Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Gizi buruk di masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung


berpengaruh terhadap 60% dari 10,9 juta kematian anak dalam setiap tahunnya
dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang
tidak tepat pada tahun pertama kehidupan.1
Nutrisi yang memadai penting pada anak usia dini untuk memastikan
pertumbuhan yang sehat, pembentukan dan fungsi organ yang memadai, sistem
imun yang kuat, serta perkembangan neurologis dan kognitif. Pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan manusia memerlukan populasi yang cukup
bernutrisi yang dapat mempelajari keterampilan baru, berpikir kritis dan
memberikan kontribusi kepada masyarakat. Kekurangan gizi pada anak
mempengaruhi fungsi kognitif dan memberikan kontribusi meningkatnya
resiko tingkat kemiskinan melalui hambatan kemampuan individu untuk
menjalani kehidupan yang produktif. Selain itu, diperkirakan bahwa lebih dari
sepertiga kematian balita diakibatkan oleh kekurangan gizi.2
Dampak jangka pendek gizi buruk pada masa balita adalah gangguan
pertumbuhan dan perkembangan otak, otot, komposisi tubuh, lemak dan
protein. Dampak jangka panjang dapat berupa rendahnya kemampuan nalar,
prestasi pendidikan, kekebalan tubuh dan produktifitas kerja. Selain itu juga
meningkatkan resiko diabetes, obesitas, penyakit jantung koroner, hipertensi,
kanker, stroke dan penuaan dini.1
Penyakit penyerta yang sering terjadi adalah infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), diare persisten, tuberkulosis, malaria dan HIV/AIDS. Menurut

1
WHO lebih dari 50% kematian bayi terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk,
oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat.3
Pada anak sakit, selain untuk tetap memelihara tumbuh kembang,
pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat bermanfaat untuk mempercepat proses
penyembuhan, memperpendek masa perawatan, mengurangi terjadinya
komplikasi, menurunkan morbiditas serta dapat mencegah terjadinya
malnutrisi akibat pengobatan atau tindakan medis.1

2
BAB II
KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 03 September 2015
Usia : 1 tahun 1 bulan
Agama : Islam
Tanggal masuk : 05 Oktober 2016 (13:00)

2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
BAB cair
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien anak laki-laki MRS dengan keluhan BAB cair (+) sejak tadi
subuh sebanyak 7 kali. BAB berwarna kuning, ampas sedikit, bau biasa,
lendir (+), darah (-), sakit perut (-). Pasien juga mengeluhkan batuk
berlendir (+), mual (-), muntah (-), demam (-), kejang (-). BAK lancar.
Ibunya berkata bahwa anaknya mulai malas makan sejak 2 minggu yang
lalu, berat badan sebelumnya 12 kg.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien belum pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang sakit seperti ini di dalam keluarga.

3
Riwayat Persalinan :
Anak lahir normal dibantu oleh dokter, BBL 2700 gram, PBL 38 cm.
Tidak ada masalah saat lahir
Anamnesis makanan :
Pasien mengkomsumsi ASI dari usia 0 4 bulan, susu formula 4 bulan
sekarang, bubur mulai usia 5 bulan sekarang.
Riwayat Imunisasi :
- Vaksin Hepatitis B : Usia 1 bulan, 2 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin Polio : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin BCG : Usia 3 bulan
- Vaksin DPT : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin campak : Usia 9 bulan

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit berat
Kesadaran : Compos mentis
Berat Badan : 6 Kg
Tinggi Badan : 72 cm
Status Gizi : Gizi buruk (Z score < (-3) SD)
Tanda Vital
- Denyut nadi : 162 kali/menit
- Suhu : 36,4 oC
- Respirasi : 44 kali/menit
- TD : 100/60 mmHg
Kulit : Pucat (-), turgor kulit sedikit lambat

4
tampak pucat, lapisan lemak di bawah kulit kurang (severe
wasting) mengakibatkan kulit menjadi keriput dan terdapat skuama
halus di badan dan ekstremitas atas dan bawah. Turgor > 2 detik

Kepala : Normocephal
Mata : Mata sedikit cekung (+/+), anemis (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (+)
Tonsil : T1/T1
Telinga : Otorrhea (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi dinding dada (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri kesan normal
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+),Ronkhi (-/-),Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung
SIC IV linea parasternal dextra, batas kiri jantung
SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular

5
Abdomen
- Inspeksi : Tampak cembung, massa (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-)
- Genital : Tidak ditemukan kelainan.
- Anggota gerak : Ekstremitas atas akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah akral hangat (+/+), edema (-/-)
- Punggung : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
- Otot-otot : Atrofi (-), Tonus otot baik
- Refleks : Fisiologis (+), Patologis (-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Laboratorium (Catelia, tanggal 05 Oktober 2016)
Red Blood Cell 5,20 1012/L (4,10-5,50 1012/L)
Hematocrit 39,5 % (36,0-44,0%)
Platelet 546. 109/L (200-400 109/L)
White Blood Cell 16,9. 109/L (5,0-15,0 109/L)
Hemoglobin 12,2 g/dl (12-14 g/dl)
MCV 76 mikroL (73-89 mikroL)
MCH 23,4 pg (24-30 pg)
MCHC 30,9 g/dl (32-36 g/dl)

5. RESUME

6
Pasien anak laki-laki MRS dengan keluhan BAB cair (+) sejak tadi subuh
sebanyak 7 kali. BAB berwarna kuning, ampas sedikit, bau biasa, lendir
(+), darah (-), sakit perut (-). Pasien juga mengeluhkan batuk berlendir (+).
BAK lancar. Anak mulai malas makan sejak 2 minggu yang lalu, berat
badan sebelumnya 12 kg. Pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi : 162
kali/menit, Suhu : 36,4oC, Respirasi: 44 kali/menit, tekanan darah 100/60
mmHg. Mata sedikit cekung (+), bibir kering (+), turgor kulit sedikit
lambat (+), abdomen tampak cembung (+), peristaltik kesan meningkat.
Laboratorium darah rutin : Red Blood Cell 5,20 1012/L, Hematocrit 39,5%,
Platelet 546. 109/L, White Blood Cell 16,9. 109/L, Hemoglobin 12,2 g/dl,
MCV 76 mikroL, MCH 23,4 pg, MCHC 30,9 g/dl.

6. DIAGNOSIS
Gizi buruk kondisi III tipe marasmus

7. TERAPI
Medikamentosa :
- Tatalaksana gizi buruk :
a. Dextrosa 10% 50 ml (oral)
b. 2 jam pertama ReSoMal 30 cc/30 menit
c. 10 jam berikutnya
1) Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75
setiap 1 jam
2) Pemberian F75 65 cc setiap 2 jam
3) Bila sudah rehidrasi apabila tidak diare hentikan ReSoMal
lanjutkan F75 tiap 2 jam, apabila masih diare berikan ReSoMal

7
(Anak < 2 tahun 50 100 ml/setiap BAB, Anak > 2 tahun 100
200 ml/setiap BAB)
4) Lanjutkan ASI jika masih menetek
d. Vit. A 200.000 UI
e. Vit. B comp. 1 x 1 tab
f. Vit. C 100 mg 1 x 1 tab
g. Asam folat 5 mg 1 x 1 tab
- IVFD RL 8 tpm
- Cotrimoxazole syr. 2 x cth
- Paracetamol syr. 4 x cth (jika demam)
- Zink 20 mg 1 x 1 tab
Non medikamentosa :
- Tirah baring
- Menjaga asupan nutrisi yang seimbang
8. ANJURAN
- Kultur feses
- Mikroskopik feses
- Pemeriksaan elektrolit

FOLLOW UP
Catelia, 06 Oktober 2016
Subjek (S) : BAB cair 1 kali, ampas banyak, warna kuning, cairan
dan lendir berkurang, demam (-), batuk berlendir (+),
nafsu makan dan minum meningkat
Objek (O) :
a. Keadaan Umum : Sakit berat

8
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 102 kali/menit, kuat angkat
o Respirasi : 43 kali/menit
o Suhu : 36,60C
o TD : 90/60 mmHg
d. Pemeriksaan Fisik
- Bibir kering (-),
- Turgor kulit baik
- Mata cekung (-)
- Perut kembung (+)

Assesment (A) : Gizi buruk kondisi III tipe marasmus


Plan (P) :
- Lanjutkan pemberian F75 65 cc / 2 jam
- Lanjutkan ReSoMal jika anak masih diare
- Vit. B comp. 1 x 1 tab
- Vit. C 100 mg 1 x 1 tab
- Asam folat 1 mg 1 x 1 tab
- IVFD RL 8 tpm
- Cotrimoxazole syr. 2 x cth
- Paracetamol syr. 4 x cth (jika demam)
- Zink 20 mg 1 x 1 tab

9
BAB III
DISKUSI

Pada kasus ini, gizi buruk yang dialami oleh pasien termasuk tipe
Marasmus. Hal ini berdasarkan pada hasil perhitungan status gizi
menggunakan grafik Z score didapatkan hasil < (-3) SD yang menunjukkan
bahwa berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) anak tidak sesuai dengan
umurnya.4
Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara
garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan
yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi. Gizi buruk di kategorikan
berdasarkan gambaran klinisnya sebagai berikut :5
1. Marasmus
Ciri dari marasmus Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004) antara lain:
- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Perubahan mental
- Kulit kering, dingin dan kendur
- Rambut kering, tipis dan mudah rontok
- Lemak subkutan menghilang sehingga turgor kulit berkurang
- Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas

10
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebaya
- Kadang frekuensi pernafasan menurun.

