Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di

seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara yang sedang

berkembang. Saat ini, penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di

masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari

usia anak-anak sampai usia dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan

penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada anaknya. Namun,

akhir akhir ini genetic bukan merupakan penyebab utama penyakit

asma. Polusi udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota

kota besar merupakan factor dominan dalam peningkatan serangan

asma.

Asma adalah penyakit kronis variabel dari system pernapasan

yang ditandai oleh penyempitan saluran pernapasan kecil dan bronkiolus,

meningkatnya bronkial sekresi atau lendir dan pembengkakan mukosa

atau peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebih memicu.

Asma ditandai dengan serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat

obstruksi jalan napas (Gibbs, 2008).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif, intermiten, reversible

dimana trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi

tertentu (musliha, 2010).

1
Secara klinis asthma adalah suatu serangan dengan sesak yang

disertai dengan suara napas mengi ( wheezing / wheeze ), yang dapat

timbul sewaktu waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun

hanya sebagian ), baik secara spontan maupun hanya dengan obat

obatan tertentu / sifat reversibilitas ( Danusantoso, 2011 ).

Asma merupakan gangguan inflamasi kronis di jalan nafas. Dasar

penyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dan obstruksi jalan nafas. Gejala

asma adalah gangguan pernafasan (sesak), batuk produktif terutama pada

malam hari atau menjelang pagi, dan dada terasa tertekan. Gejala tersebut

memburuk pada malam hari, adanya allergen(seperti debu, asap rokok) atau

saat sedang menderita sakit seperti demam. Gejala hilang dengan atau tanpa

pengobatan (Riset Kesehatan Dasar [RISKESDAS], 2013).

Didefinisikan sebagai asma jika pernah mengalami gejala sesak nafas

yang terjadi pada salah satu atau lebih kondisi: terpapar udara dingin dan

/atau debu dan /atau asap rokok dan / atau sters dan / atau flu atau infeksi

dan / atau kelelahan dan /atau alergi obat dan / atau alergi makanan dengan

disertai salah satu atau lebih gejala: mengik dan /atau sesak nafas berkurang

atau menghilang dengan pengobatan dan /atau sesak nafas berkurang atau

menghilang tanpa pengobatan dan/atau sesak nafas lebih berat dirasakan

pada malam hari atau menjelang pagi dan jika pertama kali merasakan sesak

nafas saat berumur < 40 tahun(usia serangan terbanyak) (RISKESDAS

2013).

2
Menurut WHO (2006) sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia

adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000

orang setiap tahunnya. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus

meningkat terutama di Negara maju. Peningkatan terjadi juga dinegara-

negara maju asia pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia pasifik baru-baru

ini menunjukkan tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi di

bandingkan di Amerika serikat dan Eropa. Hampir separuh dari seluruh

pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke

bagian gawat darurat setiap tahunnya (GINA,2006). WHO memperkirakan

di tahun 2020 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena asma.

Angka kematian akibat asma di Indonesia pada tahun .sebesar .%

per 100.000 populasi dan tahun 2012 sebesar .% per 100.000 populasi

dengan angka kematian pada perempuan lebih besar dari pada laki-laki

akibat asma (WHO 2014).

Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in

Childhood pada tahun 2008 menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala

penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen di jawa

tengah 1,5 persen menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat dari 1,5

persen menjadi 2 persen. Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung

meningkat dengan kasus kematian yang diprediksi akan meningkat sebesar

20 persen hingga 20 tahun mendatang.

Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita

mempunyai gejala pada umur 1 tahun, sedangkan 80-90% anak yang

3
menderita asma, gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5 tahun.

Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang hanya mendapat serangan

ringan sampai sedang, yang relatif mudah ditangani. Sebagian kecil

mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya lebih banyak yang terus

menerus dari pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikannya tidak

mampu dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan

fungsi dari hari ke hari (Sundaru, 2006).

Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa

disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak

menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan

berikutnya. Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta factor

ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang

menjadi penyebab serangan.

Di Indonesia, prevalensi asma belum di ketahui secara pasti. Pada

tahun 2013 dilaporkan 4,5% dan prevalensi asma tertinggi terdapat di Nusa

Tenggara Timur (10,0%),di ikuti Sulawesi tengah (8,0%), Sulawesi selatan

(6,7%), Kalimantan selatan (6,7%), Bali (6,5%), Papua barat (6,0%),

(Riskesdas 2013).

Berdasarkan studi pendahuluan Dinas Kesehatan Sorong

Asma merupakan salah satu penyakit kronis (jangka panjang) yang

paling umum dan menyerang adalah 100 sampai 150 juta orang di seluruh

dunia lebih dari 5,2 juta di inggris menderita asma (Bull, 2007). Sekitar 5 %

orang dewasa dan 8 % anak-anak di Amerika serikat menderita asma dan di

4
perkirakan bahwa 15 juta penduduk Amerika serikat menderita asma

(Brashers, 2008).

Masih banyak masyarakat indonesia belum mengetahui penanganan

asma jika kambuh, sehingga itu masih menjadi masalah kesehatan yang

harus diperhatikan. Dalam pengobatan asma ini sangat penting bagi

penderita, karena mencegah timbulnya jika asma itu kambuh lagi, asma

sangat berbahaya bagi penderita yang mempunyai sifat yang berasal dari

allergen misalnya cuaca, debu, makanan karena bisa menyerang secara

mendadak jika allergen tersebut timbul, dapat kekurangan oksigen dan

sesak nafas yang sifatnya dapat mematikan bagi penderita asma. Selain

karena prevalensi asma yang cukup tinggi sehingga penulis tertarik ingin

mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien asma dan

bagaimana cara menanganinya. Data penyakit Asma Bronchialis di ruang

poliklinik penyakit dalam rsud kabupaten sorong pada tahun 2015 adalah 56

klien, sedangkan data tahun 2016 adalah berjumlah 83 klien, dan data tahun

2017 pada bulan januari juli berjumlah 94 klien. Dari rata-rata perbualan

klien yang datang berobat di poliklinik penyakit dalam rsud kabupaten

sorong sebanyak 30 klien dari data yang diperoleh terlihat adanya

peningkatan angka kejadian penyakit ini dipolik umum penyakit dalam

RSUD Kabupaten Sorong, hal ini yang menyebabkan penulis tertarik

mengambil judul penelitian Penerapan Pendidikan Kesehatan Pencegahan

Kekambuhan Asma Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronchialis Di RSUD

Kabupaten Sorong

5
B. Rumusan Masalah

Masih terjadi peningkatan angka kejadian penderita asma bronkiali

dari waktu ke waktu. Peningkatan kejadian asma bronkiali ini di sebabkan

oleh berbagai factor. Faktor-faktor yang turut berperan adalah pendidikan,

pengetahuan, sikap, dan perilaku.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari karya tulis dengan judul deep breathing

exercise pada penderita asma adalah agar penulis dapat memahami

dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada penderita asma

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu mengkaji klien dengan kasus asma

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

kasus asma.

c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan

asma.

