Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN (GANGGUAN KETIDAK EFEKTIFAN JALAN

NAFAS) DENGAN DIAGNOSA ASMABRONKIAL DI RUANGAN


CEMPAKA RUMAH SAKIT WIRASAKTI KUPANG

DISUSUN OLEH
NYONGKI SAPAY
11011116

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR


AKADEMI KEPERAWATAN MARANATHA GROUPS
2021
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Asma merupakan penyakit paru obstruktif kronis yang sering diderita oleh anak-anak,
orang dewasa, maupun para lanjut usia. Penyakit ini memiliki karakteristik serangan periodik
yang stabil (Sykes, et al, 2012). Terapi farmakologis yang ada selama ini efektif untuk
mengatasi serangan asma, namun kurang efektif untuk mengontrol perkembangan asma. Hal
ini dibuktikan dengan jumlah penderita asma yang semakin meningkat dewasa ini, di saat
kemajuan dalam bidang pengobatan asma telah dicapai (Arief, 2011). Asma tidak bisa
disembuhkan, namun manifestasi klinis dari asma bisa dikendalikan (GINA, 2012). Asma
merupakan suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan
gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama
pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan atau tanpa
pengobatan (Depkes RI, 2018). Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang
menyebabkan pasien memerlukan perawatan, baik di rumah sakit maupun di rumah, namun
prevalensinya terus meningkat (Ikawati, 2016).
Menurut World Health Report di tahun 2019 menunjukkan asma menduduki
peringkat ke-5 sebagai penyakit paru utama yang menyebabkan kematian di dunia. Saat itu
penderita asma di dunia mencapai 100-150 juta orang, dan terus bertambah sekitar 180 ribu
orang pertahun. Jumlah terkini di tahun 2008 mencapai 300 juta orang (GINA, 2018). Asma
mencapai perkembangan hingga dua kali lipat dari jumlah awal dalam 8 tahun terakhir.
Prevalensi asma di Indonesia sendiri berkisar antara 5-7% (Suyono, 2012). Asma juga
terbukti menurunkan kualitas hidup penderita. Riset terhadap 3207 kasus asma menunjukkan
44-51% penderita mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir, bahkantahun 2011.
Penduduk setempat melaporkan bahwa faktor yang paling sering menginduksi asma adalah
polusi udara terkait daerah pertambangan dan perubahan suhu terkait kondisi geografis
wilayah yang ada di daerah dataran tinggi.
Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian. Hal
tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai propinsi
di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab
kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan empisema. Pada SKRT
1992, asma, bronkitis kronik dan empisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di
Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar
13/1000 dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000.2 Prevalensi asma
di dunia menunjukkan semakin meningkat. Data dari berbagai negara menunjukkan bahwa
prevalensi penyakit asma berkisar antara 1-18% (GINA, 2015). Peningkatan prevalensi asma
terutama meningkat pada kelompok anak dan cenderung menurun pada kelompok dewasa
(Ratnawati, 2011). Prevalensi asma berdasarkan Riskesdas 2018 menunjukkan untuk nasional
sebesar 2,4%, dengan persentase tertinggi adalah provinsi Bali (3,9%), sedangkan provinsi
Jawa Tengah sebesar 1,8% artinya masih di bawah angka nasional (Kemenkes RI, 2018).
Kasus asma bronkial di Kabupaten Semarang mengalami fluktiatif dalam lima tahun terakhir
dimana kasus tertinggi pada tahun 2011 sebanyak 3.600 kasus, terendah tahun 2014 sebanyak
2.463 kasus tetapi terus meningkat hingga tahun 2016 menjadi 2.730 kasus (Depkes RI. Kab.
Semarang, 2016).
Pencegah asma resiko lebih lanjut yang bisa dialami oleh pasien, maka dapat kita sarankan
kepada pasien untuk patuh terhadap pengobatan dan anjuran yang diberikan serta melakukan
beberapa pemeriksaan yang mungkin dapat ia lakukan untuk mengetahui lebih dini perluasan
penyakitnya, sebagai prinsip pencegahan terhadap faktor resiko yang ia miliki.(Suyono,
2012).
Berdasarkan uraian masalah diatas penulis sangat tertarik untuk melaksanakan asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien asma bonkial di rumah sakit
wirasakti Kupang”.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada study kasus ini adalah
“Bagaimana Asuhan keperawatan pada Asma bronkialdirumah sakit wirasakti kupang.”
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Mampu mengembangkan pola piker ilmiah dalam memahami konsep teori dan penerapan
asuhan keperawatan (gangguan ketidak efektivan jalan nafas) pada pasien dengan diagnosa
Asma bronkial di rumah sakit wirasakti kupang ?
Tujuan khusus
1) Mamapu melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa Asma bronkial di
rumah sakit wirasakti kupang ?
2) Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan diagnosa Asma
bronkial dirumah sakit wirasakti kupang ?
3) Mampu menyusun intervensi pada pasien dengan diagnosa Asma bronkial di rumah
sakitwirasakti kupang ?
4) Mampu meyelesaikan implementasi pada pasien dengan diagnosa Asma bronkial di
rumah sakit wirasakti kupang ?
5) Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan diagnosa Asma bronkial di rumah
sakit wirasakti kupang ?

