Anda di halaman 1dari 107

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA


BRONKIAL DI RUANG RAWAT INAP RAFLESIA RSUD
CURUP TAHUN 2022

DISUSUN OLEH :

YORA IRWANTI
NIM. P00320119027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
T.A 2021/2022

i
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA


BRONKIAL DI RUANG RAWAT INAP RAFLESIA RSUD
CURUP TAHUN 2022

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh


Gelar Ahli Madya Keperawatan

DISUSUN OLEH :

YORA IRWANTI
NIM. P00320119027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA
T.A 2021/2022

ii
iii
iv
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL
DIRSUD CURUP

ABSTRAK

Latar Belakang : Asma bronkial merupakan penyakit yang menjadi penyebab


kematian urutan kelima didunia. Asma adalah penyakit paru yang didalamnya
terdapat obstruksi jalan napas, inflamasi jalan napas yang hiperresponsif atau
serangan asma dapat dipicu oleh allergen spesifik atau faktor lain seperti
perubahan cuaca, infeksi pernapasan , dan faktor lainnya. Dan kekambuhan pasien
asma adalah faktor emosi karena perasaan cemas dan depresi pada faktor emosi
seringkali bertepatan dengan terjadinya gejala asma. Tujuan: untuk mengetahui
asuhan keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial meliputi
pengkajian,intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil: setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam didapatkan hasil diagnosa pertama pola napas tidak
efektif masalah teratasi sebagian,diagnosa intolerasi aktivitas masalah teratasi
sebagian, resiko defisit nutrisi masalah teratasi. Kesimpulan: teknik terapi
buteyko digunakan dalam mengurangi sesak napas pada klien dan membantu
perbaikan aktivitas klien. Kata kunci: Asuhan Keperawatan Asma Bronkial,
RSUD Curup

v
NURSING CARE OF CLIENTS WITH BRONCHIAL ASTHMA
CURUP DIRECTORY
ABSTRACT

Background: Bronchial asthma is a disease that is the fifth leading cause of death
in the world. Asthma is a lung disease in which there is airway obstruction,
hyperresponsive airway inflammation or asthma attacks can be triggered by
specific allergens or other factors such as weather changes, respiratory
infections, and other factors. And recurrence of asthma patients is an emotional
factor because feelings of anxiety and depression on emotional factors often
coincide with the occurrence of asthma symptoms. Objective: to determine
nursing care for clients with bronchial asthma including assessment, intervention,
implementation and evaluation. Results: after nursing care for 3x24 hours, the
results of the first diagnosis of ineffective breathing patterns were partially
resolved, the diagnosis of activity intolerance was partially resolved, the risk of
nutritional deficit was resolved. Conclusion: Buteyko therapy technique is used to
reduce shortness of breath in clients and help improve client activities. Keywords:
Bronchial Asthma Nursing Care, Curup Hospital

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Asma Bronkial Diruang

Raflesia RSUD Curup”

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan program studi diploma III keperawatan. Dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan baik materi

maupun moril dari berbagai Pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Eliana, SKM.,MPH Selaku Direktur Poltekes Kemenkes Bengkulu.

2. Bapak Ns. Derison Marsinova Bakara,S.Kep.,M.Kep. selaku Ketua Prodi

Diploma III Keperawatan Curup Poltekes Kemenkes Bengkulu.

3. Bapak Almaini, S.Kp., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakans waktu, tenaga, dan pikiran untuk melakukan konsultasi dan

mengarahkan pnulis dengan memberikan saran-saran yang membangun dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak Mulyadi ,M.Kep selaku ketua penguji yang telah menyediakan waktu

menguji penulis dan memberikan arahan serta masukan yang bersifat

membangun.

5. Ibu Citra Novianda, S.Kep. Ners penguji I yang telah menyediakan waktu

menguji penulis dan memberikan arahan serta masukan yang bersifat

membangun.

vii
6. Ibu Ns. Yossy Utario, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.An selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang senantiasa memberi saran positif dan telah mengarahkan

penulis untuk segera menyelesaikan semua kewajiban sebagai

mahasiswi,salah satunya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

7. Seluruh Dosen dan Staf Prodi Diploma III Keperawatan Curup Poltekes

Kemenkes Bengkulu.

8. Untuk Kedua Orang Tua saya Bapak Irwanto dan Ibu Susilawati serta

Keluarga besar saya yang memberikan dukungan, dan doa yang tiada henti

sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

9. Untuk Sahabat Azzro Nabila, Ria Oktia , Dea Veronika, Dewi Mustika dll

yang selalu memberi suport dan semangat dalam menyelesaikan penelitian ini

sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.

10. Dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat dan nikmat yang telah

diberikan akan menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah SWT. Penulis menyadari

dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi

penulisan maupun teori yang mendasar, sehingga penulis berharap ada saran yang

sifatnya membangun dari semua pihak demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah

ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat

bagi kita semua.

Curup,...............2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit Asma Bronkial .......................................................... 6
2.1.1 Definisi Asma Bronkial ................................................................... 6
2.1.2 Etiologi Asma Bronkial .................................................................... 7
2.1.3 Manifestasi Klinis Asma Bronkial ................................................... 9
2.1.4 Klasifikasi Asma Bronkial ................................................................ 10
2.1.5 Anatomi Fisiologi Asma Bronkial .................................................... 12
2.1.6 Patofisiologi Asma Bronkial ............................................................ 21
2.1.7 WOC (Web Of Caution) Asma Bronkial.......................................... 23
2.1.8 Penatalaksanaan Asma Bronkial....................................................... 24
2.1.9 Komplikasi Asma Bronkial ............................................................. 26
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronkial ....................................... 26
2.1.11 Tindakan medis Asma Bronkial .................................................... 27
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 28
2.2.1 Pengkajian ......................................................................................... 29
2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................... 30
2.2.3 Rencana Keperawatan ....................................................................... 31

ix
2.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................................... 37
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 37
2.3 Konsep Implementasi Utama Keperawatan ............................................ 38
2.3.1 Hasil Implementasi Penelitian Terapi
Teknik Pernapasan Buteyko Pada Pasien Asma Bronkial................. 38
2.3.2 Pengertian ......................................................................................... 39
2.3.3 Tujuan ............................................................................................. 39
2.3.3 Manfaat ........................................................................................... 39
2.3.3 SOP Tindakan ................................................................................. 40
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Data Asuhan Keperawatan ....................................................................... 41
3.1.1 Pengkajian ........................................................................................ 41
3.1.2 Analisa Data ..................................................................................... 51
3.1.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................... 53
3.1.4 Intervensi Keperawatan.................................................................... 54
3.1.5 Implementasi Keperawatan .............................................................. 58
3.1.6 Evaluasi Keperawatan ...................................................................... 67
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengakian Keperawatan ......................................................................... 73
4.2 Diagnosa Keperawatan .......................................................................... 74
4.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................... 75
4.4 Implementasi Keperawatan ................................................................... 77
4.5 Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 78
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 80
5.2 Saran ...................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Gambar Saluran Pernafasan 7

xi
DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Derajat Asma 19


2.2 Intervensi Keperawatan 23
3.1 Pola Kebiasaan sehari-hari 45
3.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium 50
3.3 Terapi Penatalaksanaan 50
3.6 Analisa Data Keperawatan 52
3.7 Diagnosa Keperawatan 54
3.8 Intervensi Keperawatan 55
3.9 Implementasi hari ke 1 59
3.10 Implementasi hari ke 2 62
3.11 Implementasi hari ke 3 64
3.12 Evaluasi Keperawatan hari 1 66
3.13 Evaluasi Keperawatan hari 2 68
3.14 Evaluasi Keperawatan hari 3 70

xii
DAFTAR LAMPIRAN

No Judul
1. Lembar Konsul
2. Pernyataan
3. Biodata
4. Surat Pengambilan Kasus dari Kampus
5. Surat Pengambilan Kasus dari RSUD
6. Surat Selesai Melaksanakan Dinas RSUD
7. Dokumentasi

xiii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Word Health Organisation (WHO 2019) kejadian asma di

dunia sebanyak 235 juta kasus diseluruh dunia setiap tahunnya dan sekitar

250.000 penderita meninggal pertahun karena asma diseluruh dunia. Di Amerika

jumlah asma meningkat dibandingkan Negara lain mencapai dua juta pertahun

dan sekitar 500.000 orang dirawat dalam setahun (global Asthma Network, 2019).

Hasil Riskesdes, (2018) didapatkan data bahwa prevalensi asma di

indonesia sebesar 4,5% dengan prevalensi tertinggi sejalan data dari pusat dan

informasi kementerian menunjukan bahwa terdapat sembilan belas provinsi yang

mempunyai prevalensi penyakit asma melebihi angka nasional dengan berjumlah

1.278 dari 5.130 pasien. Yaitu gorontalo, Sulawesi Tengah, Papua Barat,

Kalimantan Selatan, Aceh, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi

Tenggara, Kalimantan Barat, Sumatra Barat, Papua, Jambi, Kalimantan Timur,

Bengkulu, Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Barat, dan Bali

Data kesehatan kota bengkulu tahun (2018), jumlah penderita asma

sebesar 1.743 juta orang. Menurut Rekam medik angka kejadian Asma Di RSUD

curup pada tahun 2016 yaitu sebanyak 148 kasus , ditahun 2017 45 kasus, ditahun

2018 72 kasus, ditahun 2019 89 kasus , ditahun 2020 sebanyak 116 kasus.

Menurut (Wahid & Suprapto,2013) Asma merupakan penyakit jalan napas

obstruktif interminten reversible (proses balikkan),dimana trachea dan bronkus

1 Poltekkes Kemenkes Bengkulu


2

berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.inflamasi kronik

menyebabkan peningkatan hiperespontif jalan napas yang menimbulkan gejala

episode berulang berupa episode wheezing (mengi), sesak napas, dada terasa berat

dan batuk-batuk terutama pada waktu malam atau dini hari, serangan asma

mengakibatkan klien tidak dapat beraktifitas melakukan kegiatan harian, sehingga

menambah produktivitas menurun serta menurunkan kualitas hidup.

Menurut ( Tierney, Mephee,& papandakis) Komplikasi asma dapat

meliputi kelelahan, dehidrasi, infeksi saluran napas, corpulmonal, dan sinkope

yang disebabkan oleh batuk. Menurut (GINA, 2012) Asma mempunyai dampak

yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Gejala asma dapat mengalami

komplikasi sehingga menurunkan produktifitas kerja dan kualitas hidup. Maka

pemberian latihan teknik pernapasan buteyko secara teratur akan memperbaiki

buruknya sistem pernapasan pada pasien asma sehingga akan menurunkan gejala

asma.

Menurut Swi Swasti Pratiwi (2021). Asma dapat diobati secara

farmakologis dan non farmakologis, pada pengobatan secara farmakologis tentu

mengandung bahan kimia yang dapat Salah satu strategi yang dapat dilakukan

perawat berperan untuk mengatasi Pola napas tidak efektif pada pasien asma

bronkial secara non farmakologis adalah teknik pernapasan buteyko pada pasien

asma bronkial.

Menurut Swi Swasti Pratiwi (2021) Berdasarkan penelitian yang dilakukan

asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial. yang dilakukan di RSUD tugu

rejo provinsi jawa tengah , Jumlah pasien sebanyak 3 orang dengan asma bronkial

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


3

Setelah dilakukan terapi selama 3 hari berturut, hasil evaluasi studi kasus pada

tiga pasien menunjukan nilai frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen pasien

setelah mendapatkan terapi pernapasan buteyko mengalami perubahan menjadi

lebih baik, dengan rata-rata frekuensi pernapasan pada ketiga pasien adalah

25x/menit dan rata-rata saturasi oksigen pada ketiga pasien adalah 100%. Dari

hasil studi kasus ini dapat disimpulkan bahwa pernapasan buteyko merupakan

suatu tindakan kombinasi yang dapat diterapkan untuk mengurangi gejala asma

bronkial yang ditandai dengan adanya penurunan frekuensi pernapasan,

peningkatan saturasi oksigen, dan berkurangnya keluhan sesak napas pada pasien.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mebuat asuhan

keperawatan pada klien dengan asma bronkial diruang melati RSUD Curup Tahun

2021-2022.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah asuhan keperawatan dengan asma Bronkial di ruang melati

RSUD Curup Rejang Lebong.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Untuk memperoleh gambaran penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Asma bronkial di RSUD CURUP.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mampu mengidentifikasi pengkajian (Analisa data, Masalah klien,

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


4

dan prioritas masalah) pada klien dengan Asma bronkial di Ruang Melati

RSUD CURUP

2. Mampu merumuskan diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Asma

bronkial di Ruang Melati RSUD CURUP

3. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan Asma

bronkial di Ruang Melati RSUD CURUP

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan

Asma bronkial di Ruang Melati RSUD CURUP

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Asma

bronkial di Ruang Melati RSUD CURUP

6. Mampu melakukan pembahasan antara teori dan penerapan Asuhan

Keperawatan pada pasien dengan Asma bronkial di RSUD CURUP

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

antara lain:

1.4.1 Manfaat bagi klien

Klien dan keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas

dan dapat memahami perawatan

1.4.2 Manfaat bagi perawat

Sebagai bahan informasi mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Asma Bronkial, sehingga dapat menambah wawasan dan

meningkatkan mutu pelayanan perawat yang ada dirumah sakit.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


5

1.4.3 Manfaat bagi institusi

1. Rumah sakit

Dapat memberikan informasi mengenai dalam asuhan keperawatan

pada klien dengan asma bronkial, sehingga dapat menambah wawasan

dan meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit.

