PENDAHULUAN
bengek, asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal
alergi disebabkan oleh alergi yang tampak mata, misalkan serbuk, debu,
lingkungan. Ada juga asma yang disebabkan karena alergi dan idiopatik
1
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
2
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
9
2
penyakit paru utama urutan ke-5 yang dapat mematiakan. Kurang lebih
339 juta orang menderita asma dengan jumlah kematian 417,918 dan 24,8
juta DALYS (disability adjusted life year) disebabkan asma pada tahun
provinsi sumbar berada di urutan kedua setelah aceh. Penderita asma pada
perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu dengan presentase laki-
72,3%.4
ada suara tambahan wheezing, nafas pendek, batuk basah berdahak, sesak
dada.
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif. Asuhan
yaitu pola nafas tidak efektif. Asuhan keperawatan yang dilakukan yakni
keperawatan yang sering muncul yaitu pola nafas tidak efektif yang
5
Saini, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronkhial
Di Rsud. Haji Makassar. Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar.
6
Risa Lailatul Maqfiroh, R. (2021). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi (Doctoral Dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).
4
dan bunyi napas tambahan, kolaborasi dalam pemberian obat dan oksigen.
bersifat revesibel dengan keluhan yang sangat khas yaitu mengi atau suara
tambahan wheezing yang ditandai dengan riwayat sesak nafas, dada terasa
berat, batuk, dan mengi. Asma terjadi karena berbagai rangsangan yang
kalaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian oksigen dan obat.
berpikir kritis dalam menganalisa data agar diagnosis asma bronkial yang
1.3 Tujuan
nafas?
nafas?
1.4 Manfaat
2. Bagi Peneliti
Padang.
Asma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
9
10
ditandai dengan riwayat mengi, sesak, dada terasa berat dan batuk.
8
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
9
Yuliati, D., & Djajalaksan, S. (2017). Penatalaksana Asma Bronkial. Malang: UB Press.
10
Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Thema Publishing.
11
perempuan dan didukung oleh data dari rikesdas pada tahun 2018
1. Hidung
menuju faring.12
11
Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Thema Publishing.
12
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
14
2. Faring
1) Nasofaring
2) Orofaring
3) Laringofaring
dan laringofaring.
Desebelga terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.
3. Laring
lain:
13
Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Thema Publishing.
17
4. Trakea
oleh selaput lendir yang terdiri atas epitalium bersilia dan sel
membungkus kartilago.
mukus.15
14
Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Thema Publishing.
15
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
18
5. Bronkus
1) Bronkiolus
nafas.
2) Bronkiolus terminalis
3) Bronkiolus respiratori
alveoli.
6. Alveoli
Dinding pemiah alveolus dan kapiler ini terdiri dari satu lapis
dinding alveoli.
pertahanan.18
7. Pulmo (paru-paru)
paru kanan memiliki dua fisura, yaitu fisura oblik dan fisura
18
Sutanta. (2019). Anatomi Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Thema Publishing.
21
lobus inferoir.
ke sekitar tubuh.19
8. Pleura
20
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
23
a. Faktor Predisposisi
1) Genetik
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen
2) Perubaan Cuaca
debu.
3) Stress
diobati.
4) Lingkungan Kerja
atau cuti.
Tabel 2. 1
Derajat Asma pada Orang Dewasa
Derajat Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermiten Bulanan Kurang dari APE > 80%
Gejala kurang 2 kali dalam
dari 1x/minggu sebulan
Asimtomatik
Mild Persistan Mingguan Lebih dari 2 APE > 80%
(Persisten Gejala lebih kali dalam
Ringan) dari 1x/minggu sebulan
tapi kurang dari
1x/hari
Serangan dapat
menganggu
aktivitas dan
tidur
21
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
26
asma, keluhan tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak
antara lain:
22
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
23
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
27
24
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
28
keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini
terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk terhadap agen anti-
napas pada pasien asma, sama halnya dengan pasien lain, dapat
dan natrium bisulfit, natrium sulfit dan sulfat klorida, yang secara
25
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
30
2. Sesak Nafas.
3. Gelisah.
4. Sakit Kepala.
6. Gangguan kesadaran.
7. Tachicardi.26
Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat memiliki efek buruk
kecemasan dan depresi. Dalam kasus yang jarang terjadi, asma dapat
pengobatan).27
1. Pemeriksaan Laboraturium
a. Pemeriksaan Sputum
26
Widya, Harwina. 2015. Buku Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Sistem Pernafasan. (Jakarta :
Penerbit TMI)
27
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
32
b. Pemeriksaan Darah
LDH.