2. Malnutrisi protein (Malnutrisi protein-kalori (PCM), kwashiorkor)


Ciri dari Kwashiorkor menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (2004)
antara lain:5
- Perubahan mental sampai apatis
- Sering dijumpai Edema
- Atrofi otot
- Gangguan sistem gastrointestinal
- Perubahan rambut dan kulit
- Pembesaran hati
- Anemia
3. Marasmus-kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinis
kwashiorkor dan marasmus. Jika diukur dengan menggunakan
antropometri maka didapatkan hasil perhitungan BB/TB < -3SD.
Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein dan juga energi
untuk pertumbuhan yang normal.5
Pada kasus ini, gizi buruk yang dialami oleh pasien termasuk tipe
marasmus. Hal ini berdasarkan pada hasil perhitungan status gizi
menggunakan grafik Z score (<-3) menunjukkan bahwa BB dan TB anak
tidak sesuai dengan umurnya dimana harusnya anak memiliki BB 14

11
kg dan TB 90 cm. selain itu pada pemeriksaan fisik didapatkan lapisan
lemak di bawah kulit kurang (severe wasting) mengakibatkan kulit
menjadi keriput, kurangnya lapisan lemak terutama pada daerah bahu,
lengan atas, paha, dan pada bagian bokong (baggy pants), tidak
ditemukan edema. Wajah tampak seperti orang tua (old man face), tulang
pipi tampak menonjol dan perut cekung.5
Pada kasus ini, anak mengalami gizi buruk karena:
a) Penyebab langsung
Penyebab langsung timbulnya kurang gizi pada anak balita adalah
makanan tidak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin di derita
anak. Kedua penyebab tersebut saling berpengaruh. Kaitan infeksi dan
kurang gizi seperti lingkaran setan yang sukar diputuskan, karena
keduanya saling terkait dan saling memperberat. Kondisi malnutrisi
sendiri akan memberikan dampak buruk pada sistem pertahanan tubuh
sehingga mempermudah terjadinya infeksi.5
Pasien ini juga mendapatkan ASI hanya sampai umur 4 bulan. Hal
inilah yang dapat menyebabkan anak kekurangan gizi karena anak hanya
mendapatkan sumber nutrisi dari susu formula, yang tidak mampu
mencukupi gizi dari anak.5
b) Penyebab tidak langsung
Penyebab langsung yang seperti diuraikan diatas, timbul karena
ketiga faktor penyebab tidak langsung, yaitu:
(1) Tidak cukup tersedia pangan atau makanan di keluarga,
(2) Pola pengasuhan anak yang tudak memadai, dan
(3) Keadaan sanitasi yang buruk dan tidak tersedia air bersih, serta
pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai.

12
Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut tidak berdiri sendiri
tetapi saling berkaitan.5
Pada kasus ini, penyebab tidak langsung memegang peranan
penting karena pasien pada kasus ini berasal dari keluarga menengah
kebawah, sehingga akan mempengaruhi ketersediaan pangan atau
makanan keluarga.
10 Tatalaksana gizi buruk, antara lain :
1. Mengatasi / mencegah hipoglikemia
a. Apabila anak sadar dan dapat minum dapat diberikan bolus 50 ml
larutan glukosa 10% atau sukrosa 10% baik oral maupun pipa
nasogastrik. Kemudian mulai pemberian F75 setiap 2 jam untuk 2 jam
pertama diberikan dari dosis makanan setiap 30 menit.
b. Apabila anak tidak sadar dapat diberikan glukosa 10% intravena
(5mg/ml), diikuti dengan 50 ml glukosa 10% atau sukrosa melalui pipa
NGT. Kemudian mulai pemberian F75. 6
2. Mengatasi / mencegah hipotermia
Menghangatkan anak : selain memakaikan pakaian, tutupi dengan selimut
hangat hingga kepala (kecuali wajah) atau tempatkan di dekat penghangat
atau lampu atau letakkan anak pada dada ibu lalu tutupi selimut keduanya.
3. Mengatasi / mencegah dehidrasi
Pemberian ReSoMal5 ml/kg setiap 30 menit selama 2 jam pertama,
kemudian 5-10 cc/kg selama 4-10 jam berikutnya, bila sudah rehidrasi
hentikan ReSoMal lanjutkan F75 setiap 2 jam. 6
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan malnutrisi berat mengalami kelebihan Natrium,
kekurangan Kalium dan Magnesium dan membutuhkan waku minimal dua