2. Pendidikan

Sebagai bahan tambahan dan referensi pelajaran tentang mengenai

asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi

Menurut (Wahid & Suprapto,2013) Asma merupakan penyakit jalan napas

obstruktif interminten reversible (proses balikkan),dimana trachea dan bronkus

berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.inflamasi kronik

menyebabkan peningkatan hiperespontif jalan napas yang menimbulkan gejala

episode berulang berupa episode wheezing (mengi),sesak napas, dada terasa berat

dan batuk-batuk terutama pada waktu malam atau dini hari, serangan asma

mengakibatkan klien tidak dapat beraktifitas melakukan kegitan harian, sehingga

menambah produktivitas menurun serta menurunkan kualitas hidup.

Menurut (Infodatin, 2018) Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan)

kronik saluran napas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di

dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat

penyumbatan saluran pernapasan.

Menurut (Widia,2018) Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas

mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan tertentu yang

menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara.

Berdasarkan dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

penyakit asma adalah penyakit pada sistem pernapasan yaitu suatu gangguan pada

saluran bronkial yang mempunyai ciri bronkospasme yang menyebabkan

6 Poltekkes Kemenkes Bengkulu


7

peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episode brulang

berupa episode berupa wheezing,sesak napas,dada terasa berat dan batuk batuk

terutama pada waktu malam atau dini hari.

2.1.2 Etiologi Penyakit Asma

Menurut Wahid dan Suprapto (2013), obstruksi jalan napas asma

disebabkan oleh :

1. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.

2. Pembengkakan membrane bronkus.

3. Bronkus terisi oleh mucus yang kental

a. Faktor predisposisi

a. Genetik

Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, meski belum diketahui

bagaimana penurunanya dengan jelas, karena adanya bakat alergi ini.

b. Faktor pencetus

a. Allergen

Adalah suatu bahan penyebab alergi. Diman ini dbagi menjadi tiga,

yaitu :

1.) Inhalan, yangmasuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu

binatang, serbuk bunga, bakteri,polusi.

2.) Ingetan, yang masuk melalui mulut seperti makanan danobat-

obatan.

3.) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti

perhiasan, logam dan jam tangan.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


8

b. Perubahan cuaca

Cuaca yang lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi

asma. Perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma. Kadang serangan

behubungan asma seperti, musim hujan, musim bunga, musim kemarau.hal

ini berhubungan dengan angina, serbuk bunga dan debu.

c. Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya asma, hal

ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di

pabrik kayu, polisi lalu lintas, gejala ini membaik pada waktu libur atau

cuti.

d. Olaraga
Sebagiann besar penderita akan mendapat serangan asma bila

sedang bekerja dengan berat atau aktivitas berat. Serangan asma karena

aktivitas biasanya segera setelah aktivitas selesai salah satu contoh olaraga

yang paling cepat menimblkan serangan asma adalah lari cepat.

e. Strees

Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma,

selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang

mengalami stress harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


9

Menurut Wijaya dan Putri,(2019)

Etiologi asma dapat juga dibagi atas :

1.) Asma ekstrinsik/alergi

Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui masanya sudah terdapat

semenjak anak-anak seperti terhadap protein, serbuk sari, bulu halus, binatang

dan debu.

2.) Asma instrinsik/idopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetes yang jelas, tetapi adanya faktor-

faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi yang sering memicu

serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah

menderita infeksi sinus/cabang tracobroncial.

3.) Asma campuran

Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsic.

2.1.3 Manifestasi Klinik

Menurut Wahid dan Suprapto (2013), pada penderita asma saat mengalami

serangan asma biasanya ditemukan gejala klinis yaitu :

a. Penderita bernafas cepat dan dalam

b. Gelisah

c. Duduk dengan menyangga kedepan, sertatampak otot bantu bekerja keras

d. Sesak nafas

e. Adanya wheezing

f. Batuk

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


10

g. Ada sebagian mengeluh nyeri dada

h. Silent chest (tidak terlihat pengerakan dada)

i. Sianosis

j. Gangguan kesadaran

k. Takikardi

l. Hiperinflasi dada

2.1.4 Klasifikasi Asma

Menurut Wijaya dan Putri (2019).

1. Asma Ringan

Adalah asma yang terkontrol dengan pengobatan tahap 1 atau tahap 2,

yaitu terapi pelega bila perlu saja, atau dengan obat pengontrol dengan

intensitas rendah seperti steroid inhalasi dosis rendah atau antogonis leukotrien,

atau kromon.

2. Asma Sedang

Adalah asma terkontrol dengan pengobatan tahap 3, yaitu terapi dengan

obat pengontrol kombinasi steroid dosis rendah (LABA).

3. Asma Berat

Adalah asma yang membutuhkan terapi tahap 4 atau 5, yaitu terapi

dengan obat pengontrol kombinasi steroid dosis tinggi plus long acting beta

agonist (LABA) untuk menjadi terkontrol, atau asma yang tidak terkontrol

meskipun telah mendapat terapi.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


11

Table 2.1. Klasifikasi Derajat Berat serangan asma

Karakteristik Ringan Sedang Berat


Aktivitas Dapat berjalan Jalan terbatas Sukar berjalan
Dapat berbaring Lebih suka duduk Duduk
membukuk
Bicara Beberapa kalimat Kalimat terbatas kedepan
Kesadaran Mungkin Biasanya Kata demi kata
terganggu terganggu Biasanya
Frekuensi nafas Meningkat Meningkat terganggu
Sering>
Retraksi otot Umumnya tidak Kadang kala ada 30kali/menit
bantu napas ada Ada

Mengi Lemah sampai Keras


sedang Keras
Frekuensi nadi <100 100-200
>120
Pulkus Tidak ada Mungkin ada (10-
paradoksus (<10mmHg) 25mmHg) Sering ada
APE sesudah (>25mmHg)
bronkodilator
( %prediksi)
>80% 60-80%
paCO2 <45mmHg <45mmHg <60%
SaO2 <45mmHg

( GINA 2020 ) .

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


12

2.1.5 Anatomi Dan Fisiolgi Sistem Pernapasan

a. Anatomi

Menurut (Syaifudin,2016) Sistem respirasi secara garis besar

terdiri dari bagian konduksi yang terdiri dari cavum nasalis, nasofaring,

laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. Dan bagian respirasi ( tempat

terjadi pertukaran gas ) yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, dukus

alveolar, dan alveoli Menurut klasifikasi berdasarkan saluran napas atas

dan bawah, saluran napas atas terbatas hingga faring sedngkan saluran

napas bawah dmulai dari laring,trakea,bronkus dan berakhir di paru-paru.

Gambar 2.1 Sistem Pernafasan

Sumber : (Hedisasrawan,2013)

b. Anatomi fisiologi sistem pernapasan

1. Rongga Hidung ( Cavum Nasalis )

Menurut (Syaifudin,2016) Terdiri dari lubang hidung, rongga hidung

dan ujung rongga hidung, rongga hidung banyak memiliki kapiler darah dan

selalu lembab adanya lender yang dihasilkan oleh mukosa. Di dalam hidung

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


13

udara disaring dari benda-benda asing yang tidak berupa gas agar tidak

masuk ke paru-paru. Selain itu udara juga disesuaikan suhunya agar sesuai

dngan suhu tubuh.

2. Faring

Menurut (Syaifudin,2016) Faring merupakan ruang dibelakang rongga

hidung, yang merupakan jalan masuknya udara dari rongga hidung. Pada

ruang tersebut terdapat klep (epiglotis) yang bertugas mengatur pergantian

perjalanan udara pernafasan dan makanan.

3. Laring

Menurut (Syaifudin,2016) Laring atau pangkal batang tenggorokan atau

kotak suara. Laring terdiri atas tulang rawan, yaitu jakun,epiglotis, (tulang

rawan penutup dan tulang rawan trikoid ( cincin stempel) yang letakknya

paling bawah. Pita suara terletak di dinding laring bagian dalam.

4. Trakea

Menurut (Syaifudin,2016) Trakea atau batang tenggorokan merupakan

pita yang tersusun atas otot polos dan tulang rawan yang berbentuk huruf O

pada jarak yang sangat teratur. Dinding trakea tersusun atas tiga lapisan

jaringan epitel yang dapat mengahsilkan lender yang berguna untuk

menangkap dan mengembalikan benda-benda asing ke hulu saluran

pernafasan sebelum masuk ke paru-paru bersama udara pernafasan.

5. Bronkus

Menurut (Syaifudin,2016) Merupakan cabang batang tenggorokan yang

jumlahnya sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kiri dan yang satunya

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


14

menuju paru-paru kanan. Dinding bronkus terdiri atas lapisan jaringan ikat,

lapisan jaringan epitel. Otot polos dan cincin tulang rawan. Kedudukan

bronkus yang menuju kekiri lebih mendatar dari pada ke kanan. Hal ini

merupakan asalah satu sebab mengapa paru-paru kanan lebih mudah

terserang penyakit.

6. Bronkiolus

(Syaifudin,2016) Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus.

Dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih tipis, bronkiolus bercabang-

cabang menjadi bagian yang lebih halus.

7. Alveolus

(Syaifudin,2016) Saluran akhir dari saluran pernafasan yang berupa

gelembung-gelembung udara. Dinding alveolus sangat tipis setebal silapis

sel, lembab dan berdekatan dengan kapiler-kapiler darah. Adanya alveolus

memungkinkan terjadinya luasnya daerah permukaan yang berperan penting

dalam pertukaran gas. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran gas-gas

O2 dari udara bebas ke sel-sel darah, sedangkan pertukaran CO2 dari sel-sel

tubuh ke udara bebas.

8. Paru-Paru

(Syaifudin,2016) Paru-Paru terletak dalam rongga dada dibatasi oleh

otot dada dan tulang rusuk, pada bagian bawah dibatasi oleh otot diafragma

yang kuat. Paru-paru merupakan himpunan dari bronkiolus saccus alveolaris

dan alveolus. Diantara selaput dan paru-paru terdapat cairan limfa yang

berfungsi untuk melindungi paru-paru pada saat mengembang dan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


15

mengempis. Mengembang dan mengempisnya paru-paru disebabkan karena

adanya perubahan tekanan rongga dada.

a. Paru-paru kanan

1) Berlobus tiga.

2) Bronkus kanan bercabang tiga.

b. Paru-paru kiri

1) Berlobus dua.

2) Bronkiolus kiri bercabang dua

3) Posisinya lebih mendatar dibungkus oleh lapisan pleura yang berfungsi

menghindari gesekan saat bernafas.

c. Mekanisme pernapasan.

Mekanisme pernapasan menurut Syaifudin (2016) dan Tarwoto, (2011)

sebagai berikut: Paru dan dinding dada adalah strktur yang elastis, dalam keadaan

normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada. Paru dengan

mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru dan

dinding dada di bawah tekanan atmosfer. Paru teregang dan berkembang pada

waktu bayi baru lahir

Menurut (Syaifudin,2016) Pada waktu menarik napas dalam, otot

berkontraksi tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Diafragma

menutup ketika penarikan napas, diafragma dan tulang daa menutupi ke posisi

semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulangrusuk

ketika bernapas dalam dan volume udara bertambah.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


16

Menurut (Syaifudin,2016) Pada waktu inspirasi udara melewati hidung

dan faring. Udara dihangatkan dan di ambil uap airnya. Udara berjalan melalui

trakea, bronkus, bronkeolus, dan ductus alveolaris ke alveoli. Luas total dinding

paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru kira-kira 70m2.