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien

asma.

e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan

asma.

6
f. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan asma.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Perkembangan Ilmu

Pengetahuan Memberikan masukan untuk memperluas wawasan

tentang asuhan keperawatan pada pasien asma.

2. Bagi Profesi Keperawatan

a. Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan perawat

tentang asuhan keperawatan pada pasien asma.

b. Untuk menambah keterampilan perawat dalam menerapkan

manajemen keperawatan pada pasien asma

3. Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien asma sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat

selama pendidikan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum

adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka

melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi

kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan

pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang

diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau

pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran

dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012)


Menurut Sultha, (2006) pendidikan kesehatan adalah proses

perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok,

atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mancapai tujuan

hidup sehat.
Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu,

kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu, dan dari tidak mampu

mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Sehingga

pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk

8
membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan baik pengetahuan, sikap maupun kentrampilan agar

tercapai hidup sehat secara optimal (Nasution, 2004).

1. Tujuan

Menurut Green dalam (Notoadmojo, 2012) yaitu : Promosi

kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya

perilaku

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah

kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemeliharaan dan penigkatan

kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun

masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi

kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi,

kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang

merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan.

Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan

kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan

kesehatan, billboard, dan sebagainya.

9
b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling

(penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar

masyarakat dapat memberdayakan masyarakat agar

mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan

dengan cara memberikan kemampuan dengan cara

bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara

mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing

(pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud

untuk mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh

masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan

agar sikap dan perilaku petugas dapat menajdi teladan,

contoh atau acaun bagi masyarakat tentang hidup sehat.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan

kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang

seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya.

Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

10
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima

informasi yang didapatnya.

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,

semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan

menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak

boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang

disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal,

karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan

penyampai informasi.

e. Ketersediaan waktu dimasyarakat

Waktu penyampaian informasi harus

memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk

menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam

penyuluhan.

3. Metode Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan

sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan

ada 3 (tiga) yaitu:

11
a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan

Metode ini bersifat individual dan biasanya

digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina

seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan

perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya pendekatan

individual ini karena setiap orang mempunyai masalah

atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan

penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk

pendekatannya yaitu :

1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and

Counceling)

2) Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara

kelompok. Dalam penyampaian promosi kesehatan

dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan

formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya

kelompok, yaitu :

1) Kelompok besar

2) Kelompok kecil

12
c. Metode berdasarkan pendekatan massa

Metode pendekatan massa ini cocok untuk

mengkomunikasikan pesan- pesan kesehatan yang

ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari

metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan

golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social

ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga

pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus

dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap

oleh massa.

4. Media Pendidikan

Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan

kesehatan. Alat-alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai

berikut (Notoadmojo, 2012) :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam

pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan

pesan pesan yang diterima oran lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi

kesehatan

13
f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/

masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui,

kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan

pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan

yaitu :

1) Tujuan yang akan di capai

a) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat

dan konsep- konsep

b) Mengubah sikap dan persepsi

c) Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru

2) Tujuan penggunaan alat bantu

a) Sebagai alat bantu dalam

latihan/penataran/pendidikan

b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu

masalah

c) Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi

d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain

(Notoadmojo, 2012) :

1) Berdasarkan stimulasi indra

14
a. Alat bantu lihat (visual aid) yang

berguna dalam membantu

menstimulasi indra penglihatan

b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu

alat yang dapat membantu untuk

menstimulasi indra pendengar pada

waktu penyampaian bahan pendidikan /

pengajaran

c. Alat bantu lihat-dengar (audio visual

aids)

2) Berdasarkan pembuatannya dan

penggunaannya

a. Alat peraga atau media yang rumit

seperti film, film strip, slide, dan

sebagainya yang memerlukan listeik

dan proyektor.

b. Alat peraga sederhana,yang mudah di

buat sendiri dengan bahan-bahan

setempat.

3) Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur

media kesehatan

15
5. Media Cetak

a. Leaflet

Merupakan bentuk penyampaian informasi

kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan

menggunakan media ini antara lain : sasaran dapat

menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena

mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat

isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai

informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota

kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat

memberikan informasi yang detail yang mana tidak

diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak dan

diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok

sasaran Sementara itu ada beberapa kelemahan dari

leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per

individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan

menjadi percuma jika sasaran tidak diikutsertakan secara

aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik. (Lucie,

2005).

b. Booklet

Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar.

Booklet sebagai saluran, alat bantu, sarana dan sumber

16
daya pendukungnya untuk menyampaikan pesanharus

menyesuaikan dengan isi materi yanga akan

disampaikan. Menurut Kemm dan Close dalam Aini

(2010) booklet memiliki beberapa kelebihan yaitu :

1) Dapat dipelajari setiap saat, karena disain

berbentuk buku.

2) Memuat informasi relatif lebih banyak

dibandingkan dengan poster.

Menurut Ewles dalam Aini (2010), media booklet

memiliki keunggulan sebagai berikut :

1) Klien dapat menyesuaikan dari belajar mandiri.

2) Pengguna dapat melihat isinya pada saat santai.

3) Informasi dapat dibagi dengan keluarga dan teman.

4) Mudah dibuat, diperbanyak dan diperbaiki serta

mudah disesuaikan.

5) Mengurangi kebutuhan mencatat

6) Dapat dibuat secara sederhana dengan biaya relatif

murah.

7) Awet

8) Daya tampung lebih luas

9) Dapat diarahkan pada segmen tertentu.

Manfaat booklet sebagai media komunikasi

pendidikan kesehatan adalah :

17
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Membantu di dalam mengatasi banyak hambatan.

3) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih

banyak dan cepat.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan

pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.

5) Mempermudah penyampaian bahasa pendidikan.

6) Mempermudah penemuan informasi oleh sasaran

pendidikan.

7) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui lalu

mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian

yang lebih baik.

8) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

c. Flyer (selembaran)

d. Flip chart (lembar balik)

Media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk buku di mana tiap lembar berisi

gambar peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat

sebagai pesan kesehatan yang berkaitan dengan gambar.

Keunggulan menggunakan media ini antara lain : mudah

dibawa, dapat dilipat maupun digulung, murah dan

efisien, dan tidak perlu peralatan yang rumit. Sedangkan

kelemahannya yaitu terlalu kecil untuk sasaran yang

18
berjumlah relatif besar, mudah robek dan tercabik.

