Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di

Negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari

GlobalInitiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan

jumlah penderita asma seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah

kematian yang terus meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012). Data

WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus meningkat

dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Separuh dari seluruh pasien

asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat

darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008).

Menurut (Sidhartani, 2007). Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien

dan keluarga, karena asma pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus

yang berkaitan dengan kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada

masa bayi, balita maupun remaja. Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran

nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu

yang menyebabkan peradangan dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas,

dan batuk terutama pada malam hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang

umumnya mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi

psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit ini pada

umumnya dimulai sejak masa anak-anak (Wong, 2009).

1
Menurut (Henneberger dkk., 2011). Asma adalah penyakit inflamasi kronis

saluran napas yang bersifat reversible dengan ciri meningkatnya respon trakea dan

bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan

nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan yang ditandai

dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas .

Menurut (Wong 2009). dampak penyakit kronis dan ketidakmampuan pada

anak cukup luas. Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan perkembangan.

Serangan asma menyebabkan anak dapat tidak masuk sekolah berhari-hari, berisiko

mengalami masalah perilaku dan emosional, dan dapat menimbulkan masalah bagi

anggota keluarga lainnya, orang tua sulit membagi waktu antara kerja dan merawat

anak, masalah keuangan, fisik dan emosional.Keadaan ini berdampak pada pola

interaksi orang tua dan anak serta upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan dan kualitas hidup anak.

Eksaserbasi (serangan asma) merupakan periode terberat yang dialami anak,

dimana tanda dan gejalanya adalah sesak napas, batuk, mengi, dada rasa tertekan,

atau berbagai kombinasi gejala tersebut. Pada umumnya eksaserbasi disertai distress

pernapasan. Bila terjadi secara terus menerus kondisi ini dapat berakibat fatal pada

periode tumbuh kembang anak. Pada anak yang menderita asma berat dan sering

kambuh akan menyebabkan kekurangan oksigen, sehingga daya ingat menurun dan

mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Anak menjadi sering tidak masuk sekolah

dan membatasi kegiatan olah raga serta aktivitas seluruh keluarga. Anak dengan asma

membutuhkan biaya perawatan 2,8 kali lebih tinggi dari pada anak tanpa asma

(Rahajoe dkk, 2008).

2
Menurut (Ratnawati, 2011). Prevalensi asma di dunia sangat bervariasi dan

penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa kekerapan asma semakin meningkat

terutama di negara maju. Studi di Australia, New Zealand dan Inggris menunjukkan

bahwa prevalensi asma pada anak meningkat dua kali lipat pada dua dekade terakhir.

Global initiative for asthma (GINA) memperkirakan 300 juta penduduk dunia

menderita asma (GINA, 2011). Prevalensi asma pada anak di Amerika Serikat

mencapai 9,4% (National Center for Health Statistics, 2008). World Health

Organization (WHO) memperkirakan angka ini akan terus bertambah hingga

mencapai 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 6%

pada dewasa dan 10% pada anak (Depkes RI, 2009).

Memperlihatkan asma menempati urutan ketiga dari sepuluh penyebab utama

kematian di Indonesia (Sihombing, 2010). Prevalensi asma di Indonesia belum di

ketahui secara pasti, namun diperkirakan 2-5% penduduk Indonesia menderita asma.

Asma dapat muncul pada usia berapa saja, mulai dari balita, prasekolah, sekolah atau

remaja. Prevelensi di Indonesia sekitar 10% pada anak usia sekolah dasar dan 6,7%

pada anak usia sekolah menengah. Sebanyak 10-15% pada anak laki-laki dan 7-10%

pada anak perempuan (Pratiwi 2010).

Penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian

di Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal

karena asma (Dinkes Jogja, 2011). Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) Nasional tahun 2013, penyakit asma ditemukan sebesar 4,5% dari

222.000.000 total populasi nasional, sedangkan di Sumatera Barat Departemen

Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penderita

3
asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011).