Menurut (Tarwoto 2011) Bernapas atau pulmonary ventalis merupaan

proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri dua fase

yaitu inspirasi yaitu periode ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru dan

ekspirasi yaitu periode ketika udara meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer,

tekanan yang berperan dalam proses bernapas adalah tekanan atmosfer, tekanan

intrapulmonary atau intraalveoli, dan tekanan intrapleura.

Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk

sewaktu bernapas dalam. Pada waktu istirahat pernapasan menjadi dangkal akibat

tekanan abdominal yang membatasi gerakan diafragma.

a. Inspirasi

Menurut (Tarwoto,2011) Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah

tekanan atmosfer. Otot yang paling penting dalam inspirasi adalahdiafragma

bentuknya melengkung dan melekat pada iga paling bawah dan otot intrakosta

eksterna. Ketika diafragma berkontraksi bentuknya menjadi datar dan menekan

dibawahnya yaitu pada isi abdomen dan mengangkat iga keadaan ini

menyebapkan pembesaran rongga toraks dan paru-paru.

b. Ekspirasi

Menurut (Tarwoto,2011) Selama pernafasan biasa, ekspirasi merupakan proses

pasif, tidak ada kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi otot-otot respirasi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


17

relaks, memberikan elasitas paru dan rongga dada untuk mengisi volume paru.

Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari pada tekanan atmosfer.

Relaksasi diafragma dan otot intrakosta eksterna mengakibatkan recoil elastis

dinding dada dan paru sehingga terjadi peningkatan tekanan alveolus dan

merupakan volume paru, dengan demikian udara bergerak dari paru-paru ke

atmosfer.

c. Reflek batuk

Menurut (Tarwoto,2011) Reflek batuk merupakan cara paru

mempertahankan diri bebas dari benda asing penyebap iritasi lain merangsang

reflex batuk. Implus afrens berasal dari jalan pernapasn melalui nervus vagus

ke medulla ablongta. Kejadian rangkalan otomatis dicetuskan oleh sirkulit

neuron medulla oblongata yang menyebapkan efek:

1) Sekitar 2,5 liter udara diinspirasikan

2) Epiglottis menutup dan pita suara menutup rapat untuk udara di dalam

paru.

3) Otot perut berkontraksi kuat mendorong diafragma sementara otot

ekspirasi lain berkontraksi kuat. Akibat tekanan dari dalam paru meingkat

setinggi 100mmHg atau lebih.

4) Pita suara dan epiglottis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara yang

tertekan dalam paru terdorong keluar. Biasanya udara yang bergerak cepat

membawa benda asing yang terdapat dalam bronkus dan takea.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


18

d. Ruang rugi

Menurut (Syaifudin,2016) Selain udara yang dihirup oleh seseorang tidak

pernah sampai pada daerah pertukaran gas , tetap berada dalam saluran napas,

tempat tidak terjadi pertukaran gas di setiap kali bernapas dinamakan udara

ruang rugi. Pada pertukaran gas dinsetiap kali bernapas dinamakan udara di

ruang rugi. Pada inspirasi banyak udara baru mula mula harus mengisi berbagai

area ruang rugi jalan napas. (mis.hidung, faring, trakea dan bronkus) sebelum

mencapai alveoli. Udara ruang rugi ini tidak berguna bagi proses pertukaran

gas, karena di lokasi ini tidak terjadi pertukaran gas. Udara ruang rugi normal

pada orang muda dewasa kira-kira 150 ml.

e. Ventilasi mekanis

Menurut (Syaifudin,2016) mengatakan bahwa ventilasi mekanis sebagai

berikut:

Udara mengalir dari tekanan tinggi kebagian tekanan rendah. Namun demikian

bila tidak ada aliran udara masuk atau keluar dari paru-paru tekana alveolar

dan atmosfer dalam keadaan seimbang. Untuk memulai pernapasan aliran

udara dalam paru-paru harus dicetuskan oleh turunnya tekanan dalam alveoli.

Karena ventilasi melibatkan adanya elastisitas, complain, tekanan dan

gravitasi.

a.) Elastisitas: kembalinya bentuk asli setelah perubahan karena kekuatan dari

luar. Paru dan dada bersifat elastis, memerlukan energi untuk bergerak

dengan cepat, dan kembali kebentuk awalnya bila energi tidak efektif lagi.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


19

b.) Complain: kemampuan mengembang baru merupakan ukuran elastis,

ditunjukkan sebagai peningkatan volume dalam paru, untuk tiap unit

peningkatan tekanan intraveolar

Perubahan volume paru(liter)


Complain =
Perubahan tekanan paru (cm H2O)

Complain paru total pada kedua paru adalah 0,13 l/cm

c.) Tekanan: udara yang ditangkap jalan napas adalah campuran nitrogen dan

oksigen (99,5%) dan sejumlah kecil karbon dioksida dan uap air (0,5%)

molekul berbagai gas menunjukkan gerakan karena pelepasan molekul ini

konstan. Volume gas menimbulkan tekanan terhadapa dinding penampung

karena gas dan campuran gas berusaha untuk bergerak dari batas

lingkungan yang da.

d.) Gravitasi: adalah akibat banyaknya udara yang terjadi pada bagian atas

paru dapi pada dasar jumlah upaya yang dibutuhkan untuk ventilasi

dimana ventilasi bagian ini menurun dan ventilasi lain dari area yang

kurang meningkat.

f.) Difusi gas melalui jaringan

Yang penting dalam gas-gas pernapasan/respirasi adalah daya larut yang

sangat tinggi dalam lemak, akibatnya juga sangat larut dalam membrane

sel gas ini berdifusi melalui membrane sel dengan rintangan. Pembatas

utama gerakan gas di dalam jaringan adalah percepatan disfusi melalui

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


20

cairn jaringan bukan melalui membrane sel. Oleh karena itu difusi gas

melalui air terutama yang harus diperhatikan bahwa karbon dioksida

berdisfusi 20 kali kesepatan oksigen.

g.) Pengaturan pernapasan

Pernapasan spontan ditimbulkan oleh rangsangan ritmis neuron motoris

yang mempersarafi otot pernapasan otak. Rangsangan ini secara

keseluruhan bergantung pada implus saraf. Pernapasan berhenti bila

medulla spinalis dipotong melintang di atas nervus prenikus.

Terdapat dua mekanisme saraf yang terpisah pernapasan dan terdapat pada

korteks serebri. Rangsangan ritmik pada medulla oblongata menimbulkan

pernapsan otomatis. Daerah medulla oblongan berhubungan dengan

pernapasan secara klasik. Rangsangan ritmis neuron pusat pernapasan

h). Proses transpoit oksigen

Saturasi (kejumlahan) hemoglobin dan PO2 hanya mengelilingi 3% daro

oksigen yang terdiri dari oksigen yang terdiri dari darah arteri. Konsentrasi

molekul oksigen dalam larutan cadangan dari molekul hemoglobin,

khususnya panas atom di dalam unit pusat adalah HB+O2=HBO2.

Molekul hemoglobin oksigen segera berkembang pada keadaan seimbang.

Jika dari semua hemoglobin ini menggantikan HBO2 darah ini 100%

oksigenasi atau pemenuhan bersama oksigen terjadi. Sebagian PO2

mencapai permukaan lebih tinggi sekitar 250 mmHg, pada konsentrasi

oksigen rendah, darah hanya memenuhi sebagian, tetapi tekanan alveolar

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


21

pemenuhannya masih tinggi. Hemoglobin mempunyai oksigen kuat pada

konsentrasi udara alveolar 97,5% dari hemoglobin dalam bentuk HBO2.

2.1.6 Patofisiologi

Menurut (Nurarif & Kusuma 2018) Faktor pencetus terjadinya asma

adalah allergen, stress dan cuaca yang mengakibatkan antigen yang terikat IGE

pada permukaan sel mast atau basophil sehingga mengeluarkan mediator berupa

histamine, platelete, brakinin yang menyebabkan permiabilitas kapiler

meningkatkan sehingga terjadi edema mukosa, sekresi produktif, serta kontriksi

otot polos meningkat. Edema mukosa, sekresi produktif, serta kontriksi otot polos

meningkat mengakibatkan spasme otot polos sekresi kelenjar meningkat dan

konsentrasi 02 dalam darah menurun. Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus

meningkat menyebabkan penyempitan/obstruksi proksimal dan bronkus pada

tahap ekspirasi dan impirasi mengakibatkan mucus berlebihan, batuk, whezzing

dan sesak napas sehingga menimbulkan masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas. Saat mucus berlebihan, batuk, whezzing dan sesak nafas

menyebabkan tekanan partial oksigen dialveoli menurun menyebabkan

hiperkapnea, suplai 02 dalam darah menurun, suplai 02 ke jaringan menurun,

konsetrasi 02 dalam darah menurun dan penyempitan jalan pernafasan.

Hiperkapnea menyebabkan gelisah (ansietas).

Saat suplai 02 keotak menurun mengakibatkan koma, dan suplai 02 ke

jaringan menurun mengakibatkan perfusi jaringan perifer. Saat kosentasi 02 dalam

darah menurun menyebabkan hipoksia sehingga menimnbulkan masalah

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


22

keperawatan gangguan pertukaran gas. Hipoksia juga menyebakan asidosis

metabolic dan suplai darah dan 02 kejantung berkurang. Suplai darah dan 02 ke

jantung berkurang mengakibatkan penurunan cardiac output sehinggamenyebakan

masalah keperawatan penurunan curah jantung. Penurunan cardiac output ini juga

menyebabkan tekanan darah menurun mengakibatkan kelemahan dan keletihan

sehingga menimbulkan masalah keperawatan intolerasi aktivitas.

Penyempitan jalan napas menyebabkan peningkatan kerja otot pernapasan

dan kebutuhan 02 meningkat, saat kebutuhan 02 meningkat menyebabkan

hiperventilasi dan mengakibatkan retensi 02 sehingga menyebabkan asidosi

respiratorik pada PH darah, saat terjadi peningkatan kerja otot pernapasan

mengakibatkan nafsu makan menurun sehingga menimbulkan masalah

keperawatan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Serta

peningkatan kerja otot pernapasan sehingga menimbulakan masalah keperawatan

ketidakefektifan pola napas.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


23

2.1.7 WOC ASMA

Strees berlebihan,
Allergen,debu,spora, bulu Infeksi saluran pernafasan atas peningaktan hormone

binatang,polusi udara , obat-obatan. kartikostroid.

Reaksi antigen-
Peka rangsangan
atibodi

Produksi substansi,vasoaktif
(histamine,bradikinin,anafila

-kontraksi otot polos meningkat


odema mukosa Permeabilitas kapiler meningkat
- sekresi mucus meningkat

ASMA

B1 breathing B2 Blood B3 Brain B5 Bowel B6 Bone

Konntraksi otot
polos meningkat Suplay
sputum
kejaringan
Bronce menurun
Sekresi
spasme
Kapiler sesak Bau mulut
meningkat
meningkat 02 ke kelemahan
Saluran
Mucus jaringan
penyempita
Oedem Ventilasi Nafsu
meningkat otak
n
mukosa terganggu makan INTOLERASI
menurun
Ventilasi
Penye AKTIVITAS
terganggu Difusi gas Suplai 02
mpitan KEBUTUHAN
alveoli berkurang hipoxsia
saluran NUTRISI
Dyspnea,ta
cipnea,pen 02 dan C02 KURANG
Ronchi Gangguan
ggunaan tergnggu Kesadaran
whezinng perfusi
otot bantu menurun
jaringan
pernapasan hipoksemia
POLA Resiko
BERSIHAN Sumber, Nurarif &
NAPAS Cedera
JALAN
TIDAK Kusuma 2016
GANGGUAN NAPAS
EFEKTIF
PERTUKARAN TIDAK

GAS EFEKTIF

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


24

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut Wahid dan Suprapto (2013),

a. Prinsip umum dalam pengobatan asma :

1.) Menghilangkan obstruksi jalan napas.

2.) Menghindari faktor yang bias menimbulkan serangan asma.

3.) Menjelaskan kepada penderita dan keluarga mengenai penyakit asma,

pengobatannya.

b. Pengobatan pada asma :

1) Pengobatan farmakologis

a) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas terbagi dua

golongan

1. Andrenergik ( Adrenalin dan efedrin ), misalnya terbutalin/ bricasama.

Obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk

tablet,sirup,suntikan dan semprot (metered dose inhaler) ada yang

berbentuk hisap (ventolin diskhaler dan bricasma turbuhaler ) atau

cairan bronchodilator (alupent,berotic.brivase sets ventolin) yang

oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel sangat halus)

untuk selanjutnya dihirup.

