1130016003
Laporan pendahuluan dan shan keperawatan dengan pasien hipoglikemia neonates disahkan
dan disetujui dengan laporan klinik keperawatan yang telah diselenggarakan mulai tanggal 9-20
Maret 2020 di Ruang Zam-Zam Rumah Sakit Islam A.Yani Surabaya.
Surabaya, ……
Mengetahui,
Kepala Ruangan Pembimbing Klinik
NPP. NPP.
Pembimbing Akademik
NPP.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Hipoglikemia adalah gangguan kesehatan yang terjadi ketika kadar gula di dalam darah
berada di bawah kadar normal. Hipglikemia adalah komplikasi yang paling umum terjadi pada
individu dengan diabetes.
Hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah yang rendah. Normalnya kadar glukosa
darah pada bayi adalah >45 mg/dL, sedangkan pada dewasa adalah <200 mg/dL. Hipoglikemia
neonates adalah keadaan kadar glukosa darah yang rendah setelah lahir.
B. Etiologi
1. Hiperinsulinemia
Pada bayi keadaan ini terjadi karena defek genetic yang dapat menyebabkan aktivasi
reseptor sulfonylurea akibat dari sekresi insulin yang menetap. Bayi yang lahir dari ibu
penderita diabetes memiliki kadar insulin yang tinggi setelah lahir karena tingginya paparan
glukosa in utero yang diakibatkan kurangnya kontrol kadar glukosa selama kehamilan.
2. Defek pada pelepasan glukosa (siklus krebs). Apabila terjadi akibat proses pembentukan
ATP dari oksidasi glukosa yang terganggu.
3. Defek pada produksi energy alternative
4. Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik termasuk hipertiroid
5. Premature, hipoglikemia ketotik dan malnutrisi
6. Kelainan pada produksi gula hepar
7. Kelainan hormonal. Kelainan ini diakibatkan oleh hormone pertumbuhan dan kortisol yang
berperan pada prosesn pembentukan energy alternative dan merangsang dari produksi
glukosa.
8. Toksin dan penyakit lain (etanol, salisilat, malaria)
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hipoglikemia yaitu pertama gejala yang berkaitan dengan aktivasi
sistem saraf autonomy dan pelepasan epinefrin yang disertai dengan penuruna kadar glukosa.
Pada neonates biasanya gejala disertai sianosis, apnea, hipotermia, hipotonia, dan kejang-
kejang.
D. Patofisiologi
1. Metabolism glukosa pada janin
Homeostasis glkosa yang terjadi pada neonates dan anak membutuhkan beberapa
penjelasan spesifik, pertama karena adanya transisi kehidupan dari intrauterine ke
ekstrauterin. Kedua adanya penggunaan kadar glukosa yang meningkat pada neonates
dibandingkan dewasa.
Pada janin glukosa melewati saluran plasenta secara difusi yang dapat menyebabkan
janin tidak dependen terhadap proses glikogenolisis dan gluconeogenesis karena terus
disuplai dengan glukosa dari ibu. Pada trimester terakhir janin akan mengakumulasi
cadangan lemak, glikogen serta mengalami peningkatan aktivitas. Saat lahir neonates
memiliki cadangan lemak dan glikogen yang cukup untuk waktu yang singkat apabila terjadi
penurunan kalori. Beberapa jam setelah lahir konsentrasi glukosa plasma akan menurun
sedangkan asam lemak bebas menjadi meningkat. Namun cadangan glikogen menjadi
terbatas sehingga dependen terhadap proses gluconeogenesis. Glukosa didalam kandungan,
energy pokok yang digunakan oleh janin adalah glukosa dan asam amino. Glukosa pada ibu
masuk ke Janani melalui plasenta secara difusi karena adanya perbedaan konsentrasi pada
ibu dan plasma janin, dimana kadar glukosa plasma janin 70-80% sama dengan kadar dalam
vena ibu.
2. Sistem endokrin
Dalam keadaan konsentrasi yang rendah, insulin merupakan inhibitor proses lipolysis
dan proteolysis. Beberapa substrat seperti asam lemak bebas, badan keton dan asam amino
dapat meningkatkan pelepasan insulin dari sel beta pancreas baik secara langsung maupun
tidak langsung. Bila kada glukosa darah meningkat setelah makan, maka sekresi insulin akan
meningkat dan merangsang hepar untuk menyimpan glukosa, maka kelebihan glukosa
tersebut akan disimpan sebagai lemak. Bila kadar glukosa menurun, maka glukogen akan
merangsang hepar untuk proses glikogenesis dan melepaskan glukosa kembali ke dalam
darah. Pada keadaan lapar, hepar akan mempertahankan kadar glukosa melali proses
gluconeogenesis.
Hipotalamus akan merangsang sistem saraf simpatis dan epinefrin yang disekresi oleh
adrenal yang akan menyebabkan pelepasan glukosa oleh hepar. Bila terjadi hipoglikemia
yang berkelanjutan untuk beberapa hari, maka hormone pertumbuhan dan kortisol disekresi
dan akan terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sebagian besar sel dalam tubuh.