Menurut hasil RISKESDES provinsi Bali tahun 2013 penyakit asma di Bali

menempati ururtan ke 6 dari dari 33 provinsi di Indonesia. Menurut RISKESDES

(2013) prevalensi asma di Provinsi Bali 6,2%. Menurut data SKRT tahun 2013

provinsi Bali mendapatkan urutan ke 20 dari 33 provinsi di Indonesia. Prevalensi

asma di Propinsi Bali 2,3%.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali tahun 2013 Insiden

asma pada anak prasekolah dan sekolah menurut karakterisik tertinggi pada kelompok

umur 1-10 tahun. Lima kabupaten/kota di Bali dengan insiden asma tertinggi pada

anak prasekolah dan sekolah adalah klungkung (7,7%), Tabanan (7,2%), Badung

(5,9%), Denpasar (4,8%), dan Gianyar (2,4%). Berdasarkan hasil data yang didapat di

RSUD Wangaya di Ruang Kaswari pada tahun 2015-2017, pada tahun 2015 jumlah

pasien asma yakni 14 orang dimana kelompok umur 1-10 tahun sejumlah 9 orang,

pada tahun 2016 jumlah pasien asma yaitu 42 orang dengan kelompok umur 1-10

tahun sejumlah 20 orang, pada tahun 2017 jumlah pasien asma yaitu 47 orang dengan

kelompok umur 1-10 tahun sejumlah 30 orang (Rikesdes 2013).

Tingginya kasus asma dan komplikasinya yang dapat mengakibatkan kematian

apabila penanganannya tidak segera dilakukan memerlukan peran tenaga kesehatan untuk

ngeurangi angka kejadian asma. Perawat dapat melaksanakan pemberian asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian yang dilakukan pada pasien anak dengan asma

dengan masalah keperawatan gangguan ventilasi spontan yaitu berfokus pada keluhan

utama berupa sesak nafas, cemas, batuk,pucat, dan lemah. Pemeriksaan fisik pada tanda-

tanda vital dapat ditemukan frekuensi nadi takikardi dan frekuensi pernapasan

4
takipnea, pemeriksaan pada kulit dapat di temukan warna kulit pucat sampai sianosis

dan terjadinya asma. Masalah keperawatan yang menjadi prioritas adalah gangguan

ventilasi spontan (Sujono Riyadi 2011). Salah satu intervensi keperawatan terhadap

pasien dengan masalah keperawatan gangguan ventilasi spontan pada anak asma

adalah melakukan tindakan keperawatan dengan pemberian oksigenasi, nebuleser,

dan memberikan posisi semi fowler (Harwina 2010). Berdasarkan latar belakang yang

diuraikan diatas penulis tertarik untuk menyajikan studi kasus dalam bentuk karya

tulis ilmiah dengan judul Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak Asma Dengan

Masalah Keperawatan Gangguan Ventilasi Spontan di RSUD Wangaya Ruang

Kaswari.

Berdasarkan uraian dari data di atas maka penulis tertarik melakukan Asuhan

Keperawatan yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Asma Bronchiale

di Ruang Anak RSUD Mayjend. HM Ryacudu Kotabumi.

B. Tujuan Pulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mengetahui Gambaran Asuhan

Keperawatan Pada Anak dengan Asma Bronchiale di Ruang Anak RSUD

Mayjend HM Ryacudu Kotabumi.

5
2. Tujuan Khusus

1. Mampu memahami konsep dasar Asma Bronchiale (pengertian, etiologi,

manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, pelaksanaan dan

komplikasi)

2. Dapat melakukan pengkajian pada pasien Anak dengan Asma Bronchiale

diruang Anak RSUD Mayjend. HM Ryacudu Kotabumi

3. Dapat menentukan analisa data pada pasien Anak dengan Asma Bronchiale

diruang Anak RSUD Mayjend. HM Ryacudu Kotabumi

4. Dapat mengangkat diagnose keperawatan dari masalah keperawatan pada

pasien Anak dengan Asma Bronchiale diruang Anak RSUD Mayjend. HM

Ryacudu Kotabumi

5. Dapat menentukan intervensi keperawatan dan implementasi keperawatan

pada pasien Anak dengan Asma Bronchiale diruang Anak RSUD Mayjend.

HM Ryacudu Kotabumi

6. Dapat melakukan evaluasi pada pasien Anak dengan Asma Bronchiale

diruang Anak RSUD Mayjend. HM Ryacudu Kotabumi

7. Mampu menganalisis Asuhan Keperawatan Teoritis Asma Bronchiale dengan

kasus yang ditemukan diruang Anak RSUD Mayjend. HM Ryacudu

Kotabumi.

