostasis glukosa. Dalam keadaan
normal kadar glukosa darah bayi lebih rendah daripada anak. Kadar glukosa darah janin sebesar 70%
kadar glukosa darah ibu. Pada waktu bayi lahir masukan glukosa dari ibu berhenti secara mendadak
sehingga homeostasis pasca lahir dipertahankan dengan peningkatan glucagon 3-5 kali lipat, kadar
insulin menurun dan tidak segera meningkat setelah makan, peningkatan katekolamin, peningkatan GH,
peningkatan FFA (Free Fatty Acid) dan badan keton, terjadi maturasi enzim glukoneogenik dan
pelepasan glukosa darah dari simpanan glikogen (biasanya cukup untuk bayi normal bisa bertahan puasa
selama 4 jam)

HIPOGLIKEMIA MENURUT USIA

Hipoglikemia dapat dibagi menurut usia, yaitu hipoglikemia pada neonatus dan hipoglikemia pada balita
atau anak yang lebih besar.

Hipoglikemia pada neonatus

–          Bersifat sementara dan biasanya terjadi pada bayi baru lahir, misalnya karena masukan glukosa
yang kurang (starvasi, kelaparan), hipotermia, syok,dan pada bayi dari ibu diabetes.

–          Bersifat menetap atau berulang yang dapat terjadi akibat defisiensi hormone, hiperinsulinisme,
serta kelainan metabolisme karbohidrat dan asam amino.

Hipoglikemia pada balita atau anak yang lebih besar

Pada balita atau anak yang lebih besar, hipoglikemia dapat terjadi akibat starvasi terutama bila cadangan
glikogen rendah, prediabetes,obat-obatan misalnya insulin pada pasien diabetes mellitus tipe 1, penyakit
sistemik berat dan pada gangguan endokrin atau metabolism.

Penyebab hipoglikemia

Berdasarkan patofisiologinya, maka hipoglikemia dapat disebabkan oleh masukan glukosa dari makanan
yang kurang (starvasi) , penurunan masukan glukosa dari simpanan glikogen, penurunan masukan
glukosa karena gangguan glukoneogenesis dan glikoneogenesis, pengeluaran berlebihan ke dalam
simpanan (pada hiperinsulinisme) dan pengeluaran yang meningkat karena kebutuhan meningkat.

–          Masukan gula dari makanan yang kurang (starvasi)

Keadaan ini dapat timbul akibat keterlambatan pemberian makanan pada bayi baru lahir (pemberian
ASIpertama meningkatkan kadar gula darah sebesar 18-27 mg/dL); pemberian makanan yang tidak
adekuat, misalnya diberikan 30 mL dekstrose 5% (yang hanya mengandung 6 Kal) sebagai pengganti
susu, sedangkan 30 mL susu mengandung 24 kal; dan muntah berulang.

–          Penurunan masukan gula dari simpanan glikogen

Keadaan ini dapat terjadi pada IUGR, starvasi pada ibu hamil, prematuruitas, salah satu bayi kembar
(yang kecil) pada periode neonatal. Anak yang lebih besar usianya dengan cadangan glikogen yang jelek
akan mengalami hipoglikemia karena starvasi terutama bila disertai gangguan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa dari sumber nonkarbohidarat).

–          Penurunan masukan gula karena gangguan glukoneogenesis dan glikogenolisis

Keadaan ini dapat terjadi pada Glycogen Storage Disease, galaktosemia, intoleransi fructose, defisiensi
GH (hipopituitarisme) dan insufisiensi adrenokortikal (primer atau sekunder)

–          Pengeluaran berlebihan ke dalam simpanan (pada hiperinsulinemi)

Pada keadaan ini terjadi pengeluaran glukosa yang berlebihan dari cairan ekstraseluler karena insulin
mengubah glukosa ke dalam bentuk simpanannya yaitu lemak dan glikogen. Hiperinsulinisme juga
menurunkan masukan gula ke dalam cairan ekstraseluler dengan menghambat glikogenolisis dan
glukoneogenesis.

