Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Morbili merupakan penyakit endemis terutama di negara yang berkembang. Di


Indonesia, campak sudah dikenal sejak lama dan epidemiologinya terjadi tidak
teratur. Wabah rentan terjadi pada anak yang memiliki status gizi kurang baik.
Sekarang, di Amerika Serikat, campak paling sering terjadi pada anak umur sekolah
yang belum di imunisasi dan pada remaja dan juga orang dewasa yang sudah di
imunisasi campak.1
Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%)
dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun
(0,77%).2
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, yang disebabkan oleh virus RNA
termasuk dalam genus Morbilivirus dan famili Paramyxovirus. Morbili adalah
penyakit menular, yang ditandai dengan empat stadium, yaitu ; stadium inkubasi,
stadium prodromal, stadium erupsi dan stadium konvalesensi. Nama lain penyakit ini
adalah campak, measles, atau rubeola. Penularannya terjadi secara droplet atau
kontak langsung dengan pasien. Penularan Virus Morbili pada saat stadium
prodromal.1
Virus campak ditularkan melalui infeksi droplet, masuk ke dalam saluran
nafas dan berkembang biak di epitel nasofaring. Manifestasi morbili terbagi menjadi
beberapa stadium meliputi : (1) stadium inkubasi sekitar 10-12 hari tanpa gejala, (2)
stadium prodromal dengan gejala demam ringan sampai sedang, coryza, batuk,
konjungtivitis, bercak koplik di mukosa bukalis dan batuk, (3) stadium erupsi, dengan
rashmakulopapular yang muncul berturut-turut dimulai dari belakang telinga atau
pada leher bagian belakang dan muka, tangan, kaki, dan badan yang disertai dengan
demam tinggi, (4) stadium konvalesensi, dimana rash akan menghilang mulai dari
daerah awal timbulnya dan akan terjadi hiperpigmentasi pada kulit.3
Morbili bersifat self limiting disease sehingga pengobatannya hanya bersifat
simptomatik, yaitu untuk mengurangi gejala yang muncul dan mencegah komplikasi
yang dapat terjadi. Pengobatan yang bersifat supportif itu seperti istrahat yang cukup,
pemberian makanan dan minuman yang bergizi, antipiretik seperti parasetamol, serta
vitamin A. Komplikasi dapat terjadi pada morbili adalah bronkopneumonia,
gastroenteritis, ensefalitis, otitis media, mastoiditis, laringitis akut dan SSPE.3
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus mengenai Morbili pada pasien anak
yang dirawat di Rumah Sakit Wirabuana Palu.
KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
 Nama : An. AF
 Jenis Kelamin : Laki – laki
 Tanggal lahir : 1 Juni 2011
 Usia : 4 tahun 7 bulan
 Agama : Islam
 Tanggal masuk : 9 Januari 2016

2. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Demam
 Riwayat penyakit sekarang :
Pasien anak laki - laki masuk rumah sakit dengan keluhan demam (+) sejak
5 hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun dan turun dengan pemberian
obat penurun demam. Sakit kepala (-), pusing (-), kejang (-). Pasien juga
mengeluhkan adanya bercak kemerahan yang muncul dari belakang telinga
dan menyebar ke wajah, leher, dada, perut, punggung, tangan serta kaki
sejak tadi pagi. Pasien juga mengalami batuk berlendir (+), flu (+) dan perih
pada bagian mata. Mual (+), muntah (+) 3 kali sejak tadi siang berisi
makanan yang baru saja dimakan. BAB (+) 1 kali kemarin malam, ampas
banyak dan padat serta berwarna cokelat. BAK (+) lancar.
 Riwayat penyakit sebelumnya : Pasien belum pernah menderita gejala
seperti ini sebelumnya.
 Riwayat penyakit keluarga : Kakak kandung menderita gejala yang
sama
 Riwayat Persalinan : Anak lahir normal dibantu oleh dokter,
BBL 3700 gram, PBL 40 cm. Tidak ada masalah saat lahir
 Kemampuan bayi : Pasien sudah bisa merangkak usia 4 bulan,
berbicara “mama-papa” usia 6 bulan, duduk usia 7 bulan, berdiri usia 9
bulan dan berjalan usia 1 tahun.
 Anamnesis makanan : Pasien mengkonsumsi ASI dari usia 0 – 1
bulan, susu formula usia 1 bulan – 3 bulan, air gula usia 3 bulan – 6 bulan,
bubur usia 6 bulan – 1 tahun dan nasi 1 tahun – sekarang.
 Riwayat Imunisasi :
- Vaksin Hepatitis B : Usia 1 bulan, 2 bulan dan 6 bulan
- Vaksin Polio : Usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
- Vaksin BCG : Usia 3 bulan
- Vaksin DPT : Usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan
- Vaksin Campak : Tidak imunisasi

3. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Komposmentis
 Berat Badan : 14 kg
 Tinggi Badan : 101 cm
 Status Gizi : Gizi baik (Z score (-1) - (-2) SD)
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 102 kali/menit
- Suhu : 39,7 oC
- Respirasi : 24 kali/menit
- TD : 110/70 mmHg
 Kulit : Makulopapular (+) pada kulit wajah, badan, tangan dan kaki
 Kepala : Normocephal
 Mata : Konjungtiva bulbi hiperemis (+/+)
 Hidung : Rhinorrhea (+)
 Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), bibir kering (-)
 Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
 Telinga : Otorrhea (-/-)
 Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi dinding dada (-)
- Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri kesan normal, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronkovesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas atas jantung SIC II
Batas kanan jantung SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
 Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, massa (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani di 4 kuadran abdomen
- Palpasi : Organomegali (-), nyeri tekan (-)

 Genital : Tidak ditemukan kelainan.


 Anggota gerak : Ekstremitas atas akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah akral hangat (+/+), edema (-/-)
 Punggung : Skoliosis (-), Lordosis (-), Kyphosis (-)
 Otot-otot : Atrofi (-), Tonus otot baik
 Refleks : Fisiologis (+), Patologis (-)

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Laboratorium (Tanggal 9 Januari 2016)
 Red Blood Cell 3,78 1012/L (3,60-6,50 1012/L)
 Hemoglobin 12,6 g/dL (11,5-16,5 g/dL)
 Hematocrit 31,6 % (35,0-55,0%)
 MCV 82,2 fL (80-100 fL)
 MCH 33,3 pg (25-34 pg)
 MCHC 40,5 g/dL (30-35 g/dL)
 Platelet 19. 109/L (150-450 109/L)
 White Blood Cell 3,6. 109/L (3,5-10,0 109/L)

5. RESUME
Pasien anak laki - laki masuk rumah sakit dengan keluhan demam (+) sejak 5
hari yang lalu. Demam dirasakan naik turun dan turun dengan pemberian obat
penurun demam. Pasien juga mengeluhkan adanya bercak kemerahan yang
muncul dari belakang telinga dan menyebar ke wajah, leher, dada, perut,
punggung, tangan serta kaki sejak tadi pagi. Pasien juga mengalami batuk
berlendir (+), flu (+) dan perih pada bagian mata. Mual (+), muntah (+) 3 kali
sejak tadi siang berisi makanan yang baru saja dimakan. BAB (+) 1 kali kemarin
malam, ampas banyak dan padat serta berwarna cokelat. BAK (+) lancar.
Pemeriksaan fisik didapatkan denyut nadi : 102 kali/menit, Suhu : 39,2 oC,
Respirasi : 24 kali/menit, tekanan darah 110/70 mmHg. Konjungtiva bulbi
hiperemis (+/+), rhinorrhea (+), makulopapular eritema (+) di wajah, badan,
tangan dan kaki. Laboratorium: Red Blood Cell 3,78 1012/L, Hemoglobin 12,6
g/dL, Hematocrit 31,6 %, White Blood Cell 3,6. 109/L, MCV 82,2 fL, MCH 33,3
pg, MCHC 40,5 g/dL dan Platelet 19. 109/L.

6. DIAGNOSIS
Morbili

7. TERAPI
Medikamentosa :
 IVFD RL 18 tpm
 Paracetamol sirup 4 x 1 ½ cth
 Cotrimoxazole sirup 2 x ½ cth
 GG ½ tab + Salbutamol 2 mg (3 x 1 pulv)
 Inj. Dexamethasone 3,5 mg / 12 jam / IV

Non medikamentosa :
 Tirah baring
 Menjaga kebersihan tubuh
 Menjaga asupan nutrisi yang seimbang

8. ANJURAN
 Pemeriksaan isolasi virus (apusan mukosa hidung)
 Pemeriksaan serologi
FOLLOW UP
Kasuari, 10 Januari 2016
Subjek (S) : Demam (+), muntah (-), batuk (+), flu (+)
Objek (O) :
a. Keadaan Umum : Sakit sedang
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Tanda Vital
o Denyut Nadi : 92 kali/menit, kuat angkat
o Respirasi : 22 kali/menit
o Suhu : 38,10C
o TD : 110/70 mmHg
d. Pemeriksaan Fisik
- Konjungtiva bulbi hiperemis (+/+)
- Rhinorrhea (+)
- Makulopapular eritema (+) pada kulit wajah, badan, tangan dan kaki
e. Pemeriksaan Penunjang
-
Assesment (A) : Morbili
Plan (P) :
 IVFD RL 18 tpm
 Paracetamol sirup 4 x 1 ½ cth
 Cotrimoxazole sirup 2 x ½ cth
 GG ½ tab + Salbutamol 2 mg (3 x 1 pulv)
 Inj. Dexamethasone 3,5 mg / 12 jam / IV
DISKUSI

