Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

(ISPA)”

PENYUSUN :

• RINA NOVIANTI (2010101063)

• RATIKA JULIANSIH (2010101064)

• VENY ATSILA SALSABILA (2010101065)


UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI S1 KEBIDANAN 2021

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa


karena atas Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
AKUT (ISPA)”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas

mata kuliah KDDPK di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terimakasih


sedalam-dalamnya kepada
1. Ibu Nurul Mahmudah,M.keb selaku dosen
pembimbing mata kuliah KDDPK

2. Semua pihak yang berkontribusi dalam penyusunan


makalah yang berjudul

“INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT


(ISPA)”

 Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masi jauh


dari kata kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan
penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik da
saran dari dosen pembimbing mata kuliah KDDPK untuk
menyempurnakan makalah ini.

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) telah menjadi penyakit umum

bagi masyarakat. ISPA berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi

infeksi saluran pernapasan atas dan infeksi saluran pernapasan bawah.

Penyebab dari infeksi saluran pernapasan pada umumnya yaitu

dikarenakan adanya berbagai mikroorganisme, namun yang terbanyak

yakni karena adanya infeksi virus dan bakteri (Depkes RI, 2005).

Penyakit yang termasuk kedalam ISPA adalah influenza, campak,

faringitis, trakeitis, bronchitis akut, bronkiolitis dan pneumonia


(Yuliastuti, 1992).

Infeksi saluran pernapasan bawah merupakan infeksi yang disebabkan

oleh bakteri dan virus yang menyerang saluran napas bagian bawah

(Amelinda, 2014). Data Indonesia, menurut Perhimpunan Dokter Paru

Indonesia tahun 2003 dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes

tahun 2001 penyakit infeksi saluran pernapasan bagian bawah menempati

urutan ke-2 sebagai penyebab kematian tertinggi di masyarakat.

Infeksi pernapasan bawah akut terbagi atas croup (epiglottitis dan

laringo-trakeo-bronkitis), bronchitis, bronkiolitis dan pneumonia (Prober,

1996). Pneumonia adalah penyakit saluran pernapasan yang menyerang

bagian bawah paru-paru, yang ditandai dengan batuk dan disertai nafas

cepat dan atau nafas sesak serta tarikan ke dalam pada dinding dada

bagian bawah (Profil Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta, 2017).

Bronkiolitis adalah infeksi saluran napas kecil atau bronkiolus yang

disebabkan oleh virus, biasanya dialami lebih berat pada bayi dan

ditandai dengan obstruksi saluran napas dan mengi (Junawanto dkk,

2016). Pneumonia memiliki persamaan gejala dengan bronkiolitis,

walaupun pada pneumonia jarang sekali ditemukan mengi (Wlliver,

2009). Gejala pada bronkiolitis yang mirip dengan pneumonia adalah

didahului dengan ISPA, seperti pilek ringan, batuk, dan demam,

kemudian disusul dengan batuk disertai sesak napas, merintih, nafas

berbunyi, rewel dan penurunan nafsu makan. Gejala yang mirip sering
menjadikan bronkiolitis didiagnosa banding dengan pneumonia (Rahajoe

dkk, 2010)

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian penyakit ISPA?


2. Apa penyebab penyakit ISPA?
3. Bagaimana klasifikasi penyakit ISPA?
4. Bagaimana diagnosis penyakit ISPA?
5. Bagaimana terapi pada penyakit ISPA?

1.3 TUJUAN

Mengetahui apa itu penyakit ISPA!


Mengetahui penyebab penyakit ISPA!
Mengetahui bagaimana klasifikasi penyakit ISPA!
Mengetahui apa saja tanda dan gejala penyakit ISPA!
Mengetahui diagnosis penyakit ISPA!
Mengetahui terapi pada penyakit ISPA!
BAB 2

PEMBAHASAAN

2.1 ISPA

2.1.1 Pengertian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, istilah

ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory

Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian

dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus,


rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit

yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak

masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia

diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-

rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun

(Nur, dalam Rizki, 2014)

Menurut Darmawan dalam Rusnaini(2013), Istilah Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran

pernafasan, dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli

beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan

pleura.