MAMFAAT PENILITIAN
Peneliti
karya tulis ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam
memahami teori penyakit asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Asma bronkial
di rumah sakit wirasakti kupang ?
Tempat penelitian
Karya tulis ilmiah ini menjadi panduan untuk pemberian asuhan keperawtan pada pasien
dengan diagnosa Asma bronkial di rumah sakit wirasakti kupang ?
Perkembangan ilmu keperawatan
Karya tulis ilmian ini menjadi salah satu acuan pengembangan asuhan keperawatan yang
provisional pada pasien dengan diagnosa Asma bronkial di rumah sakit wirasakti kupang ?
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1.1. Definisi
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara
klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik
dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. .. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).
Sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih diliputi kontroversi dan
ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan
diagnosis yang tidak selalu sama.(Taussig, 1982; Rahayu, 1984).
Kesimpangsiuran definisi bronkitis pada anak bertambah karena kurangnya konsesus
mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang
hal ini masih sangat kurang.
Anatomi Fisiologi
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam
tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi
keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian
dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2
hasil dari metabolism.
A Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dualubang dipisahkan oleh sekat
septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran.
Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis
media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara.
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di
bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel
getah bening.
c. Laring

Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagaipembentuk suara. Terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh
sel epitelium berlapis.

d. Trakea

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.

e. Bronkus

Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
gelembung paru yang disebut alveolli.

f. Paru-paru

Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
2.1.2. Klasifikasi
Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan
penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari
hingga 3 minggu)

e. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.


Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai
sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-
turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini
maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut.
Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka
untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah menyingkirkan
semua penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir sehingga 3 bulan dan menyerang semula
untuk selama 2 tahun atau lebih).

2.1.3. Etiologi
Bronkitis Akut

Virus yang menyebabkan flu atau pilek seringkali menyebabkan juga bronkitis akut.
Bronkitis akut dapat disebabkan karena non infeksi karena paparan asap tembakau karena
polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat
juga menyebabkan bronkitis akut. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas
dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.

Bronkitis Kronik

Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami penyembuhan. Hal
ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding bronkus paru – paru yang sifatnya
permanen. Disebut bronkitis kronis jika batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam setahun
di dua tahun berturut. Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah :
Spesifik:
Asma.
Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). .
Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia,
pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
Sindrom aspirasi.
Penekanan pada saluran napas .
Benda asing .
Kelainan jantung bawaan .
Kelainan sillia primer .
Defisiensi imunologis .
Kekurangan anfa-1-antitripsin .
Fibrosis kistik .
Psikis
Non-Spesifik
Perokok.
Polusi udara dan debu
Gas beracun di tempat kerja
Gastroesophageal reflux desease (GERD). GERD adalah asam lambung yang naik kedalam
esophagus dan beberapa tetes masuk ke saluran napas. GERD sebabkan karena lemahnya
katup lambung yang memisahkan antara lambung dan esophagus.

2.1.4. Patofisiologis
Virus
(penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia -
Berlanjut - Masuk saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis
- Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering
kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi
basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga
minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber :
dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan hidung “dropplet infection”
yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/ bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh
untuk melakukan perlawanan.

2.1.5. Manifestasi Klinis
Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
Bengek
Lelah
Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
Pipi tampak kemerahan
Sakit kepala
Gangguan penglihatan
Sedikit demam.
Dada merasa tidak nyaman.

2.1.6. Komplikasi
Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik.
Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atauBronkietaksis

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia.
Laboratorium : Leukosit > 17.500.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
Tes fungsi paru-paru
Gas darah arteri
Rontgen dada.
Pemeriksaan sputum selama 3x berturut-turut selama 3 hari pada pagi hari sesudah bangun
tidur.

