Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO), penyakit asma merupakan
penyakit kronis yang terjadi pada saluran udara dari paru-paru yang meradang
dan kemudian menyempit. Menurut (GINA) Global Initiative For Asthma
(2018), asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanya
peradangan saluran napas kronis yang diikuti dengan gejala pernapasan seperti
mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu dengan
intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara saat
ekspirasi. Asma adalah suatu kelainan berupa peradangan kronik saluran napas
yang menyebabkan penyempitan saluran nafas (hiperaktifitas bronkus),
sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat dan batuk terutama pada malam hari atau dini hari
(Kemenkes, 2017).

Asma bronkhial merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan yang


banyak dijumpai di masyarakat. Asma bronkhial merupakan suatu penyakit
pada jalan napas yang disebabkan oleh stimulus tertentu yang menyerang
bagian trachea dan bronkus. Penyebab penyakit asma ada kaitannya dengan
antibody tubuh yang memiliki kepekaan berlebih terhadap alergen, dalam hal
ini adalah Imunoglobulin (Ig) E. Sedangkan alergen yang dimaksud disini
dapat berupa alergen intrinsik maupun ekstrinsik. Sehingga penyakit asma ini
dapat menurun dari orang tua kepada keluarganya (Padila et al., 2019). Pada
penderita asma, penyempitan pernapasan merupakan respon terhadap
rangsangan yang pada paru normal tidak akan mempengaruhi saluran
pernapasan. Asma dapat dipicu dari berbagai rangsangan, seperti serbuk sari,
debu, bulu binatang, asap, udara dingin, dan olahraga. Asma merupakan jenis
penyakit kronis yang bersifat tidak menular.

1
Asma merupakan penyakit yang mempunyai menifestasi sangat bervariasi.
Ada yang mungkin bebas dari serangan dalam jangka waktu yang lama, ada
juga yang mengalami gejala secara terus-menerus. Pola gejala antar pasien juga
berbeda, ada yang mengalami batuk secara terus menerus pada waktu malam
hari, dan ada juga yang mengalami rasa sesak di dada dan bersin-bersin pada
siang ataupun malam hari. Pada penyakit asma, terjadi inflamasi pada saluran
nafas yang disebut bronkospasme. Bronkospasme terjadi akibat meningkatnya
responsitivitas otot polos bronkus terhadap adanya rangsangan dari luar, yang
disebut alergen. Alergen yang terhirup masuk kedalam sistem pernafasan akan
merangsang otot-otot di sekeliling saluran pernafasan. Sehingga, menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan yang terjadi akibat pengerutan dan tertutupnya
saluran nafas karena dahak yang diproduksi secara berlebihan. Pada waktu
yang sama, dahak yang berlebihan tidak bisa dikeluarkan melalui batuk dan
akan mengakibatkan kebersihan jalan nafas penderita menjadi tidak efektif
(Masriadi, 2016).

Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan ketidakmampuan membersihkan


sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten
(Tim Pokja SDKI PPNI, 2017), yang ditandai dengan adanya sputum berlebih,
mengi, ronchi/ wheezing dan pola nafas yang berubah. Intervensi utama yang
dilakukan untuk mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif berdasarkan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) ialah latihan batuk efektif,
manajemen jalan nafas, dan pemantauan respirasi (Tim Pokja SIKI PPNI,
2018).

Dalam hal ini perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan melalui tindakan
mandiri dan kolaboratif, memfasilitasi pasien untuk menyelesaikan masalah
keperawatan dengan memberikan intervensi. Intervensi yang diberikan berupa
pemberian terapi nebulizer, monitor tanda tanda vital, auskultasi bunyi napas,
evaluasi adanya nyeri dada, kaji faktor yang menyebabkan sukar bernafas, dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen. Pada serangan asma terapi

2
yang paling tepat untuk membantu jalan nafas agar paten adalah menggunakan
terapi nebulizer yang merupakan pilihan terbaik pada kasus-kasus yang
berhubungan dengan inflamasi saluran nafas terutama pada penderita asma.
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk mengubah obat-obatan
bronkodilator dari yang semula berbentuk cair menjadi partikel aerosol (uap)
atau partikel yang sangat halus. Aerosol sangat bermanfaat apabila dihirup atau
dikumpulkan dalam organ paru, manfaat dari dilakukannya terapi nebulizer
pada penderita asma adalah untuk melapangkan saluran nafas, mengembalikan
kondisi spasme bronkus dan mengencerkan serta memudahkan pengeluaran
sekret.