13
minggu untuk melakukan koreksi. Udem yang muncul bisa disebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. Jangan memberikan diuretik sebagai terapi
untuk udem. Diberikan ekstra kalium 3-4 mmol/kg/hari, ekstra magnesium
0,4-0,6 mmol/kg/hari, saat rehidrasi berikan cairan rendah natrium
(ReSoMal), siapkan makanan tanpa garam. 6

5. Mengobati / mencegah infeksi


Pemberian antibakteri spectrum luas, jika pada anak tidak terdapat
komplikasi atau infeksi tidak nyata dengan kotrimoksasol, jika anak
terlihat sakit atau terdapat komplikasi berikan ampisilin 50mg/kg/IV. 6
6. Koreksi defisiensi mikronutrien
Pemberian hari pertama :
- Vitamin A peroral (dosis untuk > 12 bulan 200.000 SI, 6-12 bulan
100.000 SI, 0-6 bulan 50.000 SI )
- Asam Folat 5 mg/hari, oral
Pemberian selama 2 minggu berikutnya :
- Suplemen vitamin
- Asam folat 1 mg/hari, oral
- Zinc 2 mg/kgbb/hari
- Copper 0,3 mg/kg/hari
- Preparat besi 3 mg/kgbb/hari. 6
7. Pemberian makanan
Pemberian makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah pasien
masuk dan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein
secukupnya untuk mempertahankan proses fisiologi dasar. Gambaran hal-

14
hal penting dalam pemberian makan pada fase stabilisasi adalah sebagai
berikut : 6
- Pemberian makanan dengan porsi kecil dan sering dengan osmolaritas
rendah dan rendah laktosa
- Pemberian makan secara oral atau lewat pipa nasogastrik
- Energi : 80 100 kkal/kgbb/hari
- Protein : 1 1,5 g/kgbb/hari
- Cairan : 130 ml/kgbb/hari (100 ml/kgbb/hari bila anak mengalami
edema berat)
- Apabila anak minum ASI, lanjutkan pemberian ASI tetapi setelah
formula dihabiskan. 6
8. Mencapai tumbuh kejar
Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan
dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang
cepat. Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang
mengandung 100kkal/100ml dan 2,9 g protein/100ml.
Untuk merubah dari pemberian makanan awal ke makanan kejar-tumbuh
(transisi) : 6
- Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumlah yang sama selama 48
jam
- Kemudian volume dapat ditambah bertahap sebanyak 10-15 ml
perkali (bila sulit dalam pelaksanaannya, kenaikan volume ini dapat
dilakukan per hari) hingga mencapai 150kkal/kgbb/hari
- Energi : 100 150 kkal/kgbb/hari
- Protein : 2 3 g/kgbb/hari

15
- Bila anak masih mendapatkan ASI, tetap berikan diantara pemberian
formula. 6
9. Memberikan Stimuli fisik, sensorik dan dukungan emosional
Pada malnutrisi berat didapatkan perkembangan mental dan perilaku yang
terlambat, sehingga perlu diberikan : 6
- Perawatan dengan kasih saying
- Kegembiraan dan lingkungan nyaman
- Terapi bermain yang terstruktur 15-30 menit/hari
- Aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan psikomotor anak
- Keterlibatan ibu (contoh kenyamanan, makan, mandi, bermain)
10. Persiapan tindak lanjut setelah perawatan
Bila anak sudah mencapaipersentil 90% BB/TB (setara -1SD) maka anak
sudah pulih dari keadaan malnutrisi, walaupun mungkin BB/U masih
rendah karena umumnya anak pendek (TB/U rendah). Pola makan yang
baik dan stimulasi fisik dan sensorik dapat dilanjutkan di rumah.
Tunjukkan kepada orang tua atau pengasuh bagaimana : 6
- Pemberian makan secara sering dengan kandungan energy dan nutrisi
yang memadai
- Berikan terapi bermain yang terstruktur
- Membawa anak kontrol secara teratur
- Memberikan imunisasi booster
- Memberikan vitamin A setiap 6 bulan.6

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjarif, DR,. Asuhan Nutrisi Pediatrik. Jakarta : Ikatan Dokter Anak


Indonesia. 2011.

2. Onis, M,. Child and Malnutrition. World Health Organization. [diakses


tanggal 7 Januari 2016]. http://www.who.int/nutgrowthdb/jme_unicef_
who_wb. 2012.

3. Depkes RI. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta :


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009.

4. Flaherty, H,. Nutrition and Growth Measurement. Medscape Journal.


[diakses tanggal 7 Januari 2016]. http://www.emedicine.medscape.com/
article/1948024-overview. 2014.

5. Behrman, RE,. Kliegman, R,. Nelson Textbook of Pediatrics 19th Edition.


Hal. 23,58. Philadelphia : Elsevier

6. Damayanti, RS,. Endang, DL,. Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.


Jilid.I. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014.

17
18

Anda mungkin juga menyukai