2.2.ASUHAN KEPERAWATA
pengkajian
Meliputi,nama,umur (asma sering terjuaji pada anak-anak karna anak meliputi alergi terhadap
hal tertentu makanan,debu,tatau linkugan berpolusi,asma juga bisa meyerang orang
dewasa).jenis kelamin,agama,pendidikan,pekerjaan(yang beresiko bisa meyebabkan asma
adalah buru bagunan serta mereka yang sering terdampar degan allergen seperti debu),
Alat adeniyi BO (2016).
Riwayat sakit dan sehat:
a).keluhan utama:pasien megatakan sesak napas dalam lender sulit keluar
b).riwayat peyakit saat ini: bagaimana proses terjadinya keluhan utama yang meyebabkan
pasien di bawa ke tuma sakit. Pasien megeluh sesak napas, batuk dan banyak meyeluarkan
dahak
c).riwayat peyakit terdahulu : apakah pasien pernah megalami sakit yang sama seperti
sekarang ini atau tidak
d).riwayat kesehatan keluarga : dalam keluarga tidak ada yamg memiliki riwayat peyakit
asma
Observasi
megobsefasi keadaan pasien,TTV seperti tekanan darah,nadi,RR,suhu. Menurut(nuraruf dan
kusuma,2015)
a).pernafsaan B1 (ureat ): inspeksi : pada pasien asma terlihat
adanya peningkatan usaha dan frekoeni-frekoensi pernapsaan, serta pegunaan otot bantu
napas. Inspeksi pada dada terutama melihat postur bentuk dan kesimetrian, peningkatan
diameter anterposterior, retraksi otot-otot inter konstalis, sifat dan irama pernafsaan dan
frekoensi. Palpasi : perkusi : pada perkusi di dapatkan suara sonor sampai hipersono
sedangkan digfragma menjadi datar dan rendah. Auskultasi terdapat suara fesikuler yang
meningkat di sertai degan eksperasi lebi dari 4 detik atau lebih dari 3 kali ispirasi degan bunyi
napas tambahkan utama wising pada akir expirasi
b) kardivaskuler B2 (BLOOD: dampak asma Pada status kardio vaskuler seperti terjadinya
hipoksemia, penurunan tekanan darah, nadi menurun, CRT <3 detik megalami sionosis di
karenakan konsentrasikan O2 meniingkat dalam darah yang meyebabkan hipoksemia, serta
adanya penurunan suplai dara dan O2 ke jantung berkuranng meyebabkan penurunan kardiak
output sehingga meyebabkan tekanan dara menurun
c) persiaravan B3 (brain): tingkat kesadaraan saat inspeksi perlu di kaji.di samping itu perlu
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaraan yang apakah compass mentis,
smannolen ataub koma, pada pasien asma tingkat kesadaraan kompas manetis.
d) perkemihan B4 (blender): berkaitan degan itake cairan maka perhitugan dan pegukuran
volume output urine perlu di lakukan sehingga perawat memonitor apakah oli guria karna hal
tersebut merupakan tanda awal dari siok:
e) pencernaan B5 (bowel ): inspeksi:simetris, tidak ada pemberasan di bagian abdomen
palpasi:tidak ada nyeri tekanan auskultasi:12x/m pengkajian tentang status nutrisi klien
meliputi jumlah, frekoensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya pada
klien degan sesak napas, sangat potensial kekuragan pemunuhan kebutuhan nutrisi, hal ini
karena terjadi dipnea saat makna lalu metabolisme serta kecamasan yg di alami klien
f) B6 (bone): mengkaji edema extrimitas tromo dan tanda-tanda infeksi pada extrimitas.pada
integument perlu di kaji adanya perumakan yg kasar, kering,pimgmentasi turbor kulit
kelembaban,mengelupas atai bersisip,perdarahan,rutius, eksim, dam adanya bekas atau tanda
urti karia atau derma
titispada rambut di kaji werna rambut,kusam.tidur, dam isterahat,serta berapa besar akibat
kelelahan di alami KLIEN juga di kajian,adanya wising,sesak dan ortopnea dapat
mempegaruhi tidur dan isterahat klien aktifitas sehari-hari klien di perhatikan sebagai
olahraga, bekerja dan olahraga bekerja dan aktifitas lainnya fisik juga dapat menjadi faktor
pencetus asma yang di sebut degan ekercinseinduced asma.

d 2.2. PEMERIKSAAN PENUNJANG

penurut kusma (2015)


teks kulit (tuberculing dan elergi)
rotgen foto toraks menunjukan hiper niflasi dan pernapasan diafragam .
pemeriksaan sputum: terdapat jernu atau berbusa (elergi)
pemeriksaan darah : eusinovilia (kenaikan badan eusinofil),peningkatan kadar igE pada asma
elergi,AGD hipoki (serang akut).

