Anda di halaman 1dari 13

KUMPULAN LAPORAN STASE KEPERAWATAN ANAK

TANGGAL 25 S.D 26 2022 DI RUANGAN ANAK


PUSKESMAS SUKAMANTRI

RAFI KHARISMA MAULANA


42010122348

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) CIREBON
TAHUN 2022
Laporan pendahuluan (LP)

Laporan pemdahuluan/kasus
ISPA vomilus

Rafi Kharisma Maulana


4201012348

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon


Tahun 2022
1.Defenisi ISPA
Infeksi pernafasan merupakan penyakit akut yang paling banyak terjadi pada anak-anak
(Wong, 2016). Infeksi saluran pernafasan akut menurut Sari (2015) adalah radang akut
saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau
bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru. ISPA
adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus, riketsi) ke dalam saluran pernapasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.

Infeksi Saluran Pernafsan Akut mempunyai pengertian sebagai berikut


a. Infeksi adalah proses masuknya kuman atau mikroorganisme lainnya ke dalam
manusia dan akan berkembang biak sehingga akan menimbulkan gejala suatu
penyakit.

b. Saluran pernafasan adalah suatu saluran yang berfungsi dalam proses respirasi
mulai dari hidung hingga alveolus beserta adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah, dan pleura.

c. Infeksi akut merupakan suatu proses infeksi yang berlangsung sampai 14 hari.
Batas 14 hari menunjukan suatu proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat di golongkan ISPA ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
2 .Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non- infeksius. Agen infeksius yang paling
umum dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut adalah virus, seperti respiratory
syncytial virus (RSV), nonpolio enterovirus 7 (coxsackie viruses Adan B), Adenovirus,
Parainfluenza, dan Human metapneumo viruses. Agen infeksius selain virus juga dapat
menyebabkan ISPA, staphylococcus, haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis,
mycoplasma, dan pneumococcus (Wilson, 2015).
Misnadiarly (2016), menyebutkan bahwa selain agen infeksius, agen noninfeksius juga dapat
menyebabkan ISPA seperti inhalasi zat-zat asing seperti racun atau bahan kimia, asap rokok,
debu, dan gas. Etiologi Infeksi Saluran Pernapasan Akut lebih dari 300 jenis bakteri, virus,
dan jamur. Bakteri penyebabnya antar lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, hemofilus, bordetella dan korinebacterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikroplasma dan herpervirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus
dan sterptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung (Sari, 2015). Biasanya bakteri
dan virus tersebut menyerang anak-anak usia di bawah
2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau
ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari, 2015)

3.Pafofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen kesaluran pernapasan akan menyebabkan silia yang
terdapat pada permukaan saluran napas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring
atau dengan suatu rangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka
virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi tersebut terjadi kerusakan mekanisme mokosiloris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernapasan sehingga memudahkan infeksi baakteri-bakteri
patogen patogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas seperti streptococcus
pneumonia, Haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut
Infeksi sekunder bakteri tersebut menyebabkan sekresi mukus berlebihan atau bertambah
banyak dapat menyumbat saluran napas dan juga dapat menyebabkan batuk yang
produktif. Infeksi
bakteri dapat dipermudah dengan adanya faktor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran napas
dapat menimbulkan gangguan gisi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 2015). Virus yang
menyerang saluran napas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain di dalam tubuh
sehingga menyebabkan kejang, demam dan dapat menyebar ke saluran napas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya diturunkan dalam saluran pernapasan atas,
akan menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri. Terjadinya infeksi
antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat
merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti
filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan
mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri
pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di
daerah-daerah saluran pernafasan atas maupun bawah
4.Tanda dan Gejala
Saluran Pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit infeksi oleh berbagai
jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi yang terjadi pada sluran pernafasan
tergantung pada fungsi saluran pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi,
dan usia seseorang serta status kesehatan secara umum
Djojodibroto (2016), menyebutkan tanda dan gejala ISPA sesuai dengan anatomi saluran
pernafasan yang terserang yaitu:
a. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering timbul yaitu
pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata
berair, konjungtivitis ringan, sakit tenggorokan yang ringan sampai berat, rasa kering
pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk
seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.

b. Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang timbul biasanya didahului
oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit
tenggorokan. Batuk yang bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimualai dengan
batuk yang tidak
produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi sputum yang banyak; dapat
bersifat mucus tetapi dapat juga mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan
ditemukan suara wheezing atau ronkhi yang dapat terdengar jika produksi sputum
meningkat.
Dan juga tanda dan gejala lainnya dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit
tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan
hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam
dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotic
Adapun tanda dan gejala ISPA yang seering ditemui adalah :

a. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika
anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam
muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,50C-
40,50C.
b. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya
tanda kernig dan brudzinski.
c. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
d. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
e. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.
f. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
g. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
h. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda
ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
i. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan

5. Penatalaksanaan
Menurut WHO (2017), penatalaksanaan ISPA meliputi :
1. Suportif
Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin
2. Antibiotik
a) Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
b) Utama ditujukan pada pneumonia, influenza dan Aureus
c) Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol 1mg, amoksisillin 3 x ½ sendok teh, amplisillin
(500mg) 3 tab puyer/x bungkus / 3x sehari/8 jam, penisillin prokain 1 mg.
d) Pneumonia berat yaitu Benzil penicillin 1 mg, gentamisin (100 mg) 3 tab puyer/x
bungkus/3x bungkus/3x sehari/8 jam.
e) Antibiotik baru lain yaitu sefalosforin 3 x ½ sendok teh, quinolon 5 mg,dll.
f) Beri obat penurun panas seperti paracetamol 500 mg, asetaminofen 3 x ½ sendok teh. Jika
dalam 2 hari anak yang diberikan antibiotik tetap sama ganti antibiotik atau rujuk dan jika
anak membaik teruskan antibiotik
Laporan kasus
1. Identitas Anak
Nama : Naviza Alula
Umur : 4 tahun 7 Bln 7 Hr
Alamat : Sudiplak
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Tanggal lahir : 17-04-2018
Tanggal pengkajian : 23-11-2022
Diagnosa Medis : ISPA
2. Identitas orang tua
Nama : Tn.H
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Ibu kandung
Pekerjaan : Tenaga medis
3. Anamnese
a. Keluhan utama
Data subjektif :
Orang tua klien mengatakan anaknya mual,batuk, batuk berdahak susah dikeluarkan, pilek
sejak 2 hari yang lalu, orang tua klien mengatakan anaknya malas makan, porsi makan tidak
dihabiskan.
Data Objektif :
Klien tampak kurus, klien tampak pucat, klien tampak lemas, BB 14 P: 22x/ menit, N: 120x/
menit, S: 37,3oC, mukosa bibir kering,
b. Riwayat Kesehatan
1). Riwayat penyakit yang lalu.
Orang tua klien mengatakan sebelumnya anaknya pernah sakit panas 2 hari sebelum
dipelayanan kesehatan.
2). Riwayat penyakit sekarang
Orang tua klien mengatakan anaknya batuk, pilek serta terasa panas,dan susah makan sejak
2 hari yang lalu
3). Riwayat penyakit keluarga / menurun
Orang tua klien mengatakan dalam keluarga baik bapak maupun ibu tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, ginjal, hepatitis, hipertensi,
DM, dan penyakit menular seperti TBC dan pneumonia.
4).Riwayat sosial
a. Pengasuh
Orang tua klien mengatakan anaknya diasuh oleh mereka sendiri dan keduanya saling
membantu dan keduannya saling membantu dalam hal mengurus anak

b. Hubungan dengan anggota keluarga


Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga sangat baik.

c. Hubungan dengan teman sebaya


Orang tua klien mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebayanya sangat baik.