Virus penyabab campak merupakan virus RNA, termasuk dalam genus


Morbilivirus dan famili Paramyxovirus. Kondisi anak yang belum mendapatkan
vaksinasi merupakan faktor terbesar penularan penyakit ini disebabkan belum adanya
antibodi yang terbentuk dalam tubuh anak selain itu dapat pula diakibatkan kegagalan
vaksinasi akibat berbagai kemungkinan contohnya adanya antibodi yang dibawa sejak
lahir yang dapat menetralisir virus vaksin campak yang masuk, vaksinnya rusak
akibat pemberian Ig yang diberikan bersama-sama.4
Virus penyebab campak merupakan virus RNA, termasuk dalam genus
morbilivirus. Penularan virus secara droplet melalui udara, sejak 1-2 sebelum timbul
gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Virus masuk kedalam limfatik lokal,
bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear, kemudian mencapai kelenjar
getah beningregional. 5-6 hari setelah infeksi awal terbentuklah fokus infeksi yaitu
ketika virus masuk kedalam pembuluh darah dan menyebar ke epitel orofaring,
konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, dan usus. Pada hari ke 9-10 fokus
infeksi yang berada di epitel saluran napas dan konjungtiva menyebabkan timbulnya
nekrosis pada satu sampai dua lapis sel sehingga muncul gejala seperti common cold
dan selaput konjungtiva hiperemis. Proses peradangan diikuti demam tinggi. Tampak
suatu ulseratif kecil pada mukosa mulut yang disebut bercak koplik yang merupakan
salah satu tanda untuk menegakan diagnosis morbili.2
Morbili memiliki gejala klinis yang khas , yang terdiri dari 3 stadium yaitu :

a. Stadium prodromal
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti
demam, malaise, batuk, fotofobi, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir
dari stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, terdapat bercak
koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema,
lokasinya di mukosa bukalis, yang berhadapan dengan molar bawah. Secara
klinis, gambaran penyakit pada stadium ini memberikan gejala menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang
besar dapat di tegakkan jika adanya bercak koplik dan penderita pernah kontak
dengan penderita morbili.1
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk bertambah. Timbulnya enantema atau timbulnya titik-
titik merah pada palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat
bercak koplik. Terjadi eritema bentuk makulopapular disertai naiknya suhu
badan. Diantara makula terdapat kulit normal. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, bagian atas lateral tengkuk sepanjang batas rambut dan
bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit.
Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ke-3
munculnya ruam dan menghilang sesuai urutan terjadinya atau munculnya
ruam.1
c. Stadium konvalesensi
Pada stadium ini erupsi berkurang dan menimbulkan bekas yang
berwarna lebih atau hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama
kelamaan akan menghilang dengan sendirinya. Selain itu ditemukan pula
kelainan kulit bersisik. Suhu menurun sampai normal, kecuali ada komplikasi.1

