Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

1.DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau
disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya miroorganisme (bakteri, virus dan
riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung
sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013). ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
ditularkan melalui udara. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit
ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala berupa tenggorokan sakit atau nyeri
telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).

Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak (Wong,
2016). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang akut saluran pernapasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia
tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri,
virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat
berlangsung sampai 14 hari.Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu infeksi yang
bersifat akut yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan mulai dari hidung sampai
alveolus termasuk (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes,2017). Djojodibroto (2009),
menyebutkan bahwa ISPA dibagi menjadi dua bagian, yaitu infeksi saluran pernafasan bagian atas
dan infeksi saluran bagian

bawah.Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut

(Fillacano, 2016) :

a.Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya kedalam manusia dan akan
berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu penyakit.

b.Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi mulai dari hidung
hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
c.Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari
menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat di golongkan ISPA
ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari

2.ETIOLOGI

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus
streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpes virus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri
stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel
pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Wijayaningsih, 2013).

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan
resiko serangan ISPA.Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan (Wijayaningsih, 2013).

3. MANIFESTASI (Tanda dan Gejala)

Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkiti nfeksi oleh berbagai jenis
mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran pernafasan tergantung pada
fungsi saluran pernafasan yangterjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia seseorang serta
statuskesehatan secara umum (Porth, 2014).

Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi saluran pernafasan
yang terserang yaitu:

a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu pengeluaran cairan
(discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit
tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan
uvula,sakit kepala, malaise, lesu, batuk seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.

b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya didahului oleh gejala
infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk
yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai dengan batuk yang tidak produktif.
Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang banyak dapat bersifat mucus tetapi
dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara wheezing atau
ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum meningkat Dan juga tanda dan gejala lainnya
dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala.
Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan
bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan
dengan antibiotic (Rahmayatul, 2016).

Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :

a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50C-40,50C.

b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk,terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum dan
bahkan tidak mau minum.

d. Vomiting biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi bisa selama bayi tersebut mengalami sakit.

e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat infeksi
virus.

f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis mesenteric.

g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah tersumbat
oleh karena banyaknya sekret.

h.Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara pernafasan

4.KLASIFIKASI

Penyakit ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk paru-paru) dan organ aksesoris saluran pernafasan. Berdasarkan batasan
tersebut jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Program
pemberantasan penyakit (P2) ISPA dalam 2 golongan yaitu (Cahyaningrum, 2012):
a.ISPA Non-Pneumonia

Merupakan penyakit yang banyak dikenal masyarakat dengan istilah batuk dan pilek (common cold).

b.ISPA Pneumonia

Pengertian pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
(alveoli) biasanya disebabkan oleh invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk,
disertai adanya nafas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah.

Berdasarkan kelompok umur program-programpemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasikan


ISPA(Cahyaningrum, 2012) sebagai berikut:

1.Kelompok umur kurang dari 2 bulan, diklasifikasikan atas:

 Pneumonia berat

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya penarikan yang kuat pada dinding dada bagian
bawah ke dalam dan adanya nafas cepat, frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih

 Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan yang kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan tidak ada
nafas cepat, frekuensi kurang dari 60 menit.

 Kelompok umur 2 bulan -<5 tahun diklasifikasikan atas:


a. Pneumonia berat

Apabila dalam pemeriksaan ditemukan adanya tarikan dinding dada dan bagian bawah

b. Pneumonia

Tidak ada tarikan dada bagian bawah ke dalam, adanya nafas cepat, frekuensi nafas 50 kali atau
lebih pada umur 2 - <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5 tahun

c. Bukan pneumonia

Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, tidak ada nafas cepat, frekuensi kurang
dari 50 kali per menit pada anak umur 2- <12 bulan dan kurang dari 40 permenit 12 bulan - <5
tahun.
5.PATOFISIOLOGI

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh. Masuknya virus
sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
pernafasan bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks
spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan(Colman, 1992). Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan
timbulnya batuk kering.

Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar
mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran cairan
mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala
batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk (Colman, 1992).
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus
tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang
terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza
dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini
menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran pernafasan
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran pernafasan dapat
menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak. Virus yang menyerang saluran pernafasan
atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang,
demam, dan juga menyebar ke saluran pernafasan bawah.

Dampak infeksi sekunder bakteri pun menyerang saluran pernafasan bawah, sehingga bakteri-
bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi
virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Colman, 1992).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran
pernafasan terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran pernafasan yang sebagian besar terdiri
dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
pernafasan yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas sistem
imun mukosa.Ciri khas berikutnya adalah bahwa imunoglobulin A (IgA) memegang peranan pada
saluran pernafasan atas sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada saluran pernafasan bawah.
Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa
saluran pernafasan(Colman, 1992). Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap,yaitu:

a.Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi

b.Tahap inkubasi,virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.Tubuh menjadi lemah

c.Tahap dini penyakit dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.

d.Tahap lanjut penyakit dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna sembuh.

