Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah

kematian pada anak di Negara berkembang. ISPA adalah penyakit saluran

pernafasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan

berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau

infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung, faktor

lingkungan, faktor pejamu. Namun demikian, sering juga ISPA didefenisikan

sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen

infeksius yang ditularkan dari manusia kemanusia. Timbulnya gelaja biasanya

cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya

meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak

napas, mengi, atau kesulitan bernapas (Masriadi,2017).

Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi ISPA di Indonesia (9,3%).

Riskesdas 2013, prevalence ISPA di Indonesia (25,0%). Period prevalence

ISPA di Indonesia menurut Riskesdas 2007 (25,50%) tidak jauh berbeda

dengan tahun 2013 (25,0%). Period prevalence ISPA penduduk DI

Yogyakarta pada tahun 2018 yang ter diagnosis ISPA oleh tenaga kesehatan

adalah sebesar 2,78% dan yang mengalami gejala ISPA seperti tenggorokan

sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering, dan batuk berdahak adalah sebesar

6,68%. Prevalence ISPA terdiagnosis menurut tenaga kesehatan di Kabupaten

Bantul pada tahun 2013 (8,5%), period prevalence ISPA di Kabupaten Bantul

1 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


2

menurut tenaga kesehatan tahun 2018 (1,81%). Prevalence ISPA di RSUD

Panembahan Senopati Bantul pada tahun 2018 dengan jumlah 12 pasien,

tahun 2019 dengan jumlah 10 pasien, dan pada tahun 2020 periode bulan

Januari-September dengan jumlah sebanyak 2 pasien.

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

yang banyak menyerang masyarakat terutama pada bayi dan anak-anak.

Infeksi saluran pernapasan akut merupakan infeksi di sistem pernapasan atas

seperti sinus dan tenggorokan. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh virus atau

bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis

akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis.

Menurut World Health Organization (WHO) ‘Cough and cold remidies

for the treatment of acute respiratory infections in young children, common

cold atau coryza atau acute nasopharingitis atau acute pharingorhinitis

adalah penyakit yang tergolong dalam ISPA bagian atas. Sedangkan ISPA

bagian bawah misalnya faringitis (radang tenggorokan), tonsilitis (radang

pada daerah tonsil), sinusitis (radang pada daerah sinus rongga hidung) dan

otitis media (radang telinga tengah). Sementara penyakit pneumonia,

bronchitis, dan bronchiolitis, dengan keluhan yang mirip juga disertai batuk,

merupakan penyakit yang tergolong dalam ISPA bagian bawah. (Agnes Tri

Harjaningrum, 2011)

Jika masalah ISPA tidak segera ditangani, maka infeksi dapat menyebar

keseluruh sistem pernapasan sehingga menyebabkan tubuh tidak tercukupi

oleh oksigen dan menyebabkan fungsi pernapasan menjadi terganggu. Dalam

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


3

kasus fatal, ISPA dapat menyebabkan kematian. Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit

menular di dunia. Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di

dunia (Najmah, 2016). Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)

masih merupakan masalah kesehatan yang utama karena merupakan

penyebab kematian dan kesakitan yang terbanyak di dunia. Infeksi saluran

pernapasan atas merupakan penyebab kematian dan kesakitan balita dan anak

di Indonesia. Angka kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan (ISPA)

pada balita dan anak di Indonesia masih tinggi (Safarina, 2015) sehingga

ISPA berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen.

Manusia membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. Tanpa oksigen

dalam sirkulasi aliran darah, individu akan meninggal dalam hitungan menit.

Oksigen diberikan ke sel dengan mempertahankan jalan napas tetap terbuka

dan sirkulasi yang adekuat. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada klien yang

mengalami ISPA akan mengalami hambatan, karena terjadi perubahan dalam

pemenuhan kebutuhan oksigen atau fungsi pernapasan yang dipengaruhi oleh

kondisi seperti: pergerakan udara masuk atau keluar dari paru, difusi oksigen

dan karbon dioksida, dan transport oksigen dan karbon dioksida melalui darah

keseluruh jaringan. Menurut Eni & Yupi (2015), oksigen dipengaruhi oleh

tiga faktor yaitu: Hiperventilasi, Hipoventilasi, dan Hipoksia. Untuk itu

dibutuhkan tindakan cepat dan tepat dalam menangani penyakit ISPA

sehingga pemenuhan kebutuhan oksigen dapat terpenuhi.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


4

Dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul pada anak dengan

ISPA, perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberikan

asuhan keperawatan diantaranya sebagai Care giver, Advokat, Fasilitator,

Coordinator, Educator. Sebagai perawat juga harus mampu memberikan

asuhan keperawatan secara tepat dan komprehensif sesuai dengan tugas

perawat. Perawat harus selalu meningkatkan pelayanan kesehatan.