Asthma.
c. Pemeriksaan Radiologi
dihilusakan bertambah.
semakin bertambah.
infiltraste paru.
pada paru.
e. Elektrokardiografi
segmen ST negatif.
34
f. Spirometri
sebagai berikut :
dipakai.
serangan.
2) Disodium Cromolyn.
3) Ketotifen.
4) Tranilast.28
28
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
36
panjang.
mometasone (Dulera).
gejala jangka pendek yang cepat lama serangan asma. Jenis obat
ini meliputi :
nebulizer portabel.
serangan asma.
29
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
38
>45mmHg.
sesak pada pasien, penulis juga mengajarkan batuk efektif & nafas
2.7.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Riwayat kesehatan
b. Tanda-Tanda Vital
x/i).
nafas bronkial.
5) Tingkat Kesadaran
penurunan kesadaran.
30
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
41
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
pembengkakan.
6) Leher
7) Thorax
kulit cyanosis.
hipersonor.
8) Paru-Paru
- Perkusi: hipersonor.
ekspirasi memanjang.31
9) Kardiovaskuler
31
Hardianah, & Suprapto, S. I. (2016). Patologi dan Patofisiologi Penyakit. Yogyakarta: Nuhu Medika.
43
10) Abdomen
abdomen.
hepar.
kembung
normal
genita urinaria
sistem persyarafan.
44
4. Aktivitas Sehari-Hari
a. Pola Eliminasi
c. Nutrisi
muntah.
5. Personil Hygiene
orang lain.
6. Riwayat Psikologis
7. Riwayat Spiritual
8. Data Penunjang
rate meter.
hiperaktivitas bronkus.
alergi.
Jalan Nafas.
Ventilasi – Perfusi.
Kosentrasi Hemoglobin
32
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
33
PPNI 2016 . Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia :defenisi dan indikator diagnostik,Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI
46
Tabel 2. 2
Tabel Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
selama 8 detik
- anjurkan mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali
- anjurkan batuk dengan kuad langsung
setelah tarik nafas dalam yang ke-3
Kalaborasi
- kalaborasi peberian mukolitik atau
ekspektoran , jika perlu
Edukasi
- anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari,jika tidak kontra indikasi
- ajarkan teknik batuk efektif
Kalaborasi
- kaloborasi pemberian
bronkodilator,ekspetoran,mukolitik,jika
perlu.
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
34
PPNI 2016 . Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia :defenisi dan indikator diagnostik,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
35
PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan kriteria hasil Keperawatan, Edisi 1. Akarta : DPP PPNI
53
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu36
4. D.0009 perfusi perifer tidak L.02011 perfusi perifer I.02079 perawatan sirkulasi
efektif b.d penurunan Ekspektasi: Observasi:
konsentrasi hemoglobin Meningkat - Periksa sirkulasi perifer
Kriteria hasil: (mis.nadi
Gejala dan tanda mayor perifer,edema,pengisian
- Denyut nadi perifer meningkat kapiler,warna,suhu)
Subjektif:-
- Warna kulit pucat menurun - Monitor
Objektif: panas,kemerahan,nyeri,atau
- Edema perifer menurun
bengkak pada ekstermitas
a. Nadi prifer menurun atau
tidak teraba - Turgor kulit membaik
Terapeutik:
b. Warna kulit pucat - Hindari pemasangan infus
c. Turgor kulit menurun atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
Gejala dan tanda minor - Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstermitas
Subjektif:
dengan keterbatasan
36
PPNI 2018. Stadar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
54
5. D.0019 Defisit nutrisi b/d I.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
faktor psikologis (mis: Ekspektasi:membaik Observasi
stress,keengganan untuk Kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
makan). - Porsi makanan yang dihabiskan - Identifikasi alergi dan intoleransi
meningkat makanan
- Kekuatan otot pengunyah - Identifikasi makanan yang disukai
Gejala dan Tanda Mayor meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- Kekuatan otot menelan meningkat nutrient
Subjektif : - Serum albumin meningkat - Monitor asupan makanan
( tidak tersedia ) Monitor berat badan
- Verbalisasi keinginan untuk -
Objektif : Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkatkan nutrisi meningkat -
1. berat badan menurun minimal Teraupetik
- Pengetahuan tentang pilihan makanan
10% dibawah rentang ideal - Lakukaoral hygiene sebelum makan,
yang sehat meningkat
- Pengetahuan tentang pilihan minuman jika perlu
55
Gejala dan Tanda Minor yang sehat meningkat - Fasilitasi menentukan pedooman diet
- Pengetahuan tentang standar asupan (mis.