Penyebab hiperinsulinisme antara lain adalah (i) bayi dari ibu yang diabetes. Ibu yang hiperglikemia
menyebabkann janin juga mengalami hiperglikemia sehingga terjadi hyperplasia sel beta prankeas dan
meningkatkan kadar insulin. Setelah lahir, kadar insulin masih tetap tinggi sehingga timbul hipolikemia.
(ii). Pemberian glukosa iv yang berlebihan pada ibu hamil. (iii) nesidioblastosis, adenoma pancreas. (iv)
sindroma Beckwith-Wiedemann. (v) obat obatan

–          Pengeluaran yang meningkat karena kebutuhan energy meningkat

Penyebab pengeluaran gula yang meningkat antara lain sepsis, syok, asfiksia, hipotermia, respiratory
distress syndrome, polisitemia/hiperviskositas dan panas.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis sangat bervariasi dan bergantung pada usia pasien. Pada neonates gejala klinis dapat
berupa tremor, sianosis, hipotermia, kejang, apneu atau pernafasan tidak teratur, letargi atau apatis,
berkeringat, takipnea atau takikardia dan tidak mau  minum. Sedangkan pada balita dan anak yang lebih
besar gejalanya dapat berupa kejang, letargi, pucat, berkeringat dingin, takikardia, hipotermia, lemah,
gangguan bicara dan koma.

DIAGNOSIS

Secara klinis diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gabungan dari adanya hipoglikemia, kadar
glukosa plasma yang rendah (kurang dari 45 mg/dL atau 25 mg/dL tergantung usia), dan respon klinik
yang positif terhadap pemberian gula. Adapun alur diagnosis hipoglikemia dapat dilihat pada algoritme.
(gambar 8.1)

TATA LAKSANA

Pada neonatus yang berisiko tinggi, gula darah harus diukur setiap 2 jam dengan dekstrostik selama 12
jam pertama, selanjutnya setiap 6 jam sampai 48 jam. Kalau dekstrostik menunjukkan nilai yang rendah,
maka pemeriksaan kadar glukosa darah kuantitatif harus dilakukan. Pada kejadian hipoglikemia, segera
lakukan perbaikan terhadap factor factor yang mungkin memperburuk keadaan seperti suhu lingkungan
dan oksigenasi. Berikut ini dijelaskan tata laksana hipoglikemia baik yang dengan gejala maupun tanpa
gejala (asimtomatik).

TATA LAKSANA HIPOGLIKEMIA PADA NEONATUS YANG TIDAK MENUNJUKKAN


GEJALA (ASIMPTOMATIK)

Hasil pemeriksaan glukosa darah yang rendah harus segera diterapi dengan memberikan minum glukosa
10%  yang kemudian diikuti susu formula pada 2-3 jam berikutnya. Lakukan pemantauan glukosa darah
setiap 30-60 menit sampai stabil normoglikemia, kemudian setiap kali akan minum (3 jam). Bila kadar
gula setelah pemberian glukosa per oral tetap < 45 mg/dL atau timbul gejala (simtomatik), maka glukosa
intravena harus diberikan.

TATALAKSANA HIPOGLIKEMIA SIMTOMATIK

1. Pada neonates

Berikan glukosa 10% secara intravena sebanyak 2 ml/kg dengan perlahan selama 1 menit. Lanjutkan
dengan pemberian infus glukosa 10% dan pertimbangkan juga pemberian elektrolit. Kebutuhan glukosa
diperkirakan sekitar 8-10 mg/kg/menit. Untuk memberikan glukosa sebanyak 8 mg/kg/menit dibutuhkan
dekstrose 10% dengan kecepatan 110 mL/kg/hari intravena.

Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kg/menit segera lakukan pemeriksaan kadar gula darah, insulin,
kortisol, growth hormone, laktat, TSH dan FT4 unutk mendeteksi adanya gangguan hormone. Setelah
itu diberikan hidrokortison suksinar 10 mg/kg/hari dengan dosis terbagi-bagi. Bila perlu lakukan
konsultasi endokrinologi.