Asma merupakan suatu penyakit peradangan kronis pada saluran pernapasan


yang sering terjadi pada masyarakat di berbagai negara di seluruh dunia. Dalam
beberapa tahun terakhir, penyakit ini telah menunjukkan peningkatan
prevalensi yang cukup signifikan. Menurut perkiraan World Health
Organization (WHO) terbaru terdapat 383.000 kematian akibat asma pada
tahun 2015 (Kemenkes RI, 2019). WHO tahun 2020 mengemukakan bahwa
saat ini sekitar 235 juta jumlah pasien asma didunia. Lebih dari 80% kematian
akibat asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Jumlah penderita penyakit asma mencapai lebih 27% banyak perempuan dari
pada laki-laki yang hanya mencapai 14%. Akan tetapi, saat ini kejadian asma
lebih banyak pada laki-laki akibat polusi asap rokok. Data kemenkes
mengungkap angka prevalensi kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) selama
2013-2018 meningkat sampai 34% di Indonesia. Terdapat banyak jenis PTM,
namun dari sekian banyaknya jenis PTM yang paling banyak ditemukan adalah
asma, data menunjukkan 4,5% penduduk Indonesia menderita asma. Jumlah
kumulatif kasus asma diindonesia sekitar 11.179.032 penderita. Terdapat
kenaikan prevalensi jika dibandingkan dengan hasil laporan RISKESDAS pada
tahun 2018. Di provinsi banten sendiri, tercatat sebanyak 48,1% yang
menderita penyakit asma pada penduduk semua umur berdasarkan provinsi
banten tahun 2018 (RISKESDAS, 2018).

3
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat
Prawiranegara Serang, didapatkan data bahwa penderita Asma di RSUD dr.
Dradjat Prawiranegara serang dalam kurun waktu 6 bulan terakhir berjumlah
25 orang. Berdasarkan hasil wawancara pada 2 orang penderita Asma
didapatkan data bahwa masalah yang sering muncul adalah sesak akibat adanya
sekret berlebih pada saluran napas dan tindakan yang dibutuhkan adalah
pemberian terapi nebulizer. Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis
tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam karya tulis ilmiah dengan
judul “asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien asma
bronkial dengan tindakan pemberian terapi nebulizer di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka peneliti membuat
rumusan masalah : Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan bersihan
jalan nafas tidak efektif pada pasien asma bronkial dengan tindakan pemberian
terapi nebulizer di RSUD dr. Drajat Prawiranegara?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini ditulis dalam
bentuk tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah untuk
memahami gambaran asuhan keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif pada pasien asma bronkial dengan tindakan pemberian terapi
nebulizer di RSUD dr. Drajat Prawiranegara.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
yaitu:

4
1. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pasien asma
bronkial pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
tindakan pemberian terapi nebulizer di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien asma
bronkial dengan tindakan pemberian terapi nebulizer di RSUD dr.
Drajat Prawiranegara
3. Mampu menetapkan rencana asuhan keperawatan pada pasien
asma bronkial dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
di RSUD dr. Drajat Prawiranegara
4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien asma
bronkial dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif di
RSUD dr. Drajat Prawiranegara
5. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pasien asma
bronkial pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dengan
tindakan pemberian terapi nebulizer di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara
6. Mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatan pasien
asma bronkial pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
dengan tindakan pemberian terapi nebulizer di RSUD dr. Drajat
Prawiranegara

1.4 Manfaat Penelitian


Karya tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.4.1 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Manfaat bagi klien dan keluarga sebagai tambahan pengetahuan untuk
memahami tentang penyakit asma bronkial serta ikut memperhatikan
dan melaksanakan tindakan keperawatan yang diberikan dan diajarkan
oleh perawat seperti intervensi pemberian terapi nebulizer dan latihan
batuk efektif pada pasien asma bronkial.
1.4.2 Manfaat Bagi Perawat

5
Hasil karya ilmiah studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi
pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan menjadi
acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pasien dengan gangguan
sistem pernafasan khususnya penyakit asma dengan masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Program DIII Keperawatan
Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam hal asuhan keperawatan studi kasus pada pasien asma
bronkial dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
1.4.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi Rumah Sakit dalam
upaya meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien asma bronkial dengan masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif dengan tindakan pemberian terapi nebulizer
1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya
yang akan melakukan studi kasus, khususnya pada asuhan keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif pada pasien asma dengan tindakan
pemberian terapi nebulizer.
1.4.6 Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat memperoleh pengalaman dan wawasan dalam melakukan
penelitian serta dapat mengaplikasikan hasil karya tulis ilmiah
khususnya dalam asuhan keperawatan bersihan jalan nafas pada pasien
asma bronkial dalam pemberian terapi nebulizer.

Anda mungkin juga menyukai