Subjektif : nutrisi yang tepat meningkat Piramida makanan)
- Penyiapan dan penyimpanan makanan - Sajikan makanan secara menarik dan
1. cepat kenyaang setelah makan
yang aman meningkat suhu yang sesuai
2. kram/ nyeri abdomen
- Penyiapan dan penyimpanan minuman - Berikan makanantinggi serat untuk
3. nafsu makan menurun
yang aman meningkat mencegah konstipasi
Objektif : - Sikap terhadap makanan/minuman - Berikan makanan tinggi kalori dan
sesuai dengan tujuan kesehatan tinggi protein
1. bising usus hiperaktif meningkat - Berikan makanan rendah protein
2. otot pengunyah lemah - Perasaan cepat kenyang menurun Edukasi
3. otot menelan lemah - Nyeri abdomen menurun - Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
4. membrane mukosa pucat - Sariawan menurun - Anjurkan diet yang diprogramkan
5. sariawan - Rambut rontokmenurun
6. serum albumin menurun - Diare menurun Kolaborasi
7. rambut rontok berlebihan - Berat badan membaik - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
8. diare - Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic),
- Frekuensi makan membaik jika perlu
- Nafsu makan membaik - Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan
- Bising usus membaik jumlah kalori dan jenis nutrient yang
- Tebal lipatan kulit trisep membaik dibutuhkan, jika perlu
- Membran mukosa membaik
I03136 Promosi Berat Badan
Observasi
- Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
- Monitor adanya mual muntah
- Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi
sehari-hari
- Monitor berat badan
56
2.7.4 Implementasi
a. Keterampilan kognitif
b. Keterampilan interpersonal
pengharapan pasien.
68
c. Keterampilan psikomotor
antara lain:
a. Tahap persiapan
diperlukan
b. Tahap pelaksanaan
4) Kompeten
tangan.
2.7.5 Evaluasi
2.7.6 Dokumentasi
selanjutnya.
71
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sudah dilakukan dan dipublish dalam jurnal serta dari buku. Dalam
sebagai berikut :
72
google shcoolar.
Tabel 3. 1
Kriteria artikel yang digunakan dalam pengumpulan data
Kriteria Inklusi
full teks.
efektif .
adalah :
BAB IV
4.1 Hasil
Rahmawati. Pada Klien Asma Ny.D (umur masalah keperawatan pola nafas tidka
2. Hardiyanti Asuhan Keperawatan Studi kasus Pasien 1 Analisis Pada penderita Asma Bronkial dengan
76
Sukma Saini Asma Bronkhial Di berdasarkan data objektif dan subjektif yaitu
,Sri Rsud. Haji Makassar klien sesak nafas, disertai nyeri dada dan
Awaluddin.
2019
3. Rofitatul Asuhan keperawatan klien Studi kasus Pasien Ny. Analisis Pada penderita Asma Bronkial dengan
hasanah. dengan gangguan S ,47 tahun masalah keperawatan pola nafas tidak
asma bronkial di rsud prof. fowler,latih nafas dalam dan batuk efektif,
4. Luhur Arifi pengaruh pemberian posisi Quasi Pasien 1 Analisis Pada penderita Asma Bronkial dengan
an, Joko semi fowler terhadap Eksperim masalah keperawatan pola nafas tidak
Kismanto . respiration rate pada pasien ntal dengan efektif implementasi keperawatan yang
2018 asma bronkial di Pre and dilakukan yaitu pemberian posisi semi
ketapang control
group
design.