1. Pada anak

Berikan glukosa 40% sebanyak 1 ml/kg intravena secara perlahan. Ambillah sampel darah untuk
pemeriksaan gula darah, insulin, growth hormone, kortisol, laktat, serta keton darah dan urine.
Selanjutnya diberikan infuse glukosa 5-10% dalam salin untuk mempertahankan gula darah lebih dari 45
mg/dL dan kurang dari 120 mg/dL.

Pemberian hidrokortison merupakan indikasi bagi anak anak  yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
terapi tersebut di atas. Keadaan yang tetap memburuk menunjukkan adanya gangguan yang serius yaitu
kemungkinan telah terjadi edema otak. Keadaan hipoglikemia yang berlanjut membutuhkan penanganan
khusus yang tergantung dari penyebabnya. Bila keadaan membaik, dapat dicoba pemberian
minuman/makanan per oral.

Perlu diingat bahwa pada anak anak yang mengalami diabetes mellitus tipe 1 (tergantung insulin),
hipoglikemia merupakan komplikasi yang sering terjadi.

HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN DIABETES

Hipoglikemia merupakan komplikasi akut tersering pada pasien diabetes mellitus tipe 1. Hal ini dapat
terjadi karena usaha kita untuk mencapai nilai kadar glukosa darah normal. Semakin ketat usaha kita
untuk menghendaki normoglikemia, semakin besar risiko terjadinya hipoglikemia. Insidens
hipoglikemia sebagai komplikasi dapat dikurangi dengan meningkatkan frekuensi pemantauan gula
darah.

Definisi

Batasan hipoglikemia selalu menjadi perdebatan karena masing masing individu merasakan dampaknya
pada tingkat yang berbeda-beda. Yang penting adalah masing-masing individu perlu mengetahui pada
kadar glukosa berapa ia merasa dampak hipoglikemia. Sebagai kesepakatan, untuk pasien diabetes anak
dan remaja dianjurkan untuk mempertahankan kadar glukosa darah di atas 72 mg/dL.

Gejala klinis

Gejala hipoglikemia dibagi menjadi 2, yaitu neurogenik dan neuroglikopenik. Gejala neurogenik berupa
berkeringat, lapar, rasa bergetar di sekitar mulut, tremor, takikardia,pucat, berdebar debar dan lemas.
Sedangkan gejala neuroglikpenik berupa lemah, sakit kepala, gangguan penglihatan, bicara tidak jelas,
pusing atau sakit kepala, sulit berkonsentrasi, lelah, mengantuk, mudah marah, bingung, koma, dan
kejang.

HIPERINSULINISME

Diagnosis hiperinsulinisme ditegakkan bila didapatkan keadaan hipoglikemia yang disertai kadar insulin
yang tinggi. Pada keadaan normal penurunan kadar gula darah disertai dengan penurunan kadar insulin
yang sesuai. Kadar insulin >10 uU/mL pada keadaan hipoglikemia adalah  abnormal. Bahkan pada
beberapa kasus kadar yang lebih kecil mungkin tidak sesuai dengan keadaan hipoglikemia yang ada dan
menunjukkan adanya sekresi insulin yang otonom.

Banyak pasien yang pada saat bayi dikenal mengalami hipoglikemia idiopatik ternyata mengalami
hiperinsulinisme. Hiperinsulinisme sebagai penyebab hipoglikemia berat pada umumnya muncul pada
bayi baru lahir samapi usia 3 bulan. Seperti telah disebutkan sebelumnya, hiperinsulisme disebabkan
oleh berbagai keadaan yang berbeda. Beberapa yang sering dijumpai akan dibahas dalam bab ini.