Glucagon merupakan hormone yang pertama kali dalam mengatasi terjadinya hipoglikemia,
apabila gagal maka epinefrin yang memegang peranan penting.
3. Kompensasi terhadap keadaan hipoglikemia
Bila cadangan glikogen habis maka terjadi peningkatan kerusakan protein karena efek
kortisol yang meningkat serta proses gluconeogenesis hepar diganti dengan glikogenolisis
sebaga sumber produksi glukosa. Kerusakan protein tersebut yaitu meningkatnya asam
amino glukogenik, alanine, dan glutanin dalam plasma. Penurunan kadar glukosa perifer
pada keadaan awal dapat menurunkan kadar insulin, yang kemudian diikuti peningkatan
kadar epinefrin, kortisol dan hormone pertumbuhan. Ketiga proses tersebut dapat
meningkatkan lipolysis dan asam lemak bebas dalam plasma yang digunakan sebagai bahan
bakar alternative bagi tubuh dan menghambat penggunaan glukosa.
4. Perbedaan metabolism glukosa pada bayi dan dewasa
Pada bayi dan anak kemampuan tubuh tidak semaksimal pada orang dewasa sehingga
akan terjadi penurunan progresif dari konsentrasi glukosa plasma darah yang singkat.
Perbedaan adaptasi pasa pada orang dewasa dan anak disebabkan karena perbedaan massa
otal, dimana kadar otak anak lebih besar dibandingkan massa otak, dimana kadar otak anak
lebih besar dibandingkan tubuh sehingga penurunan glukosa terjadi lebih cepat akibat dari
proses pemakaian. Glikogenolisis yang terjadi pada anak tidak sebanyak yang terjadi pada
dewasa karena massa otot pada anak lebih kecil dibandingkan pada dewasa sehingga cara
mempertahankan glukosa plasma banyak menggunakan proses gluconeogenesis.
E. Pathways
Intake kurang
Glikogenolisis
Respon SSP
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Meliputi nama, usia, tempat tanggal lahir. Pada neonatus berisi nama orang tua, berat
badan, panjang badan
2. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada bayi dengan diagnose hipoglikemi diantaranya
asfiksia, gula darah rendah, bayi lemah.
3. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit pada neonatus dikaji pada keluarga pasien khususnya ibu pasien
mengenai riwayat memiliki penyakit diabetes mellitus.
4. Riwayat bayi
Meliputi berat badan bayi, panjang bayi, tanggal lahir bayi, jenis kelamin bayi.
5. Riwayat prenatal, intranatal, postnatal
Berisi riwayat kehamilan, riwayat selama persalinan, pada pasien neonatus dengan
hipoglikemia sulit diputuskan bahwa bayi tersebut mengalami hipoglikemi tanpa
pemeriksaan GDA.
6. Pemeriksaan fisik
Berisi berat badan, suhu tubuh, nadi, pernafasan, lingkar kepala, dan panjang badan.
a. Kepala/leher meliputi ubun-ubun, caput suecedanum, cephal hematoma, mata, telinga,
hidng, mulut, leher. Pada bayi dengan hipoglikemi anamnesis cenderung normal.
b. Jantung dan paru meliputi bentuk dada, suara nafas, pernafasan, denyut jantung, crt.
c. Pemeriksaan abdomen meliputi lingkar abdomen, talipusat, meconium, dan bising usus.
d. Musculoskeletal dan integument meliputi turgor kulit, warna kulit, sianosis, kremer,
ikterik, akral, ekstremitas atas dan bawah, kelainan tulang, reflek bayi, dan gerakan bayi.
7. APGAR Score
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. N
Umur : 5 hari
Tanggal Lahir : 05 Maret 2020
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Berat Badan : 1956 gr
Panjang Badan : 42 cm
6. Pemeriksaan Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang O2, bentuk hidung simetrism tidak ada lesi,
tidak ada peradangan.
7. Pemeriksaan Mulut
Reflex hisap baik, tidak ada lesi
8. Pemeriksaan Leher
Tidak alesi, teraba nadi karotis
9. Pemeriksaan Dada
Dada simetris kanan dan kiri, terlihat retraksi dinding dada, pasien terlihat menonjol,
frekuensi nafas 50x/menit.
I. IMUNISASI
Hepatitis B IM paha kiri
L. DATA TAMBAHAN
1. Laboratorium
GDA Rapid 28 mg/dL
Billirubin 18,9 mg/dL
2. Radiologi
Tidak dikaji
3. Terapi Medis
Inj.Vicilin 2x100 mg
Infus Dextrose 72 cc/hari
Geramycin 10 mg/36jam
4. Ballard Score
Tidak dikaji
5. Down Score
6. Cremer Icterus
Tidak dikaji
ANALISA DATA
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan deformitas
dinding dada dibuktikan dengan mengantuk, pusing, gangguan koordinasi,
kadar glukosa dalam darah 28 mg/dL
b. Risiko infeksi dibuktikan dengan peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas dinding dada
dibuktika dengan dyspnea, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
cuping hidung.