5. Risa Asuhan keperawatan pada Ny.S, 58 Studi kasus Analisis Pada penderita Asma Bronkial dengan
Lailatul pasien asma dalam tahun masalah keperawatan pola nafas tidak
Dari tabel 4.1 diatas terlihat bahwa yang menjadi pasien pada penelitian
yang telah dilakukan rata-rata perempuan dewasa. Data yang didapatkan pada
saat pengkajian berdasarkan hasil peneliatian oleh Eka Rahmawati (2019) diatas
antara lain pola pernafasan yang didapat yaitu 30X/i (Normal 16-20X/i), nadi
pasien juga akan meningkat yaitu 96 X/i (Normal 60-100X/i).TD 120/80 (Normal
110/70).
didapatkan saat pengkajian yaitu klien sesak nafas, disertai nyeri dada dan batuk
Bronkial dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif intervensi mandiri
yang diberikan pada pasien yaitu menganjurkan posisi semi fowler,latih nafas
Didukung oleh hasil penelitian risa, dkk (2021) Pada penderita Asma
Bronkial dengan masalah keperawatan pola nafas tidak efektif Setelah diberikan
posisi semi fowler dan relaksasi napas dalam diperoleh evaluasi, data subjektif
klien mengatakan sesak napas berkurang dengan data objektif TD: 150/90
anjurkan klien untuk memakai pakaian yang tebal agar tidak memicu serangan
asma).
81
4.1.2 Penatalaksanaan
sesak nafas, nyeri pada dada, pusing dan lesu. Dari pemeriksaan
4.1.3 Pengkajian
Tabel 4.2
Identitas pasien
Cara Masuk -
Yang mengirim -
Alasan Masuk pasien mengatakan sesak nafas , nyeri dibagian
dada dan pusing.
Orang terdekat -
Yang dapat dihubungi -
Pekerjaan -
Saini (2019), Hasanah (2016), Arifian (2018) dan Risa (2021) dimna hasil
mengatankan sesak saat bernafas, nyeri dada ini didukung oleh jurnal
Arifian (2018), Saini (2019), Hasanah (2016), Arifian (2018) dan Risa
(2021) yang juga pada alasan masuk pasien mengatakan sesak nafas dan
nyeri dada.
83
2. Riwayat Kesehatan
Tabel 4.3
Riwayat Kesehatan
Data pada tabel 4.3 diatas terlihat bahwa Ny.G dengan asma bronkial dengan
diagnosis keperawatan pola nafas tidak efektif pada periksaan keluhan utamanya
mengatakan sesak saat bernafas, nyeri pada dada. Pada riwayat kesehatan
sekarang Ny. G mengatakan sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat,
tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas. Batuk dan susah
tidur karena nyeri dada. Pada riwayat kesehatan dahulu Ny. G mengatakan
mempunyai riwayat penyakit asma kurang lebih sudah 5 tahun. Pada riwayat
kesehtan keluarga Ny. G mengatakan didalam anggota kelurganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit DM, Hipertensi, Jantung seperti pasien Asma. Dimana
keperawatan pola nafas tidak efektif dimana keluahan utama pasien asma
bronkial yakni sesak saat bernafas, nyeri pada dada, pada riwayat kesehatan
sekarang terlihat sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah, pucat, tidak ada
84
nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan nafas. Batuk dan susah tidur karena
nyeri dada, pada Riwayat Kesehatan Dahulu biasanya pasien asma bronkial
dulunya juga pernah mengalami asma, pada Riwayat Kesehatan Keluarga terlihat
didalam anggota kelurganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM,
Hipertensi, Jantung seperti pasien Asma ini didukung oleh jurnal Arifian (2018),
Saini (2019), Hasanah (2016), Arifian (2018) dan Risa (2021) yang juga pada
keluhan utama adalah sesak nafas, nyei pada dada, pada riwayat kesehatan
sekarang pasien dengan asma bronkial akan mengeluh sesak nafas, nyeri dada,
batuk . pada riwayat kesehatan dahulu pasien dengan asma bronkial dulunya juga
pernah mengalami asma. Pada riwayat kesehtan keluarga tidak ada keluarga yang
mengidap penyakit yang sama atau penyakit keturunan lainnya seperti dm, dll.