(Lucie, 2005)

e. Rubrik (tulisan tulisan surat kabar), poster, dan

foto

1. Media Elektronik

a. Video dan film strip

Keunggulan penyuluhan dengan media

ini adalah dapat memberikan realita yang

mungkin sulit direkam kembali oleh mata

dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi

mengenai sikap dan perilaku, efektif untuk

sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat

diulang kembali, mudah digunakan dan tidak

memerlukan ruangan yang gelap. Sementara

kelemahan media ini yaitu memerlukan

sambungan listrik, peralatannya beresiko

untuk rusak, perlu adanya kesesuaian antara

kaset dengan alat pemutar, membutuhkan

ahli profesional agar gambar mempunyai

makna dalam sisi artistik maupun materi,

serta membutuhkan banyak biaya. (Lucie,

2005).

19
b. Slide

Keunggulan media ini yaitu dapat

memberikan berbagai realita walaupun

terbatas, cocok untuk sasaran yang

jumlahnya relatif besar, dan pembuatannya

relatif murah, serta peralatannya cukup

ringkas dan mudah digunakan. Sedangkan

kelemahannya memerlukan sambungan

listrik, peralatannya beresiko mudah rusak

dan memerlukan ruangan sedikit lebih gelap.

(Lucie, 2005)

2. Media Papan

B. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2012).

2. Tingkat pengetahuan

20
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

21
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan

sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria

yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan

22
Menurut Notoatmodjo (2007), ada dua faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Faktor internal meliputi status kesehatan,

intelegensi, perhatian, minat, dan bakat. Sedangkan faktor eksternal

meliputi keluarga, masyarakat, dan metode pembelajaran. Beberapa

faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang menurut Wawan

dan Dewi (2010) antara lain :

1. Faktor internal

a. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke

arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi

yang akhirnya dapat mempengaruhi seseorang. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin

mudah menerima informasi.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga.

c. Umur

23
Semakin cukup umur individu, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerjaInformasi Seseorang yang

mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

2. Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada

di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat

mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau

kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat

dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima

informasi.

C. Konsep Medik Astma

1. Definisi

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang

mempunyai ciri bronkopasme periodic(kontraksi spasme pada saluran

nafas )terutama pada peradangan trakeabronkial yang dapat

diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti oleh factor biokemikal,

endokrin,otonomik,psikologi.(Irman,2009).

24
Asma adalah kelaianan berupa inflamasi kronik saluran nafas

yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai

ransangan yang dapat menimbulkan gejala mengi,batuk,sesak

nafas,dan dada terasa berat terutama pda malam dan atau dini hari

yang umumnya bersifat reversible baik dengan aatu tanpa

pengobatan(Depkes,RI,2009).

Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruktif intermien yang

bersifat reversible dimana trakea dan bronkus berespon secara

hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang di tandai dengan

penyempitan jalan nafas ,yang mengakibatkan dispnea,batuk dan

mengi.(Smelzer dan Bare,2002

2. Etiologi asma dapat dibagi atas :

a. Asma ekstrinsik/alergi

Asma yang disebabkan oleh allergen yang diketahui masanya

sudah terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap

protein, serbuk sari, bulu halus, binatang dan debu.

b. Asma intrinsik/idiopatik

Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi

adanya faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik atau

emosi sering memicu serangan asma. Asma ini sering

muncul/timbul sesudah usia 40 tahun setelah menderita infeksi

sinus/cabang trakeobronchial.

c. Asma campuran

25
Asma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik

(Andra & Yessie 2013, h. 188)

3. Tanda dan Gejala

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak

ditemukan gejala klinis,tapi pada serangan penderita tampak bernafas

cepat dan dalam,gelisah,duduk dengan menyangga ke depan,serta

tanpa otot-otot bantu pernafasanbekerja dengan menyangga ke

depan,serta otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.

Gejala klinis dan asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi

(wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa

nyeri didada. Gejala-gejala tersebut tidak selalau di jumpai

bersamaan.Pada serangan asma yang lebih berat,gejala-gejala timbul

makin banyak,antara laian:silent chest,sianosis,gangguan

kesadaran,hyperinflasi dada,tachicardi dan pernafasan cepat

dangkal.Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.

4. Patofisiologi

Naga (2012, h. 65-67) mengatakan patofisiologi pada Asma

dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Asma Bronchial Ekstrinsik

Secara umum, asma ekstrinsik allergen menimbulkan

reaksi yang hebat pada mukosa bronkus yang mengakibatkan

konstriksi otot polos, hyperemia, serta sekresi lendir putih yang

tebal.Mekanisme terjadinya reaksi ini telah diketahui dengan

26
baik, tetapi sangat rumit. Penderitanya yang teslah disentisasi

terhadap satu bentuk allergen yang spesifik, akan membuat

antibodi terhadap allergen yang dihirup tersebut.

Antibodi yang merupakan imunoglobin jenis IgE ini

kemudian melekat dipermukaan sel mast pada mukosa bronkus.

Sel mast tersebut tidak lain adalah basofil yang kita gunakan

pada saat menghitung jenis leukosit. Bila satu molekul IgE yang

terdapat pada permukaan sel mast menangkap satu permukaan

allergen, maka sel mast tersebut akan memisahkan diri dan

melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi

bronkus.

Salah satu contohnya adalah histamine dan

prostaglandin.Pada permukaan sel mast juga terdapat reseptor

Beta-2 adrenergik, sedangkan pada jantung mempunyai reseptor

Beta-1. Apabila reseptor Beta-2 dirangsang dengan obat

antiasma salbutamol, maka pelepasan histamin akan terhalang.

Tidak hanya itu, aminofilin obat antiasma yang sudah terkenal,

juga menghalangi pembebasan histamin. Pada mukosa bronkus

dan dalam darah tepi, terdapat banyak eosinofil. Adanya

eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah dilihat. Pada

mulanya, fungsi eosinofil di dalam sputum tidak dikenal, tetapi

baru-baru ini diketahui bahwa dalam butir-butir granula

eosinofil terdapat enzim yang dapat menghancurkan histamin,

27
dan prostaglandin. Jadi, eosinofil ini berfungsi untuk

memberikan perlindungan terhadap serangan asma.

a. Asma Bronchial Intriksi

Melihat bagaimana timbulnya penyakit ini, maka asma

intrinsik sangat berbeda dengan asma ekstrinsik. Berikut

beberapa sumber penyebab asma bronchial intrinsik :

1) Pada awalnya, mungkin asma hanya disebabkan

adanya kepekaan yang berlebihan (hipersensitivitas)

dari serabut-serabut nervus vagus, sehingga

merangsang bahan-bahan iritan di dalam bronkus

dan menimbulkan batuk serta sekresi lendir melalui

satu reflek. Begitu hipersensitifnya serabut-serabut

vagus ini, sehingga langsung menimbulkan refleks

konstriksi bronkus. Ada sebuah bahan yang kadang

mampu menghambat vagus, yaitu atropine. Pada

banyak kasus, bahan ini sering dijadikan penolong.