d. Lingkungan rumah
Orang tu klien mengatakan linkungan rumah aman, rapi dan bersih, letak rumah berdekatan
dengan rumah yang lain.
RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING STORY)
Keluhan utama : Batuk dan ada mual
1. Riwayat keperawatan sekarang (SMART)
a. Lama keluhan :Saat cape
b. Akibat timbulnya keluhan :Saat kecapean
c. Faktor yang memperberat :-
d. Upaya untuk mengatasi :Meminum obat dan istrahat
2. Riwayat keperawatan sebelumnya
a. Prenatal :Normal
b. Intranatal :Normal
c. Post natal :Normal
d. Luka/operasi :Tidak ada
e. Alergi :Tidak ada alergi
f. Pola kebiasaan :Bermain dan bermain Handphone
g. Tumbuh kembang
1) Imunisasi :Mengikuti
2) Status gizi :Baik
KEBUTUHAN DASAR KHUSUS
1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan : 1-3x/ hari
b. Nafsu makan : Kurang nafsu
2. Pola eliminasi
a. BAK
- Frekuensi : 2-4x /hari
- Warna : Kuning kecoklatan
- Keluhan saat BAK :Tidak ada keluhan
b. BAB
- Frekuensi :1-2x / hari
- Warna :Kuning kecoklatan
- Bau :Normal
- Konsistensi :Normal
- Keluhan :Tidak ada keluhan
3. Pola personal hygiene
a. Mandi
- Frekuensi :1-3x /hari
- Sabun :Ya
b. Oral hygiene
- Frekuensi : 2x /hari
- Waktu :Pagi dan sebelum tidur malam
c. Cuci rambut
- Frekuensi :1x/hari
- Shampo :Ya
4. Pola istirahat dan tidur
- Lama tidur :8 jam/hari
- Kebiasaat sebelum tidur :Bermain Game
- Keluhan :Tidak ada keluhan
5. Pola aktivitas
a. Kegiatan dalam sehari-hari :Bermain
b. Penampilan umum :Baik
c. Kesadaran
- Kualitatif :Normal
- Kuantitatif :Normal
d. Vital sign
- Respirasi : 22x/menit
- Nadi :120x/menit
- Suhu :37. C
e. BB :14kg
Pemeriksaan fisik (data objektif).
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : composmentis
Mukosa bibir : tampak kering
Tanda Vital : R : 22 x/menit, S: 37,3oC, N: 120x/menit, BB: 14 kg
Porsi makan tampak tidak dihabiskan

Pemeriksaan Data Objektif


Kepala bentuk simetris, rambut berwarna hitam dan tidak rontok dan tidak ada
lesi pada kulit kepala.
Mata kanan kiri simetris, conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna
putih dan bersih
Muka bersih, tidak ada oedema, dan agak pucat
Telinga simetris, tidak ada kanan kiri cairan yang keluar, tidak ada peradangan
dan tidak ada nyeri tekan.
Hidung bentuk simetris, terdapat cairan / lendir berwarna jernih, hidung bagian
luar tampak kemerahan.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroyd, tidak ada peningkatan vena
jugularis, dan tidak ada pembengkakan pada leher.
Dada tidak ada tarikan dinding dada waktu bernapas, bentuk dada simetris,
pernapasan terdengar stridor.
Perut tidak ada penonjolan umbilikus, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
bekas luka operasi.

Lembar observasi

No Tanggal Jam Hasil observasi Tindakan Pemakaian


alkes
1 23-11-2022 18:00 S. Batuk disertai mual, panas 2 Infus Rl Kanula no 24
18:00 hari yang lalu Infus set
O. N : 120 Alkohol swab
R : 22 RL
S : 37
Hasil pemeriksaan laboratorium

No pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan


1 HEMATOLOGI
HB Sahli 12.5 L: 14,0-18,0 g/dl P:12.0-16.0 Gr/dl
Leukosit 7.000 4,5-10,8 x 10³ sel/mm³ /mm³
Trombosit 200.000 150-450 x 10³ sel/mm³ /mm³