Tabel 4.4
Pemeriksaan Pola Manajemen Kesehatan
Pengkajian Pasien
Data pada tabel 4.4 terlihat bahwa pada pola nutrisi saat sakit pasien
makan 3x sehari dengan porsi tidak habis (seperempat piring) dan minum air
putih 3 gelas per hari. Pada eliminasi BAK saat sakit pasien BAK kurang lebih
2-3x per hari warna kuning jernih. Pada Pola Istirahat dan tidur saat sakit pasien
hanya tidur 5-6 jam per hari karena sering terbangun di malam hari karena sesak
nafas dan batuk. Pada Pola aktivitas dan latihan saat sakit pasien tidak
melakukan aktivitas apa- apa hanya tertidur d kasur. Biasanya data ini juga
ditemukan pada pasien asma bronkial dengan diagnosis keperawatan pola nafas
tidak efektif dimana adanya gangguan pada pola nutrisi dimana pasien dengan
86
asma bronkial biasanya akan mengalami gangguan pada pola nutrisi dikarenakan
susah saat bernafas , pada pola istirahat dan tidur mengalami gangguan biasnya
pada pasien dengan asma bronkial akan mengalami gangguan pada pola istirahat
dan tidur karena pada malam hari biasanya pasien asma bronkial terbangun saat
tidur karena sesak nafas dan batuk, serta pada pola aktifitas dan latihan juga
mengalami gangguan yang mana biasanya pada pasien asma bronkial akan
mengalami gangguan pada pola aktifitas dan latihan karena biasanya pada pasien
asma bronkial pada saat serangan asma menyerang pasien akan lemas dan tidak
bisa melakukan aktifitas selayaknya pada saat sehat, ini didukung oleh hasil
penelitian Rahmawati (2019) dimana juga ada gangguan pada pola manajemen
kesehatannya.
4. Pesonal Hygiene
Tabel 4.5
Pemeriksaan Personal Hygiene
Data pada tabel 4.5 terlihat bahwa saat sakit Ny. G dengan asma
bronkial mandi 1 kali saja hanya di lap-lap saja dan belum ada keramas
selama sakit dan Ny. G menggosok gigi 1x/hari dimana tidak ada
gangguan yang berarti yang bisa mengancam nyawa Ny.G. Biasanya data
keperawatan pola nafas tidak efektif dimana tidak ada gangguan yang
signifikan pada pola hyigen pasien, ini didukung oleh hasil penelitian
gangguan.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
wheezing.
88
b. Tanda-tanda vital
Tabel 4.6
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
meningkat dari nilai rujukan yang ada. Pada pemeriksaan nadi terlihat
dari nilai rujukan yang mana biasanya data ini juga ditemukan pada
nilai rujukan karena pada saat pasien mengalami serangan asma maka
pasien asma bronkial sehingga suhu tubuh opsien asma bronkial juga
89
ikut naik, ini didukung oleh hasil penelitian Risa (2021) dimna pada
c. Tingkat Kesadaran
5-6. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Arifian (2018), Saini (2019),
Tabel 4.7
Pemeriksaan Rambut Dan Hygene Kepala
warna rambut Ny.G hitam dan sudah ada beruban dan Keadaan
gangguan.
a) Mata
Tabel 4.8
Pemeriksaan Mata
Mata Pasien
b) Telinga
Tabel 4.9
Pemeriksaan Telinga
Telinga An. N
ada gangguan.
92
c) Hidung
Tabel 4.10
Pemeriksaan Hidung
Hidung Pasien
Tabel 4.11
Pemeriksaan Mulut dan Tenggorokan
kering dan bibir klien tampak kering, gigi tidak kotor, Tidak
akibat panas dalam, dan lidah tidak kotor, tidak adanya peradangan
e) Leher
Tabel 4.12
Leher
Leher Pasien
tampak bersih dan tidak adanya lesi atau bekas luka pada leher,
tidak ada kekakuan pada leher dan dapat bergerak dengan normal,
tidak efektif tidak adanya gangguan pada leher inin didukung oleh
95
gangguan.
f) Dada/Thorax
a) Dada/Thorax
(1) Paru-paru
Tabel 4.13
paru-paru
Paru-paru Pasien
wheezing.