3. Infeksi Akut adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. Batas

14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
2.1.2 EtiologiInfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat disebabkan oleh

berbagai penyebab seperti bakteri, virus, micoplasma, jamur, dan lain-

lain. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bagian atas umumnya

disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan

oleh bakteri, virus, dan micoplasma. Umumnya Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) bagian bawah disebabkan oleh bakteri, keadaan

tersebut mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga

menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Bakteri

penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) antara lain genus

StreptococcusStaphylococcusPneumococcusHemofilus, Bordetella, dan

Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain golongan

Mexovirus,Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus, dan lain-lain (Rusnaini, 2013).

Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan

dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku

bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran

pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan

meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan


rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal

tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing

tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan,

hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan

(Almatseir, 2011).

a. Tanda-tanda bahaya secara umum (Rusnaini, 2013).

1. Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, sesak, kulit

wajah

kebiruan, suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada

cairannya sehingga terdengar keras

2. Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan

lemah,

tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.

3. Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,

kejang, dan koma.

4. Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.

b. Pencegahan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat dilakukan

(Rusnaini, 2013), dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Imunisasi.

Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.


Mencegah kontak dengan penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA)

2.1.3 Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dibedakan atas dua

kelompok yaitu (Kemenkes RI, 2002 dalam Rusnaini, 2013) :

1. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan terdiri dari :

a. Pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi

pernafasan sama atau lebih dari 60 kali per menit atau adanya tarikan

yang kuat pada dinding dada bagian bawah.

b. Bukan pneumonia yaitu penderita balita dengan batuk dan pilek

disertai atau tidak dengan gejala lain seperti berdahak atau berlendir dan

demam, yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan

tidak ada tarikan dinding dada.

2. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun terdiri dari :

a. Pneumonia berat yaitu berdasarkan pada adanya batuk atau

kesukaran bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian

bawah. Dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu batuk atau

kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala diagnosis sentral dan

anak tidak dapat


minum

b. Pneumonia yaitu berdasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran

bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat pada

anak usia 2 bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali atau lebih permenit

sedangkan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah 40 kali atau lebih

per menit.

c. Bukan pneumonia. Mencakup kelompok penderita balita dengan

batuk dan pilek disertai atau tidak dengan gejala lain seperti berdahak

atau berlendir dan demam, tidak menunjukkan gejala peningkatan

frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada

bagian bawah. Klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit

ISPA lain diluar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold,

faringitis, tonsilitis)

3. Kelompok umur dewasa yang mempunyai faktor risiko lebih tinggi

untuk terkena pneumonia (Kurniawan dan Israr, 2009), yaitu :

a) Usia lebih dari 65 tahun

b) Merokok

c) Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan

penyakit kronis lain.

d) Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK,

dan emfisema.
e) Kelompok dengan masalah-masalah medis lain, termasuk diabetes

dan penyakit jantung.

f) Kelompok dengan sistem imunitas dikarenakan HIV, transplantasi

organ, kemoterapi atau penggunaan steroid lama.

g) Kelompok dengan ketidakmampuan untuk batuk karena stroke,

obatobatan sedatif atau alkohol, atau mobilitas yang terbatas.

h) Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas

oleh virus.

4. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi (Kemenkes RI, 2010), sebagai

berikut :

a) Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA) Infeksi yang menyerang

hidung sampai bagian faring, seperti pilek, otitis media, faringitis.

b) Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA) Infeksi yang

menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli,

dinamakan sesuai dengan organ saluran napas, seperti epiglotitis,

laringitis,

laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, pneumonia.


2.1.4 Diagnosis ISPA

Diagnosis infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) umumnya dapat

ditegakkan secara klinis. Pasien biasanya datang dengan keluhan batuk,

pilek, nyeri tenggorokan, dan demam.

Anamnesis 

Pasien dengan ISPA dapat datang dengan keluhan seperti rhinorrhea,

kongesti nasal, bersin, nyeri tenggorok, batuk, demam, dan lemas.

Keluhan yang dialami dapat terjadi selama 3-14 hari. [1,2]

Keluhan common cold biasanya terjadi 2-3 hari setelah inokulasi.

Keluhan yang sering terjadi pada common cold adalah rhinorrhea,

kongesti nasal, dan bersin-bersin. Sekret nasal dapat tidak berwarna, atau

berwarna keputihan sampai kehijauan. Namun, warna dan kekentalan

sekret tidak dapat membedakan patogen penyebab virus ataupun bakteri.