Oleh karena itu perawat mempunyai upaya sangat penting dalam

memberikan asuhan keperawatan dengan ISPA, diantaranya dalam segi

promotif yaitu peran perawat dapat dilakukan dengan memberikan

pendidikan kesehatan dan penyuluhan mengenai edukasi yang berkaitan

dengan infeksi saluran pernapasan akut. Edukasi tersebut dapat berupa tanda

dan gejala awal ISPA pada anak, dan melatih batuk efektif, dalam segi

preventif sebagai perawat dapat melakukan peningkatan jangkauan penemuan

dini penderita ISPA seperti: pemenuhan nutrisi serta istirahat, menciptakan

rumah yang sehat, menghindarkan anak dari polusi udara, dalam segi kuratif

sebagai perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional

untuk menemukan permasalahan yang terjadi dalam proses keperawatan ini

perawat dapat menemukan beberapa masalah yang muncul dan memberikan

penatalaksanaan sesuai dengan masalah yang muncul. Kemudian perawat

sebagai advokat (rehabilitatif) dapat membantu keluarga mengambil

keputusan dalam menangani penyakit ISPA, sedangkan dari segi rehabilitatif

yang dapat dilaksanakan perawat adalah dengan melatih batuk efektif dan

memberikan penyuluhan (menjaga lingkungan tetap bersih dan memakai

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


5

penutup hidung bila kontak langsung dengan salah satu anggota keluarga

yang menderita ISPA). Upaya untuk mencegah terjadinya ISPA pada anak

yaitu: meningkatkan gizi anak, memberikan imunisasi lengkap, memberikan

pengobatan pencegahan pada anak balita yang tidak mempunyai gejala ISPA

tetapi mempunyai anggota keluarga yang menderita ISPA

(Ainurikhamah,2020).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang “Asuhan Keperawatan Anak dengan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) di RSUD Panembahan Senopati Bantul”.

B. Rumusan Masalah

Penulis ingin mengetahui lebih lebih lanjut dari penyakit ini dengan

melakukan asuhan keperawatan dengan infeksi saluran pernapasan akut

(ISPA) dengan membuat rumasan masalah “Bagaimanakah Asuhan

Keperawatan Anak dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di RSUD

Panembahan Senopati Bantul”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulis mampu menambah pengetahuan dan mendapatkan

pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan Keperawatan Anak dengan

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di RSUD Panembahan Senopati

Bantul.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


6

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Asuhan Keperawatan Anak

dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di RSUD Panembahan

Senopati Bantul.

b. Mampu mengidentifikasi masalah yang terjadi pada Asuhan

Keperawatan Anak dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

c. Mampu melakukan diagnosa pada Asuhan Keperawatan Anak dengan

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di RSUD Panembahan

Senopati Bantul.

d. Mampu merencanakan tindakan yang akan diberikan pada Asuhan

Keperawatan Anak dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

e. Mampu melakukan tindakan yang sudah direncanakan pada Asuhan

Keperawatan Anak dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di

RSUD Panembahan Senopati Bantul.

f. Mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan kegiatan pada Asuhan

Keperawatan Anak dengan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di

Rumah Sakit.

g. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak yang mengalami

infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di RSUD Panembahan

Senopati Bantul.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Pasien

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

meningkatkan kualitas hidup pasien, mempertahankan bahkan

meningkatkan status kesahatan pasien ISPA, keluarga pasien memperoleh

informasi, pemgetahuan dan mendapatkan edukasi mengenai Asuhan

Keperawatan Anak dengan ISPA.

2. Manfaat bagi keluarga

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan dalam menangani anak dengan ISPA sehingga dapat merawat

anak dengan lebih baik.

3. Manfaat bagi Perawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan

bagi tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menangani anak dengan

ISPA.

4. Manfaat bagi Institusi Pendidikan Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Yogyakarta

Penulisan karya tulis ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk

melakukan penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Anak dengan ISPA di

rumah sakit maupun diunit kesehatan lain dan bermanfaat dalam keluasan

ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam proses keperawatan

anak dengan infeksi saluran pernapasan akut.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta


8

5. Manfaat bagi Peneliti

Penulis dapat menambah pengetahuan dan memperoleh

pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya

studi kasus tentang proses asuhan keperawatan pada anak dengan infeksi

saluran pernapasan akut.

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai