Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar
kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Di tempat yang paling dekat dengan kita pun
juga terdapat bakteri contohnya saja tas, buku, pakaian, dan banyak hal lainnya.
Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi.
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal
pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran
pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Maka dari
itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada saat ini.
Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil
saja yang merupakan patogen. Patogen adalah organisme atau mikroorganisme yang
hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh
manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal
saluran kemih, dan lain-lain. Penanganan demam karena infeksi juga dapat diberikan
bakteri secara umum dibagi menjadi 1). Inhibisi sintesis dinding sel seperti, penisilin,
trimetreksat.5
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AR
ANAMNESIS
- Panas dialami sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas naik
turun, dan turun dengan obat penurun panas, kejang (-), menggigil (-),
- Batuk (-)
- Flu (-)
- Mual (+), muntah (+) >5 kali sehari, muntah berisi makanan, darah (-), sakit
- BAB cair satu kali berampas, warna kuning, tidak berbau, volume sedang,
- BAK biasa, tidak ada keluhan pada saat berkemih, warna urin kuning muda.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Pasien tidak pernah mengalami panas,
DM (-).
Riwayat Kebiasaan & Lingkungan : Sebelum sakit, anak sering bermain di tanah
Riwayat Kehamilan & Persalinan : G3P2A0, lahir secara spontan LBK di bantu
Kemampuan dan Kepandaian bayi : Tengkurap & mengangkat kepala saat usia 4
PEMERIKSAAN FISIK
Berat Badan : 14 kg
Tinggi Badan : 97 cm
TANDA VITAL
Suhu : 38,9oC
Respirasi : 44 kali/menit
KULIT
wajah (+)
tiroid (-)
PARU
JANTUNG
midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung atas teraba di sela interkosta II
ABDOMEN
Genitalia : Normal
Anggota gerak
RESUME
Panas dialami sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, panas naik
Mual (+), muntah (+) >5 kali sehari, muntah berisi makanan, sakit perut (+),
BAB cair satu kali berampas, warna kuning, tidak berbau, volume sedang,
Dari hasil pemeriksaan tanda vital diperoleh denyut nadi 136 kali/menit, suhu
diperoleh kelainan.
Hasil pemeriksaan darah rutin diperoleh leukositosis yakni 19,9.103/mm3
TERAPI :
Sanmol 3 x 1 Cth
Domperidon 3 x ½ Cth
ANJURAN PEMERIKSAAN :
- Kultur darah
FOLLOW UP
Subjek (S) : Panas (-), BAB cair 2 x, warna kuning, tidak berbau, lendir
berisi obat
Objek (O) :
o Suhu : 36,80 C
o Abdomen : perut cembung (+), distensi (-), bunyi peristaltik usus (+)
kesan normal, suara abdomen ialah timpano, nyeri tekan abdomen (-),
organomegali (-)
Plan (P) :
Subjek (S) : Panas (-), BAB cair 1x, warna kuning, tidak berbau, lendir
(-), ampas (+), darah (-), nafsu makan membaik, muntah (-)
Objek (O) :
o Respirasi : 36 kali/menit
o Suhu : 370 C
o Abdomen : perut cembung (+), distensi (-), bunyi peristaltik usus (+)
kesan normal, suara abdomen ialah timpani, nyeri tekan abdomen (-),
organomegali (-)
Plan (P) :
ditegakkan karena anak mengalami demam dengan suhu 38,9 oC dan terjadi
peningkatan kadar leukosit (leukositosis). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dan
non infeksi, untuk demam karena infeksi dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,
jamur ataupun parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam
Demam merupakan akibat kenaikan set point (oleh sebab infeksi) atau
infeksi terjadi akibat mikro organisme merangsang makrofag atau PMN membentuk
PE (faktor pirogen endognik) seperti IL-1, IL-6, TNF (tumor necrosis factor), dan
IFN (interferon). Zat ini bekerja pada hipotalamus dengan bantuan enzim
timbulnya manifestasi klinis demam sangat tergantung pada umur. Semakin muda
usia bayi, semakin kecil kemampuan untuk merubah set point dan memproduksi
panas. Bayi kecil sering terkena infeksi berat tanpa disertai dengan gejala demam.