 Hiperinsulinisme neonatal transient


 Hiperinsulinisme persisten
 Nesidioblastosis
 Insulinoma
HIPOGLIKEMIA PADA BAYI BARU LAHIR

A.PENGERTIAN
Hipoglikemi adalah keadaan hasil pengukuran kadar glukosa darah kurang dari 45 mg/dl (2,6 mmol/L)
B.PATOFISIOLOGI
Hipoglikemi sering terjadi pada berat lahir rendah (BBLR), karena cadangan glukosa rendah.
Pada ibu diabetes mellitus (DM) terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respons insulin
juga meningkat pada janin. Saat lahir dimana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan
respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat
terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan syaraf pusat
bahkan sampai kematian.
Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes mellitus
Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan hari-hari
pertama pasca lahir.
Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena meningkatkan penggunaan cadangan
glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan.
C.DIAGNOSIS
Anamnesis :
Riwayat bayi menderita asfiksia, hipotermi, gangguan pernafasan
Riwayat bayi prematur
Riwayat besar untuk masa kehamilan (BMK)
Riwayat bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK)
Riwayat bayi dengan ibu Diabetes Mellitus
Riwayat bayi dengan penyakit jantung bawaan
Bayi yang beresiko terkena hipoglikemia :
-Bayi dari ibu diabetes mellitus (IDM)
-Bayi yang besar untuk masa kehamilan, Large for Gestational Age (LGA)
-Bayi yang kecil untuk masa kehamilan, Small for Gestational Age (SGA)
-Bayi prematur dan lewat bulan
-Bayi sakit atau stress (Respiratory Distress Syndrome(RDS), hipotermia)
-Bayi puasa
-Bayi dengan polisitemia
-Bayi dengan eritroblastosis
-Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya steroid, beta – simpatomimetik dan beta blocker
D.GEJALA KLINIS / PEMERIKSAAN FISIK
Gejala hipoglikemi : tremor, jitteri, keringat dingin, letargi, kejang, distress nafas.
Jitteriness
Sianosis
Kejang atau tremor
Letargi dan menyusui yang buruk
Apnea
Tangisan yang lemah / bernada tinggi
Hipotermia
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
E.DIAGNOSIS BANDING
Insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit susunan syaraf pusat (SSP), sepsis, asfiksia,
abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia,hipernatremia, hipomagnesemia, defisiensi piridoksin ).
Penyulit :
Hipoksi otak
Kerusakan sistem syaraf pusat
F.TATALAKSANA
a.Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
Periksa kadar glukosa saat bayi datang / umur 3 jam
Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan
Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia
Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari penganganan hipoglikemia selesai
b.Penanganan hipoglikemia dengan gejala
Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1 ml/menit
Pasang jalur IV D 10% sesuai kebutuhan (kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit)
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg X 6 mg/kg/menit = 18 mg/menit =25920 mg/hari
Bila dipakai D 10% artinya 10 gr/100 cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 gr/hari berarti perlu 25,9 gr/10 gr X
100 cc = 259 cc D 10%/hari
Atau cara lain dengan Glucosa Infution Rate (GIR)
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah 12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
Untuk mencari kecepatan infus glukosa pada neonatus dinyatakan dengan GIR
Kecepatan infus (GIR) = glucosa infus rate
GIR (mg/kg/menit) = kecepatan cairan (cc/jam) X konsentrasi Dextrose (%)
6 X berat (kg)
Contoh : berat bayi 3 kg umur 1 hari
Kebutuhan 80 cc/jam/hari = 80 X 3 = 240 cc/hari = 10 cc/ jam
GIR = 10 X 10 (Dextrose 10 %) = 100 = 6 mg/kg/menit
6 X 3 18
Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala, ulangi seperti di atas
Bila kadar glukosa 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
-Infus D 10% diteruskan
-Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
-ASI diberikan bila bayi dapat minum
Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali pemeriksaan
-Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal (lihat ad b)
-ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah infus diturunkan pelan-pelan
-Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
c.Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala :
ASI diteruskan
Pantau, bila ada gejala manajemen seperti di atas
Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum minum, bila :
-Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala tangani hipoglikemi (lihat ad b)
-Kadar 25-45 mg/dl, naikkan frekuensi minum
-Kadar ≥ 45 mg/dl, manajemen sebagai kadar glukosa normal
d.Kadar glukosa normal
IV teruskan
Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
Bila kadar glukosa turun, atasi seperti di atas (lihat ad b)
Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam batas
normal, pengukuran dihentikan.
e.Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
Konsultasi endokrin
Terapi : kortikosteroid hydrocortisone 5 mg/kg/hari 2X/hari IV atau prednisone 2 mg/kg/hari per oral, mencari
kausa hipoglikemia lebih dalam
Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat lain : somatostatin, glukagon, diazoxide, human growth
hormon, pembedahan (jarang dilakukan)

