FEBRIANI PUTRI
DETRILINA IHSANI
DHILLA LHARISA
PUTRI ALYA RAHMADI
NADA NADIA ULFAH
(1411212025)
(1411212026)
(1411212037)
(1411212044)
(1411212052)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah mengenai
Infeksi Saluran Pernapasan Akut dalam rangka memenuhi salah satu tugas
perkuliahan Epidemiologi Penyakit Menular.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tentunya mendapat banyak
bimbingan
ucapkan kepada Dosen Pembimbing Epidemiologi Penyakit Menular dan temanteman yang telah bekerja sama dalam kelompok belajar. Semoga makalah ini
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penyusun dan juga pembaca.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalam
makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.......................................................................3
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1
Definisi ISPA.............................................................................................5
2.2
Klasifikasi..................................................................................................6
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
Kesimpulan..............................................................................................21
3.2
Saran........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Klasifikasi
1. Klasifikasi Berdasarkan Lokasi Anatomi
a. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,
sinusitis, otitis media (infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi
pada tenggorokan).
b. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA) Infeksi yang menyerang
mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli, dinamakan
sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis, laringitis,
laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia.
2. Klasifikasi ISPA Pada Batita
a. Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernafas yang disertai
dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding
dada, anak kejang dan sulit dibangunkan.
b. Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding
dada, tetapi tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum
c. Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernafas) dan pernafasan cepat tanpa
penarikan dinding dada. Pernafasan cepat adalah 40 kali per menit atau
lebih pada usia 12 bulan hingga 5 tahun.
d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernafas)
tanpa pernafasan cepat atau penarikan dinding dada.
berdasarkan umur balita adalah untuk usia < 6 tahun lebih sering pada
anak lakilaki. Sesuai dengan penelitian Djaja, dkk (2001) prevalensi
ISPA pada anak lakilaki (9,4%) hampir sama dengan perempuan
(9,3%).
b. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan Tempat
ISPA, diare dan kurang gizi merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada anak di negara maju dan berkembang. ISPA
merupakan penyebab morbiditas utama pada negara maju sedangkan
di negara berkembang morbiditasnya relatif lebih kecil tetapi
mortalitasnya lebih tinggi terutama disebabkan oleh ISPA bagian
bawah atau pneumonia.
Menurut penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan bahwa prevalensi
ISPA di perkotaan (11,2%), sementara di pedesaan (8,4%); di JawaBali (10,7%), sementara di luar Jawa-bali (7,8%).6 Berdasarkan
klasifikasi daerah prevalensi ISPA untuk daerah tidak tertinggal
(9,7%), sementara di daerah tertinggal (8,4%).
c. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan Waktu
Berdasarkan hasil kesepakatan Declaration of the World Summit
for Children pada 30 desember 1999 di New York, AS ditargetkan
bahwa penurunan kematian akibat pneumonia balita sampai 33% pada
tahun 1994-1999. Sedangkan di Indonesia sendiri oleh Dirjen PPM &
PL menargetkan bahwa angka kematian balita akibat penyakit ISPA 5
per 1000 pada tahun 2000 akan diturunkan menjadi 3 per 1000 pada
akhir tahun 2005. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005,
terlihat bahwa cakupan pneumonia penderita dan pengobatan dari
target (perkiraan penderita) masih relatif rendah, tahun 2000 ada
30,1%; tahun 2001 ada 25%; tahun 2002 ada 22,1%; tahun 2003 ada
30%; tahun 2004 ada 36%; tahun 2005 ada 27,7%.
Hasil pantauan yang dilakukan ini belum menggambarkan kondisi
yang sebenarnya oleh karena masih ada beberapa wilayah yang belum
menyampaikan laporannya.18 Penelitian Septri Anti (2007), dari
yang
lebih
dikenal
sebagai
selesma/common
insiden
maupun
lama
ISPA
pada
laki-laki
bahwa
balita
yang
status
gizinya
kurang
rendah
dapat
menyebabkan
suburnya
pertumbuhan
10
11
23
keadaan
seperti
berkurangnya
kadar
oksigen,
kualitas
udara
menjadi
rusak,
terutama
akibat
13
14
15
penyuluhan
ASI
Eksklusif,
penyuluhan
imunisasi,
dapat
16
d. Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan
lahir rendah.
e. Program Penyehatan
Lingkungan
Pemukiman
(PLP)
yang
dengan
memberikan
benzilpenesilin
secara
dengan
17
memberikan
mengobati
kotrimoksasol
kemungkinan
adanya
dosis
infeksi
tinggi
untuk
pneumokistik,
18
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit ISPA lebih sering diderita oleh anak-anak. Daya tahan tubuh anak sangat
berbeda dengan orang dewasa karena sistim pertahanan tubuhnya belum kuat.
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit
penyakit masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penyelenggaraan
Program P2 ISPA dititikberatkan pada penemuan dan pengobatan penderita sedini
mungkin.
3.2 Saran
Diharapkan dengan adanya topik pembahasan mengenai penyakit ISPA ini,
pembaca dan penulis dapat lebih mengetahui penyakit ISPA dan cara-cara
pencegahan dan pengobatannya, sehingga kita dan masyarakat disekitar kita bisa
terhindar dari penyakit ISPA dan yang sakit bisa mendapatkan pengobatan yang
tepat untuk sembuh dari penyakit ISPA.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1529-1503206930-bab
%20ii.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30801/4/Chapter%20II.pdf
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-796-babI.pdf
21