istirahat agar metabolismenya menurun. Cukupi cairan agar kadar elektrolit tidak
meningkat saat evaporasi terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas,
demam turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit dapat
turun mendadak. Ventilasi / regulasi aliran udara penting di daerah tropik. Buka
pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan evaporasi. Lebarkan pembuluh
darah perifer dengan cara menyeka kulit dengan air hangat (tepid-sponging).
pemberian obat demam. Cara kerja obat demam adalah dengan menurunkan set-
point di otak dan membuat pembuluh darah kulit melebar sehingga pengeluaran
panas ditingkatkan. Obat yang sederhana adalah asam salisilat dan derivatnya.
Rentang daya kerja obat ini cukup panjang, aman untuk dikonsumsi umum. Beberapa
golongan antipiretik murni, dapat menurunkan suhu bila anak demam namun tidak
ibuprofen. Obat lain adalah obat yang bersifat antipiretik pada dosis rendah dan
menimbulkan hipotermi pada dosis tinggi seperti metamizol dan obat yang dapat
rongga mulut, kuku, dll. Pada pasien ini, diperoleh bahwa pasien mengalami BAB
dengan konsistensi cair dan berampas. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri yang
proses adhesi-kolonisasi. Pada proses ini bakteri menempel pada permukaan sel
inang, perlekatan bakteri terjadi pada sel epitel. Pada proses ini, perlekatan bakteri ke
sel permukaan sel inang memerlukan protein adhesin. Adhesin dibagi menjadi dua,
yaitu fimbrial dan afimbrial. Adhesi fimbrial bertindak sebagai ligan dan berikatan
dengan reseptor yang terdapat pada permukaan sel host. Fili sering dikenal sebagai
antigen kolonisasi kerena peranannya sebagai alat penempelan pada sel lain. Toksin
yang dikeluarkan dari bakteri menyebabkan pengaruh negative terhadap sel iang
dengan cara mengubah metabolisme normal inang tersebut. Setelah proses adhesi-
kolonisasi, bakteri mengalami proses invasi. Invasi merupakan proses bakteri masuk
ke dalam sel inang dan menyebar ke seluruh tubuh, proses ini merupakan akses yang
lebih dalam dari bakteri. Setelah invasi mikroba mampu bertahan hidup dan
berkembang biak dalam sel inang. Dalam mempertahankan hidup bakteri harus
dapat bersaing untuk mendapat nutrisi. Setelah itu dapat mengakibatkan rusaknya
di lingkungannya, yaitu :5
- Innate Immunity
lisis mikroorganisme
fibroblast
sebagai alat utk merusak sel inang dan mendapatkan nutrisi yang diperlukan dari sel
Eksotoksin Endotoksin
1. Diproduksi oleh sel bakteri hidup, Diproduksi oleh sel bakteri yang telah mati
konsentrasinya tinggi dlm media cair
2. Tersusun atas molekul polipeptida, Tersusun atas lipopolisakarida kompleks,
dimana gugus lemak mrpk penentu tingkat
toksisitasnya
3. Relatif tidak stabil pada pemanasan; Masih stabil pd 600C selama 2 jam tanpa
rusak pd >600C, toksin akan kehilangan mengubah daya toksisitasnya
daya toksisitasnya
4. Bersifat antigenik; mampu Tidak bersifat antigenik, tidak mampu
menstimulasi membentukan antibodi. menstimulasi pembentukan antitoksin.
Mampu merangsang pembentukan Hanya mampu membentuk antibodi terhadap
antitoksin gugus polisakaridanya
5. Bisa dibuat toksoid dgn. Penambahan Tidak dapat dibuat toksoid
formalin, asam, pemanasan dll.