Definisi :
Hipoglikemia bila :
– Kadar glukosa darah < 60 mg/dL, atau
– Kadar glukosa darah < 80 mg/dL dengan gejala klinis

Tanda-tanda Klinis Hipoglikemia


– Stadium parasimpatik : lapar, mula, tekanan darah turun
– Stadium gangguan otak ringan : lemah, lesu, sulit bicara, kesulitan
menghitung sementara
– Stadium simpatik : keringat dingin pada muka, bibir atau tangan gemetar
– Stadium gangguan otak berat : tidak sadar dengan atau tanpa kejang>

Pengelolaan Hipoglikemia
Stadium permulaan (sadar) :
– Beril larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni (bukan pemanis
pengganti gula atau gula diet / gula diabetes) dan makanan yang mengandung hidrat arang (karbohidrat)
– Stop obat hipoglikemik(OAD) sementara
– Pantau KGD 1 – 2 jam
– Pertahankan KGD 200 mg/dL (apabila sebelumnya tak sadar)
– Cari penyebab

Stadium lanjut (koma hipoglikemia)


– Penanganan harus cepat
– Berikan larutan dextrose 40 % sebanyak 2 flakon melalui vena setiap 10-20 menit, (atau glukagon 0,5
– 1 mg iv/im, bila penyebabnya insulin) pantau KGD tiap 30 menit.
– Bila pasien belum sadar, KGD < 100 mg/dL ulangi suntik 50 ml Dextrose 40 %.
– Bila belum sadar, ulangi suntik 50 ml Dextrose 40 %.
– Bila belum sadar KGD 200 mg/dL : suntik hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12 jam atau
deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 ja, dan Manitol iv 1,5 – 2 gram/kgBB setiap 6 – 8
jam. cari penyebab lain kesadaran menurun.
– Bila hipoglikemia belum teratasi, berikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortison dosis tinggi atau
glukagon 1 mg iv/im
– Berikan cairan dekstrose 10 % per infus 6 jam per kolf untuk mempertahankan glukosa darah dalam
nilai normal atau di atas normal disertai pemantauan gula darah secara intensif
TERAPI
Stadium permulaan ( sadar )
• Berikan gula murni 30 gram ( 2 sendok makan ) atau sirop /permen atau gula murni ( bukan pemanis pengganti
gula atau gula diit /gula diabetes ) dan makanan yang mengandung karbohidrat
• Hentikan obat hipoglikemik sementara
• Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
• Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL ( bila sebelumnya tidak sadar)
• Cari penyebab

Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia );
1) Diberikan larutan destrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 mL)bolus intra vena ,
2) Diberikan cairan dekstrosa 10 % per infuse ,6 jam perkolf
3) Periksa GD sewaktu (GDs) ,kalau memungkinkan dengan glukometer ;

• Bila GDs < 50 mg /dL-- + bolus dekstrosa 40% 50 % ml IV


• Bila GDs < 100 mg /dL --+ bolus dekstrosa 40 % 25 % mL IV

4) periksa GDs setiap satu jam setelah pemberian dekstrosa 40%

• bila GDs < 50 mg/dL -- + bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV


• bila GDs <100 mg/dL -- +bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV
• bila GDs 100 – 200 mg /dL -- tanpa bolus dekstrosa 40 %
• bila GDs > 200 mg/dL – pertimbangan menurunkan kecepatam drip dekstrosa 10 %
5) Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut –turut ,pemantauan GDs setiap 2 jam ,dengan protocol sesuai
diatas ,bila GDs >200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %
6) Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut- turut ,pemantauan GDs setiap 4 jam ,dengan protocol sesuai
diatas .bila GDs > 200 mg/dL – pertimbangkan mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0.9 %
7) Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut ,slinding scale setiap 6 jam :

Anda mungkin juga menyukai