2) Adanya lendir sangat lengket yang akan disekresi.

Bahkan, pada kasus-kasus berat, lendir ini dapat

menghambat saluran nafas secara total, sehingga

berakibat munculnya status asmatikus, kegagalan,

pernafasan, dan akhirnya kehilangan nyawa.

28
3) Penyebab yang penting dari asma ini adalah adanya

infeksi saluran pernafasan oleh flu, adenovirus, dan

juga oleh bakteri seperti hemophilus influenza.

4) Asap merokok, asap industri, dan udara dingin juga

dapat menjadi penyebab penyakit ini, karena gas

iritatifnya telah mencemari udara. Sindrom yang

sangat khas pada penderita asma dan timbul pada

usia lanjut adalah mengi dengan polip hidung, yang

sangat peka terhadap aspirin. Sehingga, jangan

sekali-kali mengonsumsi aspirin saat penyakit ini

menyerang, sebab satu tablet aspirin mampu

membuat penderita asma kehilangan nyawa

seketika.Selain beberapa hal tersebut, ternyata emosi

juga dapat menjadi salah satu penyebab penting

munculnya semua jenis asma.

29
5. Pathway keperawatan

Infeksi Merokok Polusi Alergen Genetik

Masuk saluran pernafasan

Iritasi mukosa saluran pernafasan

Reaksi inflamasi

Hipertrofi dan hyperplasia mukosa bronkus

Metaplasia sel globet Produksi sputum meningkat

Ketidak efektifan Penyempitan saluran pernafasan Batuk


pola nafas
Penurunan ventilasi Obstruksi

Suplay O2 menurun Penyebaran udara ke alveoli Potensial jalan


nafas tidak efektif
Kelemahan fisik Vansokontriksi pembuluh
Gangguan pertukaran
darah ke paru-paru
gas

Intoleransi aktivitas Suplay oksigen berkurang

Sesak nafas

Kebutuhan tidur tidak efektif

Gangguan istrahat
tidur
(Brunner & Suddarth .2002)

30
6. Pemerikaan penunjang

a. Pemeriksaan sputum

1) Pemeriksaan sputum di lakukan untuk melihat adanya :

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi

dari Kristal eosinopsil.

2) Spiral curshmann,yakni merupakan cast cell (sel

cetakan)dari cabang bronkus.

3) Netrofi dan eosinopil yang terdapat pada

sputum,umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang

tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b. Pemeriksaan darah

1) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat

pula terjadi hipoksemia,hiperkapnia,atau asidosis.

2) Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan

LDH.

3) Hiponatremia dan kadar leosit kadang-kadang di atas

15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu

infeksi.

4) Pada pemeriksaan factor-fakto ralergi terjadi peningkatan

dari lg E pada waktu serangan dan menurun pada waktu

bebas dari serangan

31
c. Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.

Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada

paru-paruyakni radiolusen yang bertambah dan peleburan

rongga intercostalis,serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi

bila terdapat komplikasi,maka kelainan yang di dapat adalah

sebagai berikut :

1) Bila di sertai bronchitis,maka bercak-bercak di hilus akan

bertambah.

2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD),maka

gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

3) Bila terdapat komplikasi ,maka terdapat gambaran

infiltrate pada paru.

4) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local.

5) Bila terjadi pneumonia mediastinum ,pneumotoraks,dan

pneumoperikardium ,maka dapat dilihat bentuk gambaran

radiolusen pada paru-paru.

d. Pemeriksaan Tes Kulit

Dilakukan untuk mencari factor alergi dengan berbagai alergen

yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

e. Elektrokardiografi

32
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama seranggan

dapat di bagi menjadi 3 bagian,dan disesuaikan dengan

gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

1) Perubahan aksi jantung ,yakni pada umumnya terjadi

right axis deviasi dan clock wise rotation.

2) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni

terdapat RBB (Right bundle branch block).

3) Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus

tachycardia,SVES,dan VES atau terjadinya depresi

segmen ST negative.

f. Scanning paru

Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat di pelajari bahwa

(redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh)

pada paru-paru.

g. Spirometri

Untuk menunjukan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara

yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat

respon pengobatan dengan bronkodilator.Pemeriksaan

spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

bronkodilatoraerosol(inhaler atau nebulizer) golongan

adrenergick.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari

20% menunjukan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol

bronkodilator lebih dari 20% .Pemeriksaan spiromertri tidak sj

33
penting untuk menegakan diagnosistetapi juga penting untuk

menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita

tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukan

obstruksi.

7. Penatalaksanaan

a. Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

2) Mengenal dan menghindari factor-faktor yang dapat

mencetuskan serangan asma.

3) Memberikan penerangan kepada penderita atau pun

keluarganya mengenai penyakit asma ,baik pengobatannya

maupun tentang perjalanan penyakitnya sehinga penderita

mengerti tujuan pengobatan yang di berikan dan bekerja

sama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronchial terbagi 2,yaitu:

1) Pengobatan non farmakologik:

a. Memberikan penyuluhan

b. Menghindari factor pencetus.

c. Pemberian cairan.

d. Fisioterapi

e. Beri O2 bila perlu.

2) Pengobatan farmakologik:

34
Bronkodilator:Obat yang melebarkan saluran

nafas.Terbagi dalam 2 golongan :

Simpatomikmetik / andrenergik (adrenalin dan efedrin)

Nama obat : Orsiprenalin (Alupent)

a. Fenoterol (berotec)

b. Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam

bentuk tablet,sirup,suntikan,dan semprotan .Yang

berupa semprotan : MDI (Metered dose inhaler).Ada

juga yang berbentuk bubuk halus yang di hirup

(Ventolin Dikshaler dan Bricasma Turbuhaler) atau

cairan broncodilator (Alupent, Berotec, Brivasma

serts Ventolin)yang oleh alat khusus di ubah menjadi

aerosol (partikel-partikel yang sangatn halus )untuk

selanjutnya dihirup.

c. Santin (teofilin)

Efek dari teofilin sama dengan obat golongan

simpatomimetik,tetapi cara kerjanya

berbeda.Sehingga bila kedua obat ini di

kombinasikan efeknya saling memperkuat.

Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin /

aminofillin di pakai serangan asma akut, dan

suntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh

35
darah.Karena sering merangsang lambung sebaiknya

berhati-hati bila minum obat ini. Teofillin ada juga

dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya

di masukan ke dalam anus .Supositoria ini di

gunakan jika penderita karena sesuatu hal yang

tidak dapat minum teofillin (misalnya muntah atau

lambungnya kering).

d. Kromali

Kromalin bukan brokodilator tetapi merupakan obat

pencegah serangan asma.Manfaatnya adalah untuk

penderita asma alergi terutama anak-anak.Kromalin

biasanya di berikan bersam-sama obat anti asma

yang lain,dan efeknya baru terlihat pemakaian 1

bulan .

e. Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti

kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis 2 kali

1mg/hari.Keuntungan obat ini adalah dapat di

berikan secara oral.

8. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :

a. Status asmatikus

b. Atelektasis

36
c. Hipoksemia

d. Pneumothoraks

e. Emfisema

f. Deformitas thoraks

g. Gagal nafas

D. Konsep Dasar Kekambuhan Asma

Kekambuhan asma adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali

suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam

faktor penyebab.Kekambuhan adalah kembalinya suatu penyakit

tampaknya mereda.Kekambuhan yaitu kembalinya gejala penyakit sehingga

cukup parah dan menggangu aktivitas sehari-hari dan memerlukan rawat

inap dan rawat jalan yang tidak terjadwal,(Dorland,2002).

a. Tanda-tanda Kekambuhan Asma

1. Menolak minum obat

2. Mudah marah

3. Sulit tidur.

4. Tidak dapat konsentrasi

5. Mondar mandir

6. Percobaan bunuh diri

7. Mengamuk,merusak.

8. Berbicara dan tertawa sendiri

9. Keluyuran,pergi tampa tujuan atau sering menyendiri

37
10. Tidak mampu merwat diri(tidak mau mandi dan tidak mau

gosok gigi).

b. Faktor-faktor Menyebabkan Kekambuhan

1. Tidak teratur minum obat

2. Tidak keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

3. Keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi(sering

marah,ngantuk)

E. Konsep Dasar Pencegahan Kekambuhan Asma

Masyarakat harus mengenal pemicu mana yang dapat menimbulkan

serangan asma pada seseorang karena selain minum obat asma,mereka harus

menghindarkan pemicu-pemicu tadi.Ada beberapa cara yang dapat di pakai

untuk mendeteksi pemicu tadi.Cara itu antara lain:

1. Apakah seranggan timbul pada waktu tertentu

2. Apakah serangan itu bila bermain dengan binatang peliharaan tertentu

atau bila ada kecoa?dan apakah serangan tidak timbul apabila jauh

dari binatang-binatang tersebut.

3. Apakah serangan timbul bila banyak debu atau ada yang sedang

membersihkan debu.

a. Apakah serangan timbul setelah olahraga atau latihan?latihan

macam apa?Apakah serangan timbul karena pilek atau flu.

b. Apakah serangan timbul setelah olahraga latihan.

38
c. Apakah serangan timbul apabila anak terlalu gembira atau

marah

d. Apakah timbulnya serangan berkaitan dengan cuaca udara

dingin,udara yang sangat kering ,atau lembab.

e. Apakah serangan timbul bila di sekitar klien tersebut ada yang

merokok, polusi udara yang lain, atau obat nyamuk, asap

dapur,minyak wangi,pengecat rambut intektisida dan lain-lain.

Dengan memperlihatkan semua kemungkinan yang dapat

memicu timbulnya serangan itu,misalnya dengan membuat daftar dan

mencatat serangan,diharapkan pemicu dapat dihindari,sehingga

serangan tidak terjadi.

Disamping itu dianjurkan sangat untuk mengenal dan

menghindari factor pencetus asma.Yang juga boleh di lupakan adalah

mengatasi factor psikologis, misalnya mengurangi kecemasan,

meningkatkan kepercayaan pada diri,dan menganjurkan kepuasan

pribadi terhadap asma.

Asma dapat menimbulkan reaksi psikologis.Penderita tanpa

gangguan psikologis bagaimanapun akan mengalami

stress,depresi,frustrasi,rendah diri karena menderita asma gangguan

dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.Adanya faktor itu

diketahui dan diskusikan dengan yang bersangkutan secara langsung

atau diskomunikasi kepada seorang ahli jiwa.

39
Pengolaan asma harus demikian rupa sehingga penderita asma

dapat hidup dan bekerja seperti orang lain.Penderita asma di anjurkan

untuk menjadi anggota perkumpulan asma.Di Bandung perkumpulan

asma setiap minggu mereka berkumpul untuk senam pernapasan dan

latihan jasmani bersama.Dua bulan sekali diadakan ceramah tentang

penyakit asma dan pada waktu-waktu tertentu diadakan symposium

mengenai asma.

Penyakit asma adalah peradangan saluran

pernafasan(bronchus),maka semua bentuk asma berhubungan dengan

respon peradangan selaput lender terhadap zat yang menyebabkan

peradangan tadi.Bisa dari luar tubuh,maupun dari tubuh

sendiri.Biasanya asma akan sembuh sendiri bahkan bisa pula terjadi,

cenderung semakin lama semakin berat. Cara pengolaan terbaik

adalah dengan pengobatan atau pencegahan.Bila ia terhirup bau gas

yang keluar dari kompor gas,maka bisa menyebabkan penurunan

fungsi pernafasan,dan pemicu kambuhnya serangan asma. Penderita

yang berulang-ulang terhirup gas demikian bisa menimbulkan

penyakit asma.

Semakin sering mereka memasak di dapur itu maka bertamba

tinggi pula jumlah notregen dioksida yang di hirup.Karena itu mereka

harus mengkonsumsi obat asma agar penurunan pernafasan asma yang

di deritanya .Untuk itu hendaknya harus berhati-hati jangan sampai

membaui bahan-bahan yang merangsang indra penciuman.

40
Tabel 4.6 Hasil Penilaian Derajat Asma Dengan Menggunakan Kuesioner
Penentuan Derajat Asma

Variabel Jumlah (N) Persentase

Intermiten 5 16,12

Asma Persisten Sedang 3 9,68

Asma Persisten Berat 6 19,35

17 54,84

Total 31 100

4. Pengobatan

a. Pengobatan Penyakit Asma

Pengobatan yang dilakukan tidak hanya diberikan apabila

sedang kambuh sesak nafasnya,melainkan sampai kita dapat

mengendalikan sesak nafas penderita dalam jangka lanma.Cara-

cara pengobatanya pencegahan harus di masyatakatkan baik di

kalang medis maupun penderita asma dan keluarga.Yang penting

harus ada hubungan yang erat arfiara dokter atau tenaga medis

lainya dengan penderita asma serta keluarga sehingga dapat

terjalin kerja asma dalam pengolongan penyakit ini.Bagaimana

cara pengobatanya yang terbaik?