6. Pathway Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA);

Multi faktor(Bakteri, Virus, mikroplasma, dll)

Respon pada dinding bronkus Peradangan pada saluran pernapasan inflamasi bronkus

bronkus penyempitan (faring/laring dan tonsil) peningkatan produksi


sekret

bronkospasme Kuman melepaskan endotoksin obtruksi jalan napas

ketidak efek pola napas Merangsang pengeluaran zat pyrogen ketidak efektif bersihan

jalan napas

perkembangan penyakit Suhu tubuh meningkat kesulitan ngunyah dan menelan

perubahan status kesehatan Hipertemi

males makan

koping efektif ketidak seimbangan nutrisi

ansietas merengsang pengeluaran zat mediator,bradisin ,serotine,histamin

8.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman
(swab): hasil yang didapatkan adalah biakan kuman positif sesuai dengan jenis kuman,
pemeriksaan hitung darah (diferential count): laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan
foto thoraks jika diperlukan

9.PENATALAKSAAN MEDIS

1.Upaya pencegahan

Menurut Wijayaningsih tahun 2013, hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak antara lain:

a.Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

b.Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit

c.Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

d.Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA.

2.Upaya perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain(Purba, 2003):

a.Meningkakan istirahat minimal 8 jam per hari

b.Meningkatkan makanan bergizi

c.Bila demam beri kompres dan banyak minum

d.Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung

e.Bila demam gunakan pakaian yang cukup tipis dan tidak terlalu ketat

f.Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI

3.Penatalaksaan medis : pemberian antibiotik sesuai jenis kuman penyebab.

2) Terapi keperawatan, diawali kata kerja: lakukan, berikan, atur, bantu,ubah, pertahankn, latih.

3) Pendidikan kesehatan, diawali kata kerja: ajarkan, anjurkan, jelaskan,


4) Kolaborasi/pemberian obat/pengaturan nutrisi, diawali kata kerja: rujuk, instrusikan, laporkan,
delegasikan, berikan, lanjutkan, pasang.

3.implementasi

Implementasi merupakan tahap ketika perawat mengaplikasikan atau melaksanakan rencana


asuhan keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai
tujuan yang telah ditetapkan(Nursalam, 2015).Pada tahap pelaksanaan ini kita benar-benar siap
untuk melaksanakanintervensi keperawatan dan aktivitas-aktivitas keperawatan yang telah
ditudalam rencana keperawatan pasien. Dalam kata lain dapat disebut bahwapelaksanaan adalah
peletakan suatu rencana menjadi tindakan yang mencakup :

a. Penulisan dan pengumpulan data lanjutan

b. Pelaksanaan intervensi keperawatan

c. Pendokumentasian tindakan keperawatan

d. Pemberian laporan/mengkomunikasikan status kesehatan pasien dan respon pasien terhadap


intervensi keperawatan Pada kegiatan implementasi diperlukan kemampuan perawat terhadap
penguasaan teknis keperawatan, kemampuan hubungan interpersonal dan kemampuan
intelektual untuk menerapkan teori-teori keperawatan kedalam praktek.

4.Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Nursalam, 2015).

Dalam evaluasi pencapaian tujuan ini terdapat 3 (tiga) alternatif yang dapat digunakan perawat
untuk memutuskan/menilai sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan
tercapai, yaitu :

a. Tujuan tercapai.

b. Tujuan sebagian tercapai.

c. Tujuan tidak tercapai.

Evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) tipe, yaitu :

a. Evaluasi Proses (Formatif)


Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisis perawat terhadap respon klien segera
stelah tindakan. Evaluasi formatif dilakukan secara terus menerus sampai tujuan yang telah
ditentukan tercapai

b. Evaluasi Hasil (sumatif)

Evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan.
Menggambarkan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisis status kesehatan klien
sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013).

Riset Kesehatan Dasar Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Cahyaningrum, P. F. (2012).

Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) pada
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca
Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.Coleman. (2000)

Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I. Serageldin(Ed). Social Capital : A Multi
faceted Perpective, 13-39 Washington, DC : The WorldBank.Herdman, T. H. (2013).

NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014

Jakarta: EGC. Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015).

Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC

(Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.Purba, M. I. (2003).

Pedoman Pemberantasan ISPA dan Pneumonia Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.Wijayaningsih, K. S. (2013).

Asuhan Keperawatan Anak Jakatra: Trans Info Media.Whaley and Wong.(1991).

Nursing Care Infants and Children, Fourth Edition TorontoCanada : Mosby Year Book

Anda mungkin juga menyukai