diagnosa keperawatan
Menurut aminhudanarafi(2015)
Diagnose yg dapat di ambil pada pesien degan asma adalah :
Gangguan pertukaran gas berhubugan degan kekurangan oksigen dan pembuagan karbondi
oksida pada membarane alfoelikaoiler batasan karakteritik :
penurunan CO2, takikardi,hiperkapnia,kelitihan,dispnea .ketidak efektifsn jalan napas
bersikan jalan napas adalah ketidak mampuan untuk meberikan sekret atau obstruksi napas
guna mempertahankan jaln napas yang bersih..batasan karakteristik : dipnea penurunan,
suara, napas, kelainan suara napas wising).
Faktor yang berhubugan: linkugan fisiologi,obstruksi jalan napas .
Pola napas tida efektif
ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi tidak kuat.batasan karakteristik :
penurunan tekanan ispirasi garing ekspirasi,penurunan pertukaran udara per menit
megunakan otot pernapasan tambahan,nasal faring.faktoryang berhubugan hiper ventilasi,di
formitas tulang,kelelahan otot pernapasan, kelainan dinding dada.
d. intoleransi aktifitas berhubugan degan suplai kebutuhan oksigen (hipoksia).
intoleransi aktifitas adalah penurunan dalam kapatisitas fisiologi seorang untuk melakukan
aktitas sampai tingkat yang di iginkan atau yg di butuhkan intoleransi merupakan ketindakan
cukupan energi fisiologia atau sikologi untuk dilanjutkan atau meyelesaikan aktifitas sehari-
hari yang iginkan atau di lakukan.batasan karakterik: melaporkan secara ferbal adanya
kelelahan atau kelemahan , respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas.
Faktor yang berhubugan: tiragh mobilisasi ,kelemahan yang meyeluruh.

e. penurunan cura jantung berhubugan degan kontak bili tas folume

sekuncukjantung penurinan cura jantung adalah suatu keadaan di mana cura janrubg keadaan
di mna pompa dara oleh jantunh yang tidak adekuatmencapekebutuhan metabolismetubuh.
batasan karakteritik : perubshsn kecepqatan jantung/irama,aritmi,metabolism tubuh.
Batasan karekteristik :  perubahan kecepatan jantung /irama,aritmia,
Bradikardi,palpitasi,takikardi.
Faktor yang berhubugan : perubahan kecepatan jantung, perubahan irama,perubahan folume
gerak.

f. resiko ketidakseimbagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh hubugan degan intake nutrisi
yang tidak adekuat akibat nafsu
makan menurun intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolism tubuh
batasan karakteristik : kelemahan yang di gunkan untuk menelan atau megguna
fator yang berhubugan ketidak mampuan pemasukan atau mencernah makna atau megabsorsi
sat-sat berhubugan degan fator biologis, sikologis atau ekonomi.

3. intervensi keprawatan

Menurut amin huda nurafi (2015). Interfensi keperawatan berikut ini di tunjukan pada
diangnosa keperawatan yang muncul pada pasien antara lain:
DIAGNOSA 1 : GANGGUAN PERTUKARAN GAS BERHUBUGAN DEGAN
PERUBAHAN MEMRAN ALFEORA KAPILER:
Kelebihan atau defisi pada oksigen dan –eliminasi karbon di oksida pada memran alfeoli-
kapiler.
NOC: resoirator gasexachange.2)respiratori status:ventilationKelebihan atau defisi pada
oksigen dan –eliminasi karbon di oksida pada memran alfeoli-kapiler.
NOC: resoirator gasexachange.2)respiratori status:ventilation.3)
Vitasgsis statuskriteria hasil : 1)mendemostrasikan peningkat fentilasi dan oksiginasi yang
adikuat.2)respiratori status: fentilation .3)hitasing status .
Kriteria hasil:1) mendemostrasikan peningkatan fentilasi dan oskeginasi yang adi k adikuat.2)
memilihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda sres pernamfsaan .
3)mendemostrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih,tidak ada sianosis dan
dispenia (mampu meyeluarkan stutum,mampu bernapas degan muda, tidak ada persulipas) 4)
TTV degan rentang normal
NIC:ariwai meganemet b1) buka jalan nafas, gun akan teknik chyn lift 2) posilan pasien
untuk megaksimalkan fentilasi.3)identifikasi pasien perlunya pemasagan alat jalan nafas
buatan. 4) pasagan mayobila perlu. 5) lakukan fisio terapi bila perlu. 6) keluarkan secara
degan batuk atau suption. 7)
Auskultasi jalan napas catat adanya jalan napas tambahan. 8) lakukan subtion pada mayo.9)
berikan brankondirator bila perlu.10) atur intake untuk cairan megomtimakan keseimbagan.
11) berikan pelembahan udara.
Respirator motoring : 1 )monirator rata-rata kedalaman,dan usaha refirasi, 2) catat pergerakan
dada, amati kesimetrisan, pegunanan otot, ratreaksi otot subclaifikular dan interkosta.
3)monitor suara napas,seperti dengkur , 4 )
Monitor pola napas : radipena,takip nea,kusmau,hiper ventilasi,5) catat lokasi trakea .6 )
monitor kelelahan otot diafran (gerakan pradoksi ) .7)
Auskultasi suara napas, catat area penurunan atau tidak adanya fentilasi krekles dan rongki
ada jalan napas utama. 8 ) auskultasi suara paru setelah tindakan untuk megetahui hasilnya.