2. Santin/teofilin (aminofilin)

cara pemakaian adalah dengan disuntikan langsung

kepembuluh darah secara perlahan. Karena sering merangsang

lambung bentuk sirup atau tablet sebaiknya dimunum setelah

makan,ada juga yang berbentuk supositoria untuk penderita yang

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


25

memungkinkan untuk minum obat misalnya dalam kondisi muntah

atau lambungnya kering.

b) Kromalin

bukan bronkodilator tetapi obat pencegah serangan asma

pada penderita anak. Kromalin biasanya diberikan bersama obat

anti asma dan efeknya baru terlihat setelah satu bulan.

c) Ketolifen

mempunyai efek pencegahan terhadap asma dan diberikan

dalam dosis dua kali 1 mg/hari keuntunganya adalah dapat diberikan

secara oral.

d) Kortikosteroid hidrokortisin

100-200 jika tidak ada respon maka segera penderita diberi steroid oral

2) Pengobatan non farmakologis

a.) Memberikan penyuluhan

b.) Menghindari faktor pencetus

c.) Pemberian cairan

d.) Fisiotrapi nafas (senam nafas)

e.) Pemberian oksigen bila perlu

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


26

2.1.9 Komplikasi

Menurut Ngastiyah (2018).

Komplikasi yang mungkin timbul adalah :

a. Status asmatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut

yang berat bersifat refractor terhadap pengobatan yang lazim dipakai.

b. Atelectasis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis.

c. Hipoksemia.

d. Pneumothoraks

e. Emfisema.

f. Deformitas thoraks.

g. Gagal nafas.

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Ngastiyah (2018), ada beberapa pemeriksaan diagnostik bagi para

penderita asma, antara lain :

1. Uji faal paru

Uji faal paru dikerjakan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai hasil

provokasi bronkus, menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan

penyakit. Alat yang digunakan untuk uji faal paru adalah peak flow meter,

caranya anak disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik

napas dalam melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat) dan

dicatat hasil.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


27

2. Foto toraks

Foto toraks dilakukan terutama pada anak yang baru berkunjung pertama kali

di poliklinik, untuk menyingkirkan kemungkinan ada penyakit lain. Pada

pasien asma yang telah kronik akan terlihat jelas adanya kelainan berupa

hiperinflasi dan atelektasis.

3. Pemeriksaan darah

Hasilnya akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan sekret hidung. Bila

tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma. Selain itu juga, dilakukan uji

tuberkulin dan uji kulit dengan menggunakan allergen.

2.1.11 Tindakan medis (obat atau pembedahan )

Menurut (Brunner & Suddarth, 2018).

Terdapat lima kategori pengobatan yang digunakan dalam mengobati

asma: angonis beta, metilsantin, antikolinegrik, dan inhibitor sel mast.

1. Agonis beta adalah medikasi awal yang digunakan dalam mengobati asma

karena agen ini mendilatasi otot-otot bronkial. Agen adrenergic juga

meningkatkan gerakan siliaris, menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan

dapat menguatkan efek bronkodilator dari kortokosteroid.

2. Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin, digunkan karena mempunyai efek

bronkodilatasi. Agen ini merileksikan otot-otot polos bronkus, meningkatkan

gerakan mukus dalam jalan nafas, dan meningkatkan kontraksi diafragma.

Aminofilin ( bentuk IV tofilin) diberikan secara intabena, teofilin diberikan

peroral. Metilsantin tidak digunakan dalam serangan akut karena awitannya

lebih lambat disbanding angonis beta.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


28

3. Antikolinegrik, seperti atropine, tidak pernah dalam riwatnya digunakan untuk

pengobatan rutin asma karena efek samping sisteminya. Seperti kekeringan

pada mulut, penglihatan mengabur, berkemih anyang-anyangan,palpitasi dan

flusing. Agen ini diberikan melalui inhalasi.

4. Kortikosteroid, penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini diberikan

secara intravena (hidrekortison), secara oral (prednisone,prednisolone), atau

melalui inhalasi (beklometason,deksametason). Kortikosteroid (tidak melalui

inhalasi) mungkin diberikan untuk serangan asmatikus yang tidak

memberikan respon terhadap terapi bronkodilator.

5. Inhibitor sel mast adalah integral dari pengobatan asma. Medikasi ini

diberikan melalui inhalasi. Medikasi ini mencegah pelepaan kimiawi

anafilaktik , dengan demikian mengakibatkan bronkodilator dan penurunan

inflamasi jalan nafas.

2.2 Konsep asuhan keperawatan

Menurut Manurung (2011). Asuhan Keperawatan adalah suatu metode

ilmiah yang sistematis dan terorganisir dalam memberikan asuhan keperawatan

pada pasien yang berfokus pada respon individu terhadap gangguan kesehatan

yang dialami. Asuhan keperawatan merupakan proses serangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien atau pasien

diberbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-kaidah

keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan

bersifat humanistic, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk

mengatasi masalah yang dihadapi klien.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


29

Proses keperawatan dalah suatu tahapan desain tindakan yang ditujukan

untuk memenuhi tujuan keperawatan, yang meliputi mempertahankan keadaan

kesehatan klien yang optimal, apabila keadaanya berubah membuat suatu jumlah

dan kualitas tindakan keperawatan terhadap kondisinya guna kembali kekeadaan

yang normal.

2.2.1 Pengkajian

Menurut Hutugalung (2019). Pengkajian keperawatan adalah proses

pengumpulan, pengujian, analisa, dan mengkomunikasikan data tentang klien.

Tujuan pengkajian untuk membuat data dasar tentang kesehatan klien, praktik

kesehatan, penyakit terdahulu dan pengalaman yang berhubungan, dan tujuan

perawatan kesehatan. Proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu,

pengumpulan data dari sumber subjektif dan objektif :

a. Sumber subjektif meliputi data yang didapatkan dari klien ,orang terdekat

klien, atau keluarga klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi

dan kejadian

b. Sumber objektif yaitu data yang dapat diobservasi dan diukur selama

proses pemeriksaan fisik. Data pengkajian yang terkumpul mencakup klien

keluarga, masyarakat, lingkungan atau kebudayaan.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


30

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan PPNI (2016) Standar diagnosis keperawatan

Indonesia. yang dapat diambil pada pasien dengan asma adalah :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

(mis,kelemahan otot pernapasan)

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing dalam

jalan nafas ditandai dengan sputum yang berlebihan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (hipoksia) kelemahan.

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksimbangan ventilasi-

perfusi ditandai dengan (dysnea)

5. Resiko Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai

dengan kurang selera makan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


31

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 2.2. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan kriteria hasil Intervensi
keperawatan (SLKI,2019) ( SIKI,2018)
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif Tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor pola
dengan selama..kali/jam napas ( frekuensi,
hambatan upaya diharapkan kedalaman, usaha
napas(mis,kelema masalah dapat teratasi napas)
h n otot dengan 2. Monitor bunyi
pernapasan) kriteria hasil: napas tambahan
(mis,
DS : Pola nafas tidak gurgling,whezing,
- Klien efektif : ronkhi)
mengatak 3. Monitor sputum
an sesak -Ventilasi semenit Terapeutik
nafas. meningkat (5) 4. Pertahankan
- Sesak jika -Kapasitas vital kapatenan jalan
udara meningkat (5) napas
dingin -Dispnea menurun (5) 5. Posisikan semi
- Sulit -Pengunaan fowler atau
mengelua Otot bantu nafas fowler
rkan menurun (5) 6. Berikan mium
secret. -Pemanjangan fase hangat
DO : ekspirasi menurun (5) 7. Lakukan
- Pasien -Pernapasan cuping fisiotrapi dada
tampak hidung menurun (5) 8. Berikan oksigen
gelisah
- Dispnea Edukasi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


32

- Mukosa 9. Ajarkan batuk


bibir efektif
sianosis Kolaborasi
- Ekspirasi 10. Kolaborasi
yang pemberian
lama bronkodilator,eks
- Inspirasi pektoran,mukoliti
cepat k.
2. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
nafas tidak tindakan keperawatan Observasi
efektif selama..kali/jam 1. Monitor pola
berhubungan diharapkan masalah napas ( frekuensi,
dengan benda dapat teratasi dengan kedalaman, usaha
asing dalam jalan kriteria hasil: napas)
nafas ditandai Bersihan jalan napas 2. Monitor bunyi
dengan napas tambahan
sputum yang - Batuk efektif (mis,
berlebihan meningkat (5) gurgling,whezing,
- Produksi sputum ronkhi)
DS : menurun (5) 3. Monitor sputum
- Klien - mengi,wheezing Terapeutik
mengeluh menurun (5) 4. Posisikan semi
kesulitan - dispnea menurun (5) fowler atau
mengeluarka - ortopenia menurun fowler
n secret (5) 5. Berikan mium
DO : - sulit berbicara hangat
- Klien terlihat menurun (5) 6. Lakukan
kesulitan fisiotrapi dada
mengeluarka 7. Berikan oksigen
n sekret
karena sesak Edukasi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


33

nafas ( 8. Ajarkan batuk


dispnea). efektif
- Klien terlihat Kolaborasi
menggunaka 9. Kolaborasi
n otot bantu pemberian
pernafasan bronkodilator,eks
saat pektoran,mukolit
bernafas.
- Bunyi nafas
klien
abnormal,yai
tu adanya
bunyi nafas
mengi
- ( wheezing)
3. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen aktifitas
aktivitas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama..kali/jam 1. Identifikasi
dengan diharapkan masalah deficit tingkat
ketidakseimbanga dapat teratasi dengan aktivitas
n antara suplai kriteria hasil: 2. Identifikasi
dan kebutuhan aktivitas dalam
oksigen Toleransi aktivitas tertentu
(hipoksia) 3. Identifikasi
kelemahan - Frekuensi nadi sumber daya
DS : meningkat (5) untuk aktivitas
- Klien - Saturasi oksigen yang diingikan
mengeluh meningkat (5) Terapeutik
sukar - Kemudahan dalam 4. Fasilitas memilih
bergerak melakukan aktivitas aktivitas dan
karena sesak sehari-hari (5) tetapkan tujuan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


34

nafas. - Keluhan telah aktivitas yang


DO : menurun (5) konsisten
- Klien terlihat - Dyspnea saat sesuaikemampua
pucat dan melakukan aktivitas n fisik,psikologis
sianosis. menurun (5) dan social
- Klien - Dyspnea setelah 5. Kerdinasikan
mengalami melakukan pemilihan
dispnea. aktivitas(5) aktivitas sesuai
- Frekuensi - Perassan lemah usia
pernafasan > menurun (5) 6. Fasilitasi pasien
24 kali/menit - Warna kulit dan keluarga
- Frekuensi membaik (5) dalam
nadi - Tekanan darah menyesuaikan
>95kali/meni membaik (5) lingkungan untuk
t - Frekuensi napas mengakomondasi
membaik (5) aktivitas yang
dipilih
7. Fasilitasi aktivitas
fisik rutin
8. Fasilitasi aktivitas
motoric untuk
relaksasi otot
9. Libatkan keluarga
dalam aktivitas
jika perlu
10. Jadwalkan
aktivitas dalam
rutinitas sehari-
hari

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


35

4. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas


pertukaran gas tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama...kali/jam 1. monitor pola napas
dengan diharapakan masalah (frekuensi, kedalaman
ketidaksimbangan dapat teratasi dengan dan usaha napas)
ventilasi-perfusi kriteria hasil : 2. monitor bunyi napas
ditandai - Dipsnea tambahan (mis,
dengan (dysnea) menurun(5) gurgling, mengi,
DS : - Pengunaan otot wheezing, rongki
- Klien bantu kering)
mengatakan pernapasan 3. monitor sputum
sesak menurun(5) (jumlah, warna,
DO : - Frekuensi napas aroma)
- Klien membaik (5) Teraupetik
tampak 4. Posisi semi fowler
gelisah atau fowler
- Dispnea 5. Berikan minum
- Mukosa hangat
bibir 6. Lakukan fisiotrapi
sianosis dada, jika perlu
- Frekuensi Edukasi
pernafasan > 7. Ajarkan teknik batuk
24 efektif
kali/menit Kolaborasi
- Nadi >126 8. Kolaborasi pemberian
kali/permeni bronkodilator,ekspekt
t oran mukolitik, jika
perlu.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


36

5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


berhubungan dengan tindakan ...kali/jam Observasi
kurang asupan diharapakan masalah 1. Identifikasi status
makanan dapat teratasi dengan nutrisi
Ditandai dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan
tidak selera makan - Porsi makanan intoleransi makanan
yang dihabiskan 3. Monitor asupan
meningkat (5) makanan
- Nafsu makan 4. Monitor berat badan
meningkat (5) Teraupetik
- Frekuensi 5. Lakukan oral hygine
makan sebelum makan
meningkat (5) 6. Sajikan makanan
secara menarik
Edukasi
7. Ajurkan posisi duduk
jika mampu
Kolaborasi
8. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori yang
dibutuhkan.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


37

2.2.4 Implementasi keperawatan

Menurut (Nursalam 2016). Implementasi keperawatan merupakan tindakan

yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien

dalam proses penyembuhan dan perawat serta masalah kesehatan yang dihadapi

pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan.