Seringkali penderita asma takut atau merokok memakai

obat-obat jangka lama karena belum memahami cara

pengobatan tersebut.Sering kali mereka juga takut menggunakan

obat semprot atau isap seperti yang di anjurkan.Pada hal dosis

41
obat-obat semprot atau isap itu sangat kecil,reaksinya juga lebih

cepat sehingga efek samping sangat kecil.

Sudah menjadi kebiasaan dalam masyarakat penderita

biasa baru berobat atau makan obat bila sudah merasa sesak

nafas .Biasanya penderita tersebut mencoba obat-obat yang di

sarankan keluarganya atau membeli obat bebas yang di jual

tampa resep.Mereka baru berobat ke dokter bila obat-obat

tersebut tidak membuat sesak nafas berkurang.Jadi peradangan

sesak nafas itulah yang menjadi dasar seorang untuk

memutuskan obat.

Cara berobat yang di anjurkan adalah mencegah serangan

nafas, bukan mengobati serangan asma. Mencegah,bukan berarti

menghilangkan perasaan sesak.Yang penting adalah berusaha

untuk memperbaiki paru-paru semaksimal mungkin .Dengan

cara pengobatan ini semua penderita asma akan hidup,bekerja

dan berolahraga seperti orang lain.

Dalam pengobatan asma ada beberapa hal yang perlu

diingat, antara lain adalah:

1. Gunakan obat sesuai dengan anjuran dokter, bila

perlumintalah catatan tertulis kepada dokter tentang

penggunaan obat itu.

2. Janganlah mengubah pengobatan tampa konsultasi

dengan dokter yang mengobati

42
3. Jangan menghentikan pengobatan, pencegahan, meskipun

klien tidak mendapat serangan lagi, tapi konsultasi dengan

dengan dokter tetap.

4. Ketahuilah bahwa obat apa yang harus di capai pada

serangan mendadak. Oleh karena itu, obat tersebut harus

selalu tersedia di lemari obat khusus.

5. Jangan panik menghadapi serangan asma karena penyakit

itu dapat memperburuk keadaan

6. Jangan segan-segan menanyakan penjelasan dengan

mengenai penyakit asma kepada dokter yang biasa

merawat.Memang bila berkonsultasi haruslah dengan

dokter yang sudah mengetahui jenis penyakit asma itu,

usahakan jangan biasakan seringkali berganti-ganti dokter.

5. Evaluasi

Setelah menjadi terapi, pasien harus di pantau dalam 1-2

minggu.Evaluasi berikutnya dilakukan setiap1-6 bulan untuk melihat

apakah asmanya dapat terkontrol.Kalau terkontrol dengan dengan

baik,pengobatan dapat diturunkan (stepdown),sebaliknya jika

terkontrol pengobatan harus di naiakan stepnya.Sebelum memutuskan

untuk step-up,harus di pastikan dahulu apakah teknik penggunaan

obat (inhaler)sudah benar dan apakah ada paparan alergi .Pemantauan

di lakukan dengan menggunakan parameter FEV/FVC atau PEF dari

hasil spirometer atau peak flow meter.

43
F. Konsep Teori Komunikasi Terapeutik

1. Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi telah dilakukan manusia,sejak bayi berada dalam

kandungan sampai dengan kematian,sehingga bisa di katakan

komunikasi mempunyai umur yang sama tuanya dengan umur

kehidupan manuasia.

Semua tingkah laku merupakan komunikasi(verbal maupun non

verbal)dan semua komunikasi akan mempengaruhi tingkah

laku,sehingga komunikasi pada dasarnya dapat menjadi suatu alat

untuk memfasilitasi hubungan terapeutik atau malahan dapat

berfungsi sebagai penghalang terhadap tumbuhnya hubungan yang

terapeutik.Fasilitas komunikasi bertujuan untuk memulai, membangun

dan membina keterlibatan dan hubungan saling percaya(Wilson

Kneist,1983).

Untuk meningkatkan kesadaran diri perlu di pahami tentang

teori jendela johari :

1) Hakekat Komunikasi

a. Komunikasi merupakan alat untuk membangun hubungan

terapeutik.

b. Komunikasi merupakan alat bagi perawat untuk

mempengaruhi tingkah laku klien dan kemudian untuk

mendapatkan keberhasilan dalam intervensi keperawatan.

44
c. Komunikasi merupakan hubungan itu sendiri, dimana

tanpa komunikasi tidak mungkin terjadi hubungan

terapeutik perawat-klien.Taylor Et al (1983) dalam perry

dan potter (1993) mengatakan komunikasi adalah proses

pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan

meneruskan makna atau arti.Menurut Rongers

Communication is the process by which massages are

transferred from source to receiver.The source transfer

the ideas with an intent to modify behavior of

communication is to effect on the of the receiver.

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi Komunikasi

Proses komunikasi di pengaruhi oleh beberapa

factor(Potter dan Perry,1993)

a. Perkembangan

Agar dapat berkomunikasi efektif dengan perawat

harus mengerti pengaruh perkembangan usia baik dari sisi

bahasa,maupun proses berfikir dari orang tersebut.Cara

berkomunikasi pada usis remaja dengan usia balita

tentunya berbeda,pada usia remaja anda barangkali perlu

belajar bahasagaulmereka sehingga remaja yang kita

ajak bicara akan merasa kita mengerti mereka dan

komunikasi di harapkan akan lancar.

b. Persepsi

45
Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang

terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini di

bentuk oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi

dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi.

c. Nilai

Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku

sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai

seseorang.Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan

mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan

dan interaksi yang tepat dengan klien.Dalam hubungan

profesionalnya di harapkan perawat tidak terpengaruh

oleh nilai pribadinya.

d. Latar belakang Sosial Budaya.

Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat

dipengaruhi oleh factor budaya. Budaya juga akan cara

bertindak dan berkomunikasi seseorang.

e. Emosi

Emosi merupakan perasaan subjektif terhadap suatu

kejadian,seperti marah, sedih. Seringakan dapat

mempengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orng

lain.perawat dalam berkomunikasi dengan orang

lain.Perawat perlu mengkaji emosiklien dan keluarganya

46
sehingga perawat mampu memberikan asuhan

keperawatan dengan tepat.Selain itu perawat juga perlu

mengevaluasi emosi pada dirinya agar dalam memberikan

asuhan keperawatan tidak terpengaruh oleh emosi di

bawah sadarnya.

f. Jenis kelamin

Setiap jenis kelamin mempunyai gaya

berkomunikasi yang berbeda-

beda.Tanned(1990)menyebutkan bahwa wanita dan laki-

laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi.Dari usia 3

tahun wanita ketika bermain dalam kelompoknya

menggunakan bahasa untuk mencari

kejelasan,meminimalkan,perbedaan,serta membangun dan

mendukung keintiman,sedangkan laki-laki menggunakan

bahasa untuk mendapat kemandirian diri akativitas

bermainya,di mana jika mereka ingin berteman maka

mereka melakukannya dengan bermain.

g. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi

komunikasi yang di lakukan.Seseorang yang tingkat

pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang

mengandung bahasa verbal di banding dengan tingkat

pengetahuan tinggi.Perawat perlu mengetahui tingkat

47
pengetahuan klien sehingga perawat dapat berinteraksi

dengan baik dari akhirnya dapat memberikan asuhan

keperawatan yang tepat pada klien.

h. Peran dan hubungan

Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan

antar orang yang berkomunikasi.Cara komunikasi

seseorang perawat dengan koleganya,dengan cara

komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda

tergantung perannya.Demikian juga antara guru dengan

murid.

i. Lingkungan

Lingkungan interaksi akan mempengaruhi

komunikasi yang efektif.Suasana bising,tidak ada privacy

tepat akan menimbulkan keraguan,ketenangan dan ketidak

nyamanan.

j. Jarak

Jarak dapat mempengaruhi komunikasi.Jarak

tertentu menyediakan rasa aman dan control.Dapat di

misalkan dengan individu yang merasa terancam ketika

seseorang tidak di kenal tiba-tiba berada pada jarak yang

sangat dekat dengan dirinya .Hal itu juga yang di alami

oleh klien pada saat pertama kali berinteraksi dengan

48
perawat. Untuk itu perawat perlu memperhitungkan jarak

yang tepat pada saat melakukan hubungan dengan klien.

3) Jenis jenis komunikasi antara lain :

a. Komunikasi verbal

Hal yang diperhatikan dalam komunikasih verbal ( leedy,

1998

a) Masalah teknik

Seberapa akurat komunikasi tersebut dapat

mengirimkan symbol dari komunikasi.

b) Masalah semantic

Seberapa tepat symbol dalam mengirimkan pesan

yang di maksudkan.

c) Masalah pengaruh

Seberapa efektif arti yang di terima mempengaruhi

tingkah laku.

Menurut Ellis dan Nowlis (1994) hal yang

diperhatikan dalam komunikasi verbal:

1. Penggunaan bahasa : kejelasan, keringkasan, dan

sederhana

2. Kecepatan

49
3. Voice tone : menunjukan gaya dari ekspresi yang di

gunakan dalam bicara dan dapat merubah arti dari

kata.

b. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak

melibatkan bicara dan tulisan, 90% dari arti komunikasi

berasal dari komunikasi non verbal (Hunsakercit. Leddy,

1998) . Adapun tujuan dari komunikasi non verbal (Stuart

& Sundeen, 1995) :

1) Mengekspresikan emosi

2) Mengekspresikan tingkah laku interpersonal

3) Membangun mengembangkan dan memelihara

interaksi social

4) Menunjukkan diri Terlibat dalam ritual

5) Mendukung komunikasi verbal

2. Prinsip Komunikasi Terapeutik

a. Klien harus menjadi focus utama interaksi

b. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik

c. Membuka diri digunakan dalam interaksi

d. Hubungan sosial dengan klien harus di hindari

e. Kerahasiaan klien harus di jaga

f. Kompetensi intelektual harus di kaji untuk menentukan

pemahaman

50
g. Implementasi intervensi berdasarkan teori.

h. Memelihara interaksi yang tidak menilai,dan hindari membuat

penilaian tentang tingkah laku klien dan member nasehat.

i. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali

pengalamanya secara rasional.

3. Komunikasi dalam hubungan terapeutik Perawat-Klien.

Analisa diri perawat pada dasarnya sebelum suatu hubungan

terjalin perlu sekali melakukan analisa diri,khususnya perawat di sini

terdapat 4 fokus analisa diri:kesadaran diri,eksplorasi

perasaan,klarifikasi nilai role model dann rasa tanggung jawab yang

akan di bahas hanya kesadaran diri saja,selebihnya akan di bahas pada

hubungan terapeutik perawat-klien.Seorang perawat perlu menyadari

tentangsiapa dirinyaatau kesadaran diri,di mana pada tingkatan ini

diperlukan komunikasi intrapersonal.Untuk menuju kesadaran diri di

perlukan mempelajari diri sendiri ,belajardari orang lain,dan membuka

diri,ini secara tidak langsung akan mendorong seseorang untuk

melakukan komunikasi dengan orang lain/komunikasi interpersonal.

51
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Pendekatan/Desain penelitian

Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan asuhan keperawatan (pengkajian,diagnosa keperawatan,rencana

keperawatan,implementasi,evaluasi)khususnya penerapan pendidikan

kesehatan terhadap klien dengan pencegahan kekambuhan astma pada

asuhan keperwatan astma bronchiali di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Sorong.

B. Subjek penelatian

Subyek dalam penelitian ini ada 2(dua) orang klien yang terdiagnosa

menderita asthma bronchiali dan akan diberikan penerapan pendidikan

kesehatan terhadap klien dengan Asthma Bronchiali di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Sorong.

52
C. Defesiasi Oprasional

NO. Variabel Defenisi


1. Variabel Independen Usaha sadar untuk menimbulkan

Pendidikan kesehatan perubahan tingkah laku hidup

sehat,baik lingkungan masyarakat

dan sosial.

Pencegahan Memperhatikan semua kemungkinan

Kekambuhan Asma yang dapat memicu timbulnya

serangan,maka itu diharapkan pemicu

dapat di hindari,sehingga serangan

tidak terjadi.
2. Variabel Dependen Penyakit pernafasan obstruktif yang

Asma Bronchiali ditandai oleh spasme otot polos

bronkialus.

D. Lokasi Dan Waktu penelitian

1. Lokasi : Poli Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Sorong

2. Waktu : 23 Agustus 2017 Jam 10.00 WIT

E. Prosedur Penelitian

Diawali dengan penyusunan usulan penelitian dengan

menggunakanmetode studi kasus.Setelah di setujui oleh penguji profosal

maka penelitian dianjurkan dengan kegiatan pengumpulan data.Data

penelitian berupa hasil pengukuran,observasi,wawancara terhadap kasus

yang di sajikan subjek penelitian.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

53
1. Teknik pengumpulan data

a. Data primer

Merupakan data yang di kumpulkan secara langsung melalui

wawancara dengan klien,menggunakan alat bantu berupa format

pengkajian pada saat penelitian.

b. Data sekunder

Merupakan data yang mendukung perlengkapan data

peneliti(data primer)yang di peroleh dari keluarga,dan rekam

medik Rumah Sakit RSUD KABUPATEN SORONG.

G. Hasil dan Evaluasi Tindakan Keperawatan

Hasil yang diharapkan setelah memberikan pembelajaran mengenai

penyakit asma kepada Klien, diharapkan Klien dapat mengerti dan

menghindari faktor pencetus penyakit asma.

H. Etika Peneletian

1. Informed consent

Lembar persejutuan ini di berikan kepada responden yang akan

di teliti,Lembar informed consent harus di lengkapi judul

penelitiansehingga bila subjek menolak maka peneliti tidak boleh

memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak subjek atau

responden.

2. Anonymity(Tanpa nama)

54
Untuk menjaga kerahasiaan,maka lembar koesioner tidak perlu

mencantumkan nama responden,hanya di beri kode pada lembar

kuesioner.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Pada peneliti ini akan di jaga kerahasiaan responden.

I. Penerapan Pencegahan Kekambuhan Astma Bronkialis

No Komunikasi Terapeutik
1. Pra Interaksi
1. Menyampaikan salam
5 Menit
2. Menjelaskan tujuan
3. Apersepsi
2. Orientasi
1. Perkenalan
3. Tahap kerja
1. Menjelaskan pengertian tentang penyakit
asma.
2. Menjelaskan penyebab tanda dan gejala
penyakit asma. 15 Menit
3 Menjelaskan cara pencegahan penyakit
asma
4. Menjelaskan cara pernapasan yang benar

4. Terminasi
1. Tanya jawab
2. Menyimpulkan hasil materi 10 Menit
3. Mengucapkan salam
4. Cuci tangan.

55
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum RSUD Kabupaten Sorong

Rumah Sakit Umum Daerah Sorong berdasarkan Surat Keputusan Mentri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor :105/MENKES/II/1988 tanggal 15

Februari telah dianggkat statusnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupten Sorong Tipe C.

56
Kemudian pada tanggal 31 Desember 2010 Kabupaten Sorong berubah

status menjadi Badan Layanan Umum Daerah dengan Surat Keputusan Bupati

Sorong Nomor 280 Tahun 2010.

Rumah Sakit Daerah Kabupaten Sorong merupakan salah satu sarana

Pelayanan Kesehatan yang berada di Kota Sorong.Fungsi Rumah Sakit Umum

Kabupaten Sorong adalah menyelenggarakan pelayanan medis,melaksanakan

usaha pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan

kesehatan,melaksanakan asuhan keperawatan,menyelenggarakan pelayanan

medis rujukan, menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis,

menyelenggarakan pelayanan medis penelitian dan pengembangan, serta

menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

Adapun unit pelayanan yang di jalankan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Sorong,sebagai berikut Instalasi Rawat jalan,Instalasi Rawat

Inap,Instalasi Laboratorium,Instalasi Rehabilitasi medik,Instalasi

Farmasi,Instalasi Radiologi.Instalasi kamar bedah, Instalasi Gizi,dan Instalasi

Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.

Instalasi Rawat Jalan atau klinik yang ada di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Sorong berjumlah 9 klinik.Yang terdiri dari klinik penyakit

dalam,Anak,Kandungan,dan kebidanan,Bedah,THT,Kulit

kelamin,Mata,Saraf,Gigi dan Mulut.

57
Klinik penyakit dalam merupakan bagian dari Klinik Rawat Jalan RSUD

Kabupaten Sorong.Kriteria pasien yang akan datang di klinik tersebut adalah

pasien kontrol yang membutuhkan pengobatan rawat jalan.Rata-rata jumlah

pasien perhari maksimal 10-20 pasien perhari.Sedangkan,jumlah Dokter di

dalam ruangan adalah 3 orang,yang terdiri dari dokter spesialis penyakit

dalam,dan 2 orang dokter umum serta perawat pelaksana yang bertugas adalah

2 orang .

B. Hasil Penelitian
1. Frekuensi berdasarkan Pendidikan Klien
Distribusi frekuensi asma bronkial berdasarkan pendidikan 2 responden

di klinik penyakit dalam RSUD Kabupaten Sorong, sebagian besar klien

berpendidikan dasar dan menengah.

2. Frekuensi berdasarkan Umur Klien


Frekuensi asma bronkial berdasarkan umur klien di klinik penyakit

dalam RSUD Kabupaten Sorong yaitu berumur 30-50 tahun


3. Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan Klien
Frekuensi tingkat pengetahuan klien tentang pencegahan kekambuhan

asma bronkial di klinik penyakit dalam RSUD Kabupaten Sorong, dari

hasil penelitian yang dilakukan terhadap 2 responden yaitu sebagian

besar memiliki pengetahuan yang baik dan pengetahuan yang cukup.

C. Pembahasan
1. Penerapan pemberian pendidikan kesehatan pencegahan

kekambuhan asma pada asuhan keperawatan asma bronkial di RSUD

Kabupaten Sorong. Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada kedua

responden tersebut bahwa pendidikan dari kedua responden tersebut

58
bahwa ada yang menyelesaikan pendidikan sampai tingkat menengah dan

pendidikan tingkat rendah.


2. Penerapan pemberian pendidikan kesehatan pencegahan

kekambuhan asma pada asuhan keperawatan asma bronkial di RSUD

Kabupaten Sorong, umur klien yang berobat di klinik penyakit dalam

RSUD Kabupaten Sorong berkisar 30-50 tahun.


3. Penerapan pemberian pendidikan kesehatan pencegahan

kekambuhan asma pada asuhan keperawatan asma bronkial di RSUD

Kabupaten Sorong, dari hasil penelitian yang dilakukan kepada kedua

responden sebagian besar memiliki pengetahuan baik dan

berpengetahuan cukup.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

59
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada klien asma bronkial di

klinik penyakit dalam RSUD Kabupaten Sorong pada hari rabu tanggal 23

Agustus 2017 maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut


1. Klien yang berpendidikan menengahdan berpendidikan dasar.
2. Klien yang umur lebih banyak berobat di klinik penyakit dalam RSUD

Kabupaten Sorong berkisar 30-lansia.


3. Klien yang berpengetahuan baik lebih dari yang berpengetahuan cukup.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan diatas,

maka peneliti menyarankan saran sebagai berikut :


1. Instalasi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi mengenai penyakit asma dan diharapkan kepada petugas

kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada klien yang

menderita penyakit asma


2. Peneliti Selanjutnya
Mengembangkan penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut.

60
61

Anda mungkin juga menyukai