Intervensi
Diagnosa
SLKI SIKI
Keperawatan
Ketidakstabilan setelah dilakukan Manajemen
kadar glukosa darah
tindakan keperawatan hipoglikemi:
selama 2x24 jam, 1. Identifikasi
diharapan kestabilan tanda dan gejala
kadar glukosa darah hipoglikemia
meingkat dengan kriteria 2. Pertahankan
hasil: akses IV
1. Kesadaran 3. Anjurkan
meningkat monitor kadar
2. Mengantuk glukosa darah
menurun 4. Kolaborasi
3. Kadar glukosa pemberian
dalam darah dextrose
membaik
Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi :
tindakan keperawatan 1. Monitor tanda
selama 1x24 jam, dan gejala
diharapkan kontrol risiko infeksi local dan
meningkat dengan sistemik
kriteria hasil : 2. Batasi jumlah
1. Kemampuan pengunjung
melakukan 3. Cuci tangan
strategi kontrol sebelum dan
resiko sesudah kontak
2. Kemampuan dengan pasien
mengenali dan lingkungan
perubahan status pasien
kesehatan 4. Ajarkan cara
3. Penggunaan mencuci tangan
fasilitas kesehatan dengan benar
4. Imunisasi 5. Anjurkan
meningatkan
asupan nutrisi
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
efektif tindakan keperawatan 1. Monitor pola
selama 2x24 jam, nafas (frekuensi,
diharapkan pola nafas kedalaman,
membaik dengan kriteria usaha nafas)
hasil : 2. Berikan oksigen
1. Dyspnea menurun 3. Anjurkan
2. Penggunaan otot asupan cairan
bantu nafas 2000ml/hari
menurun 4. Kolaborasi
3. Pernafasan pemberian
cuping hidung bronkodilator,
menurun ekspektoran,
4. Frekuensi nafas mukolitik.
membaik
Implementasi
No.Dx Tanggal/Jam Tindakan Paraf
1 09 Maret 2020 Mengidentifikasi tanda dan gejala
12.05 hipoglikemi
A
R/: By. N tampak tenang, GDA
55mg/dL
Memasang infus IV
R/: Terpasang infus IV pada kaki kiri A
D10%
Memantau kadar glukosa darah
R/: pengambilan sampel GDA tiap A
10 Maret 2020 pukul 09.00. Hasil GDA 55mg/dL
1
09.10 Pemberian dectrose
R/: terapi cairan infus dextrose 10% A
4CC bolus
Meningkatkan asupan nutrisi
R/: By.N diberikan ASI dan susu A
10 Maret 2020 formula
09.15 Memberikan asupan cairan 2000ml/hari
2 R/: dextrose 10% dan D40, ASI, dan A
susu formula
10 Maret 2020 Memantau tanda dan gejala infeksi
11.00 R/: Tidak terdapat kemerahan. S:36, A
N:123, Rr:46
11 Maret 2020 Memberi informasi dalam pembatasan
09.00 kunjungan
R/: Ayah dan ibu by.N hanya dapat A
mengujungi, keluarga lain berkunjung
diluar ruangan
11 Maret 2020 Melakukan tindakan cuci tangan
2
09.15 R/: orang tua By.N selalu cuci tangan
A
setiap akan menemuui bayi, petugas
medis melakukan cuci tangan.
11 Maret 2020 Memberikan edukasi cuci tangan
09.30 R/: orang tua By.N mengikuti langkah- A
langkah cuci tangan dan diterapkan
3 11 Maret 2020 Memantau pola nafas A
11.00 R/: Rr:49x/menit, cuping hidung
berkurang, terpasang SpO2 FiO2 21%
11 Maret 2020 Memasang ksigen
11.30 Rr/: terpasang oksigen Fio2 21%, CPAP A
PEEP 6
Evaluasi
No.Dx Evaluasi Paraf
1 S:-
O:
- By. N tampak tenang
- GDA 55mg/dL
A
- Terpasang infus IV kaki kiri
- Terapi cairan infus Dextrose 10% 4CC
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
2 S:-
O:
- Tidak ada tanda kemerahan pada By.N
- S: 37oC N: 123x/menit Rr:49x/menit
A
- Hanya ayah dan ibu dapat keruangan By.N
- Orang tua By.N melakukan tindakan cuci tangan
A : masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
3 S:-
O:
- By.N minum ASI dan susu formula
- Infus D10%
- S:37oC N:123x/menit Rr:49x/menit A
- Cuping hidung berkurang
- Terpasang CPAP PEEP 6 FiO2 21%
A : Masalah teratasi
P : intervensi dipertahankan
DAFTAR PUSTAKA
P2PTM Kemenkes RI. 2017. Apakah itu Hipoglikemia dan bagaiman ahal itu
dapar dicegah dan dikelola. Jakarta: Kemenkes RI.