Asuhan keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


O Keperawatan Kriteria hasil
1 Bersihan jalan Tujuan : 1.Posisikan 1. Posisi
napas tidak efektif Menunjukan pasien untuk semifowler
berhubungan bersihan memaksimalkan membantu
dengan akumulasi jalan nafas ventilasi. klien
secret di bronkus yang efektif memaksimalkan
ventilasi
sehingga
kebutuhan
oksigen
terpenuhi.
Kriteria 2. Auskultasi suara
2. Memastikan
hasil : napas, catat adanya
suara napas
Setelah suara tambahan.
vesikuler
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3x24
jam maka
kriteria hasil
3. Ajarkan batuk
yang 3. Batuk efektik
efektif.
diharapkan membantu
yaitu : klien untuk
kemudahan mengeluarkan
bernafas, sekret sehingga
frekuensi dan pernafasan
irama 4. Monitor repirasi tidak terganggu
bernafas, dan status O2 4. Penurunan
pergerakan saturasi oksigen
sputum dapat
keluar dari menunjukan
jalan nafas, perubahan
pergerakan status
sumbatan kesehatan klien
keluar dari yang dapat
jalan nafas mengakibatkan
terjadinya
hipoksia
2 Ketidakseimbangan Tujuan : 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk
nutrisi kurang dari Kebutuhan makanan mengetahui
kebutuhan tubuh nutrisi adanya riwayat
Berhubungan terpenuhi alergi makanan
dengan anoreksia Kriteria 2. Anjurkan orang 2. Untuk
hasil : tua klien untuk memenuhi
Setelah memberikan porsi kebutuhan
dilakukan makan kecil tapi nutrisi klien
tindakan sering
keperawatan
selama 3x24 3. Yakinkan diet 3. Untuk
jam maka yang dimakan mencegah
kriteria hasil mengandung tinggi konstipasi pada
yang serat untuk anak
diharapkan mencegah
konstipasi

Kolaborasi dengan . Untuk


ahli gizi untuk meningkatkan
menentukan jumlah kalori
jumlah kalori dan dan nutrisi yang
nutrisi yang dibutuhkan
dibutuhkan oleh oleh pasien
pasien

Catatan perkembangan

Tanggal jam DP Catatan perkembangan (SOAP)


24-11-2022 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari S: muntah 2 x . tidal mau
06:00 kebutuhan tubuh makan,batuk
Bersihan jalan nafas tidak efekif O: Td – R : 24
N :125 S : 36
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
25-11-2022 S:
06:00 O:N:

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjut intervensi
Daftar pustaka
Almatsier. (2014). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Andarmoyo. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi), Konsep, Proses, dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Carol. (2014). Essentials of Pathophysiology : Concepts of Altered Health States 3.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Djojodibroto. (2015). Respirologi ( respiratory medicine ). Jakarta: EGC
Fuad. (2016). Dasar-dasar Kependidikan Keperawatan. Bandung : Rinedika Cipta
Kementrian RI. (2015). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,Pencegahan dan
Pemberantasan. Edisi II. Jakarta: Erlangga
Misnardiarly. (2016). Penyakit Saluran Pernafasan Pneumonia Pada Anak. Jakarta : Rineka
cipta
Muttaqin. (2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta :
Salemba Medika
NANDA. (2014). Diangnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Parthasarathy, et al. (2015). Textbook of Pediatric Infectious Diseases. India : jaypee
Brothers Medical Publishers
Riset Kesehatan Dasar . 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan .
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia
Rahajoe. dkk. (2014). Buku Ajar Respirologi Anak. Cetakan Ketiga Dokter Indonesia.
Rodriguez, et al. (2015). Malnutrition and Gastrointestinal and Respiratory Infections in
Children : A Public Health Problem. Http://www.mdpi.com/Journal/Ijerph.
Syahrani. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Penatalaksanaan ISPA Terhadap
Pengetahuan Dan Keterlampiran Ibu Merawat Balita ISPA Dirumah. Diunduh dari
Http://Ejournal,Stikestelogorejo.ac.id./index.php/

Anda mungkin juga menyukai