6. Mempunyai sifat toksisitas tinggi, fatal Lebih ringan, pd dosis tinggi fatal
pd hewan coba pd dosis yg sangat kecil Diperlukan dosis tinggi untuk dapat
Dosis rendah sdh mampu menimbulkan menimbulkan gejala
gejala
7. Tidak menimbulkan demam pd inang Menimbulkan demam pd inang
Selain terjadi BAB dengan konsistensi cair, pasien pada kasus ini juga
mengalami muntah-muntah, hal ini dapat terjadi karena toksin yang dihasilkan oleh
- Pemeriksaan Biakan
Kultur Urin dapat berupa urin midstream, urin melalui kateter atau
pungsi suprapubik
- Leukosit
Leukosit merupakan salah satu sel dalam sistem imun yang berperan dalam
melawan infeksi dan material asing lainnya. Nilai normalnya adalah 4.000-
- Presipitasi
Uji presipitasi lebih sulit dan sensitivitasnya rendah. Prinsip uji ini adalah
- CRP
C-Reactive Protein (CRP) merupakan protein fase akut. CRP dihasilkan oleh
inflamasi. CRP meningkat setelah 4-6 jam, nilainya menjadi dua kali lipat
setelah 8 jam dan mencapai puncaknya pada 36-50 jam dengan waktu paruh
19 jam.
- Procalcitonin
PCT dihasilkan oleh sel monosit yang berlekatan dengan jaringan dan tidak
bakreri endotoksin. Peningkatan terjadi 2-4 jam, mencapai puncak 8-24 jam
bakteri gram negatif memberikan hasil PCT yang lebih tinggi daripada gram positif.
Pada kasus ini indikator atau biomarker yang dipakai sebagai penunjang
diagnosis bacterial infection adalah kadar leukosit dalam darah, dimana pada kasus
Kloramfenikol
Inhibisi sintesis asam nukleat hambat sintesis RNA dan DNA
bakteri
1. Fluorokuinolon
2. Tetrasiklin
(leukosit darah <5.000 atau >15.000, hitung neutrofil darah>1500, leukosit urin di
atas 10/lpb, leukosit tinja >5/lpb), anak segera masuk RS dan langsung mendapatkan
kriteria ini, maka ada 2 pilihan yaitu, melakukan kultur urin, kultur darah, kultur
cairan serebro spinalis. Berikan ceftriaxon dan diminta kontrol kembali setelah 24
jam setelah melakukan kultur urin dan observasi terlebih dulu. Pada anak dengan
usia kurang dari 28 hari, pendekatan sebaiknya lebih agresif dengan langsung
kelompok usia 3- 36 bulan, risiko adanya bakteriemia pada anak dengan demam
sekitar 3-11%. Bakteriemia tidak terjadi pada kelompok ini bila leukosit <15.000
dengan suhu >39OC, sedang kemungkinan bakteriemia akan 5 kali lipat bila lekosit
>15.000. Pada kelompok ini langsung dilakukan kultur darah dan pemberian
ceftriaxon. Pada kelompok anak di atas 36 bulan, pengobatan bisa dilakukan secara
kemungkinan bakteremia 5 kali lipat, sehingga seharusnya pada pasien ini dilakukan
kultur darah dan pemberian ceftriaxon. Dosis ceftriaxon yang diberikan adalah 2 x
600 mg/IV.
Prognosis pasien pada pasien ini adalah dubia dikarenakan pasien menjalani
perawatan hanya 2 hari, dan`walaupun demam pada kasus ini sudah turun dan tidak
muntah, namun BAB pada anak ini masih berampas dan cair.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2010. Mikrobiologi Kedokteran : Edisi 23. Jakarta
: EGC
2. Gupte, Statish. 2008. Mikrobiologi Dasar : Edisi 3. Jakarta : Bina Rupa Aksara
3. Ismoedijanto. 2010. Demam Pada Anak. Jakarta : Jurnal Sari Pediatri, Vol. 2,
No. 2, Agustus 2000: 103 – 108
4. Bannister, B., Gillespie, S., Jones, J., 2009, Infection Microbiology and
6. Hsaiao, M., Barker, D., 2013, Fever In The New Millenium: A Review of