[1,2]

Apabila bakteri patogen menyerang daerah faring, dapat ditemukan

adanya keluhan nyeri tenggorok atau keluhan nyeri saat menelan.

Pada laringitis dapat ditemukan keluhan batuk, post nasal drip, dan sulit

bernapas.
Pada tonsilitis dapat ditemukan keluhan nyeri saat menelan, sulit

bernapas, dan mendengkur saat tidur. Keluhan demam juga dapat terjadi

terutama pada anak-anak. [2]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada ISPA tidak terlalu berbeda antara jenis satu

dengan lainnya. Secara umum, temuan pemeriksaan fisik pada ISPA

dapat berupa eritema dan edema mukosa nasal, rhinorrhea, halitosis, dan

demam.

Pada faringitis viral dapat ditemukan eritema, eksudat, mukus yang

banyak dan kental, vesikel atau ulkus palatum, rhinorrhea, limfadenopati,

dan terkadang disertai konjungtivitis. Tanda lain yang juga bisa

ditemukan adalah hipertrofi tonsil, demam, dan terkadang diare.

Pada pasien dengan rhinosinusitis dapat ditemukan nyeri tekan daerah

paranasal, post nasal drip, dan dapat disertai polip nasi. Pada epiglotitis

dapat ditemukan disfonia, tripod postur, dan tanda distres napas.  [2]

Menurut Pedoman IDSA (Infectious Disease Society of

America), beberapa tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan

adanya faringitis viral :

 Conjunctivitis
 Coryza

 Batuk

 Diare

 Suara serak

 Stomatitis ulseratif diskret

 Exanthem viral

Sedangkan tanda dan gejala berikut meningkatkan kemungkinan adanya

infeksi Streptococcus grup A :

 Nyeri tenggorokan mendadak

 Usia 5 – 15 tahun

 Demam

 Nyeri kepala

 Mual, muntah, atau nyeri perut

 Inflamasi tonsilofaringeal

 Patchy tonsillopharyngeal exudate

 Petechiae palatum

 Adenitis servikal anterior

Riwayat paparan terhadap faringitis Streptococcal


 Ruam scarlatiniform [11]

2.1.5 Terapi ISPA

Seperti telah disebutkan sebelumnya, ISPA paling sering disebabkan oleh

virus, sehingga akan sembuh sendiri tanpa perlu penanganan khusus.

Beberapa tindakan untuk meredakan gejala dapat dilakukan secara

mandiri di rumah, yaitu dengan:

 Memperbanyak istirahat dan konsumsi air putih untuk

mengencerkan dahak, sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.

 Mengonsumsi minuman lemon hangat atau madu untuk membantu

meredakan batuk.

 Berkumur dengan air hangat yang diberi garam, jika

mengalami sakit tenggorokan.

 Menghirup uap dari semangkuk air panas yang telah dicampur

dengan minyak kayu putih atau mentol untuk meredakan hidung yang

tersumbat.

 Memposisikan kepala lebih tinggi ketika tidur dengan

menggunakan bantal tambahan, untuk melancarkan pernapasan.


Jika gejala yang dialami tidak membaik, Anda perlu berkonsultasi dengan

dokter. Dokter dapat memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala,

antara lain:

 Ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan demam dan nyeri

otot.

 Diphenhydramine dan pseudoephedrine, untuk mengatasi pilek dan

hidung tersumbat.

 Obat batuk.

 Antibiotik, jika dokter menemukan bahwa ISPA disebabkan oleh

bakteri.

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk


pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun,

yang berarti seorang balita rata- rata mendapat serangan batuk pilek

sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.ISPA paling sering disebabkan oleh

virus, sehingga akan sembuh sendiri tanpa perlu penanganan khusus.

3.2 SARAN

Hasil penelitian ini dapat mendorong penanganan pencegahan penyakit

ISPA melalui upaya :

1. Melakukan penyuluhan memotivasi masyarakat dalam pengadaan dam

penggunaan sarana lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Mendorong dan membina masyarakat untuk menjaga kesehatan

lingkungan sekitar.

3. Memperbaiki lingkungan dengan fasilitas yang ada sehingga

memperkecil resiko terjadinya ISPA.


DAFTAR PUSTAKA
http://repository.utu.ac.id/1013/1/BAB%20I-V.pdf

https://www.alodokter.com/ispa

Anda mungkin juga menyukai