2.2.5 Evaluasi keperawatan

Menurut (Nursalam 2016). mengatakan bahwa evaluasi keperawatan terdiri

dari dua jenis yaitu:

a. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi berjalan dimana evaluasi

dilakukan sampai dengan tujuan tercapai. Pada evaluasi formatif ini penulisan

klien mengenai perbahan nutrisi yang terjadi sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan untuk peningkatan nutrisi.

b. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif disebut juga evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini

menggunakan SOAP (subjektif, objektif, assessment, perencanaan).pada

evaluasi sumatif ini penulis menilai tujuan akhir penerapan peningkatan nutrisi

tubuh yang penulis lakukan yaitu ada atau tidaknya perubahan nutrisi setelah

dilakukan peningkatan nutrisi tersebut.

a) S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang di dapat dari klien

setelah tindakan diberikan.

b) O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengaatan penilaian,

pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dlakukan.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


38

c) A (analisis) adalah membandingkan antara formasi subjektif dan objektif

dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa

masalah teratasi, teatasi sebagian, atau tidak teratasi

d) P (planning) adalah rencana keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan

hasil analis

2.3 Konsep Implementasi Utama Keperawatan

2.3.1 Hasil implementasi penelitian terapi teknik pernapasan buteyko pada pasien

asma bronkial.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Swi Swasti Pratiwi (2021) asuhan

keperawatan pada pasien asma bronkial. yang dilakukan di RSUD tugu rejo

provinsi jawa tengah , Jumlah pasien sebanyak 3 orang dengan asma bronkial

Setelah dilakukan terapi selama 3 hari berturut, hasil evaluasi studi kasus pada

tiga pasien menunjukan nilai frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen pasien

setelah mendapatkan terapi pernapasan buteyko mengalami perubahan menjadi

lebih baik, dengan rata-rata frekuensi pernapasan pada ketiga pasien adalah

25x/menit dan rata-rata saturasi oksigen pada ketiga pasien adalah 100%. Dari

hasil studi kasus ini dapat disimpulkan bahwa pernapasan buteyko merupakan

suatu tindakan kombinasi yang dapat diterapkan untuk mengurangi gejala asma

bronkial yang ditandai dengan adanya penurunan frekuensi pernapasan,

peningkatan saturasi oksigen, dan berkurangnya keluhan sesak napas pada pasien.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


39

2.3.2 Pengertian

Menurut (Susanto 2018). Teknik buteyko adalah teknik pernapasan yang

merupakan gabungan dari pernapasan melalui hidung, diagrama dan control

pause.

2.3.3 Tujuan

Menurut Swi Swasti Pratiwi (2021). Tujuan adalah menerapkan teknik

pernapasan buteyko yang dikombinasikan dengan terapi bronkodilator untuk

penurunan frekuensi pernapasan dan peningkatan saturasi oksigen pada asuhan

keperawatan pasien asma. Dan untuk mengurangi konstriksi jalan napas dangkal.

Teknik pernapasan buteyko bertujuan untuk memperbaiki pola napas penderita

asma dengan cara memelihara keseimbangan kadar CO2 dan nilai oksigenasi

seluler yang pada akhirnya dapat menurunkan gejala asma.

2.3.4 Manfaat

Menurut Swi Swasti Pratiwi (2021). Manfaat Teknik pernapasan buteyko

Untuk mengurangi gejala asma bronkial yang ditandai dengan adanya penurunan

frekuensi pernapasan, peningkatan saturasi oksigen, dan berkurangnya keluhan

sesak napas pada pasien.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


40

2.3.5 SOP Tindakan

SOP Teknik teknik pernapasan buteyko pada pasien asma bronkial.

No Prosedur Tindakan

A Pesiapan lingkungan
- Sediakan lingkungan yang nyaman
B Prosedur tindakan

1 Atur posisi pasien duduk dan nyaman

2 Kemudian pasien diminta untuk mengambil nafas dangkal melalui hidung


dan tahan selama mungkin sesuai dengan kemampuan sampai terasa ada
dorongan untuk menghembuskan napas
3 Pada saat menghebuskan napas, dilakukan secara perlahan dalam hitungan
1-5
4 Kemudian pasien diminta untuk menahan napas kembali sesuai dengan
kemampuan hingga terasa ada dorongan untuk menarik napas
5 Setelah itu pasien diminta untuk mengambil napas secara normal melalui
hidung, dan kemudian mengulangi kembali seluruh proses yang sidah
dilakukan selama kurang lebih 15 menit.
6 Teknik pernapasan ini dilakukan setelah pasien mendapatkan obat
bronkodilator dengan nebulizer

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


41

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.M DENGAN ASMA BRONKIAL

DIRUANGAN RAFLESIA RSUD CURUP TAHUN 2022

Tanggal masuk RS : 08 Juli 2022 Jam : 10.03

Tanggal pengkajian : 08 Juli 2022 Jam : 10.10 WIB

Ruangan kelas : Kelas 3 Raflesia Nomor Register : 237467

Diagnosa medis : Asma Bronkial

3.1 Data Asuhan Keperawatan

3.1.1 Pengkajian

A. Biodata

1. Identitas klien

a) Nama klien : Ny.M

b) Usia : 66 Tahun

c) Jenis kelamin : Perempuan

d) Alamat : Jalan Baru, Curup Rejang Lebong

e) Golongan darah :O

f) Status perkawinan : Menikah

g) Agama : Islam

h) Suku bangsa : Rejang

i) Pendidikan : SMP Sederajat

j) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

41 Poltekkes Kemenkes Bengkulu


42

k) Sumber informasi : Anak

l) Tanggal MRS : 08 Juli 2022

m) Tanggal pengkajian : 16 Juli 2022

n) Diagnosa medis : Asma Bronkial

2. Identitas Penanggung Jawab

a) Nama : Tn.R

b) Usia : 40 Tahun

c) Pendidikan : SMA

d) Pekerjaan : Wiraswasta

e) Agama : Islam

f) Alamat : Simpang lebong

B. Riwayat Keperawatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Keluhan utama MRS : Klien diantar ke IGD pada tanggal 08 Juli

2022 pukul 10.03 WIB dengan keluhan sesak nafas sejak kurang

lebih dua hari, sesak semakin memberat sejak tadi malam, sesak

sering berulang disertai dengan batuk .

2) Keluhan saat ini : Pada saat pengkajian tanggal 08 Juli 2022 pukul

11.05 klien mengatakan saat ini klien masih sesak nafas, sesaknya

kambuh pada malam hari menjelang pagi hari, Klien mengatakan

sakit pada kepala yang terasa memberat sejak tadi malam, batuk,

terdengar suara wheezing, frekuensi 32x/ menit, nampak nafas klien

tersengal-sengal serta adanya retraksi dinding dada, tampak

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


43

pernapasan cuping hidung, tampak pengunaan otot bantu pernapasan

Klien mengatakan merasa lemas tidak bertenaga, merasa sulit

beraktivitas karena lemas. Klien mengatakan tidak selera makan,

nafsu makan menurun. Pasien mengatakan mual muntah

3) Keluhan kronologis

a) Factor pencetus : Asma Bronkial

b) Timbulnya keluhan : 2 hari yang lalu

c) Lamanya : 2 hari

d) Upaya mengatasi : Keluarga klien mengatakan tidak

mengetahui upaya untuk mengatasinya sehingga klien dibawa ke

RSUD Curup

2. Riwayat Keluhan Masa Lalu

1) Riwayat alergi : Tidak ada

2) Riwayat kecelakaan : Tidak ada

3) Riwayat dirawat dirs : Tidak ada

4) Riwayat operasi : Tidak ada

5) Riwayat pemakaian obat : Keluarga klien mengatakan

biasanya mengkonsumsi obat asam urat tetapi tidak rutin

6) Riwayat merokok : Klien mengatakan pernah merokok

tetapi sudah kurang lebih delapan bulan berenti merokok.

7) Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada

keluarga yang menderita penyakit yang sama

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


44

3. Riwayat kesehatan keluarga (genogram dan keterangan)

Keterangan :

= Laki-laki = Laki-laki meninggal

= Perempuan = Perempuan meninggal

= Pasien

= Tinggal serumah

1. Penyakit yang pernah diderita : Hipertensi dan Asam urat

2. Riwayat Psikososial dan Spiritual

1) Pola komunikasi : Keluarga klien mengatakan klien berinteraksi

dengan baik dengan keluarga dan orang lain

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


45

2) Pembuatan keputusan : Klien dan keluarga saling bermusyawarah

dalam pengambil keputusan

3) Kegiatan kemasyarakatan : Klien bersosialisasi dengan orang orang

sekitarnya

4) Dampak penyakit pasien : klien tidak bisa melakukan aktivitas seperti

biasanya

5) Presepsi pasien terhadap penyakitnya

a) Hal yang sangat dipikir : Keluarga klien merasa khawatir dengan

penyakit yang diderita oleh ibu

b) Harapan telah menjalani : Keluarga berharap klien cepat sembuh

dan cepat pulang kerumah

6) Sistem nilai kepercayaan : Klien sering melakukan shalat 5 waktu

klien dan keluarga selalu berdoa dan yakin kepada allah swt bahwa

penyakit ibu nya akan sembuh

a. Nilai-nilai yang di anut : islam

b. Aktivitas agama : sholat & mengaji

Tabel 3.1 Pola kebiasaan sehari-hari

No Hal yang dikaji Sebelum sakit Saat sakit


1. Pola nutrisi :
1. Frekuensi makan 3x/hari 3x(nasi dan lauk) 1x(nasi dan
lauk)
2. Nafsu makan baik/tidak Baik Kurang
3. Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi ¼ porsi

4. Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada


5. Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
6. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
7. Penggunaan obat-obatan
Sebelum makan Tidak ada Tidak ada

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


46

8. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada

2. Pola eliminasi
BAK
a) frekuensi 5-7x/hari 5-9x/hari
b) warna Jernih jernih
c) penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
BAB
a) frekuensi 1x/hari Belum ada
b) waktu Pagi hari
c) konsistensi Lembut
3. Personal hygine
1. Mandi Badan
a. frekuensi 2x/hari hanya
b. waktu pagi dan sore dibersihan
oleh
keluarga
dipagi hari
2. Oral hygine
a. frekuensi 2x/hari 1x/hari
b. waktu Pagi dan sore Pagi hari

3. Cuci rambut
a. frekuensi 2x/hari Klien tidak cuci
b. waktu Pagi dan sore rambut
4. Pola istirahat dan tidur
1. lama tidur siang 2-3 Jam ½-1 Jam
2. lama tidur malam 6-8 jam 4-6 Jam
3. kebiasaan sebelum tidur Menonton tv Tidak ada