(2) Kardiovaskuler
Tabel 4.14
Kardiovaskuler
Kardiovaskuler Penderita
b) Abdomen
Tabel 4.15
Abdomen
Abdomen Pasien
simetris kiri dan kanan, tampak tidak ada lesi atau bekas luka
g) Intergumen
Tabel 4.16
Pemeriksaan fisik integumen
Integumen Pasien
kelainan yang serius pada kulit, turgor tidak kulit bagus, kulit
h) Genitalia Urinaria
Tabel 4.17
Genito Urinaria
fisik tidak ada kecacatan atau pun kelainan pada genito urinaria,
Tidak ada terpasang kateter , tidak ada keluhan saat BAK ataupun
Tabel 4.18
Estermitas Atas dan Bawah
Ekstermitas Pasien
simetris kiri dan kanan, turgor kulit bagus, tidak terdapat eodema,
simetris kiri dan kanan, tidak ada gangguan pada gerak, akral teraba
gangguan.
j) Sistem Persyarafan
Tabel 4.19
Persyarafan
Persyarafan Pasien
k) Pemeriksaan Penunjang
Tabel 4.20
Pemeriksaan Penunjang
pada pola nutrisi dan pola istirahat tidur pasien, ini didukung
h) Pengobatan
Tabel 4.21
Program pengobatan
efektif.
Tabel 4.22
Analisa Data
1. DS :
Ekspirasi Pola Nafas Tidak
1. Pasien mengatakan
Efektif
tidak dapat bernafas
normal Pernafasan
2. Pasien mengatakan
Pendek
dadanya terasa sesak
saat menarik nafas
3. Pasien mengatakan Saluran
Sulit untuk bernafas
Pernafasan
DO :
Menyempit
1. Pasien tampak sulit
Bernafas
2. Pasien tampak
Pola nafas tidak
mengunakan otot bantu
efektif
pernafasan adanya suara
tambahan wheezing.
3. Pasien tampak
memegang dadanya
saat menarik nafas
105
4. Klien tampak
terengah- engah saat
bernafas dan meringis
5. TTV :
TD : 180/90 mHg
S : 37,6℃
N : 107x/i
RR : 26x/i
keperawatan yang ditegakkan pada Ny.G adalah pola nafas tidak efektif
oleh hasil penilitian Risa (2021) dan Saini (2019) dimana pada pasien asma
bronkial masalah keperawatan yang diangkat juga pola nafas tidak efektif.
106
Tabel 4.23
Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
1. D.0005 Pola Nafas Tidak Efektif L.01004 Pola Nafas I.01011 Manajemen Jalan Nafas
4. fase ekspirasi memanjang pola - dipspnea menurun dengan head-tilt dan chin- lift (jaw-
napas abnormal (mis. takipnea, - penggunaan otot bantu nafas thrust jika curiga trauma servikal)
107
menurun
2. ortopnea menurun
38
PPNI 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan kriteria hasil Keperawatan, Edisi 1. Akarta : DPP PPNI
108
Terapeutik
Edukasi
perlu39
37
PPNI 2016 . Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia :defenisi dan indikator diagnostik,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
39
PPNI 2018. Stadar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
109
berdasarkan masalah keperawatan dan diagnosa bahwa pola nafas tidak efektif
b.d upaya hambatan nafas dapat dilakukan intervensi dengan beberapa tahap
dan akan dilakukan melalui implementasi dan akan dievaluasi guna melihat
sesuai dengan hasil penilitian yang diambil oleh peneliti yaitu Arifian (2018),
Saini (2019), Hasanah (2016), Rahmawati (2019) dan Risa (2021) bahawa
Tabel 4.24
Catatan Keperawatan
Umur : 58 tahun
Memonitor berlebih)
4. Mencatat 7. Bernafas
mudah
111
Assesment:
Masalah teratasi
sebagian
Planing: Lanjutkan
intervensi
1. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Auskultasi suara
nafas
3. Monitor
kecepatan, irama,
kedalaman dan
kesulitan bernafas
4. Catat pergerakan
dada, catat
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-
otot bantu nafas
112
5. Monitor
kemampuan batuk
pasien
6. Monitor saturasi
oksigen pada
klien yang
tersedasi
7. Berikan alat bantu
nafas
8. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu,