DIAGNOSA 2 : Ketidak efektifan jalan napas berhubugan degan peyertaan jalan


napas.NOC: respiratori ststus: venti lation, respiratori status status : arwai patency ,kriteria
hasil : 1) mendemosrasikan batuk efek dan suara napas yang bersih , tidak ada sianosis dan
diapnea (mampu meyeluarkan sputum , mampu bernafas degan mudah ,tidak ada puster
hips) . 2) menjalangkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas ,
frekoensi napas dalam rentan normal, tidak ada suara nafas abnormal). 3) mampu
meyendifikaskan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan napas. NIC : arway
suction 1).pastikan oral atau traseal castioning. 2). Auskultasi suara napas sebelum dan
sesuda sutiong . 2).auskultasi suara napas sebelum dan sesuda suctioning .3) minta klien latih
napas sebelum dan sesuda suitioning . 3) minta klien nafas dalam sebelum sution
nosotrakeal . 4) berikan o2 degan megunakan nasal untuk memfasilitasi sution nasotrskeal .
5) megunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan. 6) ajarkan pasien untuk isterahat
dan napas dalam setelah kateter di keluarkan dari nasotrakeal . 7)monitor status oksigen
pasien . 8) ajarkan keluarga bagai mana cara melakukan sation . 9) hentikan sution dan
berikan oksigen apa bila pasien menunjukan berdikari meningkatkan saturasi 02 . airway
management 1) buka jalan napas,gunakan teknik chyn lift atau juw irust bila perlu . 2)
identifikasi pasien perlu pemasagan alat jalan napas bantuan . 3) pasien mayo bila peru 4)
lakukan fisio terapi bila perlu 5) keluarkan secret dgn batuk atau sotion 6) auskultasi suara
napas , catat adanya suara tambahan. 7) lakukan sution pada mayo . 8) berikan
brongkodilatator bila perlu . 9) berikan pelembab udara kasa basah NaCl lembab. 10) atur
cairan untuk megoptimalkan keseimbagan. 11) monitor respirasi dan status 02

DIAGNOSA 3 : POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF pertukaran udara inspirasi dan ekspirasi
tidak adekuat NOC : 1) respirasori status : ventilation, 2).respirarori status : arway patenci ,
3)vital sign status krteria hasil : 1) mendemostrasikan batuk efektif dan suara napas dan
bersih,tidak ada sianosis dan dispnea atau mampu meyeluarkan sputum, mampu bernapas
degan muda,tidak ada purset lips. 2) respiratori status : airway patency, 3) vital sign status.
Kriteria hasil : 1) mendemontrasikan batuk efektif dan suara napas bersih, ridak ada sianosis
dan dyspnea atau mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah, tidak ada
pursed lips. 2) menunjukan jalan napas yang paten (klien tidak tercekik, irama napas,
frekuensi napas dalam rentang normal dan tidak ada suara napas abnormal. 3) tanda-tanda
vital dalam rentang normal (tekanan darah ,nadi, pernapasan ). NIC : airway manajement. 1)
bukan jalan napas menggunakan teknik chin lift atau juw thrust identifikasi perlu adanya
pemasangan alat jalan napas  buatan. 4) pasang mayo bila perlu. 5) lakukan fisioterapi dada
jika perlu. 6) auskultasi suara napas, catat adanya suara napas tambahan. 7) keluarkan secret
demgam batuk atau section. 8) lakukan sactio pada mayo. 9) berikan pelemabab udara kassa
basah NaCL lembab. 10) atur intake untuk mengoptimalkan keseimbangan. 11) monitor
respyratori dan status 02. Therapi Oksigen : 1) bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
2) pertahankan jalan napas yang paten. 3) atur  peralatan oksigen. 4) monitor oksigen. 5)
pertahankan posisi pasien. 6) observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi. 7) mon itor adanya
kecemasan pasien terhadap oksigenasi.

Anda mungkin juga menyukai