5. Kebiasaan yang mempengaruhi


kesehatan
1. merokok Merokok Tidak ada
2. minuman keras Tidak ada Tidak ada

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


47

C. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum : Lemah

b) Tingkat kesadaran : Composmentis

c) Glasgow Coma Scale : 15

d) Berat badan : 56 kg

e) Tinggi badan : 155 cm

f) Tekanan darah : 150/90 mmHg

g) Nadi : 110x/m

h) Frekuensi nafas : 32 x/m

i) Suhu tubuh : 36.7 °C

j) Spo2 : 94%

3. Sistem penglihatan

a) Posisi mata : Mata simetris antara kiri dan kanan

b) Kelopak mata : Tidak terdapat edema pada kelopak

mata

c) Pergerakan bola mata : Normal

d) Konjungtiva : Tidak anemis

e) Sclera : Anikterik

f) Pupil : isokor pada mata kiri dan kanan

g) Fungsi penglihatan : Baik

h) Pemakaian kacamata : Tidak ada

i) Pemakaian lensa kontak : Tidak ada

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


48

4. Sistem pendengaran

a) Daun telinga : Simetris antara kanan dan kiri

b) Kondisi telinga tengah : Telinga bersih, dan tidak ada

infeksi

c) Cairan dari telinga : Tidak ada cairan dari telinga

d) Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran klien masih

baik

e) Gangguan keseimbangan : Tidak ada gangguan keseimbangan

f) Pemakaian alat bantu : Tidak ada alat bantu pendengaran

5. Sistem pernafasan

a) Jalan nafas : Tidak bersih, terdapat secret,

terdengar Whezzing

b) Penggunaan otot bantu : Adanya penggunaan otot bantu

pernapasan

c) Frekuensi : 32 x/m

d) Irama : Ireguler

e) Jenis pernafasan : Whezzing

f) Batuk : Iya, berdahak

g) Sputum : Terdapat sputum

h) Terdapat darah : Tidak terdapat darah

i) Suara nafas : Terdapat suara napas tambahan

Whezzing

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


49

6. Sistem kardiovaskular

a) Vena jungularis : Tidak terdapat pembesaran vena

jungularis

b) Warna kulit : Sawo matang

c) Edema : Tidak terdapat edema

d) Capillary Refill Time : Kembali < 3detik

7. Sistem pencernaan

a) Keadaan mulut : Gigi bersih

b) Mukosa bibir : Lembab

c) Abdomen : Tidak terdapat luka bekas operasi

8. Sistem saraf pusat

a) Keluhan sakit kepala : Ada

b) Tingkat kesadaran : Composmentis

9. Sistem integument

a) Turgor kulit : Elastis

b) Warna kulit : Pucat

10. Sistem muskoluskeletal

a) Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada

b) Keadaan tonus otot : Lemah

c) Kekuatan otot

4444 4444
4444 4444

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


50

11. Ektremitas

Atas : Terpasang IV line di sebelah kanan dengan cairan

NacI 20 tetes permenit

Bawah : Terdapat edema sebelah kanan

Jenis edema : Edema perifer

Luas derajat : Derajat I dengan kedalaman 1-3, kembali 3 detik

12. Data penunjang Tanggal 08-07-2022 jam 10.03

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Satuan


Hemoglobin 13,5 g/dl
Jumlah lekosit 8.700 uL
Jumlah eritrosit 4.17 juta/uL
Jumlah trombosit 272.000 Ul
Hemaktorit 40 %
LED - %
CV 95 Fl
CH 32 Pg
CHC 34 g/dl

13 . Penatalaksanaan
Tanggal/waktu: Jumat –Minggu jam 10.00

Nama obat Dosis Fungsi obat


Esomex 1x1 40 mg Obat untuk mengurangi produksi jumlah asam
(iv) lambung

Fartison 3x1 100 Obat untuk sebagai terapi penyakit terkait


mg (iv) sistem pernapasan

Floxaris flash 1x1 400 Obat untuk penderita ekserbasi bakteri akut
mg (iv)

Furosemide 1x1amp Obat untuk mengatasi penumpukan cairan


(iv) didalam tubuh atau edema

Combivent 4x1 2,5 ml Untuk meredahkan gejala sesak akibat


Fulmicort 2x1 2 ml penyempitan saluran pernapasan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


51

3.1.2 Analisa Data

Nama : Ny.M Ruangan : Raflesia

Umur : 66 tahun No RM : 237467

Tabel 3.6 Analisa Data keperawatan

No Hari/tanggal Data Etiologi Masalah


1. Senin, 08 Ds : Pola napas
Juli 2022 - Klien Hambatan upaya
tidak
mengatakan napas ( Ekspirasi
efektif
sesak saat lebih panjang dari
bernapas
inspirasi
Do :
- Klien tampak
sesak
- Klien tampak
gelisah
- Terpasang
oksigen 4L/m
dengan nasal
nasul
- Denyut nadi
teraba cepat
- Tampak
pernapasan
cuping hidung
- Tanda –tanda
vital
TD : 150/90mmHg
RR : 32x/m
HR : 110 x/m
SPO2 : 94%
2. Senin, 08 Ds : Ketidakseimbangan Intoleransi
Juli 2022 - Klien mengeluh
antara kebutuhan aktivitas
lemas
Do : dan oksigen
- Klien tampak
lemas
- Tampak

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


52

aktivitas Klien
dibantu
keluarga
- Kekuatan otot

4444 4444
4444 4444
- Ttv
TD :150/90mmHg
RR : 32x/m
HR : 110 x/m
SPO2 : 94%
3. Senin, 08 Ds : Faktor psikologis Resiko
Juli 2022 - Klien ( keenganan untuk defisit
mengatakan makan) nutrisi
tidak ada selera
untuk makan
- Klien
mengatakan
sebelum sakit
porsi makan
yang
dihabiskan
1porsi, tetapi
setelah sakit
hanya
menghabiskan
¼ porsi makan
- Klien
mengatakan
mual muntah
Do :
- BB : 56kg
- Membran
mukosa pucat
- Ttv
TD :150/90mmHg
RR : 32x/m
HR : 110 x/m
SPO2 : 94%

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


53

3.1.3 Diagnosa Keperawatan

Nama : Ny.M Ruangan : Raflesia

Umur : 66 tahun No RM : 237467

Tabel 3.7 Diagnosa keperawatan

NO DITEMUKAN TERATASI DIAGNOSA Paraf


KEPERAWATAN
1. 08 Juli 2022 10 Juli 2022 Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan
hambatan upaya
napas (mis,kelemahan otot
pernapasan)

2. 08 Juli 2022 10 Juli 2022 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

Ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan oksigen

3. 08 Juli 2022 10 Juli 2022 Resiko defisit nutrisi

berhubungan dengan Faktor

psikologis

( keenganan untuk makan)

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


54

3.1.4 Intervensi keperawatan

Nama : Ny.M Ruangan : Raflesia

Umur : 66 tahun No RM : 237467

Tabel 3.8 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
efektif tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 1 x 24/jam 1. Monitor pola napas (
dengan hambatan diharapkan masalah frekuensi, kedalaman,
upaya dapat teratasi dengan usaha napas)
napas kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas
Pola nafas tidak tambahan mis,
(mis,kelemahan
efektif gurgling,whezing,rokhi
otot pernapasan)
3. Monitor sputum
- Dispnea cukup
Terapeutik
menurun (5)
4. Pertahankan kapatenan
- Bunyi napas
jalan napas
tambahan cukup
5. Posisikan semi fowler
menurun (5)
atau fowler
- Takikardi cukup
6. Berikan mium hangat
menurun (5)
7. Lakukan fisiotrapi dada
- Pengunaan Otot
8. Berikan oksigen
bantu nafas
Edukasi
menurun (5)
9. Ajarkan batuk efektif
- Gelisah cukup
Kolaborasi
menurun (5)
Kolaborasi
- Nafas cuping hidung
10. Pemberian
cukup menurun (5)
bronkodilator,ekspektor

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


55

- Sianosis cukup an,mukolitik.


membaik (5)
- Pola nafas cukup
membaik (5)
- Warna kulit cukup
membaik (5)
2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energy
aktivitas Tindakan Observasi
berhubungan keperawatan selama 1x 1. Idetifikasi gangguan
dengan 24/jam diharapkan fungsi tubuh yang
Ketidakseimbang masalah dapat teratasi mengakibatkan
an antara dengan kelelahan
kebutuhan dan kriteria hasil: 2. Monitor kelelahan fisik
oksigen Toleransi aktivitas dan emosional
- Kemudahan dalam 3. Monitor pola dan jam
melakukan aktibitas tidur
sehari-hari cukup 4. Monitor lokasi dan
meningkat (5) ketidaknyamanan
- Dispnea saat setelah selama melakukan
aktivitas cukup aktivitas
menurun (5) Teraupetik
- Tekanan darah 5. Sediakan lingkungan
cukup membaik (5) nyaman dan rendah
- Frekuensi napas stimulus ( mis, cahaya,
cukup membaik suara, kunjungan)
Gelisah (5) 6. Lakukan latihan
rentang gerak pasif dan
aktif
7. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


56

Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
9. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
10. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
Makanan
3. Resiko defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrsi
tindakan keperawatan Observasi
nutrisi
selama 1x 24 /jam 1. Identifikasi status
berhubungan
diharapkan masalah nutrisi
dengan Faktor dapat teratasi dengan 2. Identifikasi makanan
kriteria hasil: yang disukai
psikologis
Nafsu makan 3. Monitor asupan
( keenganan
- Keinginan makan makanan
untuk makan)
cukup meningkat 4. Monitor berat badan
(5) Teraupetik
- Asupan makanan 5. Lakukan oral hygine
cukup meningkat sebelum makan
(5) 6. Sajikan makanan yang
- Energy untuk menarik
makan cukup 7. Berikan makanan yang
meningkat (5) tinggi kalori dan tinggi
- Kemampuan protein
menikmati makanan Edukasi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


57

(5) 8. Ajarkan diet yang


- Asupan nutrisi (5) diprogramkan
- Stimulus untuk 9. Anjurkan pasien posisi
makan (5) duduk
Kolaborasi
10. Kolaboarasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrisi
yang dibituhkan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


58

3.1.5 Implementasi keperawatan


Nama : Ny.M Ruangan : Raflesia

Umur : 66 tahun No RM : 237467

Table 3.9 Implementasi keperawatan ke-1


Tanggal No. Jam Implementasi Respon Hasil Paraf
dx
Jumat , 1. 10.10 1. Melakukan 1. Klien menjawab
08 Juli pengkajian semua yang
2022 pada Ny.M ditanyakan

1. 10.10 2. Memeriksa 2. TD :150/90mmHg


TTV Klien RR : 32 x/m
HR : 110 x/m
SPO2 : 94%

1. 10.10 3. Mengauskultas 3. Suara napas pasien


i suara napas terdengar whezzing
pasien

1. 10.10 4. Mengkolabora 4. Oksigen sudah


si pemberikan diberikan
oksigen sebanyak 5 liter/i
sebanyak 5
liter/i dengan
nasal kanul

1. 10.35 5. Memposisikan 5. Pasien tampak


pasien untuk lebih nyaman
memaksimalka dengan posisi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


59

n ventilasi tersebut
(semi fowler)

1. 11.00 6. Memberikan 6. Obat tersebut


obat floxaris telah diberikan,
(400 mg) tidak terdapat
Fartison (100 tanda-tanda
mg) infeksi
Esomex (40
mg) melalui IV

1 11.03 7. Memberikan 7. Terapi telah


terapi diberikan pasien
nebulizer mengatakan
Combivent 2,5 sputumnya dapat
ml dan dikeluarkan
pulmicort 2 ml
selama 5 menit

1 11.09 8. Memberikan 8. Sebelum


terapi diberikan terapi
pernapasan RR : 32x/m
buteyko Spo2 : 94%
Setelah diberikan
terapi
RR : 30x/m
Spo2 : 95%
Sesak berkurang

2. 11.30 1. Membantu 1. Pasien


klien mengatakan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


60

mengidentifika masih sedikit sulit


si aktivitas bergerak ditempat
yang mampu tidur dan toilet
dilakukan

2 11.35 2. Memonitor 2. Pasien nampak


respon fisik, gelisah dengan
emosi, sosial Keadaanya
dan spiritual

2 11.40 3. Menganjurkan 3. Keluarga tampak


keluarga untuk mengikuti
senantiasa anjuran dengan
menemani membantu pasien
pasien dan bergerak di
membantu tempat tidur
aktivitasnya makan dan
11.50 seperti ketoilet
bergerak
ditempat tidur,
makan dan
ketoilet

3 11.55 1. Mengidentifika 1. Pasien


si status nutrisi mengatakan
pasien masih tidak selera
makan

3 12.00 2. Mengidentifika 2. Pasien


si makanan mengatakan suka
yang disukai makanan bubur

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


61

3 2.55 3. Mengidentifika 3. Pasien


si berat badan mengatakan
terakhir
menimbang berat
badan 56 kg

3 4. Menganjarkan 4. Pasien
pasien untuk mengatakan
melakukan oral mengerti dan
hygine memahami dan
sebelum akan menerapkan
makan nya

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


62

Implementasi hari ke-2

Tabel 3.10 Implementasi hari ke-2

Tanggal No. Jam Implementasi Respon Hasil Paraf


dx
Sabtu , 1. 08.00 1. Memeriksa 1. TD :150/90mmHg
09 Juli TTV Klien RR : 30 x/m
2022 HR : 100 x/m
SPO2 : 95%

1 08.00 2.Mengauskultasi 2. Suara napas pasien


suara napas pasien terdengar whezzing

1 80.00 3. Memposisikan 3. Pasien tampak


pasien untuk lebih nyaman
memaksimalkan dengan posisi
ventilasi (semi tersebut
fowler)