dan status
pernafasan
dengan tepat
9. Kolaborasi
dengan tim medis
untuk terapi
4. Mencatat
pergerakan dada, Assesment:
ketidaksimetrisan, sebagian
penggunaan otot-
otot bantu nafas. Planing: Lanjutkan
intervensi
1. P: Lanjutkan
intervensi no:
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Auskultasi suara
nafas
3. Monitor
kecepatan, irama,
kedalaman dan
kesulitan bernafas
4. Catat pergerakan
dada, catat
114
ketidaksimetrisan,
penggunaan otot-
otot bantu nafas
5. Monitor
kemampuan batuk
pasien
6. Monitor saturasi
oksigen pada
klien yang
tersedasi
7. Berikan alat bantu
nafas
8. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu,
dan status
pernafasan
dengan tepat
Kolaborasi dengan tim
medis untuk terapi
3. Hari ketiga Pola nafas 1. Memposisikan Subjektif : klien
tidak efektid pasien untuk mengatakan sesak
berhubungan memaksimalkan batuk
dengan ventilasi : posisi
hambatan semi fowler Objektif:
upaya nafas 2. 1. Keadaan umum
Mengauskultasi lemah
suara nafas: 2. RR 20 x/menit
terdengar suara 3. Suara nafas
nafas wheezing
wheezing pada kanan kiri
115
pasien
5. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu,
dan status
pernafasan
dengan tepat
6. Kolaborasi
dengan tim medis
untuk terapi
hari pada pasien dengan asma bronkial dengan masalah keperawatan pola nafas tidak
efektif bisa terasi ini dibuktikan oleh penelitian risa (2021) setelah dilakukan tindakan
pemberian posisi semi fowler, latihan nafas dalam, batuk efektif dan tindakan
kolaborasi pemberian oksigen selama 3 hari didapatkan hasil RR pasien mulai normal,
sesak berkurang, tidak menggunakan alat bantu pernafasan sehingga dapat disimpulkan
bahwa masalah keperawatannya teratasi dengan tindakan tersebut. Hal ini juga
didukung oleh hasil penilitian Saini (2019) yang memberikan tindakan keperawatan
dan ditambah dengan tindakn kolaborasi pemberian obat salbutamol tablet 2x1, terapi
nebulizer dengan obat ventolin selama 3 hari dan saat dievaluasi masalah pasien juga
teratasi.
117
BAB V
5.1.Kesimpulan
1. Pengkajian
pengkajian yang khas adalah pada tanda-tanda vitas dimana pemeriksaan fisik
Frekwensi Nadi cepat (n= 60-100 x/i), terjadi distress pernafasan (n= 16-20
2. Diagnosis
data mayor terpenuhi dimana pasien asma bronkial akan mengeluh sesak
nafas, nyeri pada dada, ttv meningkat sehingga diagnosis yang diangkat
adalah pola nafa tidak efektid berhubungan dengan upaya hambatan nafas
3. Intervensi
kondisi itu sendiri , yaitu Manajemen Jalan Nafas dan pemantauan respirasi
118
obat.
4. Implementasi
dalam dan batuk efektif, memantau ttv untuk kolaborasi yaitu pemberian
privarestimat, budenofalk.
5. Evaluasi
disesuaikan dengan SLKI dan SIKI yakni pemebrian posisi semi fowler dan
latihan nafas dalam dan batuk efektif , untuk kolaborasi pemberian terapi
oksigen dan nebulizer masalah keperawatan pola nafas tidak efetik teratasi.
5.2. Saran
biasanya pada penderita asma bronkial maka akan terjadi peningkatan pada
aspek data mayor yang sesuai pada SDKI diman pasien mengeluh sesak nafas,
sakit pada daerah dada, terlihat penggunaan otot bnatu pernafasan dan
diberikan yakni sesuai SIKI dan SLKI namun disesuaikan dengan kondisi
posisi semi fowler dan latihan nafas dalam dan batuk efektif, kolaborasi
119
pemberian terapi oksigen dan nebulizer, evaluasi yang dilakukan yaitu melihat
apakah intervensi yang diberikan berhasil atau tidak, setelah tiga hari
dilakukan terapi pasien degan asma bronkial dengan masalah pola nafas tidak