Penegakan diagnosis pada kasus ini di dasarkan pada anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Indikasi untuk dirawat inap pasien morbili bila hiperpireksia (suhu
> 39,5 0C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit atau adanya penyulit.2 Pada kasus ini
pasien datang dengan keluhan panas sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit dan saat pasien masuk rumah sakit telah timbul ruam merah pada belakang
telinga, wajah, leher, dada, perut, punggung, tangan dan kaki. Pasien juga
mengeluhkan perih pada bagian mata dan pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
konjungtiva bulbi yang hiperemis. Pasien juga mengeluhkan batuk berlendir dan flu.
Berdasarkan kepustakaan, morbili diawali dengan timbulnya demam yang
mendadak, diikuti dengan batuk, coryza, konjungtiva hiperemis, anoreksia, dan
adanya bercak koplik pada mukosa bukalis yang merupakan tanda patognomonik dari
morbili.2
Pada kasus ini, pasien datang sudah pada stadium erupsi karena ruam sudah
timbul. Bercak koplik sebagai tanda patognomonik morbili biasanya didapatkan pada
akhir stadium prodromal dan menghilang dalam waktu 24 jam sampai hari ke-2
timbulnya rash.2
Morbili bersifat self limiting disease sehingga pengobatannya bersifat
simptomatik, yaitu untuk mengurangi gejala yang muncul dan mencegah komplikasi
yang dapat terjadi. Antipiretik diberikan untuk menurunkan demam dan antibiotik
diberikan untuk mengobati dan mencegah infeksi sekunder. Diberikan mukolitik atau
ekspektoran untuk mengurangi batuk, diberikan vitamin A dosis tunggal untuk
mencegah terjadinya gangguan ophtalmology. Dosis vitamin A kurang dari 6 bulan
50.000 IU, usia 6 bulan - 1 tahun 100.000 IU dan 1 - 5 tahun 200.000 IU.5
Pada pasien ini diberikan parasetamol sebagai penurun panas, dengan dosis 10-
15 mg/kgBB/dosis, setiap 6-8 jam sehari. Pasien diberikan antibiotik untuk mencegah
komplikasi dan infeksi sekunder. Pemberian injeksi deksametason untuk mengurangi
proses inflamasi dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB/hari yang diberikan 3 kali. Pasien tidak
diberi tetes mata karena pasien hanya mengalami konjungtivitis ringan dengan cairan
mata jernih, jika pasien mengalami konjungtivitis berat berupa banyaknya sekret pada
mata maka perlu diberikan obat tetes mata tetracyclin 1% atau kloramfenikol 0,25 %
dan apabila terdapat kekeruhan pada mata atau kornea kapsul vitamin A di berikan
pada hari ke-1, ke-2 dan hari ke-15.6
Pada morbili biasanya memberikan komplikasi seperti berikut :
1. Bronkopneumonia
Bronkopneumonia dapat disebebkan oleh virus campak atau oleh infeksi
sekunder oleh bakteri pneumococcus, streptococcus atau staphylococcus.
Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian pada bayi yang masih
muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun
seperti TB, leukemia dan lain-lain. Oleh karena ini pada keadaan tertentu perlu
melakukan pencegahan.2
2. Encephalitis morbili akut
Penyakit ini timbul pada stadium eksantema, angka kematian rendah.
Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi sangat jarang ialah 1: 1000 kasus,
sedangkan ensefalitis setelah vaksin dengan virus morbili hidup adalah 1,16
tiap 1.000.000 dosis.2
3. SSPE (subacute scleroting panenchepalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf
pusat. Ditandai dengan gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan
mental, disfungsi motorik, kejang,dan koma. Perjalanan klinis lambat, biasanya
pasien meninggal dalam 6 bulan sampai 3 tahun setelah timbulnya gejala
spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat terjadi. Biasanya
terjadi pada anak yang menderita morbili < 2 tahun. SSPE timbul setelah 7
tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili terjadi 3 tahun
kemudiannya.2
4. Konjungtivitis
Konjungtivitis terjadi pada semua kasus morbili. Dapat juga terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion yang membuat
penglihatan seperti berawan.2
5. Otitis Media
Otitis media ditandai dengan membran timpani yang tampak hiperemis
pada fase prodromal dan fase erupsi.2
6. Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus morbili ke mukosa saluran cerna
sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya
daya tahan penderita morbili.2
7. Black Measles
Black Measles merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal
meskipun sangat jarang terjadi dari infeksi morbili yang ditandai dengan ruam
kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala
encephalitis atau encephalopati dan pneumonia serta terjadi perdarahan dari
mulut, hidung dan usus. Dapat juga terjadi koegulasi intravascular diseminata.2

Pencegahan penyakit morbili dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1. Imunisasi aktif
Imunisasi campak termasuk imunisasi dasar yang wajib diberikan pada
anak usia 9 bulan yang dapat diulangi saat anak berusia 5-7 tahun.5
2. Imunisasi pasif
Campak dapat dicegah dengan menggunakan imunoglobulin serum
dengan dosis 0,25 ml/kgBB diberikan secara intramuskular dalam 5 hari
sesudah pemajanan. Namun tidak banyak dianjurkan karena beresiko terjadinya
ensefalitis dan aktivasi tuberkulosis.5
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena
penyakit campak dalam kurun waktu 20-30 hari., demikian pula dengan
penderita campak untuk diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari
penularan lingkungan sekitar.5

Prognosis dari kasus morbili ini adalah baik karena penyakit ini merupakan self
limiting disease sehingga dalam penatalaksanaanya hanya dibutuhkan terapi yang
berdasarkan gejala. Tetapi jika gejala simptomatiknya tidak diatasi dapat
mengakibatkan timbulnya komplikasi sehingga dapat mengakibatkan prognosis yang
buruk. Pada kasus ini prognosis baik karena tanpa adanya penyulit.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Widagdo. Masalah dan Tatalaksana penyakit infeksi pada Anak. Jakarta :


Sagung seto. 2011

2. Soedarmono, P,S,S., Garna, H., Hadinegoro, S,R,S., Buku Ajar Ilmu kesehatan
Anak. Jakarta : IDAI. 2002.

3. Kurniawan, A,S., Penyakit tropik dan infeksi Anak. Kapita Selekta Kedokteran,
edisi III, jilid 2, Jakarta : FKUI. 2004.

4. Katzung. Farmakologi Dasar dan Klini., ed II. Jakarta : ECG. 2009.

5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.


Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011.

6. Rampengan, H.T., Penyakit infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC. 2006.

Anda mungkin juga menyukai