1 09.00 4. Memberikan 4. Obat tersebut


obat floxaris (400 telah diberikan,
mg) tidak terdapat
Fartison (100 mg) tanda-tanda
Esomex (40 mg) infeksi
melalui IV

1 09.00 5. Memberikan 5. Terapi telah


terapi nebulizer diberikan pasien
Combivent 2,5 mengatakan
ml dan sputumnya dapat
pulmicort 2 ml dikeluarkan
selama 5 menit

1 09.10 6. Mengajarkan 6. Pasien


pasien batuk mengikuti batuk
efektif efektif yang
diajarkan
ditandai dengan
keluarnya sputum

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


63

1 09.10 7. Memberikan 7. Sebelum


terapi diberikan terapi
pernapasan RR : 30x/m
buteyko Spo2 : 95%
Setelah diberikan
terapi
RR : 29x/m
Spo2 : 98%
Sesak berkurang

2. 11.30 1. Membantu klien 1. Pasien


mengidentifikasi mengatakan masih
aktivitas yang sedikit sulit bergerak
mampu dilakukan ditempat tidur dan
toilet

2 11.35 2. Memonitor 2. Pasien masih


respon fisik, emosi, nampak gelisah
sosial dan spiritual dengan Keadaanya

2 11.35 3. Menganjurkan 3. Keluarga tampak


keluarga untuk mengikuti anjuran
senantiasa dengan membantu
menemani pasien pasien bergerak di
dan membantu tempat tidur makan
aktivitasnya seperti dan ketoilet
bergerak ditempat
tidur, makan dan
ketoilet
3 11.50 1. Mengidentifikasi 1. Pasien
status nutrisi mengatakan sudah
pasien ada selera untuk
makan

3 11.55 2. Anjurkan pasien 2. Pasien


posisi duduk mengatakan nyaman
dengan posisi duduk

3 12.00 3. Menganjarkan 3. Pasien


pasien untuk mengatakan merasa

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


64

melakukan oral lebih nyaman dan


hygine sebelum bersih saat
makan melakukan oral
hygine sebelum
makan

3 12.55 4. Menganjurkan 4. Keluarga pasien


keluarga untuk memahami dan
memberi makanan menerapkannya
yang disukai
pasien

3 12.60 5. Mengidentifikasi 5. BB : 56 kg
berat badan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


65

Implementasi hari ke-3

Table 3.11 Implementasi ke-3

Tanggal No. Jam Implementasi Respon Hasil Paraf


dx
Minggu 1. 09.00 1. Menanyakan 1. Pasien
, 09 Juli keluhan hari ketiga mengatakan sesak
2022 Ny.M berkurang

1 09.00 2. Memeriksa TTV 2. TD :120/70mmHg


Klien RR : 29 x/m
HR : 97 x/m
SPO2 : 100%

1 09.00 3. Memberikan obat 3. Obat tersebut telah


floxaris (400 mg) diberikan, tidak
Fartison (100 mg) terdapat tanda-tanda
Esomex (40 mg) infeksi
melalui IV

1 10.00 4. Memberikan 4. Terapi telah


terapi nebulizer diberikan pasien
Combivent 2,5 ml mengatakan
dan pulmicort 2 ml sputumnya dapat
selama 5 menit dikeluarkan

1 10.05 5. Memberikan 5. Sebelum diberikan


terapi pernapasan terapi RR : 30x/m
buteyko Spo2 : 95%
Setelah diberikan
terapi
RR : 26x/m
Spo2 : 100%

1 10.10 6. Mengkolaborasi 6. Sesak klien sudah


Pemberian berkurang
oksigen 2L/m RR : 26x/m

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


66

2 11.00 1. Memonitor 1. Pasien mengatakan


respon fisik, emosi, lemas berkurang
sosial dan spiritual

3 11.10 1. Mengidentifikasi 1. Pasien mengatakan


status nutrisi pasien sudah ada selera
untuk makan

3 11.20 2. Mengidentifikasi 2.BB : 57 kg


berat badan pasien

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


67

3.1.6 Evaluasi keperawatan


Table 3.12 Evaluasi keperawatan hari ke-1
Hari/tangga No Jam Evaluasi Paraf
l dx
Jumat-08- 1. 13.00 S:
07-2022 - Pasien mengatakan sesak saat bernapas
- Pasien mengatakan nyaman dengan posisi
kepala sedikit dinaikkan
O:
- Tampak sesak
- Tampak gelisah
- Terpasang oksigen nassal kanul 4 liter/
menit
- Napas tampak cepat
- RR: 32 x/menit
- N : 110 x/menit
- SpO2 : 94%
A: Masalah belum teratasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5

- Dispnea √
- Napas cuping √
hidung
- Mengi,wheezing √
- Frekuensi napas √
- Takikardi √
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,5,8,9,10

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


68

Jumat -08- 2. 13.15 S:


07-2022 - Klien mengeluh badanya terasa lemas
O:
- Pasien tampak lemas
- Tampak aktivitas pasien dibantu
keluarga
- TD : 150/90mmhg
A: Masalah belum tertasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5

Keluhan 

lemas
Tekanan √
darah
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,8,9
Jumat -08- 3. 13.25 S:
07-2022 - Pasien mengatakan tidak selera makan
O:
- Membran mukosa pucat
- Pasien tampak lemas
- BB : 56 kg
A: Masalah belum teratasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Keinginan √
makan
Asupan nutrisi √

P: intervensi dilanjutkan 1,2,4,5,9

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


69

Evaluasi hari ke-2


Table 3.13 Evaluasi hari ke-2
Hari/tangg No Jam Evaluasi Paraf
al Dx
Sabtu -09- 1. 13.00 S :
07-2022 - Pasien mengatakan masih sesak saat
bernapas
O:
- Tampak sesak
- Tampak gelisah
- Terpasang oksigen nassal kanul 4 liter/
menit
- Napas cuping hidung
- Napas tampak cepat
- RR: 30 x/menit
- N : 100 x/menit
- SpO2 : 95%
A: Masalah belum teratasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5

- Dispnea √
- Napas cuping √
hidung
- Mengi,wheezing √
- Frekuensi napas √
- Takikardi √
P: Intervensi dilanjutkan 1,2,9
Sabtu -09- 2. 13.15 S:
07-2022 - Klien masih mengeluh lemas
O:
- Klien masih tampak lemas
- Tampak aktivitas Klien masih dibantu
keluarga
- TD : 150/90mmhg

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


70

A: Masalah belum teratasi


Kriteria hasil 1 2 3 4 5

Keluhan lemas  √
Tekanan darah √

P: Intervensi dilanjutkan 1,2


Sabtu -09- 3. 13.25 S:
07-2022 - Klien mengatakan sudah ada selera
untuk makan
O:
- Pasien menghabiskan ¼ porsi
- Tampak pasien sedang makan
- BB : 56 kg
A: Masalah belum teratasi
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Keinginan √
makan
Asupan nutrisi √

P: intervensi dilanjutkan 1,4

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


71

Evaluasi hari ke-3


Table 3.14 Evaluasi hari ke-3
Hari/tangga No Jam Evaluasi Paraf
l dx
Minggu 10- 1. 13.00 S :
07-2022 - Pasien mengatakan sesak berkurang
O:
- Tampak tenang
- RR : 26x/m
- Spo2 : 100%
- Terpasang oksigen nassal kanul 2 liter/
menit
A: Masalah teratasi sebagian
Kriteria hasil 1 2 3 4 5

- Dispnea √
- Napas cuping √
hidung
- Mengi,wheezing √
- Frekuensi napas √
- Takikardi √
P: Intervensi dihentikan
Minggu 10- 2. 13.15 S:
07-2022 - Pasien tidak lagi mengeluh lemas
O:
- TD : 120/70mmhg

A: Masalah teratasi sebagian


Kriteria hasil 1 2 3 4 5

Keluhan lemas  √
Tekanan darah √

: Intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


72

Minggu 10- 3. 13.25 S:


07-2022 - Pasien mengatakan sudah ada
selera untuk makan
O:
- Pasien menghabiskan ¼ porsi
- BB : 57 kg
A: Masalah teratasi sebagian
Kriteria has l 1 2 3 4 5
Keinginan √
makan
Asupan nutrisi √

P: intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


73

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Setelah dilakukan perawatan pada Ny.M dengan diagnosa medis Asma

Bronkial . Penerapan asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif melalui

proses pendekatan keperawatan berupa pengkajian keperawatan, analisa data,

menentukan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan khususnya penerapan terapi pernapasan buteyko pada Ny.M yang

dilaksanakan pada tanggal 08 juli 2022 sampai dengan 10 Juli 2022, sehingga

dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahan masalah. Maka penulis akan

membandingkan antara teori dan Pratik hasil pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Ny. M dengan Asma Bronkial diruang rafflesia RSUD Curup sebagai

berikut

4.1 Pengkajian keperawatan

Pada pengkajian klien Ny.M dengan penyakit Asma dilakukan pada

tanggal 08 Juli 2022 pada pukul 10:03 WIB, melakukan pengkajian dengan

metode wawancara, observasi keadaan klien meliputi identitas klien sampai

dengan pemeriksaan fisik head to toe, karena penulis menganggap lebih sistematis

dan akurat. Dari pengkajian tersebut, penulis tidak menemukan hambatan yang

berarti, tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi dengan anak beserta keluarga

klien yang lainnya hanya saja pada pengkajian klien tampak sulit diajak

berkomunikasi, serta dalam pengkajian didukung oleh sumber catatan perawatan,

catatan medis dan hasil pemeriksaan penunjang, laboratorium sehingga data yang

diperlukan penulis dapat dilakukan untuk melengkapi pengkajian yang didapatkan

73 Poltekkes Kemenkes Bengkulu


74

di keluarga klien. hanya saja, penulis agak sulit melakukan pemeriksaan pada saat

ingin melakukan pemeriksaan fisik pada klien karena kondisi klien yang sangat

lemah, setelah melakukan pemeriksaan didapatkan hasil yaitu tingkat kesadaran

klien pada saat diperiksa composmentis serta keadaan umum klien masih lemah

klien mengatakan sering Sesak dalam seminggu ini, dan memberat 2 hari ini klien

lemas ,klien mengatakan pusing sejak tadi malam , tidak ada nafsu makan mual

muntah pemeriksaan tanda-tanda vital pada saat pengkajian, menunjukkan TD :

150/90mmHg, S : 36,0C, N: 110xm, RR: 32xm SPO2 : 94%

Dari data pengkajian yang didapatkan penulis dapat menegakkan diagnosa

keperawatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi klien. Data penunjang . Pada

saat melakukan pengkajian pada Ny. M pada tanggal 08 Juli 2022 terdapat

pemeriksaan penunjang Hemoglobin 13,5g/dl, jumlah leukosit 8.700 ul, Jumlah

trombosit 272.000 UI, Pada saat pengkajian ini penulis tidak menemukan

perbedaan antara teori dan lahan praktik.

4.2 Diagnosa keperawatan

Berdasarkan teori pada saat menegakkan diagnosa yang mungkin timbul

pada pasien Asma Bronkial yaitu (SDKI DPP PPNI 2017) :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan Peningkatan

produksi sputum

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas(mis,kelemah n otot pernapasan)

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksimbangan ventilasi-


perfusi

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


75

5. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan

Dari diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan

Asma Bronkial yaitu (SDKI DPP PPNI 2017), terdapat 3 diagnosa keperawatan

pada teori dan sesuai degan kondisi yang dialami oleh klien. Berikut ini diagnosa

yang bisa diangkat sesuai dengan kondisi klien kelolaan penulis dilapangan,yaitu :

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas(mis,kelemah n otot pernapasan)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan Diagnosa ini diangkat

karena pada saat pengkajian didapatkan keluhan ibu mengatakan lemas

keadaan umum klien lemah.

3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan Faktor psikologis( keenganan untuk

makan

4.3 Intervensi Keperawatan

Pengkajian dan penegakkan diagnosa telah dilakukan, selanjutnya adalah

menyusun rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Rencana

keperawatan merupakan langkah yang sangat menentukan dalam mencapai

keberhasilan dalam sebuah asuhan keperawatan yang dilakukan untuk membantu

klien memenuhi kebutuhan kesehatan dan mengatasi masalah keperawatan yang

telah ditentukan.