8. Mampu membuat dokumentasi keperawatan pada pasien Anak dengan Asma

Bronchiale diruang Anak RSUD Mayjend. HM Ryacudu Kotabumi

6
C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penulisan ini adalah, sebagai berikut:

a. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan atau mengembangkan ilmu

keperawatan anak khususnya asuhan keperawatan Asma pada anak dengan

gangguan ventilasi spontan.

b. Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data bagi penulis

berikutnya khususnya yang terkait dengan asuhan keperawatan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah, sebagai berikut:

a. Bagi perawat diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan

asuhan keperawatan Asma pada anak dengan gangguan ventilasi spontan.

b. Bagi management diaharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bagan bagi

kepala ruangan dalam melakukan monitoring atau suvervisi tentang pelaksanaan

asuhan keperawatan Asma pada anak dengan gangguan ventilasi spontan.

c. Bagai keluarga Sebagai media informasi keluarga tentang gangguan ventilasi

spontan

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Asma

1. Pengertian Asma

Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa

bronkus terhadap bahan alergi. Reaksi hiper sensitive pada bronkus dapat

mengakibatkan pembengkakan pada mukosa bronkus (Sujono riyadi &

Sukarmin,2009).

Asma merupakan penyakit obstruksi jalan nafas, yang revelsibel dan kronis,

dengan karakteristik adanya mengi. Asma disebabkan oleh spasma saluran bronkial atau

pembengkakan mukosa setelah terpajam berbagai stimulus. Prevelensi, morbiditas dan

martalitas asma meningkat akibat dari peningkatan polusi udara. Asma yaitu penyakit

kronik yang paling umum terjadi pada masa anak-anak. Sekarang asma terjadi pada

berbagai usia terutama anak berusia 4 dan 5 tahun antara 80%hingga 90%

. anak laki-laki lebih sering mengalami asma daripada anak perempuan. (Murphy dan

Kelly,2011)

Asma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD) suatu penyakit

obstruksi pada jalan napas secara reversible yang ditandai dengan bronchospasme,

inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai system (Suradi dan

Rita Yuliani,2009).

8
2. Etiologi asma

Menurut (Sujono riyadi & Sukarmin,2009). Penyebab hipersensitifitas

seluruh pernafasan pada kasus asma banyak diakibatkan oleh factor genetic

(keturunan). Sedangkan factor pemicu timbulnya reaksi hipersensitfitas saluran

pernafasan yatu sebagai berikut:

D. Hirupan debu yang didapatkan di jalan raya maupun debu dari rumah tangga.

E. Hirupan asap kendaraan, asap rokok, asap pemakaran.

F. Hirupan aerosol atau asap pabrik yang dicampur gas buangan seperti nitrogen.

G.Pajanan hawa dingin.

H.Bulu binatang.

I. Stres yang berlebihan.

1 Patofisiologi asma

Patofis dari asma yaitu adanya debu,asap rokok, bulu binatang hawa dingin

terpapar pada penderita. Benda-benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenali

oleh system di tubuh penderits sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen).

Anggapa itu kemudian memicu dikeluarkannya antibody yang berperanan sebagai

respon reaksi hipersensitstif seperti neutropil, basophil, dan immunoglobulin E.

masuknya antigen pada tubuh yang memicu reaksi antigen akan menimbulkan reaksi

antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci).

Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator

kimiawi seperti histamine, neutrophil chemotactic show acting, epinefrin, norepinefrin,

dan prostagandin. Peningkatan mediator kimia tersebut akan merangsang

9
peningkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernafasan

(terutama bronkus). Pembengkakan yang hamper merata pada semua bagian pada

semua bagian bronkus akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontrikis)

dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan menurunkan jumlah oksigen luar yang

masuk saat inspirasi sehingga menurunkan ogsigen yang dari darah. kondisi ini akan

berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga penderita pucat dan lemah.

Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekres mucus dan

meningkatkan pergerakan sillia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan

produksi mucus yang cukup banyak. (Harwina Widya Astuti 2010).

4. Gambaran klinis asma

Menururt (Angga Saeful Rahmat 2010). Gejala klinis yang muncul pada

penderita asma antara lain:

2. Sesak nafas

Sesak nafas yang dialami oleh penderita asma terjadi setelah berpaparan

dengan dengan bahan allergen dan menetap beberapa saat.

3. Batuk

Batuk yang terjadi pada penderita asma merupakan usaha saluran pernafasan

untuk mengurangi penumpukan mukus yang berlebihan pada saluran

pernafasan dan partikel asing melalui gerakan silia mucus yang ritmik keluar.

Batuk yang terjadi pada penderita asma sering bersifat produktif.

10
← Suara pernafasan wheezing

Suara ini dapat digambarkan sebagai bunyi yang bergelombang yang

dihasilkan dari tekanan aliran udara yang melewati mukosa bronkus yang

mengalami pembengkakan tidak merata. Wheezing pada penderita asma akan

terdengar pada saat ekspirasi.

← Pucat

Sangat tergantung pada tingkat penyempitan bornkus. Pada penyempitan yang

luas penderita dapat mengalami sianosis karena kadar karbondioksida yang ada

lebih tinggi daripada kadar oksigen jaringan.

← Lemah oksigen didalam tubuh difungsikan untuk respirasi sel yang akan

digunakan untuk proses metabolisme sel termasuk pembentukan energy yang

bersifat aerobic seperti glikolisis. Jumlah oksigen berkurang maka proses

pembentukan energy secara metabolic juga menurun sehingga penderita

mengeluh lemah.

a. Komplikasi asma

← Pnumothoraks

← Gagal jantung

← Infeksi pernafasan

← Kesulitan emosional

← Kematian

11
6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan berdasarkan manifestasi klinis, riwayat,

pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. (Sujono riyadi & Sukarmin,2009).

← Tes fungsi paru. Spirometry dapat dilakukan pada anak usia 5-10 tahun, dan setiap

anak usia 5-10 tahun dilakukan pengkajian fungsi jalan nafas rutin. Dalam

spirometry akan mendeteksi:

← Penurunan forced expiratory volume (FEV)

← Penurunan paek expiratory flow rate (PEFR)

← Kehilangan forced vital capacity (FVC)

← Kehilangan inspiratory capacity (IC)

← Laboratorium darah lengkap, menunjukan terjad perubahan sel darah putih selama

fase asma akut, perubahan sel darah putih lebih dari 12.000/mm3 atau peningkatan

presentasi ikatan sel yang mugkin mengindikasikan terjadi infeksi.

← X-ray dada. Frontal dan lateral foto x-ray menunjukan infiltrate dan hiperekspansi

jalan nafas dengan peningkatan usuran diameter anteroposterior pada pemeriksaan

fisik, diduga barrel chest.

1 Uji kulit untuk mengidentifikasi allergen spesifik.

B. Konsep Dasar Gangguan Ventilasi Spontan

2. Pengertian Gangguan Ventilasi Spontan

Gangguan ventilasi spontan merupakan penurunan cadang energy yang

mengakibatkan individu tidak mampu bernafas secara adekuat.

12
Penurunan cadangan energy yang mengakibatkan ketidakmampuan individu

untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat untuk menyokong kehidupan

Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan pernapasan yang

adekuat untuk mendukung kehidupannya.Ini dilakukan karena penurunan gas

darah arteri, peningkatan kerja pernapasan dan penurunan energy ( Hidayat 2013).

c. Faktor Yang Berhubungan :

← Gangguan metabolisme

← Keletihan otot pernafasan

d. Gejala dan tanda mayor

Bagian dari gejal dan tanda mayor gangguan ventilasi spontan yaitu

subjektif dan objektif. Subjektif terdiri dari: dispnea (sesak), dan objektif terdiri

dari: penggunaan otot bantu napas meningkat, volume tidal menurut, PCO2

meningkat, PO2 menurun, SaO2 menurun (SDKI 2016).

3. Gejala dan tanda minor

Bagaian dari gejala dan tanda minor dari gangguan ventilasi spontan yaitu

dari subjek dan objektif. Subjek dari tanda minor gangguan ventilasi spontan

tidak tersedia sedangkan objek dari tanda minor gangguan ventilasi spontan yaitu

gelisah dan takikardi (SDKI 2016).

d. Kondisi klinis terkait dengan gangguan ventilasi spontan

Menurut Ringel, 2012 kondisi klinis gangguan ventilasi spontan yaitu:

a. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)

b. Asma

13
c. Cedera kepala

d. Gagal nafas

e. Bedah jantung

f. Adult respiratory distress syndrome (ARDS)

g. Persistent pulmonary hypertensional of newborn (PPHN)

h. Prematuritas

i. Infeksi saluran nafasan.

C. Asuhan Keperawatan Pada Anak Asma Dengan Gangguan Ventilasi Spontan

Menurut (Sujono Riadyadi 2010), asuhan keperawatan pada anak asma


dengan gangguan ventilasi spontan yaitu:
1. Pengkajian

a. Identitas

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat
lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
b. Keluhan utama

Meliputi sesak nafas, frekuensi pernafasan lebih dari normal, mengalami


perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit,dalam mulut akibat terlalu sedikit
oksigen dalam aliran darah. Mengalami perubahan mental dan gelisah. Menalami
kelemahan pada fisiknya.
c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat Kesehatan dahulu

Penyakit yang pernah diderita

2) Riwayat kesehatan sekarang

14
Mula-mula bayi/anak menjadi gelisah kemudian mengalami kelemahan fisik
dan mengalami perubahan mental. Sesak nafas,dada berdebar-debar,frekuensi
pernafasan ceepat dan dangkal , denyut nadi lebih cepat
2. Diagnosa keperawatan

Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan ketidak mampuan individu


bernafas secara adekuat.
3. Intervensi Keperawatan

a. NOC (Nursing Outcomes Classification)

1. Respiratory status : airway patency


2. Mechanical ventilation weaningresponse
3. Respiratory status : Gas Exchange
4. Breathing pattern, ineffective

b. Kriteria hasil:
1) Respon alergi sistemik : tingkat keparahan respons hipersensitivitas imun
sistemik terhadap antigen lingkungan (eksogen)
2) Respons ventilasi mekanis : pertukaran alveolar dan perfusi jaringan di
dukung oleh ventilasi mekanik
3) Status pernafasan Pertukaran Gas: pertukaran CO2 atau O2 di alveolus untuk
mempertahankan konsentrasi gas darah arteri dalam rentang norma
4) Status pernafasan ventilasi : pergerakan udara keluar masuk paruadekuat
5) Tanda vital : tingkat suhu tubuh, nadi, pernafasan, tekanan darahdalam
rentang normal
6) Menerima nutrisi adekuat sebelum, selama, dan setelah proses penyapihan
dari ventilator
c. NIC (Nursing Interventions Classification)

1) Pastikan alarm ventilator aktif


2) Perhatian pemilihan jenis ventilator

15
3) Pantau adanya kegagalan pernafasan yang akan terjadi
4) Pantau adanya penurunan volume ekshalasi dan peningkatan tekanan
inspirasi pada pasien
5) Pantau keefektifan ventilasi mekanik pada kondisi fisiologis dan
psikologispasien
6) Pantau adanya efek yang merugikan dari ventilasi mekanik : infeksi,
barotraumas, dan penurunan curah jantung
7) Pantau efek perubahan ventilator terhadap oksigenasi
8) Auskultasi suara napas, catat area penurunan atau ketiadaan ventilasi dan
adanya suara napas tambahan
9) Tentukan kebutuhan pengisapan dengan mengauskultasi suara ronki basah

halus dan ronki basah kasar di jalan nafas

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan

dari kreteria hasil yang dibuat. Tahap pelaksanaan dilakukan setelah rencana

tindakan di susun dan di tunjukkan kepada nursing order untuk membantu pasien

mencapai tujuan dan kriteria hasil yang dibuat sesuai dengan masalah yang pasien

hadapi. Tahap pelaksaanaan terdiri atas tindakan mandiri dan kolaborasi yang

mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,

dan memfasilitasi koping. Agar kondisi pasien cepat membaik diharapkan

bekerjasama dengan keluarga pasien dalam melakukan pelaksanaan agar

tercapainya tujuan dan kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi (Tarwoto

& Wartonah, 2015). Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai dengan

perencanaan yaitu:

16
a. Monitor alarm ventilator aktif

b. Mengobservasi tanda-tanda vital

c. Mengobservasi adanya kegagalan pernafasan yang akan terjadi

d. Monitor adanya penurunan volume ekshalasi dan peningkatan tekanan

inspirasi pada pasien

e. Mengobservasi keefektifan ventilasi mekanik pada kondisi fisiologis dan

psikologispasien

f. Mengobservasi efek yang merugikan dari ventilasi mekanik

g. Monitor perubahan ventilator terhadap oksigenasi

h. Mengobservasi suara napas, catat area penurunan atau ketiadaan ventilasi

dan adanya suara napas tambahan

i. Mengobservasi kebutuhan pengisapan dengan auskultasi suara ronki basah

halus dan ronki basah kasar di jalan nafas

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari

evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung.

Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan

informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing)

(Achjar.2010). adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat

menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan

keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau

17
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah

tindakan keperawatan, A (Assesment) adalah interprestsi dari data subjektif dan

objektif, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,

dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang

telah ditentukan sebelumnya (Rohmah & Saiful,2012). Evaluasi yang diharapkan

sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah di buat pada perencanaan

tujuan dan kriteria hasil.

Adapun hasil yang diharapkan yaitu:

a. Tidak adanya suara tambahan

b. Sesak nafas berkurang

c. Mampu mengidentifikasi pernafasan

d. Tidak ada tanda-tanda suara tambahan.

18

Anda mungkin juga menyukai