Menurut penulis didapatkan data bahwa kriteria hasil yang dibuat tidak

berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia SLKI, sedangkan pada

intervensi keperawatan ada beberapa yang sesuai dengan Standar Intervensi

keperawatan Indonesia SIKI, berikut adalah intervensi menurut penulis yang

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


76

dilakukan sesuai dengan SLKI dan SIKI. Pola nafas tidak efektif berhubungan

dengan hambatan upaya napas diharapkan Dispnea cukup menurun, bunyi napas

tambahan cukup menurun, takikardi cukup menurun, pengunaan otot bantu nafas

menurun, gelisah cukup menurun, nafas cuping hidung cukup menurun, sianosis

cukup membaik, pola nafas cukup membaik, warna kulit cukup membaik.

Intervensi pemantauan respirasi : Manajemen jalan napas, observasi monitor pola

napas ( frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan mis,

gurgling,whezing,rokhi, monitor sputum. terapeutik pertahankan kapatenan jalan

napas, posisikan semi fowler atau fowler, berikan mium hangat, lakukan fisiotrapi

dada, berikan oksigen. edukasi ajarkan batuk efektif. Kolaborasi, kolaborasi

Pemberian bronkodilator,ekspektoran,mukolitik.

Intolerasi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan oksigen Toleransi aktivitas kemudahan dalam melakukan aktibitas

sehari-hari cukup meningkat, dispnea saat setelah aktivitas cukup menurun

tekanan darah cukup membaik, frekuensi napas cukup membaik gelisah.

Intervensi manajemen energy: observasi Idetifikasi gangguan fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan, monitor kelelahan fisik dan emosional, monitor pola

dan jam tidur, monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

Teraupetik sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus ( mis, cahaya, suara,

kunjungan), lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif, berikan aktivitas

distraksi yang menenangkan, edukasi anjurkan tirah baring anjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap, ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan,

Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan Makanan.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


77

Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis keenganan

untuk makan, nafsu makan Keinginan makan cukup meningkat,asupan makanan

cukup meningkat, energy untuk makan cukup meningkat, kemampuan menikmati

makanan, asupan nutrisi, stimulus untuk makan. Intervensi Manajemen nutrsi :

observasi identifikasi status nutrisi,identifikasi makanan yang disukai, monitor

asupan makanan, monitor berat badan. Teraupetik, lakukan oral hygine sebelum

makan, sajikan makanan yang menarik, berikan makanan yang tinggi kalori dan

tinggi protein. Edukasi, ajarkan diet yang diprogramkan, anjurkan pasien posisi

duduk. Kolaborasi kolaboarasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.

4.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan merupakan perwujudan dari perencanaan

keperawatan yang telah disusun. Proses pelaksanaan tindakan keperawatan

dilakukan secara mandiri dan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Sebelum

melakukan tindakan pelu meninjau kembali keadaan dan kebutuhan klien dengan

mengacu pada diagnosa keperawatan.

Melakukan tindakan keperawatan pada diagnosa pola napas tidak efektif

berhubungan dengan depresi pusat pernapasan diharapkan nyeri dapat teratasi

dengan melakukan pemantauan respirasi seperti memonitor frekuensi, irama,

kedalaman dan upaya napas, memonitor pola napas, menganjurkan pasien tidur

dengan posisi telentang dengan bantal direndahkan dan dengan posisi miring ke

kiri, tetapi setelah diterapkan dapatkan hasil klien, lebih nyaman istirahat dengan

posisi kepala sedikit ditinggikan , serta memberikan dan memantau oksigen nassal

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


78

canul 4 liter/menit, respon hasil yang didapatkan klien mengatakan sesaknya

berkurang setelah memakai oksigen.

Melakukan tindakan keperawatan pada diagnosa intoleransi aktivitas,

berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan oksigen dengan

melakukan tindakan manajemen energy sesuai dengan rencana keperawatan yang

telah dibuat dengan cara membantu mengidentifikasi aktivitas yang mampu

dilakukan, memonitor respon fisik,emosi,sosial dan spiritual, menganjurkan

keluarga untuk senantiasa menemani pasien dan membantu aktivitasnya seperti

bergerak ditempat tidur makan dan ketoilet. respon hasil yang didapatkan klien

mengatakan sudah tidak lemas lagi.

Melakukan tindakan keperawatan diagnosa resiko defisit nutrisi

berhubungan dengan faktor psikologis ( keenganan untuk makan),

mengidentifikasi status nutrisi pasien, mengidentifikasi makanan yang disukai,

mengidentifikasi berat badan, mengajarkan pasien untuk melakukan oral hygine

sebelum makan. respon hasil yang didapatkan klien mengatakan sudah ada selera

untuk makan. Setelah memberikan terapi nebulizer dan terapi teknik pernapasan

buteyko sesak klien berkurang, sebelum diberikan terapi RR: 32x/m, Spo2 94%,

setelah diberikan terapi RR: 30x/m, Spo2 95%

4.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis sudah sesuai dengan teori yaitu

terdapat evaluasi formatif dan sumatif. Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 hari perawatan pada Ny. M dengan 3 diagnosa keperawatan, diagnosa

tersebut dapat teratasi pada tanggal 10 juli 2022.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


79

Pada diagnosa keperawatan pola napas tidak efektif berhubungan dengan

depresi pusat pernapasan dengan hasil subjektif klien mengatakan sudah tidak

sesak saat bernapas, hasil objektif tidak terpasang oksigen dan frekuensi

pernapasan normal 26x/menit Spo2 100%.

Diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara kebutuhan dan oksigen dengan hasil subjektif klien mengatakan sudah

tidak merasa lelah dan merasa tidak lagi kelelahan, hasil objektif tekanan darah

120/70mmhg.

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


80

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan Asma Bronkial

di ruang rawat inap raflesia RSUD Rejang Lebong maka penulis menyimpulkan

bahwa :

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian yang didapat dari kasus yaitu Pengkajian pada klien

dilakukan pengkajian pada tanggal 08 Juli 2022 Pukul 10.03 WIB,hasil

Pengkajian meliputi data biografi klien, riwayat kesehatan atau keperawatan,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terdiri dari pemeriksaan

penunjang yang terdiri dari pemeriksaan laboratrium, pengkajiam pada kasus

Ny.M mengalami sesak nafas yang sering kambuh pada malam menjelang pagi

hari disertai batuk berdahak, klien mengatakan pusing , dan tidak ada selera untuk

makan, terdengar suara whezzing, frekuensi 32x/m, nafas klien tampak tersengal-

sengal, serta adanya retraksi dinding dada, klien tampak lemas dan gelisah, pasien

mengatakan tidak selera makan dan mual muntah.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakkan berdasarkan prioritas masalah pada

Ny.m sehingga dari 5 diagnosa keperawatan yang ada secara teori hanya 3

diagnosa yang dapat ditegakkan pada Ny.M, pola napas tidak efektif, Intoleransi

aktivitas, Resiko defisit nutrisi.

80 Poltekkes Kemenkes Bengkulu


81

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan dibuat sesuai dengan standar SLKI dan SIKI,

bertujuan untuk mengurangi sesak, memudahkan aktivitas, meningkatkan nafsu

makan.

4. Implementasi Keperawatan

Memonitor irama pernapasan, memberikan dan oksigen nassal kanul 4

liter/ menit, mengatur posisi pasien Mengidentifikasi tanda kelelahan,

memberikan terapi buteyko Memonitor irama pernapasan, memberikan dan

oksigen nassal canul 4 liter/ menit, mengatur posisi pasien Mengidentifikasi tanda

kelelahan, dilakukan berdasarkan perencanaan diagnosa keperawatan yang dibuat

seperti Memonitor pola nafas frekuensi kedalaman dan usaha nafas,

Memposisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, mengajarakan klien batuk

efektif ,memberikan terapi nebulizer, dan memberikan obat sesuai indikasi

Membantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan Menganjurkan

keluarga untuk senantiasa menemani klien dan membantu aktivitasnya seperti

bergerak ditempat tidur, makan dan ketoilet.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan selama 3 hari semua rencana tindakan sudah

diberikan sesuai dengan diagnose klien mengatakan sudah tidak sesak, sesaknya

berkurang, klien mengatakan lelah berkurang, klien mengatakan sudah ada nafsu

makan, klien sudah tampak tidak sesak, klien sudah tampak makan, klien sudah

tampak bertenaga. ternyata teknik terapi pernapasan buteyko sangat efektif dalam

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


82

kenaikan respirasi pernapasan pada pasien, yang mana setelah diberikan sesak

klien berkurang.

5.2 Saran

1. Bagi Klien/Pasien

Diharapkan klien kooperatif dalam menjalani proses asuhan keperawatan

yang diberikan, menjalankan pola hidup yang sehat untuk mencegah komplikasi

lebih lanjut serta diharapkan penderita Asma Bronkial teratur melakukan kontrol

dan penghindari faktor pencetus berulangnya sesak nafas pada penderita asma.

2. Bagi keluarga

Peran keluarga sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

klien, pada penatalaksanaan Asma keluarga berperan dalam memantau aktivitas

klien mengontrol makanan sesuai anjuran dokter, menerapkan pola hidup yang

sehat serta rutin memeriksakan ke fasilitas kesehatan.

3. Bagi Peneliti

Hasil dari karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa menjadi gambaran dalam

upaya memberikan asuhan keperawatan pada klien Asma dengan tepat, peneliti

selanjutnya diharapkan dapat menguasai konsep teori tentang penyakit Asma

tersebut. Selain itu peneliti juga harus melakukan pengkajian dengan tepat dan

akurat agar asuhan keperawatan dapat tercapai sesuai dengan masalah yang

ditemukan pada klien.

Begitupun untuk menegakkan diagnosa keperawatan peneliti harus lebih

teliti lagi dalam menganalisis data mayor maupun data minor baik yang data

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


83

subjektif dan data objektif agar memenuhi validasi diagnosis yang terdapat dalam

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI).

Pada intervensi keperawatan diharapkan merumuskan kriteria hasil sesuai

dengan buku panduan Standar Luaran Keperawatan Indonesia(SLKI)

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth ( 2018) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12 Jakarta:EGC

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu ( 2018 ), Profil Kesehatan Bengkulu . Dinkes


Kota Bengkulu. Dinkes kota Bengkulu diunduh pada tanggal 28 november
2021. https://dinkes.bengkulukota.go.id

Depkes, Riset Kesehatan Dasar ( Riskesdes ). 2018

Gina (2012). Pocket Guide For Asthma Management and Prevention diunduh
pada tanggal 2 Februari 2022. https://www.alomedika.com/yang-baru-dari-
gina-2021

Hedisasrawan, (2013) Gambar Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Di unduh 10


Januari 2020

Infodation, (2018) Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jakarta :EGC

Manurung (2016) Keperawatan Profesional Jakarta: Trans Informasi

M. Gastiyah (2018) Keperawatan Medikal Bedah Edisi 11 Jakarta:EGC

Nurarif.A.H dan Kusuma A.H (2018) Asma: Panduan Penatalaksanan Klinis,


Jakarta:EGC

Nursalam (2016) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Jakarta: Salemba Medika

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

______. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
______. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
RSUD Curup.Bengkulu RSUD Curup (2016) Laporan Tahunan

______,(2017) Laporan Tahunan

______,(2018) Laporan Tahunan

______,(2019) Laporan Tahunan

______,(2020) Laporan Tahunan

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Syaifudin (2016) Anatomi Fisiologi.Edisi 4 Jakarta: EGC

Susanto dan Swi Swasti Pratiwi.(2020) Jurnal studi kasus penerapan teknik
pernapasan buteyko terhadap perubahan hemodinamik pada asuhan
keperawatan pasien asma bronkial. diunduh pada tanggal 28 november
2021.

Tarwoto (2011) Dasar-Dasar Anatomi dan Fisiologi Jakarta: Salemba Medika

WHO.(2019) ASTHMA : Diunduh Melalui http:/ /www .who .int/ media centre /
factsheets Pada Tanggal 8 Februari 2022.

Widia, L (2018) Anatomi Fisiologi dan Siklus Kehidupan Manusia,


Yogyakarta:Nusa Medika.

Wijaya.A,S dan Putri.Y.M (2019) Keperawatan Medikal Beedah.Cetak 1.


Yogyakarta: Nuha Medika

Wahid,A dan Suprapto (2013) Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan


Pada Gangguan Sistem Respirasi,Jakarta:EGC

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
BIODATA

Nama : Yora Irwanti


Tempat dan tanggal lahir : Taba Tebelet, 08 Mei 2001
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kepahiang
Riwayat Pendidikan : 1. TK Nusa Indah
2. SDN 05 Kepahiang
3. SMPN 02 Kepahiang
4. MAN 02 Kepahiang

Poltekkes Kemenkes Bengkulu


Poltekkes Kemenkes Bengkulu
Poltekkes Kemenkes Bengkulu
DOKUMENTASI

Poltekkes Kemenkes Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai